Anda di halaman 1dari 28

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI BENSON PADA PASIEN

YANG MENGALAMI PENYAKIT DIABETES MILETUS DI RUMAH SAKIT ST.ELISABETH LELA

OLEH

NAMA ELISABETH OVI


NIM 225202100530
TINGKAT/SEMESTER 2B/IV
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Indonesia adalah salah satu negara yang sedang berkembang .oleh karena itu indonesia tidak
luput dari berbagai situasi ataupun kejadian-kejadian yang terjadi di negara berkembang dan
sekitarnya.di negara manapun penyakit-penyakit yang berhubungan dengan pola hidup dan
sebagainya pasti ada.salah satunya adalah diabetes miletus.Diabetes miletus (DM) adalah suatu
gangguan metabolisme kronis yang di tandai dengan tingginya kadar gula darah di sertai
gangguan metabolisme karbohidrat,lipid dan protein sebagai akibat dari insufisiensi fungsi
insulin.Diabetes miletus adalah penyakit menahun(kronis) berupa gangguan metabolic yang di
tandai dengan kadar gula darah yang melebihi batas normalPenyebab kenaikan kadar gula
tersebut menjadi landasan pengelompokan Diabetes miletus (Infodatain2020)Diabetes juga
memiliki 2 tipe yakni Diabetes miletus tipe 1yang merupakan hasil reaksi autoimun terhadap
pankreas,kemudian diabetes tipe 2 yang mana di sebabkan oleh kombinasi faktor genetik yang
berhubungan dengan ganguan sekresi insulin,resitensi insulin dan faktor lingkungaan seperti
obesitas,makan berlebihan,kurang makan,olahraga dan stres,serta penuaan.untuk menjaga kadar
gula darah,pasien diabetes bisa menerapkan pola hidup sehat,mengomsumsi obat,terapi
insulin,atau melakukan operasi.adapun jenis terapi nonfarmakologi yang bisa di lakukan untuk
menurunkan kadar gula darah dalam tubuh pasien salah satunya terapi relaksasi benson.

Organisasi international Diabetes Ferdration (IDF) tahun 2021 mengungkapkan bahwa


jumlah penderita diabetes miletus (DM) di seluruh dunia mencapai sekitar 537 juta orang dewasa
yang berusia (20-79 tahun).jumlah total orang hidup dengan diabetes di proyeksikan meningkat
menjadi 643 juta pada tahun 2030 dan 783 juta pada tahun 2045. Data World Health
Organization (WHO) menyebutkan penyakit penderita diabetes miletus akan terjadi peningkatan
sekitar 8,5% pada populasi orang dewasa di perkirakan terdapat 2,2 juta kematian dengan
presentase akibat penyakit diabetes miletus yang terjadi sebelum usia 70 tahun khususnya di
negara-negara dengan status ekonomi rendah dan menengah.bahkan di perkirakan akan terus
meningkat sekitar 600 juta jiwa pada tahun 2035 (Kemenkes,RI,2018).Jumlah penderita diabetes
miletus di indonesia mencapai 10,7 juta dengan berdasarkan diagnosis dokter pada umur 15
tahun sebesar 2%. Angka ini menunjukan peningkatan prevalensi diabetes miletus pada tahun
2013 sebesar 1,5 dan pada tahun 2018 penderita diabetes akan meningkat menjadi 8,5%.
Terdapat tiga provinsi yang memiliki angka kejadian diabetes miletus tertinggi yang pertama
yaitu DKI Jakarta dengan prevalensi diabetes miletus (3,4%) kemudian di susul oleh provinsi
Kalimantan timur (3,1%)dan kemudian Sulawesi utara (3,0%). (Riskesdas,2018)Provinsi Nusa
Tenggara Timur (NTT) merupakan salah satu provinsi dengan jumlah penderita diabetes miletus
tahun 2018 sebanyak 74.867 orang dan 16.968 orang mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai
standar. Kabupaten kota/ tertinggi kasus diabetes miletus ada di kota Kupang dengan jumlah
penderita 29.242 orang dan yang mendapatkan pelayanan sesuai standar sebanyak 5.517 orang
atau 18,9%.angka terendah ada di kabupaten sumba tengah sebanyak 24 orang dan semuanya
mendapatkan pelayanan sesuai standar.(Media kesehatan masyarakat,2018)di kabupaten Sikka
jumlah kasus penyakit diabetes miletus merupakan angka tertinggi kedua setelah
hipertensi.berdasarkan data dari dinas kesehatan Kabupaten Sikka,di ketahui bahwa jumlah kasus
diabetes miletus tahun 2015,2016dan 2017 adalah 4.044,8.897dan

Penyakit diabetes miletus adalah penyakit menahun (kronis)berupa ganguan metabolik yang di
tandai dengan kadar gula yang melebihi batas normal.diabetes miletus dapat di cegah dengan
melakukan perawatan medis dan non medis perawatan medis biasanya di lakukan dengan
pemberian obat.perawatan non medis biasanya di lakukan dengan berbagai cara salah satunya
adalah pemberian relaksasi benson. Relaksasi benson merupakan penangulangan kata/frasa,sikap
pasif merupakan halyang esensial mekanisme penurunan glukoksa dengan relaksasi benson.ini
terjadi dengan mengurangi stres fisik dan piskologis yang akan menurunkan
epinefrin,menurunkan kortisol,menurunkan glukakon dan menurunkan hormon tiroid.terapi
relaksasi benson ini menggunakan kombinasi meditasi,relaksasi nafas dalam,dan relaksasi otot
progesif.penelitian ini bertujuan untuk menganalisis evektifitas terapi relaksasi benson terhadap
glukoksa.(Diah Ratnawati)2018.

Adapun mekanisme menurunya kadar glukoksa dengan relaksasi benson yang di lakukan dengan
suasana rileks aman dan menyenangkan.juga dapat mempengaruhi sistem limbik dan syaraf otot
sehingga merangsang zat kimia gamma aminobutyric acid (GABA),enkefalin,dan beta endrophin
yang akan mengeliminasi neurotransmitter penurunan gula darah pemeriksaan kadar gula darah
dan anklebrachial index (ABI) secara teratur untuk mendeteksi mungkin adanya komplikasai
diabetes miletus(Sari)2022. relaksasi benson juga dapat membantu relaksasi pernafasan yang
melibatkan keyakinan pasien yang dapat membantu pasien mencapai kondisi kesehatan dan
kesehjatraan lebih tinggi.serta keyakinan berpengaruh terhadap fisik maupun jiwa manusia,yaitu
relafan dan bepengaruh dalam terapi dan pencegahan penyakit.keyakinan dapat menyembuhkan
hingga 90% keluhan medis (Benson&Proctor)2012.relaksai benson juga menggunakan SOAP
yang di berlakukan oleh benson.terapi relaksasi benson di lakukan selama 20 menit dan di
lakukan selama 1minggu dengan melakukan pemeriksaan kadar gula darah acak dengan
menggunakan alat glukotest easy touch(Juwita)2016.oleh karena itu penulis memiliki
ketertarikan dalam menulis Karya Ilmiah Akhir yang judulnya Asuhan Keperawatan
Ketidakstabilan Kadar Glukoksa Darah Dengan Pemberian Terapi Relaksasi Benson pada pasien
Diabetes melitus.

1.2Rumusan masalah
Berdasarkan uraian di atas maka rumusan masalahnya yakni Bagaimanakah Asuhan
Keperawatan ketidakstabilan kadar glukoksa darah dengan pemberian relaksasi benson pada
pasien diabetes miletus?

1.3Tujuan penelitan

1. Tujuan umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan diabetes miletus dengan memberikan
terapi relaksasi benson.

2. Tujuan khusus
1. Melakukan pengkajian karaterestik pemberian terapi relaksasi benson untuk
menurunkan kadar glukoksa darah pasien diabetes miletus.
2. Melaksanakan asuhan keperawatan yang telah di rencanakan pada pasien asma
dengan tindakan pemberian relaksasi benson
3. Menentukan intervensi keperawatan pada pasien diabetes miletus dengan
pemberian relaksasi benson
4. Mengevaluasi hasil tindakan yang di laksanakan pada pasien diabetes miletus
dengan pemberian relaksasi benson

1.4Manfaat penelitian
1. bagi peneliti
untuk menambah pengetahuan dan pengalaman dalam melaksanakan penelitian
mengenai asuhan keperawatan pemberian relaksasi benson pada pasien diabetes
miletus.
2. Bagi instunsi pendidikan
Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan atau informasi khususnya tentang
pemberian relaksasi benson pada psien diabetes miletus.
3. Bagi penelitian selanjutnya
Sebagai bahan untuk sumber untuk melakukan penelitian yang lebih lanjut
4. Bagi pasien yang di teliti
Peneliti menyarankan agar penderita diabetes miletus meningkatkan pengetahuan
tentang teknik relaksasi benson.
1.5Keaslian penelitian
Tabel 1.1 keaslian penelitian

No Nama Judul Tahun Persamaan perbedaan


Penulis Penelitian
1. Riskedas Asuhan 2018 Responden Tempat penelitian,jenis penelitian.teknik
keperawatan penelitian pasien pengambilan
dengan pemberian diabetes miletus,
teknik relaksasi
benson pada
pasien yang
mengalami
penyakit diabetes
miletus

Judul yang di ambil dalam kasus


2 Diah ratnawati Asuhan 2018 Tanda dan gejala penelitian,dengan pasien tipe DM yang
kepeeawatan yang sama yang berbeda
dengan pemberian terjadi pada pasien
rekaksasi benson DM
pada pasien yang
mengalami
penyakit diabetes
miletus
BAB 2

TINJAUAN TEORI

1.Konsep dasar Diabetes Miletus

A.Anatomi fisiologi

1.anatomi pancreas

(sumber.http//:kmsuwi.wordpress.com)

a. Pankreas adalah kelenjar majemuk bertandan.strukturnya sangat mirip dengan kelenjar


ludah.panjangnya kira-kira 15 cm,mulai dari duodenum sampai limpa dan di lukiskan
sebagai terdiri atas tiga bagian yaitu
1. Kepala pankreas yang paling lebar,terletak di sebelah kanan rongga abdomen di
dalam lekukan duodenum,dan yang praktis melingarinya.
2. Badan pankreas merupakan bagian utama pada organ itu dan letaknya di belakang
lambung dan di depan vetebrate lumbalis pertama.
3. Ekor pankreas adalah bagian yang runcing di sebelah kiri,dan sebenarnya
menyentuh limpa.
Jaringan pankreas terdiri atas lobula dari pada sel sekretori yang tersusun
mengintari saluran-saluran halus.saluran-saluran ini mulai dari persambungan
saluran-saluran kecil dari lobula yang terletak di dalam ekor pankreas dan
berjalan melalui badanya dari kiri ke kanan.saluran-saluran kecil itu menerima
saluran dari lobula lain dan kemudian bersatu untuk membentuk saluran utama,
yaitu duktus wirsungi.

b. Fungsi pankreas
Fungsipankreas dapat di sebut sebagai organ rangkap,mempunyai dua fungsi yaitu:
1. Fungsi eksokrin
Di laksanakan oleh sel-sel sektori lobulanya.yang membentuk getah pankreas dan
yang berisi enzim dan elektrolit.cairan pencerna itu berjalan melalui saluran
ekskretori halus dan akhirnya di kumpulkan oleh dua saluran,yaitu utama di sebut
duktus wisrungi dan sebuah saluran lain yaitu duktus santorni yang masuk ke
dalam duodenum.saluran utama bergabung dengan saluran empedu di ampula
vateri isi ensim dalam pankreas berfungsi mencernanya.
2. Fungsi endokrin
Tersebar antara alveoli pankreas terdapat kelompok-kelompok kecil sel
epithelium,yang jelas terpisah dan nyata.kelompok-kelompok ini adalah pulau-
pulau kecil atau kepulauan langerhans,yang bersama-sama membentuk organ
endokrin

c. Hormon-hormon yang di skresi


Pankreas menghasilkan dua hormon penting yaitu insulin dan glucagon,sel-selyang
menghasilkan kedua hormon tersebut adalah sel alfa yang menghasilkan hormone dan
glucagon dan sel beta yang menghasilkan hormon insulin.
1. Fungsi glucagon
Fungsi glucagon adalah meningkatkan kadar glukoksa darah
2. Fungsi insulin
Fungsi insulin adalah mentranspot glukoksa ke dalam sel sehingga fungsi kedua
hormon tersebut bersifat antagonis di mana glucagon dan insulin menurunkan
kadar glukoksa darah.

B.Konsep Penyakit
1.pengertian Diabetes Miletus
Diabetes miletus adalah penyakit yang di sebabkan tubuh tidak dapat melepaskan atau
menggunakan insulin secara adekuat sehingga kadar glukoksa (gula sederhana) di dalam darah
tinggi (Suryati,et al 2019)menurut (Castika &Melati,2019) diabetes miletus (DM) juga
merupakan suatu penyakit yang termasuk ke dalam kelompok penyakit metabolik,di mana
karateristik utamanya yaitu tingginya kadar glukoksa dalam darah (hiperglikemia).

Diabetes miletus (DM) ataupun yang di sebut diabetes merupakan suatu gangguan kesehatan
yang berupa kumpulan gejalah yang di sebabkan oleh meningkatnya kadar gula (glukoksa)
dalam darah akibat dari kekurangan ataupun resitensi insulin (Bustan,2015)
Diabetes miletus merupakan salah satu jenis penyakit tidak menular berdasarkan Kemenkes RI
(2020),di jelaskan apabila diabetes miletus merupakan suatu penyakit kronis yang dapat
berlangsung tahunan berupa adanya ganguan pada metabolisme yang di anjurkan melalui
meningkatnya kadar glukoksa yang terdapat di dalam darah namun jumlahnya melebihi
normal.diabetes miletus ini menjadi penyakit kronis yang terbilang kompleks sehingga
memerlukan perawatan media yang terus menerus serta adanya upaya meminimilasir resiko
multifaktor yang tidak di kendalikan oleh glikemik (American Diabetes Association,2018)

2.Klasifikasi diabetes miletus


Klasifikasi DM di anjurkan oleh PARKENI adalah yang seseuai dengan anjuran klasifkasi DM
American Diabetes Association
1. Diabetes miletus tipe 1
Diabetes miletus tipe 1yang di tandai dengan kerusakan autoimun sel beta
penghasil insulin di pankreas.akibatnya terjadi defisiensi insulin absolut
kombinasi kerentanaan genetik dan faktor lingungan seperti infeksi, firus
racun,atau beberapa faktor makanan telah di duga sebaga ipemicu
autoimunitas.DM TIPE 1 paling sering terlihat pada anak-anak dan remaja
meskipun dapat terjadi pada semua usia.
2. Diabetes miletus tipe 2
Diabetes miletus tipe 2 ini yang di akibatkan oleh defisiensi skresi
insulin,seringkali di sertai sindrom resitansi insulin.dalam keadaan ini insulin
tidak tidak efektif dan pada awalnya di imbangi dengan peningkatan produksi
insulin untuk memempertahankan homeostagis glukoksa,namun seiring
berjalanya waktu produksi insulin menurun,sehingga menyebabkan DM TIPE
2.DM TIPE 2 paling sering terlihat pada orang yang berusia lebih dari 45
tahun.namun penyakit ini semakin terlihat pada anak-anak,remaja dan dewasa
karena meningkatnya tingkat obesitas,kurangnya aktivitas fisik,dan pola makan.
3. Diabetes getasional
Hiperglikemia yang pertama kali terdeteksi selama kehamilan diklasifikasikan
sebagai diabetes melitus gatasional(GDM) di sebut jugga hiperglikemia pada
kehamilan.meski bisa terjadi kapan saja selama kehamilan GDM umumnya
menyerang ibu hamil pada trimester kedua dan ketiga.menurut American Diabetes
Association (ADA) GDM mempersulit 7% dari seluruh kehamilan.wanita
penderita GDM dan keturunanya memiliki peningkatan resiko terkena diabetes
melitus tipe 2di kemudian hari
GDM dapat di persulit hipertensi,preeklamsia,dan hidraminon dan jugga dapat
menyebabkan peningkatan intervensi opertatif.janin dapat mengalami
peningkatan berat badan dan ukuran (makrosomia) atau kelainaan bawaan.bahkan
setelah lahir,bayi tersebut mungkin mengalami sindrom gangguan pernapasan dan
obesitas pada anak-anak dan remaja.
4. Diabetes sekunder
Diabetes sekunder di sebabkan karena komplikasi penyakit lain yang menyerang
pankreas (misalnya pankreastitis),gangguan hormon (misalnya penyakit
cushing),atau obat-obatan (misalnya kortikosteroid).
5. Diabetes miletus yang lain
Penyakit diabetes tipe lain di sebabkan oleh obat atau zat kimia (misalnya
penggunaan glukortikoid pada terapi HIV/AIDS atau setelah transplatasi organ)

C.Konsep terapi relaksasi benson


1. definisi terapi relaksasi benson di tambah dengan keyakinan klien adalah
teknik relaksi yang menghambat aktivitas simpatik untuk mengurangi konsumsi
oksigen tubuh,mengendurkan otot-otot tubuh,serta menghadirkan ketenangan dan
kenyamanan pada tubuh.hasi lpenelitian menunjukan dengan hasil (p<0.05)
modifikasi terapi paliatif benson efektif dalam mengontrol kadar gula darah pada
pasien diabetes.(Diah Ratnawati,2018) pemberian relaksasi benson sebagai
pengobatan nonfarmakologis pada pasien diabetes untuk menurunkan kadar gula
darah.

3.Etiologi
a. DM tipe 1
1. Faktor genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe 1 itu sendiri,tetapi mewarisi suatu
predisposisi atau kecendrungan genetic kearah terjadinya DM tipe 1.
Kecendrungan genetic ini di temukan pada individu yang memiliki tipe antigen
HLA
2. Faktor-faktor imonologi
Adanya respon autoimun yang merupakan respon abnormal di mana antibody
terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara breaksi terhadap jaringan tersebut
yang di anggapnya seolah-olah sebagian jaringan asing, yaitu antibody trhadap
sel-sel pulau langerhans dan insulin endogen.
3. Faktor lingkungan
Ini di sebabkan virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang
menimbulkan destruksi sel beta.
b. DM TIPE 2
Penyebab diabetes miletus tipe 2 karena insulin yang di hasilkan oleh pankreas tidak
mencukupi untuk mengikat gula yang ada dalam darah akibat pola makan atau gaya
hidup yang tidak sehat. Jenis diabetes ini paling sering di derita oleh orang dewasa yang
berusia lebih dari 30 tahun.berapa penyebab utama diabetes miletus tipe 2
 Faktor keturunan,apabila orang tua atau adanya saudara kandung yang
mengalaminya
 Pola makan atau gaya hidup yang tidak sehat
 Kadar kolestrol yang tinggi
 Jarang berolahraga
 Obesitas atau kelebihan berat badan

c. Gatesional diabetes miletus (GDM)


Gatesional diabetes memiliki onset selama kehamilan, jika toleransi glukoksa tetap gagal
setelah masa kehamilan ,kehamilan menekan toleransi glukoksa pada semua
wanita,khususnya pada akhir dari pertengahan kehamilan pada saat hormone-hormon
pertumbuhan deskresi dalamjumlah yang meningkat.hormon-hormon ini meningkatkan
suplai asam amino dan glukoksa pada janin yang mengurangi efetifitas insulin.

d. Diabetes miletus tipe lain


Diabetes yang timbul akibat lain yang mengakibatkan gula dara meningkat misalnya
infeksi berat,pemeakaian obat kartikosteroid.

4.Patofisiologi

Patofisiologi DIABETES Miletus (Insana Maria 2021)


a. Diabetes tipe 1
Pada diabetes tipe 1 terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena sel
beta penkreas telah di hancurkan oleh proses autoimun
Hiperglikemia puasa terjadi akibat produksi glukoksa yang tidak tertukar oleh hati.di
samping itu glukoksa berasal dari makanan tidak dapat di simpan daah hati meskipun
tetap berada di dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia posprandial (sesudah
makan) jika konsentrasi dalam darah cukup tinggi maka ginjal tidak dapat menyerap
kembali semua glukoksa yang tersaing keluar,akibatnya glukoksa tersebut muncul dalam
urin (glukosuria).ketika glukoksa yang berlebihan di ekresikan ke dalam urin,ekresi ini
akan di sertaipengeluaran cairan elektrolit yang berlebihan.keadaan ini di namakan
diuresis osmotik.sebagai kehilangan cairan berlebihan,pasien akan mengalami
peningkatan selera makan (polifagia),akibat menurunya simpanan kalori.gejala lainya
mencakup kelelahan dan kelemahan.dalam keadaan normal insulin mengendalikan
glikogenolisis (pemecahan glukoksa yang di simpan) dan glukoneogenesis (pembentukan
glukoksa baru dari asam-asam amino dan subtansi lain),namun pada penderita defisiensi
insulin,proses initerjadi tanpa hambatan dan lebih lanjut akan turut menimbulkan
hiperglikemia.di samping itu akan terjadi pemecahn lemak yang mengakibatkan
peningkatan produksi badan keton merupakan asam yang menganggu keseimbangan
asam basah tubuh apabila jumlahnya berlebihan. Keteasidosis yang di akibatkan dapat
menyebabkan tanda-tanda dan gejala seperti nyeri abdomen,mual,muntah,nafas berbauh
aseton dan bila tidak di tangani akan menimbulkan perubahan kesadaran,koma bahkan
kematian. Pemberian insulin bersama cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan akan
memperbaiki dengan cepat kelainan metabolik tersebut dan mengatasi gejala
hiperglikemia serta ketoasidosis.diet dan latihan di sertai pemantauan kadar gula darah
yang sering merupakan komponen terapi yang penting.

b. Diabetes tipe 2
Patognesis DM tipe 2 berbeda signifikan dari DM tipe 1 respon terbatas sel beta
terhadap hiperglikemia tampak menjadi faktor mayor dalam perkembanganya.sel beta
terpapar secara kronis terhadap kadar glukoksa darah tinggi menjadi secara progesif
kurang efisien ketika merespon peningkatan glukoksa lebih lanjut.fenomena ini di namai
desenstisasi,dapat kembali dengan menormalkan kadar glukoksa.rasio proisulin
( prekusor insulin) terhadap insulin teesekresi juga meningkat (Black,M.Joyce,2014)
DM tipe 2 adalah suatu kondisi hiperglikemia puasa yang terjadi meski tersedia insulin
endogen.kadar insulin yang di hasilkan pada DM tipe 2 berbeda-beda dan meski
ada,fungsinya dirusak oleh resitensi insulin di jaringan perifer.hati memproduksi
glukoksa lebih dari normal,karbohidrat dalam makanan tidak dimetabolisme dengan
baik,dan akhirnya pankreas mengeluarkan jumlah insulin yangkurang dari yang
dibuhtukan (Lemone,priscila,2016).
Faktor utama perkembangan DM tipe 2 adalah resitensi selular terhadap efek
insulin.Resitensi ini di tingkatkan oleh kegemukan,tidak beraktivitas,penyakit,obat-
obatan,dan pertumbuhan usia.pada kegemukan insulin mengalami penurunan
kemampuan untuk mempengaruhi absorbsi dan metabolisme glukoksa oleh hati,otot
rangka,dan jaringan adiposa.hiperglikemia meningkat secara perlahan dan dapat
berlangsung lama sebelum DM didiagnosis,sehingga kira-kira separuh di diagnosis baru
DM tipe 2 yang baru didiagnosis mengalami komplikasi.proses patofisiologi dalam DM
tipe 2 adalah resitensi terhadap aktivitas insulin biologis,baik di hati maupun jaringan
perifer.keadaan ini di sebut sebagai resitensi insulin.orang dengan DM tipe 2 memiliki
penurunan sensitivitas insulin terhadap kadar glukoksa,yang mengakibatkan produksi
glukoksa hepatik,berlanjut,bahkan sampai dengan kadar glukoksa darah tinggi. Hal ini
bersamaan dengan ketidakmampuan otot dan jaringan lemak untuk meningkatkan
ambilan glukoksa.mekanisme penyebab resitensi insulin berkaitan terhadap resptor pada
permukaan sel.insulin adalah hormon pembangun (anabolik) tanpa insulin,tiga masalah
metabolik mayor terjadi: (1) penurunan pemenfataan glukoksa,(2)peningkatan mobilisasi
lemak,dan (3)peningkatan pemenfataan protein.

Phatway

DM Tipe 1 DM Tipe 2

Idiopatik,usia
RR Autoimun
Reaksi
genetik,
nnnAutoimun
SS
Sel pankreas Jumlah sel pankreas
hancur menurun

Definisi insulin

Katabolisme protein
Hiperglikemia meningkat Liposis meningkat

Pembatasan diit Penurunan BB

Intake tidak adekuat Resiko nutrisi kurang


Fleksibilias darah
merah

Pelepasan o2

Deficit volume
Poliuria
cairan
Hipoksia perifer

Perfusi jaringan perifer


Nyeri
tidak efektif

5.Manifestasi klinis
a. Gejala akut penyakit diabetes miletus
Gejala penyakit DM dari satu penderita ke penderita lain bervariasi bahkan,mungkin
tidak menunjukan gejala apa pun sampai saat tertentu
1) Pada permulaan gejala yang di tunjukan meliputi serba banyak (poly) yakni:
a) Banyak makan (polypagia)
b) Banyak minum (polydipsia)
c) Banyakkencing (polyuria)
b. Gejala kronik diabetes miletus
Gejala kronik yang sering di alami oleh penderita diabetes miletus adalah:
a) Kesemutan
b) Kulit terasa panas,atau seperti tertusuk-tusuk jarum
c) Rasa tebal di kulit
d) Keram
e) Capai
f) Mudah mengantuk
g) Mata kabur,biasanya sering ganti kacamata
h) Gatal di sekitar kemaluan terutama wanita
i) Gigi mudah goyah dan mudah lepas,kemampuan seksual menurun,bahkan
impontensi
j) Para ibu hamil sering mengalami keguguran atau kematian janin kandungan atau
bayi dengan berat lahir lebih dari 4kg

6.Komplikasi (WEDNESDAY 2022)


Komplikasi diabetes miletus bisa menyebabkan berbagai penyakit,dari yang paling ringan
sampai parah. Penanganan medis harus segera di lakukan jika komplikasi berada pada kondisis
parah,memiliki pola hidup sehat agar kadar gula dalam darah tetap normal. Berikut adalah
komplikasi diabetes miletus yang harus di ketahui:
1. Penyakit kardiovaskuler
Menderita penyakit diabetes miletus akan meningkatkan resiko terjadinya
penyakit kardiovaskuler.penyakit kardiovaskuler antara lain stroke,serangan
jantung dan penyempitan pembuluh darah.tingginya kadar glukoksa dalam tubuh
akan membuat pengrangsang pembuluh darah arteri lebih cepat dan akhirnya
menghambat sirkulasi darah.
2. Penyakit ginjal
Rusaknya ginjal akibat pada diabetes miletus di kenal dengan istilah medis
nefropati diabetik.kondisi nefropati diabetik terjadi akibat kadar gula darah tinggi
yang masuk ke dalam pembuluh darah di ginjal yang berfungsi untuk menyaring
limbah atau zat sisah padah tubuh.jika kondisi tersebut di biarkan dan tidak
segera di tangani dengan segera maka akan menyebabkan penyakit ginjal akut
hingga gagal ginjal.
3. Kerusakan saraf
Kerusakan saraf yang di timbulkan akibat diabetes di tandai dengan rasa
nyeri,terasa kesemutan,kulit terasa terbakar,dan mati rasa.kondisi tersebut terjadi
akibat kadar dalam gulah darah dalam tubuh sangat tinggi. Akibatnya,kondisi
tersebut akan merusak saraf-saraf di dalam tubuh.
4. Kerusakan mata
Komplikasi berikutnya dari penyakit diabetes miletus adalah kerusakan pada
organ mata.penderita diabetes miletus sangat berisko tinggi mengalami kerusakan
mata jika diabetes miletus tidak segera di tnagani.kerusakan mata di mulai dengan
pengelihatan yang mulai kabur,terutama jika kadar darah sedang tinggi.beberapa
kerusakan mata yang mungkin terjadi akibat diabetes miletus meliputi
glaukoma,katarak diabetik,edema diabetik.
5. Masalah kulit
Tingginya kadar glukoksa dalam darah menjadi tempat berkembang biak yang
sangat baik bagi bakteri dan jamur.
Akibatnya penderita bisa saja mengalami masalah kulit akibat diabetes miletus
bisa di cegah dan berhasil di obati jika di ketahui sejak dini.
6. Kaki diabetik
Diabetes miletus jugga dapat menyerang saraf kaki atau biasa di sebut kaki
diabetik. Tingginya kadar gula darah akan merusak saraf danjaringan di
kaki.akibatnya kaki mengalami luka dan penderita tidak menyadari adanya luka
karena kerusakan saraf yang terjadi (menjadi mati rasa) dan ketika kadar gula
tidak stabil akan menghambat penyembuhan luka.

B .Konsep Dasar Askep

1. Pengkajian
a) Pengumpulan data
1. Biodata
Nama:
Umur:
Jenis kelaimin:

2. Riwayat kesehatan
(1) keluhan utama
Keluhan yang rerjadi pada klien dengan DM bisanya nyeri tertusuk-
tusuk,kesemutan,pandangan kabur,kelemahan tubuh,klien jugga mengeluh
poliuria,polidipsi,polifagia,dan gangguan tidur.
(2) Riwayat penyakit sekarang
Menanyakan pada hal-hal yang menyebabkan klien meminta bantuan pelayan
seperti
 Apa yang di rasakan klien
 Apakah masalah atau gejala yang dirasakan terjadi secara tiba-tiba atau
perlahan dan sejak kapa di rasakan
 Bagaimana gejala itu mempengaruhi aktifitas hidup sehari-hari
 Bagaimana pola eliminasi baik fekal maupun urin
 Bagaimana fungsi seksual dan reproduksi
 Apakah ada perubahan fisik tertentu yang sangat menganggu klien

(3) Riwayat penyakit dahulu


Klien dengan DM biasanya di temukan riwayat penyakit dahulu
hipertensi,DM
(4) Riwayat penyakit keluarga
Mengkaji kemungkinan adanya anggota keluarga yang mengalami
gangguan tertentu yang berhubungan secara langsung dengan gangguan
hormonal seperti
 Obesitas
 Gangguan pertumbuhan dan perkembangan
 Kelainan pada kelenjar tioroid
 Diabetes miletus
 Inferilitas
1) Pola kegiatan sehari-hari
(1)pola persepsi dan tatalaksana kesehatan
Klien dengan DM kadang-kadang tidak mengetahui tentang penyakit yang
di alaminya,dan cara mengatasinya
2) Pola nutrisi dan cairan
 Makan
Makan makanaan yang mengandung gula,lemak,makanan tidak sesuai
dengan pola diet,ingin selaluh makan tapi berat badanya menurun karena
glukoksa tidak dapat di tarik oleh sel dan terjadi penurunan sel.
 Minum
Polipsi ( banyak minum),sering haus dengan frekuensi minum mencapai
2500-5000 cc/hari
3. Pola eliminasi
Klien dengan DM biasanya ada perubahan pola berkemih
(poliuria,nokturia,anuaria,anuria) karena klien rasa haus yang berlebihan
4. Pola tidur
Klien dengan DM mengalami gangguan pola tidur akibat klien banyak kencing
pada malam hari 4-5kali.
5. Pola aktifitas
Klien dengan DM akan mengalami cepat letih,lemah,sulit
bergerak/berjalan,kram otot,tonus otot menurun
6. Pola konsep diri
Klien cenderung cemas dan gelisah terhadap sikap dan sifat dari
keluarga,menunjukan ekspresi sedih/khawatir.
7. Pola kongnisi dan presepsi
Klien dengan DM mampu berkomunikasi dengan sesama
8. Pola interaksi sosial
Pola interaksi klien dengan keluarga terganggu,mengeluh tidak berharga lagi.
9. Pola seksual
Penurunan libido,serta perubahan menstruasi pada wanita.
10. Kegiataan keagamaan
Klien dengan DM kegiataan keagamaan akan terganggu karena ada luka dan
kondisi tubuh lemah
11. Keadaan psikososial
Presepsi klien terhadap penyakitnya, konsep diri klien dan keadaan emosi,
biasanya klien tampak cemas,gelisah dan khwatir terhadap penyakitnya
3) Pemeriksaan fisik
1. keadaan umum:baik atau lemah
TTV:
Td:hipertensi/normal
N:takikardi/normal
S:hipertermi/normal
RR:takipnea/normal
BB:obesitas/tidak
2. wajah : bentuk bulat/lonjong warna rambut
hitam/keputihan,panjang/pendek,wajah menyeringai
a. mata
inspeksi: :melihat apakah bentuk mata simetris,konjungtiva
anemis/ananemesis,sclea tidak ikteri/ikterik,pengelihatan jelas/tidak
b. Telinga:
Inspeksi:apakah bentuk telinga simetris/tidak,apakah ada serumen/tidak, apakah ada
gangguan-gangguan pendengaran
c. Hidung :
Inspeksi: melihat apakah ada pendaharan pada hidung,apakah ada serumen/tidak.
d. Mulut
Inspeksi:mukosa mulus kering/lembab,bibir kering/tidak,ada perdarahan pada rongga
mulut/tidak.
e. Leher: Inspeksi:melihat apakah pembesaran kelenjar tiroid/tidak,ada kekakuan pada leher
atau tidak.
f. Dada :
Inspeksi:apakah bentuk dada simetris/ tidak melihat apakah kelainan bentuk pada
dada,sesak nafas ato tidak
Palpasi:apakah ada nyeri tekan/tidak
Auskultasi:mendengar ada atau tidaknya bunyi nafas tambahan,(ronchi,weezing)
Perkusi:apakah ada penumpukan cairan pada paru-paru
g. Abdomen
Inspeksi:melihat apakah ada asites,apakah ada luka memar
Palpasi:apakah ada nyeri tekan pada abdomen
Auskultasi:dengarkan bising usus
Perkusi:apakah ada penumpukan cairan pada abdomen
h. Ekstermitas
Inspeksi:apakah ada luka atau ganggren,melihat kekuatan otot,nyeri tekan.

b. Klasifikasi data
a) Data subjektif
 Pasien banyak kencing(poliuri)
 Klien banyak makan (polifagia)
 Klien banyak minum (polidipsi)
 Pandangan pasien kabur
 Klien lemas,cepat letih
 Adanya luka gangren
 Rasa nyeri pada luka
 Rasa tertusuk-tusuk seperti jarum pada kaki
 Pasien pusing
 Rasa haus
 Rasa lapar

b.Data objektif
 Peningkatan output urin 2500cc
 Membran mukosa kering dan bibir kering,dehidrasi
 Klien lemah
 Adanya luka gangren
 Banyak kencing pada malam hari
 Bb menurun
 Banyak makan
 Kekuatan otot menurun
 Luka sulit sembuh lebih dari satu tahun
C.Analisa data

No Data Etiologi problem


1 DS: Definisi insulin Ganguan nutrisi
 Banyak makan
 Banyak kencing
 Mual muntah Glucagon

DO
 Berat badan menurun
 Banyak kencing Glukoneognesis
 Kekuatan otot menurun
Hiperglikemia

Nutrisi sel-sel otot


2 :Ds Penurunan pemakaian Kekurangan volume
 Klien banyak kencing glukoksa oleh sel Cairan
 Klien rasa haus

Do:
 Klien banyak kencing Hiperglikemia
 Klien banyak kencing
pada malam hari
 muntah Gilkosuria

Osmotic diabetic

Poliuri

dehidrasi
3 Ds: Ateroklerosis Ganguan intergitas
 ada luka kulit
 nyeri
 kesemutan Mikrovaskuler
 nyeri tertusuk-tusuk seperti
jarum pada kaki

Do: Ekstermitas
 ada luka gangren
 luka sulit sembuh lebih
dari satu tahun gangren

.
Ds: Ateroklerosis Ganguan rasa nyaman
4  pandangan kabur
 mengeluh tidak nyaman
Mikrovaskuler

Do:
 tampak lemah Distres psikologis
 klien pusing
 gelisah

2.Diagnosa

1. Resoko nutrisi kurang (D.0019) berhubungan dengan ketidakcukupan insulin penurunan


ambilan dan pengunaan glukoksa oleh jaringan mengakibatkan peningkatan metabolisme
protein/lemak yang di tandai dengan:

 banyak makan
 banyak kencing
 mual muntah
 berat badan menurun
 banyak kencing
 kekuatan otot menurn
 peningkatan kebutuhan metabolisme

2. kekurangan deficit volume cairan(D.0036) kekurangan volume cairan berhubungan dengan


diersis osmotic yang di tandai dengan:
 klien banyak kencing
 klien rasa haus
 klien banyak kencing
 klien banyak kencing pada malamhari
 muntah
 peradangan pankreas

3. perfusi jaringan perifer tidak efektif(D.0009) berhubungan dengan penurunan sirkulasi darah
pada level kapiler yang dapat menganggu metabolisme tubuh:
 hiperglikemia
 penurunan konsentrasi hemoglobin
 peningkatan tekanan darah
 kurang terpapar informasi tentang informasi proses penyakit diabetes miletus
 kurang aktifitas fisik

4. Nyeri (D0074) ganguan intergitas kulit berhubungan dengan perubahan status metabolic
(neourupati perifer) yang di tandai dengan:
 ada luka
 kesemutan
 nyeri tertusuk-tusuk sepertijarumpada kaki
 ada luka gangren
 luka sulit sembuh lebih dari satu tahun

3. Intervensi
1. Ganguan nutrisi berhubungan dengan ketidakcukupan insulin penurunan ambilan
dan pengunaan glukoksa oleh jatingan mengakibatkan peningkatan metabolisme
protein/lemak criteriah hasil:
:
 pasien dapat mencerna jumlah kalori atau nutrient yang tepat
 berat badan stabil atau penambahan kearah rentang biasanya
 mual dan muntah berkurang sampai hilang
 gula dara dalam batas normal,70-110mg/dl
 TTVdalam keadaan stabil

Intervensi
1) Timbang berat badan setiap hari atau sesuai dengan indikasi
R/mengkaji pemasukan makanan yang kuat.
2) Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan makanan yang
di habiskan pasien.
R/mengidentifikasi kekurangan dan penyimpangan dari kebutuhan terapeutik.
3) Aukultasi bising usus,catat adanya nyeri abdomen/perut kembung,mual
muntah
R/hiperglikemia dan ganguan keseimbangan cairan dan elektrolit dapat
menurunkan mobilitas/fungsi lambung.
4) Kolaborasi melakukan pemeriksaan gula darah
R/analisa di tempat tidur terhadap gula darah lebih akurat (menunjukan
keadaan saat di lakukanpemeriksaan.)
5) Kolaborasi pemberian terapi relaksasi benson
R/agar dapat menurunkan kadar gula darah dalam tubuh pasien
6) Kolaborasi dengan ahli diet
R/sangat bermanfaat dalam perhitungan dan penyelesaian diet untuk
kebutuhan nutrisi pasien.
2. Kekurangan deficit volume cairan berhubungan dengan dresis osmotic
Tujuan: pasien menunjukan hidrasiyang adekuat di buktikan oleh tanda vital
stabil,nadi perifer dapat di raba,turgor kulit dan pengisian kapiler aik,haluaran
urin dapat secara individu dan kadar elektrolit dalam batas normal
Intervensi:
1) Pantau tanda-tanda vital,nadi tidak teratur dan catat adanya perubahan TD
ortostaik
R/hipovelmia dapat dimanifestasikan oleh hipotensi dan takikardia
2) Pantau pola nafas seperti adanya pernafasan kusmaul atau pernafasan yang
berbau keton
R/paru-paru mengeluarkan asam karbonat melalui pernafasan yang
menghasilkan kompesasi alkalosis respiratoris terhadap keadaan ketoasidosis
3) Kaji frekuensi dan kualitas pernafasan,pengunaan otot bantu nafas,dan adanya
periode apnea dan munculnya sianosis
R/koreksi hiperglikemia dan asidosis akan menyebabkan pola dan frekuensi
pernafasan mendekati normal.
4) Kaji nadi perifer,pengisian kapiler,turgor kulit dan membrane mukosa
R/merupakan indicator di tingkat dehidrasi,atau volume sirkulasi yang
adekuat.
5) Pantau input dan output
R/memberikan perkiraan kebutuhan akan cairan penganti,fungsi ginjal,dan
ketidakefektifan dari terapi yang di berikan.
6) Pertahankan untuk memberikan cairan paling sedikit 2500 m/hari dalam batas
yang di toleransi jantung jika pemasukan cairan melalui oral sudah dapat
diberikan.
7) Kolaborasi:berikan terapi cairan normal salin atau setengah normal salin tanpa
dektrosa
R/tipe dan jumlah dari cairan tergantung pada derajat kekurangan cairan dan
respons pasien secara individual.
3. Perfusi jaringan tidak efektif
Berhubungan dengan ganguan intergitas kulit dapat berkurang atau menunjukan
penyembuhan
Criteria hasil:
Kondisi luka menunjukan adanya perbaikan jaringan dan tidak terinfeksi
Intervensi;
1) Kaji luka,adanya epitelisasi,perubahan warna adanya push,edema,dan
discharge.
R/kulit biasanya cenderung rusak kareana perubahan sirkulasi
perifer,ketidakmampuan untuk merasakan toleran,imobilisasi,ganguan
pengaturan suhu
2) Kaji frekuensi ganti balut
R/untuk mencegah terjadinya infeksi dan penyebaran infeksi lanjut
3) Kaji tanda vital
R/untuk mengetahui keadaan umum pasien
4) Kaji adanya nyeri dan infeksi
5) Lakukan perawatan luka dengan teknik steril
6) R/untuk menghindari terjadinya infeksi
7) Kolaborasi pemberian terapi relaksasi benson
R/agar meningkatkan dan mengurangi glukoksa darah dalam tubuh
8) Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi
R/untuk membantu mencegah terjadinya spesis
4. Nyeri ganguan intoleransi aktifitas berhuungan dengan kelemahan fisik
Intervensi:
1) Diskusikan dengan pasien dalam kebutuhan aktifitas buat jadwal
perencanaan dengan pasien identifikasi aktifitas yang menimbulkan
kelelahan
R/pendidikan dapat memberikan motivasi untuk meningkatkan tingkat
aktifitas meskipun pasien mungkin sangat lemah
2) Berikan aktifitas alternative dengan periode istrahat yang cukup tanpa di
ganggu
R/mencegah kelelahan yang berlebihan
3) Pantau nadi,ferekuensi pernafasan dan tekanan darah sebelum dan sesudah
melakukan aktifitas
R/mengidentifikasi tingkat aktifitas yang dapat di toleransi secara
fisiologis
4) Diskusikan cara mengehemat kalori selama mandi,perpindahan tempat dan
sebagainya
R/pasien akan melakukan lebih banyakkegiatan dengan penurunan
kebutuhan akan energi pada setiap kegiatan.
5) Tingkatkan partisipasi pasien dalam melakukan aktifitas sehari-hari sesuai
dengan yang dapat di toleransi
R/meningkatkan kepercayaan diri/harga diri yang positiv seusuai tingkat
aktifitas yang dapat di toleransi pasien.

4. Implementasi
inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik.dalam pelaksanan ini perawat
melakukan tindakan keperawatan seuai dengan rencana yang telah di susun,kondisi dan keadaan
klien yang adadi lapangan.
5.Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir proses keperawatan yang menyediakan nilai informasi mengenai
pengaruh intervensi yang telah di rencanakan dan merupakan perbandingan dari hasil yang di
amati dengan kriteria hasil yang telah di buat pada tahap perencanaan.

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI......................................................................................
BAB 1PENDAHULUAN..................................................................
A..Latar Belakang..............................................................................
B..rumusan masalah...........................................................................
C.TUJUAN PENELITIAN................................................................
-Tujuan umum....................................................................................
-Tujuan khusus...................................................................................
D.MANFAAT PENELITIAN............................................................
E.KEASLIAN PENELITIAN............................................................

BAB II................................................................................................
A.Anatomi fisiologi............................................................................
-fungsi pankreas.................................................................................
-hormon-hormon yang di skresi.........................................................
B.Konsep penyakit.............................................................................
-pengertian diabetes miletus...............................................................
-Klasifikasi diabetes miletus..............................................................
-etiologi..............................................................................................
-patofisiologi......................................................................................
Pathway..............................................................................................
B.Konsep dasar askep........................................................................
-pengkajian.........................................................................................
-klasifikasi data..................................................................................
-analisa data........................................................................................
-diagnosa............................................................................................
-intervensi...........................................................................................
-implementasi.....................................................................................
-evaluasi.............................................................................................

Anda mungkin juga menyukai