Anda di halaman 1dari 12

PERAN STRATEGIS PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM

INFORMASI GEOGRAFIS DALAM ANALISIS MORFOMETRI


DAERAH ALIRAN SUNGAI KOTA TOMOHON, SULAWESI UTARA

Nurchaliza
Departemen Geofisika, Universitas Hasanuddin
Jl. Perintis Kemerdekaan KM.10, Kota Makassar, Sulawesi Selatan, Indonesia
email: nurchenurchaliza@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini mengungkapkan peran penting teknologi penginderaan jauh dan


sistem informasi geografis (SIG) dalam menganalisis morfometri daerah aliran
sungai di Kota Tomohon, Sulawesi Utara. Dengan memanfaatkan model
ketinggian dan DEM, penelitian ini menyoroti pola kelurusan dan pengaliran
sungai, termasuk kurva hipsometri dan basin asimetri. Hasil penelitian
memberikan wawasan mendalam tentang karakteristik geomorfologi dan
distribusi elevasi melintang cekungan sungai. Implikasi praktisnya mencakup
kontribusi signifikan terhadap pengelolaan sumber daya air dan upaya pelestarian
lingkungan hidup di Kota Tomohon.

Kata Kunci: Penginderaan Jauh, Analisis Morfometri, DAS, Kota Tomohon

ABSTRACT

This research reveals the important role of remote sensing technology and
geographic information systems (GIS) in analyzing watershed morphometry in
Tomohon City, North Sulawesi. Utilizing elevation and DEM models, the study
highlights river straightness and flow patterns, including hypnometric curves and
basin asymmetry. The results of the study provide in-depth insight into the
geomorphological characteristics and distribution of elevation across river
basins. The practical implications include significant contributions to water
resources management and environmental conservation efforts in Tomohon City.

Keywords: Remote Sensing, Morphometric Analysis, DAS, Tomohon City

PENDAHULUAN
Tomohon merupakan sebuah kota yang berada di Sulawesi Utara, dapat dicapai
dari Manado, ibu kota Provinsi Sulawesi Utara, melalui perjalanan darat sejauh
sekitar 25 kilometer. Letak geografis Kota Tomohon dikelilingi oleh Kabupaten
Minahasa; di bagian Utara, berbatasan dengan Kecamatan Pineleng dan Tombulu
(Kabupaten Minahasa), di Selatan berbatasan dengan Kecamatan Sonder dan
Remboken (Kabupaten Minahasa), di Barat berbatasan dengan Kecamatan
Tombariri (Kabupaten Minahasa), dan di Timur berbatasan dengan Kecamatan
Tondano (Kabupaten Minahasa) dan Kecamatan Airmadidi (Kabupaten Minahasa
Utara). Kota Tomohon juga berdekatan dengan Kabupaten Minahasa Selatan (di
Barat), Kota Manado (di Utara), Kabupaten Minahasa (di Timur), dan Kabupaten
Minahasa Tenggara (di Selatan).

Secara topografis, Kota Tomohon terletak di wilayah pegunungan dengan


koordinat sekitar 1°15′ Lintang Utara dan 124°50′ Bujur Timur. Luas wilayahnya
mencapai 147.21 km², dengan ketinggian berkisar antara 900 hingga 1100 meter
di atas permukaan laut. Kota ini dikenal memiliki tiga gunung utama, yaitu
Gunung Lokon (1.579,6 mdpl), Gunung Tampusu (1.474 mdpl), dan Gunung
Mahawu (1.331 mdpl). Terdapat juga beberapa sungai seperti Sungai
Ranowangko, Sungai Sapa, Sungai Sinambey, dan 32 mata air yang tersebar di
wilayah tersebut.

Gambar 1. Peta Administrasi Kota Tomohon Provinsi Sulawesi Utara

Dalam konteks geografi, daerah aliran sungai (DAS) merujuk pada wilayah yang
dibatasi oleh punggung-punggung bukit atau pegunungan di sekitarnya, di mana
air hujan yang jatuh akan mengalir ke sungai utama dan akhirnya ke muara
sungai. morfometri DAS merupakan nilai kuantitatif dari parameter-parameter
yang ada pada daerah aliran sungai, seperti luas DAS, panjang sungai utama,
kerapatan sungai, kemiringan sungai, orde sungai, tingkat percabangan sungai,
dan bentuk Sungai.
Karakteristik Daerah Aliran Sungai (DAS) mencerminkan sifat fisik sungai dan
ditentukan oleh parameter seperti panjang sungai utama, orde sungai, luas sungai,
dan kemiringan sungai. Analisis terhadap karakteristik ini penting dalam
memahami dampaknya terhadap debit puncak, terutama dalam konteks analisis
hidrograf satuan untuk mengukur potensi banjir. Banjir di perkotaan seringkali
terkait dengan kondisi DAS, yang sering diabaikan Penting untuk memiliki
metode cepat dan otomatis dalam menentukan karakteristik DAS. Dengan
menggunakan Digital Elevation Model (DEM) dan Sistem Informasi Geografis
(SIG), batas DAS dan data morfometri DAS dapat ditentukan secara efisien dan
terintegrasi dengan data DAS lainnya. Data DEM memainkan peran kunci dalam
menentukan jaringan drainase dan batas DAS. Melalui teknologi SIG, pemetaan
jaringan sungai dapat dilakukan dengan akurat, memberikan informasi yang
berharga mengenai karakteristik morfometri DAS (Nadia, F., 2015)

Penginderaan jauh dan sistem informasi geografis merupakan teknologi yang


dapat digunakan untuk memperoleh data spasial dan non spasial yang diperlukan
dalam analisis morfometri daerah aliran sungai. Data yang diperoleh dari
teknologi ini dapat digunakan untuk memperoleh informasi tentang topografi,
hidrologi, dan vegetasi di daerah aliran sungai. Selain itu, teknologi ini juga dapat
digunakan untuk memperoleh informasi tentang penggunaan lahan, pola aliran
sungai, dan kondisi lingkungan hidup di daerah aliran sungai.

Dalam artikel ini akan dijelaskan bagaimana penginderaan jauh dan sistem
informasi geografis dapat digunakan untuk menganalisis morfometri daerah aliran
sungai Kota Tomohon, Sulawesi Utara, dan bagaimana hasil analisis ini dapat
berkontribusi dalam pengelolaan sumber daya air dan lingkungan hidup di kota
tersebut.

METODE

Teknologi penginderaan jauh memiliki kemampuan untuk memberikan


kemudahan dalam mendapatkan data dan informasi yang cepat, akurat, dan terkini
terkait dengan objek di permukaan bumi. Dalam konteks penelitian ini, salah satu
strategi untuk optimal menggunakan data satelit penginderaan jauh adalah dengan
memanfaatkan model ketinggian atau DEM (Digital Elevation Model) untuk
melakukan analisis morfometri Daerah Aliran Sungai (DAS) di wilayah Kota
Tomohon dengan cara yang cepat, akurat, dan terkini. Sistem Informasi Geografis
(SIG) digunakan sebagai alat untuk memproses data menjadi informasi spasial
dalam bentuk peta, sehingga mempermudah analisis mengenai posisi relatif suatu
fitur geografis beserta distribusinya (Nurfaika, 2015).
Untuk menentukan pola kelurusan, pola aliran dan analisis morfometri daerah
aliran sungai, kita memanfaatkan Sistem Informasi Geografis dengan
menggunakan software ArcGis dengan memasukkan data shapefile dari Peta Rupa
Bumi Indonesia dan data Digital Elevation Model (DEM) yang dapat di akses dan
di download dari situs resmi Indonesia Geospasial Portal.

Dalam analisis kelurusan sungai dilakukan berdasarkan peta topografi yang


kemudian ditarik pola kelurusannya. Untuk membuat pola kelurusan sungai di
ArcGIS kita perlu memiliki data Sungai yang akan dianalisis dalam format vektor
(shapefile). Kemudian mengimpor data Sungai ke dalam proyek dan membuat
shapefile baru. Setelah itu, pilih layer Sungai dan buka menu Editor untuk
memulai sesi editing. Dalam sesi editing, aktifkan alat "Create Features" dan pilih
"Line" sebagai jenis fitur yang akan dibuat.

Untuk mengidentifikasi pola aliran dan orde sungai, juga digunakan software
arcgis dengan menginput data DEM. Untuk membuat peta orde sungai
menggunakan ArcGIS dilakukan dengan mengimpor data terkait sungai dan
atribut-orde ke dalam proyek GIS. Setelah itu, aktifkan sesi editing di panel
"Editor" untuk memungkinkan pembuatan perubahan pada data. Menentukan
simbol atau warna yang akan digunakan untuk merepresentasikan orde sungai,
seperti gradasi warna atau simbol yang berbeda untuk setiap tingkat orde.

Bentuk pola aliran (drainage pattern) ada bermacam- macam yang masing-masing
dicirikan oleh kondisi yang dilewati oleh sungai tersebut. Pola aliran yang
digunakan bisa dibedakan dengan membedakan garis yang dijadikan tanda pola
aliran tersebut (Ardi, 2010). Ada beberapa bentuk pola pengaliran yang baisa
dijumpai yaitu :

1. Pola Dendritik, pola ini menyerupai ranting-ranting pohon, dengan sungai


utama yang memiliki banyak anak sungai yang bercabang secara acak.
Terbentuk di daerah dengan relief datar atau landai, serta batuan homogen.
2. Pola Radial, pola ini terbentuk ketika sungai mengalir keluar dari satu titik
pusat ke berbagai arah, menyerupai sinar matahari. Biasanya terjadi di daerah
dengan relief tinggi seperti gunung berapi, kubah, atau antiklin.
3. Pola Paralel, sungai mengalir sejajar satu sama lain tanpa banyak bercabang.
Cenderung terbentuk di daerah dengan relief curam atau miring, seperti
pegunungan atau lereng.
4. Pola Rektangular, terbentuk ketika sungai mengikuti retakan atau celah pada
batuan, membentuk sudut-sudut tajam. Umumnya muncul di daerah dengan
batuan rekahan atau patahan, seperti batuan sedimen atau metamorf.
5. Pola Trellis, pola utama mengalir sejajar dengan struktur geologi, dan anak
sungainya mengalir tegak lurus dengan sungai utama. Umumnya terjadi di
daerah dengan batuan lipatan atau sesar, seperti batuan vulkanik atau
tektonik.
6. Pola Annular, sungai mengalir melingkar mengikuti bentuk struktur geologi,
terbentuk di daerah dengan struktur kubah atau cekungan.
7. Pola Pinnate, pola ini menyerupai garis tengah daun dengan anak-anak sungai
yang bercabang dari satu sisi sungai utama. Umumnya terbentuk di daerah
yang memiliki bentuk lereng atau kemiringan, di mana anak sungai bercabang
secara berurutan sepanjang satu sisi sungai utama.
8. Pola Centripetal, pola ini terbentuk ketika sungai anak mengalir menuju satu
titik pusat atau sumber, mirip dengan pola radiasi tetapi fokusnya pada sungai
anak yang mengarah ke satu arah.

Gambar 2. Ragam Pola Aliran Sungai (Sadzali, A. M., 2019)

Selain dari membuat pola kelurusan dan pola aliran, selanjutnya dilakukan analisis
morfometri dengan parameter morfometri berupa kurva hipsometsi dan basin
asimetri. Kurva hipsometrik menggambarkan representasi grafis dari distribusi
elevasi melintang sebuah cekungan pengaliran di suatu daerah. Dari data yang
dihasilkan oleh kurva hipsometrik, kita dapat menginterpretasikan bentuk lahan
berdasarkan polanya, yang mencerminkan tahapan perkembangan lahan, yakni
stadium muda, stadium menengah, dan stadium tua. Stadium muda mencirikan
pengangkatan tektonik dengan adanya torehan dalam dan relief yang kasar. Pada
stadium menengah, bentuk lahan mencerminkan keseimbangan antara proses
pengangkatan dan erosi geomorfik. Sementara itu, pada stadium tua, topografi
relief menjadi halus, dan proses erosi mendominasi lebih daripada pengaruh
tektonik (Hidayat, dkk., 2009).
Gambar 3. Metode pembuatan kurva hipsometrik

Parameter selanjutnya yaitu basin asimetri, yang dapat mengidentifikasi deformasi


tektonik aktif dengan membedakan pola dan geometri adalah suatu pendekatan
yang memberikan informasi yang berharga. Salah satu metode analisis kuantitatif
yang digunakan dalam cekungan pengaliran untuk mendeteksi kemiringan
tektonik adalah Basin Asimetri (AF). Metode ini dapat diterapkan baik pada skala
cekungan pengaliran kecil maupun luas, dengan tujuan memberikan pemahaman
yang lebih mendalam mengenai kemiringan tektonik dan karakteristik deformasi
yang terjadi dalam suatu wilayah (Hidayat, dkk., 2009). Dalam menentukan nilai
basin asimetri digunakan persamaan berikut ini:

AF=100
( )
Ar
At
..………………………………………………………………..(1)

Keterangan:
AF: Basin Asimetri
Ar: Area sisi kanan
At:Area total
Gambar 4. Basin Asimetri, digunakan dalam membandingkan kemiringan tektonik

Kedua parameter ini diolah melalui ArcGis untuk memperoloh data yang
kemudian menghasilkan kurva hipsometri dan hasil analisis basin asimetri.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Peta Kelurusan

Gambar 5. Peta Kelurusan Sebagian Wilayah Sungai Kota Tomohon, Sulawesi Utara
Dari analisis peta kelurusan sungai Kota Tomohon, beberapa pola kelurusan dapat
diidentifikasi. Kemunculan pola dendritik menunjukkan bahwa sungai-sungai
utama memiliki cabang-cabang anak sungai yang bercabang secara acak,
mengindikasikan topografi datar atau landai di wilayah tersebut. Selain itu,
adanya pola paralel dan radial menunjukkan variasi dalam pola kelurusan,
mungkin disebabkan oleh kombinasi antara relief curam dan kemiringan di
beberapa bagian wilayah. Pola trellis menunjukkan adanya struktur geologi,
sementara pola annular dapat mengindikasikan pengaruh bentuk geologi
melingkar pada sungai-sungai tertentu.

Penting untuk memahami bahwa kelurusan sungai tidak hanya mencerminkan


karakteristik geomorfologis, tetapi juga memainkan peran penting dalam
pengelolaan sumber daya air dan risiko banjir di Kota Tomohon. Penelitian ini
memberikan pemahaman lebih mendalam tentang pola kelurusan yang berkaitan
dengan struktur geologi dan topografi, memberikan dasar bagi perencanaan tata
ruang dan pengembangan kota yang berkelanjutan. Analisis ini juga dapat menjadi
landasan untuk strategi mitigasi risiko banjir dan pelestarian lingkungan sungai.

Peta Pola Pengaliran dan Orde Sungai

Gambar 6. Peta Pola Pengaliran dan Orde Sungai Kota Tomohon, Sulawesi Utara

Dari penelitian ini, dapat diidentifikasi bahwa sungai yang diteliti memiliki empat
tingkatan orde sungai dan empat pola pengaliran utama. Pola pengaliran paralel
menunjukkan bahwa sungai utama mengalir sejajar satu sama lain, yang dapat
terjadi di daerah dengan relief curam atau miring. Pola dendritik menyerupai
cabang-cabang pohon, menandakan adanya relief datar atau landai. Pola trellis
mengindikasikan adanya struktur geologi yang mempengaruhi arah aliran sungai.
Sementara itu, pola pinnate menunjukkan sungai dengan anak sungai bercabang
dari satu sisi sungai utama, mencerminkan karakteristik bentuk lahan yang
berkaitan dengan kemiringan atau topografi tertentu.

Pola pengaliran dan orde sungai memiliki implikasi yang signifikan dalam
pemahaman tentang karakteristik geomorfologi suatu wilayah. Dengan memiliki
empat orde sungai, wilayah ini menunjukkan kompleksitas dalam jaringan sungai
dan tingkatan kejadian geologis. Pola pengaliran yang berbeda mencerminkan
variasi kondisi lingkungan dan geologis di wilayah tersebut. Informasi ini menjadi
kunci dalam perencanaan tata ruang, mitigasi risiko banjir, dan pengelolaan
sumber daya air di wilayah tersebut.

Analisis Morfometri (Kurva Hipsometri dan Basin Asimetri)

a. Kurva Hipsometri

Gambar 7. Hasil perhitungan hipsometrik berdasarkan pengolahan di ArcGis


1.2

0.8

0.6
h/H

0.4

0.2

0
0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1 1.1
a/A

Gambar 8. Kurva hipsometri

b. Basin Asimetri

AF=100
( )
Ar
At
→ 100 (
141057419,293
143632814,868 )
→100 ( 0,0009820696 ) → 0,09820696( AF< 50)

Gambar 9. Perhitungan Luas Ar


Gambar 10. Perhitungan luas At

Dari analisis morfometri Daerah Aliran Sungai (DAS) di Kota Tomohon,


didapatkan parameter kurva hipsometri menggunakan Excel dan nilai Basin
Asimetri (AF) sebesar 0,09820696. Kurva hipsometri memberikan gambaran
distribusi elevasi melintang cekungan sungai, sementara nilai AF pada
0,09820696 menunjukkan kecenderungan miring ke kanan atau ke arah kanan
cekungan. Kurva hipsometri menjadi alat penting dalam pemahaman tentang
karakteristik topografi di sepanjang cekungan sungai. Distribusi elevasi melintang
cekungan memberikan wawasan tentang proses-proses geomorfologis yang
mungkin terjadi di wilayah tersebut. Nilai AF sebesar 0,09820696, yang kurang
dari 50, menandakan bahwa cekungan ini memiliki kecenderungan miring ke
kanan. Hal ini bisa disebabkan oleh pengaruh geologi dan tektonik, serta aktivitas
erosi yang lebih dominan pada bagian kiri cekungan.

KESIMPULAN
Penginderaan jauh dan sistem informasi geografis (SIG) memiliki peran yang
signifikan dalam analisis morfometri daerah aliran sungai di Kota Tomohon,
Sulawesi Utara. Aanalisis pola kelurusan sungai mengungkapkan variasi yang
signifikan dalam bentuk lahan, dengan keberadaan pola dendritik, paralel, trellis,
dan pinnate. Pola ini mencerminkan pengaruh relief, topografi, dan struktur
geologi di wilayah tersebut. Analisis pola pengaliran mengidentifikasi empat pola
utama: paralel, dendritik, trellis, dan pinnate. Pola ini memberikan gambaran
tentang karakteristik aliran sungai, memperkaya pemahaman tentang geodinamika
wilayah dan memberikan dasar yang kuat untuk pengelolaan sumber daya air.
Analisis hipsometri melalui kurva hipsometri memberikan informasi mengenai
distribusi elevasi melintang di cekungan sungai. Nilai kurva hipsometri menjadi
dasar untuk memahami evolusi lahan dari segi proses geomorfologis dan interaksi
antara tektonik dan erosi..

UCAPAN TERIMAKASIH
Puji Syukur kepada Allah SWT. Yang senantiasa memberikan kesehatan dan
kekuatan. Ucapan terima kasih kepada diri saya sendiri yang sudah mampu
menyelesaikan semua rangkaian perkuliahan dan menyelesaikan tugas-tugas yang
diberikan. Terima kasih kepada orang tua saya yang selalu mendoakan dan
memberi perhatian kepada saya. Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
dosen pengampu mata kuliah Geomorfologi yaitu bapak Muhammad Fauzy
Ismullah Massinai S.Si. MT. yang telah memberikan ilmu nya kepada kami,
mengajar kami dengan penuh kesabaran. Terima kasih juga kepada teman-teman
yang mau ditempati untuk bertanya.

DAFTAR PUSTAKA

Ardi, Linda Oktareni. (2010), Pemetaan Pola Hidrologi Pantai Surabaya Sidoarjo
Pasca Pembangunan Jembatan Suramadu Dan Peristiwa Lapindo
Menggunakan Citra SPOT-4, Program studi Teknik Geomatika ITS,
Surabaya.

Hidayat, E., Brahmantyo, B., Yulianto, E., 2009, Penentuan Tingkat Keaktifan
Sesar Lembang Berdasarkan Analisis Morfometri DAS, Proceedings PIT
IAGI Semarang 2009, The 38th IAGI Annual Convention and Exhibition
Semarang.

Nadia, F., Fauzi, M., Sandhyavitri, A., 2015, Ekstraksi Morfometri Daerah Aliran
Sungai (Das) Di Wilayah Kota Pekanbaru untuk Analisis Hidrograf Satuan
Sintetik, Annual Civil Engineering Seminar, ISBN: 978-979-792-636-6

Nailufar, N., N., 2022, 8 Pola Aliran Sungai,


https://www.kompas.com/skola/read/2020/04/03/060000869/8-pola-aliran-
sungai?page=all. Diakses tanggal 2 Desember 2023

Nurfaika, 2015, Analisis Karakterist Morfometri Daerah Aliran Sungai Melalui


Pemanfaatan Penginderaan Jauh Dan Sistem Informasi Geografi,
SEMINAR NASIONAL & PIT IGI XVIII 2015

Pemerintah Kota Tomohon, 2023, Situs Resmi Pemerintah Kota Tomohon,


https://tomohon.go.id/. Diakses tanggal 2 Desember 2023

Sadzali, A., M., 2019, Hulu ke Hilir: Jaringan dan Sistem Perniagaan Sungai
Kerajaan Srivijaya, Jurnal Kajian Budaya, 9(1):61-82

Anda mungkin juga menyukai