LAPORAN AKHIR
P
PENYUSUNAN DED
PENATAAN DESTINASI AGROWISATA
TALAGA BODAS (GUNUNG PIRAMID)
DES A SIND ANGG ALIH KEC K AR AN GTENG AH
TA 2021
D I N AS PAR I WI S ATA
K AB U PAT E N G AR U T 1
LAPORAN AKHIR
Penyusunan DED Penataan Destinasi Agrowisata
Talaga Bodas (Gunung Piramid) Desa Sindanggalih Kec Karangtengah
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa sebab atas segala rahmat, karunia, serta taufik
dan hidayah-Nya, Laporan Akhir kegiatan Penyusunan DED Penataan Destinasi
Agrowisata Talaga Bodas (Gunung Piramid) Desa Sindanggalih Kec Karangtengah ini dapat
diselesaikan.
Kegiatan DED Penataan Destinasi Agrowisata Talaga Bodas (Gunung Piramid) ini
diharapkan dapat menghasilkan perencanaan teknis terkait dengan rencana
pengembangan wisata pendukung potensi Gunung Piramid di sekitar DTW Talagabodas.
Perencanaan teknis ini diharapkan juga dapat bersifat holistik dan terintegrasi terkait
dengan nilai budaya lokal serta segmen pasar yang akan difasilitasi di Gunung Piramid..
Kajian kami jauh dari kata sempurna dan masih membutuhkan kritik serta saran dari
pembaca, untuk menjadikan kajian ini lebih baik ke depannya. Demikian yang dapat kami
sampaikan, semoga kajian ini dapat bermanfaat. Kami ucapkan terima kasih sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang membantu pelaksanaan kegiatan ini.
Tim Penyusun
LAPORAN AKHIR
Penyusunan DED Penataan Destinasi Agrowisata
Talaga Bodas (Gunung Piramid) Desa Sindanggalih Kec Karangtengah
DAFTAR ISI
1.2.1 Maksud....................................................................................................................... 2
2.4. Aturan tentang Area Hutan Lindung dan Wisata di Area Pegunungan ............. 11
LAPORAN AKHIR
Penyusunan DED Penataan Destinasi Agrowisata
Talaga Bodas (Gunung Piramid) Desa Sindanggalih Kec Karangtengah
3.2 Inovasi Pendekatan Pengembangan High and Best Use in Property Development
21
4.3 Tahap Pengumpulan Data Primer Dan Sekunder (Survey Dan Observasi) ...... 32
iii
LAPORAN AKHIR
Penyusunan DED Penataan Destinasi Agrowisata
Talaga Bodas (Gunung Piramid) Desa Sindanggalih Kec Karangtengah
5.4. Analisis Pariwisata Dan Segmen Di Kabupaten Garut Dan Talaga Bodas ......106
LAPORAN AKHIR
Penyusunan DED Penataan Destinasi Agrowisata
Talaga Bodas (Gunung Piramid) Desa Sindanggalih Kec Karangtengah
LAPORAN AKHIR
Penyusunan DED Penataan Destinasi Agrowisata
Talaga Bodas (Gunung Piramid) Desa Sindanggalih Kec Karangtengah
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 5 Jumlah Rumah Tangga Usaha Tanaman Pangan Menurut Kecamatan dan
Jenis Jenis Tanaman ............................................................................................................... 8
Tabel 4. 3 Uraian serta keluaran pada tahap identifikasi karakteristik kawasan .... 34
vi
LAPORAN AKHIR
Penyusunan DED Penataan Destinasi Agrowisata
Talaga Bodas (Gunung Piramid) Desa Sindanggalih Kec Karangtengah
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. 2 Kawasan wisata Spot Pandang Pyramid View dan sekitarnya (sumber:
GoogleEarth) .......................................................................................................................... 3
Gambar 2. 1 Gunung Piramid Adalah Nama Lain Dari Gunung Sadahurip .............. 9
Gambar 4. 5 Gambar 3. 6 Bench Mark yang dibuat Untuk Titik Referensi ............ 45
vii
LAPORAN AKHIR
Penyusunan DED Penataan Destinasi Agrowisata
Talaga Bodas (Gunung Piramid) Desa Sindanggalih Kec Karangtengah
Gambar 4. 17 Lokasi Obyek Wisata Piramid View Sebagai Bagian dari Travel
Pattern Talaga Bodas ........................................................................................................107
Gambar 5. 13 Kualitas Jalan Menuju Lokasi dari Pertigaan Menuju Talaga Bodas
...............................................................................................................................................105
viii
LAPORAN AKHIR
Penyusunan DED Penataan Destinasi Agrowisata
Talaga Bodas (Gunung Piramid) Desa Sindanggalih Kec Karangtengah
Gambar 5. 23 Beberapa Jenis Flora yang ada di Talaga Bodas dan Kabupaten Garut
...............................................................................................................................................114
LAPORAN AKHIR
Penyusunan DED Penataan Destinasi Agrowisata
Talaga Bodas (Gunung Piramid) Desa Sindanggalih Kec Karangtengah
LAPORAN AKHIR
Penyusunan DED Penataan Destinasi Agrowisata
Talaga Bodas (Gunung Piramid) Desa Sindanggalih Kec Karangtengah
BAB 1. PENDAHULUAN
Destinasi wisata Garut terdiri dari Wisata Alam, Wisata Budaya, Wisata Kerajinan, dan
Wisata Kuliner, dalam hal ini Pariwisata Alam, Garut memiliki berbagai unggulan, yaitu
Wisata Gunung, yang terdiri dari gunung Papandayan, gunung Guntur, gunung Kamojang,
gunung Talaga Bodas dan lain-lain, Wisata Air terjun terdiri dari dari curug Orok, curug
Citiis, dll, Wisata Danau terdiri dari danau Bagendit, danau Cangkuang, dll, Wisata
Purbakala terdiri dari Candi cangkuang, dll, Wisata Adat, terdiri dari wisata Kampung Pulo,
dll, Wisata Pantai terdiri dari wisata Pantai Sayang Heulang, Pantai Santolo, Pantai Cijeruk,
Pantai Cicalobak, Pantai Rancabuaya, dan maih banyak wisata lainya
Akan tetapi di tiap tempat Pariwisata tersebut terkendala akan terpenuhinya Sarana dan
Prasarana penunjang Objek Pariwisata, Untuk itu pemerintah Garut dalam hal ini Dinas
Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Garut, melihat akan perlunya pembangunan
sarana prasarana penunjang agar Pariwisata Garut menjadi Unggulan Wisata Di Indonesia.
Objek wisata Gunung Sadahurip atau yang dikenal sebagai Piramid, merupakan salah satu
objek wisata di Kabupaten Garut yang sedang dikembangkan. Objek wisata ini berada
pada kawasan sekitar DTW Talagabodas. Secara nilai ekonomis dan historis objek ini
memiliki nilai potensi wisata yang cukup tinggi, dan ditinjau dari sisi lokasi dan keruangan,
Gunung Piramid sebagai salah satu objek wisata di Kabupaten Garut memiliki nilai lokasi
yang cukup strategis. Akan tetapi disamping memiliki potensi yang cukup tinggi sebagai
salah satu objek wisata andalan Kabupaten Garut, Gunung Piramid juga memerlukan
sebuah perencanaan untuk meningkatkan dan memaksimalkan potensi wisata tersebut.
Kegiatan penyusunan DED ini bermaksud untuk mendapatkan perencanaan teknis terkait
dengan rencana pengembangan wisata Gunung Piramid. Perencanaan teknis ini
diharapkan juga dapat bersifat holistik dan terintegrasi terkait dengan nilai budaya local
serta segmen pasar yang akan difasilitasi di Gunung Piramid.
LAPORAN AKHIR 1
Penyusunan DED Penataan Destinasi Agrowisata
Talaga Bodas (Gunung Piramid) Desa Sindanggalih Kec Karangtengah
Adapun maksud pekerjaan ini seperti telah disinggung pada pemahaman latar belakang
diatas adalah untuk menghasilkan perencanaan teknis yang holistik dan terintegrasi.
Dimana produk yang diharapkan adalah perencanaan teknis dan penganggaran untuk
pelaksanaan pengembangan objek wisata Gunung Piramid, Kabupaten Garut.
1.2.2 Tujuan
Adapun tujuan pelaksanaan pekerjaan seperti yang tercantum dalam KAK adalah untuk
mendapatkan informasi teknis terkait desain objek unsur dan sub-unsur yang
direncanakan di Gunung Piramid termasuk jenis konstruksi, penganggaran, serta
arsitektur yang sesuai dengan lokasi ini secara khusus dan budaya Kabupaten Garut secara
umum.
Berdasarkan penjelasan tersebut, tujuan dari pekerjaan ini akan terfokus dengan
pemenuhan unsur utama tersebut diatas
Lokasi perencanaan yang akan dilakukan adalah di Lokasi spot pandang Kawasan Wisata
Gunung Piramid yang terletak di Desa Sindanggalih, Kecamatan Karangtengah, Kabupaten
Garut. Adapun untuk lebih jelas mengenai lokasi rencana dan sekitarnya dapat dilihat
pada gambar dibawah.
LAPORAN AKHIR 2
Penyusunan DED Penataan Destinasi Agrowisata
Talaga Bodas (Gunung Piramid) Desa Sindanggalih Kec Karangtengah
Gambar 1. 1 Kawasan wisata Spot Pandang Pyramid View dan sekitarnya (sumber: GoogleEarth)
Pada dasarnya gambaran umum mengenai lingkup pelaksanaan kegiatan secara garis
besar mendasari dalam melakukan penyusunan pendekatan pelaksanaan pekerjaan serta
pemilihan metodologi teknis untuk masing-masing pentahapan pelaksanaan pekerjaan.
Pendekatan pekerjaan serta pemilihan metodologi teknis tersebut kemudian menjadi
dasar dalam menyusun program pelaksanaan pekerjaan.
Tahapan persiapan
Tahap pengumpulan data dan informasi lapangan
Tahap pengukuran
Tahap pra rancangan
Tahap rancangan
Berdasarkan lingkup pekerjaan diatas secara sepintas dapat dilihat bahwa pelaksanaan
pekerjaan ini meliputi penyusunan masterplan dengan output nya berupa siteplan,
dimana penyusunan masterplan ini harus diketahui dulu proyeksi segmen market yang
akan difasilitasi serta proyeksi volume wisatawanya, sehingga diperlukan kajian
perencanaan wilayah serta kajian wisata pada awal pelaksanaan pekerjaan. Setelah
tergambar karakteristik dan jumlah wisatawan yang akan difasilitasi kemudian disusun
desain siteplan yang mencakup tata letak, sirkulasi pergerakan dan lain-lain dengan
didasari oleh pembagian zonan pemamfaatan ruang yang telah dijelaskan pada bagian
latarbelakang diatas. Hal akhir yang akan dilakukan adalah mendesain dari masing-masing
objek dalam siteplan yang mencaku sub-unsur Kawasan seperti telah disebutkan diatas
LAPORAN AKHIR 3
Penyusunan DED Penataan Destinasi Agrowisata
Talaga Bodas (Gunung Piramid) Desa Sindanggalih Kec Karangtengah
baik dari sisi arsitekturalnya dan juga struktur bangunannya yang sesuai dengan kondisi
di lokasi perencanaan.
1.3.3 Keluaran
Keluaran yang menjadi bagian dari hasil yang dikerjakan dalam pelaksanaan pekerjaan ini
diuraikan sebagai berikut:
1. Laporan Pendahuluan
Laporan pendahuluan berisi rencana kerja yang akan dilakukan, baik itu berupa
metodologi teknis ataupun pendekatan pentahapan pelaksanaan pekerjaan. Selain itu,
pada pelaporan pendahuluan ini juga harus mencakup uraian mengenai organisasi
pelaksanaan pekerjaan yang meliputi rencana kerja, jadwal keterlibatan tenaga ahli, serta
manajemen organisasi tim teknis.
2. Laporan Antara
3. Laporan Akhir
Laporan akhir merupakan laporan penyempurnaan dari konsep laporan akhir yang telah
dilaporkan pada tahap sebelumnya. Laporan akhir ini gambaran mengenai gambaran
siteplan berdasarkan kajian kepariwisataan serta kriteria dasar desain Kawasan, kriteria
teknis perencanaan objek penyusun Kawasan yang ditinjau secara arsitektural serta civil
work.
4. RAB
Laporan Rencana Anggaran Biaya (RAB) merupakan perhitungan biaya untuk program
kegiatan konstruksi yang disusun gambar rancangan DED nya.
5. RKS
Laporan Rencana Kerja dan Syarat (RKS) merupakan laporan mengenai rencana kerja dan
syarat untuk pengadaan dari konstruksi yang diprogramkan akan segera dibangun.
Gambar Rencana Kerja dan 3D terdiri dari gambar rencana kerja DED dan gambar ilustrasi
3D.
LAPORAN AKHIR 4
Penyusunan DED Penataan Destinasi Agrowisata
Talaga Bodas (Gunung Piramid) Desa Sindanggalih Kec Karangtengah
BAB 1 PENDAHULUAN
Pendahuluan berisi tentang latar belakang kegiatan, maksud dan tujuan, ruang lingkup
kegiatan, serta keluaran
Menjelaskan tentang lokasi perencanaan baik dari skala makro yaitu Kabupaten Garut hingga
skala prioritas serta aturan terkait pada lokasi.
Tinjauan Literatur terdiri dari tinjauan mengenai teori-teori dan literatur pustaka yang
menjadi rujukan dalam perencanaan
Pendekatan dan Metodologi menjabarkan pendekatan dan metoodologi teknis yang akan
dilaksanakan untuk menghasilkan keluaran yang diharapkan
Rencana induk pada kawasan perencanaan di dalam delineasi yang menjelaskan tentang
konsep, program, dan pentahapannya.
Konsep desain pada lokasi prioritas sebagai bagian dari tahap awal pada masterplan.
Menjelaskan konsep desain tapaknya dan bangunannya.
LAPORAN AKHIR 5
Penyusunan DED Penataan Destinasi Agrowisata
Talaga Bodas (Gunung Piramid) Desa Sindanggalih Kec Karangtengah
Lokasi perencanaan yang berada di Desa Wanasari termasuk dalam Kecamatan Karang
Tengah. Kecamatan Karang Tengah memiliki luas lahan 3526 Ha atau 1,15 % dari total luas
Kabupaten Garut. Berdasarkan BPS Kabupaten Garut, maka kondisi fisik Kecamatan
Karang Tengah adalah sebagai berikut :
Luas (Ha)
Kecamatan
0-2% 3-14% 15-40% 40%
Karang Tengah 1816 649 655 1196
Sumber : BPS Kabupaten Garut
Berdasarkan data di atas, maka hampir 30% luas lahan tidak dapat dibangun karena
memiliki kemiringan mencapai 40% sedangkan hamper 50% lahan datar. Dengan tingkat
kemiringan cukup tinggi, maka sesuai dengan Peta RTRW 2011-2031 termasuk area
bencana rawan tanah bergerak tinggi.
Luas (Ha)
Kecamatan
0-25 25-100 100-500 500 - 1000 >1000
Karang Tengah 0 0 0 2611 915
Sumber : BPS Kabupaten Garut
Kecamatan Karang Tengah memiliki ketinggian topografi di atas 500 MPDL. Mengetahui
ketinggian lahan untuk dapat mengetahui kondisi cuaca di lokasi dan komoditas apa saja
yang dapat dikembangkan di lokasi tersebut.
b. Demografi
Jumlah penduduk di Kecamatan Karang Tengah berjumlah 48000 jiwa. Dengan luas lahan
Kecamatan Karang Tengah adalah 3526 Ha, maka dalam kepadatan rata-rata adalah 2,3
Jiwa/Ha. Sehingga bisa dikatakan Kecamatan Karang Tengah memiliki kepadatan yang
sangat rendah. Selain itu area terbangun yang terkluster juga menjadi salah satu
akibatnya. Lokasi perencanaan berada di Desa Wanasari yang memiliki jumlahpenduduk
berkisar 3700 jiwa.
LAPORAN AKHIR 6
Penyusunan DED Penataan Destinasi Agrowisata
Talaga Bodas (Gunung Piramid) Desa Sindanggalih Kec Karangtengah
Laki-laki Perempuan
2018 2019 2020 2018 2019 2020
Total 23 541 23 610 23 662 23 984 24 053 24 144
Sukamenak 3 853 3 865 3 873 3 875 3 887 3 896
Sindangmekar 1 403 1 407 1 410 1 422 1 458 1 443
Sindangratu 3 497 3 507 3 515 3 580 3 596 3 607
Cinunuk 2 780 2 788 2 794 2 845 2 867 2 838
Wanamekar 3 358 3 368 3 375 3 335 3 353 3 367
Karang Tengah 2 752 2 759 2 766 2 747 2 769 2 790
Wanasari 1 828 1 834 1 839 1 962 1 944 1 970
Wanajaya 2 722 2 731 2 736 2 845 2 818 2 838
Sindangprabu 1 348 1 351 1 354 1 373 1 361 1 395
Sumber : BPS Kabupaten Garut
c. Pariwisata
LAPORAN AKHIR 7
Penyusunan DED Penataan Destinasi Agrowisata
Talaga Bodas (Gunung Piramid) Desa Sindanggalih Kec Karangtengah
d. Pertanian
Lokasi perencanaan memiliki arahan untuk dijadikan obyek wisata Piramid View dengan
konsep ecowisata sehingga perlu diketahui komoditas apa yang perlu diakomodasi untuk
diteliti dan ditingkatkan teknologinya. Berdasarkan table dibawah ini :
Tabel 2. 5 Jumlah Rumah Tangga Usaha Tanaman Pangan Menurut Kecamatan dan Jenis Jenis Tanaman
[010] CISEWU 7.894 157 7.938 216 191 188 21 597 47 1.032
[011] CARINGIN 5.307 1.551 6.350 1.433 11 1.581 201 1.167 100 2.776
[020] TALEGONG 6.841 142 6.892 204 118 302 19 1.097 83 1.580
[030] BUNGBULANG 11.037 748 11.193 889 54 403 142 1.509 275 2.464
[031] MEKARMUKTI 3.267 612 3.508 257 4 1.245 237 420 30 1.713
[040] PAMULIHAN 1.525 182 1.600 24 11 12 1 76 5 120
[050] PAKENJENG 10.022 247 10.199 862 37 727 361 1.168 418 2.234
[060] CIKELET 5.368 582 5.607 1.070 25 952 390 541 34 1.949
[070] PAMEUNGPEUK 3.903 59 3.940 267 3 339 27 80 16 558
[080] CIBALONG 4.416 1.691 5.330 420 113 169 152 148 16 771
[090] CISOMPET 7.852 838 8.185 268 6 103 22 474 100 809
[100] PEUNDEUY 4.219 6 4.222 213 13 139 10 624 79 835
[110] SINGAJAYA 8.329 4 8.331 94 5 110 12 1.524 616 1.745
[111] CIHURIP 3.425 42 3.433 14 1 8 0 51 6 72
[120] CIKAJANG 982 235 1.139 345 8 95 7 1.091 890 1.639
[130] BANJARWANGI 6.514 375 6.610 446 39 283 30 2.720 463 2.993
[140] CILAWU 6.549 391 6.860 1.803 288 439 34 1.201 1.202 3.265
[150] BAYONGBONG 5.070 41 5.086 2.437 853 421 6 555 278 3.206
[151] CIGEDUG 705 16 717 916 10 34 14 468 383 1.364
[160] CISURUPAN 3.427 316 3.688 465 13 51 9 257 364 1.026
[161] SUKARESMI 3.142 879 3.804 802 5 68 4 317 185 1.074
[170] SAMARANG 2.652 450 3.090 636 5 104 4 130 147 912
[171] PASIRWANGI 2.124 481 2.565 776 6 82 24 164 190 1.100
[181] TAROGONG KIDUL 2.240 4 2.240 71 5 46 2 48 13 125
[182] TAROGONG KALER 2.871 81 2.948 1.284 357 285 11 273 206 1.671
[190] GARUT KOTA 3.264 4 3.265 214 108 50 9 366 152 698
[200] KARANGPAWITAN 3.043 8 3.049 1.924 307 156 13 194 86 2.059
[210] WANARAJA 1.409 164 1.569 2.551 285 111 6 344 128 2.731
[211] SUCINARAJA 1.116 247 1.361 2.615 186 186 12 101 35 2.748
[212] PANGATIKAN 1.447 433 1.872 1.251 82 27 0 56 12 1.289
[220] SUKAWENING 4.076 49 4.099 1.810 54 51 0 139 39 1.938
[221] KARANGTENGAH 1.464 185 1.609 2.117 149 15 0 2 1 2.137
[230] BANYURESMI 4.667 13 4.677 5.716 67 159 6 439 50 5.807
[240] LELES 4.206 657 4.709 2.408 43 229 7 384 181 2.832
[250] LEUWIGOONG 3.848 27 3.858 1.558 71 160 5 355 58 1.748
[260] CIBATU 4.934 7 4.937 1.090 362 690 36 554 134 1.957
[261] KERSAMANAH 3.071 25 3.081 568 26 546 11 780 155 1.268
[270] CIBIUK 2.413 107 2.496 1.870 304 245 11 1.304 72 2.013
[280] KADUNGORA 4.816 44 4.851 1.621 115 213 6 924 57 1.732
[290] BLUBUR LIMBANGAN 6.331 15 6.336 4.827 41 1.529 21 1.812 83 5.017
[300] SELAAWI 5.033 28 5.048 2.940 9 252 6 1.951 59 3.078
[310] MALANGBONG 9.488 97 9.531 5.227 40 2.536 46 4.931 585 6.984
[05] GARUT 184.307 12.240 191.823 56.519 4.430 15.341 1.935 31.336 8.033 83.069
LAPORAN AKHIR 8
Penyusunan DED Penataan Destinasi Agrowisata
Talaga Bodas (Gunung Piramid) Desa Sindanggalih Kec Karangtengah
Berdasarkan table diatas, maka Karang Tengah lebih banyak didominasi dengan
komoditas jagung lalu padi. Sesuai dengan kondisi eksisting saat ini bahwa lokasi sedang
mengembangkan jagung hibrida yang nantinya bisa diterapkan oleh petani lainnya.
Gunung Piramid memilki nama lain yaitu GUNUNG Sadahurip yang namanya tidak terlalu
populer dan jarang disebut oleh para pendaki atau pencinta alam. Padahal, gunung yang
berada di Garut ini memiliki keistimewaan yang unik dan tidak dimiliki oleh gunung-
gunung lainnya di Indonesia.
Gunung Sadahurip memiliki bentuk bukan kerucut atau strato, maar, atau perisai seperti
bentuk umum gunung lainnya. Namun, gunung tersebut berbentuk piramida, sehingga
oleh warga sekitar disebut pula gunung piramid, sesuai dengan bentuk kenampakan
alamnya yang memiliki empat sisi dan sudut yang cukup lancip meski tidak terlalu jelas.
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Garut, Jawa Barat mendukung program pemerintah
desa dalam pengembangan destinasi wisata baru Piramid View di Desa Sindanggalih,
Kecamatan Karangtengah. Objek wisata ini menyuguhkan pemandangan alam Gunung
Sadahurip yang bentuknya mirip piramid. "Kami akan mengembangkan destinasi wisata
ini karena sektor pariwisata sangat membantu perekonomian daerah dan desa," kata
Wakil Bupati Garut Helmi Budiman seusai meninjau kawasan wisata Piramid View di Desa
Sindanggalih, Kecamatan Karangtengah, Garut, Minggu (24/1/2021).
Dia mengemukakan, Kabupaten Garut memiliki banyak potensi pariwisata yang perlu
dikembangkan seperti wisata alam pegunungan, pantai, air terjun, danau, maupun wisata
budaya. Salah satunya objek wisata baru di Garut, ujarnya, yaitu Piramid View yang
memiliki daya tarik tersendiri. Bahkan, Piramid View tidak kalah dengan wisata dataran
tinggi Gunung Dieng di Jawa Tengah.
LAPORAN AKHIR 9
Penyusunan DED Penataan Destinasi Agrowisata
Talaga Bodas (Gunung Piramid) Desa Sindanggalih Kec Karangtengah
LAPORAN AKHIR 10
Penyusunan DED Penataan Destinasi Agrowisata
Talaga Bodas (Gunung Piramid) Desa Sindanggalih Kec Karangtengah
Lokasi prioritas memiliki topografi dengan kecuraman tinggi. Hal ini karena lokasi bearada
di pinggir bukit dan bagian dari perbukitan Talaga Bodas. Hal ini dapat diliahat dari gambar
dibawah ini :
Jangka waktu IUPJL pada hutan lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1)
huruf b, diberikan sesuai dengan kegiatan usahanya, yaitu untuk izin usaha:
a. pemanfaatan aliran air diberikan untuk jangka waktu paling lama 10 (sepuluh) tahun;
b. pemanfaatan air diberikan untuk jangka waktu paling lama 10 (sepuluh) tahun;
c. wisata alam diberikan untuk jangka waktu paling lama 35 (tiga puluh lima) tahun
dengan luas paling banyak 10% (sepuluh perseratus) dari luas blok pemanfaatan;
LAPORAN AKHIR 11
Penyusunan DED Penataan Destinasi Agrowisata
Talaga Bodas (Gunung Piramid) Desa Sindanggalih Kec Karangtengah
1. Umum
a. Yang dimaksud dengan hutan pegunungan adalah hutan yang tumbuh dan
berkembang pada elevasi 1200 – 3000 meter di atas permukaan laut.
b. Yang dimaksud dengan hutan gunung berapi adalah hutan yang tumbuh dan
berkembang pada gunung berapi. Hutan tersebut akan berubah dan
berkembang seiring jenis erupsi dan rentang waktu antar erupsi. Ekosistem
hutan gunung berapi memiliki kemampuan untuk memperbaiki sendiri (self-
repair) setelah mengalami gangguan erupsi, yaitu melalui proses suksesi (primer
dan sekunder).
c. Peta rawan bencana gunung berapi menjadi acuan utama perencanaan
pembangunan sarana dan prasarana. Dengan demikian dapat diperkirakan area
yang aman untuk peletakan sarana dan prasarana wisata alam.
d. Fasilitas toilet, kios makanan dan minuman, tempat berlindung (bunker), titik
evakuasi, dan pos jaga, ditempatkan pada area aman sesuai peta rawan
bencana gunung berapi.
e. Kondisi tanah di sekitar kawah umumnya tidak stabil dan mengandung asam
yang lebih tinggi dibanding tanah di sekitar kaki gunung. Pembangunan sarana
dan prasarana di sekitar kawah dibatasi hanya pada penyediaan tangga, pagar
pengaman dan papan interpretasi, kecuali ada perubahan peraturan yang
mengijinkan pembangunan fasilitas lainnya. Material tangga - 35 - dapat terbuat
dari batu alam atau beton, sementara pagar terbuat dari beton/kayu/material
logam yang telah mendapatkan perlakuan agar tahan asam.
f. Struktur arsitektur di dataran tinggi dapat mengadopsi struktur arsitektur
tradisional yang umumnya tahan gempa karena menggunakan sistem ikatan
struktur yang tidak kaku.
g. Pondasi di kawasan gunung berapi dapat menggunakan sistem cerucuk atau
sistem strauss pile/bor pile.
h. Kondisi tanah dataran tinggi yang relatif stabil, memungkinkan penggunaan
pondasi bagi bangunan sarana dan prasarana wisata.
i. Pada bentangan lahan dengan tingkat kemiringan lereng > 30 derajat tidak
diperkenankan untuk diolah dan dipakai mendirikan bangunan. Pengecualian
pada bangunan untuk keperluan menikmati pemandangan alam atau
pengamatan satwa (look-out post/watch tower) dan pembuatan jalan setapak.
LAPORAN AKHIR 12
Penyusunan DED Penataan Destinasi Agrowisata
Talaga Bodas (Gunung Piramid) Desa Sindanggalih Kec Karangtengah
Gambar 2. 6 Contoh ilustrasi struktur tak kaku pada arsitektur tradisional di pegunungan.
2. Jalur evakuasi merupakan jalur alternatif dalam keadaan darurat, bukan jalur utama
untuk pendakian, maupun jalur sirkulasi wisata alam.
3. Jalur Pendakian/Tracking
a. Jalur pendakian/tracking memanfaatkan kondisi alami, tidak perlu
pengerasan dengan semen/beton cukup dengan penataan/penyusunan batu-
batuan untuk pijakan.
LAPORAN AKHIR 13
Penyusunan DED Penataan Destinasi Agrowisata
Talaga Bodas (Gunung Piramid) Desa Sindanggalih Kec Karangtengah
b. Agar jalur pendakian tidak menjadi jalan air, perlu dibuat saluran air/drainase
untuk mengalihkan aliran air.
c. Penempatan jalur tracking untuk menuju Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam
tetap memperhatikan topografi.
d. Untuk jalan setapak pada track utama yang tanjakannya curam dibuat tangga
natural (disusun dengan batu ditata sedemikian rupa agar tidak licin dan kuat)
serta dilengkapi dengan guardrail.
e. Guardrail dapat menggunakan bahan-bahan alami yang ada di lokasi seperti
kayu dan bambu maupun bahan logam yang tidak mudah berkarat. pagar
4. Camping Ground
7. Lokasi untuk area berkemah (camping ground) berada pada lahan datar.
8. Memiliki tata letak (layout) penempatan tenda serta dilengkapi dengan fasilitas
penunjang seperti dapur umum, mushola, toilet dan tempat sampah organik maupun
non organik.
5. Skybridge dan Canopy Trail Pembangunan Skybridge dan canopy trail selain berfungsi
sebagai mempermudah akses untuk melalui lereng/tebing yang curam, juga dapat
menjadi obyek wisata. Di sisi lain tersedianya skybridge dan canopy trail adalah
sebagai bangunan mitigasi gangguan terhadap tumbuhan dan satwa liar.
LAPORAN AKHIR 14
Penyusunan DED Penataan Destinasi Agrowisata
Talaga Bodas (Gunung Piramid) Desa Sindanggalih Kec Karangtengah
Pariwisata merupakan perjalanan yang dilakukan orang untuk sementara waktu, yang dari
suatu tempat ke tempat lain meninggalkan tempatnya semula, dengan dengan maksud
bukan berusaha atau mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata-mata
untuk menikmati kegiatan pertamasyaan dan rekresi atau untuk memenuhi keingian yang
beraneka ragam.
Menurut Marpaung dan Bahar (2000:46-47) menjelaskan bahwa pariwisata adalah suatu
perjalanan yang dilakukan untuk bersenang-senang. Syarat suatu perjalanan disebut
sebagai perjalanan pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan sementara waktu,
dari suatu tempat ke tempat lain, dengan maksud tujuan bukan untuk berusaha (bisnis)
atau mencari nafkah di tempat yang Ia kunjungi, tapi semata-mata sebagai konsumen
menikmati perjalan tersebut untuk memenuhi keinginan yang bermacam-macam; (Yoeti:
2006).
Sedangkan Spillance (1987:21) menyatakan bahwa Pariwisata adalah perjalanan dari satu
tempat ke tempat lain, bersifat sementara, dilakukan per orangan atau kelompok, sebagai
usaha untuk mencari keseimbangan dan kebahagiaan dengan lingkungan hidup dalam
dimensi sosial, budaya, alam dan lingkungan.
LAPORAN AKHIR 15
Penyusunan DED Penataan Destinasi Agrowisata
Talaga Bodas (Gunung Piramid) Desa Sindanggalih Kec Karangtengah
Hal senada juga disampaikan oleh Siagian (1994:108) perencanaan dapat didefinisikan
sebagai keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara matang dari pada hal-hal
yang akan dikerjakan di masa yang akan datang dalam rangka pencapaian tujuan yang
telah ditentukan.
LAPORAN AKHIR 16
Penyusunan DED Penataan Destinasi Agrowisata
Talaga Bodas (Gunung Piramid) Desa Sindanggalih Kec Karangtengah
LAPORAN AKHIR 17
Penyusunan DED Penataan Destinasi Agrowisata
Talaga Bodas (Gunung Piramid) Desa Sindanggalih Kec Karangtengah
Menurut Poerwa (2002:474) pengembangan adalah suatu proses atau cara menjadikan
sesuatu menjadi maju,baik, sempurna, dan berguna. Pengembangan dalam penelitian ini
diartikan sebagai proses atau perbuatan pengembangan dari belum ada, dari yang sudah
ada menjadi lebih baik dan dari yang sudah baik menjadi lebih baik, demikian seterusnya.
Tahapan pengembangan merupakan tahapan siklus evolusi yang terjadi dalam
pengembangan pariwisata, sejak suatu daerah tujuan wisata baru ditemukan (discovery),
kemudian berkembang dan pada akhirnya terjadi penurunan (decline).
Juga menurut Yoeti (2004: 2-3) mengatakan bahwa, pengembangan pariwisata perlu
memperhatikan beberapa aspek yang perlu diperhatikan yaitu:
1. Wisatawan (Tourist)
Harus diketahui karakteristik dari wisatawan, dari negara mana mereka datang, usia,
hobi, dan pada musim apa mereka melakukan perjalanan.
2. Transportasi
3. Atraksi/obyek wisata
LAPORAN AKHIR 18
Penyusunan DED Penataan Destinasi Agrowisata
Talaga Bodas (Gunung Piramid) Desa Sindanggalih Kec Karangtengah
Atraksi dan objek wisata yang akan dijual, apakah memenuhi tiga syarat seperti: a) Apa
yang dapat dilihat (something to see), b) Apa yang dapat dilakukan (something to do), c)
Apa yang dapat dibeli (something to buy)
4. Fasilitas pelayanan
Fasilitas apa saja yang tersedia di DTW tersebut, bagaimana akomodasi perhotelan yang
ada, restaurant, pelayanan umum seperti Bank/moneychangers, kantor pos,
telepon/telek yang ada di DTW tersebut.
Diperlukan publikasi atau promosi, kapan iklan dipasang, kemana leaflets/ brosur
disebarkan sehingga calon wisatawan mengetahui tiap paket wisata dan wisatawan cepat
mengambil keputusan pariwisata di wilayahnya dan harus menjalankan kebijakan yang
paling menguntungkan bagi daerah dan ilayahnya, karena fungsi dan tugas dari organisasi
pariwisata pada umumnya
Di sampaikan juga oleh Suwantoro (1977) bahwa, ada(4) empat faktor yang
mempengaruhi penetuan daerah tujuan wisata
Yang pertama adalah fasilitas yaitu akomodasi, atraksi, jalan, dan tanda-tanda penunjuk
arah.
Kedua adalah nilai estetis seperti pemandangan (panorama), iklim santa/terpencil, dan
cuaca.
LAPORAN AKHIR 19
Penyusunan DED Penataan Destinasi Agrowisata
Talaga Bodas (Gunung Piramid) Desa Sindanggalih Kec Karangtengah
Ketiga adalah waktu dan biaya seperti jarak, waktu dan biaya perjalanan, dan tarif
pelayanan.
Keempat adalah kualitas hidup (quality of life) seperti keramah-tamahan penduduk,
bebas dari pencemaran, dan penampilan dari kota tersebut.
Norwal dalam buku munadi,1953:39 dalam skripsi Alianca2012 mengatakan bahwa obyek
wisata adalah suatu tempat yang memiliki daya tarik baik itu keindahannya ataupun nilai
historis yang terkandung di dalamnya.
Menurut Cooper 1995:81 dalam skripsi Alianca mengemukakan bahwa ada empat
komponen yang harus dimiliki oleh obyek wisata yaitu:
Atraksi (atraction) seperti alam yang menarik, kebudayaan daerah yang menawan, dan
seni pertunjukan.
Aksesibilitas (accessibilities) seperti transportasi lokal dan adanya terminal.
Amenitas atau fasilitas (amenities) seperti tersedianya akomodasi, rumah makan, dan
agen perjalanan.
Ancilliary services yaitu organisasi kepariwisataan yang tang dibutuhkan untuk
pelayanan wisata. Dari definisi diatas disimpulkan bahwa obyek wisata adalah suatu
tempat yang memiliki keindahan dan keunikan yang dapat menarik wisatawan untuk
berkunjung ke tempat tersebut.
Menurut Spillane (: 63-72) dalam skripsi alianca suatu obyek wisata atau destination,
harus meliputi lima unsur yang penting agar wisatawan dapat merasa puas dalam
menikmati perjalanannya, maka obyek wisata harus meliputi:
Keindahan alam
Iklim dan cuaca
Kebudayaan
Sejarah
Ethnicity-sifat kesukuan
Fandeli (2000: 58) dalam skripsi Alianca 2012 menjelaskan bahwa obyek wisata adalah
perwujudan dari pada ciptaan tuhan, tata hidup, seni budaya, serta sejarah bangsa dan
tempat atau keadaan alam yang menpunyai daya tarik untuk di kunjungi wisatawan.
Sedankan obyek wisata alam merupakan obyek wisata yang daya tariknya bersumber
pada keindahan sumber daya alam dan tata lingkungannya. Sementara itu Suwantaro
(1997:19) menyebutkan obyek wisata merupakan potensi yang menjadi pendorong
kehadiran wisatawan ke suatu daerah tertentu.
1. obyek wisata dan daya tarik wisata alam obyek wisata yang daya tariknya bersumber
pada keindahan dan kekayan alam.
LAPORAN AKHIR 20
Penyusunan DED Penataan Destinasi Agrowisata
Talaga Bodas (Gunung Piramid) Desa Sindanggalih Kec Karangtengah
2. Obyek wisata dan daya tarik budaya dan daya tarik bersumber pada kebudayaan, seperti
peningalan sejarah, museum, atraksi kesenian, dan obyek lain yang berkaitan dengan
budaya.
3. Obyek wisata dan daya tarik pada minat khusus obyek wisata daya tariknya bersumber
pada minat khusus wisatawan itu sendiri, misalnya olaraga, memancin dan lainnya.
Menurut Marpaung (2002) dalam skripsi Cecilia (2014) mengatakan bahwa obyek wisata
dan daya tarik wisata adalah suatu bentukan atau aktivitas dari fasilitas yang behubungan,
yang dapat menarik minat wisatawan atau pengunjung untuk dating kesuatau daerah
atau tempat tertentu. Sementara menurut Spilanne (2002) dalam skripsi Alianca
mengatakan bahwa daya tarik obyek wisata adalah hal-hal yang menarik perhatian
wisatawan yang dimiliki oleh suatu daerah tujuan wisata. Jadi yang dimaksud dengan
potensi wisata adalah sesuatu yang dapat di kembangkan menjadi daya tarik sebuah
obyek wisata.
Menurut Darmadjati (2010:1987) dalam skripsi alianca (2012) member batasan tentang
pengertian obyek wisata yaitu pada garis besarnya berwujud obyek baik yang di ciptakan
oleh manusia sebagai hasil seni budaya, atau yang berupa gejalah-gejalah alam yang di
miliki daya tarik kepada para wisatawan untuk mengunjunginya agar dapat menyaksikan,
mengagumi, menikmati sehingan terpenuhi rasa kepuasaan wisatawan sesuai dengan
motif kunjungannya.
Menurut Spillane (2001) dalam skripsi Alianca 2012 mengatakan bahwa obyek wisata
merupakan suatu potensi yang pendorong kehadiran wisatawan ke suatu daerah tujuan
wisata. Kemudian Ahli ini juga mengatakan bahwa obyek wisata umumnya berdasarkan:
Adanya sumber daya alam yang menimbulkan rasa senang, indah, nyaman, dan bersih.
Adanya aksebilitas yang baik untuk dapat mengunjunginya
Adanya cirri khusus atau spesifikasi yang langkah
obyek wisata memiliki daya tarik tinggi karena keindahan alam, pegununggan, sungai,
pantai, pasir, dan sebagainya.
Defnisi High And Best Use adalah “The reasonably probable and legal use of vacant land
or an improved property, that is physically possible, appropriately supported,
financially feasible, and that results in the highest value” . Penggunaan pada lahan kosong
ataupun terbangun, yang paling menguntungkan sesuai ijin dan karakter tapak,
menghasilkan perhitungan tertinggi nilai fungsi. Definsi lain High And Best Use adalah
sebuah konsep yang berasal ekonom awal seperti Irving Fisher (1867-1947 ) , yang
dikonseptualisasikan ide produktivitas mak simum, dimana konsep dalam penilaian
real estate yang menunjukkan bagaimana nilai tertinggi untuk sebuah properti.
LAPORAN AKHIR 21
Penyusunan DED Penataan Destinasi Agrowisata
Talaga Bodas (Gunung Piramid) Desa Sindanggalih Kec Karangtengah
Agar dianggap sebagai penggunaan tertinggi dan terbaik dari properti, penggunaan
potensial harus melewati serangkaian tes . Definisi yang tepat penggunaan tertinggi dan
terbaik bervariasi , tetapi umumnya digunakan harus berikut :
Tapak dikembangkan pada area yang diperbolehkan secara hukum dan peraturan
pemerintah dalam hal ini adalah peraturan zonasi penggunaan lahan, dan sesuai dengan
akta atau perjanjian pada Badan Pertanahan Nasional, serta sesuai dengan arahan dan
visi pembangunan kota.
Penggunaan tertinggi dan terbaik dari properti harus layak secara finansial, dimana usulan
penggunaan properti harus menghasilkan pendapatan yang cukup untuk menutupi biaya
konstruksi ditambah keuntungan bagi pengembang.
LAPORAN AKHIR 22
Penyusunan DED Penataan Destinasi Agrowisata
Talaga Bodas (Gunung Piramid) Desa Sindanggalih Kec Karangtengah
Pemilik lahan sering dihadapi pada saat untuk memutuskan bagaimana nilai terbaik
dalam mengembangkan lahan atau properti mereka.
Disinilah harus mempertimbangkan potensi lahan sesuai dengan konsep dasar Highest
and Best Use.
Secara singkat HBU diperkenalkan sebagai salah satu interactive model agar efektif
digunakan para praktisi. Issue pendekatan High and Base Uses
Geographic perspective, Mempertimbangkan kecocokan kondisi fisik lahan terhadap
kepastian hukum yang ada pada site (mikro).
Time Period, Memperhitungkan dalam tahap pendek dan ataupun tahap Panjang
kemungkinan-kemungkinan fungsi yang maksimal mampu meng-influence. Akan
menghasilkan keputusan renovation, redevelopment, demolished, dsb.
Participant perspective, Melihat kebutuhan dari pasar yang paling menguntungkan
sebagai dasar pengembangan.
Dalam HBU satu hal terhadap lainnya dapat saling mempengaruhi, setiap pemilik Lahan
memiliki perbedaan ekspetasi akan resiko dan keuntungan.
Terdapat beberapa tahapan pengembangan konsep high and best use antara lain :
LAPORAN AKHIR 23
Penyusunan DED Penataan Destinasi Agrowisata
Talaga Bodas (Gunung Piramid) Desa Sindanggalih Kec Karangtengah
1. Analyze property productivity adalah analisis menunjukan apa yang pasar butuhkan
untuk dilayan, analisis berdasarkan: Site and Improvements, Legal, Location
2. Delineatethe market, dilakukan membuat batasan tegas terhadap pangsa pasar utama
yang diharapkan. Serta membuat batasan akan menunjukan spesifik pasar dan
kompetitor utama
3. Forecast demand, dilakukan untuk memproyeksikan kebutuhan sebagai permintaan
terhadap fungsi tertentu.
4. Survey and forecast competitive supply, dilakukan untuk membatasi persaingan sesuai
model permintaan dan pikirkan daerah batasan lingkup untuk analisis kebocoran
5.
6. Analyze market conditions, dilakukan menyesuaikan kualitas properti sesuai pasar,
sehingga dapat menentukan kapan disewa, kapan dijual, pendapatan paling tinggi.
7. Forecast subject capture, dilakukan untuk mengevaluasi kemampuan pasar terhadap
potensi subjek properti (sistim peringkat).
LAPORAN AKHIR 24
Penyusunan DED Penataan Destinasi Agrowisata
Talaga Bodas (Gunung Piramid) Desa Sindanggalih Kec Karangtengah
Bagian ini akan membahas secara detail mengenai pendekatan tahapan rencana kerja
serta metodologi teknis terpilih yang sesuai dengan lingkup pekerjaan yang telah
ditanggapi pada bagian sebelumnya. Terkait dengan arahan pekerjaan yang tercantum
dalam KAK, seperti telah dijelaskan pada bagian apresiasi dan inovasi pekerjaan yang telah
disampaikan sebelumnya, pendekatan tahapan rencana kerja dan metodologi mengacu
pada uraian tersebut, dimana pada uraian apresiasi dan inovasi telah disampaikan secara
umum hal-hal teknis yang akan dilakukan serta keterkaitan antar aspek yang diuraikan
dalam lingkup pekerjaan.
hasil identifikasi dan inventarisasi dan analisis jenis wisatawan serta proyeksi wisatawan
dalam kurun waktu perencanaan
Siteplan Kawasan Wisata Gunung Piramid.
Perencanaan teknis unsur-unsur pembentuk kawasan
Penganggaran pembangunan fisik untuk masing-masing tahapan per unsur yang
direncanakan
Secara skematis kerangka pikir pelaksanaan pekerjaan “Penyusunan DED Gunung Piramid,
Kabupaten Garut” tampak pada gambar berikut :
LAPORAN AKHIR 25
Penyusunan DED Penataan Destinasi Agrowisata
Talaga Bodas (Gunung Piramid) Desa Sindanggalih Kec Karangtengah
KAJIAN KEBIJAKAN
DELINIASI
DAN DATA
LOKUS ANALISIS KEBUTUHAN
SEKUNDER
PERENCANAAN SARANA PRASARANA
TERKAIT
BERDASARKAN KONSEP
ZONASI DAN PENENTUAN
UNSUR DAN SUB-UNSUR
KAWASAN WISATA
IDENTIFIKASI
KELOMPOK
WISATAWAN
(SEGMEN
MARKET) DAN
PROYEKSI
VOLUME
WISATAWAN
SITEPLAN
PERENCANAAN
TEKNIS DAN
PENGANGGARAN
Pada diagram pikir diatas dapat dilihat bahwa pelaksanaan pekerjaan ini akan didekati
dengan beberapa tahapan besar pelaksanaan pekerjaan. Lebih jelas mengenai
pendekatan pelaksanaan pekerjaan yang digambarkan dalam diagram diatas akan
dijelaskan berikut ini dibawah.
Kajian Kebijakan dan data sekunder terkait. Tahap awal dari pendekatan pelaksanaan
pekerjaan ini adalah melakukan kajian kebijakan untuk dapat mengetahui Batasan serta
dukungan aspek hukum yang berlaku terkait dengan lokasi atau materi perencanaan.
Selain terkait dengan aspek hukum dan legalitas, pada tahap awal ini juga dilakukan kajian
terkait dasar teori pendukung untuk memperkuat konsep-konsep teknis pelaksanaan
serta kajian terhadap kajian terdahulu yang berkaitan untuk mendapatkan gambaran
khusus mengenai perencanaan yang telah dilakukan ataupun informasi lainnya yang
terkait dengan pelaksanaan pekerjaan ini.
Berdasarkan kajian tahap awal yang telah dijelaskan sebelumnya kemudian dilakukan
deliniasi lokus perencanaan, dimana lokus perencanaan ini harus dapat mewakili atau
representasi area perencanaan yang sesuai dengan legal aspek serta kajian yang telah
dilakukan sebelumnya serta sesuai atau berpijak tehadap norma-norma teoritis yang
terkait. Deliniasi lokus perencanaan ini selanjutnya akan digunakan sebagai dasar dalam
melakukan desain survey yang akan dilakuan, hal ini penting karena salah satu produk dari
pelaksanaan pekerjaan ini berupa siteplan, sehingga Batasan area rencana menjadi
penting.
Setelah mendapatkan deliniasi lokus perencanaan dan berdasarkan hal tersebut telah
disusun rencana survey yang mencakup kebutuhan informasi terkait internal dan
eksternal lokus. Survey dilakukan dengan melakukan pengumpulan data sekunder dari
instansi terkait di lingkup Kabupaten Garut serta pihak terkait lainnya, dan dilakukan juga
LAPORAN AKHIR 26
Penyusunan DED Penataan Destinasi Agrowisata
Talaga Bodas (Gunung Piramid) Desa Sindanggalih Kec Karangtengah
survey primer terutama terkait dengan data kepariwisataan yang akan diambil di lokasi
perencanaan serta di luar lokus yang cukup representative untuk menggambarkan tipe
serta proyeksi volume wisatawan di Gunung Piramid, selaitu itu juga dilakukan
pengambilan data primer terkait dengan data-data fisis di lokus diantaranya adalah
topografi, soil investigation, kondisi landscape eksisting, serta observasi terkait dengan
sarana-prasarana pendukung yang ada lokus dan sekitarnya. Semua data yang
dikumpulkan dan diambil diharapkan dapat menggambarkan kondisi fisis eksisting dari
lokus perencanaan, karakteristik serta proyeksi volume wisatawan, dan karakteristik
budaya local untuk menjadi dasar dalam menyusun siteplan serta melakukan
perancangan desain detail selanjutnya.
Setelah mendapatkan gambaran mengenai deliniasi lokus serta karakteristik dan proyeksi
volume wisatawan seperti yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, selanjutnya
adalah melakukan analisis kebutuhan sarana prasarana pendukung Kawasan untuk
melakukan desain siteplan. Adapun pada tahapan ini hal lainnya yang menjadi dasar
acuan dalam menyusun siteplan adalah zonasi pemanfaatan ruang Kawasan serta
kebutuhan unsur utama dan sub-unsur yang telah ditentukan berdasarkan kajian
kelayakan yang telah dilakukan sebelumnya.
Berdasarkan analisis kebutuhan ruang dan unsur yang dikejawantahkan dalam bentuk
siteplan seperti yang telah dijelaskan diatas, kemudian dilakukan perancangan detail dari
masing-masing komponen pembentuk siteplan tersebut sebagai bagian dari pemenuhan
output pekerjaan berupa gambar detail teknis dan perkiraan penganggarannya untuk
masing-masing unsur Kawasan tersebut.
Persiapan
Pengumpulan Data
Pengolahan dan Analisis
Penyusunan hasil akhir
Sedangkan pada tahap pengumpulan data terdiri dari dua jenis kegiatan, yaitu
pengumpulan data sekunder dan pengambilan data primer. Untuk pengumpulan data
primer, data yang dikumpulkan lebih bersifat umum mengenai keruangan dan
LAPORAN AKHIR 27
Penyusunan DED Penataan Destinasi Agrowisata
Talaga Bodas (Gunung Piramid) Desa Sindanggalih Kec Karangtengah
transportasi disekitar lokasi studi. Sedangkan untuk pengambilan data Sekunder terdapat
sedikit perbedaan, hal ini dikarenakan dua lokasi pada paket pekerjaan ini memiliki
karakter fisik serta isu dan potensi yang berbeda, diantaranya yang paling berpengaruh
pada kegiatan pengambilan data primer ini dikarenakan cakupan dan karakter fisik lokasi
yang berbeda. Tahapan selanjutnya adalah proses, analisis data serta penyusunan hasil
akhir.
LAPORAN AKHIR 28
Penyusunan DED Penataan Destinasi Agrowisata
Talaga Bodas (Gunung Piramid) Desa Sindanggalih Kec Karangtengah
RMK Data sekunder terutama di Lokus pekerjaan Peta zonasi pemanfaatan ruang dalam deliniasi kawasan Artist impression
Lokus kajian Data preferensi wisatawan Identifikasi karakteristik wisatawan eksisting dan Gambar arsitektur
Pendekatan permasalahan dan Data jumlah kunjungan wisatawan dan length of stay proyeksi wisatawan yang menjadi target market Gambar detail desain unsur-unsur kawasan
metodologi teknis Data fisis (topografi, soil investigation, pemanfaatan Proyeksi kunjungan wisatawan RAB dan BoQ
Rencana kerja ruang eksisting) Analisis kebutuhan sarana prasarana Spesifikasi Teknis dan Nota Desain
Data harga satuan lokal Penyusunan tata letak kawasan (siteplan)
Data baku untuk analisis selanjutnya Penyusunan rencana pentahapan pengembangan
kawasan
Phase
Mingggu ke I dan II Bulan keMingggu ke III dan IV Mingggu ke V dan VI Mingggu ke VII dan VIII
Pelaporan
LAPORAN FINAL
LAPORAN PENDAHULUAN LAPORAN INTERIM
RMK
LAPORAN AKHIR 29
Penyusunan DED Penataan Destinasi Agrowisata
Talaga Bodas (Gunung Piramid) Desa Sindanggalih Kec Karangtengah
Berikut ini akan diuraikan aktivitas yang akan dilakukan untuk masing-masing tahapan
pelaksanaan pekerjaan.
A. Persiapan
Secara umum, seperti terlihat pada diagram alir diatas, bahwa tahapan pengambilan data
terdiri dari:
Pada tahap ini, data hasil pengumpulan data kemudian diolah dan dianalisis. Adapun
analisis yang dilakukan adalah sebagai berikut:
LAPORAN AKHIR 30
Penyusunan DED Penataan Destinasi Agrowisata
Talaga Bodas (Gunung Piramid) Desa Sindanggalih Kec Karangtengah
D. Tahapan Akhir
Tahap akhir adalah penyusunan komponen utama dari hasil pelaksanaan kegiatan DED
yang mencakup:
Lebih jelas mengenai metodologi teknis yang akan diterapkan pada pelaksanaan kegiatan
tersebut akan dijelaskan lebih rinci pada penjelasan selanjutnya.
LAPORAN AKHIR 31
Penyusunan DED Penataan Destinasi Agrowisata
Talaga Bodas (Gunung Piramid) Desa Sindanggalih Kec Karangtengah
personil, pembuatan peta kerja, penyiapan peralatan survei dan personil, penyiapan
surat-surat ijin/surat keterangan, dan pemeriksaan alat-alat survei.
Untuk lebih jelas mengenai kegiatan pada tahapan persiapan ini dapat dilihat pada
diagram alir sebelumnya diatas. Berdasarkan diagram tersebut secara detail dapat dilihat
bahwa lingkup pekerjaan persiapan dimulai dengan kegiatan yang bersifat administrative,
baik itu itu administrasi eksternal terkait dengan kontrak kerja serta izin dan surat jalan
yang akan digunakan pada tahap selanjutnya, dan juga adminstrasi internal untuk
kelancaran pelaksanaan pekerjaan. Adapun persiapan teknis seperti diperlihatkan pada
gambar tersebut dimulai dengan melakukan rona awal dari kedua lokasi untuk
mendapatkan gambaran karakteristik umum dari masing-masing lokasi serta kajian
landasan hokum yang berlaku. Kedua kajian tersebut dijadikan sebagai bahan masukan
untuk menentukan konsep awal dari pekerjaan ini secara spesifik untuk kedua lokasi.
Setelah mendapatkan konsep awal pengembangan perencanaan spesifik untuk kedua
lokasi pekerjaan, aktivitas selanjutnya pada tahapan ini adalah menyusun rencana kerja
selanjutnya, dalam hal ini adalah persiapan pelaksanaan pengumpulan data lapangan.
Semua hal yang telah dibahas tadi, kemudian disajikan dalam bentuk laporan
pendahuluan untuk kemudian didiskusikan dan disetujui oleh pihak pemberi pekerjaan,
adapun masukan serta perbaikan terhadap desain umum pekerjaan dan rencana kerja
selanjutnya, akan diakomodir dalam revisi laporan pendahuluan.
LAPORAN AKHIR 32
Penyusunan DED Penataan Destinasi Agrowisata
Talaga Bodas (Gunung Piramid) Desa Sindanggalih Kec Karangtengah
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa metodologi pengambilan data untuk masing-masing
data setberbeda, akan tetapi sebagian besar dari dataset tersebut diharapkan mendapat
dukungan dari data sekunder yang memadai, sehingga proses pengolahan, dan analisis
perencanaan menjadi lebih baik. Lebih rinci mengenai metodologi pengambilan data
untuk masing-masing dataset akan diperjelas pada bagian selanjutnya.
Selain data sekunder seperti disebutkan diatas selanjutnya akan dikumpulkan data
dukung lainnya yang sekiranya dapat digunakan sebagai data dukung dalam penyusunan
DED Gunung Piramid, Kabupaten Garut.
LAPORAN AKHIR 33
Penyusunan DED Penataan Destinasi Agrowisata
Talaga Bodas (Gunung Piramid) Desa Sindanggalih Kec Karangtengah
Pada tahap ini mengidentifikasi karakter kawasan secara keseluruhan. Pengamatan yang
menyeluruh tersebut bermaksud untuk menangkap karakter sesungguhnya dari pola
kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang diwujudkan dalam bentuk fisik bangunan dan
penggunaan ruang. Pada tahap ini hasilnya berupa deskripsi tentang kondisi eksisting
pada tiap aspek perencanaan hingga menghasilkan analisis tapak. Keluaran tahapan ini
mengacu pada hasil analisis kondisi internal dan eksternal kawasan, analisis kebijakan tata
ruang dan kebijakan lain, serta kajian teoritik. Pada tahap ini hal hal yang akan
diidentifikasi adalah:
LAPORAN AKHIR 34
Penyusunan DED Penataan Destinasi Agrowisata
Talaga Bodas (Gunung Piramid) Desa Sindanggalih Kec Karangtengah
LAPORAN AKHIR 35
Penyusunan DED Penataan Destinasi Agrowisata
Talaga Bodas (Gunung Piramid) Desa Sindanggalih Kec Karangtengah
Survei data primer yang akan dilakukan yaitu dengan menggunakan metode ground check
atau ground truth, dengan bahasa sederhana yaitu melakukan pengecekan lapangan
LAPORAN AKHIR 36
Penyusunan DED Penataan Destinasi Agrowisata
Talaga Bodas (Gunung Piramid) Desa Sindanggalih Kec Karangtengah
Secara umum aktivitas survei lapangan groundcheck yang dilakukan bertujuan untuk:
Merekam kondisi pemanfaatan ruang di lapangan beserta informasi lainnya yang akan
membantu dalam merancang sistem informasi geografis
Melakukan cek lapangan dalam rangka klarifikasi atau cek ulang hasil interpretasi awal
(klasifikasi unsupervised) dari citra untuk beberapa lokasi dengan tutupan lahan yang
berbeda atau diragukan interpretasinya.
2.9. Objek-objek yang dijadikan sasaran groundcheck kemudian ditentukan titik koordinat
dankemudian diupload pada GPS sehingga mempermudah dalam menemukan objek
yang telah ditentukan tadi. Jika surveior sudah mengetahui jenis obyek dimaksud, dapat
langsung menuliskan pada peta tersebut.
1. GPS hand held, alat penentu koordinat bumi yang juga dapat dilakukan sebagai alat
penuntun arah atau navigasi dalam menuju objek-objek yang telah ditentukan
sebelumnya (tahap desain survei)
2. Kamera Digital, sebagai alat bantu dokumentasi visual
3. Tally sheet atau lembar kerja, sebagai formulir isian data yang harus diambil dilapangan
4. Peta Kerja, untuk membantu interpretasi serta orientasi di lapangan, bisa diambil dari
RBI atau printout citra satelit minmal yang telah digeoreference untuk membantu proses
klasifikasi dan interpretasi lebih lanjut
5. Kendaraan, dapat berupa mobil atau motor disesuaikan dengan medan akses yang akan
dituju
6. Pada pelaksanaan di lapangan, objek kemudian disurvey dengan alat penentuan posisi
yaitu Global Positioning System (GPS) dan dikombinasi dengan Peta Rupa Bumi (RBI)
skala 1:25.000.
LAPORAN AKHIR 37
Penyusunan DED Penataan Destinasi Agrowisata
Talaga Bodas (Gunung Piramid) Desa Sindanggalih Kec Karangtengah
Jenis Tanaman
Community Action Planning (CAP) merupakan salah satu metode untuk menyusun
rencana tindak yang berbasis komunitas (Community Based Development). Penyusunan
rencana tindak berbasis masyarakat merupakan proses perencanaan yang
mengedepankan partisipasi masyarakat. Esensi pendekatan partisipatif bagi
pengembangan masyarakat secara implisit terangkum dalam puisi karya Lau Tze, seorang
pujangga klasik Cina. "Pergi dan temuilah masyarakatmu, hiduplah dan tinggallah
bersama mereka, cintai dan berkaryalah bersama mereka. Mulailah dari apa yang telah
mereka miliki, buat rencana lalu bangunlah rencana itu dari apa yang mereka ketahui,
sampai akhirnya, ketika pekerjaan usai, mereka akan berkata : "Kamilah yang telah
mengerjakannya."
LAPORAN AKHIR 38
Penyusunan DED Penataan Destinasi Agrowisata
Talaga Bodas (Gunung Piramid) Desa Sindanggalih Kec Karangtengah
Cakupan - semua orang, atau wakil -wakil dari semua kelompok yang terkena dampak dari
hasil- hasil suatu keputusan atau proses - proyek pembangunan misalnya.
Kesetaraan dan Kemitraan (Equal Partnership). Pada dasarnya setiap orang mempunyai
ketrampilan, kemampuan dan prakarsa serta mempunyai hak untuk menggunakan prakarsa
tersebut terlibat dalam setiap proses guna membangun dialog tanpa memperhitungkan
jenjang dan struktur masing-masing pihak.
Transparansi. Semua pihak harus dapat menumbuh-kembangkan komunikasi dan iklim
berkomunikasi terbuka dan kondusif sehingga menimbulkan dialog.
Kesetaraan Kewenangan (Sharing Power / Equal Powership). Berbagai pihak yang terlibat
harus dapat menyeimbangkan distribusi kewenangan dan kekuasaan untuk menghindari
terjadinya dominasi.
Kesetaraan Tanggung Jawab (Sharing Responsibility). Berbagai pihak mempunyai tanggung
jawab yang jelas dalam setiap proses karena adanya kesetaraan kewenangan (sharing
power) dan keterlibatannya dalam proses pengambilan keputusan dan langkah-langkah
selanjutnya.
Pemberdayaan (Empowerment). Keterlibatan berbagai pihak tidak lepas dari segala
kekuatan dan kelemahan yang dimiliki setiap pihak, sehingga melalui keterlibatan aktif
dalam setiap proses kegiatan, terjadi suatu proses saling belajar dan saling memberdayakan
satu sama lain
Kerjasama. Diperlukan adanya kerjasama berbagai pihak yang terlibat untuk saling berbagi
kelebihan guna mengurangi berbagai kelemahan yang ada, khususnya yang berkaitan
dengan kemampuan sumberdaya manusia.
Prinsip- prinsip ini bisa diaplikasikan pada semua aspek pembangunan, mulai sistem
manajemen internal -baik dalam pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah
maupun non- pemerintah dan lembaga- lembaga pelayanan, melalui proses yang telah
dipergunakan selama ini, identifikasi, mengadakan dan menjalankan proyek, hingga
kegiatan proyek itu sendiri.
Dengan memiliki perencanaan sendiri, maka suatu desa/kota diharapkan memiliki agenda
aksi yang merupakan cerminan dari kebutuhan riil masyarakat. Atas pertimbangan
tersebut, menjadi sebuah keniscayaan bahwa perencanaan harus melibatkan seluruh
unsur masyarakat. Perencanaan pembangunan tanpa melibatkan partisipasi masyarakat
LAPORAN AKHIR 39
Penyusunan DED Penataan Destinasi Agrowisata
Talaga Bodas (Gunung Piramid) Desa Sindanggalih Kec Karangtengah
sudah pasti akan menuai persoalan. Untuk itu diperlukan model perencanaan partisipatif
yang bisa diselenggarakan oleh masyarakat yang bersangkutan. Salah satu model
perencanaan partisipatif yang dicoba diterapkan di empat desa adalah apa yang disebut
Community Action Planning (CAP) atau perencanaan tindakan bersama.
Fungsi CAP adalah memberikan kerangka partisipatif pada berbagai pihak yang
berkepentingan seperti pemerintah daerah, organisasi swasta, ornop, asosiasi atau pun
individu untuk mendukung perencanaan masyarakat. Dengan berbagai kelemahan dan
kelebihannya, metode ini bisa diterapkan di tingkat dusun, gabungan dusun maupun
tingkat desa untuk memperbaiki metode perencanaan yang selama ini terjadi di desa.
Secara keseluruhan, tahapan CAP dibagi menjadi tiga bagian, yaitu Pre-CAP, lokakarya
CAP, dan Pasca CAP. Kegiatan Pre-CAP merupakan persiapan-persiapan yang dilakukan
untuk menyongsong lokakarya CAP. Kegiatan pre CAP meliputi survei lokasi, silaturahmi
dengan tokoh masyarakat, sosialisasi, pembentukan panitia, menggambar dusun impian
yang diperuntukkan bagi anak-anak, pembuatan profil dusun, dan pembuatan maket
dusun. Menggambar dusun impian dimaksudkan sebagai salah satu wujud keikutsertaan
anak-anak dalam proses perencanaan pembangunan desa. Hasil gambar yang dibuat oleh
anak-anak tentang dusun impiannya diharapkan dapat memberikan inspirasi pada
elemen masyarakat lain yang turut serta dalam lokakarya CAP bahwa anak pun
mempunyai kebutuhannya sendiri. Lebih jauh diharapkan kebutuhan anak-anak ini akan
terakomodir dalam perencanaan pembangunan desa. Pembuatan profil dusun dan maket
dusun didudukkan sebagai alat bantu bagi peserta lokakarya dalam mengidentifikasi
masalah, potensi dan solusinya. Tahapan Lokakarya CAP berupa kegiatan partisipatif
dimana warga berkumpul untuk menggali persoalan, potensi yang dimiliki, upaya
pemecahannya dan rencana tindak lanjut. Sedangkan tahap Pasca CAP diisi dengan
kegiatan penyusunan Rencana Anggaran Biaya, Detil Engineering Design dan pembuatan
proposal berdasarkan hasil lokakarya CAP. Proposal ini nantinya diajukan ke berbagai
pihak yang dianggap mampu mendukung agenda desa seperti dinas-dinas terkait, project-
project tertentu, lembaga-lembaga donor dan sebagainya.
Pada tahap pengamatan di lapangan (transec), masyarakat membuat peta situasi kawasan
untuk mengenali potensi dan permasalahan kawasan. Peta meliputi peta kondisi rumah
tinggal, peta jaringan infrastruktur, dan peta status lahan. Peta dibuat dengan
sesederhanan mungkin agar masyarakat dapat memahami dengan mudah.
LAPORAN AKHIR 40
Penyusunan DED Penataan Destinasi Agrowisata
Talaga Bodas (Gunung Piramid) Desa Sindanggalih Kec Karangtengah
Hasil penggalian masalah dengan empat cara tersebut menunjukkan bahwa masalah yang
teridentifikasi di empat desa relatif beragam. Ada masalah yang sama dan tidak sama
dengan berbagai alat bantu yang digunakan itu. Selanjutnya dalam proses lokakarya, hasil
sketsa dusun dan hasil gambar anak-anak dipasang dan dipresentasikan untuk membantu
peserta lokakarya dalam mengimajinasikan kebutuhan anak-anak. Dalam proses ini
masalah-masalah yang sudah tergali sebelumnya dikukuhkan dan dilengkapi oleh peserta.
Permasalahan menjadi semakin berkembang ketika klarifikasi dan diskusi dilakukan pada
akhir presentasi masing-masing kelompok.
LAPORAN AKHIR 41
Penyusunan DED Penataan Destinasi Agrowisata
Talaga Bodas (Gunung Piramid) Desa Sindanggalih Kec Karangtengah
Tahap akhir dari CAP adalah rencana aksi yang disusun berdasarkan urutan prioritas
masalah dan penyelesaiannya. Rencana aksi dirumuskan dengan mempertimbangkan
potensi, kemampuan masyarakat dan dituangkan dalam urutan waktu pelaksanaan.
Rencana aksi dipilah mana kegiatan yang dapat diselesaikan kurang dari <1 bulan, antara
1 bulan hingga 3 bulan, dan lebih dari tiga bulan tetapi kurang dari 1 tahun.
Setelah melalui tahap akhir, atau pasca terselenggaranya lokakarya CAP warga
diharapkan sudah memiliki agenda perencanaan mereka sendiri. Hasil lokakarya CAP ini
menjadi dokumen perencanaan yang bisa difungsikan sebagai alat negosiasi dengan
berbagai pihak yang bersedia membantu desa mereka. Selain sebagai alat negosiasi,
dokumen perencanaan ini mempunyai legitimasi yang cukup kuat karena prosesnya
dilakukan secara partisipatif dengan melibatkan berbagai elemen masyarakat. Meskipun
perencanaan partisipatif telah dilakukan dan membuahkan sebuah dokumen
perencanaan, namun masih ada hal-hal yang harus diperhatikan pada masa
implementasi, diantaranya adalah menjaga komitmen dan semangat warga untuk tetap
konsisten menjalankan hasil dari lokakarya CAP ini.
LAPORAN AKHIR 42
Penyusunan DED Penataan Destinasi Agrowisata
Talaga Bodas (Gunung Piramid) Desa Sindanggalih Kec Karangtengah
Survei topografi bertujuan untuk mendapatkan gambaran bentuk permukaan tanah yang
berupa situasi dan ketinggian serta posisi kenampakan yang ada di areal lokasi pekerjaan
beserta areal sekitarnya. Hasilnya kemudian akan dipetakan dengan skala dan interval
kontur tertentu.
Peralatan Survei
LAPORAN AKHIR 43
Penyusunan DED Penataan Destinasi Agrowisata
Talaga Bodas (Gunung Piramid) Desa Sindanggalih Kec Karangtengah
T = M + atau T = M + ( T - M )
Dimana:
T = azimuth ke target
Pengukuran azimuth matahari dilakukan pada jalur polygon utama terhadap patok
terdekat dengan titik pengamatan pada salah satu patok yang lain.
Sebagai titik pengikatan dalam pengukuran topografi perlu dibuat bench mark (BM)
dibantu dengan control point (CP) yang dipasang secara teratur dan mewakili kawasan
secara merata. Kedua jenis titik ikat ini mempunyai fungsi yang sama, yaitu untuk
menyimpan data koordinat, baik koordinat (X,Y) maupun elevasi (Z).
Mengingat fungsinya tersebut maka patok-patok beton ini diusahakan ditanam pada
kondisi tanah yang stabil dan aman. Kedua jenis titik ikat ini diberi nomenklatur atau kode,
untuk memudahkan pembacaan peta yang dihasilkan. Disamping itu perlu pula dibuat
deskripsi dari kedua jenis titik ikat yang memuat sketsa lokasi dimana titik ikat tersebut
dipasang dan nilai koordinat maupun elevasinya.
Utara(G
M
P2
LAPORAN AKHIR 44
Penyusunan DED Penataan Destinasi Agrowisata
Talaga Bodas (Gunung Piramid) Desa Sindanggalih Kec Karangtengah
Pengukuran titik kontrol horizontal (titik polygon) dilaksanakan dengan cara mengukur
jarak dan sudut menurut lintasan tertutup. Pada pengukuran polygon ini, titik akhir
pengukuran berada pada titik awal pengukuran.
Pengukuran sudut dilakukan dengan pembacaan double seri, dimana besar sudut yang
akan dipakai adalah harga rata-rata dari pembacaan tersebut. Azimut awal akan
ditetapkan dari pengamatan matahari dan dikoreksikan terhadap azimut magnetis.
Pengukuran Jarak
Pengukuran jarak dilakukan dengan menggunakan pita ukur 50 meter. Tingkat ketelitian
hasil pengukuran jarak dengan menggunakan pita ukur, sangat tergantung pada cara
pengukuran itu sendiri dan keadaan permukaan tanah. Khusus untuk pengukuran jarak
pada daerah yang miring dilakukan dengan cara seperti yang diilustrasikan pada dibawah.
LAPORAN AKHIR 45
Penyusunan DED Penataan Destinasi Agrowisata
Talaga Bodas (Gunung Piramid) Desa Sindanggalih Kec Karangtengah
Jarak AB = d1 + d2 + d3
Untuk menjamin ketelitian pengukuran jarak maka sebagai koreksi dilakukan juga
pengukuran jarak optis pada saat pembacaan rambu ukur dengan theodolit.
Sudut jurusan sisi-sisi polygon adalah besarnya bacaan lingkaran horisontal alat ukur
sudut pada waktu pembacaan ke suatu titik. Besarnya sudut jurusan dihitung berdasarkan
hasil pengukuran sudut mendatar di masing-masing titik polygon. Penjelasan pengukuran
sudut jurusan diilustrasikan pada dibawah.
= Sudut mendatar
Pembacaan sudut jurusan polygon dilakukan dalam posisi teropong biasa (B) dan luar
biasa (LB) dengan spesifikasi teknis sebagai berikut:
2 2
fx fy
KI 1 : 5.000
d
LAPORAN AKHIR 46
Penyusunan DED Penataan Destinasi Agrowisata
Talaga Bodas (Gunung Piramid) Desa Sindanggalih Kec Karangtengah
Kerangka dasar vertikal diperoleh dengan melakukan pengukuran sipat datar pada titik-
titik jalur polygon. Jalur pengukuran dilakukan tertutup (loop), yaitu pengukuran dimulai
dan diakhiri pada titik yang sama. Pengukuran beda tinggi dilakukan double stand dan
pergi pulang. Seluruh ketinggian di traverse net (titik-titik kerangka pengukuran) telah
diikatkan terhadap BM.
T 8 D mm
dimana D = Jarak antara 2 titik kerangka dasar vertikal dalam satuan km
Hasil pengukuran lapangan terhadap kerangka dasar vertikal diolah dengan menggunakan
spreadsheet sebagaimana kerangka horisontalnya. Dari hasil pengolahan tersebut
didapatkan data ketinggian relatif pada titik-titik patok terhadap Benchmark acuan.
Ketinggian relatif tersebut pada proses selanjutnya akan dikoreksi dengan pengikatan
LAPORAN AKHIR 47
Penyusunan DED Penataan Destinasi Agrowisata
Talaga Bodas (Gunung Piramid) Desa Sindanggalih Kec Karangtengah
terhadap elevasi muka air laut paling surut (Lowest Low Water Level - LLWL) yang dihitung
sebagai titik ketinggian nol (+0.00).
S
S
Bidang
Penentuan situasi dilakukan untuk mengambil data rinci lapangan, baik obyek alam
maupun bangunan-bangunan, jembatan, jalan dan sebagainya. Obyek-obyek yang diukur
kemudian dihitung harga koordinatnya (x,y,z). Untuk selanjutnya garis kontur untuk
masing-masing ketinggian dapat ditentukan dengan cara interpolasi.
Azimuth magnetis
Pembacaan benang diafragma (atas, tengah, bawah)
Sudut zenith atau sudut miring
Tinggi alat ukur
Spesifikasi pengukuran situasi adalah sebagai berikut :
Metode yang digunakan adalah methode tachymetri dengan membuat jalur ray, dimana
setiap ray terikat pada titik-titik polygon sehingga membentuk jalur polygon dan
waterpass terikat sempurna.
Pembacaan detail dilakukan menyebar ke seluruh areal yang dipetakan dengan
kerapatan disesuaikan dengan skala peta yang akan dibuat. Gundukan tanah, batu-batu
besar yang mencolok serta garis pantai akan diukur dengan baik. Juga bangunan-
bangunan yang penting dan berkaitan dengan pekerjaan desain akan diambil posisinya.
LAPORAN AKHIR 48
Penyusunan DED Penataan Destinasi Agrowisata
Talaga Bodas (Gunung Piramid) Desa Sindanggalih Kec Karangtengah
a. Objek Wisata
Dalam pensurveian dan pengevaluasian objek wisata yang harus dipertimbangkan dalam
pengembangan wisata, dan bagaimana hal ini dapat dikategorikan untuk tujuan analisis
sangat diperlukan (lnskeep, 1991: 76). Ada beberapa komponen yang dapat menarik
kedatangan para wisatawan ke lokasi wisata, atau menarik minat penduduk setempat
untuk turut menikmati atraksi yang ditawarkan oleh objek wisata tersebut, yaitu:
Sarana pariwisata yang memiliki hubungan cukup penting dengan studi ini meliputi:
LAPORAN AKHIR 49
Penyusunan DED Penataan Destinasi Agrowisata
Talaga Bodas (Gunung Piramid) Desa Sindanggalih Kec Karangtengah
11. Fasilitas belanja; berbelanja merupakan salah satu aktivitas kegiatan wisata, dan
sebagian pengeluaran wisatawan didistribusikan untuk berbelanja. Karenanya fasilitas
terhadap aktivitas belanja perlu dipertimbangkan dalam perencanaan dan
pengembangan pariwisata, bukan hanya sebagai pelayanan wisata, namun juga sebagai
objek wisata yang memiliki daya tarik. Fasilitas dan pelayanan belanja disediakan bagi
pengunjung yang ingin membeli barang-barang seni, kerajinan tangan, souvenir,
barang-barang khas seperti pakaian, perhiasan, dan lain-lain. Penilaian dalam
penyediaan fasilitas belanja ini dilakukan terhadap ketersediaan barang-barang dan
pelayanan yang memadai, lokasinya yang nyaman dan akses yang baik, serta tingkat
harga yang relatif terjangkau (lnskeep 1991 dalam Indriasari, 2002: 21).
12. Fasilitas umum; selain sarana yang telah disebutkan di atas, juga diperlukan fasilitas
umum sebagai sarana pelengkap (Indriasari, 2002: 21). Dalam studi ini fasilitas umum
yang dikaji meliputi fasilitas-fasilitas umum yang biasa tersedia di tempat-tempat
rekreasi di Indonesia, yaitu: WC umum dan tempat ibadah, arena bermain, penginapan
dan lain sebagainya.
Sarana dan parasarana pariwisata adalah semua fasilitas yang memungkinkan agar
kepariwisataan dapat hidup dan berkembang, serta dapat memberikan pelayanan pada
wisatawan utuk memenuhi kebutuhan wisatawan yang beraneka ragam. Dengan
demikian apabila diklasifikasikan kebutuhan fasilitas kepariwisataan (Phutut S, 1984: 62)
sebagai berikut:
LAPORAN AKHIR 50
Penyusunan DED Penataan Destinasi Agrowisata
Talaga Bodas (Gunung Piramid) Desa Sindanggalih Kec Karangtengah
c. Jasa Pariwisata
Jasa pariwisata, sebagaimana jasa lainnya memiliki sifat khas, yaitu tidak biasa ditimbun
dan akan dikonsumsi pada saat jasa tersebut dihasilkan (Yoeti, 1996: 80). Dari sifat ini
dapat pula dikatakan bahwa jasa pariwisata adalah pelayanan wisata yang diberikan
kepada wisatawan. Analisis terhadap pelayanan wisata merupakan hal penting karena
pengeluaran yang dihabiskan oleh wisatawan untuk membayar pelayanan memberikan
input utama dalam analisis ekonomi kepariwisataan (Gunn, 1988 dalam Indriasari, 2002:
22). Jasa pariwisata meliputi jasa perencanaan, jasa pelayanan dan jasa penyelenggaraan
pariwisata (UU No. 9 Tahun 1990). Komponen pelayanan jasa wisata yang dikaji dalam
studi ini meliputi:
Prasarana yang cukup merupakan suatu hal yang diperlukan bagi keberhasilan
pengembangan pariwisata, dan pada umumnya juga menjadi faktor kritis di negara atau
wilayah yang belum berkembang, yang seringkali memiliki keterbatasan infrastruktur
(Heraty dalam Inskeep, 1991: 199). Prasarana dasar yang melayani komunitas penduduk
lokal di suatu area seringkali dapat pula melayani kegiatan pariwisata hanya dengan
sedikit menambah jumlah pelayanan. Begitu pula sebaliknya, prasarana yang dibangun
untuk kegiatan pariwisata dapat melayani kebutuhan penduduk lokal secara umum
LAPORAN AKHIR 51
Penyusunan DED Penataan Destinasi Agrowisata
Talaga Bodas (Gunung Piramid) Desa Sindanggalih Kec Karangtengah
(lnskeep, 1991: 120). Prasarana kegiatan pariwisata yang dibahas dalam studi ini
mencakup jalan, air bersih, air Iimbah, pengelolaan sampah dan drainase.
Data penting dalam dalam suatu permintaan menurut R.W MC. Intosh, CR, 1995: 297,
terdiri dari:
Kunjungan wisatawan
Asal wisatawan
Frekuensi kunjungan wisatawan
Tingkat kepuasan wisatawan
Aksesibilitas menurut wisatawan
Moda angkutan yang digunakan wisatawan
Lama tinggal dan akomodasi yang digunakan wisatawan
Jumlah uang yang dibelanjakan
Dari pengertian di atas dapat dilihat jenis dan data yang penting dalam permintaan adalah
karakteristik wisatawan dan banyaknya kesempatan wisata dalam kegiatan wisata secara
umum yang dapat diharapkan bila tersedia fasilitas – fasilitas rekreasi yang memadai.
Dalam analisis Supply dan Demand, variabel pada kuesioner diolah menggunakan Skala
Likert yang telah dimodifikasi, Skala likert menurut Sugiyono (2010:93) adalah “Skala
Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau
sekelompok orang tentang fenomena sosial.” Dengan skala Likert, maka variabel yang
akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan
sebagai titik tolak ukur menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pertanyaan
atau pernyataan
Dalam penelitian ini, sampel digunakan untuk memperoleh data primer yang didapatkan
dari wawancara dan penyebaran kuesioner. Maka penentuan sampel yang dugunakan
LAPORAN AKHIR 52
Penyusunan DED Penataan Destinasi Agrowisata
Talaga Bodas (Gunung Piramid) Desa Sindanggalih Kec Karangtengah
dibagi menjadi dua yaitu sampel untuk wawancara dan sampel untuk kuesioner
(Puspitasari Silvia, 2010).
16. Sampel untuk wawancara dilakukan dengan metode purpositive sampling, di mana
Teknik penentuan sampel untuk tujuan tertentu. Sampel yang diambil dalam penelitian
ini adalah pengelola Kawasan wisata Gunung Piramid yang dianggap mengetahui
tentang keseluruhan potensi dan masalah di Kawasan wisata.
17. Sampel untuk kuesioner dilakukan dengan metode sampel acak stratifikasi (stratified
random sampling). Selanjutnya dicari populasi tiap Obyek Daya Tarik Wisata (ODTW)
pada hari libur Sabtu dan Minggu pada waktu puncak (peak hour) yaitu pukul 09.00-
16.00 WIB. Setelah mengetahui wisatawan ODTW, maka diambil proporsi sebanyak
20%. maka error yang dilakukan dalam penelitian ini apabila dimasukan ke dalam rumus
Slovin adalah:
n = ---------
(1+ Ne2)
Keterangan:
n = jumlah sampel
N = jumlah populasi
A. Karakteristik Wisatawan
LAPORAN AKHIR 53
Penyusunan DED Penataan Destinasi Agrowisata
Talaga Bodas (Gunung Piramid) Desa Sindanggalih Kec Karangtengah
Fungsi regresi linier digunakan dalam metode biaya perjalanan yaitu dengan
meregresikan antara biaya total rekreasi yang diperlihatkan oleh biaya perjalanan, dengan
tingkat kunjungan responden. Total biaya peralanan yang dikeluarkan oleh wisatawan
secara umum dapat dirumuskan :
Keterangan :
Travel Cost Method (TCM), yaitu metode yang mengkaji biaya yang dikeluarkan tiap
individu untuk mendatangi tempat rekreasi di sekitar lokasi penelitian. Prinsip yang
mendasari metode ini adalah bahwa biaya yang dikeluarkan untuk berwisata ke suatu
area dianggap sebagai "harga" akses area tersebut (Grigalunas et al. 1998). Dalam
menganalisis biaya perjalanan wisata di Gili Trawangan , digunakan Zonal Travel Cost
Model (Grigalunas et al. 1998). Pendekatan TCM dimulai dari analisis terhadap lokasi yang
akan dituju dengan menentukan beberapa zona Zi yang mengelilingi lokasi tujuan. Zona
Zi memiliki jarak (di) terhadap lokasi tujuan.
Setiap zona memiliki dugaan jumlah pengunjung Vi dan populasi Pi dalam periode
tertentu. seperti satu tahun. Dari kedua variabel tersebut, kita dapat menghitung laju
kunjungan (visitation rate) Xi menggunakan rumus sebagai berikut:
Xi = Vi / Ni
Setelah menghitung laju kunjungan, kita dapat menduga biaya perjalanan dari lokasi asal
ke lokasi yang dituju. Asumsi yang digunakan dalam perhitungan inl adalah bahwa biaya
perjalanan per km jarak adalah konstan di mana tidak ada perbedaan antar konsumen.
Penilaian terhadap lokasi yang akan dituju dilakukan dengan menduga jumlah kunjungan
dengan fungsi sebagai berikut:
X = f (c,I,d)
Keterangan:
X = Jumlah kunjungan
LAPORAN AKHIR 54
Penyusunan DED Penataan Destinasi Agrowisata
Talaga Bodas (Gunung Piramid) Desa Sindanggalih Kec Karangtengah
c = Biaya perjalananper km
I = Pendapatan
d = Jarak
Langkah selanjutnya adalah menduga jumlah biaya perjalanan menurut titik asal
pengunjung dengan asumsi bahwa biaya untuk titik asal yang sama dengan lokasi
kunjungan adalah nol. Jika titik asal semakin jauh dari lokasi yang dituju, maka biaya
perjalanannya semakin tinggi. Setelah mendapatkan jumlah biaya perjalanan berdasarkan
daerah asal pengunjung, dapat diperkirakan hubungan permintaan pengunjung untuk
setiap daerah asal
Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah metode pendekatan biaya
perjalanan wilayah. Biaya perjalanan rata-rata merupakan rata-rata dari biaya
transportasi, konsumsi selama rekreasi, dokumentasi, penginapan/akomodasi dan biaya
lainnya yang dikeluarkan oleh wisatawan selama melakukan kegiatan rekreasi.
Keterangan :
X3 = Jarak (km)
LAPORAN AKHIR 55
Penyusunan DED Penataan Destinasi Agrowisata
Talaga Bodas (Gunung Piramid) Desa Sindanggalih Kec Karangtengah
Alat ukur yang baik untuk menghitung manfaat ekonomi bagi konsumen adalah surplus
konsumen, yaitu perbedaan antara keinginan masyarakat untuk membayar dan apa yang
dibayarkan. Surplus konsumen adalah keinginan konsumen untuk membayar.
Keterangan :
Fungsi utilitas tersebut digunakan untuk menduga konsumen surplus dengan persamaan
sebagai berikut:
CS = U - Pt Pt = X x Q
Keterangan :
CS = konsumen surplus
X = harga sumberdaya yang dikonsumsi atau diminta (diturunkan dari fungsi permintaan).
Analisis tapak adalah analisis yang dilakukan untuk menentukan semacam zonasi yang
diperuntukan untuk perencanaan pembangunan suatu kawasan (seperti : perumahan) di
suatu site/lokasi atau kawasan lahan yang disiapkan sebagai daerah pembangunan proyek
tersebut. Dalam melakukan analisis tapak terdapat beberapa bagian-bagian analisis yang
dilakukan, yaitu:
LAPORAN AKHIR 56
Penyusunan DED Penataan Destinasi Agrowisata
Talaga Bodas (Gunung Piramid) Desa Sindanggalih Kec Karangtengah
Analisis Lingkungan
Analisis Topografi
Analisis Aksesibilitas
Analisis Aksesibilitas dilakukan dengan mengidentifikasi berbagai jenis jalan yang melalui
maupun berada di sekitar lokasi tapak. Hal ini dilakukan untuk mengetahui tingkat
mobilitas jalan guna menentukan zonasi pada lokasi tapak. Jalan-jalan tersebut
diidentifikasi berdasarkan jenis jalan, jenis kendaraan yang melalui, tingkat aksesibilitas,
dan lebar jalan tersebut.
Analisis Kebisingan
Analisis Drainase
Analisis drainase dilakukan untuk mengetahui aliran air pada lokasi tapak nanti dengan
memperhatikan jaringan drainase pada kondisi eksisting maupun keberadaan jalur
LAPORAN AKHIR 57
Penyusunan DED Penataan Destinasi Agrowisata
Talaga Bodas (Gunung Piramid) Desa Sindanggalih Kec Karangtengah
drainase primer maupun pengumpul sebagai muara dari aliran jaringan drainase
lingkungan. Design jaringan drainase umumnya akan ditampung terlebih dahulu pada
jaringan pengumpul dan akan dialirkan berorientasi pada letak muaranya dan dapat juga
dengan memanfaatkan kemiringan yang berada pada lokasi tapak maupun sekitarnya.
Pada analisis ini juga baiknya dapat diklasifikasikan tipe jaringan drainase yang akan
terbentuk, berupa jaringan drainase tertutup atau terbuka disesuaikan pada design tapak
yang direncakan.
Analisis Vegetasi
Analisis vegetasi identik dengan ruang terbuka hijau. Hal ini dilakukan dengan
pertimbangan ketersediaan ruang terbuka hijau (RTH) berupa taman-taman aktif (RTH
yang dapat digunakan oleh penghuni) dan taman pasif (RTH yang tidak dapat digunakan,
perannya benar-benar hanya sebagai ruang terbuka, seperti pulau jalan). Kemudian jenis
vegetasi yang ditanam pun dapat disesuaikan dengan fungsinya apakah vegetasi tersebut
berfungsi sebagai peneduh, penghalang/barrier, penunjuk jalan/arah dan sebagainya*.
Analisis View
View yang dimaksud dalam analisis ini digambarkan seperti titk pandangan point terhadap
kawasan tapak, yang kemudian dibagi menjadi 2 jenis, yaitu view to site dan view from
site. Dari pengertiannya telah dapat digambarkan bahwa view to site adalah titik
pandangan yang mengarah/menunjuk pada lokasi tapak yang dapat berupa seperti
landmark tertentu yang mencirikan keberadaan kawasan tersebut. Sedangkan view from
site adalah titik pandangan yang berasal dari kawasan tapak untuk menandakan kawasan
tapak tersebut, bisa berupa main gate ataupun lainnya.
Analisis ini dilakukan dengan menganalisis aliran arah matahari dan angin pada kawasan
tapak tersebut, nanti hasil dari 2 arah matahari dan angin tersebut akan menghasilkan
garis perpotongan sehingga didapatkan arah bangunan pada lokasi tapak yaitu
menghadap sesuai dengan garis perpotongan tersebut.
Kebutuhan air minum suatu kawasan/desa, didasarkan pada besamya jumlah penduduk
yang akan dilayani dikalikan dengan tingkat kebutuhan air per kapita. (UU No.7 Tahun
2004 Tentang Sumber Daya Air; PP No.16 Tahun 2005 Tentang Pengembangan SPAM).
Untuk daerah perkotaan/kawasan tertentu kebutuhan air bersih harus
mempertimbangkan kebutuhan domestik (pemukiman) non-domestik (kawasan
fungsional non pemukiman), seperti untuk : sosial, komersial, industri, dan sektor lain
serta kehilangan air.
LAPORAN AKHIR 58
Penyusunan DED Penataan Destinasi Agrowisata
Talaga Bodas (Gunung Piramid) Desa Sindanggalih Kec Karangtengah
Untuk menentukan saluran primer, sekunder dan primer dikeluarkan pedoman Program
Pembangunan Prasarana Kota Terpadu (P3KT), yaitu:
Sumber Buangan
Air limbah (rumah tangga, fasilitas dan industri). Besarnya volume air limbah yang kan
ditampung tergantung pada jumlah pemakainya (jumlah penduduk beserta segala
kebiasaannya). Sumber-sumber penghasil limbah cair dapat diidentifikasikan sebagai
berikut:
- Pemukiman, besarnya air limbah yang akan dihasilkan diperkirakan sebesar 70% dari
kebutuhan air bersihnya sedangkan perkembangan/peningkatan volume limbahnya
adalah berbanding lurus dengan peningkatan jumlah penduduknya
- Kegiatan komersial dan industri, besarnya air limbah yang dihasilkan diperkirakan
sebesar 60% dari kebutuhan air bersihnya, sedangkan perkembangan/peningkatan
volume limbahnya berbanding lurus dengan peningkatan skala industri dan luas
tanahnya/lahannya
- Kegiatan pendidikan, peribadatan, perkantoran, pelayanan umum dan sebagainya
diperkirakan sebesar 50% dari kebutuhan air bersihnya.
Air hujan (air limpasan). Untuk memperhitungkan volume air limpasan yang dihasilkan oleh
kota sebagai dasar penentuan tipe saluran dan penempatannya digunakan rumus sebagai
berikut:
V =c.A.R
LAPORAN AKHIR 59
Penyusunan DED Penataan Destinasi Agrowisata
Talaga Bodas (Gunung Piramid) Desa Sindanggalih Kec Karangtengah
Dimana :
A = Luas daerah/area, m2
Saluran Pembuangan
Sistem Saluran Terpisah: Saluran antara air hujan dan air buangan terpisah
Sistem Saluran Tercampur: Saluran antara air buangan dan air hujan menjadi satu.
Sedangkan jenis saluran pematusannya ada 2 macam :
Saluran Primer: Biasanya berupa sungai. Saluran ini merupakan penampungan air
buangan dari saluran-saluran sekunder.
Saluran Sekunder: Merupakan saluran untuk mengalirkan air buangan dari rumah
tangga, biasanya berupa got.
Sedangkan metode yang digunakan untuk memperkirakan air larian adalah :
Q=C.I.A
Dimana :
C. Air Limbah
Untuk menciptakan lingkungan yang sehat, maka sistem pembuangan air kotor dan
limbah rumah tangga dilakukan melalui pengumpulan pada satu wilayah dan kemudian
LAPORAN AKHIR 60
Penyusunan DED Penataan Destinasi Agrowisata
Talaga Bodas (Gunung Piramid) Desa Sindanggalih Kec Karangtengah
secara keseluruhan dibuang ke tempat tertentu. Air limbah domestik ini dapat dibedakan
menjadi 2 (dua) jenis, yaitu :
Black Water, yaitu air limbah manusia (human waste) yang berasal dari toilet/jamban
Grey Water, yaitu air buangan rumah tangga yang berasal dari kamar mandi, dapur, dan
tempat cuci (sullage).
a. Teknologi/Sistem Sanitasi
Secara teknis ada beberapa jenis pembuangan limbah domestik ini. Secara umum sistem
pembuangan ini dapat digolongkan menjadi, setempat (on-site) atau bukan setempat
(off-site), basah atau kering. Sistem setempat membuang limbah pada lokasi rurnah.
Sistem bukan setempat mencakup pengumpulan oleh truk, pipa, atau saluran untuk
pengelolaan dan pembuangan di tempat lain. Sistem basah memerlukan air untuk
pengeluaran, sistem kering tidak perlu air.
Pembuangan air limbah sistem setempat. (on-site). dalam praktek sehari-hari dapat
dilakukan dengan :
D. Persampahan
Sistem pengolahan sampah adalah suatu kegiatan penanganan sampah yang ditinjau dari
beberapa aspek terkait seperti institusi, teknik operasional, pembiayaan, pengaturan dan
peran serta masyarakat. Tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan akan sistem
prasarana yanq berfungsi rnengalirkan adalah air limbah domestik (air limbah rumah
tangga) yang berasal dari perumahan dan permukiman, dalam mencapai ruang hidup
yang sehat dan produktif.
a. Skala individu
Pewadahan (bin plastik 40 liter, kantong plastik)
Pemisahan sampah disumber
LAPORAN AKHIR 61
Penyusunan DED Penataan Destinasi Agrowisata
Talaga Bodas (Gunung Piramid) Desa Sindanggalih Kec Karangtengah
E. Listrik
a. Kelompok jaringan listrik dengan kategori bangunan gedung, banyak (superblok), yang
kawasan niaga, kawasan industry umumnya padat beban, yaitu 20 MVA setiap 5 Ha.
b. Kelompok jaringan listrik yang meliputi perumahan tidak bertingkat termasuk daerah
periksaan dengan padat beban 5.000 W tiap 600 m².
LAPORAN AKHIR 62
Penyusunan DED Penataan Destinasi Agrowisata
Talaga Bodas (Gunung Piramid) Desa Sindanggalih Kec Karangtengah
Ruang terbuka adalah ruang-ruang dalam kota atau wilayah yang lebih luas baik dalam
bentuk area atau kawasan maupun dalam bentuk area memanjang atau jalur dimana
dalam penggunaannya lebih bersifat terbuka yang pada dasarnya tanpa bangunan. Dalam
ruang terbuka hijau pemanfaatannya lebih bersifat pengisian tanaman secara alamiah
ataupun budidaya tanaman seperti lahan pertanian, pertamanan, perkebunan dan
sebagainya.
A. Letak Lokasi
Berdasarkan standar DPU, setiap 250 penduduk harus terdapat lahan atau lapangan kecil
untuk bermain seluas 250 m2. Lokasi taman diusahakan di dekat fasilitas lain yang
merupakan elemen pembentuk pusat lingkungan.
Taman sedang
Untuk penduduk 2500 jiwa diperlukan kawasan terbuka dengan luas lahan 1250 m2. Areal
ini sebaiknya berupa taman dengan beberapa pepohonan dan sebuah lapangan olahraga
yang dapat berfungsi ganda. Lokasi fasilitas sebaiknya di sekitar pusat kegiatan yang dapat
bermanfaat juga untuk kegiatan lain di samping fungsinya sebagai kawasan penyegar.
LAPORAN AKHIR 63
Penyusunan DED Penataan Destinasi Agrowisata
Talaga Bodas (Gunung Piramid) Desa Sindanggalih Kec Karangtengah
Salah satu indikator dari intensitas bangunan di suatu blok peruntukan adalah Angka
Lantai Dasar (ALD) atau Koefisien Dasar Bangunan (KDB). Koefisien Dasar Bangunan
merupakan perbandingan antara luas lantai dasar bangunan yang diijinkan terhadap luas
persil.
Tinggi bangunan digunakan sebagai salah satu indikator dan pengendalian intensitas
pemanfaatan ruang. Satuan tinggi bangunan yang digunakan adalah jumlah lantai,
semakin tinggi atau semakin banyak lantai suatu bangunan, semakin tinggi pula
pemanfaatan ruang. Jumlah lantai atau tinggi bangunan ditentukan berdasarkan faktor
daya dukung lahan terhadap bangunan dan faktor keserasian lingkungan perkotaan.
Selain KDB dan ketinggian bangunan, yang juga digunakan sebagai indikator dan
pengendali intensitas pemanfaatan ruang adalah KLB (Koefisien Lantai Bangunan) yaitu
perbandingan luas lantai yang diijinkan di suatu kawasan. KLB merupakan pengendali luas
lantai dari suatu bangunan, terutama pada kawasan dengan intensitas kegiatan tinggi
seperti kawasan perdagangan, jasa komersial, perkantoran dan sebagainya. Penentuan
KLB dari suatu wilayah didasari oleh fungsi lahan, KDB, ketinggian bangunan dan estetika
lingkungan. Dengan berdasarkan hal tersebut dapat ditentukan KLB dari masing-masing
unit lingkungan.
Secara singkat besar Koefisien Lantai Bangunan dapat diperoleh dari metode perhitungan
sebagai berikut :
LAPORAN AKHIR 64
Penyusunan DED Penataan Destinasi Agrowisata
Talaga Bodas (Gunung Piramid) Desa Sindanggalih Kec Karangtengah
1
h 1 d
2
Dimana:
d = jarak antara proyeksi puncak bangunan pada lantai dasar terhadap sumbu jalan yang
berdampingan.
Jika lebar jalan yang berdampingan < 20 m maka titik sudut ditetapkan pada as jalan.
Jika lebar jalan yang berdampingan > 20 m maka titik sudut ditetapkan 10 m dari garis
sempadan pagar ke jalan.
Jarak bangunan yang dimaksudkan di sini adalah jarak antar bangunan yang berada di
dalam persil yang sama. Sesuai konsep yang dirumuskan, jarak bangunan untuk berbagai
ketinggian, diusulkan sebagai berikut :
0,5h1 0,5h2
d 1
2
Dimana :
LAPORAN AKHIR 65
Penyusunan DED Penataan Destinasi Agrowisata
Talaga Bodas (Gunung Piramid) Desa Sindanggalih Kec Karangtengah
Keterangan:
d = jarak antara proyeksi puncak bangunan yang dicari pada lantai dasar dengan sumbu
(as) jalan yang berdampingan h dan d merupakan variabel dari fungsi sudut dan
LAPORAN AKHIR 66
Penyusunan DED Penataan Destinasi Agrowisata
Talaga Bodas (Gunung Piramid) Desa Sindanggalih Kec Karangtengah
Keterangan:
tinggi: H = 1 D
Standar untuk perpetakan bangunan yang terdapat pada setiap blok adalah:
Blok peruntukan dan penggal jalan dengan petak klasifikasi I (di atas 2.500 m2)
Blok peruntukan dan penggal jalan dengan petak klasifikasi II (1.000-2.500 m2)
Blok peruntukan dan penggal jalan dengan petak klasifikasi III (600-1.000 m2)
Blok peruntukan dan penggal jalan dengan petak klasifikasi IV (250-600 m2)
Blok peruntukan dan penggal jalan dengan petak klasifikasi V (100-250 m2)
Blok peruntukan dan penggal jalan dengan petak klasifikasi VI (50-100 m2)
LAPORAN AKHIR 67
Penyusunan DED Penataan Destinasi Agrowisata
Talaga Bodas (Gunung Piramid) Desa Sindanggalih Kec Karangtengah
Blok peruntukan dan penggal jalan dengan petak klasifikasi VII (di bawah 50 m2)
Blok peruntukan dan penggal jalan dengan petak klasifikasi VIII (rumah susun/flat)
LAPORAN AKHIR 68
Penyusunan DED Penataan Destinasi Agrowisata
Talaga Bodas (Gunung Piramid) Desa Sindanggalih Kec Karangtengah
Tinggi bangunan kurang dari 8 meter, maka jarak minimum antar bangunan berjarak 3
meter.
Tinggi bangunan antara 8-14 meter, maka jarak minimum antar bangunan berjarak 3 s/d
6 meter.
Tinggi bangunan antara 14-40 meter, maka jarak minimum antar bangunan berjarak 6
s/d 8 meter.
Tinggi bangunan lebih dari 40 meter, maka jarak minimum antar bangunan berjarak 8
meter. (Sumber :Kepmenneg PU No.10/KPTS/2000)
Kemunduran bangunan pada bangunan tinggi II (9 lantai keatas) ditentukan dengan cara
sebagai berikut:
A = Damija
Dimana:
A = pemunduran bangunan
Damija = daerah milik jalan
A = Damija + 10 m
a) Analisis view
LAPORAN AKHIR 69
Penyusunan DED Penataan Destinasi Agrowisata
Talaga Bodas (Gunung Piramid) Desa Sindanggalih Kec Karangtengah
Yaitu analisis terhadap pemilihan sudut pandang yang dianggap paling baik dan
mempunyai nilai estetika khusus untuk penempatan suatu bangunan.
Yaitu analisis terhadap elemen kota yang mendukung dua atau lebih pusat kegiatan
umum di kawasan pusat kota yang mempunyai konsentrasi pelayanan cukup besar.
Elemen kota yang merupakan penunjang kota ini dapat berupa sarana umum seperti
taman, PKL dan sebagainya.
Yaitu analisis terhadap adanya suatu hubungan dari pergerakan (aktivitas) yang terjadi
pada beberapa zona makro maupun mikro, dengan atau tanpa keragaman fungsi,
yang berkaitan dengan aspek-aspek fisik, historis, ekonomi, sosial, budaya dan politik.
Aspek-aspek yang terkait dalam terbentuknya linkage system: pedestrian, sistem
transportasi dan parkir.
Preservasi adalah suatu upaya untuk melindungi bangunan, monumen dan lingkungan
dari kerusakan dan mencegah proses kerusakan yang terjadi.
Konservasi adalah semua kegiatan pemeliharaan suatu tempat sedemikian rupa sehingga
mempertahankan nilai kulturalnya. Konservasi ini mencakup kegiatan preservasi,
restorasi, rekonstruksi dan adaptasi.
kaitan kedudukan nilai historis kawasan pada konteks yang lebih besar, misalnya sebagai
aset pelestarian pada skala kota/regional bahkan pada skala nasional.
LAPORAN AKHIR 70
Penyusunan DED Penataan Destinasi Agrowisata
Talaga Bodas (Gunung Piramid) Desa Sindanggalih Kec Karangtengah
Hasil analisis kawasan dan wilayah perencanaan mencakup indikasi program bangunan
dan lingkungan yang dapat dikembangkan pada kawasan perencanaan, termasuk
pertimbangan dan rekomendasi tentang indikasi potensi kegiatan pembangunan
kawasan/lingkungan yang memiliki dampak besar dan penting serta yang memerlukan
penyusunan AMDAL sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
Konsep Dasar Perancangan Tata Bangunan dan Lingkungan, yang merupakan hasil
tahapan analisis program bangunan dan lingkungan, memuat gambaran dasar penataan
pada lahan perencanaan yang selanjutnya ditindaklanjuti dengan penjabaran gagasan
desain secara lebih detail dari masing-masing elemen desain.
Tahap perumusan dan pengembangan perancangan terdiri atas beberapa bagian yaitu:
LAPORAN AKHIR 71
Penyusunan DED Penataan Destinasi Agrowisata
Talaga Bodas (Gunung Piramid) Desa Sindanggalih Kec Karangtengah
a) Peruntukan lahan makro, yaitu rencana alokasi penggunaan dan pemanfaatan lahan
pada suatu wilayah tertentu yang juga disebut dengan tata guna lahan. Peruntukan ini
bersifat mutlak karena telah diatur pada ketentuan dalam rencana tata ruang wilayah.
b) Peruntukan lahan mikro, yaitu peruntukan lahan yang ditetapkan pada skala keruangan
yang lebih rinci (termasuk secara vertikal) berdasarkan prinsip keragaman yang
seimbang dan saling menentukan. Hal-hal yang diatur adalah:
Peruntukan lantai dasar, lantai atas, maupun lantai besmen;
Peruntukan lahan tertentu, misalnya berkaitan dengan konteks lahan perkotaan-
perdesaan, konteksbentang alam/lingkungan konservasi, atau pun
kontekstematikal pengaturan pada spot ruang bertema tertentu. Dalam penetapan
peruntukan lahan mikro ini masihterbuka kemungkinan untuk melibatkan
berbagamasukan desain hasil interaksi berbagai pihak sepertperancang/penata
kota, pihak pemilik lahan, atau pun pihak pemakai/ pengguna/ masyarakat untuk
melahirkan suatu lingkungan dengan ruang-ruang yang berkarakter tertentu sesuai
dengan konsep struktur perancangan kawasan. Penetapan ini tidak berarti
memperbaiki alokasi tataguna lahan pada aturan rencana tata ruang wilayah yang
ada, namun berupa tata guna yang diterapkandengan skala keruangan yang lebih
rinci, misalnyasecara vertikal per lantai.
LAPORAN AKHIR 72
Penyusunan DED Penataan Destinasi Agrowisata
Talaga Bodas (Gunung Piramid) Desa Sindanggalih Kec Karangtengah
Intensitas Pemanfaatan Lahan adalah tingkat alokasi dan distribusi luas lantai maksimum
bangunan terhadap lahan/tapak peruntukannya.
a) Koefisien Dasar Bangunan (KDB), yaitu angka persentase perbandingan antara luas
seluruh lantai dasar bangunan gedung yang dapat dibangun dan luas lahan/ tanah
perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai.
b) Koefisien Lantai Bangunan (KLB), yaitu angka persentase perbandingan antara jumlah
seluruh luas lantai seluruh bangunan yang dapat dibangun dan luas lahan/ tanah
perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai.
c) Koefisien Daerah Hijau (KDH), yaitu angka persentase perbandingan antara luas seluruh
ruang terbuka di luar bangunan gedung yang diperuntukkan bagi pertamanan/
penghijauan dan luas tanah perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai.
d) Koefisien Tapak Besmen (KTB), yaitu angka persentase perbandingan antara luas tapak
besmen dan luas tanah perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai.
Sistem Insentif-Disinsentif Pengembangan, terdiri atas: Insentif Luas Bangunan,
yaitu insentif yang terkait dengan KLB dan diberikan apabila bangunan gedung
terbangun memenuhi persyaratan peruntukan lantai dasar yang dianjurkan. Luas
lantai bangunan yang ditempati oleh fungsi tersebut dipertimbangkan untuk tidak
diperhitungkan dalam KLB.
Insentif Langsung, yaitu insentif yang memungkinkan penambahan luas lantai
maksimum bagi bangunan gedung yang menyediakan fasilitas umum berupa
LAPORAN AKHIR 73
Penyusunan DED Penataan Destinasi Agrowisata
Talaga Bodas (Gunung Piramid) Desa Sindanggalih Kec Karangtengah
Tata Bangunan juga merupakan sistem perencanaan sebagai bagian dari penyelenggaraan
bangunan gedung beserta lingkungannya, termasuk sarana dan prasarananya pada suatu
lingkungan binaan baik di perkotaan maupun di perdesaan sesuai dengan peruntukan
lokasi yang diatur dengan aturan tata ruang yang berlaku dalam RTRW Kabupaten/Kota,
dan rencana rincinya.
LAPORAN AKHIR 74
Penyusunan DED Penataan Destinasi Agrowisata
Talaga Bodas (Gunung Piramid) Desa Sindanggalih Kec Karangtengah
Sistem sirkulasi dan jalur penghubung terdiri dari jaringan jalan dan pergerakan, sirkulasi
kendaraan umum, sirkulasi kendaraan pribadi, sirkulasi kendaraan informal setempat dan
sepeda, sirkulasi pejalan kaki (termasuk masyarakat penyandang cacat dan lanjut usia),
sistem dan sarana transit, sistem parkir, perencanaan jalur pelayanan lingkungan, dan
sistem jaringan penghubung.
a) Sistem jaringan jalan dan pergerakan, yaitu rancangan sistem pergerakan yang terkait,
antara jenisjenis hirarki/kelas jalan yang tersebar pada kawasan perencanaan (jalan
arteri, kolektor dan jalan lingkungan/ lokal) dan jenis pergerakan yang melaluinya, baik
masuk dan keluar kawasan, maupun masuk dan keluar kaveling.
b) Sistem sirkulasi kendaraan umum, yaitu rancangan sistem arus pergerakan kendaraan
umum formal, yang dipetakan pada hirarki/kelas jalan yang ada pada kawasan
perencanaan.
c) Sistem sirkulasi kendaraan pribadi, yaitu rancangan sistem arus pergerakan bagi
kendaraan pribadi sesuai dengan hirarki/kelas jalan pada kawasan perencanaan.
d) Sistem sirkulasi kendaraan umum informal setempat, yaitu rancangan sistem arus
pergerakan bagi kendaraan umum dari sektor informal, seperti ojek, becak, andong, dan
LAPORAN AKHIR 75
Penyusunan DED Penataan Destinasi Agrowisata
Talaga Bodas (Gunung Piramid) Desa Sindanggalih Kec Karangtengah
sejenisnya, yang dipetakan pada hirarki/kelas jalan yang ada pada kawasan
perencanaan.
e) Sistem pergerakan transit, yaitu rancangan sistem perpindahan arus pergerakan dari
dua atau lebih moda transportasi yang berbeda, yang dipetakan pada hirarki/ kelas jalan
yang ada pada kawasan perencanaan.
f) Sistem parkir, yaitu rancangan sistem gerakan arus masuk dan keluar kaveling atau grup
kaveling untuk parkir kendaraan di dalam internal kaveling.
g) Sistem perencanaan jalur servis/pelayanan lingkungan, yaitu rancangan sistem arus
pergerakan dari kendaraan servis (seperti pengangkut sampah, pengangkut barang, dan
kendaraan pemadam kebakaran) dari suatu kaveling atau blok lingkungan tertentu,
yang dipetakan pada hirarki/kelas jalan yang ada pada kawasan perencanaan.
h) Sistem sirkulasi pejalan kaki dan sepeda, yaitu rancangan sistem arus pejalan kaki
(termasuk penyandang cacat dan lanjut usia) dan pemakai sepeda, yang khusus
disediakan pada kawasan perencanaan.
i) Sistem jaringan jalur penghubung terpadu ( pedestrian linkage), yaitu rancangan sistem
jaringan berbagai jalur penghubung yang memungkinkan menembus beberapa
bangunan atau pun beberapa kaveling tertentu dan dimanfaatkan bagi kepentingan
jalur publik. Jalur penghubung terpadu ini dibutuhkan terutama pada daerah dengan
intensitas kegiatan tinggi dan beragam, seperti pada area komersial lingkungan
permukiman atau area fungsi campuran (mixed-used). Jalur penghubung terpadu harus
dapat memberikan kemudahan aksesibilitas bagi pejalan kaki.
Sistem Ruang Terbuka dan Tata Hijau merupakan komponen rancang kawasan, yang tidak
sekadar terbentuk sebagai elemen tambahan atau pun elemen sisa setelah proses
rancang arsitektural diselesaikan, melainkan juga diciptakan sebagai bagian integral dari
suatu lingkungan yang lebih luas. Penataan sistem ruang terbuka diatur melalui
pendekatan desain tata hijau yang membentuk karakter lingkungan serta memiliki peran
penting baik secara ekologis, rekreatif dan estetis bagi lingkungan sekitarnya, dan
memiliki karakter terbuka sehingga mudah diakses sebesar-besarnya oleh publik.
a) Sistem Ruang Terbuka Umum (kepemilikan publikaksesibilitas publik), yaitu ruang yang
karakter fisiknya terbuka, bebas dan mudah diakses publik karena bukan milik pihak
tertentu.
b) Sistem Ruang Terbuka Pribadi (kepemilikan pribadi– aksesibilitas pribadi), yaitu ruang
yang karakter fisiknya terbuka tapi terbatas, yang hanya dapat diakses oleh pemilik,
pengguna atau pihak tertentu.
c) Sistem Ruang Terbuka Privat yang dapat diakses oleh Umum (kepemilikan pribadi–
aksesibilitas publik), yaitu ruang yang karakter fisiknya terbuka, serta bebas dan mudah
diakses oleh publik meskipun milik pihak tertentu, karena telah didedikasikan untuk
LAPORAN AKHIR 76
Penyusunan DED Penataan Destinasi Agrowisata
Talaga Bodas (Gunung Piramid) Desa Sindanggalih Kec Karangtengah
elemen-elemen kawasan yang sedemikian rupa sehingga tercipta suatu kawasan atau
subarea dengan sistem lingkungan yang informatif, berkarakter khas, dan memiliki
orientasi tertentu.
a) Konsep Identitas Lingkungan, yaitu perancangan karakter (jati diri) suatu lingkungan
yang dapat diwujudkan melalui pengaturan dan perancangan elemen fisik dan nonfisik
lingkungan atau subarea tertentu. Pengaturan ini terdiri atas:
Tata karakter bangunan/lingkungan ( built-in signage and directional system), yaitu
pengolahan elemen-eleman fisik bangunan/lingkungan untuk mengarahkan atau
memberi tanda pengenal suatu lingkungan/bangunan, sehingga pengguna dapat
mengenali karakter lingkungan yang dikunjungi atau dilaluinya sehingga
memudahkan pengguna kawasan untuk berorientasi dan bersirkulasi.
Tata penanda identitas bangunan, yaitu pengolahan elemen-eleman fisik
bangunan/lingkungan untuk mempertegas identitas atau penamaan suatu
bangunan sehingga pengguna dapat mengenali bangunan yang menjadi tujuannya.
LAPORAN AKHIR 77
Penyusunan DED Penataan Destinasi Agrowisata
Talaga Bodas (Gunung Piramid) Desa Sindanggalih Kec Karangtengah
Tata kegiatan pendukung secara formal dan informal (supporting activities), yaitu
pengolahan secara terintegrasi seluruh aktivitas informal sebagai pendukung dari
aktivitas formal yang diwadahi dalam ruang/bangunan, untuk menghidupkan
interaksi sosial dari para pemakainya.
b) Konsep Orientasi Lingkungan, yaitu perancangan elemen fisik dan nonfisik guna
membentuk lingkungan yang informatif sehingga memudahkan pemakai untuk
berorientasi dan bersirkulasi. Pengaturan ini terdiri atas:
Sistem tata informasi (directory signage system), yaitu pengolahan elemen fisik di
lingkungan untuk menjelaskan berbagai informasi/petunjuk mengenai tempat
tersebut, sehingga memudahkan pemakai mengenali lokasi dirinya terhadap
lingkungannya.
Sistem tata rambu pengarah (directional signage system), yaitu pengolahan elemen
fisik di lingkungan untuk mengarahkan pemakai bersirkulasi dan berorientasi baik
menuju maupun dari bangunan atau pun area tujuannya.
c) Wajah Jalan, yaitu perancangan elemen fisik dan nonfisik guna membentuk lingkungan
berskala manusia pemakainya, pada suatu ruang publik berupa ruas jalanyang akan
memperkuat karakter suatu blok perancangan yang lebih besar. Pengaturan ini terdiri
atas:
Wajah penampang jalan dan bangunan;
Perabot jalan (street furniture);
Jalur dan ruang bagi pejalan kaki (pedestrian);
Tata hijau pada penampang jalan;
Elemen tata informasi dan rambu pengarah pada penampang jalan;
Elemen papan reklame komersial pada penampang jalan.
LAPORAN AKHIR 78
Penyusunan DED Penataan Destinasi Agrowisata
Talaga Bodas (Gunung Piramid) Desa Sindanggalih Kec Karangtengah
Sistem prasarana dan utilitas lingkungan adalah kelengkapan dasar fisik suatu lingkungan
yang pengadaannya memungkinkan suatu lingkungan dapat beroperasi dan berfungsi
sebagaimana semestinya. Sistem prasarana dan utilitas lingkungan mencakup jaringan
air bersih dan air limbah, jaringan drainase, jaringan persampahan, jaringan gas dan listrik,
serta jaringan telepon, sistem jaringan pengamanan kebakaran, dan sistem jaringan jalur
penyelamatan atau evakuasi. Komponen penataan yang diatur dalam tahapan ini adalah:
a) Sistem jaringan air bersih, yaitu sistem jaringan dan distribusi pelayanan penyediaan air
bagi penduduk suatu lingkungan, yang memenuhi persyaratan bagi operasionalisasi
bangunan atau lingkungan, dan terintegrasi dengan jaringan air bersih secara makro dari
wilayah regional yang lebih luas.
b) Sistem jaringan air limbah dan air kotor, yaitu sistem jaringan dan distribusi pelayanan
pembuangan/ pengolahan air buangan rumah tangga, lingkungan komersial,
LAPORAN AKHIR 79
Penyusunan DED Penataan Destinasi Agrowisata
Talaga Bodas (Gunung Piramid) Desa Sindanggalih Kec Karangtengah
perkantoran, dan bangunan umum lainnya, yang berasal dari manusia, binatang atau
tumbuh-tumbuhan, untuk diolah dan kemudian dibuang dengan cara-cara sedemikian
rupa sehingga aman bagi lingkungan, termasuk di dalamnya buangan industri dan
buangan kimia.
c) Sistem jaringan drainase, yaitu sistem jaringan dan distribusi drainase suatu lingkungan
yang berfungsi sebagai pematus bagi lingkungan, yang terintegrasi dengan sistem
jaringan drainase makro dari wilayah regional yang lebih luas.
d) Sistem jaringan persampahan, yaitu sistem jaringan dan distribusi pelayanan
pembuangan/pengolahan sampah rumah tangga, lingkungan komersial, perkantoran
dan bangunan umum lainnya, yang terintegrasi dengan sistem jaringan pembuangan
sampah makro dari wilayah regional yang lebih luas.
e) Sistem jaringan listrik, yaitu sistem jaringan dan distribusi pelayanan penyediaan daya
listrik dan jaringan sambungan listrik bagi penduduk suatu lingkungan, yang memenuhi
persyaratan bagi operasionalisasi bangunan atau lingkungan, dan terintegrasi dengan
jaringan instalasi listrik makro dari wilayah regional yang lebih luas.
f) Sistem jaringan telepon, yaitu sistem jaringan dan distribusi pelayanan penyediaan
kebutuhan sambungan dan jaringan telepon bagi penduduk suatu lingkungan yang
memenuhi persyaratan bagi operasionalisasi bangunan atau lingkungan, yang
terintegrasi dengan jaringan instalasi listrik makro dari wilayah regional yang lebih luas.
g) Sistem jaringan pengamanan kebakaran, yaitu sistem jaringan pengamanan
lingkungan/kawasan untuk memperingatkan penduduk terhadap keadaan darurat,
penyediaan tempat penyelamatan, membatasi penyebaran kebakaran, dan/atau
pemadaman kebakaran.
h) Sistem jaringan jalur penyelamatan atau evakuasi, yaitu jalur perjalanan yang menerus
(termasuk jalan ke luar, koridor/selasar umum dan sejenis) dari setiap bagian bangunan
gedung termasuk di dalam unit hunian tunggal ke tempat aman, yang disediakan bagi
suatu lingkungan/ kawasan sebagai tempat penyelamatan atau evakuasi.
LAPORAN AKHIR 80
Penyusunan DED Penataan Destinasi Agrowisata
Talaga Bodas (Gunung Piramid) Desa Sindanggalih Kec Karangtengah
Panduan Rancangan merupakan penjelasan lebih rinci atas Rencana Umum yang telah
ditetapkan sebelumnya dalam bentuk penjabaran materi utama melalui pengembangan
komponen rancangan kawasan pada bangunan, kelompok bangunan, elemen prasarana
kawasan, kaveling dan blok, termasuk panduan ketentuan detail visual kualitas minimal
tata bangunan dan lingkungan.
Pentingnya panduan dalam RTBL dipertegas dengan pemberlakuan aturan dasar yang
meliputi aturan wajib, aturan anjuran utama dan aturan anjuran, beserta pendelegasian
kewenangan untuk memutuskan keterlibatan desain dalam konsep penataan kawasan,
serta mengontrol implementasi atas aturan dasar tersebut.
a) Aturan Wajib
Merupakan aturan yang disusun menurut peraturan tata kota dan bangunan gedung
setempat atau pun aturan spesifik pengembangan kawasan yang mengikat sesuai dengan
Visi Pembangunan yang ditetapkan. Aturan ini bersifat mengikat dan wajib untuk
ditaati/diikuti. Kewenangan atas pemberlakuan Aturan Wajib ini dapat dilakukan
sebagian pada jenjang tertinggi, yaitu Gubernur/Walikota/Bupati sebagai kepala daerah
LAPORAN AKHIR 81
Penyusunan DED Penataan Destinasi Agrowisata
Talaga Bodas (Gunung Piramid) Desa Sindanggalih Kec Karangtengah
setempat, sedangkan sebagian lainnya dapat dilakukan pada jenjang Kepala Dinas teknis
setempat. Aturan ini meliputi:
Seluruh aturan yang wajib diikuti, dengan kewenangan pemberlakuan pada jenjang
tertinggi seperti Gubernur/Walikota/ Bupati adalah:
(i) Peruntukan Lahan; (ii) Luas Lahan dan Batas Lahan; (iii) Koefisien Dasar
Bangunan (KDB); (iv) Koefisien Lantai Bangunan (KLB); (v) Ketinggian Maksimum
Bangunan; (vi) Transfer KLB > 10%; (vii) Standar Perencanaan Kota.
Seluruh aturan yang wajib diikuti, dengan kewenangan pemberlakuan dapat pada
jenjang Kepala Dinas Tata teknis setempat adalah: (i) Garis Sempadan Bangunan
(GSB); (ii) Jarak Bebas; (iii) Transfer KLB < 10% di dalam satu blok. )
Seluruh tambahan aturan spesifik pengembangan kawasan yang mengikat sesuai
dengan Visi Pembangunan yang ditetapkan. Aturan tambahan ini dimaksudkan agar
pencapaian Visi Pembangunan sesuai dengan arahan yang ditetapkan. Untuk itu
ragam aturan pada aturan tambahan dapat bervariasi sesuai dengan kebutuhan
spesifik setempat, misalnya: (i) Ketinggian Podium Maksimum; (ii) Arahan Tata
Bangunan; (iii) dan lain sebagainya.
Merupakan aturan yang disusun menurut kaidah umum pengaturan teknis bangunan dan
lingkungan dengan sasaran terciptanya desain kawasan dengan arahan tampilan
bangunan dan lingkungan yang berkualitas. Aturan ini bersifat mengikat dan dianjurkan
untuk ditaati/ diikuti. Kewenangan atas pemberlakuan Aturan Anjuran Utama ini dapat
dilakukan pada jenjang Kepala Dinas teknis setempat. Aturan ini meliputi:
LAPORAN AKHIR 82
Penyusunan DED Penataan Destinasi Agrowisata
Talaga Bodas (Gunung Piramid) Desa Sindanggalih Kec Karangtengah
c) Aturan Anjuran
Merupakan aturan yang disusun menurut kesepakatan desain yang disesuaikan dengan
visi kawasan dan para pemangku kepentingan terkait sehingga bersifat mengikat serta
dianjurkan untuk ditaati atau diikuti. Aturan ini meliputi:
Berorientasi pada hasil kesepakatan bersama seluruh pemilik dan pemegang hak
atas tanah;
Melibatkan pertimbangan peran masyarakat dan mengakomodasikan aspirasi
berbagai pihak termasuk masyarakat pengguna dan pemangku kepentingan,
yang dijaring dari mekanisme berbagai partisipasi masyarakat untuk
mendapatkan keputusan terbaik, seperti melalui sayembara, dengar pendapat
publik (public hearing), kesepakatan desain secara publik (public design
charette), review desain secara publik (public design review), dan pendapat tim
ahli bangunan gedung;
LAPORAN AKHIR 83
Penyusunan DED Penataan Destinasi Agrowisata
Talaga Bodas (Gunung Piramid) Desa Sindanggalih Kec Karangtengah
4.5
4.5 Perencanaan Kawasan Gunung Piramid
4.5.1 Tahap Studi Interpretasi Data sebagai Kajian Awal Perencanaan /
Perancangan
Dalam tahap ini konsultan mengevaluasi kembali validitas perolehan data yang ada
sekaligus melakukan pendataan kembali manakala data yang diperoleh sebelumnya
diragukan validitasnya. Setelah proses validasi selesai dilakukan konsultan akan
melakukan kegiatan interpretasi analisis terhadap segenap data yang diperoleh dengan
beragam metode analisis data baik analisis kuantitatif dan kualitatif untuk menghadirkan
kesimpulan hasil analisis guna mendapatkan informasi yang terkait dengan
pengembangan prioritas dan alternatif konsep perencanaan penataan kawasan. Secara
garis besar kajian analitis akan diarahkan pada identifikasi daya dukung dan kebutuhan
pengembangan sarana dan prasarana penunjang kawasan dalam konteks vitalitasnya
sebagai segmen dari kawasan Gunung Piramid secara keseluruhan.
Analisis kondisi topografi dilakukan untuk memahami kondisi kemiringan lahan pada
kawasan perencanaan. Melalui pemahaman kondisi topografi ini bisa ditelusuri segmen-
segmen lahan mana saja yang bisa dikembangkan. Khusus untuk tempat pembangunan
sarana-sarana fungsional, lazimnya akan diarahkan untuk mengokupansi segmen lahan
yang lerengnya terbilang landai (0 s.d 15 %), kecuali untuk sarana-sarana tertentu yang
membutuhkan segmen lahan yang lebih curam kelerengannya. Khusus untuk konsep
pembangunan prasarana atau infrastruktur, analisi topografi akan sangat bermanfaat
untuk menelusuri potensi trase jalur aksesibilitas dan sirkulasi internal, jalur jaringan
distribusi air bersih serta jalur jaringan drainase kawasan.
Analisis kondisi geologis dilakukan untuk memahami khususnya kondisi tanah serta daya
dukung tanah terhadap konstruksi fisik bangunan yanga akan dikembangkan dalam
kawasan perencanaan ini sedemikian sehingga rekomendasi konsep penyebaran sarana
LAPORAN AKHIR 84
Penyusunan DED Penataan Destinasi Agrowisata
Talaga Bodas (Gunung Piramid) Desa Sindanggalih Kec Karangtengah
dan prasarana dapat dilakukan dengan bijak dan memperhatikan daya dukung tanah.
Hasil analisis geologis juga bisa menjadi input untuk rekomendasi konsep pengembangan
infrastruktur terkait dengan rekomendasi konsep pengayaan vegetasi setempat.
Analisis kondisi klimatologis adalah analisis standar yang sangat krusial dalam konteks
perencanaan suatu lingkungan binaan, termasuk perencanaan suatu kawasan tepi pantai.
Analisis klimatologis mengamati kondisi aspek iklim mikro setempat berupa kondisi
temperatur dan kelembaban udara, curah hujan, aliran angin, dan radiasi matahari. Hasil
analisis klimatologi akan menjadi input signifikan dalam konteks rekomendasi konsep
penataan lingkungan binaan baik untuk penataan lansekap maupun fisik sarana
prasarana. Dalam konteks penataan lansekap atau ruang luar, hasil analisis klimatologi
akan menjadi pertimbangan dalam hal pemilihan jenis vegetasi untuk pengayaan
tanaman dalam kawasan perencanaan dan pemilihan material untuk hardscape element
rancangan ruang luar. Dalam konteks penataan fisik sarana dan prasarana, hasil analisis
klimatologis juga menjadi input penting dalam rekomendasi konsep tipologi desain dan
pemilihan material untuk bangunan-bangunan yang akan diadakan di dalam kawasan.
LAPORAN AKHIR 85
Penyusunan DED Penataan Destinasi Agrowisata
Talaga Bodas (Gunung Piramid) Desa Sindanggalih Kec Karangtengah
Analisis konteks budaya masyarakat setempat merupakan analisis yang bertujuan untuk
melihat interaksi simbiotikal antara masyarakat setempat dengan sistem kulturnya yang
khas dengan eksistensi kawasan perencanaan saat ini serta prospek perubahannya
manakala dikembangkan sebagai kawasan wisata alam. Hasil ini akan menjadi input dalam
pengembangan konsep penataan kawasan Gunung Piramid secara komprehensif yang
bersinergi dengan pola-pola kultural masyarakat setempat, sedemikian hingga eksistensi
kawasan ini pada akhirnya akan memberikan nilai tambah yang signifikan terhadap
peningkatan kualitas nilai kultural masyarakat.
Teknik analisis yang dilakukan lebih didominasi metode analisis verbal deskriptif dengan
memperhatikan segenap data baik primer maupun sekunder yang diperoleh. Analisis yang
dilakukan umumnya adalah penelusuran kondisi eksisting berdasarkan data peta tematik
yang tersedia, serta konfirmasi kondisi faktual melalui observasi lapangan.
Tahapan studi kajian perancangan ini pada dasarnya akan bertumpu pada pelibatan
seluruh tenaga ahli yang ada berdasarkan kapasitas atau kompetensi masing-masing dan
relevansinya dengan segenap komponen analisis.
Dalam tahap ini, berangkat dari rekomendasi-rekomendasi yang dihasilkan dalam tahap
analisis, untuk selanjutnya konsultan akan mengembangan konsep perencanaan
penataan kawasan Gunung Piramid ini. Yang dimaksud dengan inisiasi konsep adalah
penggagasan konsep rancangan awal, sementara transformasi konsep adalah serangkaian
perubahan konsep yang perlu dilakukan dalam upaya optimasi kualitas konsep. Optimasi
konsep ini dilakukan berdasarkan konsultasi berkala dengan pihak pemberi tugas melalui
Tim Supervisi yang dibentuk, maupun konsultasi informal dengan berbagai pihak yang
berkepentingan, juga secara internal di antara tenaga ahli yang terlibat. Metode yang
akan diterapkan adalah metode desain argumentatif dengan mekanisme “image-present-
test” ataupun mekanisme “pengembangan varietas-reduksi varietas”. Mekanisme yang
dimaksud akan dilakukan secara berulang-ulang, dimana semakin intensif perulangannya
LAPORAN AKHIR 86
Penyusunan DED Penataan Destinasi Agrowisata
Talaga Bodas (Gunung Piramid) Desa Sindanggalih Kec Karangtengah
Sesuai dengan durasi waktu yang tersedia, salah satu output pelaksanaan pekerjaan akan
bermuara pada penyusunan suatu dokumen Pra Rancangan, yang muatannya akan
meliputi:
Tahap konseptualisasi dan penyusunan dokumen pra rancangan ini akan bertumpu pada
pelibatan seluruh tenaga ahli yang terlibat serta tenaga sub profesional, khususnya
Operator CAD yang akan membantu dalam upaya pembuatan dokumen gambar-gambar
pra rancangan dengan medium presentasi grafik komputer.
Output tahapan kegiatan konseptualisasi dan penyusudan pra desain ini, beserta hasil
pendataan dan analisis pada tahap-tahap sebelumnya akan menjadi substansi utama
dalam Laporan Antara yang akan dikonsultasikan dengan Tim Supervisi dan dibahas dalam
Rapat Pembahasan Laporan Antara.
Analisis tapak adalah analisis yang dilakukan untuk menentukan semacam zonasi yang
diperuntukan untuk perencanaan pembangunan suatu kawasan (seperti : perumahan) di
suatu site/lokasi atau kawasan lahan yang disiapkan sebagai daerah pembangunan proyek
tersebut. Dalam melakukan analisis tapak terdapat beberapa bagian-bagian analisis yang
dilakukan, yaitu:
Analisis Lingkungan
LAPORAN AKHIR 87
Penyusunan DED Penataan Destinasi Agrowisata
Talaga Bodas (Gunung Piramid) Desa Sindanggalih Kec Karangtengah
tersedia disekitar kawasan tapak, sehingga dapat menjadi nilai lebih terhadap
pembangunan di lokasi tapak jika telah ditunajang dan dijangkau oleh berbagai fasilitas di
sekitarnya ataupun sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan lokasi
pembangunan fungsi fungsi tertentu yang direncanakan dalam lahan tapak agar dapat
saling mendukung/melengkapi dan tidak overlap atau sebaliknya.
Analisis Topografi
Analisis Aksesibilitas
Analisis Aksesibilitas dilakukan dengan mengidentifikasi berbagai jenis jalan yang melalui
maupun berada di sekitar lokasi tapak. Hal ini dilakukan untuk mengetahui tingkat
mobilitas jalan guna menentukan zonasi pada lokasi tapak. Jalan-jalan tersebut
diidentifikasi berdasarkan jenis jalan, jenis kendaraan yang melalui, tingkat aksesibilitas,
dan lebar jalan tersebut.
Analisis Kebisingan
Analisis Drainase
Analisis drainase dilakukan untuk mengetahui aliran air pada lokasi tapak nanti dengan
memperhatikan jaringan drainase pada kondisi eksisting maupun keberadaan jalur
drainase primer maupun pengumpul sebagai muara dari aliran jaringan drainase
lingkungan. Design jaringan drainase umumnya akan ditampung terlebih dahulu pada
jaringan pengumpul dan akan dialirkan berorientasi pada letak muaranya dan dapat juga
dengan memanfaatkan kemiringan yang berada pada lokasi tapak maupun sekitarnya.
Pada analisis ini juga baiknya dapat diklasifikasikan tipe jaringan drainase yang akan
terbentuk, berupa jaringan drainase tertutup atau terbuka disesuaikan pada design tapak
yang direncakan.
Analisis Vegetasi
LAPORAN AKHIR 88
Penyusunan DED Penataan Destinasi Agrowisata
Talaga Bodas (Gunung Piramid) Desa Sindanggalih Kec Karangtengah
Analisis vegetasi identik dengan ruang terbuka hijau. Hal ini dilakukan dengan
pertimbangan ketersediaan ruang terbuka hijau (RTH) berupa taman-taman aktif (RTH
yang dapat digunakan oleh penghuni) dan taman pasif (RTH yang tidak dapat digunakan,
perannya benar-benar hanya sebagai ruang terbuka, seperti pulau jalan). Kemudian jenis
vegetasi yang ditanam pun dapat disesuaikan dengan fungsinya apakah vegetasi tersebut
berfungsi sebagai peneduh, penghalang/barrier, penunjuk jalan/arah dan sebagainya*.
Analisis View
View yang dimaksud dalam analisis ini digambarkan seperti titk pandangan point terhadap
kawasan tapak, yang kemudian dibagi menjadi 2 jenis, yaitu view to site dan view from
site. Dari pengertiannya telah dapat digambarkan bahwa view to site adalah titik
pandangan yang mengarah/menunjuk pada lokasi tapak yang dapat berupa seperti
landmark tertentu yang mencirikan keberadaan kawasan tersebut. Sedangkan view from
site adalah titik pandangan yang berasal dari kawasan tapak untuk menandakan kawasan
tapak tersebut, bisa berupa main gate ataupun lainnya.
Analisis ini dilakukan dengan menganalisis aliran arah matahari dan angin pada kawasan
tapak tersebut, nanti hasil dari 2 arah matahari dan angin tersebut akan menghasilkan
garis perpotongan sehingga didapatkan arah bangunan pada lokasi tapak yaitu
menghadap sesuai dengan garis perpotongan tersebut.
Dari hasil pengukuran di lapangan, perhitungan dan pengumpulan data-data lainnya yang
diperlukan selanjutnya dibuat Peta Site Plan (Peta Dasar) dengan skala 1 : 1.000 atau 1:
500. Beberapa acuan dalam penggambaran disajikan sebagai berikut, namun tentunya
sebelum dimulai penggambaran akan dilakukan asistensi kepada Direksi (bagian
pengukuran). Acuan tersebut di antaranya :
LAPORAN AKHIR 89
Penyusunan DED Penataan Destinasi Agrowisata
Talaga Bodas (Gunung Piramid) Desa Sindanggalih Kec Karangtengah
Beberapa hal yang perlu dicatat dalam pembuatan volume pekerjaan (BOQ) untuk
konstruksi dan perkiraan rencana anggaran biaya (RAB) selanjutnya antara lain :
LAPORAN AKHIR 90
Penyusunan DED Penataan Destinasi Agrowisata
Talaga Bodas (Gunung Piramid) Desa Sindanggalih Kec Karangtengah
- Lembar perhitungan volume pekerjaan (BOQ) dirinci untuk seluruh usulan paket
pekerjaan yang sesuai dengan hasil perencanaan. Dibuat daftar rekapitulasi pada
masing-masing perincian tersebut, antara lain : volume beton bertulang, berat tulangan
besi, volume galian dan timbunan (m3), volume pasangan batu (m3) dsb.
- Pembuatan Rencana Anggaran Biaya (RAB) untuk pekerjaan konstruksi didasarkan atas
harga bahan dan upah tenaga kerja yang berlaku di lokasi pekerjaan. Data untuk hal
tersebut dapat diperoleh pada Daftar PITB (Pusat Informasi Teknik Bangunan- Dinas PU
Cipta Karya), informasi dari dinas/ cabang dinas PU Pengairan dan Survey harga upah
nyata di lapangan.
Upah tenaga kerja mengacu pada “Upah Minimum Regional” yang dikeluarkan Menteri
Tenaga Kerja dan Gubernur Kepala Daerah Provinsi. Pembuatan “Analisa Harga Satuan
Pekerjaan “ menggunakan format dari keputusan Menteri PU Nomor 172/KPTS/1993-6
April 1993, dengan referensi BOW dan P.5 (penggunaan alat berat), serta disesuaikan
dengan kebutuhan di lapangan. Format RAB mengacu pada surat Edaran Menteri PU
Nomor 06/SE/M/1995-1 Maret 1995, perihal pengelompokan jenis pekerjaan.
Untuk lebih jelas mengenai rencana kerja pada penyusunan DED Gunung Piramid,
Kabupaten Garut dibawah.
LAPORAN AKHIR 91
Penyusunan DED Penataan Destinasi Agrowisata
Talaga Bodas (Gunung Piramid) Desa Sindanggalih Kec Karangtengah
LAPORAN AKHIR 92
Penyusunan DED Penataan Destinasi Agrowisata
Talaga Bodas (Gunung Piramid) Desa Sindanggalih Kec Karangtengah
Tabel diatas menunjukkan secara garis besar konsep pelaksanaan pekerjaan secara
umum, dimana untuk masing-masing tahapan kegiatan dapat dilihat arahan aktivitas
serta target Dengan demikian diharapkan miles stone dari masing-masing tahapan terlihat
jelas keterkaitan antar tahapan tersebut.
A. Persiapan
1. Tahapan persiapan dimulai dengan meyelesaikan semua urusan administrasi, baik yang
bersifat eksternal terkait dengan kontrak kerja terhadap pihak pemberi pekerjaan, dan
juga administrasi internal, diantaranya yaitu surat tugas untuk masing-masing tenaga
ahli. Selain urusan administrasi, pada tahap persiapan ini juga dilakukan untuk hal
teknis, yaitu diantaranya adalah konsolidasi kembali tim teknis, review rencana kerja,
termasuk didalamnya adalah metodologi yang dipergunakan dan penjadwalan, serta
sasaran jangka pendek pekerjaan adalah menyusun desain survey untuk dilaksanakan
pada tahap selanjutnya.
2. Adapun hasil dari tahapan ini diantaranya adalah
perlengkapan administrasi untuk kelancaran pekerjaan
Metodologi dan rencana kerja yang telah disempurnakan oleh tim teknis
Desain dan rencana survey
Hasil ini kemudian dituangkan dalam pelaporan pendahuluan yang akan diselesaikan
kurang lebih pada bulan pertama.
B. Pengumpulan data
3. Tahapan selanjutnya adalah melakukan pengumpulan data, atau survey di lokasi
pekerjaan. Survei yang dilakukan adalahpengumpulan data sekunder di instansi terkait
dan pengambilan data langsung atau data primer di lapangan. Data yang diambil terdiri
dari data kualitati dan data kuantitatif. Dengan berdasarkan desain serta rencana survey
yang telahdisusun pada tahap persiapan survey dilakukan di lokasi pekerjaan yang akan
LAPORAN AKHIR 93
Penyusunan DED Penataan Destinasi Agrowisata
Talaga Bodas (Gunung Piramid) Desa Sindanggalih Kec Karangtengah
dilaksanakan oleh tim pendukung, yaitu surveyor. Seperti telah disinggung sebelumnya
kegiatan pengambilan data ini terdiri dari
Pengumpulan data sekunder di instansi terkait
Quisioner
Wawancara
Topografi dan situasi
Survei investigasi tanah
Survey hidrologi
Observasi lokasi
Dokumentasi audio-visual
FGD
LAPORAN AKHIR 94
Penyusunan DED Penataan Destinasi Agrowisata
Talaga Bodas (Gunung Piramid) Desa Sindanggalih Kec Karangtengah
LAPORAN AKHIR 95
Penyusunan DED Penataan Destinasi Agrowisata
Talaga Bodas (Gunung Piramid) Desa Sindanggalih Kec Karangtengah
LAPORAN AKHIR 96
Penyusunan DED Penataan Destinasi Agrowisata
Talaga Bodas (Gunung Piramid) Desa Sindanggalih Kec Karangtengah
LAPORAN AKHIR 97
Penyusunan DED Penataan Destinasi Agrowisata
Talaga Bodas (Gunung Piramid) Desa Sindanggalih Kec Karangtengah
LAPORAN AKHIR 98
Penyusunan DED Penataan Destinasi Agrowisata
Talaga Bodas (Gunung Piramid) Desa Sindanggalih Kec Karangtengah
Dengan teridentifikasinya kebutuhan data seperti dapat dilihat pada table diatas
diharapkan pelaksanaan survey atau pengambilan data untuk lokasi pekerjaan ini
menjadi lebih efektif dan efisien.
Pelaksanaan kegiatan ini direncanakan akan memakan waktu kurang lebih 1 bulan,
sehingga kegiatan ini harus dapat diselesaikan pada akhir bulan ke-2. Hasil yang
diharapkan dalam kegiatan ini adalah terkumpulnya data sesuai yang ditunjukkan
pada table kebutuhan data diatas, dan diharapkan data yang terkumpulkan
merupakan data mutakhir.
Pengolahan data spasial pada pekerjaan ini adalah melakukan pengolahan dan
analisis data citra satelit dan data spasial lainnya (missal: peta TGL, peta RBI, dll
seperti tercantum dalam table kebutuhan data yang bersifat spasial). Selain
pengolahan citra, data spasial lainnya adalah melakukan pengolahan data topografi
dan situasi, dimana hasil dari pengolahan data ini adalah menghasilkan data situasi
yang dipergunakan untuk memperbaharui data hasil pengolahan citra dan data
ketinggian lahan. Untuk lebihjelas mengenai proses pengolahan data spasial ini
dapat dilihat pada diagram alur pelaksanaan pekerjaan dan pada bagian sebelumnya
mengenai pemaparan metodologi analsis daya dukung lingkungan fisik.
Pengolahan data atribut ini lebih bersifat umum, metodologi yang dipergunakan
dapat bersifat statistical atau numerical biasa dengan persamaan-persamaan
tertentu. Secara umum, data yang diharapkan dari hasil pengolahan data atribut ini
terdiri dari dua kelompok besar, yaitu:
Sosial Ekonomi
Jumlah wisatawan
Proyeksi jumlah wisatawan dan karakteristiknya
Prospek pertumbuhan ekonomi dan finasnsial akibat kegiatan di
Kawasan Gunung Piramid
Daya dukung prasarana dan fasilitas
Kapasitas Lahan yang tersedia dengan masing-masin karakteristik
zona nya
Kebutuhan sarana
LAPORAN AKHIR 99
Penyusunan DED Penataan Destinasi Agrowisata
Talaga Bodas (Gunung Piramid) Desa Sindanggalih Kec Karangtengah
D. Analisis
Analisis awal yang dilakukan adalah menentukan potensi serta isu perencanaan pada
lokasi kegiatan berdasarkan data hasil pengolahan pada tahap sebelumnya. Potensi
dan isu ini berperan penting dalam menentukan arah kebijakan atau perencanaan
yang akan dilakukan selanjutnya.
Berdasarkan potensi dan isu perencanaan yang telah dirumuskan pada bagian
sebelumnya, kemudian disusun skenario pengemmbangan program sebagai berikut:
DED merupakan bagian dari hasil penyusunan rencana umum yang kemudian
dijadikan dasar dalam menentukan rencana investasi.
3. Matiks program
Kegiatan ini adalah menyusun rekapitulasi kegiatan atau program berdasarkan hasil
kajian dari tahap sebelumnya, dimana program-program yang dituliskan
berdasarkan pada pertimbangan program bangunan dan lingkungan untuk
meyakinkan bahwa program yang akan dilaksanakan mengacu pada penataan
lingkungan dan bangunan; Rencana umum untuk memperlihatkan kebutuhan sar-
pras dilokasi pekerjaan, serta rencana investasi yang telah disusun untuk jangka
waktu 5 tahun.
4. Ketentuan pengendalian
Tahapan ini akan diselesaikan kurang lebih dalam jangka waktu 1 bulan, yaitu pada
bulan ke-3.
Hasil akhir dari tahapan ini yang juga merupakan hasil akhir dari pekerjaan ini
diantaranya adalah:
1) Pelaporan kegiatan
2) Dokumen Perencanaan kawasan
3) Dokumentasi data
4) Album gambar desain teknis detail termasuk didalamnya artist impression,
gambr arsitektur, desain struktur, desain mekanikal elektrikal
5) RAB dan BoQ
6) Spesifikasi teknis dan nota desain
Berdarkan perencanaan pekerjaan, alokasi waktu untuk tahapan ini adalah 1 bulan,
dan akan diserahkan pada akhir kegiatan pada akhir bulan ke-3.
0 10 30 50 100 M UTARA
Gambar 5. 1 Hasil Analisis Potensi dan Permasalahan pada Area Delineasi Perencanaan
Lokasi berada di jarak 15 km dari area perkotaan baik dari arah Kabupaten Garut,
maupun Kabupaten Tasikmalaya. Infrastruktur jalan menuju lokasi pun masih
terbilang tidak terlalu baik. Namun tetap menawarkan pemandangan alam dan
pertanian yang indah.
Infrastruktur jalan dari arah perkotaan Garut di Desa Sindang Mekar memiliki jalan
yang tidak terlalu lebar. Perkiraan lebar jalannyua berkisar 3-4 m namun terdapat bahi
jalan berkisar 1-1,5 m sehingga masih bisa dilewati oleh 2 kendaraan. Setelah itu
masuk ke jalur yang dikelilingi oleh area pertanian, pada area ini jalan relatif lebih
buruk dan dengan bahu jalan lebih sempit. Akses ini ramai kendaraan saat musim
liburan karena menjadi salah satu akses menuju obyek wisata Talaga Bodas. Seperti
pada gambar dibawah ini :
Setelah melewati jalan tersebut, akan bertemu dengan area permukiman dekat
dengan obyek wisata Talaga Bodas. Dalam mencapai lokasi, akan terdapat pertigaan
yang menuju lokasi dengan kualitas jalan yang buruk (warna merah pada gambar
dibawah) sehingga di sarankan untuk adanya peningkatan kualitas jalan.
Gambar 5. 6 Kualitas Jalan Menuju Lokasi dari Pertigaan Menuju Talaga Bodas
Kawasan Talaga Bodas kemudian ditetapkan sebagai status sebagai Cagar Alam dan
Taman Wisata Alam berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No.
SK.483/Menhut-II/2010 tanggal 30 Agustus 2010. Lokasi berada di sekitar Talaga
Bodas dan memiliki fungsi sebagai hutan lindung dibawah pengawasan Perhutani.
5.4. Analisis Pariwisata Dan Segmen Di Kabupaten Garut Dan Talaga Bodas
Gambar 4. 17 Lokasi Obyek Wisata Piramid View Sebagai Bagian dari Travel Pattern Talaga Bodas
Berdasarkan gambar peta di atas, maka dari radius 5 km, terdapat beberapa obyek
wisata di antaranya adalah Talaga Bodas. Apabila melihat dari jalur, maka terdapat
kedekatan antara Obyek Wisata Piramid View dan Obyek Wisata Talaga Bodas.
Diharapkan dari kedua obyek tersebut akan menjadi generator dari travel pattern dari
di sekitar kedua lokasi tersebut.
Lokasi
sumber https://line.17qq.com/articles/qsmpqgmmsy_p3.html
Berdasarkan obyek wisata satu Kabupaten Garut, banyak dari arah barat lokasi
perencanaan. Namun permasalahan aksesibilitas mengakibatkannya sulit
menciptakan travel pattern untuk kesemua lokasi.
Program ruang dan aktivitas menjadi penting dalam kegiatan pariwisata karena
termasuk dalam konsep 3A (Atraksi, Amenitas, dan Aksesibilitas). Salah satu dalam
membentuk program ruang adalah melihat tren wisata yang berkembang saat ini.
Berdasarkan tren wisata yang berkembang saat ini maka 3 hal yang tinggi saat ini
adalah
- Spot Selfie : spot selfie atau area berphoto menjadi penting karena itu
menjadi aktualisasi diri wisatawan. Aktivitas ini juga secara tidak langsung
Selain berdasarkan tren wisata, ada juga aspek keberlanjutan dari fungsi Obyek Wisata
Piramid View. Berdasarkan pedoman yang telah dijelaskan di atas, maka beberapa
fungsi yang harus disediakan di antaranya adalah :
hendak mengambil segmen kelompok khusus seperti pelajar dan penggiat di kegiatan
pertanian
Berdasarkan analisis tersebut, mempengaruhi biaya seperti biaya tiket masuk, biaya
wahana, tenant yang mengisi dan lain-lain.
Kondisi kontur lahan pada area perencanaan didominasi oleh area curam. Selain
curam, kondisi tanah juga merupakan tanah yang mudah bergerak. Seperti pada
gambar di bawah ini bagaimana terjalnya lahan. Apabila melihat area datar yang
aksesible untuk orang berjalan, diperkirakan hanya 1000 m2.
Lokasi perencanaan prioritas saat ini masih aktif berkegiatan walau tidak banyak
dikunjungin banyak orang. Sudah terdapat beberapa fasilitas untuk kegiatan wisata
seperti spot selfie, shelter, dan mushola yang dibangun oleh swadaya masyarakat.
Melihat dari kegiatan yang ada saat ini, lokasi ini memiliki potensi untuk dijadikan
obyek wisata dengan kegiatan yang akan dikembangkan dari yang sudah ada saat ini.
Lokasi memanjang ke arah utara selatan, sehingga terdapat potensi adanya view
matahari terbenam ke arah Gunung Piramid dan Area Perkotaan Garut
Obyek wisata ini berkonsep eco tourism, sehingga pemandangan alam menjadi salah
satu potensi yang di tawarkan. Terdapat beberapa obyek pemandangan yang menarik
diantaranya adalah Gunung Piramid, Kawasan Perkotaan, dan deretan bukit.
Gambar 5. 16 Beberapa Jenis Flora yang ada di Talaga Bodas dan Kabupaten Garut
Pada pembahasan bab ini, akan dijelaskan mengenai konsep perencanaan Masterplan
kawasan wisata sekitar Gunung Piramid. Konsep tersebut diolah menjadi sebuah ide
desain dan juga program kegiatan yang akan dibangun dan disediakan.
Obyek Wisata Piramid View ini juga dapat dibentuk kelompok yang jadi pengelola.
Pengelola ini dapat diarahkan ke Bumdes, atau kelompok lainnya yang telah disetujui
oleh pemegang dana investasi dan juga Perhutani sebagai pemilik lahan. Skema kerja
sama lainnya dapat berupa kegiatan berjualan seperto foodcourt dan juga fasilitas-
fasilitas yang disediakan.
Selain kedua hal tersebut, terdapat juga fungsi kegiatan yang akan dibangun seperti
cottage, kegiatan konservasi dan juga forest trail yang selain menghubungkan antar
zona juga menjadi kegiatan rekreasi dibawah pohon.
Tahap awal menjadi tahap yang paling penting karena menjadi generator kawasan.
Keberhasilan tahap awal akan menjadi tolak ukur keberhasilan keseluruhan kawasan
saat semuanya sudah terbangunan atau ultimate. Pada lokasi prioritas ini hal utama
yang dibangun adalah kegiatan selfie dan rekreasi keluarga. Kegiatan berphoto selfie
dengan potensi keindahan bentang alam disekitar lokasi menjadi potensi untuk
Pada tahap dua ini, kegiatan yang dibangun diantaranya adalah forest trail sekaligus
menjadi akses penghubung ke lokasi prioritas awal. Selain itu terdapat area outbond,
berkemah, dan kebun buah terutama buah jeruk. Pada tahap dua, tidak banyak terjadi
pembangunan hanya lbih mengutamakan membuka akses.
Tahap 3 adalah tahap yang membangunan lokasi paling selatan di delineasi. Dengan
dibangunannya tahap 3, maka keseluhan yang berbatasan dengan jalan dikelola dan
dikembangkan akibatnya perlu ditambah kantung-kantung parkir untuk di area selatan
tersebut. Pada pentahapan ketiga ini, kegiatan yang dibangun adalah kegiatan forest
trail dibawah pohon pinus. Lalu adanya kegiatan agrowisata untuk rekreasi keluarga
atau keluarga. Lalu pentahapan terakhir adalah pentajapan penginapan.
Penginapan yang cocok untuk area kawasan lindung adalah tenda atau glamping yang
intinya adalah bangunan tidak banyak mengubah dan memberi dampak pada
lingkungan. Zona untuk penginapan ini juga rekatif lebih dekat dengan Gunung
Piramid. Hal ini menjadi nilai tambah untuk penginapannya.
Pada bab ini akan dijelaskan tentang konsep pada lokasi prioritas dan gambaran desain
pada lokasi tersebut. Konsep desain pada lokasi priortas akan mirip dengan konsep
utama pada Masterplan. Gambaran desain pada lokasi prioritas ini akan dibagi
menjadi beberapa subbab diantaranya adalah rencana tapak, rencana lanskap, dan
bangunan penunjang untuk kegiatan Obyek Wisata Piramid View ini.
Sesuai dengan konsep dan pentahapan pada masterplan, lokasi prioritas memiliki
konsep ecowisata dengan desain yang modern dan low maintenance namun dengan
tetap mempertahankan fungsi hutan lindung seperti pembangunan yang minim dan
penggunaan material perkerasan porous.
Lokasi prioritas ini dibangun pada tahap 1 sehingga menjadi generator pembangunan
kawasan ecowisata di sekitar Gunung Piramid. Agar dapat menjadi generator kawasan,
maka dicari kegiatan dan fasilitas yang mengikuti perkembangan wisata saat ini seperti
kegiatan selfie dan berkumpul.
Dengan mengambil 10% dari luas total kawasan masterplan yaitu 1 Ha, dilakukan
pengukuran lahan terutama mengenai topografi lahan yang cukup curam. Luas total
area terbangun pada kawasan 1 Ha ini berkisar 1400 m2. Dari luas total 1400 m2 ini
dibangun menjadi beberapa bagian seperti pada penjelasan legenda gambar di bawah
ini.
Akses masuk umum hanya dari selatan (bangunan penerima) untuk memudahkan
pengawasan dan menjadi area penjualan tiket. Setelahnya akan dibagi menjadi 2 zona
utama yaitu zona spot selfie untuk area berphoto dan juga menikmati pemandangan
terutama Gunung Piramid. Berikutnya adalah zona makan dan berkumpul. Terdapat
bangunan utama yang didalamnya terdapat restauran atau pujasera dan juga
bangunan kecil berupa gazebo untuk kumpul keluarga. Transisi kedua zona tersebut
adalah zona duduk berupa dinding penahan tanah berbentuk terasering.
Pada rencana aksesibilitas ini dibagi menjadi dua yaitu jalur kendaraan dan jalur
pejalan kaki. Aksesibilitas lokasi ini dapat ditempuh dari arah utara dan selatan. Jalur
utama lebih diutamakan dari arah selatan atau dari jalur menuju obyek wisata Talaga
Bodas. Hal ini mengakibatkan akses masuk lebih ke arah selatan. Jalur kendaraan ini
diberi 3 kantung parkir yang terdiri dari kantung parkir bagian selatan untuk mobil.
Bagian tengah untuk parkir motor dan bagian paling selatan untuk mobil dan
diutamakan untuk pengelola obyek wisata. Berikut adalah gambar jalur dari kendaraan
dan pejalan kaki.
Jalur Kendaraan
Akses masuk dimulai dari area penerima dibagian selatan, sedangkan untuk pengelola
dapat menggunakan akses dari bangunan utama. Dari arah bangunan penerima akan
diarahkan ke dua zona yaitu zona spot selfie untuk area berphoto dan juga menikmati
pemandangan terutama Gunung Piramid. Berikutnya adalah zona makan dan
berkumpul. Terdapat bangunan utama yang didalamnya terdapat restauran atau
pujasera dan juga bangunan kecil berupa gazebo untuk kumpul keluarga. Transisi
kedua zona tersebut adalah zona duduk berupa dinding penahan tanah berbentuk
terasering. Baik dari arah zona spot selfie dan area makan akhirnya akan bertemu juga
di bangunan utama.
Kawasan obyek wisata Piramid View merupakan obyek wisata bertemakan ecotourism
yaitu menjadikan keindahan alam menjadi potensinya. Sehingga kegiatan menikmati
keindahan alam ini perlu dirancang berupa area spot selfie. Spot selfie ini tidak hanya
menggunakan keindahan alam saja sebagai obyek untuk diphoto, tetapi desain
lanskap di dalamnya juga dapat menjadikan obyek untuk diphoto juga. Kegiatan spot
selfie ini menjadi hal yang penting juga dalam mempromosikan wisata ke masyarakat
luas sehingga kegiatan selffie harus diterima dan menjadi bagian dari perencanaan
kawasan.
5
7
3
2
SPOT SELFIE
1. Viewing deck 1 yaitu spot selfie pertama yang berada di luar area utama. Spot
ini dijadikan area untuk teaser sebelum masuk ke dalam kawasan.
2. Area bangunan penerima
1 3
Rencana hardscape adalah rencana penutup lahan dengan material yang keras.
Namun karena ini di lokasi hutan lindung, maka desain hardscape memanfaatkan
material yang porous sehingga masih dapat menyerapkan air hujan ke dalam tanah.
Area Spot Selfie Menggunakan rabat beton precast yang di atur ukurannya dan
dipasang berjarak seperi membentuk stepping stone yang teratur. Agar
Area parkiran
Salah satu alasan kenapa adanya viewing deck adalah untuk memperluas area spot selfie
juga untuk lebih menikmati pemandangan sekitar obyek wisata. Lokasi berada di lahan
berkontur curam sehingga daya tampung pengunjung terbatas. Viewing deck ini tidak
hanya untuk area perluasan saja, tetapi juga menjadi atraksi selfie seperti dengan
penambahan fasilitas ayunan dan instalasi berupa frame kotak.
Instalasi seni dan signage memiliki keterkaitan sebagai obyek photo kegiatan spot
selfie. Pada lokasi perencanaan ini, instalasi seni lebih diarahkan untuk memperkuat
keindahan alam terutama Gunung Piramid. Seperti dengan instalasi berbentuk segitiga
dan juga kota sebagai frame. Selain instalasi seni, juga ada signage sebagai penanda
lokasi.
Salah satu konsep desain di lokasi prioritas ini adalah bentuk segitiga yang merupakan
bentuk dari Gunung Piramid. Bentuk segitiga ini juga diolah menjadi bentuk dasar dari
beberapa desain diantaranya adalah instalasi seni, bentuk atap, dan juga elemen
lanskap.
Kegiatan spot selfie dan instalasi ini juga menunjang kegiatan promosi yang dilakukan
oleh pengunjung, selain itu juga dapat menjadi ciri khas dari lokasi obyek wisata ini.
Bangunan utama merupakan vokal point dari lokasi prioritas ini. Dengan bentuk
menyerupai segitiga ini difungsikan untuk kegiatan restauran atau foodcourt dan juga
area penunjang seperti toilet, mushola, dan kantor admin. Bangunan ini terdiri dari 3
lantai dengan struktur baja dan plat lantai beton. Pembagian zona dijelaskan pada
gambar di bawah ini :
Bangunan utama ini juga dapat digunakan untuk menjadi menara pandang. Ketinggian
bangunan dibatasi dibawah 10 m sesuai dengan aturan kegiatan pariwisata di area
hutan lindung.
Bangunan penerima adalah bangunan yang pertama kali dilihat di luar kawasan.
Berfungsi sebagai pengatur pergerakan, juga digunakan untuk tiket dan penjualan
souvenir. Desain dipilih dengan bentuk fasad dominan void untuk dapat lebih
menonjolkan keindahan alam di sekitarnya.
Bangunan sederhana dengan dimensi 3x4 m ini digunakan untuk berkumpul dan juga
lesehan keluarga atau kelompok. Pengunjung dapat memesan makanan dari sini
sehingga selain sambil makan, juga sambil melihat keindahan kontur alam dan area
perkotaan Kabupaten Garut.
Sama dengan bentuk-bentuk bangunan yang lain, yaitu menonjolkan bentuk segitiga
dengan menggunakan struktur baja.
2 BANGUNAN
3 INSTALASI
D. AYUNAN 2 M2 Rp 6.200.000
4 VIEWING DECK
5 LANSKAP
C. INFRASTRUKTUR - LS Rp121.205.000
TOTAL Rp3.243.116.112
Berdasarkan tabel di atas, maka pembangunan obyek wisata Piramid View ini adalah
3,2 M dimana hampir 50% dari total tersebut adalah pembangunan bangunan utama.
Namun nilai 3,2 M Rupiah ini diluar dari pembangunan diluar 1400 m2 seperti kegiatan
penanaman akar wangi maupun reforestation.