Inovasi Pelayanan Publik 2023
Inovasi Pelayanan Publik 2023
Muhammad Imanuddin
Inovasi
Pelayanan Publik
di Indonesia
ISBN: 978-623-90306-5-0
Dr. Muhammad Imanuddin
Dr. MUHAMMAD IMANUDDIN, S.H.S.I.P, M.AP.
Inovasi Pelayanan
Publik
di Indonesia
INOVASI
PELAYANAN PUBLIK
DI INDONESIA
ISBN: 978-623-90306-5-0
ii
KATA PENGANTAR
A
lhamdulillah, setelah saya menyelesaikan pendidikan program
doktor pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Diponegoro tahun 2015, teman-teman menyarankan kepada saya
agar desertasi ini dapat diadaptasi menjadi sebuah Buku agar dapat
dibaca secara luas oleh berbagai kalangan. Sebagai bagian dari tanggung
jawab akademik dan profesi saya merasa tertantang, Dengan sejumlah
penyesuaian, dalam beberapa tahun kemudian, akhirnya keinginan ini
dapat diwujudkan, dengan terbitnya buku berjudul “Inovasi Pelayanan
Publik di Indonesia”, sama seperti judul desertasi saya.
Tentunya tiada gading yang tak retak, masih banyak kekurangan,
perlu disempurnakan dan diperbaiki. Dengan senang hati dan terbuka saya Staf Ahli Menteri PAN RB
akan menerima masukan, kritik dan saran guna penyempurnaan buku ini. Bidang Politik dan Hukum
Pada kesempatan yang baik ini saya mengucapkan terima kasih Muhammad Imanuddin
kepada Bapak Abdullah Azwar Anas-Menteri PANRB, Bapak Prof. Dr. Eko
Prasojo selaku Sekretaris Eksekutif Tim Pengarah Reformasi Birokrasi
Nasional, Ibu Rini Widyantini, S.H. MPM-Sekretaris Kementerian PANRB,
dan Ibu Prof. Dr. Diah Natalisa, MBA-Deputi Bidang Pelayanan Publik
yang telah memberikan sambutan dalam buku ini, sekaligus sebagai SEKRETARIS KEMENTERIAN
penyemangat. PENDAYAGUNAAN APARATUR
NEGARA
Terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Prof. Dr. JB Kristiadi- DAN REFORMASI BIROKRASI,
Ketua Tim Independen RB Nasional/Ketua Tim Independen Kompetisi
Inovasi Pelayanan Publik, Bapak Prof. Dr. Erwan Agus Purwanto-Guru
Besar Fisipol UGM/Deputi Bidang RB Kunwas Kementerian PANRB, RINI WIDYANTINI, S. H. MPM
dan Ibu Elke Rapp-Ex Chief of Party USAID KINERJA/Team Leader GFA
Consulting Group yang telah berkenan memberikan komentar dalam buku
ini.
Tidak lupa saya mengucapkan terima kasih kepada Promotor
dan Co Promotor Penulis, Ibu Prof. Dr. Dra. Sri Suwitri, M.Si., Bapak Dr.
Drs. Hardi Warsono, MT, Ibu Dr. Kismartini, M.Si, ketika menyelesaikan
pendididkan doktor di Universitas Diponegoro. Juga kepada Tim Penguji,
yaitu Bapak Prof. Dr. H. Yuddy Chrisnandi, ME, Bapak Dr. Ir. Yuswandi A.
Temenggung, M.Sc., Bapak Prof. Drs. Y. Warela, MPA Ph.D., Ibu Prof. Dr. Dra.
Endang Larasati, MS dan Ibu Dr. Ida Hayu Dwimawanti, MM.
Kepada Penerbit Pusbangter, Bapak Nunu Achdiat dan Mas Risanto
yang membuat perwajahan buku ini, saya menyampaikan terima kasih,
karena telah berhasil mewujudkan tulisan saya ke dalam sebuah buku
yang menarik.
Semoga buku ini dapat sedikit memberikan sumbangan pengeta-
huan dan wawasan dalam memperkaya gagasan transformasi birokrasi
pelayanan publik di Indonesia, sebagai bagian upaya semua pihak mem-
berikan yang terbaik kepada bangsa dan negara.
MUHAMMAD IMANUDDIN
iii
INOVASI
PELAYANAN PUBLIK
DI INDONESIA
K
ebijakan Inovasi Pelayanan Publik, merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari pelaksanaan Reformasi Birokrasi.
Sejak dicanangkannya Gerakan One Agency One Innovation
pada tahun 2013, setiap Kementerian/Lembaga dan Pemerintah
Daerah diwajibkan untuk “melahirkan” minimal satu inovasi setiap
tahunnya sebagai pemenuhan area perubahan dalam pelaksanaan
reformasi birokrasi.
Pelaksanaan Kebijakan Inovasi Pelayanan Publik tersebut
DEPUTI BIDANG PELAYANAN tidak berhenti pada penciptaan inovasi saja, namun berlanjut
PUBLIK KEMENTERIAN kepada tahap pengembangan dan pelembagaan inovasi. Pembinaan
PENDAYAGUNAAN APARATUR
NEGARA DAN REFORMASI
yang secara terus menerus dan berkelanjutan ini, berdampak pada
BIROKRASI, terciptanya iklim dan budaya berinovasi yang menjadikan inovasi
sebagai tradisi dalam organisasi pemerintahan.
Sepak terjang Bapak Muhammad Imanuddin sebagai
PROF. DR. DIAH NATALISA, MBA pejabat yang pernah menangani Inovasi Pelayanan Publik telah
mewarnai perjalanan Kementerian PANRB dalam melakukan
Pembinaan Inovasi Pelayanan Publik. Tak berhenti di sana, beliau
juga menorehkan gagasannya dalam desertasi berjudul “Inovasi
Pelayanan Publik di Indonesia”, ketika mengikuti Program S-3
di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro.
Kemudian dengan judul yang sama beliau mengadaptasikannya ke
dalam buku cetak dan e-book agar dapat dibaca secara lebih luas
oleh berbagai kalangan.
Kehadiran buku ini diharapkan dapat menjadi menjadi
referensi praktis dan ilmiah guna memperkaya wawasan dan cara
pandang baik, baik dari sisi kebijakan pelayanan publik, maupun
dalam perkembangan ilmu administrasi publik.
Selamat dan sukses untuk penerbitan buku “Inovasi
Pelayanan Publik di Indonesia”.
iv
SAMBUTAN SEKRETARIS KEMENTERIAN
PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI
K
egiatan Pembinaan Inovasi Pelayanan Publik bukan
merupakan program yang berdiri sendiri, namun kegiatan
itu merupakan bagian yang terintegrasi dalam program
lainnya pada Kementerian PANRB serta pada Kementerian/
Lembaga dan Pemerintah Daerah dalam kerangka reformasi
birokrasi. Hal ini berarti, bahwa capaian Pembinaan Inovasi
Pelayanan Publik merupakan bagian dari capaian reformasi
birokrasi secara keseluruhan. Oleh karenanya, pemahaman SEKRETARIS KEMENTERIAN
secara utuh terhadap Pembinan Inovasi Pelayanan Publik PENDAYAGUNAAN APARATUR
NEGARA
harus dikaitkan pula dengan pemahaman aspek lainnya dalam DAN REFORMASI BIROKRASI,
dimensi pendayagunaan aparatur negara, seperti organisasi dan
sumberdaya manusia aparatur.
RINI WIDYANTINI, S. H. MPM
Dalam konteks ini secara comprehensive Bapak Muhammad
Imanuddin telah menulis bagaimana Inovasi Pelayanan Publik
merupakan sebuah jawaban dari persoalan pemerintahan yang
memerlukan solusi terobosan dan bahkan sebuah lompatan.
Pada sebagian lembaga pemerintah tertentu menyebutkan bahwa
gerakan inovasi pelayanan publik merupakan sebuah revolusi
dalam pelayanan publik. Pemikiran beliau tersebut kemudian
ditulis dalam sebuah desertasi dalam studi program doktor di
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro.
Kali ini desertasi tersebut diadaptasi menjadi sebuah
buku cetak dan e-book dengan judul yang sama, yaitu “Inovasi
Pelayanan Publik di Indonesia” agar dapat dibaca secara luas oleh
berbagai kalangan. Dalam kesempatan ini saya mengucapkan
selamat. Semoga dengan terbitnya buku ini lebih memperkaya
khazanah seri buku dalam bidang administrasi publik dan dapat
memberikan sumbangan nyata dalam penyelenggaraan pelayanan
publik di Indonesia.
Tidak salah kiranya saya menghimbau, kiranya buku ini
dapat dijadikan referensi alternatif untuk memperkaya pandan-
gan berbagai kalangan mengenai kebijakan dan praktik Inovasi
Pelayanan Publik di Indonesia. Semoga bermanfaat.
S
aya melihat kebijakan Inovasi Pelayaan Publik yang dilakukan
oleh Pemerintah harus mampu membentuk, menjaga dan
memelihara Ekosistem Inovasi Pelayanan Publik, agar inovasi
tersebut terus tumbuh dan berkelanjutan. Salah satu unsur dalam
ekosistem inovasi adalah kepemimpinan yang menjadi kunci
dalam membangun inovasi. Dinamika kepemimpinan terkadang
kurang kondusif dalam mendukung tumbuhnya Inovasi Pelayanan
Publik, terutama inovasi yang telah berjalan pada kepemimpinan
SEKRETARIS EKSEKUTIF
TIM PENGARAH REFORMASI yang lama. Sebenarnya, siapa pun pemimpinnya, inovasi harus
BIROKRASI NASIONAL terus tumbuh dan berlanjut.
Bapak Muhammad Imanuddin, Staf Ahli Menteri PANRB
PROF. DR. EKO PRASOJO Bidang Politik dan Hukum mencoba menyumbangkan pemikiran
DEPUTI BIDANG PELAYANAN dalam desertasinya yang kemudian diadaptasikan ke dalam
PUBLIK KEMENTERIAN
PENDAYAGUNAAN APARATUR buku ini. Menurut hemat saya, buku ini sangat berguna sebagai
NEGARA DAN REFORMASI pelengkap dalam memperluas wawasan dan pemikiran lebih lanjut
BIROKRASI, untuk pengembangan pelaksanaan kebijakan reformasi birokrasi
dan peningkatan pelayanan publik pada umumnya, dan secara
khusus kebijakan inovasi pelayanan publik. Mudah-mudahan buku
ini dapat memberikan inspirasi bagi penyelenggara dan pelaksana
PROF. DR. DIAH NATALISA, MBA
pelayanan publik guna memperkuat kebijakan dan implementasi
inovasi pelayanan publik di Indonesia.
Saya berharap para pakar, pemerhati, akademisi dapat
menjadikan buku ini sebagai referensi untuk menggenapkan
sudut pandang dalam rangka lebih memahami kebijakan inovasi
pelayanan publik di Indonesia.
Kepada Bapak Muhammad Imanuddin, saya menyampaikan
selamat atas terbitnya buku “Inovasi Pelayanan Publik di
Indonesia”. Semoga buku ini bermanfaat dan menjadi legacy,
terutama menyemangati teman-teman muda Jajaran Aparatur
Sipil Negara untuk terus berkarya.
vi
SAMBUTAN MENTERI
PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN
REFORMASI BIROKRASI NASIONAL
S
esuai arahan Bapak Presiden Jokowi, pelayanan publik
merupakan bukti kehadiran negara dalam kehidupan
masyarakat. Oleh karena itu pelayanan publik yang
berkeadilan, mudah, murah, cepat, dan terjangkau, secara
terus menerus perlu kita tingkatakan. Guna mendapatkan hal
tersebut, pelayanan publik tidak boleh lagi dilakukan biasa-biasa
MENTERI PENDAYAGUNAAN
saja. Harus ada terobosan dan bahkan lompatan. Untuk itu lah APARATUR NEGARA DAN
kehadiran inovasi dalam pelayanan publik diperlukan, sebagai REFORMASI BIROKRASI,
upaya melakukan akselerasi atau percepatan dalam peningkatan
kualitas pelayanan publik. ABDULLAH AZWAR ANAS
Dalam rangka mendukung misi Bapak Presiden Jokowi SEKRETARIS KEMENTERIAN
PENDAYAGUNAAN APARATUR
tersebut, saya merasa terbantu dengan kehadiran buku yang NEGARA
berjudul “Inovsi Pelayanan Publik di Indonesia” karya Bapak DAN REFORMASI BIROKRASI,
Muhammad Imanuddin, Staf Ahli Menteri PANRB Bidang Politik
dan Hukum. Buku ini konon diadaptasi dari desertasi beliau pada
saat menyelesaikan program S-3 pada Fakultas Ilmu Sosial dan RINI WIDYANTINI, S. H. MPM
Ilmu Politik, Universitas Diponegoro.
Sebagai bagian dari Kebijakan Reformasi Birokrasi,
saya mengharapkan Pembinaan Inovasi Pelayanan Publik agar
dilanjutkan dan ditingkatkan. Buku ini diharapkan menjadi
bacaan untuk memperkaya pengetahuan kita dalam memperkuat
kebijakan pelayanan publik pada umumnya, dan kebijakan inovasi
pelayanan publik pada khususnya.
Kepada Bapak Muhammad Imanuddin, saya menyampaikan
terima kasih dan apresiasi atas terbitnya buku “Inovasi Pelayanan
Publik di Indonesia”. Semoga buku ini bermanfaat.
vii
INOVASI
PELAYANAN PUBLIK
DI INDONESIA
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................... iii
SAMBUTAN DEPUTI BIDANG PELAYANAN PUBLIK
KEMENTERIAN PANRB.................................................................................iv
SAMBUTAN SEKRETARIS KEMENTERIAN PANRB..................................v
SAMBUTAN SEKRETARIS EKSEKUTIF TIM PENGARAH
REFORMASI BIROKRASI NASIONAL.........................................................vi
SAMBUTAN MENTERI PANRB.................................................................. vii
DAFTAR ISI................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL.............................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR........................................................................................ xii
DAFTAR FOTO.............................................................................................. xii
DAFTAR GRAFIK.......................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................1
BAB II PENELITIAN DAN TEORI TENTANG INOVASI PELAYANAN
PUBLIK..............................................................................................................5
BAB III POTRET PERKEMBANGAN TOP INOVASI PELAYANAN
PUBLIK 2014-2020..........................................................................................64
BAB IV INOVASI PELAYANAN PUBLIK: DALAM KERANGKA
REFORMASI BIROKRASI...........................................................................106
BAB V PELAKSANAAN DAN PENCIPTAAN INOVASI
PELAYANAN PUBLIK DI INDONESIA....................................................132
BAB VI PENUTUP........................................................................................215
Daftar Pustaka...............................................................................................222
Lampiran........................................................................................................229
Tentang Penulis..............................................................................................270
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Komparasi Fokus Penelitian Terdahulu dengan Rencana
Penelitian Desertasi......................................................................................11
Tabel 2. 2 Barang/Jasa Consumption dan Exclusion...........................................41
ix
INOVASI
PELAYANAN PUBLIK
DI INDONESIA
x
Tabel 5.28 Ringkasan Informasi Komponen Teknologi Sebagai
Pendorong/Penghambat Penciptaan, Pengembangan,
dan Pelembagaan Inovasi Pelayanan Publik...................................171
Tabel 5.29 Ringkasan Informasi Komponen Sosial sebagai Pendorong/
Penghambat Penciptaan, Pengembangan, dan
Pelembagaan Inovasi Pelayanan Publik............................................172
Tabel 5.30 Ringkasan Informasi Komponen Ekonomi Sebagai
Pendorong/Penghambat Penciptaan, Pengembangan,
dan Pelembagaan Inovasi Pelayanan Publik...................................173
Tabel 5.31 Ringkasan Hasil Penilaian Unsur Eksternal Organisasi.............173
Tabel 5.32 Daftar Model dan Dasar Varian Model Inovasi
Pelayanan Publik.........................................................................................174
Tabel 5.33 Perbandingan Kriteria Inovasi Antara American
Government Award (Program Harvard University)
dengan Impumelelo Innovation Awards Trust
Afrika Selatan................................................................................................184
Tabel 5.34 Daftar Dasar Varian, Varian, dan Karakter Pembeda
Model Penciptaan Inovasi Pelayanan Publik...................................200
Tabel 5.35 Perbedaan Model Penciptaan Inovasi Pelayanan Publik
Berdasarkan Originalitas.........................................................................201
Tabel 5.36 Daftar Dasar Varian, Varian, dan Karakter Pembeda
Model Pengembangan Inovasi Pelayanan Publik..........................204
Tabel 5.37 Perbedaan Model Pengembangan Inovasi Pelayanan
Publik Berdasarkan Difusi......................................................................205
Tabel 5.38 Daftar Dasar Varian, Varian, dan Karakter Pembeda
Model Pelembagaan Inovasi Pelayanan Publik..............................209
Tabel 5.42 Perbedaan Model Pengembangan Inovasi Pelayanan
Publik Berdasarkan Unsur Pelembagaan.........................................210
xi
INOVASI
PELAYANAN PUBLIK
DI INDONESIA
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Alur Pikir.......................................................................................................... 3
Gambar 2.1 Proses Penciptaan Inovasi Menurut Muchlup................................18
Gambar 2.2 Pendekatan Inovasi Teknologi..............................................................18
Gambar 2.3 Interactive Model of Innovation.............................................................. 19
Gambar 2.4 Hambatan Tumbuhnya Inovasi di Sektor Publik...........................33
Gambar 2.5 Transformasi Pemerintahan Korea Selatan.....................................58
Gambar 5.1 Model Penciptaan Inovasi Pelayanan Publik Saat ini...............177
Gambar 5.2 Model Pengembangan Inovasi Pelayanan Publik Saat ini......179
Gambar 5.3 Model Pelembagaan Inovasi Pelayanan Publik Saat ini..........181
Gambar 5.4 Model Inovasi Pelayanan Publik di Indonesia Saat ini............182
Gambar 5. 5 Hubungan Proses Inovasi-Struktur Organisasi...........................197
Gambar 5.6 Model Penciptaan Inovasi Pelayanan Publik
Yang Diharapkan......................................................................................204
Gambar 5. 7 Model Pengembangan Inovasi Pelayanan Publik yang
Diharapkan.................................................................................................208
Gambar 5. 8 Model Pelembagaan Inovasi Pelayanan Publik di
Indonesia yang Diharapkan.................................................................211
Gambar 5.9 Model Inovasi Pelayanan Publik di Indonesia yang
Diharapkan.................................................................................................212
DAFTAR FOTO
Foto 3. 1 Tim Evaluasi bersama Wakil Menteri PANRB,
Deputi Bidang Pelayanan Publik dan Asdep Inovasi
dan SIPP, 2014.....................................................................................................67
Foto 3. 2 Menteri PANRB, Syafrudin, Mengumumkan Top 99 Inovasi
Pelayanan Publik, 2019...................................................................................91
Foto 3.3 Menteri PANRB, Syafrudin, menjawab pertanyaan
wartawan, 2019..................................................................................................92
Foto 3. 4 Deputi Bidang Pelayanan Publik, Diah Natalisa,
Mengumumkan Top 99 Inovasi Pelayanan Publik dan
15 Finalis Kelompok Khusus, Tahun2020...............................................97
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1. 1 Persepsi Publik Terhadap Birokrasi Pemerintahan........................ 2
Grafik 2. 1 S- Shape Diffussion Curve..........................................................................22
xii
BAB I
PENDAHULUAN
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rendahnya daya saing bangsa dan rendahnya tingkat kepercayaan
masyarakat kepada Pemerintah merupakan persoalan strategis pelayanan
publik yang dihadapi pemerintah saat ini. Persoalan tersebut dipicu oleh
rendahnya kualitas pelayanan publik dan pelayanan publik yang tidak sesuai
dengan harapan masyarakat.
Berbagai fakta membuktikan masih rendahnya kualitas pelayanan
publik terjadi di berbagai sektor. Di bidang ekonomi dan investasi
misalnya, adanya realokasi investasi ke luar negeri seperti terjadi antara
lain di Batam beberapa industri Penanaman Modal Asing (PMA) dari
Jepang berencana menutup pabriknya dan memindahkannya ke Vietnam
(BatamNews, 22/05/2015). Sebanyak 11 Pabrik Sepatu di Jakarta dan Bekasi
merencanakan menutup pabriknya dan hengkang ke Vietnam (DetikFinance,
17/03/2014). Akibat dari banyakya industri yang ditutup telah terjadi
Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) sebanyak 42. 449 orang (Kemenaker,
2015). Para investor melihat adanya ketidakpastian hukum, perijinan yang
masih berbelit-belit, dan kurangnya perlindungan keamanan investasi.
Pembayaran pajak daerah, seperti di Kabupaten Bogor pelayanannya
masih belum memuaskan, hanya untuk membayar pajak para pembayar
pajak harus mengantri sampai dengan 2 jam (Kompas. com, 26/2/2015).
Infrastruktur untuk kepentingan publik sangat memprihatinkan. Ratusan
Jembatan Gantung seperti di Kabupaten Lebak yang merupakan jalur
aktivitas masyarakat sehari-hari dalam keadaan rusak berat (ANTARA
News, 20/05/2015). Masyarakat menganggap Pemerintah telah absen
untuk memperbaiki pelayanannya. Menguatkan fakta tersebut, berbagai
indikator yang dikeluarkan oleh Lembaga Internasional, seperti rendahnya
Government effectiveness merupakan indikator yang menggambarkan
bagaimana birokrasi pemerintah belum mampu menampung aspirasi
masyarakat berkaitan dengan kualitas pelayanan publik ( Kaufman D. Kraay,
1
INOVASI
PELAYANAN PUBLIK
DI INDONESIA
Grafik
Grafik1.11.1.
Persepsi Publik
Persepsi Terhadap
publik Birokrasi
terhadap Pemerintahan
birokrasi pemerintahan
Sumber: Sumber:
Hasil Survey Tempo,
Laporan Kerjasama AusAid,
Perkembangan 2013.
RB, 2013
3
INOVASI
PELAYANAN PUBLIK
DI INDONESIA
4
BAB II
PENELITIAN DAN TEORI TENTANG INOVASI PELAYANAN PUBLIK
BAB II
PENELITIAN DAN TEORI
TENTANG INOVASI
PELAYANAN PUBLIK
Bab ini membahas tentang sejumlah penelitian yang berhubungan
dengan inovasi pelayanan publik telah dilakukan oleh banyak peneliti.
Terdapat persamaan dan perbedaan penelitian yang dilakukan terdahulu
dengan hasil penelitian dalam buku ini. Dibahas pula tentang teori dan
konsep inovasi pelayanan publik dan reformasi birokrasi serta alur pikir.
5
INOVASI
PELAYANAN PUBLIK
DI INDONESIA
bentuk hubungan yang terjadi di antara mereka baik dari segi jaringan tugas
maupun model desain jaringan yang dioperasikan oleh pemerintah, dimana
kepercayaan memainkan perannya.
Bollingtoft dkk menyimpulkan, bahwa berdasarkan hasil kajian
kepustakaan dan analisis menunjukkan bahwa ada hubungan antara
kinerja tugas-tugas dengan jaringan dan desain. Desain ini ditransfer dari
ilmu pengetahuan dan informasi di seputar lembaga. Rekomendasi pada
penelitian selanjutnya agar dapat memberi kontribusinya kepada desain
kelembagaan dengan pertanyaan mendasar pada bagaimana jaringan kerja
menyeluruh pada organisasi bisa menciptakan nilai.
Penelitian berikutnya dilakukan oleh Alwi (Disertasi, 2007). Alwi
melakukan melakukan penelitian disertasi yang berjudul “Analisis Jaringan
Antar Organisasi Dalam Penentuan Strategi Pertumbuhan Ekonomi Daerah
(Studi Kasus pada Badan Pengelola Kawasan Pengembangan Terpadu (BP-
KAPET) Parepare Provinsi Sulawesi Selatan)”. Tujuan utama penelitian ini
adalah menemukan teori berupa model kemampuan sistem jaringan antar
organisasi (BP-KAPET Parepare) dalam penentuan dan pelaksanaan strategi
pertumbuhan ekonomi daerah di Provinsi Sulawesi Selatan.
Penelitian Alwi ini menggunakan pendekataan kualitatif dan menggu-
nakan strategi penelitian studi kasus sebagai metode penyelesaian masalah
penelitian ini. Penelitian ini juga menggunakan teknik wawancara menda-
lam dan pengamatan untuk memperoleh data dan menggunakan teknik
triangulasi sebagai teknik pemeriksaan keabsahan data. Hasil penelitian ini
menunjukkan, bahwa ketidakberhasilan BP-KAPET Parepare. mendatangkan
investor ke wilayahnya, karena belum optimalnya kemampuan pimpinan,
belum efektifnya kemampuan sistem informasi, dan belum efektifnya ke-
mampuan sistem Koordinasi sebagai dimensi-dimensi pokok kemampuan
sistem jaringan antar organisasi dalam penentuan dan pelaksanaan strategi
pertumbuhan ekonomi daerah.
Penelitian berikutnya dilakukan oleh Boyne dkk pada tahun 2006
dengan judul “Kinerja kelembagaan pada layanan pengidap kanker di Inggris:
Suatu Contoh Evaluasi Secara Kualitatif” yang meneliti MCNs dan NHS,
sebuah lembaga yang menangani masalah kesehatan yang didefinisikannya
sebagai jaringan antara kelompok profesional kesehatan dengan organisasi
lain guna menjamin efektivitas layanan yang berkualitas tinggi. Masing-
masing MCNs dikoordinasikan oleh sebuah tim manajemen jaringan kerja/
network management team (NMT) yang menyediakan layanan komunikasi
antara kelompok profesional dengan organisasi yang terdiri dari keluarga
6
BAB II
PENELITIAN DAN TEORI TENTANG INOVASI PELAYANAN PUBLIK
7
INOVASI
PELAYANAN PUBLIK
DI INDONESIA
8
BAB II
PENELITIAN DAN TEORI TENTANG INOVASI PELAYANAN PUBLIK
organisasi, serta Peran apa yang perlu dilakukan oleh Pemerintah Pusat da-
lam mengembangkan konsep baru dari pelayanan publik.
Dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian di atas, Van
Venrooy tiba pada satu kesimpulan yaitu model baru pelayanan publik
antar organisasi. Model baru yang dimaksudkan oleh peneliti adalah
mengkombinasikan pendekatan-perekayasaan bisnis (business engeneering
approach) dan pendekatan manajemen proses (process management
approaches). Unit analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah
hubungan kerjasama antara para penyedia pelayanan publik. Metode atau
penelitian yang digunakan adalah studi kasus.
Hasil penelitian Van Venrooy ini menekankan pendekatan bisnis
dalam pelayanan publik melalui jaringan kerjasama antar organisasi.
Organisasi publik memilki karakteristik dualisme, yaitu di samping ia
dituntut profesional dalam memberikan pelayanan kepada publik tetapi ia
juga sebagai institusi yang harus mengembangkan tugas-tugas publik secara
menyeluruh, serta kedua karakteristik ini tidak boleh dipisahkan, tetapi
harus jalan beriringan.
Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Powers pada tahun 2001,
berjudul The Formation of Interorganizational Relationships and the
Development of Trust. Penelitian ini bertujuan untuk menilai “information
sharing” antara dan di antara organisasi dalam suatu jaringan kerjasama
antara para penyedia pelayanan tuna wisma Negara bagian New York dengan
organisasi-organisasi lokal dan oganisasi privat. Penelitian ini juga untuk
mengeksplorasi faktor-faktor yang mungkin mempengaruhi organisasi
dalam jaringan kerjasama khususnya berbagai informasi di antara mereka.
Demikian pula, penelitian ini mempertimbangkan tipe-tipe kepercayaan
yang dikembangkan diantara organisasi-organisasi dalam suatu jaringan.
Unit analisis penelitian ini adalah hubungan kerjasama antar
organisasi. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif, dan teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara dan pengamatan,
serta menggunakan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan hal ini. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa pentingnya berbagai informasi diantara
para penyedia pelayanan tuna wisma di Negara Bagian New York dalam
berbagai hal seperti kebijakan, manajemen dan teknologi. Menurutnya, ada
4 faktor yang diidentifikasi berpengaruh dalam jaringan kerjasama antara
penyedia layanan, yaitu coercive, normatif, mimetic, cognitif. Setiap faktor
tersebut memainkan peranan dalam jaringan kerjasama tersebut, dan
9
INOVASI
PELAYANAN PUBLIK
DI INDONESIA
10
BAB II
PENELITIAN DAN TEORI TENTANG INOVASI PELAYANAN PUBLIK
Peneliti dan
Tahun Pene- Persamaan Perbedaan
litian
Bollingtoft dkk Sama-sama meneliti jaringan Penelitian ini tidak melihat adanya
(2009) kerja pemerintah atau organisasi hubungan kinerja tugas dengan jarin-
pelayanan publik. gan dan desain organisasi.
Alwi (2007) Meneliti pelaksanaan penyeleng- Penelitian terdahulu hanya melihat
garaan pelayanan publik yang beberapa faktor ketidakberhasilan
demokratis. BP-Kapet dalam penentuan dan pelak-
sanaan strategi pertumbuhan ekonomi
daerah
Boyne dkk Meneliti jaringan kerja antar Penelitian Boyne pada lokus pe
(2006) organisasi dikaitkan dengan nanganan penyakit kanker sedangkan
penyakit penelitian ini pada penyakit birokrasi
11
INOVASI
PELAYANAN PUBLIK
DI INDONESIA
Konseptualisasi
Konsep inovasi pelayanan publik meliputi aspek penciptaan, pengem
bangan, dan pelembagaan. Pengertian Penciptaan sebagai terjemahan
“to create”. Namun dalam pelaksanaan seringkali pengertian penciptaan
tersebut ditujukan juga untuk kegiatan memodifikasi inovasi yang telah
ada (to modify) atau ditujukan untuk kegiatan memperbaiki inovasi dari
keadaan yang lalu menjadi sesuatu yang lebih baik (to improvement). Namun
demikian dalam konteks inovasi pelayanan publik, dari hasil Focus Group
Discussion (FGD) dengan Para Pakar dan Praktisi Inovasi di Kementerian
PANRB dipimpin oleh Prof. Dr. Eko Prasojo, pengertian “to create” dalam
konteks inovasi pelayanan publik diterjemahkan sebagai penciptaan dalam
rangka memunculkan inovasi pelayanan publik (FGD, 2014).
Pengembangan inovasi dalam perspektif teknologi disebut
sebagai proses komersialisasi, pemroduksian, pengemasan, pemasaran,
dam pendistribusian dalam rangka mengimplemtasikan hasil inovasi
(Suaedi, 2014). Dalam konteks inovasi pelayanan publik pengertian
pengembangan dari kata to develop diarahkan kepada upaya melakukan
proses penyempurnaan dan pemanfaatan inovasi, sehingga inovasi menjadi
berguna bagi instansi yang akan melakukan replikasi atau masyarakat yang
akan memanfaatkannya.
Pengertian pelembagaan adalah menetapkan, mengembangkan,
melindungi hubungan normatif dan pola-pola tindakan yg baru (Milto J
Esman dalam Bintoro, 1998). Pelembagaan atau membangun kelembagaan
dimaksudkan agar adanya sustainability (keberlanjutan) inovasi yang telah
diciptakan dan dikembangkan.
Inovasi pelayanan publik tersebut merupakan inovasi yang dilakukan
oleh sektor publik atau pemerintahan. Dalam konteksi inovasi pelayanan
publik di Indonesia tersebut dilakukan dalam lingkup Kementerian/Lemba-
ga dan Pemerintah Daerah.
Konsep inovasi dalam penulisan disertasi ini secara operasional
merupakan langkah terobosan pelayanan publik yang berasal dari gagasan
ide kreatif orisimal dan/atau adaptasi/modifikasi yang memberikan manfaat
bagi masyarakat, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Percepatan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti
perbuatan (hal dan sebagainya) mempercepat. Dalam ilmu geografi atau
geologi percepatan berarti tingkat pertambahan kecepatan. Percepatan
dikiaskan oleh Prof. Dr. Eko Prasojo (2013) sebagai peningkatan menurut
12
BAB II
PENELITIAN DAN TEORI TENTANG INOVASI PELAYANAN PUBLIK
Teori Inovasi
Pengertian Innovation sebagai upaya pembaharuan biasa dipadankan
dengan pengertian kata improvement, reform, dan modernization.
Improvement menyangkut way of work, sedangkan reform adalah
pembaharuan menyangkut institution. Adapun modernization adalah
pembaharuan menyangkut institution dan way of work. Innovation sebagai
upaya pembaharuan menyangkut way of thinking, way of work dan institution
(Yan Sik Choi, 2007). Oleh karena itu innovation lebih luas dari pada
improvement karena bukan hanya cara bekerja tetapi juga menyangkut cara
berfikir. Innovation juga lebih luas dari pada reform karena ruang lingkup
13
INOVASI
PELAYANAN PUBLIK
DI INDONESIA
pembaharuan tersebut tidak hanya institution, juga way of thinking dan way
of work.
Konsep inovasi relatif baru dalam literatur administrasi publik
(publik administration). David Mars (dalam Lee, 1970) yang dikutip oleh
Asropi (2008) mengungkapkan bahwa sampai tahun 1966 tidak ditemukan
publikasi dari tulisan administrasi publik yang membahas tentang inovasi.
Literatur klasik yang memuat konsep inovasi dalam konteks reformasi
antara lain adalah artikel “Innovation in Bureaucratic Institutions” tulisan
Alfred Diamant yang dimuat dalam jurnal Publik Administration Review (PAR)
pada tahun 1967 dan buku “Administrative Reform” (Caiden, 1969) tentang
inovasi sebagai bagian dari reformasi administrasi (administrative reform).
Tulisan-tulisan tersebut menandai bahwa inovasi semakin diperhatikan
oleh para ahli administrasi publik.
Konsep inovasi kurang populer pada masa lalu karena karakter
reformasi yang lebih didasarkan pada prinsip-prinsip birokrasi weber. Dalam
konsepsi weber, birokrasi digambarkan sebagai sesuatu yang kaku, dengan
kebutuhan akan aturan yang jelas, hirarki, spesialisasi dan lingkungan yang
relatif stabil. Dalam konteks ini, inovasi dianggap tidak banyak diperlukan
bagi aparatur birokrasi pemerintah (Kelman, 2005).
Hasil penelitian David Mars (dalam Lee, 1970) mengungkapkan, bahwa
sampai tahun 1996 tidak ditemukan publikasi dari tulisan administrasi publik
yang mengulas tentang inovasi. Adapun litelatur klasik yang memuat konsep
inovasi dalam konteks reformasi antara lain adalah artikel “Innovation in
Bureucratic Institutions” tulisan Alfred Diamant yang dimuat dalam jurnal
Publik Administration Review (PAR) pada tahun 1967 dan buku Caiden yang
berjudul “Administrative Reform” yang diterbitkan pada tahun 1969. Dalam
bukunya tersebut, Caiden menguraikan inovasi sebagai bagian dari reformasi
administrasi (administrative reform). Beberapa tulisan tersebut menandai
mulai diperhatikannya inovasi oleh pakar ilmu administrasi publik. Hanya
saja, konsep inovasi kemudian masih belum cukup populer dalam ranah
adminsitrasi publik dan reformasi administrasi. Inovasi populer dalam
bidang tersebut baru pada dekade terakhir ini.
Kurang populernya konsep inovasi pada masa lalu dapat dipahami
karena karakter reformasi birokrasi yang lebih didasarkan pada prinsip-
prinsip Weber seperti disebutkan di atas. Kewajiban aparatur birokrasi
pemerintah adalah menjalankan aturan yang ditetapkan (rule driven). Jika
kemudian inovasi dilaksanakan, itu pun hanya dalam intensitas yang kecil
dan dilakukan terbatas pada level pimpinan puncak. Inovasi dalam hal ini
14
BAB II
PENELITIAN DAN TEORI TENTANG INOVASI PELAYANAN PUBLIK
15
INOVASI
PELAYANAN PUBLIK
DI INDONESIA
1. Demokratisasi.
Fenomena demokratisasi telah menyebar ke seluruh dunia, melewati
batas batas kedaulatan, ideologi dan politik bangsa-bangsa.
2. Perjanjian internasional/globalization.
Perjanjian internasional sebagai bagian dari konsekuensi globalisasi
dan interaksi antar bangsa dalam rangka kerjasama.
3. Brain drain.
Fenomena human capital flight yang terjadi dari negara berkembang ke
negara maju, sehingga terjadi ketidakseimbangan persebaran sumber
16
BAB II
PENELITIAN DAN TEORI TENTANG INOVASI PELAYANAN PUBLIK
17
INOVASI
PELAYANAN PUBLIK
DI INDONESIA
Sumber: Machlup (1980) Dalam Wisber Wiryanto (2014), diolah Peneliti, 2014.
18
BAB II
PENELITIAN DAN TEORI TENTANG INOVASI PELAYANAN PUBLIK
19
INOVASI
PELAYANAN PUBLIK
DI INDONESIA
20
BAB II
PENELITIAN DAN TEORI TENTANG INOVASI PELAYANAN PUBLIK
21
INOVASI
PELAYANAN PUBLIK
DI INDONESIA
22
BAB II
PENELITIAN DAN TEORI TENTANG INOVASI PELAYANAN PUBLIK
23
INOVASI
PELAYANAN PUBLIK
DI INDONESIA
24
BAB II
PENELITIAN DAN TEORI TENTANG INOVASI PELAYANAN PUBLIK
25
INOVASI
PELAYANAN PUBLIK
DI INDONESIA
though it related to both, and the differences between these terms are often a
matter of degree”. Keduanya menjelasakan Perbedaan antara data, informasi
dan pengetahuan hanya pada derajat kedalamannya, dimana pengetahuan
dipandang sebagai sesuatu yang lebih ‘mendalam’ dibandingkan informasi
dan data.
Pada tahun 2001, dilakukan suatu survey terhadap 32 perusahaan
swasta nasional skala besar dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk
mengetahui apakah perusahaan mengenal manajemen pengetahuan dan
apakah proses akuisisi, berbagi dan pemanfaatan pengetahuan telah
berjalan (Munir, 2004). Hasil penelitian menunjukkan tidak ada satupun
(eksekutif) perusahaan yang mengenal manajemen pengetahuan. Namun
survey dan observasi menunjukkan bahwa kegiatan akuisisi pengetahuan
telah dilakukan secara rutin dan terstruktur dalam bentuk pelatihan internal
dan eksternal, mengundang ahli dari luar, serta mengirim karyawan untuk
magang di perusahaan lain, tanpa menyadari bahwa yang dilakukan adalah
sebuah knowledge management. Alasan perusahaan untuk melakukan
kegiatan manajemen pengetahuan adalah untuk meningkatkan kualitas
hasil kerja (efektivitas) dan meningkakan efisiensi kerja.
Knowledge Sharing merupakan salah satu proses utama di dalam
Knowledge Management yang ditujukan untuk memaksimalkan pemanfaatan
pengetahuan melalui pendistribusian pengetahuan kepada anggota
organisasi yang membutuhkan. Seiring semakin pentingnya peran inovasi
sebagai faktor penentu daya saing, maka menyadarkan banyak organisasi
sudah tidak memadai hanya memaksimalkan pemanfaatan pengetahuan
yang ada, tanpa adanya knowledge sharing, sehingga knowledge sharing
menjadi sarana untuk menghasilkan inovasi.
Hal yang tidak kalah penting dalam pengembangan inovasi adalah
manajemen Sumber daya manusia. Menurut Rudy C. Tarumingkeng, Phh. D,
Dosen Universitas Krida Wacana Jakarta menyatakan, bahwa Sumber daya
Manusia (SDM) adalah faktor sentral dalam suatu organisasi. Apa pun bentuk
tujuannya, organisasi dibuat berdasarkan berbagai visi untuk kepentingan
manusia dalam pelaksanaan misinya, dikelola dan diurus manusia. Jadi,
manusia merupakan faktor strategis dalam semua kegiatan institusi/
organisasi. Selanjutnya Manajemen SDM berarti mengatur, mengurus SDM
berdasarkan visi organisasi agar tujuan organisasi dapat dicapai secara
optimum. Karenanya Manajemen SDM juga menjadi bagian dari ilmu
manajemen (Management Science) yang mengacu kepada fungsi manajemen
26
BAB II
PENELITIAN DAN TEORI TENTANG INOVASI PELAYANAN PUBLIK
27
INOVASI
PELAYANAN PUBLIK
DI INDONESIA
28
BAB II
PENELITIAN DAN TEORI TENTANG INOVASI PELAYANAN PUBLIK
29
INOVASI
PELAYANAN PUBLIK
DI INDONESIA
30
BAB II
PENELITIAN DAN TEORI TENTANG INOVASI PELAYANAN PUBLIK
31
INOVASI
PELAYANAN PUBLIK
DI INDONESIA
2. Tetap Terbuka: Ide tidak selalu datang dari para expert. Kadang
inovasi besar justru datang dari pemula dan orang-orang di balik layar.
Organisasi yang terbuka terhadap ide tak jarang bisa mengkonversi ide
yang berada di balik layar menjadi produk yang marketable.
3. Kolaborasi: Tak ada organisasi yang memegang semua kartu dalam
mengembangkan inovasi baru. Kolaborasi dengan berbagai pihak
perusahaan pendukung, universitas, agen pemerintah, dan lain lain tak
jarang membawa perspektif dan ide baru dalam proses pengembangan
inovasi.
4. Ringkas: Struktur manajemen yang ringkas tak membutuhkan proses
perizinan yang panjang dan komunikasi yang berbelit-belit yang
menghalangi inovasi. Organisasi yang tak mempunyai manajemen
yang ringkas bisa mencapai hasil yang sama dengan memberdayakan
pekerjanya untuk bertindak independen.
5. Merangkul Kegagalan: Banyak dari inovasi besar melampaui hasil
yang diharapkan semula, bahkan seringkali dihasilkan oleh kecelakaan.
Terobosan seperti penemuan penisilin atau kekuatan microwaves adalah
hasil dari kecelakaan.
Apabila ditarik pada organisasi sektor publik, seperti birokrasi di
Indonesia, perubahan birokrasi yang weberian yang cenderung hierachis
menjadi Adhocracy menjadi tantangan dalam mendukung pelembagaan
inovasi pelayanan publik.
Oleh karena itu unsur dalam proses pelembagaan inovasi pelayanan
publik dalam rangka menjamin keberlanjutan inovasi pelayanan publik yang
menjadi sub fenoma dalam penelitian ini adalah: 1) Budaya Organisasi, 2)
Hukum, 3) Struktur Organisasi, dan 4) Program dan Anggaran.
Inovasi tidak muncul secara tiba-tiba dan berada di dalam ruang
hampa, tetapi melalui proses individu dan organisasi serta aspek-aspek
di dalam dan di luar organisasi yang dapat mendorong dan menghambat
bersentuhan langsung yang memberikan akibat tumbuhnya atau tidak
tumbuhnya inovasi
Geoff Mulgan dan David Albury (2003) mengemukakan adanya 8
(delapan) penghambat untuk tumbuhnya inovasi yang digambarkan sebagai
berikut:
32
BAB II
PENELITIAN DAN TEORI TENTANG INOVASI PELAYANAN PUBLIK
33
INOVASI
PELAYANAN PUBLIK
DI INDONESIA
untuk sebuah inisiatif inovasi, adalah contoh dari kebijakan yang tidak
berpihak dan tidak ramah pada inovasi.
No rewards or incentives to innovate or adopt innovations. Penghargaan
dalam rangka menumbuhkan motivasi pegawai untuk memberi yang terbaik
bagi institusinya adalah sebuah kewajaran belaka. Maka, inovasi dan
apresiasi sesungguhnya merupakan dua sisi yang tidak dapat dipisahkan.
Kemampuan berinovasi tidak dapat dianggap sebagai sebuah hal yang biasa-
biasa saja atau kinerja normal, namun harus dipandang sebagai sesuatu yang
istimewa sehingga layak diberikan penghargaan.
Poor skills in active risk or change management. Bagaimanapun,
aspek keterampilan memegang perang penting untuk keberhasilan inovasi.
Sebesar apapun motivasi pegawai dan lingkungan yang kondusif namun
tidak ditunjang oleh keterampilan yang memadai, maka tetap saja inovasi
akan berhenti sebagai wacana.
Short-term budget and planning horizons. Dukungan anggaran adalah
sebuah keniscayaan untuk berinovasi. Pengalaman banyak negara maju
yang menganggarkan dana penelitian dan inovasi hingga 3% dan GDP telah
memberi bukti bahwa kemajuan ekonomi berbasis inovasi dan teknologi
adalah hasil dari investasi jangka panjang. Untuk itu, pengembangan inovasi
baik dalam skala organisasional maupun nasional haruslah direncanakan
dengan baik bukan hanya dalam perspektif tahunan, namun juga perspektif
jangka menengah dan panjang.
Delivery pressures and administrative burdens. Di negara-negara eks-
kolonial, aspek administratif sering menjadi kendala dalam pengelolaan
urusan tertentu termasuk inovasi. Relasi antara negara dengan masyarakat
atau antara pimpinan dengan pegawainya sering didasarkan pada basis
ketidakpercayaan (distrust). Akibatnya, untuk sebuah urusan kecil saja
(misalnya pelayanan perijinan) harus menyertakan persyaratan yang
banyak, prosedur yang panjang, dan melibatkan aktor yang berlapis. Hal
seperti ini menimbulkan tekanan bagi siapa saja yang berkepetingan dan
menghilangkan hasrat untuk berinovasi.
Culture of risk aversion. Ketidakberanian menanggung dampak dari
sebuah pilihan adalah kendala psikologis sekaligus kultural untuk sebuah
kemajuan. Resiko dipandang sebagai sesuatu yang harus dihindari bahkan
dijauhi, bukan sesuatu yang justru memberi tantangan baru yang lebih
berenergi sehingga harus dihadapi.
34
BAB II
PENELITIAN DAN TEORI TENTANG INOVASI PELAYANAN PUBLIK
35
INOVASI
PELAYANAN PUBLIK
DI INDONESIA
36
BAB II
PENELITIAN DAN TEORI TENTANG INOVASI PELAYANAN PUBLIK
37
INOVASI
PELAYANAN PUBLIK
DI INDONESIA
38
BAB II
PENELITIAN DAN TEORI TENTANG INOVASI PELAYANAN PUBLIK
39
INOVASI
PELAYANAN PUBLIK
DI INDONESIA
tidak saling mengganggu satu sama lain atau dengan kata lain, tambahan
biaya akibat bertambahnya orang yang mengkonsumsi (margin cost)
sebesar nol. Selama seseorang mengkonsumsi barang/jasa tersebut tidak
mengganggu pihak lain yang sama-sama mengkonsumsi barang/jasa yang
sama, maka tindakan membatasi konsumsi seseorang merupakan tindakan
yang tidak efisien. Contoh klasik barang/jasa non-rivalry adalah penyediaan
lampu mercu suar. Lampu ini dipasang untuk memandu kapal-kapal yang
melintasi suatu perairan. Jika ada dua kapal atau beberapa kapal melintasi
perairan dan mengkonsumsi lampu mercu suar secara bersamaan, maka
tindakan mengkonsumsi oleh suatu kapal tidak mengurangi benefit bagi
kapal lain yang juga ingin mengkonsumsi lampu mercu suar tersebut.
Karakteristik lain barang publik adalah non-exludability, yaitu jika suatu
barang/jasa memiliki sifat rivalry dan tidak mungkin mencegah seseorang
mengkonsumsi barang/jasa tersebut; atau tindakan mencegah seseorang
mengkonsumsi merupakan tindakan yang tidak efisien. Sedangkan barang/
jasa exludable adalah jika seseorang dapat dibatasi atau dicegah untuk
mengkonsumsi. Sebagai contoh gelombang televisi sebetulnya produk yang
bersifat non-rivarly, jika ada sebuah televisi menangkap gelombang tersebut
dan pada saat yang bersamaan ada televisi lain yang menangkap gelombang
tersebut, maka tindakan orang yang menyalakan televisi kedua tidak
mengganggu kualitas gambar televisi pertama. Dengan suatu alat receiver
stasiun televisi bisa mencegah orang mengkonsumsi gelombang siarannya
dengan mengacak gelombang. Gelombang siaran hanya dapat ditangkap
dengan menggunakan receiver yang disediakan stasiun televisi. Dengan cara
ini, stasiun televisi bisa memungut bayaran dari orang yang mengkonsumsi
siarannya, sehingga barang/jasa yang rivalry dan excludable bisa disediakan
oleh swasta karena bisa memungut bayaran. Namun demikian, banyak
kasus tindakan membatasi barang/jasa rivalry merupakan tiandakan yang
memakan biaya dan tidak efisien.
Berikut ini tabel skema mengenai barang Consumpsion dan exclusion
sebagai berikut:
40
BAB II
PENELITIAN DAN TEORI TENTANG INOVASI PELAYANAN PUBLIK
Non-Rivalry III IV
41
INOVASI
PELAYANAN PUBLIK
DI INDONESIA
42
BAB II
PENELITIAN DAN TEORI TENTANG INOVASI PELAYANAN PUBLIK
43
INOVASI
PELAYANAN PUBLIK
DI INDONESIA
44
BAB II
PENELITIAN DAN TEORI TENTANG INOVASI PELAYANAN PUBLIK
45
INOVASI
PELAYANAN PUBLIK
DI INDONESIA
6. Costumer Oriented.
Pelayan publik dalam menyediakan jasa-jasanya berorientasi pada
kepentingan pemakai jasa (customer) dan berorientasi pada kepentingan
publik. Pelayan publik tidak boleh berusaha memaksimalkan keuntungan,
baik keuntungan finansial maupun keuntungan lainnya untuk dirinya
pribadi, keluarga atau pun kerabat atau teman.
Pelayanan publik dapat juga dilihat dari dimensi politik. Pada
hakekatnya manusia hidup untuk memenuhi kebutuhan dasarnya, yaitu
kebutuhan untuk tetap hidup di dalam satu komunitas tertentu. Kian hari
kebutuhan hidup masyarakat bertambah kompleks, untuk itu dibutuhkan
satu kesepakatan bersama untuk menjaga terpenuhinya kebutuhan hidup
masing-masing dan kebutuhan hidup orang lain, kemudian lahirlah negara
yang diharapkan menjadi penjamin terpenuhinya kebutuhan hidup atau
hak-hak dasar tersebut.
Secara hostoris, pada awalnya masyarakat hidup di alam tanpa adanya
satu keteraturan yang disepakati bersama untuk yang mengatur hubungan
diantara mereka.
Semua berjalan tanpa adanya hukum, siapa yang diperintah dan siapa
yang memerintah. Manusia hidup di dalam masyarakat yang hanya berjuang
untuk kepentingan hidup masing-masing. Mereka menghadapi kondisi alam
yang berat dan memerlukan keberanian untuk tetap bertahap hidup.
Dalam perjalananya, karena tantangan alam yang begitu berat dan
mulai terjadinya persaingan dalam merebutkan hasil-hasil alam yang ada,
maka manusia mulai hidup berkelompok yang secara sosial, ekonomi, dan
politik mulai membutuhkan adanya pembagian kerja diantara mereka. Mulai
dibutuhkan adanya aturan-aturan yang mengatur hubungan-hubungan
sosial, ekonomi, dan politik. Dari sini muncul adanya hak dan kewajiban
yang dimiliki masing-masing anggota masyarakat, sehingga kemudian
lahirlah kesepakatan-kesepakatan atau perangkat hukum yang mengatur
hubungan satu sama lain. Pada intinya kesepakatan-kesepakatan ini adalah
untuk menjamin terpenuhinya hak-hak anggota masyarakat. Untuk tetap
terjaganya hubungan-hubungan di dalam masyarakat dalam usaha mereka
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Kemudian, karena hubungan masyarakat semakin kompleks, bukan
hanya mengatur hubungan antar individu, tapi juga mengatur hubungan
antar kelompok dalam masyarakat, baik dibedakan secara kesukuan,
golongan maupun kelas ekonomi, maka mulai dibutuhkan satu perangkat
46
BAB II
PENELITIAN DAN TEORI TENTANG INOVASI PELAYANAN PUBLIK
aturan yang lebih komprehensip. Untuk itu muncul konsep negara sebagai
manifestasi dari kebutuhan masyarakat tersebut dan mulai disepakati siapa
yang diatur dan siapa yang mengatur.
Dalam proses lahirnya sebuah negara, memang prosesnya tidak
linier ataupun sama satu dengan yang lainnya seperti yang diuraikan di
atas. Banyak sekali proses sejarah yang berbeda, ada varian-varian di
dalam kejadian lahirnya sebuah negara. Secara teoritis, banyak teori yang
menjelaskan bagaimana lahirnya sebuah negara. Tetapi secara umum ada
beberapa konsep dan teori negara yang digunakan untuk menjelaskan
lahirnya sebuah negara. Menurut Inu Kencana Syafei, setidaknya ada 12 teori
yang menjelaskan teori nterbentuknya negara. Teori-teori tersebut antyara
lain: Teori Kenyataan, Teori Ketuhanan, Teori Perjanjian, Teori Penaklukan,
Teori Kekuatan, Teori Patralinela, Teori Matrilineal, Teori Organis, Teori
Kadaluwarsa, Teori Alamiah, Teori Filosofis, dan Teori Historis.
Beberapa teori dapat digunakan untuk menjelaskan lahirnya
sebuah negara. Misalnya Teori Historis dan Teori Alamiah. Teori Alamiah
menganggap bahwa negara itu ciptaan alam yang sudah terbentuk, tumbuh,
dan berkembang secara alami. Kemudian karena manusia itu dianggap
sebagai mahluk sosial sekaligus mahluk politik, oleh karenanya manusia
ditakdirkan untuk hidup bernegara. Sedangkan Teori Historis menganggap,
bahwa negara itu lembaga sosial kenegaraan tidak dibuat dengan sengaja,
tapi tumbuh secara evolusioner, sesuai dengan kebutuhan situasi, kondisi
dan waktu manusia. Oleh karenanya lembaga sosial kenegaraan itu
dipengaruhi oleh situasi dan kondisi lingkungan setempat serta waktu dan
tuntutan zaman.
Teori lain adalah teori perjanjian, yaitu teori yang mengatakan negara
lahir dari suatu perjanjian antara anggota masyarakat untuk hidup sama-
sama di dalam suatu negara. Teori sering disebut juga sebagai teori kontrak
sosial, dimana dijelaskan negara lahir karena adanya kesepakatan sosial antar
individu atau kelompok di dalamnya untuk hidup bersama secara soaial,
ekonomi, dan politik. Kemudian masyarakat menyepakati aturan bersama
dan memilih siapa yang akan mengatur hubungan di dalam masyarakat itu
sendiri.
Berdasarkan uraian teori-teori di atas dapat diambil kesimpulan,
bahwa negara merupakan suatu keniscayaan, sebagai konsekuensi dari
semakin kompleksnya hubungan-hubungan di dalam masyarakat dan
beragamnya kebutuhan manusia. Apakah negara dapat menjamin kebutuhan
masyarakat merupakan pertanyaan selanjutnya. Tetapi sebagai satu tujuan
47
INOVASI
PELAYANAN PUBLIK
DI INDONESIA
48
BAB II
PENELITIAN DAN TEORI TENTANG INOVASI PELAYANAN PUBLIK
49
INOVASI
PELAYANAN PUBLIK
DI INDONESIA
50
BAB II
PENELITIAN DAN TEORI TENTANG INOVASI PELAYANAN PUBLIK
Melihat batang tubuh dan hasil amandemen UUD NRI 1945, tujuan
dan tangung jawab negara cukup besar bagi pemenuhan kebutuhan dan hak
rakyat. Negara dituntut untuk menyelenggarakan pelayanan publik yang
baik tanpa adanya diskriminasi sosial, budaya, ekonomi, dan politik. Amanat
yang terkandung dalam konstitusi harus diterjemahkan dan diturunkan
secara oleh sistem dan perangkat negara.
Pelayanan publik dapat juga dilihat dari kosep sosial-budaya.
Dalam kaitan dengan dengan aspek sosial budaya, terdapat beberapa
pertanyaan yang perlu dijawab:
(1) apakah aspek sosial budaya dapat menunjang proses pelayanan
publik (2) bagaimana seharusnya rumusan yang tepat untuk memberikan
batasan yang jelas dari standar minimum pelayanan publik dalam kaitannya
dengan aspek sosial budaya, dan (3) kendala-kendala sosial budaya apa saja
yang mungkin akan dihadapi dalam menjalankan pelayanan publik.
Dari rumusan pertanyaan itu terdapat dua hal penting yang dilihat,
apakah aspek sosial budaya yang berhubungan dengan studi sosiologis
dan antropologis menjadi penghalang atau penunjang pelayanan publik
oleh pemerintahan. Jawabannya bisa ya atau tidak. Berdasarkan apa yang
masih berkembang sampai kini, terutama di daerah pedesaan dalam kultur
agraris, masih terdapat pola hubungan sosial yang unik. Dalam panen padi
misalnya, sekalipun dimiliki satu orang, masyarakat melakukannya beramai-
ramai. Setelah selesai, masyarakat berhak atas jumlah tertentu, bahkan bisa
memungut butiran-butiran padi yang tercecer. Pola hubungan semacam ini,
bila ditarik ke masa-masa pertumbuhan padi menjadi unik. Ketika seseorang
lewat areal pesawahan yang sedang menguning dan burung-burung datang,
otomatis orang itu akan menghalaunya. Perasaan menjaga milik pribadi oleh
masyarakat umum itu lah yang membuat masyarakat sesungguhnya punya
saham atas bangunan, tanah, atau apapun yang tumbuh dan berkembang di
muka bumi ini.
Hubungan itulah yang dikenal dengan sebagai hubungan sosial, ketika
seseorang membutuhkan orang lain, bahkan di daerah yang tak dikenalnya.
Malu bertanya sesat di jalan, bertanya tentu kepada orang dan dari sanalah
interaksi sosial dimulai. Penerapan aspek hubungan sosial ini tidak semata-
mata terjadi di desa-desa. Justru, juga perlu dikembangkan di daerah
perkotaan, apalagi ketika aparatur pemerintahan memiliki keterbatasan
tertentu dalam hal personil dan kemampuan anggaran. Kebutuhan
interaksi sosial akan berkembang menjadi solidaritas sosial. Jakarta telah
menunjukkannya, terutama ketika terjadi tragedi banjir. Tetapi solidaritas
51
INOVASI
PELAYANAN PUBLIK
DI INDONESIA
sosial itu rontok, ketika terjadi kerusuhan skala besar sepanjang bulan Mei
1998. Dalam bulan itu solidaritas sosial lenyap, keangkuhan angkara murka
merajalela, masyarakat menjadi pemangsa masyarakat lain. Penjarahan
dan pemerkosaan disertai dengan pembakaran dan pembunuhan menjadi
pemandangan keseharian.
Begitu pula dalam pemeliharaan fasilitas sosial yang mendukung
pelayanan publik, seperti telepon umum, WC umum, trotoar, lampu lalu
lintas, sampai garis antri dalam loket-loket resmi, tanpa kesadaran tentang
pentingnya solidaritas sosial berupa semangat pemeliharaan, antri, tidak
saling mendahului, dan memandang bahwa urusan orang lain sama
pentingnya dengan urusan diri sendiri, sangat mustahil untuk mendapatkan
pelayanan publik yang memuaskan.
Dalam hal ini, penting sekali mengutamakan apa yang disebut
dengan keteladanan. Solidaritas sosial dalam instansi pelayanan publik
tidak mengenal hierarki berdasarkan kepangkatan atau jabatan. Untuk itu
kultur feodal menjadi penghalang nomor satu dalam kaitannya dengan
pelayanan publik, ketika terdapat segmen masyarakat yang berbeda
dalam menjalankan suatu urusan. Segmentasi seperti itulah yang terlihat
di Indonesia, sebagaimana hasil penelitian Partnership (2000). Pelayanan
publik masih mengenal pilih kasih, antara keluarga pejabat, politisi, atau
polisi dan militer. Keberangkatan pesawat seringkali tertunda, karena
ditahan oleh anggota DPR yang punya “tugas khusus”. Jalan-jalan disisir dan
dibersihkan, ketika pejabat datang meninjau.
Pola hubungan kekuasaan masuk juga dalam interaksi sosial yang
lambat laun membentuk budaya. Lemahnya budaya pelayanan publik ketika
budaya itu dipengaruhi oleh tarik-menarik kekuasaan. Publik sama sekali
tidak lagi diukur sebagai publik an sich, melainkan publik yang terpilah-
pilah menjadi publik yang berlabel pejabat atau publik yang bernama
berdasarkan simbolsimbol kepangkatan, seragam dan wajahnya. Publik
semacam ini mengingkari hakekat terpenting dari pelayanan publik, yaitu
prinsip melayani semua, egaliterianisme dan demokratis. Jajak pendapat
Kompas (2 September, 2002) memperlihatkan persepsi masyarakat yang
menilai pejabat tinggi negara lebih besar sikap mementingkan diri sendiri,
kelompok, ketimbang kepentingan bangsa yang lebih besar. Berkaitan
dengan hal itu, tidak kurang dari 63% responden menganggap citra para
pejabat tinggi negara saat jajak pendapat itu tergolong buruk. Untuk itu
perlu pembalikan paradigma kekuasaan dalam ruang publik. Pertama:
Kekuasaan menjadi terbatas ketika memasuki ruang-ruang publik (publik
52
BAB II
PENELITIAN DAN TEORI TENTANG INOVASI PELAYANAN PUBLIK
53
INOVASI
PELAYANAN PUBLIK
DI INDONESIA
54
BAB II
PENELITIAN DAN TEORI TENTANG INOVASI PELAYANAN PUBLIK
55
INOVASI
PELAYANAN PUBLIK
DI INDONESIA
Reformasi Birokrasi.
Goodenough (dalam Caiden, 1969) menjelaskan bahwa dalam sejarah
kehidupan, manusia merupakan penggerak reformasi, manusia berusaha
mengubah orang lain atau mengubah dirinya sendiri agar dapat bertahan
hidup atau menciptakan situasi yang diinginkan. Hal itu juga tercermin
dari adanya dorongan perubahan pada adiminstrasi publik. Caiden (1969)
membedakan reformasi administrasi (administrative reform) dengan
perubahan administrasi (administrative change).
Perubahan administrasi merupakan penyesuaian organisasi terhadap
kondisi yang berubah-ubah dan bersifat alami. Sedangkan reformasi
administrasi merupakan proses politik yang dirancang untuk memperbaiki
berbagai hubungan yang ada antara birokrasi dan berbagai elemen dalam
masyarakat, atau bahkan dalam birokrasi itu sendiri.
Pengertian reformasi administrasi merupakan perubahan yang
direncanakan atau disengaja terhadap birokrasi pemerintahan, merupakan
hal yang sama dengan inovasi, perbaikan terhadap efisiensi dan efektivitas
pelayanan publik sebagai hasil yang ingin dicapai dari proses reformasi,
dan urgensi reformasi didorong oleh adanya kebutuhan untuk mengatasi
ketidakpastian dan perubahan yang cepat pada lingkungan organisasi
(Mawhood, 1983).
Oleh karena itu, reformasi administrasi merupakan usaha sadar
dan terencana untuk mengubah struktur dan prosedur birokrasi (aspek
reorganisasi atau institusional); dan sikap dan periIaku birokrat (aspek
perilaku), guna meningkatkan efekfivitas organisasi atau terciptanya
administrasi yang sehat dan menjamin tercapainya tujuan pembangunan
nasional. Reformasi administrasi menurut Dror (1971) mengesampingkan
perubahan organisasi dan prosedur administrasi yang minor dan
berkonsentrasi pada perubahan-perubahan yang utama atau dasar saja,
56
BAB II
PENELITIAN DAN TEORI TENTANG INOVASI PELAYANAN PUBLIK
57
INOVASI
PELAYANAN PUBLIK
DI INDONESIA
Government
3. 0
Government
Government 2. 0
1. 0
58
BAB II
PENELITIAN DAN TEORI TENTANG INOVASI PELAYANAN PUBLIK
59
INOVASI
PELAYANAN PUBLIK
DI INDONESIA
60
BAB II
PENELITIAN DAN TEORI TENTANG INOVASI PELAYANAN PUBLIK
61
INOVASI
PELAYANAN PUBLIK
DI INDONESIA
62
BAB II
PENELITIAN DAN TEORI TENTANG INOVASI PELAYANAN PUBLIK
Aspek Old Publik Adm. New Publik Adm. New Publik Service
63
INOVASI
PELAYANAN PUBLIK
DI INDONESIA
BAB III
POTRET PERKEMBANGAN
TOP INOVASI PELAYANAN
PUBLIK 2014-2020
Bab 3 membahas tentang potret perkembangan TOP Inovasi Pelayanan
Publik (2014-2020) yang digagas oleh Kementerian PAN RB. Kompetensi
Inovasi Pelayanan Publik (KIPP) yang sejak tahun 2014 digelar telah banyak
menarik perhatian banyak pihak, bahkan menjadi semacam ‘penghargaaan
prestisuis’ bagi kementerian dan pemerintahan daerah apabila mereka
terpilih. Sebuah strategi telah dijalankan dan menghasilkan Top Inovasi yang
diharapkan menjadi rujukan bagi instansi pemerintah lainnya.
64
BAB III
POTRET PERKEMBANGAN TOP INOVASI PELAYANAN PUBLIK 2014-2020
65
INOVASI
PELAYANAN PUBLIK
DI INDONESIA
66
BAB III
POTRET PERKEMBANGAN TOP INOVASI PELAYANAN PUBLIK 2014-2020
Foto 3. 1 Tim Evaluasi bersama Wakil Menteri PANRB, Deputi Bidang Pelayanan
Publik dan Asdep Inovasi dan SIPP, 2014
67
INOVASI
PELAYANAN PUBLIK
DI INDONESIA
68
BAB III
POTRET PERKEMBANGAN TOP INOVASI PELAYANAN PUBLIK 2014-2020
32. Media Center Pemerintah, Kota 52. Bank Mini Sekolah, Kabupaten
Surabaya Pinrang
33. Transparansi Pengelolaan Anggaran 53. GEMILANG, Kabupaten Banyuwangi
Daerah, Kabupaten Banyuwangi 54. Rengel, Kabupaten Tuban
34. Rumah Sehat Lansia, Kota Yogyakarta 55. E-Library, Kabupaten Kudus
35. Weekend Service, Badan Pertanah- 56. Layanan Gerai Samsat, Provinsi
an Nasional Kalimantan Barat
36. Perpustakaan Berbasis TI, Provinsi 57. Try Out Online, Kota Surabaya
Kalimantan Timur
58. Contact Center Hallo, Kementerian
37. Rapor Online, Kota Surabaya Kesehatan
38. GRMS, Kota Surabaya 59. Bidik Misi, Kementerian Pendidikan
39. KM 0 Pro Poor, Provinsi Jawa Barat dan Kebudayaan
40. One Stop Service Penanggulangan 60. SARKELING, Kabupaten Sleman
Kemiskinan, Kabupaten Sragen 61. Internet Kecamatan Sehat Gratis,
41. Layanan Mas, Badan Pertanahan Kota Madiun
Nasional 62. Kantin Kejujuran, Kabupaten
42. Manajemen, Partisipatif Pengelolaan Lumajang
Pasar, Kota Yogyakarta 63. Pelayanan Administrasi Terpadu
43. INTAN, Badan Pertanahan Nasional Gratis, Kabupaten Sambas
44. Sistem Informasi Puskesmas 64. Monitoring Online IMB, DKI Jakarta
Terintegrasi, Kota Cimahi 65. Sistem Informasi Pajak Kendaraan
45. Unit Perinatologi Menurunkan Bermotor, Provinsi Gorontalo
Angka Kematian Bayi, Kabupaten 66. Pelayanan Ijin Stasiun Radio,
Pinrang Kementerian Komunikasi dan
46. Whistleblower’s System, Kemen Informasi
terain Keuangan 67. Peningkatan Kualitas Pelayanan
47. Sistem Pendaftaran Jaminan Fidusia Publik, Kabupaten Majene
Online, Kementerian Hukum dan 68. Kespro, Kabupaten Bondowoso
HAM 69. Lebih Tertib Lebih Cepat Dapat
48. Inovasi Pengelolaan Pajak Daerah, KTKLN, BNP2TKI
Kota Cilegon 70. SIM RS Terkomputerisasi, Kota
49. Surabaya Single Window, Kota Dumai
Surabaya 71. SIM Pelayanan Terpadu Terintegrasi,
50. Gerai Pengaduan Masyarakat Kota Tangerang Selatan
Menjadi Harapan, ORI 72. Jaminan Kesehatan Semesta, Kota
51. SISPEDAP, Badan Pengawasan Manado
Keuangan dan Pembangunan 73. Program 1 Milyar 1 Kecamatan,
Provinsi Jambi
69
INOVASI
PELAYANAN PUBLIK
DI INDONESIA
74. Akses Publik terhadap Naskah 87. Data dan Informasi Bencana
Perjanjian Internasional, Kemen Indonesia, BNPB
terian Luar Negeri 88. Simpadu, Provinsi Sulawesu Tengah
75. Klinik Tanaman Perkebunan/Ke 89. Rumah Pemulihan Gizi, Kabupaten
menterian Pertanian Purwakarta
76. Smart Presensi, Kota Pangkalpinang 90. Taman Terapi Stres Corner, Kemen
77. Aplikasi Database Panti Sosial, terian Kesehatan
Provinsi D. I Yogyakarta 91. Alur Pelayanan Sekolah, Kabupaten
78. Satu Elemen Kunci, Kabupaten Bener Meriah
Pinrang 92. Ijin Mudah Terpadu, Kabupaten
79. Layanan Internet Kecamatan, Kota Karanganyar
Makassar 93. Keluarga Sehat Mandiri Kel Manga
80. Pelayanan Tumbuh Kembang Anak, sa, Kementerian Kesehatan
Kota Solok 94. Pembangunan Jalan Tanpa Bayar,
81. Geopasial, BNPB Kota Banjarbaru
82. Pelayanan Terpadu Malam Hari, DKI 95. Ganti STNK, Provinsi Sumatera
Jakarta Utara
83. Paten sebagai Stimulus Inovasi, 96. La Pewarta, Kabupaten Purwakarta
Kementerian Hukum dan HAM 97. Bantuan SAR, Kepolisian Republik
84. Layanan Bank Buku, kota Yogyakarta Indonesia
85. Karantina Online, Kementerian 98. PONED, Kabupaten Lampung Selatan
Pertanian 99. Portal E-Learning Rumah Belajar,
86. Pembayaran PKB Tanpa Batas, Provinsi Kalimantan Selatan
Provinsi Jawa Timur
70
BAB III
POTRET PERKEMBANGAN TOP INOVASI PELAYANAN PUBLIK 2014-2020
pelayanan publik. Tiga Menteri dimaksud adalah Menteri Agraria dan Tata
Ruang/BPN, Menteri Sosial, dan Menteri Hukum dan HAM. Sedangkan
empat Gubernur yang menerima piala adalah Gubernur Daerah Istimewa
Yogyakarta, Gubernur Jawa Timur (dua piala), Gubernur Kalimantan Tengah,
dan Gubernur Jambi. Provinsi Jawa Timur menorehkan prestasi luar biasa,
karena dua inovasinya masuk dalam Top 25.
Peserta kompetisi inovasi pelayanan publik 2015 yang masuk Top 40
akan ikut kompetisi yang diselenggarakan oleh PBB, yaitu United Nation Public
Services Award (NNPSA) Tahun 2015. Kementerian PANRB menerbitkan dua
buku, yakni Top 99 dan Top 25 Inovasi Pelayanan Publik Indonesia tahun
2015 dengan dua bahasa, Indonesia dan Inggris. Selain itu, Kementerian
PANRB bekerjasama dengan Pemprov Jawa Timur menggelar simposium
inovasi pelayanan publik tahun 2015, Juni di Surabaya. Kegiatan ini meliputi
seminar, workshop, gelar inovasi pelayanan publik untuk sekitar 200 gerai,
dengan peserta dari dalam dan luar negeri. Simposium ini, rencananya akan
dibuka oleh Presiden RI .
BUMN 41 5
Jumlah 2.476 99
71
INOVASI
PELAYANAN PUBLIK
DI INDONESIA
72
BAB III
POTRET PERKEMBANGAN TOP INOVASI PELAYANAN PUBLIK 2014-2020
73
INOVASI
PELAYANAN PUBLIK
DI INDONESIA
KOTA
28 Kebermanfaatan TPA Manggar Untuk Semua UPTD TPA Sampah Manggar,
Dinas Kebersihan, Pertamanan
dan Pemakaman Kota Balikpapan
29 FROM ZERO TO HERO: Membangun Dinas Kesehatan Kota Bandung
Generasi Cinta Sehat di Sekolah yang Siap
Membangun Negeri, Tinjauan Program
Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) di
Puskesmas Talagabodas Kota Bandung
74
BAB III
POTRET PERKEMBANGAN TOP INOVASI PELAYANAN PUBLIK 2014-2020
7 Ini Mobil SIANI – Sahabat Kementerian Pertanian Balai Besar Perbenihan dan
Setia Petani Proteksi Tanaman Perke-
bunan Surabaya, Direktorat
Jenderal Perkebunan Ke-
menterian Pertanian
75
INOVASI
PELAYANAN PUBLIK
DI INDONESIA
10 KIARKOD: Tracking Or- Kementerian Perindus- Balai Besar Bahan dan Ba-
der Sistem Informasi Pe- trian rang Teknik
layanan JasaB4T
11 Laboratorium Manajemen Kementerian Keseha- Badan Penelitian dan Pe
Data tan ngembangan Kesehatan
12 MAGMA (Multiplat-form Kementerian Energi Badan Geologi
Application for Geohazard dan Sumber Daya Min-
Mitigation and Assess- eral
ment) Indonesia
13 Pemanfaatan Serat Eceng Kementerian Keseha- Politeknik Kesehatan Kemen
Gondok dalam Pembuat tan terian Kesehatan Jakarta I
an Soket Kaki dan Tangan
Palsu (Prostesis)
14 PRIOQ KLIK Kementerian Pertanian Balai Besar Karantina Perta-
nian TanjungPriok
15 Ratu Bestari (Kerapihan, Kementerian Sosial Panti Sosial Bina Karya Pa
Keteraturan, Kebersihan, ngudi Luhur Bekasi
Kelestarian dan Kedisi
plinan) untuk Tata Kerja
yang Lebih Efisien dan
Efektif
16 RISOL GEPENG MAS Kementerian Sosial Panti Sosial Bina Karya Pa
ngudi Luhur Bekasi
17 SIBIMA KONSTRUKSI Kementerin Pekerjaan Balai Penerapan Teknologi
(Sistem Informasi Belajar umum dan Perumahan Konstruksi , Direktorat Jen-
Intensif Mandiri Bidang Rakyat deral Bina Konstruksi
Konstruksi)
76
BAB III
POTRET PERKEMBANGAN TOP INOVASI PELAYANAN PUBLIK 2014-2020
LEMBAGA
21 BPKB Delivery Kepolisian Negara Re Kepolisian Resor Brebes
publik Indonesia
22 E-Lelang Cepat Lembaga KEBIJAKAN Diektorat Pengembangan
Pengadaan Barang/ SPSE
Jasa Pemerintah
23 TOMBOL “BISA”(Brilliant, Kepolisian Negara Re- Kepolisian Resor Sukabumi
I n n o v a t i v e , S p e e d , publik Indonesia Kota
Accountable)
PROVINSI
24 BANG ELIS HADIR, Kam- Pemerintah Provinsi Dinas Energi dan Sumber
pung Kami Jado Terang Kalimantan Barat Daya Mineral
(Pembangkit Listrik Tenaga
Matahari di Daerah Pedala-
man Kalbar)
25 HP Solusi Anak Berkebutu- Pemerintah Provinsi RSJ Menur
han Khusus Jawa Timur
26 Jaminan Kesehatan Khu- Pemerintah P rovinsi Badan Pelaksana Jaminan
sus Penyandang Disabili- D a e r a h I s t i m e w a Kesehatan Sosial
tas Terpadu Yogyakarta
27 KPK PELUK KEBO (Kader Pemerintah Provinsi Dinas Kesehatan
Peduli Luka dan Perawatan DKI Jakarta
Luka Diabet Puskesmas
Kecamatan Pasar Rebo)
77
INOVASI
PELAYANAN PUBLIK
DI INDONESIA
78
BAB III
POTRET PERKEMBANGAN TOP INOVASI PELAYANAN PUBLIK 2014-2020
79
INOVASI
PELAYANAN PUBLIK
DI INDONESIA
80
BAB III
POTRET PERKEMBANGAN TOP INOVASI PELAYANAN PUBLIK 2014-2020
81
INOVASI
PELAYANAN PUBLIK
DI INDONESIA
82
BAB III
POTRET PERKEMBANGAN TOP INOVASI PELAYANAN PUBLIK 2014-2020
83
INOVASI
PELAYANAN PUBLIK
DI INDONESIA
LEMBAGA
1. BPKB Delivery Polres Brebes
PROVINSI
1. BANG ELIS HADIR, Kampung Kami Jadi Terang (Pembangkit Energi
Listrik Tenaga Matahari di daerah pedalaman Kalbar) Dinas Energi dan
Sumber Daya Mineral Pemprov Kalimantan Barat
2. Kader Peduli Luka dan Perawatan Luka Diabet Puskesmas Pasar Rebo.
Dinas Kesehatan Pemprov DKI Jakarta
3. Layanan Waras (Wisata Arsip untuk Anak Sekolah). Dinas Perpustakaan
dan Kearsipan Pemprov Jawa Timur
4. Mencerdaskan Si Miskin Menjadi Generasi Emas, SMA Negeri Bali
Mandara Pemprov Bali
5. MR SAHDU (Manajemen Risiko Sanggahan dan Pengaduan) Pelayanan
pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, UPT Pelayanan Pengadaan Barang/
Jasa Dinas PMPTSP Pemprov Jawa Timur
84
BAB III
POTRET PERKEMBANGAN TOP INOVASI PELAYANAN PUBLIK 2014-2020
Kabupaten
1. 2H2 Center Kerabat Ibu dan Bayi Dinas Kesehatan Kabupaten Flores
Timur
2. Alarm Persalinan UPTD Puskesmas Kecamatan Kerinci Kanan, Dinas
Kesehatan Kabupaten Siak
3. Implementasi E-VB di Banyuwangi, Dinas Pemberdayaan Masyarakat
dan Desa Kabupaten Banyuwangi
4. LASITER AMB (Layanan Transportasi Terpadu Angkutan Masyarakat
Bintuni) UPT Angkutan Masyarakat Bintuni, Dinas Perhubungan
Kabupaten Teluk Bintuni
5. Model Pelaksanaan Pemilihan Kepala Desa (PILKADES) Melalui Sistem
Elektronik Voting yang menggunakan KTP Elektronik, KK, dan Akta
Berbasis NIK. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten
Batanghari
6. MP – TGR (Majelis Pertimbangan Tunutan Ganti Kerugian) Badan
Keuangan Pemerintah Daerah Kabuoaten Gorontalo
7. PANTASI MART (Pusat Pengadaan Fasilitas Sanitasi Masyarakat) Pokja
Air Minum dan Penyehatan Lingkungan, Badan Perencanaan dan
Pembangunan Daerah Kabupaten Kapuas
8. PATUH SELAM (Pelayanan Administrasi Terpadu Keluraha Selat Dalam)
Kelurahan Selat Dalam, Kecamatan Selat, Kabupaten Sinjai
85
INOVASI
PELAYANAN PUBLIK
DI INDONESIA
KOTA
1. CETEK (Cukup E-KTP Sertakan Kartu Keluarga) RSUD Al Mulk Pemkot
Sukabumi
2. IJUS MELON (Ijin Usaha Mikro Melalui Online) Dinas Koperasi dan usaha
Mikro Kota Semarang
3. Lorong Sehat (Longset) Dinas Kesehatan Kota Makassar
4. Dinas Lingkungan Hidup, Kebersihan dan Keindahan Kota, Kota Banda
Aceh
5. “SODA MOLEK” k 5-1, Kelurahan Naikoten II Kota Kupang
6. Taman Anak Cerdas: Papan Sarana Wasis Bocahe, Waras Ragane Lan
Mapan Budi Pekertine. Dinas pemberdayaan Perempuan, Perlindungan
Anak, dan Pemberdayaan Masyarakat Kota Surakarta
BUMN
1. SAHABAT LATANRO – Sejahtera Berkat Layanan Taspen Persero Divisi
Layanan dan Manfaat PT Taspen (Persero)
86
BAB III
POTRET PERKEMBANGAN TOP INOVASI PELAYANAN PUBLIK 2014-2020
87
INOVASI
PELAYANAN PUBLIK
DI INDONESIA
Provinsi
8. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta Puskesmas Senen, Dinas Kesehatan,
CEK DAN SADARI (Cegah Kanker Serviks dengan Aplikasi MAPLE-S dan
Mobil Deteksi Kanker HIBISCUS)
9. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta Rumah Sakit Umum Daerah Koja, SIPIL
DOYAN JALAN (Sistem Pilih Dokter dan Waktu Pelayanan) Pasien Rawat
Jalan Peserta JKN-KIS
10. Pemerintah Provinsi Jawa Tengah Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. R. M.
Soedjarwadi Si Terpa Daya Jiwa, (Sistem Terapi Paripurna melalui
Pemberdayaan Orang dengan Gangguan Jiwa)
88
BAB III
POTRET PERKEMBANGAN TOP INOVASI PELAYANAN PUBLIK 2014-2020
Kabupaten
16. Pemerintah Kabupaten Banyuwangi Rumah Sakit Umum Daerah
Blambangan, GANCANG ARON (Gugus Antisipasi Cegah Antrian Panjang
dengan Antar Obat ke Rumah Pasien)
17. Pemerintah Kabupaten Klungkung Dinas Pertanian, BIMAJUARA (Beli
Mahal Jual Murah)
18. Pemerintah Kabupaten Klungkung Dinas Lingkungan Hidup dan
Pertanahan – Implementasi TOSS (Tempat Olah Sampah Setempat)
19. Pemerintah Kabupaten Lumajang Unit Transfusi Darah PMI (Blood-Jek
Si Pengawal Nyawa)
20. Pemerintah Kabupaten Luwu Utara Dinas Kesehatan (Antenatal Care
Hipnoterapi)
21. Pemerintah Kabupaten Malang Dinas Pengendalian Penduduk dan
Keluarga Berencana, Percepatan Penurunan AKI dan AKB Melalui
Program CONTRA WAR (Contraceptive For Women At Risk)
22. Pemerintah Kabupaten Merauke Dinas Komunikasi dan Informatika,
Layanan Free Hotspot (Layanan Internet Gratis Untuk Masyarakat)
23. Pemerintah Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan - Dinas Pendidikan
(Kelas Perahu)
24. Pemerintah Kabupaten Rote Ndao Dinas Pertanian - Gerakan Lakamola
Anan Sio
25. Pemerintah Kabupaten Sumbawa Kecamatan Lantung (PARIRI SI DESA)
89
INOVASI
PELAYANAN PUBLIK
DI INDONESIA
Kota
31. Pemerintah Kota Bandung Dinas Pangan dan Pertanian (Mini Lab Food
Security)
32. Pemerintah Kota Bogor Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber
Daya Aparatur, ANJAS GO CLEAR (Aplikasi Nominatif Jabatan Struktural
Government Clear) di Lingkungan Pemerintah Kota Bogor yang Aplikatif
dan Akuntabel)
33. Pemerintah Kota Cimahi UPT Cimahi Technopark (Kawasan Cimahi
Technopark sebagai Pusat Layanan Terpadu Pengembangan Ekonomi
Lokal Kota Cimahi Berbasis Inovasi, Ilmu Pengetahuan, dan Teknologi
Melalui Kolaborasi Quadruple Helix)
34. Pemerintah Kota Madiun SDN 02 Mojorejo, Dinas Pendidikan (DOPARI
SAKATU)
35. Pemerintah Kota Padang Puskesmas Padang Pasir, Dinas Kesehatan,
Kelas IMUD (Ibu Muda) Puskesmas Padang Pasir
36. Pemerintah Kota Parepare Dinas Kesehatan, EKSISTENSI (Pelayanan
Kesehatan Gratis Terintegrasi) CALL CENTRE 112
37. Pemerintah Kota Surabaya Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (6 in 1)
38. Pemerintah Kota Surabaya Dinas Pengendalian Penduduk, Pember-
dayaan Perempuan, dan Perlindungan Anak (Pahlawan Ekonomi dan
Pejuang Muda)
90
BAB III
POTRET PERKEMBANGAN TOP INOVASI PELAYANAN PUBLIK 2014-2020
39. Pemerintah Kota Surabaya Dinas Sosial, TAHU PANAS (Tak Takut Kehu-
janan, Tak Takut Kepanasan): Kegiatan Perbaikan Rumah Tidak Layak
Huni melalui Program Rehabilitasi Sosial Daerah Kumuh
40. Pemerintah Kota Tegal Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Ladis Song
Malam (Layanan dengan Inovasi Simultan Bagi Pengasong dan Ma
syarakat Lansia Terminal)
Foto 3. 2 Menteri PANRB, Syafrudin, Mengumumkan Top 99 Inovasi Pelayanan Publik, 2019
91
INOVASI
PELAYANAN PUBLIK
DI INDONESIA
92
BAB III
POTRET PERKEMBANGAN TOP INOVASI PELAYANAN PUBLIK 2014-2020
B. Lembaga
10. Badan Pusat Statistik – Radar Padi (Raih Data Akurat Padi)
11. Lembaga Administrasi Negara – Laboratorium Inovasi
12. Kepolisian Negara Republik Indonesia – SKCK Online dan SKCK Keliling
Online Polresta Sidoarjo
13. BPJS Kesehatan – Insiden (Integrated System for Traffic Accident)
93
INOVASI
PELAYANAN PUBLIK
DI INDONESIA
C. Provinsi
14. Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Sepatu Jolifa (Sistem
Perpustakaan Terpadu Jogja Library for All
15. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta – Telor Dadar 122 (Telepon Orang
dalam Kedaruratan)
16. Pemerintah Provinsi Jawa Barat – Si Perut Laper (Sistem Informasi Peta
Peruntukan Lahan Perkebunan)
17. Pemerintah Provinsi Jawa Tengah – Jamin Dokter Datang Tepat Waktu
melalui TELE APIK (TEyeng ndeLeng Anterean Pendaftaran lan
poliklinIK)
18. Pemerintah Provinsi Kalimantan Utara – Sipelandukilat (Sistem
Pelayanan Administrasi Kependudukan di Wilayah Perbatasan dan
Pedalaman)
D. Kabupaten
19. Pemerintah Kabupaten Badung – BATIK (Bandung Anti Kantong Plastik)
Berbasis Kearifan Lokal
20. Pemerintah Kabupaten Badung – Fish GO (Penentuan Area Penangkapan
Ikan)
21. Pemerintah Kabupaten Banggai – Gerakan Moral PINASA (Pia Na
Sampah Ala)
22. Pemerintah Kabupaten Bangka – Ransel si DORA (Rangkul Calon
Pendonor, Stok Darah Terintegrasi Dalam Aplikasi Donor Darah)
23. Pemerintah Kabupaten Banjarnegara – OCe OKe (Siasat Keren Cegah 3
Terlambat dengan 4 Pantauan)
24. Pemerintah Kabupaten Bantul – SIPERKASA Mengatasi Masalah Pasca
Panen Mendukung Ketahanan Pangan
25. Pemerintah Kabupaten Banyumas – Pattas Sosial Mitra Kurir Langit
(Penanganan Cepat, Tanggap dan Tuntas dalam Pendampingan Warga
Miskin Penderita Sakit Kronis)
26. Pemerintah Kabupaten Banyuwangi – Banyuwangi Festival
27. Pemerintah Kabupaten Bima – Sentuh Perempuan dengan Simawar
(Sistem Informasi Warga)
28. Pemerintah Kabupaten Bogor – Si Dalmu Daliya (Sistem Kendali Mutu
dan Kendali Biaya
94
BAB III
POTRET PERKEMBANGAN TOP INOVASI PELAYANAN PUBLIK 2014-2020
E. Kota
36. Pemerintah Kota Ambon – Ambon City of Music
37. Pemerintah Kota Cilegon – Kader Gegana Pedes (Gerakan Warga Binaan
Peduli Kesehatan)
38. Pemerintah Kota Cimahi – Gastrodiplomacy Cireundeu
39. Pemerintah Kota Denpasar – Senyum Melia di Tubin (Sungai Elok,
Nyaman untuk Masyarakat dengan Menjaga Lingkungan dan Alam di
Sungai Tukad Bindu)
40. Pemerintah Kota Makassar – Labinov Beken (Laboratorium Inovasi
Berbasis Kemitraan)
41. Pemerintah Kota Malang – Brexit (Braille E-Ticket And Extraordinary
Access For Visual Disabilities)
42. Pemerintah Kota Manado – Panada (Portal Analisis Data Berbasis Peta)
43. Pemerintah Kota Palembang – Selfi (Sekolah Filial Layanan Pendidikan
Formal Narapidana Anak di LPKA Klas I Palembang)
44. Pemerintah Kota Tangerang – Pelayanan Kunjungan Rumah Cageur Jasa
95
INOVASI
PELAYANAN PUBLIK
DI INDONESIA
96
BAB III
POTRET PERKEMBANGAN TOP INOVASI PELAYANAN PUBLIK 2014-2020
97
INOVASI
PELAYANAN PUBLIK
DI INDONESIA
98
BAB III
POTRET PERKEMBANGAN TOP INOVASI PELAYANAN PUBLIK 2014-2020
99
INOVASI
PELAYANAN PUBLIK
DI INDONESIA
100
BAB III
POTRET PERKEMBANGAN TOP INOVASI PELAYANAN PUBLIK 2014-2020
101
INOVASI
PELAYANAN PUBLIK
DI INDONESIA
102
BAB III
POTRET PERKEMBANGAN TOP INOVASI PELAYANAN PUBLIK 2014-2020
103
INOVASI
PELAYANAN PUBLIK
DI INDONESIA
5 Provinsi Pemerintah Provinsi Kader Peduli Luka dan Perawatan Luka Diabet
DKI Jakarta Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo
6 Provinsi Pemerintah Provinsi PELUK MY DARLING DENGAN MESRA
Jawa Tengah (Perawatan Luka Kusta Menyeluruh Dengan
Garden Healing, Mentoring dan Kolaborasi yang
Terintegrasi)
7 Kabupaten Pemerintah Kab. Si MIDUN Chating Ke Faskes
Hulu Sungai Selatan
8 Kabupaten Pemerintah Kab. Ku- PanganKu
lon Progo
9 Kabupaten Pemerintah Kab. Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah Wisata
Malang Edukasi Talangagung Kepanjen
10 Kabupaten Pemerintah Kab. Tu- LASKAR (Layanan Syndroma Koronaria Akut
lungagung Terintegrasi)
11 Kota Pemerintah Kota Mini Lab Food Security dengan e-wasmut-nya
Bandung
104
BAB III
POTRET PERKEMBANGAN TOP INOVASI PELAYANAN PUBLIK 2014-2020
105
INOVASI
PELAYANAN PUBLIK
DI INDONESIA
BAB IV
INOVASI PELAYANAN PUBLIK:
DALAM KERANGKA
REFORMASI BIROKRASI
Bab 4 ini akan membahas tentang inovasi pelayanan publik dalam
kerangka reformasi biroktrasi. Didalamnya akan dibahas aspek hukum
dan administrasi negara. Apa yang menjadi landasan hukum pelaksanaan
inoasi pelayanan publik dan bagaimana kebijakan publik sebagai bagian
dari praktek administrasi negara yang memenuhi standar-standar inovasi
pelayanan publik.
106
BAB IV
INOVASI PELAYANAN PUBLIK :
DALAM KERANGKA REFORMASI BIROKRASI
107
INOVASI
PELAYANAN PUBLIK
DI INDONESIA
108
BAB IV
INOVASI PELAYANAN PUBLIK :
DALAM KERANGKA REFORMASI BIROKRASI
Inovasi dan kebijakan publik ibarat dua sisi dari keping mata uang yang
sama. Inovasi berkontribusi dalam memberikan pengetahuan-pengetahuan
baru dan bermanfaat bagi kebijakan publik sedangkan kebijakan publik
memberikan suplemen teori, pedoman dan metodologi yang dapat
memperkuat inovasi kebijakan publik. Upaya-upaya inovasi kebijakan publik
yang berdimensi kebaruan dan kebermanfaatan sehingga diharapkan dapat
memberikan dampak pada upaya yang lebih kongkrit dan membangun
partisipasi masyarakat secara berkesinambungan. Inovasi diterapkan bukan
hanya pada tahap evaluasi kebijakan publik akan tetapi diterapkan sejak
awal perencanaan kebijakan publik, implementasi dan evaluasi kebijakan
publik. Inovasi kebijakan publik muncul bukan karena faktor leadership
atau karena faktor terjadinya krisis yang memaksa organisasi untuk ikut
melakukan perubahan, inovasi harus muncul dari sebuah sistem dan efek
public manajemen knowledge yang dikembangkan oleh organisasi.
Inovasi Kebijakan Publik dalam perspektif empiris terdapat beberapa
jenis inovasi kebijakan publik, yaitu jenis inovasi proses yang terdiri dari
standar operasional prosedur, tata laksana, sistem dan prosedur. Kemudian
jenis inovasi metode yang terdiri dari strategi, cara dan teknik baru. Dan jenis
inovasi produk yang terdiri dari fisik (barang) maupun non fisik atau imaterial
(jasa). Pada tataran empiris, manfaat inovasi dapat diidentifikasikan dalam
beberapa manifestasi, antara lain: percepatan proses atau prosedur kerja,
peningkatan efektivitas dan efisiensi dalam penggunaan sumber-sumber
daya, pengintegrasian beberapa jenis layanan menjadi terpadu, perluasan
pilihan publik (public choice) terhadap barang-barang publik (public
goods), penguatan public engagement dalam pengambilan keputusan atau
kebijakan publik, pengurangan beban masyarakat atas layanan pemerintah,
serta modelmodel manfaat lain yang terus berkembang sesuai dinamika
kebutuhan organisasi publik dan kalangan stakeholder-nya
Secara empiris, inovasi kebijakan berdasarkan proses lebih
menekankan pada kualitas proses kerja baik eksternal maupun internal agar
lebih sederhana dan efisien.
109
INOVASI
PELAYANAN PUBLIK
DI INDONESIA
110
BAB IV
INOVASI PELAYANAN PUBLIK :
DALAM KERANGKA REFORMASI BIROKRASI
111
INOVASI
PELAYANAN PUBLIK
DI INDONESIA
dan unit kerja di seluruh Indonesia di manapun dan kapan pun sepanjang
terhubung dengan internet. Permasalahan dalam pengelolaan data pegawai
dengan jumlah pegawai yang cukup besar dan tersebar di seluruh wilayah
Indonesia memunculkan dorongan untuk menciptakan sistem pengelolaan
kepegawaian. Sistem ini tidak serta merta dapat diterima langsung oleh
seluruh instansi pemerintah, mengingat hampir seluruh instansi pemerintah
menciptakan sistem kepegawaiannya sendiri. Pegawai dan unit kerja dapat
mengakses dan memutakhirkan data pegawai secara langsung (real time)
dan setiap saat
112
BAB IV
INOVASI PELAYANAN PUBLIK :
DALAM KERANGKA REFORMASI BIROKRASI
113
INOVASI
PELAYANAN PUBLIK
DI INDONESIA
114
BAB IV
INOVASI PELAYANAN PUBLIK :
DALAM KERANGKA REFORMASI BIROKRASI
115
INOVASI
PELAYANAN PUBLIK
DI INDONESIA
Pelayanan Publik
Secara sederhana, istilah service bisa di artikan sebagai “melakukan
sesuatu bagi orang lain”. Akan tetapi ada 3 (tiga) kata yang bisa mengacu
pada istilah tersebut, yakni jasa, layanan dan service. Sebagai jasa, service
umumnya mencerminkan produk tidak berwujud fisik (intangible) atau
sektor industri spesifik. Sedangkan sebagai pelayanan, service menyiratkan
segala sesuatu yang dilakukan oleh pihak tertentu (individu maupun
kelompok) kepada pihak lain (individu maupun kelompok lain) (Tjiptono,
2012).
Pelayanan pada dasarnya dapat didefinisikan sebagai aktivitas
seseorang, sekelompok dan atau organisasi baik langsung maupun tidak
langsung untuk memenuhi kebutuhan (Pasolong, 2007). Sinambela (2006)
mengatakan tentang pelayanan publik sebagai setiap kegiatan yang
dilakukan oleh pemerintah terhadap sejumlah manusia yang memiliki setiap
kegiatan yang menguntungkan dalam suatu kumpulan atau kesatuan, dan
menawarkan kepuasan meskipun hasilnya tidak terikat pada suatu produk
secara fisik. Kurniawan (2005) mengatakan tentang pelayanan publik adalah
pemberian pelayanan (melayani) keperluan orang lain atau masyarakat yang
mempunyai kepentingan pada organisasi itu sesuai dengan aturan pokok
dan tata cara yang telah ditetapkan.
New Public Management (NPM) pada awalnya merupakan gerakan
yang bertujuan untuk melakukan transformasi terhadap praktik Old Public
Management (OPM). Inefisiensi birokrasi adalah alasan utama munculnya
gerakan NPM, caranya dengan mengadopsi nilai-nilai yang selama ini
berkembang di sektor swasta. Penerapan NPM di beberapa negara
memberikan dampak yang positif, namun seiring dengan perkembangannya
NPM memperoleh kritik dari berbagai pihak. Poin utama yang dikritik adalah
pelayanan publik yang mengutamakan pemenuhan kepentingan pelanggan
(costumer) sebagai individu untuk dilayani dengan baik sesuai hukum
pasar. Dengan demikian, nilai-nilai seperti kepentingan publik, demokrasi,
persamaan, dan keadilan sosial dalam penyelenggaraan layanan cenderung
terabaikan.
116
BAB IV
INOVASI PELAYANAN PUBLIK :
DALAM KERANGKA REFORMASI BIROKRASI
117
INOVASI
PELAYANAN PUBLIK
DI INDONESIA
118
BAB IV
INOVASI PELAYANAN PUBLIK :
DALAM KERANGKA REFORMASI BIROKRASI
119
INOVASI
PELAYANAN PUBLIK
DI INDONESIA
120
BAB IV
INOVASI PELAYANAN PUBLIK :
DALAM KERANGKA REFORMASI BIROKRASI
121
INOVASI
PELAYANAN PUBLIK
DI INDONESIA
122
BAB IV
INOVASI PELAYANAN PUBLIK :
DALAM KERANGKA REFORMASI BIROKRASI
123
INOVASI
PELAYANAN PUBLIK
DI INDONESIA
124
BAB IV
INOVASI PELAYANAN PUBLIK :
DALAM KERANGKA REFORMASI BIROKRASI
baik ditutup dan diganti dengan program atau unit baru yang lebih
menjanjikan. Kegagalan memang hal yang lumrah dalam berinovasi,
namun keengganan menghentikan kegagalan sama artinya dengan
menutup peluang meraih perubahan yang lebih baik.
2. Ketergantungan berlebihan pada high performer (Over-reliance on
high performers as source of innovation). Ketergantungan terhadap
figur tertentu yang memiliki kinerja tingi, sehingga kecenderungan
kebanyakan pegawai di sektor publik hanya menjadi follower. Ketika
figur tersebut hilang, maka yang terjadi adalah stagnasi dan kemacetan
kerja.
3. Teknologi ada, tetapi terhambat budaya dan penataan organisasi
(Technologies available but constraining cultural or organizational
arrangement). Seringkali inovasi gagal bukan karena tidak adanya
dukungan teknologi, namun lebih karena tradisi atau kebijakan organisasi
yang tidak proinovasi.
4. Tidak ada penghargaan atau insentif (No rewards or incentives to
innovate or adopt innovations). Kemampuan berinovasi tidak dapat
dianggap sebagai sebuah hal yang biasa-biasa saja atau kinerja normal,
namun harus dipandang sebagai sesuatu yang istimewa sehingga layak
diberikan penghargaan.
5. Ketidakmampuan menghadapi resiko dan perubahan (Poor skills in
active risk or change management). Bagaimanapun, aspek keterampilan
memegang perang penting untuk keberhasilan inovasi. Sebesar apapun
motivasi pegawai dan lingkungan yang kondusif namun tidak ditunjang
oleh keterampilan yang memadai, maka tetap saja inovasi akan berhenti
sebagai wacana.
6. Anggaran jangka pendek dan perencanaan (Short-term budget and
planning horizons). Pengembangan inovasi baik dalam skala orga
nisasional maupun nasional haruslah direncanakan dengan baik
bukan hanya dalam perspektif tahunan, namun juga perspektif jangka
menengah dan panjang.
7. Tekanan dan Hambatan Administratif (Delivery pressures and adminis-
trative burdens). Relasi antara negara dengan masyarakat atau antara
pimpinan dengan pegawainya sering didasarkan pada basis ketidak-
percayaan (distrust). Akibatnya, untuk sebuah urusan kecil saja (misal-
nya pelayanan perijinan) harus menyertakan persyaratan yang banyak,
prosedur yang panjang, dan melibatkan aktor yang berlapis. Hal seper-
ti ini menimbulkan tekanan bagi siapa saja yang berkepentingan dan
menghilangkan hasrat untuk berinovasi.
125
INOVASI
PELAYANAN PUBLIK
DI INDONESIA
Best Practice
Best practice diartikan sebagai sebuah ide atau cara yang dianggap
berhasil dan memiliki tingkat efisiensi dan efektivitas yang tinggi. Best
practice merupakan praktek terbaik yang dilakukan oleh sebuah otoritas
yang biasanya ada di dalam pemerintahan atau manajemen, tergantung
keadaannya. Best practice juga menjadi suatu contoh untuk dapat dipraktekan
di tempat lain. Penilaian UN Habitat tentang best practice yang dikutip dari
Sangkala (2013) juga mendefinisikan best practice dalam konteks Lingkungan
Perkotaan sebagai inisiatif yang telah menghasilkan kontribusi menonjol
(outstanding contributions) dalam meningkatkan kualitas kehidupan baik di
kota-kota maupun masyarakat umum lainnya. UN juga memberikan definisi
yang dapat digambarkan secara umum melalui beberapa poin, antara lain:
1. Memiliki dampak yang dapat ditujukan dan didemonstrasikan dalam
meningkatkan kualitas hidup masyarakat;
2. Merupakan hasil dari kerja sama yang efektif antara sektor publik, sektor
swasta dan masyarakat madani; serta
3. Berkelanjutan secara sosial, budaya, ekonomi dan lingkungan.
Kriteria Best Practice UN yang dapat menjadi alat ukur penerapan
program best practice, kriteria-kriteria tersebut antara lain (Sangkala, 2013):
1. Dampak (impact), sebuah best practices harus menunjukkan sebuah
dampak positif dan dapat dilihat (tangible) dalam meningkatkan
kondisi kehidupan masyarakat, khususnya masyarakat miskin dan tidak
beruntung.
2. Kemitraan (partnership), sebuah best practices harus didasarkan
pada sebuah kemitraan antara aktor-aktor yang terlibat. Setidaknya
melibatkan dua pihak.
3. Keberlanjutan (sustainability), sebuah best practices harus membawa
perubahan dasar dalam wilayah permasalahan berikut seperti Legislasi,
kerangka pengaturan oleh hukum atau standar formal yang menghargai
isu-isu dan masalah yang dihadapi, Kebijakan sosial dan atau strategi
sektoral di daerah yang memiliki potensial bagi adanya replikasi dimana
pun, Kerangka institusional dan proses pembuatan kebijakan yang
memiliki kejelasan peran dan tangung Jawab bagi beragam tingkatan
126
BAB IV
INOVASI PELAYANAN PUBLIK :
DALAM KERANGKA REFORMASI BIROKRASI
dan kelompok aktor seperti pemerintah pusat dan daerah, LSM dan
organisasi masyarakat, Efisien, transparan, dan sistem manajemen yang
akuntabel yang dapat membuat lebih efektif penggunaan sumber daya
manusia, teknik dan keuangan.
4. Kepemimpinan dan pemberdayaan masyarakat (leadership and
community empowerment). Kepemimpinan yang menginspirasikan
bagi adanya tindakan dan perubahan, termasuk didalamnya perubahan
dalam kebijakan publik, Pemberdayaan masyarakat, rukun tetangga dan
komunitas lainnya serta penyatuan terhadap kontribusi yang dilakukan
oleh masyarakat. Penerimaan yang bertanggung Jawab terhadap
perbedaan sosial dan budaya, serta kemungkinan bagi adanya transfer
(transferability) pengembangan lebih lanjut dan replikasi.
5. Kesetaraan gender dan pengecualian sosial (gender equality & social
inclusion). Inisiatif haruslah dapat diterima dan merupakan respon
terhadap perbedaan sosial dan budaya; mempromosikan kesetaraan
dan keadilan sosial atas dasar pendapatan, jenis kelamin, usia, dan
kondisi fisik/mental; serta mengakui dan memberikan nilai terhadap
kemampuan yang berbeda.
6. Inovasi dalam konteks lokal dan dapat ditransfer (innovation within local
context and transferability), yakni bagaimana pihak lain dapat belajar
atau memperoleh keuntungan dari inisiatif, serta cara yang digunakan
untuk membagi dan mentransfer pengetahuan, keahlian dan pelajaran
untuk dapat dipelajari tersebut.
127
INOVASI
PELAYANAN PUBLIK
DI INDONESIA
128
BAB IV
INOVASI PELAYANAN PUBLIK :
DALAM KERANGKA REFORMASI BIROKRASI
129
INOVASI
PELAYANAN PUBLIK
DI INDONESIA
130
BAB IV
INOVASI PELAYANAN PUBLIK :
DALAM KERANGKA REFORMASI BIROKRASI
131
INOVASI
PELAYANAN PUBLIK
DI INDONESIA
BAB V
PELAKSANAAN DAN PENCIPTAAN
INOVASI PELAYANAN PUBLIK
DI INDONESIA
Dalam Bab ini dibahas tentang pelaksanaan dan penciptaan inovasi
pelayanan publik di Indonesia. Bahan-bahan diperoleh berdasarkan
infomasi dari responden dan FGD (Focuf Group Discusion) dengan berbagai
pihak terkait.
132
BAB IV
INOVASI PELAYANAN PUBLIK :
DALAM KERANGKA REFORMASI BIROKRASI
133
INOVASI
PELAYANAN PUBLIK
DI INDONESIA
134
BAB IV
INOVASI PELAYANAN PUBLIK :
DALAM KERANGKA REFORMASI BIROKRASI
2. Originalitas
Masalah originalitas terbagi atas 2 (dua) informasi yang ingin
diperoleh, yaitu informasi inovasi merupakan adaptasi dari inovasi yang
telah ada dan kemudian dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan atau
informasi inovasi merupakan kreativitas sendiri terinspirasi oleh cara
inovasi lembaga lain. Informasi yang ditemukan, bahwa mereka terinspirasi
oleh inovasi pelayanan yang telah ada, baik itu dari pelayanan pemerintah
maupun swasta dan merupakan kreativitas sendiri.
Informasi pertama diperoleh dari inovasi pendaftaran fidusia
Online Kementerian Hukum dan HAM.
135
INOVASI
PELAYANAN PUBLIK
DI INDONESIA
136
BAB IV
INOVASI PELAYANAN PUBLIK :
DALAM KERANGKA REFORMASI BIROKRASI
Originalitas
No Nama Inovasi Adaptasi/Modifikasi Kreativitas
Inovasi yang Ada Sendiri
1 Sistem Pendaftaran Fidusia Online, ✓
Kementerian Hukum dan HAM
2 Km 0 Pro Poor Jawa Barat ✓
3 Pelayanan PASTI BKIPM Kelas II ✓
Semarang
4. Penggagas Kreativitas.
Seringkali menjadi pertanyaan dalam penciptaan inovasi pelayanan
publik adalah siapa yang berperan penting menjadi penggagas pertama
137
INOVASI
PELAYANAN PUBLIK
DI INDONESIA
138
BAB IV
INOVASI PELAYANAN PUBLIK :
DALAM KERANGKA REFORMASI BIROKRASI
139
INOVASI
PELAYANAN PUBLIK
DI INDONESIA
140
BAB IV
INOVASI PELAYANAN PUBLIK :
DALAM KERANGKA REFORMASI BIROKRASI
141
INOVASI
PELAYANAN PUBLIK
DI INDONESIA
142
BAB V
PELAKSANAAN DAN PENCIPTAAN
INOVASI PELAYANAN PUBLIK DI INDONESIA
Tabel 5.5 Ringkasan Informasi Difusi dalam Pengembangan Inovasi Pelayanan Publik
Difusi
No Nama Inovasi Difusi Tidak
Difusi Sempurna
Sempurna
1 Inovasi Sistem Pendaftaran Fidusia Online, ✓
Kementerian Hukum dan HAM
2 Inovasi Km 0 Pro Poor Jawa Barat, Bappeda ✓
Jawa Barat
3 Inovasi Pelayanan PASTI, BKIPM Kelas ✓
II Semarang
Sumber: Diolah Peneliti, 2015.
143
INOVASI
PELAYANAN PUBLIK
DI INDONESIA
Tabel 5.6 Ringkasan Informasi Inkubasi dalam Pengembangan Inovasi Pelayanan Publik
Inkubasi
No Nama Inovasi Peningkatan Jaminan
Kapasitas Keberhasilan
1 Inovasi Sistem Pendaftaran Fidusia Online, ✓
Kementerian Hukum dan HAM
2 Inovasi Km 0 Pro Poor Jawa Barat, Bappeda ✓
Jawa Barat
3 Inovasi Pelayanan PASTI, BKIPM Kelas II ✓
Semarang
Sumber: Diolah Peneliti, 2015.
144
BAB V
PELAKSANAAN DAN PENCIPTAAN
INOVASI PELAYANAN PUBLIK DI INDONESIA
Informasi lain yang relevan dengan adalah karakter apa saja yang
perlu dipenuhi dalam penyediaan Sumber daya manusia dalam
pengembangan inovasi pelayanan publik. Kepala Pusdalisbang
Bappeda Jawa Barat mengatakan, bahwa disamping Kepala
Bappeda Jawa Barat sudah menyiapkan Sumber daya manusianya,
juga Sumber daya manusia yang disiapkan itu juga harus betul-betul
145
INOVASI
PELAYANAN PUBLIK
DI INDONESIA
Tabel 5.7 Ringkasan Informasi Aspek Manajemen SDM Dalam Pengembangan Inovasi
Pelayanan Publik
Peran SDM
146
BAB V
PELAKSANAAN DAN PENCIPTAAN
INOVASI PELAYANAN PUBLIK DI INDONESIA
147
INOVASI
PELAYANAN PUBLIK
DI INDONESIA
148
BAB V
PELAKSANAAN DAN PENCIPTAAN
INOVASI PELAYANAN PUBLIK DI INDONESIA
149
INOVASI
PELAYANAN PUBLIK
DI INDONESIA
150
BAB V
PELAKSANAAN DAN PENCIPTAAN
INOVASI PELAYANAN PUBLIK DI INDONESIA
151
INOVASI
PELAYANAN PUBLIK
DI INDONESIA
152
BAB V
PELAKSANAAN DAN PENCIPTAAN
INOVASI PELAYANAN PUBLIK DI INDONESIA
Fungsi Hukum
No Nama Inovasi
Melindungi Memperkuat Dasar Kewajiban
1 Inovasi Sistem Pendaftaran Fidu- ✓ ✓ ✓
sia Online, Kementerian Hukum
dan HAM
2 Inovasi Km 0 Pro Poor Jawa ✓ --- ✓
Barat, Bappeda Jawa Barat
3 Inovasi Pelayanan PASTI, --- --- ✓
BKIPM Kelas II Semarang
Sumber: diolah peneliti, 2015.
153
INOVASI
PELAYANAN PUBLIK
DI INDONESIA
154
BAB V
PELAKSANAAN DAN PENCIPTAAN
INOVASI PELAYANAN PUBLIK DI INDONESIA
155
INOVASI
PELAYANAN PUBLIK
DI INDONESIA
156
BAB V
PELAKSANAAN DAN PENCIPTAAN
INOVASI PELAYANAN PUBLIK DI INDONESIA
157
INOVASI
PELAYANAN PUBLIK
DI INDONESIA
158
BAB V
PELAKSANAAN DAN PENCIPTAAN
INOVASI PELAYANAN PUBLIK DI INDONESIA
159
INOVASI
PELAYANAN PUBLIK
DI INDONESIA
4. Bahwa training inovasi saat ini masih kurang, sehingga dianggap kurang
mendukung penciptaan, pengembangan, dan pelembagaan inovasi
pelayanan publik.
5. Koordinasi intern saat ini masih kurang, sehingga dianggap kurang
mendukung penciptaan, pengembangan, dan pelembagaan inovasi
pelayanan publik.
6. Belum ada penambahan pegawai, sehingga dianggap kurang mendukung
penciptaan, pengembangan, dan pelembagaan inovasi pelayanan publik.
Disimpukan, bahwa komponen SDM merupakan aspek pendorong
dalam penciptaan, pengembangan, dan pelembagaan inovasi pelayanan
publik.
Hasil penilaian panel ahli terhadap unsur internal terkait dengan
proses, dapat disampaikan sebagai berikut:
1) Pada instansi/lembaga pelaksana inovasi, SOP saat ini berperan penting
dalam penciptaan, pengembangan, dan pelembagaan inovasi pelayanan
publik.
2) Bahwa tingginya semangat dan tanggung jawab pimpinan saat ini
berperan penting dalam penciptaan, pengembangan, dan kelembagaan
inovasi pelayanan publik.
3) Bahwa implementasi inovasi tidak mudah dilakukan, sehingga menjadi
penghambat dalam penciptaan, pengembangan, dan pelembagaan inovasi
pelayanan publik; serta kurang melakukan pengawasan terhadap inovasi,
sehingga menjadi penghambat dalam penciptaan, pengembangan, dan
pelembagaan inovasi pelayanan publik.
4) Pada instansi/lembaga pelaksana inovasi mempunyai para pelaksana
yang komitmen tinggi yang berperan penting dalam penciptaan,
pengembangan, dan pelembagaan inovasi pelayanan publik.
5) Bahwa saat ini terjadi kekurangselarasan antara program dan
peren
canaan yang menyebabkan kurang mendorong penciptaan,
pengembangan, dan pelembagaan inovasi pelayanan publik. Instansi
sudah menggunakan data penelitian untuk menyiapkan inovasi, sehingga
mendorong penciptaan, pengembangan, dan pelembagaan inovasi
pelayanan publik.
6) Bahwa saat ini instansi belum sepenuhnya menggunakan data penelitian
untuk menyiapkan inovasi, sehingga tidak mendorong penciptaan,
pengembangan, dan pelembagaan inovasi pelayanan publik; belum
menggunakan data hasil evaluasi untuk menyiapkan inovasi, sehingga
160
BAB V
PELAKSANAAN DAN PENCIPTAAN
INOVASI PELAYANAN PUBLIK DI INDONESIA
161
INOVASI
PELAYANAN PUBLIK
DI INDONESIA
162
BAB V
PELAKSANAAN DAN PENCIPTAAN
INOVASI PELAYANAN PUBLIK DI INDONESIA
163
INOVASI
PELAYANAN PUBLIK
DI INDONESIA
164
BAB V
PELAKSANAAN DAN PENCIPTAAN
INOVASI PELAYANAN PUBLIK DI INDONESIA
165
INOVASI
PELAYANAN PUBLIK
DI INDONESIA
166
BAB V
PELAKSANAAN DAN PENCIPTAAN
INOVASI PELAYANAN PUBLIK DI INDONESIA
167
INOVASI
PELAYANAN PUBLIK
DI INDONESIA
168
BAB V
PELAKSANAAN DAN PENCIPTAAN
INOVASI PELAYANAN PUBLIK DI INDONESIA
169
INOVASI
PELAYANAN PUBLIK
DI INDONESIA
170
BAB V
PELAKSANAAN DAN PENCIPTAAN
INOVASI PELAYANAN PUBLIK DI INDONESIA
171
INOVASI
PELAYANAN PUBLIK
DI INDONESIA
172
BAB V
PELAKSANAAN DAN PENCIPTAAN
INOVASI PELAYANAN PUBLIK DI INDONESIA
pembiayaan yang besar akibat pelayanan yang mudah dan murah dari
instansi/lembaga pelaksana inovasi.
Tabel 5.30 Ringkasan Informasi Komponen Ekonomi Sebagai Pendorong/
Penghambat Penciptaan, Pengembangan, dan Pelembagaan Inovasi Pelayanan Publik
173
INOVASI
PELAYANAN PUBLIK
DI INDONESIA
Tabel 5.32 Daftar Model dan Dasar Varian Model Inovasi Pelayanan Publik
174
BAB V
PELAKSANAAN DAN PENCIPTAAN
INOVASI PELAYANAN PUBLIK DI INDONESIA
175
INOVASI
PELAYANAN PUBLIK
DI INDONESIA
176
BAB V
PELAKSANAAN DAN PENCIPTAAN
INOVASI PELAYANAN PUBLIK DI INDONESIA
Gambar 5.1
Model Penciptaan Inovasi Pelayanan Publik Saat ini
Gambar 5.1 Model Penciptaan Inovasi Pelayanan Publik Saat ini
4 Varian
Model
Penciptaan
Keluhan Inovasi Inovasi
Masyarakat/ Pelayanan Baru/
Kebutuhan Publik Modifikasi
Internal
177
INOVASI
PELAYANAN PUBLIK
DI INDONESIA
178
BAB V
PELAKSANAAN DAN PENCIPTAAN
INOVASI PELAYANAN PUBLIK DI INDONESIA
Gambar 5.2
Model Pengembangan Inovasi Pelayanan Publik
Gambar 5.2 Model Pengembangan
SaatInovasi
ini Pelayanan Publik Saat ini
Knowledge
Sharing
Organisasi
Inkubasi
Pembelajar DIFUSI
Manajemen
SDM
Modelini
Model initersebut
tersebutdi
di atas
atas digambarkan
digambarkan dalam
dalam gambar
gambar bulatan
bulatan yang
yang
terhubung satu sama lain yang merefleksikan unsur-unsur dalam
terhubung satu sama lain yang merefleksikan unsur-unsur dalam model
model pengembangan inovasi pelayanan publik merupakan unsur
yang salinginovasi
pengembangan berhubungan
pelayanansatu publik
sama lain.
merupakan unsur yang saling
berhubungan satu
5.1.3.3. Model sama lain. Inovasi Pelayanan Publik Saat ini.
Pelembagaan
Varian model Pelembagaan inovasi pelayanan publik yang berlaku
terdiri dari:
5.1.3.3. Model Pelembagaan Inovasi Pelayanan Publik Saat ini.
1. Berdasarkan budaya inovasi dalam organisasi. Model ini dibedakan
atas 2 (dua)
Varian modelkarakter, yaitu:
Pengembangan inovasi pelayanan publik yang
a. Model yang membangun inovasi sebagai proses budaya
berlaku terdiri dari:
organisasi, yaitu membangun inovasi dipaksakan untuk
1. pertama
Berdasarkan kaki, menjadi
budaya kebiasaan,
inovasi dalam kemudian
organisasi. menjadi
Model budaya
ini dibedakan
dengan membuat simbol dan etika. Model ini diwakili oleh
Inovasi
atas 2 (dua) Sistem Pendaftaran
karakter, yaitu: Fidusia Online.
238
179
INOVASI
PELAYANAN PUBLIK
DI INDONESIA
180
BAB V
PELAKSANAAN DAN PENCIPTAAN
INOVASI PELAYANAN PUBLIK DI INDONESIA
181
INOVASI
PELAYANAN PUBLIK
DI INDONESIA
182
BAB V
PELAKSANAAN DAN PENCIPTAAN
INOVASI PELAYANAN PUBLIK DI INDONESIA
183
INOVASI
PELAYANAN PUBLIK
DI INDONESIA
184
BAB V
PELAKSANAAN DAN PENCIPTAAN
INOVASI PELAYANAN PUBLIK DI INDONESIA
185
INOVASI
PELAYANAN PUBLIK
DI INDONESIA
186
BAB V
PELAKSANAAN DAN PENCIPTAAN
INOVASI PELAYANAN PUBLIK DI INDONESIA
187
INOVASI
PELAYANAN PUBLIK
DI INDONESIA
188
BAB V
PELAKSANAAN DAN PENCIPTAAN
INOVASI PELAYANAN PUBLIK DI INDONESIA
189
INOVASI
PELAYANAN PUBLIK
DI INDONESIA
inovasi pelayanan publik adalah difusi dari pada yang lainnya. Mengenai
difusi ini informasi yang diperoleh, bahwa inovasi dapat dilakukan melalui
aktivitas mempelajari inovasi, adopsi, dan mengembangkan jaringan.
Difusi dalam pengembangan inovasi pelayanan publik dapat dike
lompokan pertama, difusi sempurna, yaitu keseluruhan aktivitas difusi mulai
dari mempelajari inovasi, melakukan adopsi inovasi, dan mengembangkan
jaringan dalam rangka penyebaran informasi. Kedua, difusi tidak sempurna,
yaitu 3 (tiga) aktivitas difusi tidak dilakukan hanya dua atau satu aktivitas saja.
Dalam pengembangan inovasi pelayanan publik difusi inovasi memegang
peranan yang penting diantara unsur-unsur lain dalam pengembangan
inovasi pelayanan publik. Difusi Inovasi adalah teori tentang bagaimana
sebuah ide dan teknologi baru tersebar dalam sebuah kebudayaan (Rogers,
1964). Teori ini dipopulerkan oleh Everet Rogers pada tahun 1964 melalui
bukunya yang berjudul Diffusion of Innovations. Ia mendefinisikan difusi
sebagai proses dimana sebuah inovasi dikomunikasikan melalui berbagai
saluran dan jangka waktu tertentu dalam sebuah sistem sosial. Difusi
merupakan sebuah proses komunikasi inovasi antara masyarakat (anggota
sistem sosial), dengan menggunakan saluran tertentu dan dalam waktu
tertentu, dimana masyarakat itu sendiri bertanggung jawab terjadinya difusi
inovasi.
Difusi inovasi pelayanan publik bertujuan mempertemukan pihak-
pihak yang terlibat dalam pengembangan inovasi sebagai prasyarat
terjadinya proses mempelajari inovasi. Menurut Rogess (1964) pihak-pihak
yang terlibat dalam difusi inovasi sebagai berikut:
1. Inovator: kelompok orang yang berani dan siap untuk melakukan inovasi.
Orang-orang seperti ini lebih dapat membentuk komunikasi yang baik
meskipun terdapat jarak geografis.
2. Pengguna awal: Kategori adopter seperti ini menghasilkan lebih banyak
opini dibanding kategori lainnya, serta selalu mencari informasi tentang
inovasi.
3. Mayoritas awal: Kategori pengadopsi seperti ini merupakan mereka yang
tidak mau menjadi kelompok pertama yang mengadopsi sebuah inovasi.
Sebaliknya, mereka akan dengan berkompromi secara hati-hati sebelum
membuat keputusan dalam mengadopsi inovasi, bahkan bisa dalam
kurun waktu yang lama.
4. Mayoritas akhir: Kelompok yang ini lebih berhati-hati mengenai fungsi
inovasi. Tekanan bisa memotivasi mereka, baik tekanan kelompok
maupun tekanan ekonomi.
190
BAB V
PELAKSANAAN DAN PENCIPTAAN
INOVASI PELAYANAN PUBLIK DI INDONESIA
191
INOVASI
PELAYANAN PUBLIK
DI INDONESIA
192
BAB V
PELAKSANAAN DAN PENCIPTAAN
INOVASI PELAYANAN PUBLIK DI INDONESIA
193
INOVASI
PELAYANAN PUBLIK
DI INDONESIA
194
BAB V
PELAKSANAAN DAN PENCIPTAAN
INOVASI PELAYANAN PUBLIK DI INDONESIA
Pelembagaan Inovasi
Informasi yang diperoleh dari informan diperoleh catatan penting
dalam melakukan inovasi pelayanan publik, yaitu:
1. Aspek budaya dalam pelembagaan inovasi dapat berjalan apabila
dipaksakan untuk pertama kali, menjadi kebiasaan, dan membangun
etika dan simbol-simbol spirit dalam organisasi.
2. Aspek hukum dalam pelembagaan inovasi ditinjau dari aspek fungsinya
meliputi melindungi, memperkuat, dan menjadi dasar kewajiban dalam
rangka keberlanjutan inovasi pelayanan publik.
3. Aspek struktur organisasi dalam pelembagaan inovasi wujudnya berupa
ditegaskan dalam nomenklatur organisasi, pengelolaan inovasi termuat
dalam fungsi organisasi, dan pengelolaan inovasi dilakukan oleh Tim
Adhoc yang merupakan kerjasama antar satuan kerja dalam organisasi.
4. Aspek program dan anggaran dalam pelembagaan inovasi wujudnya
berupa tersedianya program dan anggaran satuan kerja yang
bersangkutan dan program dan anggaran yang merupakan bagian dari
satuan kerja yang bersangkutan.
Berdasarkan informasi sub fenomena budaya, hukum, struktur
organisasi, program dan anggaran, Panel berpendapat, bahwa yang sering
dipertanyakan dan menjadi penting dalam pelembagaan inovasi pelayanan
publik adalah budaya dari pada yang lainnya sebagai landasan kuat
keberlanjutan inovasi.
Membangun budaya inovasi dalam organisasi diperlukan dalam
jangka panjang. Budaya inovasi adalah seperangkat kebijakan/aturan,
sikap, kondisi lingkungan dan unsur-unsur organisasi yang memungkinkan
tumbuh dan berkembangnya kreativitas dan inovasi secara progresif dan
berkelanjutan dalam sebuah organisasi (Tri Widodo, 2014). Dalam budaya
tersebut, aturan yang berjiwa deterministik, mengekang, membatasi kreasi
dan inisiatif, dan cenderung menjadi alat untuk menjerat seseorang, harus
diubah menjadi untuk melindungi, melayani dan memudahkan. Demikian
pula kebiasaan yang merupakan tradisi turun-menurun, rutinitas kaku,
ketidakberanian berfikir melampaui tempurungnya, atau sesuatu yang
melanggengkan status quo, diubah menjadi kebiasaan pembaharuan dan
memperbaharui kebiasaan. Kemudian sikap sebagai cara pandang terhadap
sesuatu, misalnya bagaimana memberi makna terhadap tugas dan tanggung
jawab organisasi, bagaimana menghargai usaha/kerja keras orang lain,
bagaimana menyikapi adanya perbedaan, bagaimana merespon kegagalan
dan konflik dan lain-lain.
195
INOVASI
PELAYANAN PUBLIK
DI INDONESIA
196
BAB V
PELAKSANAAN DAN PENCIPTAAN
INOVASI PELAYANAN PUBLIK DI INDONESIA
197
INOVASI
PELAYANAN PUBLIK
DI INDONESIA
Proposisi Minor 1:
198
BAB V
PELAKSANAAN DAN PENCIPTAAN
INOVASI PELAYANAN PUBLIK DI INDONESIA
199
INOVASI
PELAYANAN PUBLIK
DI INDONESIA
Proposisi Minor 2:
Tabel 5.34 Daftar Dasar Varian, Varian, dan Karakter Pembeda Model Penciptaan
Inovasi Pelayanan Publik
200
BAB V
PELAKSANAAN DAN PENCIPTAAN
INOVASI PELAYANAN PUBLIK DI INDONESIA
201
INOVASI
PELAYANAN PUBLIK
DI INDONESIA
berbeda dengan google map karena basis datanya berbeda. Google map
basisnya Geographic Information System (GIS), sedangkan Km 0 Pro Poor
berbasis dari data kemiskinan yang diolah dengan foto diri dan lokasi rumah
tangga miskin.
Dari aspek orientasi, antara Fidusia Online dengan Km 0 Pro Poor
merupakan varian yang berbeda. Fidusia Online berorientasi dengan
pengguna layanan dalam arti adanya tuntutan pengguna layanan untuk
segera melakukan perubahan sistem dalam pelayanan. Sementara itu Km 0
Pro Poor dalam perjalanan dibutuhkan oleh Kabupaten/Kota di Jawa Barat,
sebenarnya pada asalnya adalah karena kebutuhan internal perencanaan di
lingkungan Bappeda Provinsi Jawa Barat.
Analogi penciptaan inovasi pelayanan publik ini sesuai dengan
karakter kreativitas dapat disandingkan dengan model inovasi dalam dunia
teknologi. Dalam model penciptaan inovasi di dunia teknologi dikenal 2
(dua) macam pendekatan, yaitu
(1) Pendekatan Technology Push yang dilakukan pada era tahun
1950-1960-an, dan (2) Pendekatan Market Pull yang dilakukan pada era
tahun 1970-an. Pendekatan Technology Push, yaitu penciptaan inovasi
yang didorongan oleh kemajuan teknologi sebagai keberhasilan dari hasil
research and development, kemudian hasil research and development tersebut
diwujudkan inovasinya (manufacturing) sebelum dilemparkan kepada pasar
(market). Sebaliknya Pendekatan Marketing Pull, berawal permintaan pasar
(market) yang menjadi orientasi penciptaan inovasi, kemudian permintaan
pasar tersebut menjadi bahan research and development untuk seterusnya
diwujudkan inovasinya (manufacturing).
Percepatan peningkatan kualitas pelayanan publik memerlukan
waktu yang singkat untuk memunculkan inovasi pelayanan publik dan
waktu yang cepat untuk melakukan replikasi. Disamping itu kebutuhan
pengguna layanan perlu diperhatikan untuk segera mendapatkan apa yang
diinginkannya yaitu peningkatan kualitas pelayanan publik.
Dilihat dari aspek waktu menciptakan inovasi maka varian kedua
lebih cepat dari varian pertama, karena varian kedua hanya mengadopsi
dari inovasi yang telah ada dan tidak membutuhkan masa inkubasi yang
lama untuk menyesuaikan dengan kebutuhan organisasinya, karena inovasi
tersebut dibentuk karena ada kebutuhan “pasar”, yaitu pengguna layanan.
Sebaliknya varian pertama memerlukan waktu untuk proses kreatif dari
inovasi tersebut.
202
BAB V
PELAKSANAAN DAN PENCIPTAAN
INOVASI PELAYANAN PUBLIK DI INDONESIA
203
INOVASI
PELAYANAN PUBLIK
DI INDONESIA
Tabel 5.37 Perbedaan Model Pengembangan Inovasi Pelayanan Publik Berdasarkan Difusi
205
INOVASI
PELAYANAN PUBLIK
DI INDONESIA
Australia dan Canada. Dengan aktif mempelajari inovasi yang telah dimiliki
negara-negara maju tersebut, Kementerian Hukum HAM mengadopsinya
menjadi inovasi inovasi fidusia Online.
Sementara itu, Beppeda Jawa Barat dalam menemukan inovasinya (Km
0 Pro Poor) lebih mengandalkan proses kreatif dari inspirasi yang mereka
temukan dari google map.
Sistem Fidusia Online dari Kementerian Hukum dan HAM melakukan
adopsi, sehingga banyak ditemui kemiripan dengan sistem pendaftaran
bisnis yang dilakukan oleh negara Singapura, Australia dan Canada yang
menjadi best practice-nya. Sementara itu Km 0 Pro Poor Jawa Barat tidak
melakukan adopsi, sehingga dapat dikatakan Km 0 Pro Poor berbasis proses
kreatif dari data kemiskinan yang diolah dengan foto diri dan lokasi rumah
tangga miskin menjadi aplikasi sistem.
Dari aspek pengembangan jaringan, antara Fidusia Online dengan Km
0 Pro Poor merupakan varian yang berbeda. Fidusia Online jaringannya luas
dan relatif generik, sehingga mudah dimodifikasi ke dalam aplikasi sistem
lain yang serupa, misalnya sistem pendaftaran pelayanan terpadu di daerah.
Sementara itu Km 0 Pro Poor jaringannya relatif terbatas, yaitu lebih kepada
kebutuhan internal instansi dengan tujuan yang relatif spesifik.
Difusi inovasi adalah teori tentang bagaimana sebuah ide dan
teknologi baru tersebar dalam sebuah kebudayaan. Teori ini dipopulerkan
oleh Everett Rogers pada tahun 1964 melalui bukunya “Diffussion of
Innovation” Ia mendefinisikan difusi sebagai proses dimana sebuah inovasi
dikomunikasikan melalui berbagai saluran dan jangka waktu tertentu dalam
sebuah sistem sosial.
Ada beberapa tahapan membentuk proses difusi.
1) Mempelajari Inovasi.
Tahapan ini merupakan tahap awal ketika masyarakat mulai
melihat, dan mengamati inovasi baru dari berbagai sumber,
khususnya media massa. Pengadopsi awal biasanya merupakan
orang-orang yang rajin membaca koran dan menonton televisi,
sehingga mereka bisa menangkap inovasi baru yang ada. Jika sebuah
inovasi dianggap sulit dimengerti dan sulit diaplikasikan, maka hal
itu tidak akan diadopsi dengan cepat oleh mereka. Lain halnya jika
yang dianggapnya baru merupakan hal mudah, maka mereka akan
lebih cepat mengadopsinya. Beberapa jenis inovasi bahkan harus
206
BAB V
PELAKSANAAN DAN PENCIPTAAN
INOVASI PELAYANAN PUBLIK DI INDONESIA
207
INOVASI
PELAYANAN PUBLIK
DI INDONESIA
berhubungan satu sama lain dengan Difusi sebagai unsur intinya. Temuan
difusi sebagai unsur inti dalam pengembangan inovasi pelayanan publik
diperkuat olah hasil FGD yang menemukan varian model difusi sebagai
varian model yang mempunyai karakter paling kuat, sehingga dipilih diantara
varian model lainnya pada aspek pengembangan inovasi pelayanan publik.
Varian model ini juga mempunyai pengaruh terhadap bekerjanya aspek lain
dalam pengembangan inovasi pelayanan publik, yaitu inkubasi, manajemen
SDM, knowledge sharing dan organisasi pembelajar.
Gambar 5.7
Gambar 5. 7 Model Pengembangan
Model Pengembangan Inovasi Inovasi Pelayanan
Pelayanan Publikyang
Publik yang Diharapkan
Diharapkan
Knowledge
Sharing
Organisasi
Inkubasi
Pembelajar DIFUSI
Manajemen
SDM
209
INOVASI
PELAYANAN PUBLIK
DI INDONESIA
210
Gambar 5.8
BAB V
Model Pelembagaan Inovasi Pelayanan Publik
PELAKSANAAN DAN PENCIPTAAN
INOVASI PELAYANAN PUBLIK DI INDONESIA
di Indonesia yang Diharapkan
Gambar 5. 8 Model Pelembagaan Inovasi Pelayanan Publik di Indonesia yang Diharapkan
Program
dan
Anggaran
Struktur
Organisasi
Hukum
Budaya
211
2
INOVASI
PELAYANAN PUBLIK
DI INDONESIA
212
BAB V
PELAKSANAAN DAN PENCIPTAAN
INOVASI PELAYANAN PUBLIK DI INDONESIA
Proposisi Minor 3:
213
INOVASI
PELAYANAN PUBLIK
DI INDONESIA
Proposisi Mayor:
214
BAB V
PELAKSANAAN DAN PENCIPTAAN
INOVASI PELAYANAN PUBLIK DI INDONESIA
BAB VI
PENUTUP
Bab 6 ini merupakan simpulan dari pembahasan, uraian, dan analisis
mengenai inovasi pelayanan publik di Indonesia yang telah dilakukan pada
bab-bab terdahulu.
215
INOVASI
PELAYANAN PUBLIK
DI INDONESIA
216
BAB V
PELAKSANAAN DAN PENCIPTAAN
INOVASI PELAYANAN PUBLIK DI INDONESIA
217
INOVASI
PELAYANAN PUBLIK
DI INDONESIA
Implikasi Kebijakan.
a. Konsep inovasi pelayanan publik perlu dimasukan sebagai upaya
percepatan peningkatan kualitas pelayanan publik pada khususnya
dan reformasi birokrasi di Indonesia pada umumnya. Trajektori
pencapaian evolusi pemerintahan pengalaman Korea Selatan dari
Government 1.0 ke Government 3. 0 dapat dijadikan bahan pembanding
menyempurnakan trajektori reformasi birokrasi Indonesia menuju
terwujudnya pemerintahan kelas dunia, khususnya dalam capaian
pelayanan publik yang berkualitas melalui inovasi pelayanan publik
sebagai strategi percepatan peningkatan kualitas pelayanan publik
secara berkelanjutan. Oleh karena itu diharapkan trajektori grand
design reformasi birokrasi seperti termuat dalam Peraturan Presiden
Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi
2010-2025 dalam rangka mencapai visi birokrasi kelas dunia di tahun
2025 dapat disesuaikan.
218
BAB V
PELAKSANAAN DAN PENCIPTAAN
INOVASI PELAYANAN PUBLIK DI INDONESIA
Saran
Inovasi pelayanan publik dapat dijadikan sarana untuk mendorong
percepatan peningkatan kualitas pelayanan di Indonesia dalam rangka
mendukung gerakan reformasi birokrasi.
Agar inovasi pelayanan publik di Indonesia tersebut dapat berjalan
dengan baik, maka disarankan sebagai berikut dalam hal:
219
INOVASI
PELAYANAN PUBLIK
DI INDONESIA
220
BAB V
PELAKSANAAN DAN PENCIPTAAN
INOVASI PELAYANAN PUBLIK DI INDONESIA
Keterbatasan Penelitian
Hasil kajian dan penelitian mengenai Inovasi Pelayanan Publik di
Indonesia ini mempunyai berbagai keterbatasan. Penulis melalui penelitian
ini belum mengungkap kepemimpinan sebagai faktor determinan dalam
inovasi pelayanan publik. Penelitian ini juga belum dapat mengungkap
bentuk komitmen yang diperlukan dalam penciptaan, pengembangan,
dan pelembagaan inovasi serta mengungkapkan manfaat atau dampaknya
terhadap percepatan peningkatan pelayanan publik pada khususnya dan
gerakan reformasi birokrasi pada umumnya.
221
INOVASI
PELAYANAN PUBLIK
DI INDONESIA
Daftar Pustaka
A. Buku:
Aimond, Gabriel, dan Bingham Powel, 1996. Com. parative Politics
Development Approach. Bombai, India: Little Company.
Adrian Sutedi, 2007, Implementasi Prinsip Kepentingan Umum Dalam
Pengadaan Tanah Untuk Pembangunan, Sinar Grafika, Jakarta.
Alwi, 2007. Analisis Tentang Jaringan Antar Organisasi Dalam. Penentuan
Strategi Pertumbuhan Daerah (Dusertasi), Bandung, Program
Pasca Sarjana Unpad.
ANAO, 2009. Innovation in the Public Sector: Enabling better performance,
. driving new directions. Australian National Audit Office,
Canberra. 69 pp.
Bendix, Reinhard, 1977, Bureaucracy, Internationai Encyclopedia of the
Social Sciences, New York: Free Press.
Bollingtoft, Anne, New Approach to Organization Design, Spiner and Business
Media BW.
Boyne, G. A et al (2009). Strategy Formulation, Content and Peformance.
Public Management Review.
-- 1982. Public Administration, 2nd Ed.. California: Palisades Publishers.
Bungin, Burhan, 2011, Penelitian Kualitatif, Jakarta, Kencana
Prenada Media Group.
Caiden, Gerald E., 1991, Administrative Reform Comes Age, Walter de
Gruyter.
Cunningham, P., A. Karakasidou, 2009. Innovation in the Public Sector, Policy
Brief No. 2 (2009). PRO INNO EUROPE.
Denhardt, D. (2004). The New Public Service:Serving, Not Steering. New
York: M. E. Sharoe . . I.
Djamaludin, 2012, Psikologi Kepemimpinan dan Inovasi, Penerbit Erlangga
Donellon, eds., 1994, Post- Bureaucratic Organization, Thousands Oaks: Sage
Publications.
Dror, Yeremiah. 1971. Strategies for Administrative Reform. The Hague,
Neterland: Development and Change.
222
BAB V
PELAKSANAAN DAN PENCIPTAAN
INOVASI PELAYANAN PUBLIK DI INDONESIA
223
INOVASI
PELAYANAN PUBLIK
DI INDONESIA
225
INOVASI
PELAYANAN PUBLIK
DI INDONESIA
B. Jurnal/Makalah
Albury, David, 2003, Innovation in Public Sector, Discussion Paper, The Mall,
London.
Asropi, 2008, Budaya Inovasi dan Reformasi Birokrasi, Jurnal Ilmu
Administrasi V Nomor 3, Lembaga Administrasi Negara.
Erlinda M. Nusron, 2014, Kaitan Antara Budaya Organisasi dengan Inovasi,
PPM School of Management.
Gulati Rand Gargiluo M, 1999, Where Do Interorganizational Networks Come
From?, American Joumal Sociology.
Hardjosoekarto, Sudarsono, 1994, Beberapa Perspektif Pelayanan Prima,
Bisnis dan Birokrasi, Jurnal Ilmu Administrasi dan Organisasi,
Non1or 3/Volume II/September 1994, Universitas Indonesia.
Hasibuan, Ahiadi Sjahbana, 2015, Inovasi Daerah Sebagai Upaya Percepatan
Pembangunan dan Peningkatan Pelayanan Publik, Makalah
Apeksi, Bandung.
Helms, Marilyn M, dkk. (2010). Exploring SWOT analysis - where are we
now?: A review of academic research from the last decade.
Journal of Strategy and Management3.
Kahraman, dkk. (2007). Prioritization of e-Government strategies using a
SWOT-AHP analysis: the case of Turkey. European Journal of
Information Systems 16.
Kelman, Stave, Public Management Needs Help, Academy of Management
Journal, Harvard University.
Kristiadi, JB, Revitalisasi Birokrasi dalam Meningkatkan Pelayanan Prima,
Bisnis dan Birokrasi, Jurna Ilmu Administrasi dan Organisasi,
Namer 3/Volome II/September 1994, Universitas Indonesia.
Munir, Ningky Susanti, Penerapan Manajemen Pengetahuan di Perusahaan
Indonesia, PPM School of management.
Pramusinto, Agus, 2006, Inovasi-Inovasi Pelayanan Publik Untuk
Pengembangan Ekonomi Lokal: Pengalaman Beberapa Daerah,
Makalah disampaikan dalam Semiloknas “Perda dalam
226
BAB VI
PENUTUP
C. Laporan Penelitian
Laporan Doing Business Indonesia: Co1nparing Regulation others
Economies, 2008, 2009, 2010, 2011, 2012, IFC World Bank
Jakarta.
Laporan Penelitian, 2002, Naskah Akademik Undang-Undang tentang
Pelayanan Publik, Lembaga Penelitian Universitas Indonesia.
227
INOVASI
PELAYANAN PUBLIK
DI INDONESIA
D. Makalah
Hasibuan, Afriadi Sjahbana, 2015, Inovasi daerah Sebagai Upaya Percepatan
Pe:rnbangunan dan Peningkatan Pelayanan Publik Dalam
Perspektif UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah.
Yan Sik Choi, 2007, Korea’s Path to Govcrrnnent Innovation: Challanges,
Experiment, U. . . ’1dS ucesses, Honorary Professor Graduate
Shool of Public Administration and Local Autonomy, Hanyang
University.
Sumaryono, Wahono, 2005, Konsep Komersialisasi Produk dan Teknologi
Proses, BPP Teknologi.
E. Perundang-undangan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Beserta
Amandemennya.
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan
Nasional Jangan Panjang
Undang-Undang Nomor 5 tentang Aparatur Sipil Negara.
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan.
Pertaruran Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi
Birokrasi.
Peraturan Menteri Negara PANRB Nomor 30 Tahun 2014 tentang Pedoman
Inovasi Pelayanan Publik.
Peraturan Menteri Negara PANRB Nomor 11 Tahun 2015 tentang Roadmap
Reformasi Birokrasi 2019-2025.
228
Lampiran
229
INOVASI
PELAYANAN PUBLIK
DI INDONESIA
SALINAN
230
-2-
231
INOVASI -3-
PELAYANAN PUBLIK
DI INDONESIA
MEMUTUSKAN:
Menetapkan: PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR
NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI TENTANG
PENYELENGGARAAN KOMPETISI PENGELOLAAN
PENGADUAN PELAYANAN PUBLIK.
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Pengelolaan Pengaduan Pelayanan Publik adalah
kegiatan penanganan pengaduan sesuai dengan
mekanisme dan tata cara pengelolaan pengaduan.
2. Kompetisi Pengelolaan Pengaduan Pelayanan Publik
yang selanjutnya disebut Kompetisi adalah kegiatan
penjaringan, seleksi, penilaian, dan pemberian
penghargaan kepada penyelenggara pelayanan publik di
lingkungan kementerian/lembaga, pemerintah daerah,
badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah,
dan unit pelaksana yang menyelenggarakan Pengelolaan
Pengaduan Pelayanan Publik sesuai kriteria yang
ditetapkan.
3. Penyelenggara Kompetisi yang selanjutnya disebut
Penyelenggara adalah kementerian bekerjasama dengan
Kantor Staf Presiden dan Ombudsman Republik
Indonesia.
4. Peserta Kompetisi adalah kementerian/lembaga,
pemerintah daerah, badan usaha milik negara, badan
usaha milik daerah, dan unit pelaksana yang
menyelenggarakan Pengelolaan Pengaduan Publik.
5. Tim Sekretariat adalah pegawai aparatur sipil negara
kementerian, Pegawai Ombudsman Republik Indonesia,
232
-4-
Pasal 2
(1) Kementerian bekerjasama dengan Kantor Staf Presiden
dan Ombudsman Republik Indonesia menyelenggarakan
Kompetisi yang diikuti oleh para Peserta Kompetisi
dengan memperhatikan prinsip dalam penyelenggaraan
Kompetisi.
(2) Penyelenggaraan Kompetisi dilaksanakan berdasarkan
prinsip:
a. dapat dipertanggungjawabkan;
b. tidak berpihak dan bebas kepentingan; dan
c. dapat diakses oleh semua pihak terkait.
(3) Setiap Peserta Kompetisi mengikuti setiap tahapan dan
proses Kompetisi yang diselenggarakan oleh
Penyelenggara Kompetisi.
Pasal 3
(1) Setiap pihak yang terlibat dalam Kompetisi, baik
Penyelenggara Kompetisi, Peserta Kompetisi, Tim
Sekretariat, maupun Tim Evaluasi mengacu pada
Pedoman Kompetisi.
(2) Pedoman Kompetisi paling sedikit memuat:
a. persyaratan peserta Kompetisi;
233
INOVASI -5-
PELAYANAN PUBLIK
DI INDONESIA
b. kategori Kompetisi;
c. kriteria pengelolaan pengaduan pelayanan publik;
d. tahapan penyelenggaraan Kompetisi;
e. kriteria Kompetisi, termasuk indikator penilaian dan
penilaian lanjutan lainnya; dan
f. sistem informasi Kompetisi.
(3) Pedoman Kompetisi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan dengan Keputusan Menteri.
Pasal 4
Seluruh informasi terkait Kompetisi diumumkan melalui
sistem informasi Kompetisi.
Pasal 5
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 39 Tahun 2018 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Kompetisi Pengelolaan Pengaduan
Pelayanan Publik Tahun 2018 (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2018 Nomor 1227), dicabut dan dinyatakan
tidak berlaku.
Pasal 6
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
234
-6-
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 29 Juni 2020
ttd
TJAHJO KUMOLO
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 29 Juni 2020
DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd
WIDODO EKATJAHJANA
235
INOVASI
PELAYANAN PUBLIK
DI INDONESIA
SALINAN
TENTANG
236
-2-
237
INOVASI
PELAYANAN PUBLIK -3-
DI INDONESIA
MEMUTUSKAN
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Inovasi Pelayanan Publik yang selanjutnya disebut inovasi
adalah terobosan jenis pelayanan publik baik yang
merupakan gagasan/ide kreatif orisinal dan/atau
adaptasi/modifikasi yang memberikan manfaat bagi
masyarakat, baik secara langsung maupun tidak
langsung.
2. Replikasi Inovasi Pelayanan Publik yang selanjutnya
disebut replikasi inovasi adalah proses keputusan untuk
melakukan transfer pengetahuan dalam implementasi
gagasan atau ide baru dari praktik baik inovasi, baik
sebagian maupun secara keseluruhan.
3. Jaringan Inovasi Pelayanan Publik yang selanjutnya
disingkat JIPP adalah simpul kerjasama antarlembaga
yang mempunyai minat dalam pengembangan inovasi.
4. Jaringan Inovasi Pelayanan Publik Nasional yang
selanjutnya disingkat JIPP Nasional adalah JIPP yang
dikoordinasikan oleh Kementerian Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi.
5. Web JIPP Nasional merupakan portal informasi inovasi
pelayanan publik nasional yang dikelola secara bersama-
sama oleh Kementerian, Lembaga, Pemerintah Daerah
dan Lembaga lainnya.
6. Lembaga lainnya adalah institusi penyelenggara negara,
korporasi, lembaga independen yang dibentuk
berdasarkan undang-undang dan badan hukum.
7. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang aparatur negara.
238
-4-
Pasal 2
JIPP diselenggarakan dengan tujuan:
a. menyebarluaskan informasi mengenai inovasi;
b. menjadi media berbagi pengetahuan mengenai
inovasi;
c. menjadi media pendokumentasian inovasi; dan
d. mendorong akselerasi inovasi.
Pasal 3
(1) Kegiatan JIPP merupakan implementasi dari pembinaan
inovasi meliputi penciptaan, pengembangan, dan
pelembagaan inovasi dalam rangka percepatan
peningkatan kualitas pelayanan publik.
(2) Kegiatan penciptaan inovasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) terdiri dari inkubasi dan kompetisi inovasi.
(3) Kegiatan pengembangan inovasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) terdiri dari transfer pengetahuan/replikasi
dan penyebarluasan inovasi.
(4) Kegiatan pelembagaan inovasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) terdiri dari penganggaran inovasi,
pemuatan inovasi dalam fungsi organisasi, dan
pemuatan inovasi dalam aturan yang dilakukan secara
berkelanjutan sehingga menjadi budaya organisasi.
Pasal 4
(1) Menteri melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap
penyelenggaraan JIPP.
(2) Pemantauan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan selama kegiatan JIPP berjalan, dengan ruang
lingkup yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan
anggaran kegiatan.
(3) Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
setelah kegiatan JIPP selesai dilaksanakan, dalam
rangka merumuskan rekomendasi tindak lanjut.
239
INOVASI
PELAYANAN PUBLIK -5-
DI INDONESIA
Pasal 5
(1) Pendanaan penyelenggaraan JIPP di Kementerian,
Lembaga dibebankan pada APBN.
(2) Pendanaan penyelenggaraan JIPP di Pemerintah Daerah
dibebankan pada APBD Pemerintah Daerah.
Pasal 6
(1) Kementerian/Lembaga, Pemerintah Daerah, dan
lembaga lainnya agar terhubung dengan dan
memanfaatkan JIPP Nasional setelah berlakunya
Peraturan Menteri ini sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(2) Aplikasi dengan fungsi yang sama dengan JIPP Nasional
yang telah dimiliki oleh Kementerian/Lembaga,
Pemerintah Daerah, dan lembaga lainnya sebelum
berlakunya peraturan ini, agar diintegrasikan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 7
Ketentuan lebih lanjut mengenai pengaturan teknis
penyelenggaraan JIPP di Kementerian, Lembaga dan
Pemerintah Daerah diatur dalam Peraturan Menteri,
Peraturan Kepala Lembaga dan Peraturan Kepala
Daerah.
Pasal 8
(1) Penyelenggaraan JIPP sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 dilaksanakan berdasarkan Pedoman
Penyelenggaraan Jaringan Inovasi Pelayanan Publik.
(2) Pedoman Penyelenggaraan JIPP ini meliputi :
a. struktur JIPP;
b. ruang lingkup kegiatan JIPP
c. web JIPP;
d. mekanisme kerja JIPP; dan
e. evaluasi JIPP.
(3) Pedoman Penyelenggaraan JIPP sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) tercantum dalam Lampiran
240
-6-
Pasal 9
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
241
INOVASI
PELAYANAN PUBLIK -7-
DI INDONESIA
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 23 Desember 2020
ttd
TJAHJO KUMOLO
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 23 Desember 2020
DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd
WIDODO EKATJAHJANA
242
-8-
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam rangka pelaksanaan gerakan One Agency One Innovation,
Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
telah menyelenggarakan Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik (KIPP) sejak
tahun 2014. KIPP mendapat sambutan dan apresiasi yang luar biasa dari
Kementerian/Lembaga, Pemerintah Daerah, dan lembaga lainnyaserta
menghasilkan sejumlah inovasi yang dapat dijadikan acuan sebagai
praktik baik dalam penyelenggaraan pelayanan publik, yang disebut
dengan Top Inovasi Pelayanan Publik, setiap tahunnya.
Informasi mengenai inovasi tersebut perlu disebarluaskan agar dapat
menginspirasi dan dimanfaatkan oleh penyelenggara pelayanan publik
lainnya gunapercepatan pengembangan inovasi. Untuk itu, diperlukan
media dalam bentuk Jaringan Inovasi Pelayanan Publik (JIPP), yang
merupakan sebuah jaringan yang menjadi simpul kerja sama secara
nasional yang menghubungkan serta mensinergikan instansi pemerintah
pusat dan daerah, perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat,
swasta, dan lembaga mitra pembangunan yang mempunyai minat yang
sama dalam pengembangan inovasi. Inisiatif penyelenggaraan JIPP
tersebut merupakan upaya untuk menumbuhkan model-model
pelayanan publik baru yang dapat mendorong percepatan peningkatan
kualitas pelayanan publik.
243
INOVASI
PELAYANAN PUBLIK -9-
DI INDONESIA
B. Sasaran
1. Terselenggaranya JIPP di tingkat nasional, Kementerian/Lembaga,
Pemerintah Daerah, dan lembaga lainnya.
2. Terlaksananya percepatan replikasi inovasi di tingkat nasional,
Kementerian/Lembaga, Pemerintah Daerah, dan lembaga lainnya.
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup Pedoman Penyelenggaraan JIPP ini meliputi:
1. Struktur JIPP;
2. Ruang lingkup kegiatan JIPP;
3. Web JIPP;
4. Mekanisme kerja JIPP; dan
5. Evaluasi JIPP.
BAB II
STRUKTUR JIPP
244
- 10 -
BAB III
RUANG LINGKUP KEGIATAN JIPP
245
INOVASI
PELAYANAN PUBLIK - 11 -
DI INDONESIA
246
- 12 -
BAB IV
WEB JIPP
A. JIPP Nasional
Web JIPP Nasional menampilkan informasi mengenai:
1) Direktori inovasi, berisi daftar inovasi-inovasi terbaik yang telah
ditetapkan sebagai Top Inovasi hasil KIPP, inovasi yang diikutsertakan
dan menjadi pemenang dan/atau masuk dalam basis data pada
kompetisi inovasi tingkat internasional yang diselenggarakan baik oleh
United Nations Public Service Awards (UNPSA) maupun lembaga
internasional lainnya, dan inovasi hasil pencarian lainnya antara lain
Top 21 Inovasi Penanganan COVID-19. Inovasi-inovasi tersebut dapat
disaring berdasarkan kategori Sustainable Development Goals (SDGs),
lokasi inovasi, dan kategori kompetisi, dan waktu inovasi tersebut
mendapatkan apresiasi.
2) Fitur kompetisi inovasi, menampilkan Sistem Informasi Inovasi
Pelayanan Publik (SINOVIK), yaitu sarana yang digunakan dalam
penyelenggaraan KIPP.
3) Fitur replikasi inovasi, menampilkan gambaran proses replikasi
inovasi sebagai rujukan umum bagi instansi yang berminat untuk
247
INOVASI
PELAYANAN PUBLIK - 13 -
DI INDONESIA
248
- 14 -
BAB V
MEKANISME KERJA JIPP
249
INOVASI
PELAYANAN PUBLIK - 15 -
DI INDONESIA
BAB VI
EVALUASI JIPP
250
- 16 -
BAB VII
PENUTUP
ttd
TJAHJO KUMOLO
251
INOVASI
PELAYANAN PUBLIK
DI INDONESIA
SALINAN
252
-2-
253
INOVASI
PELAYANAN PUBLIK -3-
DI INDONESIA
MEMUTUSKAN:
Menetapkan: PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI TENTANG KOMPETISI INOVASI
PELAYANAN PUBLIK DI LINGKUNGAN
KEMENTERIAN/LEMBAGA, PEMERINTAH DAERAH, BADAN
USAHA MILIK NEGARA, DAN BADAN USAHA MILIK DAERAH.
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Inovasi Pelayanan Publik yang selanjutnya disebut Inovasi
adalah terobosan jenis pelayanan publik baik yang
merupakan gagasan/ide kreatif orisinal dan/atau
adaptasi/modifikasi yang memberikan manfaat bagi
masyarakat, baik secara langsung maupun tidak langsung.
2. Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik yang selanjutnya disebut
Kompetisi adalah kegiatan penjaringan, seleksi, penilaian,
dan pemberian penghargaan yang diberikan kepada Inovasi
yang dilakukan oleh kementerian/lembaga, pemerintah
daerah, badan usaha milik negara, dan badan usaha milik
daerah.
3. Panitia Seleksi yang selanjutnya disingkat Pansel adalah
unsur internal dan eksternal Kementerian Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi bertugas memilih
Calon Anggota Tim Evaluasi dan Tim Panel Independen pada
Kompetisi;
4. Tim Evaluasi yang selanjutnya disingkat TE adalah unsur
penilai dalam Kompetisi yang terdiri dari akademisi dan/atau
praktisi yang kompeten di bidang pelayanan publik.
5. Tim Panel Independen yang selanjutnya disingkat TPI adalah
unsur penilai dalam Kompetisi yang terdiri dari tokoh
masyarakat dan/atau unsur profesi/keahlian yang memiliki
254
-4-
Pasal 2
(1) Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi menyelenggarakan Kompetisi.
(2) Kompetisi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diselenggarakan setiap tahun.
(3) Ketentuan mengenai petunjuk pelaksanaan Kompetisi
Inovasi Pelayanan Publik ditetapkan oleh Menteri.
Pasal 3
(1) Peserta yang ikut serta dalam Kompetisi merupakan
kementerian/lembaga, pemerintah daerah, badan usaha
milik negara, dan badan usaha milik daerah.
(2) Peserta sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mengikutsertakan paling sedikit 1 (satu) Inovasi di
lingkungan instansi masing-masing dalam Kompetisi.
(3) Badan usaha milik negara dan badan usaha milik daerah
yang ikut serta dalam Kompetisi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) merupakan badan usaha milik negara dan
255
INOVASI
PELAYANAN PUBLIK -5-
DI INDONESIA
Pasal 4
(1) Dalam rangka penyelenggaraan Kompetisi, Menteri
menetapkan:
a. Pansel;
b. TE;
c. TPI; dan
d. Tim Sekretariat.
(2) Pansel mempunyai tugas melakukan seleksi Calon Anggota
TE dan TPI.
(3) TE mempunyai tugas melakukan penilaian dan evaluasi
terhadap Proposal yang lolos Seleksi Administrasi serta
melakukan verifikasi dan observasi lapangan.
(4) TPI mempunyai tugas melakukan penilaian dalam tahap
presentasi dan wawancara, melakukan verifikasi dan
observasi lapangan, serta menentukan Inovasi yang
diberikan penghargaan.
(5) Tim Sekretariat mempunyai tugas memfasilitasi
keseluruhan tahapan Kompetisi dan melakukan Seleksi
Administrasi terhadap seluruh Proposal yang diajukan oleh
Peserta.
Pasal 5
Persyaratan Inovasi yang diikutsertakan dalam Kompetisi yaitu:
a. memenuhi seluruh kriteria Inovasi;
b. selaras dengan tema Kompetisi;
c. relevan dengan salah satu kategori Kompetisi;
d. diajukan secara daring dalam bentuk Proposal lengkap
melalui SINOVIK, disertai dokumen pendukung yang relevan;
256
-6-
Pasal 6
Kriteria Inovasi yang diikutsertakan dalam Kompetisi sebagai
berikut:
a. memiliki kebaruan, yaitu memperkenalkan gagasan yang
unik, pendekatan yang baru dalam penyelesaian masalah,
atau kebijakan dan desain pelaksanaan yang unik, atau
modifikasi dari inovasi pelayanan publik yang telah ada,
untuk penyelenggaraan pelayanan publik;
b. efektif, yaitu memperlihatkan capaian yang nyata dan
memberikan solusi dalam penyelesaian permasalahan;
c. bermanfaat, yaitu menyelesaikan permasalahan yang
menjadi kepentingan dan perhatian publik;
d. dapat ditransfer/direplikasi, yaitu dapat dan/atau telah
dicontoh dan/atau menjadi rujukan dan/atau diterapkan
oleh penyelenggara pelayanan publik lainnya;
e. berkelanjutan, yaitu mendapat jaminan terus dipertahankan
yang diperlihatkan dalam bentuk dukungan program dan
anggaran, tugas dan fungsi organisasi, serta hukum dan
perundang-undangan.
Pasal 7
Tema dan Kategori Kompetisi ditetapkan oleh Menteri setiap
tahun.
Pasal 8
Pada saat Peraturan ini mulai berlaku, Peraturan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor
5 Tahun 2019 tentang Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik di
Lingkungan Kementerian/Lembaga, Pemerintah Daerah, Badan
Usaha Milik Negara, dan Badan Usaha Milik Daerah (Berita
Negara Tahun 2019 Nomor 230), dicabut dan diyatakan tidak
berlaku.
257
INOVASI
PELAYANAN PUBLIK -7-
DI INDONESIA
Pasal 9
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
258
-8-
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 15 Maret 2021
ttd
TJAHJO KUMOLO
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 15 Maret 2021
DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd
WIDODO EKATJAHJANA
259
INOVASI
PELAYANAN PUBLIK
DI INDONESIA SALINAN
260
-2-
MEMUTUSKAN:
Menetapkan: PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR
NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI TENTANG
PEMBINAAN INOVASI PELAYANAN PUBLIK
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Pelayanan Publik adalah kegiatan atau rangkaian
kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa
dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh
penyelenggara pelayanan publik.
2. Penyelenggara Inovasi Pelayanan Publik yang selanjutnya
disebut Penyelenggara Inovasi adalah seluruh
kementerian/lembaga dan pemerintah daerah, serta
badan usaha milik negara dan badan usaha milik daerah
yang melaksanakan kewajiban Pelayanan Publik.
3. Pembina Pelayanan Publik adalah pimpinan
Penyelenggara Inovasi yang menyelenggarakan
261
INOVASI
PELAYANAN PUBLIK -3-
DI INDONESIA
Pasal 2
Pembinaan Inovasi bertujuan untuk:
a. meningkatkan kinerja Penyelenggara Inovasi; dan
b. memelihara kualitas Inovasi yang berkelanjutan.
Pasal 3
Pembinaan Inovasi dilakukan terhadap Inovasi berdasarkan
kriteria:
262
-4-
Pasal 4
(1) Pembinaan Inovasi diselenggarakan melalui kegiatan:
a. penciptaan;
b. pengembangan; dan
c. pelembagaan Inovasi.
(2) Penciptaan Inovasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a merupakan upaya menjaring dan menumbuhkan
pengetahuan, serta mengimplementasikan gagasan
Inovasi.
(3) Pengembangan Inovasi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf b merupakan upaya meningkatkan kualitas dan
menyebarluaskan Inovasi.
(4) Pelembagaan Inovasi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf c merupakan upaya penguatan Inovasi secara
berkelanjutan.
Pasal 5
(1) Pembinaan Inovasi melalui penciptaan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) dilakukan secara
nasional dan instansional dan/atau regional
(2) Pembinaan Inovasi melalui penciptaan secara nasional
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
paling sedikit melalui kegiatan:
263
INOVASI
PELAYANAN PUBLIK -5-
DI INDONESIA
Pasal 6
Pengembangan Inovasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
ayat (1) huruf b dilaksanakan untuk meningkatkan kualitas
Pelayanan Publik melalui penyebarluasan Inovasi.
Pasal 7
(1) Penyebarluasan Inovasi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 6 dilakukan melalui kegiatan:
a. adaptasi dan adopsi Inovasi; dan/atau
b. peningkatan dan perluasan cakupan (scaling up)
Inovasi.
(2) Penyebarluasan Inovasi melalui adaptasi dan adopsi
Inovasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
paling sedikit terdiri atas:
264
-6-
Pasal 8
(1) Pelembagaan Inovasi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4 ayat (1) huruf c dilaksanakan untuk
mewujudkan keberlanjutan Inovasi.
(2) Pelembagaan Inovasi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilaksanakan paling sedikit melalui kegiatan:
a. penguatan kebijakan melalui penyusunan kebijakan
sebagai dasar hukum penyelenggaraan Inovasi;
265
INOVASI
PELAYANAN PUBLIK -7-
DI INDONESIA
Pasal 9
(1) Pembinaan Inovasi secara nasional dilakukan oleh
Menteri.
(2) Pembinaan Inovasi secara instansional dan/atau
regional dilakukan oleh Pembina Pelayanan Publik.
(3) Pembinaan Inovasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan ayat (2) dapat bekerja sama dengan pihak lain sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 10
(1) Menteri dan Pembina Pelayanan Publik dapat
memberikan penghargaan kepada Penyelenggara Inovasi
di tingkat nasional dan/atau UPP di tingkat instansional
dan/atau regional.
(2) Penghargaan kepada Penyelenggara Inovasi di tingkat
nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan
oleh Menteri melalui penyelenggaraan KIPP dan/atau
kegiatan lainnya.
(3) Penghargaan kepada UPP di tingkat instansional
dan/atau regional sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diberikan oleh Pembina Pelayanan Publik melalui
penyelenggaraan kompetisi Inovasi atau sebutan lainnya
dalam lingkup instansional dan/atau regional.
(4) Selain kompetisi Inovasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (3), Pembina Pelayanan Publik dapat memberikan
266
-8-
Pasal 11
(1) Pemberian penghargaan kepada kementerian/lembaga
dan pemerintah daerah dilakukan sebagai bagian dari
capaian reformasi birokrasi pada masing-masing
kementerian/lembaga dan pemerintah daerah.
(2) Menteri merekomendasikan pemerintah daerah yang
menerima penghargaan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) kepada kementerian yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang keuangan untuk
mendapatkan alokasi dana insentif daerah sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) Menteri merekomendasikan badan usaha milik negara
dan badan usaha milik daerah kepada masing-masing
pembina instansi untuk mendapatkan penghargaan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Pasal 12
(1) Penghargaan dapat diberikan kepada aparatur sipil
negara dan pegawai badan usaha milik negara dan
badan usaha milik daerah secara perorangan dan/atau
tim yang menginisiasi penciptaan Inovasi yang terpilih
sebagai Inovasi terbaik di tingkat nasional.
(2) Penghargaan kepada aparatur sipil negara sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat diberikan dalam bentuk
kenaikan pangkat luar biasa dan/atau bentuk
penghargaan lainnya sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(3) Penghargaan kepada pegawai badan usaha milik negara
dan badan usaha milik daerah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dapat diberikan berdasarkan ketentuan
pada instansi masing-masing.
267
INOVASI
PELAYANAN PUBLIK -9-
DI INDONESIA
Pasal 13
(1) Menteri melakukan pemantauan dan evaluasi
pembinaan Inovasi secara berkala.
(2) Pemantauan dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Pasal 14
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku:
a. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Nomor 89 Tahun 2020 tentang
Penyelenggaraan Jaringan Inovasi Pelayanan Publik
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor
1590); dan
b. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Nomor 7 Tahun 2021 tentang
Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik di Lingkungan
Kementerian/Lembaga, Pemerintah Daerah, Badan
Usaha Milik Negara, dan Badan Usaha Milik Daerah
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor
196),
dinyatakan masih tetap berlaku sepanjang tidak
bertentangan dengan Peraturan Menteri ini.
Pasal 15
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku,
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Nomor 30 Tahun 2014 tentang
Pedoman Inovasi Pelayanan Publik (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 1715), dicabut
dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 16
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
268
- 10 -
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 31 Desember 2021
ttd
TJAHJO KUMOLO
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 31 Desember 2021
DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd
BENNY RIYANTO
269
INOVASI
PELAYANAN PUBLIK
DI INDONESIA
Tentang Penulis
Muhammad Imanuddin adalah seorang Pegawai
Negeri Sipil. Mengabdi di Kementerian PANRB
selama lebih dari 30 tahun. Saat ini menjabat sebagai
Staf Ahli Menteri PAN RB Bidang Politik dan Hukum
(Pembina Utama, Gol IV/e).
270