Disusun Oleh:
Raj Chandra
N 111 20 031
Pembimbing :
dr. Muhammad Nahir. Sp. An
Bagian Anestesiologi
RSUD ANUNTALOKO PARIGI
Program Studi Pendidikan Dokter
Fakultas Kedokteran Universitas Tadulako
Pendahuluam
Anestesi umum adalah menghilangkan rasa sakit seluruh tubuh secara sentral disertai
hilangnya kesadaran yang bersifat reversibel. Anestesi memungkinkan pasien untuk mentoleransi
prosedur bedah yang akan menimbulkan sakit yang tak tertahankan. Anestesi memiliki tujuan-
tujuan sebagai berikut hipnotik/sedasi, analgesia, dan muscle relaxant.1
Teknik anestesi umum dapat dilakukan dengan anestesi inhalasi, anestesi intravena,
ataupun kombinasi kedua teknik tersebut. Saat memilih teknik dan obat yang akan digunakan
dalam anestesi umum perlu dipertimbangkan berbagai hal, antara lain adalah keamanan dan
kemudahan dalam melakukan teknik tersebut, kecepatan induksi dan pemulihan, stabilitas
hemodinamik, efek samping yang ditimbulkan, serta biaya yang diperlukan.2
Pemberian anestesi dimulai dengan induksi yaitu memberikan obat sehingga pasien tidur.
Pada operasi yang berlangsung lama, kedalaman anestesi perlu dipertahankan dengan
memberikan obat terus-menerus dengan dosis tertentu, hal ini disebut pemeliharaan
(maintenance). Setelah tindakan selesai, pemberian obat anestesi dihentikan dan fungsi tubuh
penderita dipulihkan, periode ini disebut pemulihan (recovery). Beberapa teknik anestesi umum
antara lain sungkup muka/kap (face mask), intubasi endotrakeal, induksi intravena, induksi
inhalasi, induksi intramuskular, dan induksi per rektal.1
TIVA dalam anestesi umum digunakan untuk mencapai 4 komponen penting dalam
anestesi yaitu ketidaksadaran, analgesia, amnesia dan relaksasi otot. Namun tidak ada satupun
obat tunggal yang dapat memenuhi kriteria di atas, sehingga diperlukan pemberian kombinasi
dari beberapa obat untuk mencapai efek yang diinginkan tersebut. 3
BAB 2
Tinjauan Pustaka
Ulkus diabetikum adalah luka yang terjadi pada pasien diabetik yang
melibatkan gangguan pada syaraf periferal dan autonomik. Ulkus diabetikum
adalah luka yang terjadi karena adanya kelainan syaraf, kelainan pembuluh darah
dan kemudian adanya infeksi. Bila infeksi tidak di atasi dengan baik, hal itu akan
berlanjut menjadi pembusukan bahkan dapat di amputasi (Wijaya & Putri, 2013).4
Ulkus adalah luka terbuka pada permukaan kulit atau selaput lendir dan
ulkus adalah kematian jaringan yang luas dan disertai invasif kuman saprofit.
Adanya kuman saprofit tersebut menyebabkan ulkus berbau, ulkus diabetikum
juga salah satu gejala klinik dan perjalanan penyakit DM dengan neuropati perifer
Komplikasi
Tatalaksana
Farmakologi
2.2 TIVA
Sifat fisik dan farmakologis anestetika intra vena yang ideal meliputi2,4 :
4. Onset hipnotis yang cepat dan lembut tanpa menimbulkan aktifi tas
eksitasi
Loading dose = Vd × Cp
1. Barbiturat
Barbiturat yang biasa digunakan adalah thiopental, methohexital dan
thiamylal.(barash, miller). Ketiganya tersedia dalam bentuk garam sodium
dan harus dilarutkan ke dalam larutan isotonik NaCl (0,9%) atau air untuk
mendapatkan larutan thiopental 2,5%, methohwxital 1-2% dan thiamylal
2%. Jika barbiturat dicampurkan ke dalam cairan ringer laktat atau larutan
bersifat asam yang mengandung obat lainnya yang larut air, maka akan
terjadi presipitasi dan menyumbat kateter vena. Walaupun thiopental 2,5%
bersifat sangat alkalis (pH 9) dan dapat mengiritasi jaringan jika
disuntikkan ekstravaskuler, ia tidak menyebabkan nyeri dan iritasi pada
vena saat disuntikkan. Sebaliknya, methohexital 1% sering menyebabkan
nyeri saat penyuntikkan di vena kecil. Injeksi thiobarbiturat intra arterial
dapat menyebabkan komplikasi yang serius berupa pembentukkan kristal
di arteriola dan kapiler, menimbulkan vasokonstriksi berat, thrombosis dan
bahkan nekrosis jaringan.
2. Benzodiazepin
3. Ketamin
Derivat phencyclidine ini diformulasikan dalam bentuk campuran
racemic. Di antara agen anestetik lainnya ketamin mempunyai keunggulan
dengan menimbulkan efek hipnotik dan analgesi sekaligus berkaitan
dengan dosis yang diberikan.4 Ketamin memiliki efek yang beragam pada
sistem saraf pusat, menghambat refleks polisinaptik di medulla spinalis
dan neurotransmitter eksitasi di area tertentu otak. Ketamin memutus
hubungan thalamus (penghubung impuls sensoris dari sistem aktivasi
retikuler ke korteks serebri) dengan korteks limbus (berperan pada sensasi
waspada), secara klinis disebut juga anestesi disosiasi, di mana pasien
tampak sadar (mata terbuka, reflek menelan dan kontraksi otot) tetapi
tidak mampu mengolah dan merespon input sensorisnya.9 Ketamin juga
merupakan antagonis reseptor NMDA (N-methyl-D-aspartate). Pada dosis
sub anestesi ketamin dapat menimbulkan halusinasi yang dapat dicegah
dengan pemberian midazolam ataupun agen hipnotik lainnya.4,9
4. Etomidat
5. Propofol
6. Opioid
• Scope
Yang dimaksud scope di sini adalah stetoskop dan laringoskop. Stestoskop
untuk mendengarkan suara paru dan jantung serta laringoskop untuk melihat
laring secara langsung sehingga bisa memasukkan pipa trake dengan baik dan
benar. Secara garis besar, dikenal dua macam laringoskop:
a. Bilah/daun/blade lurus (Miller, Magill) untuk bayi-anak-dewasa.
b. Bilah lengkung (Macintosh) untuk anak besar-dewasa.
Pilih bilah sesuai dengan usia pasien. Yang perlu diperhatikan lagi adalah lampu
pada laringoskop harus cukup terang sehingga laring jelas terlihat.7
Tube
Yang dimaksud tubes adalah pipa trakea. Pada tindakan anestesia, pipa
trakea mengantar gas anestetik langsung ke dalam trakea dan biasanya dibuat dari
bahan standar polivinil klorida. Ukuran diameter pipa trakea dalam ukuran
milimeter. Bentuk penampang pipa trakea untuk bayi, anak kecil, dan dewasa
berbeda. Untuk bayi dan anak kecil di bawah usia lima tahun, bentuk penampang
melintang trakea hampir bulat, sedangkan untuk dewasa seperti huruf D. Oleh
karena itu pada bayi dan anak di bawah lima tahun tidak menggunakan kaf
(cuff)sedangkan untuk anak besar-dewasa menggunakan kaf supaya tidak
bocor.Alasan lain adalah penggunaan kaf pada bayi-anak kecil dapat membuat
trauma selaput lendir trakea dan postintubation croup.
Airway yang dimaksud adalah alat untuk menjaga terbukanya jalan napas yaitu
pipa mulut-faring (Guedel,orotracheal airway) atau pipa hidung-faring (naso-
tracheal airway). Pipa ini berfungsi untuk menahan lidah saat pasien tidak sadar
agar lidah tidak menyumbat jalan napas.
Tape
Tapeyang dimaksud adalah plester untuk fiksasi pipa supaya tidak terdorong atau
tercabut.
Introducer
Introducer yang dimaksud adalah mandrin atau stilet dari kawat yang dibungkus
plastik (kabel) yang mudah dibengkokkan untuk pemandu supaya pipa trakea
mudah dimasukkan.
Connector
Connector yang dimaksud adalah penyambung antara pipa dengan bag valve
mask ataupun peralatan anesthesia.
Suction
Suction yang dimaksud adalah penyedot lender, ludah dan cairan lainnya.7
2.3 Tehnik intubasi endotrakea
B. ANAMNESIS
a. Keluhan Utama : Nyeri pada tangan kiri
b. Riwayat Penyakit sekarang : Pasien mengeluhkan luka dan bengkak pada
lengan kiri sejak kurang lebih 2 bulan yang lalu. Pasien menderita DM namun tidak
berobat teratur, mual dan muntah tidak ada..BAK tidak lancer, BAB (+) biasa.
c. Riwayat Penyakit dahulu :
Riwayat penyakit Asma (-), Hipertensi(-), dan Diabetes Melitus (+)
Riwayat alergi makanan dan obat-obatan (-)
Riwayat perdarahan lama (-)
d. Anamnesis tambahan :
Gigi goyang (-), gigi palsu (-), riwayat operasi sebelumnya (-)
C. PEMERIKSAAN FISIK
a) Tanda-tanda vital
TD : 110/60 mmHg N : 80x/menit P : 18 x/menit S : 36,7oC
b) Pemeriksaan fisik
Mata : anemis (-/-) Ikterus (-/-),
Bibir : Sianosis (-)
Mulut : T2/T2, Mallapati (2), Gigi goyang (-), Gigi palsu (-)
Toraks
Inspeksi : Simetris bilateral
Palpasi : Vokal fremitus kiri = kanan
Perkusi : Sonor (+) di kedua lapang paru
Auskultasi :Vesikuler +/+, Rhonki -/-, Wheezing -/-
Jantung
Perkusi : Batas jantung normal
Auskultasi : Bj I/II murni, reguler
Abdomen
Inspeksi : Tampak datar
Auskultasi : Peristaltik (+), kesan normal
Perkusi : Tympani,
Palpasi : nyeri tekan (-)
Ekstremitas : Akral hangat (+/+), oedem (+/+), CRT (<2 detik)
ekstremitas kanan atas : Pergerakan bebas
ekstremitas kiri atas : Pergerakan bebas, Abses (+)
ekstremitas kanan bawah : Pergerakan bebas
ekstremitas kiri bawah : Pergerakan bebas
c) B1 (Breath)
Airway bebas, gurgling/snoring/crowing:-/-/-, RR:18x/menit,
Mallampati: 2, Riwayat asma (-) alergi (-), batuk (-), sesak (-) leher pendek (-),
pergerakan leher bebas, faring hiperemis(-), pernapasan vesikuler(+/+), suara
pernapasan tambahan ronchi(-/-), wheezing(-/-)
d) B2 (Blood)
Akral hangat, TD : 110/60 mmHg, HR : 80x/menit irama reguler, CRT < 2 detik.
Masalah pada sistem cardiovaskuler (-)
e) B3 (Brain)
Kesadaran compos mentis GCS 15 (E4V5M6), Refleks Cahaya +/+
f) B4 (Bladder)
BAK tidak lancar
g) B5 (Bowel)
Keluhan mual (-), muntah (-). Abdomen: Inspeksi tampak cembung, kesan normal,
Auskultasi: peristaltik (+), kesan normal, Palpasi: nyeri tekan (-), tidak teraba massa,
Perkusi: tympani (+) pada seluruh lapang abdomen.
h) B6 (Back & Bone)
Nyeri tulang belakang(-), ekstremitas kiri atas Abses (+)
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium Darah Rutin (10/08/2021)
HBsAg Non-Reaktif
12/8/2021
E. ASSESMENT
Status fisik ASA ps kelas III
Diagnosis pra-bedah : Ulcus Diabeticum
F. PLAN
Jenis anestesi : General Anestesi
Teknik anestesi : General Total Intravenous Anestesia
Jenis pembedahan : Debridement + Drainase Abses
G. PERSIAPAN PRE-OPERATIF
Di ruangan
a. Surat persetujuan operasi dan Surat persetujuan tindakan anestesi.
b. Puasa 6-8 jam pre operasi
c. Pasang infus RL pada saat puasa dengan kecepatan 21 tpm
Di Kamar Operasi
a. Meja operasi dengan asesoris yang diperlukan
b. Mesin anestesi dengan sistem aliran gasnya
c. Alat-alat resusitasi (STATICS)
d. Obat-obat anestesia yang diperlukan
e. Obat-obat resusitasi, misalnya; adrenalin, atropine, aminofilin, natrium bikarbonat dan lain-
lainnya.
f. Tiang infus, plaster dan lain-lainnya.
g. Alat pantau tekanan darah, suhu tubuh, dan EKG dipasang.
h. Alat-alat pantau yang lain dipasang sesuai dengan indikasi, misalnya; “Pulse Oxymeter”
i. Kartu catatan medis anestesia.
Persiapan alat (STATICS)
a. Scope : Stetoscope untuk mendengarkan suara paru dan jantung. LaringoScope : pilih
bilah (blade) yang sesuai dengan usia pasien. Lampu harus cukup terang.
b. Tube : Pipa trakea, pilih sesuai ukuran pasien
c. Airway : Pipa mulut-faring (Guedel, orotracheal airway) atau pipa hidung-faring (nasi-
tracheal airway). Pipa ini menahan lidah saat pasien tidak sadar untuk mengelakkan
sumbatan jalan napas
d. Tape : Plaster untuk fiksasi pipa supaya tidak terdorong atau tercabut.
e. Introducer : stilet dari kawat dibungkus plastic (kabel) yang mudah dibengkokkan untuk
pemandu supaya pipa trakea mudah dimasukkan.
f. Connector : Penyambung antara pipa dan peralatan anesthesia
g. Suction : Penyedot lendir, ludah dan lain-lainnya
I. LAPORAN ANESTESI
a) Diagnosis pra-bedah : Ulcus Diabeticum
b) Diagnosis post-bedah : post Debridement + Drainase Abses
c) Jenis pembedahan : Debridement + Drainase Abses
d) Jenis anastesi : General anastesi
e) Teknik anastesi : Total Intravenous
f) Posisi : Supine
g) Preoksigenasi : O2 2 L/menit via nasal kanul
h) Premedikasi anestesi : Ranitidin 50mg
Ondansentron 8 mg/iv
Metamizole 1gr
Fentanyl 50 mcg/iv
i) Induksi : Ketamin 30 mg/iv
j) Maintenance : O2 4 lpm via Nasal Kanul
k) Respirasi : Terkontrol
l) Anestesi mulai : 09.40 WITA
m) Operasi mulai : 09.50 WITA
n) Lama operasi : 20 menit
o) Lama anestesi : 25 menit
Tabel 3. Laporan Monitoring Anestesi
Tekanan Frekuensi Saturasi
Jam Terapi
darah denyut nadi oksigen
Fentanyl 50 mcg/iv
09.40 110/70 84 100
Ketamin 30 mg/iv
= 0,8%
2. Stress operasi:
Operasi Ringan
4 x 80 = 320 cc/jam
3. Cairan defisit darah selama operasi
= 50 ml
(Cairan diganti dengan kristaloid,
50 ml x 3 = 150 cc)
= 320 ml + 50 ml
= 370 ml
Keseimbangan Kebutuhan:
Total 10
BAB IV
PEMBAHASAN
Sebelum dilakukan tindakan operasi, dilakukan pemeriksaan pre-op yang meliputi
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang untuk menentukan status fisik ASA
serta ditentukan rencana jenis anastesi yang dilakukan, yaitu general anastesi.
Berdasarkan hasil pre operatif tersebut, maka dapat disimpulkan status fisik pasien pra
anastesi American Society of Anestesiology (ASA) membuat klasifikasi status fisik pra anastesi
menjadi 5 kelas yaitu:
ASA PS
Definisi
Contoh Dewasa,
contoh Anak tetapi tidak terbatas pada
Contoh Kebidanan, Termasuk
Klasifikasi
Terbatas pada:
pasien
Sehat, tidak Merokok atau alcohol penggunaan minuman
Sehat (tidak penyakit
Sehat normal
ASA I
BMI normal
persentil untuk
usia
Seorang pasien
Penyakit ringan saja
Tanpa gejala
Kehamilan normal*, hipertensi
Substantive
bawaan,
preeklamsia terkontrol tanpa
fungsional
terkontrol dengan baik
gejala berat, DM gestasional
keterbatasan.
disritmia,
dengan diet terkontrol.
perokok, social
Tanpa asma
peminum alkohol,
eksaserbasi,
ASA II
kehamilan, obesitas
terkontrol dengan baik
(30<BMI<40),
epilepsi, tidak tergantung insulin
militus,
BMI abnormal
persentil untuk
usia,
ringan/sedang
OSA, onkologi
dalam
batas,
Seorang pasien
Substantif
Tidak dikoreksi
dengan
fungsional
stabil
berat, DM gestasional
Penyakit
jantung
sistemik
kelainan,
penyakit parah.
Bawaan
Kurang terkontrol
asma dengan
membutuhkan antikoagulan.
DM atau HT,
eksaserbasi,
PPOK, penyakit
kurang terkontrol
hepatitis aktif,
Alcohol
diabetes
ketergantungan atau
mellitus, penyakit
penyalahgunaan,
kegemukan,
malnutrisi,
Moderat
OSA parah,
pengurangan
keadaan onkologi,
fraksi ejeksi,
gagal ginjal,
ESRD mengalami
berotot
ASA III
dialisis terjadwal
distrofi,
sejarah organ
transplantasi,
cacat,
simptomatik
hidrosefalus,
bayi prematur
autisme
dengan keterbatasan parah
penyakit metabolisme
, sulit
jalan napas, panjang
istilah parenteral
nutrisi. Penuh
bayi cukup bulan <6
usia minggu.
Seorang pasien
Terbaru (<3
Gejala
kelainan
jantung bawaan
ASA IV
TIA atau
CAD/stent,
lainnya, peripartum
iskemia atau kardiomiopati
disfungsi katup,
gagal, aktif
<40,
ancaman konstan
pengurangan parah
sekuel dari
terhadap
fraksi ejeksi,
prematuritas,
dikoreksi/dekompensasi,
kehidupan
syok, sepsis,
hipoksia akut-
atau kongenital.
iskemik
ESRD tidak
ensefalopati,
menjalani
syok, sepsis,
secara teratur
disebarluaskan
dialisis terjadwal
intravaskuler
pembekuan,
otomatis
implan
kardioverter-
defibrilator,
ventilator
ketergantungan,
endokrinopati,
trauma berat,
pernafasan
kesulitan,
maju
keadaan onkologi.
Pasien yang hampir mati yang tidak diharapkan bertahan hidup tanpa operasi
Pecah
perut/toraks
intrakranial
aneurisma,
pendarahan
trauma besar,
dengan massa
perdarahan intrakranial
efek, sabar
membutuhkan
usus iskemik di
ECMO,
wajah dari
pernafasan
patologi atau
ganas
Banyak
hipertensi,
sistem organ
tidak terkompensasi
penyelewengan fungsi
jantung kongestif
gagal, hati
ensefalopati,
usus iskemik
atau beberapa
sistem organ
penyelewengan fungsi.
Pasien mati otak yang organnya sedang dihapus untuk tujuan donor
ASA VI
* Penambahan "E" menunjukkan operasi Darurat: (Keadaan darurat
didefinisikan sebagai ada ketika keterlambatan dalam perawatan
pasien akan menyebabkan peningkatan yang signifikan dalam
ancaman terhadap kehidupan atau bagian tubuh)8
KESIMPULAN
4. Wijaya, Andra Saferi dan Mariza Putri, Y. (2013). Keperawatan Medikal Bedah
(Keperawatan Dewasa).Yogyakarta:Nuha Medika. Yogyakarta: Nuha Medika.
6. Gamawati, Dian Natalia dan Sri Herawati. 2002. Trauma Laring Akibat Intubasi
Endotrakeal.