A. Anamnesis
1. Salam, Antiseptic, Basmalah, Introduction
2. Identitas (nama, usia, alamat, pekerjaan)
3. RPS:
a. Keluhan utama:
(nyeri dada) Chest discomfort/angina pectoris
Dyspnea=sesak
Edema
Palpitations=bedebar debar
Syncope=pingsan
b. Lokasi (dimana, menjalar ke lengan/tangan, dagu, punggung, atau menetap didada)
c. Onset & kronologi (sejak kapan?)
d. Kuantitas (mendadak, kapan dan durasi berapa lama)
e. Kualitas / Sifat (terus menerus atau intermitten, Di tekan, di remas, terbakar, seperti di ikat)
f. Pemberat (aktivitas berat/ringan, Sesak saat malam hari sehingga terbangun)
g. Peringan (istirahat, posisi miring?
h. Keluhan penyerta
Jantung berdebar-debar, sesak napas, batuk, berkeringat, rasa tentindih beban berat, rasa
tercekik, masuk angin
Mual, muntah, nyeri perut/ulu hati
Kejang, pusing, otot lemah /lumpuh, nyeri pada ekstremitas, edema (bengkak)
Pingsang, badan lemah/lelah
4. RPD: (hipertensi, DM)
5. RPK: (hipertensi, DM)
6. R Sosial Ekonomi: (merokok)
B. Pemfis
Berada di kanan pasien
Silahkan berbaring pada bed pemeriksaan dan membuka pakaian nya
7. Inspeksi
a. Leher:
Silahkan menoleh ke kiri
tampak distensi dan/ fluktuasi vena jugularis kanan
b. Thorax: Tampak denyut apekscordis pada ICS IV - V MCL Sinistra
8. Palpasi
a. Leher: teraba denyut A. Carotis kuat
b. Thorax: teraba denyut apekscordis pada ICS IV - V MCL Sinistra
9. Perkusi (Menentukan batas jantung)
a. Batas paru hepar: dari ICS II MCL Dextra ke bawah hingga terdengar perubahas suara (sonor)-
(redup) pada ICS VI MCL dextra
b. Kanan: 2 jari diatasnya-lateral(sonor)-medial (redup) pada ICS IV PSL dextra
c. Kiri: dari ICS II MCL Sinistra – ICS V – lateral (sonor)- medial (redup) pada ICS V MCL sinistra
d. Pinggang: ICS III lateral (sonor)- medial (redup) pada ICS III PSL sinistra
10. Auskultasi: (katup) + pegang nadi
a. Aorta di kanan sternum batas atas ICS II
b. Pulmonal di kiri sternum batas atas ICS II (proyeksi suara jantung 2/diastol)
c. Trikuspid di kiri sternum batas bawah ICS IV-V
d. Mitral di garis mid clavicula kiri ICS 5 (proyeksi suara jantung 1/sistol)
11. Kesimpulan terdengar suara S1 & S2 Tunggal, tidak ada bising, gallop, murmur,
12. Cuci tangan
C. JVP
Kondisi yang menyebabkan peningkatan v.jugular :
‐ Gagal jantung = pengisian ventrikel terhambat
‐ Tamponade
‐ Pneumothorak
1. Mengucapkan "Assalamu'alaikum Wa Rahmatullahi Wa Barakatuh"
2. Menggunakan cairan antiseptik
3. Mengucapkan "Bismillahirrahmanirrahim"
4. Perkenalkan diri
5. Tanya identitas pasien (nama, umur, alamat)
6. Ada yang bisa saya bantu?
7. Menjelaskan prosedur (baik, disini saya akan melakukan pemeriksaan JVP untuk melihat adakah
kelainan pada vena jugularis ibu untuk mengetahui aktivitas pada jantung ibu, apakah bersedia?
8. Mempersiapkan alat dan bahan, dan silahkan membuka baju dan setengah berbaring di atas bed dg
sudut 30 drjt
9. Menentukan posisi vena jugularis yang bagian kanan (dengan 2 jari kemudian ditarik)
(Lebih bagus pada v. Jugular interna di lateral m.SCM buka bagian bawah)
Inspeksi : ada tidaknya peningkatan v.jugular
Tentukan batas atas pulsasi v.jugular : menekan dan di urut ke bawah kemudian di lepas
10. Menentukan titik angulus sterni
11. Penggaris pertama diletakkan di titik tertinggi vena jugularis secara horizontal, Penggaris Kedua
diletakkan di titik angulus sterni secara vertikal
12. Mengukur jarak keduanya (upnormal >5cm)
13. Melaporkan dan mencatat hasil
14. Menyampaikan ke pasien
15. Apakah ada yang ditanyakan?
16. Penutup
D. PEMASANGAN EKG
1. Mengucapkan "Assalamu'alaikum Wa Rahmatullahi Wa Barakatuh"
2. Menggunakan cairan antiseptik
3. Mengucapkan "Bismillahirrahmanirrahim"
4. Perkenalkan diri
5. Tanya identitas pasien (nama, umur, alamat)
6. Ada yang bisa saya bantu?
7. Menjelaskan prosedur (baik, disini saya akan melakukan pemasangan EKG untuk mengetahui
aktivitas jantung ibu, mungkin ibu akan merasa tidak nyaman, apakah bersedia?)
8. Mempersiapkan alat dan bahan serta memakai handscoon dan berada di kanan pasien
Memastikan kecepatan perekaman dan kalibrasi (amplitudo 10, kecepatan 25)
9. Mempersiapkan pasien:
‐ suruh pasien melepas pakaian dan aksesoris yang mengandung besi, lalu berbaring di bed
‐ bersihkan dengan alkohol di area yang mau di tempel elektorda, elektroda beri jely
10. Pemasangan elektroda :
Ekstremitas:
Warna merah untuk tangan kanan
Warna kuning untuk tangan kiri
Warna hijau untuk kaki kiri
Warna hitam untuk kaki kanan
Dada:
Lead 1 warna merah di ICS 4 parasternal kanan
Lead 2 warna kuning di ICS 4 parasternal kiri
Lead 4 warna coklat di ICS 5 MCL kiri
Lead 3 warna hijau di antara lead 2 dan 4
Lead 5 warna hitam di ICS 5 anterior axila line ( samping lead 4)
Lead 6 warna ungu di ICS 5 mid axila line (samping lead 5)
11. Dilepas dan dibersihkan
12. Menyampaikan hasil
13. Apakah ada yang ditanyakan?
14. Penutup
Interpretasi :
SISTEM MUSKULOSKELETAL
PRINSIP DASAR ANAMNESA
KASUS: trauma dan kecelakaan
Saaat keaadaan emergency/tidak memungkinkan, untuk anamnesis menggunakan AMPLE(Allergy,
medication, past illnes, last meal, event/environment)
Keluhan (nyerii,deformitas, gangguan fungsi)
Mekanisme injury: posisi jatuhnya, kecepatan kendaraan, naik apa, apa duluan yang terkena
Untuk diagnosis muskulio: tipe fraktur (open/close), tipe apa dan lokasi
Terapi : farmakoresusitasi cairan , anti nyeri , supportif (vitamin)
Jahit luka, imobilisasi (pasang spalk)
NO ASPEK PENILAIAN
NO ASPEK PENILAIAN
‐
‐ Siku digerakkan secara pasif
‐ Evaluasi: tidak ada perubahan suhu, nyeri tekan, benjolan atau deformitas
10 MELAKUKAN PEMERIKSAAN PERGELANGAN TANGAN
INSPEKSI
‐ Silahkan duduk dengan rileks pak
‐ Bandingkan pergelangan tangan kiri dan kanan
‐ Evaluasi: apakah tampak simetris/tidak , adakah benjolan atau tidak ,
deformitas
‐ Kulit: perubahan warna, laserasi, ekimosis, tidak ada Atrofi otot
PALPASI
‐ Palpasi pergelangan tangan melihat adanya bengkak atau deformitas
‐ Ada tidaknya nyeri
‐ Pasien di gerakkan secara pasif
‐
11 MELAKUKAN PEMERIKSAAN PUNGGUNG
INSPEKSI
‐ Meminta pasien untuk berdiri membelakangi pemeriksa, kemudian menghadap
ke samping kanan dan kiri
‐ Evaluasi: apakah simetris, tidak ada kelainan lordosis(samping),
kifosis(samping), skoliosis(belakang)
‐ benjolan pada punggung, simetris atau tidak
6
‐ Apakah lumbal spine dari pasien lurus atau skoliosis atau lordosis atau kifosis
PALPASI
‐ Meminta pasien duduk dengan posisi relaks
‐ palpasi tulang belakang
‐ palpasi seluruh punggung
‐ evaluasi : apakah ada perubahan suhu, nyeri tekan, benjolan
12 MELAKUKAN PEMERIKSAAN PANGGUL
INSPEKSI
‐ pasien berdiri dengan lurus menghadap pemeriksa
‐ evaluasi : simetris/x, Apakah ada tanda dari atropi otot paha
Periksa adakah atropi,bekas luka dari otot gluteal
Perubahan warna,luka, deformitas, Laserasi, bruising, ecchymosis, edema,
Nodules, Scar
PALPASI
‐ Apakah terdapat nyeri
‐ Apakah terdapat benjolan
13 MELAKUKAN PEMERIKSAAN LUTUT
INSPEKSI
‐ Inspeksi pasien dari depan dan belakang ketika posisi berdiri, berjalan dan tidur
terlentang
‐ Evaluasi: tampak simetris, tidak ada Massa, Scar, Lesi, Tanda-tanda trauma
/operasi sebelumnya, Pembengkakan, eritema, atrofi otot, Dislokasi patella
PALPASI
‐ Meminta pasien berdiri dengan posisi relaks
‐ Apakah terdapat nyeri
‐ Apakah terdapat benjolan
14 MELAKUKAN PEMERIKSAAN ANKLE DAN KAKI
INSPEKSI
‐ Meminta pasien untuk duduk menghadap pemeriksa dengan posisi kaki
menggantung.
‐ Bandingkan kaki kiri dan kanan
Evaluasi: tampak simetris, benjolan, deformitas, Atrofi otot
‐ Kulit: perubahan warna, laserasi, ekimosis,
PALPASI
‐ Meminta pasien duduk dengan posisi relaks.
‐ Palpasi pergelangan tangan melihat adanya perubahan suhu, bengkak atau
deformitas, Ada tidaknya nyeri
15 PEMERIKSAAN GAIT
‐ Meminta pasien untuk berjalan beberapa langkah ke depan (1-2 m) membalik dan
kembali ketempat semula (normal, antalgic gait, spastic gait)
‐ Amati cara berjalan pasien dari samping,depan,dan belakang
‐ Memperhatikan dengan seksama kehalusan dan kesimetrisan langkah
(lambaian tangan, gerakan panggul, nilai lebar langkah dan cara berdiri
menggunakan masing- masing kaki)
‐ Evaluasi macam macam kelainan gait:
Antalgic gait : gaya bejalan dengan pola jalan pincang akibat nyeri pada salah
satu tungkai. Berjalan pincang, pasien bergerak lebih cepat pada sisi yang
sakit, dengan berkurangnya fase stance.
Spastic/scissor gait : gaya berjalan dengan kedua tungkai bawah bergerak
7
secara sirkumduksi.
Steppage gait : gaya berjalan dengan tungkai yang maju diangkat tinggi agar
jari kaki tidak tersentuh tanah akibat kelumpuhan kaki (drop foot).
Parkinsonian gait : gaya berjalan bungkuk, fleksi lutut dan paha disertai
langkah pendek-pendek.
Quadriceps Gait : gaya berjalan di mana penderita membantu ekstensi lutut
dengan memegang paha saat mid stance untuk mencegah fleksi lutut akibat
kelemahan M. Quadricpes otot quadriceps.
Wadling Gait : kelainan cara berjalan dimana langkah tubuh dengan gerakan
selang seling yang berlebihan disertai peninggian hip joint, berjalan seperti
bebek.
Trendelenburg Gait : condong ke arah lateral pada sisi dimana tubuh
bertumpu akibat kelemahan otot gluteus medius.
16 Sampaikan hasil pemeriksaan kepada pasien
17 Mengucapkan terima kasih dan “Jazakumullah Khairan Katsiran”
JAHIT LUKA
N
O ASPEK PENILAIAN
Vulnus appertum adalah luka robek merupakan luka terbuka yang terjadi kekerasan tumpul yang
kuat sehingga melampaui elastisitas kulit atau otot.
PEM FRAKTUR
1. Assalamualikum saya dr rizka, permisi menggunakan cairan antis
2. Saya mau melakukan tindakan berupa memasang bebat dan bidai pada bpk mungkin ada nyeri
9
sedikit mohon ditahan nggih
3. Buka dan bebaskan (buka lengan bajunya dgn digunting dll
4. Kontrol pendarahan jika ada pendarahan dihentikan dgn sedikit ditekan menggunakan gulungan
kasa,kaloada luka bisa dibersihkan terlebih dulu
5. Kontrol gss (gerakan sensasi sirkulasi) tes CRT (kurang dari 2 detik) jempolnya bisa diangkat,
tangannya bisa diangkat, pak merem jari yg saya pegang yg mana,
6. Siapkan alat
7. Jgn rubah posisi
8. Jgn masukan tulang yg keluar
9. Lakukan bebat bidai pada dua sendi terdekat
10. Yg bagian lunak/ empuk di kulit pasien
11. Isi bagian kosong dgn bahan lunak
12. Ikatan secukupnya
13. Jmlh ikatan secukupnya dari distal ke proksimal (jari ke lengan)
14. Tes GSS dan tes CRT lagi
15. Bidai tidak boleh berlebihan
10
SISTEM PSIKIATRI
ANAMNESIS PSIKIATRI
11
PENILAIAN DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
NO ASPEK PENILAIAN
Mengucapkan “Assalamualaikum Wa Rahmatullahi Wa
1 Barakatuh”
2 Menggunakan cairan antiseptic di tangan.
3 Mengucapkan “Bismillahirrahmanirrahim”
Menentukan Aksis I -> Diagnosis Klinik
tentang gangguan klinis dan gannguan perkembangan dan pembelajaran.
Merupakan kriteria diagnosis yang dikelompokkan berdasarkan gejala –
gejal klinik yang telah dibuktikan dalam pemeriksaan
a. Gangguan yang biasanya didiagnosis pada masa bayi, anak dan remaja
(kecuali retardasi mental yang didiagnosis pada aksis II)
b. Delirium, dimensia, amnesia dan gangguan kognitif lainnya
c. Gangguan mental organic
d. Gangguan akibat zat psikoaktif
e. Skizofrenia dan gangguan psikotik lainnya
f. Gangguan mood
g. Gangguan cemas menyeluruh
h. Gangguan smatoform
i. Gangguan factitious
j. Gangguan disosiatif
k. Gangguan makan
l. Gannguan tidur
m. Gangguan kontrol implus yang tidak dapat diklasifikasikan
n. Gangguan penyesuaian
4 o. Kondisi lain yang dapat menjadi fokus perhatian klinis
Menentukan Aksis II -> Gangguan Kepribadian dan Retardasi
Mental
pola perilaku yang menetap (kebiasaan, sifat) yang tampak adalah persepsi
tentang diri dan lingkungan (yang akan ditampilkan dalam pola interaksi
dengan orang lain)
a. F60 – F69 gangguan kepribadian dan perilaku masa dewasa
b. F60.0 gangguan kepribadian paranoid
c. F60.1 gangguan kepribadian schizoid
d. F60.2 gangguan kepribadian Antisosial
e. F60.3.31 gangguan kepribadian Ambang
f. F60.4 gangguan kepribadian histerionik
g. F60.5 gangguan kepribadian obsesif – kompulsif
h. F60.6 gangguan kepribadian menghindar
i. F60.7 gangguan kepribadian dependen
j. F60.8 gangguan kepribadian pasif – agresif
k. F60.9 gangguan kepribadian yang tidak ditentukan (YTT)
l. gangguan kepribadian skizoitipal
m. gangguan kepribadian narasistik
5 n. F70 – F79 Retardasi Mental
6 Menentukan Aksis III -> Penyakit Fisik
12
Penyakit atau kondisi fisik, khususnya yang perlu diperhatikanpada
tatalaksana atau menjadi penyebab munculnya gangguan
a. Penyakit infeksi dan parasit
b. Neoplasma
c. Penyakit endokrin, nutrisi, metabolik dan imunitas
d. Penyakit hematologi
e. Penyakit sistem saraf
f. Penyakit sistem sirkulasi
g. Penyakit sistem respirasi
h. Penyakit sistem pencernaan
i. Penyakit sistem kelamin dan saluran kemih
j. Komplikasi kehamilan, persalinan dan masa nifas
k. Penyakit kulit dan jaringan subkutan
l. Penyakit sistem muskuloskeletal dan jaringan ikat
m. Kelainan kongenital
n. Kondisi tertentu pada masa perinatal
o. Tanda, gejala dan penyakit tertentu
p. Cedera dan keracunan
13
PENILAIAN PEMERIKSAAN MMSE (Tidak boleh bilang baik, boleh tau)
NO ASPEK PENILAIAN
1 Mengucapkan “Assalamualaikum Wa Rahmatullahi Wa Barakatuh”
2 Menggunakan cairan antiseptic di tangan.
3 Mengucapkan “Bismillahirrahmanirrahim”
Inform consent terhadap pemeriksaan yang akan dilaksanakan
4 saya akan melakukan pemeriksaan dengan memberikan pertanyaan yang sederhana
namun bapak harus berupaya menjawab sebisanya, apakah bersedia?
Pemeriksaan dilakukan di ruang yang tenang
Bisa di ulang setelah 3 bulan
5 Mencatat nama pasien, jenis kelamin, tanggal lahir, tanggal pemeriksaan
6 Saya mulai ya!
Melakukan pemeriksaan MMSE secara berurutan
MAKSIMAL
NO PENILAIAN MMSE NILAI
NILAI
1 Orientasi
“bapak silahkan di jawab”
1 Tanggal
2 Hari
3 Bulan 5
4 Tahun
5 Musim
6 Ruangan (klinik, lantai ?)
7 Rumah Sakit
8 Kota 5
9 Propinsi
10 Negara
II Registrasi (Pasien diminta mengingat 3 kata)
“ bapak saya akan menyebutkan 3 buah kata benda silahkan bpk ulangi langsung
setelah saya selesai menyebutkan”
Bola
Melati 3
Kursi
III Atensi / Kalkulasi (Menilai perhitungan 100-7 atau ejaan terbalik
WAHYU)
“bpk saya punya sebuah kata bpk mohon ulangi ejaannya dari paling belakang”
100 – 7 Atau U 5
93 – 7 Atau Y
86 – 7 Atau H
79 – 7 Atau A
72 – 7 Atau W
IV Recall Memori (Mengingat kembali 11-13)
“pak coba sebutkan 3 buah benda yang saya sebutkan sebelumnya”
Bola 3
Melati
Kursi
14
V Bahasa (Perlihatkan 2 benda tersebut dan tanyakan namanya)
“bapak saya akan menunjukan 2 benda ke bpk silahkan bpk sebutkan masing
masingnya ya” bendanya”
Jam tangan 2
Pensil
Pengulangan (Pasien diminta untuk mengulangi kata tersebut )
VI “bapak saya akan mengucapkan 3 buah kata SAMBUNG begitu saya selesai bpk
langsung ucapkan ya”
Namun, Tanpa, Bila 1
VII Pengertian Verbal (Berikan kertas)
“pak saya akan mengucapkan beberapa kalimat bpk dengarkan lalu lakukan secara
berurutan setelah saya selesai”
Ambil kertas ini dengan tangan kanan 3
Lipatlah menjadi dua
Letakkan di lantai
VIII Membaca dan pengertian bahasa (Instruktur menuliskan dikertas dan
pasien diminta melakukannya)
“bapak saya akan menuliskan sebuah kalimat dg huruf kapital bpk baca dan ikuti
nggih pak”
Tutup mata anda 1
IX Menulis (Pasien diminta menuliskan kalimat lengkap)
“pak tolong buat kalimat lengkap kemudian tunjukan ke 1
kamera”
X Tiru gambar dibawah ini
“bapak saya akan membuat sebuah gambar yg kemudian
tolong bpk ingat2 dan tirukan dikertas bpk dan tunjukan yang
saya buat nggih”
1
15
Psikoterapi : terapi untuk psikis
Jenis: supportif boleh non psikiater, non psikolog), dinamik (dilakukan psikolog, psikiater), analisis
(psikolog, psikiater)
Fungsi :
menguatkan daya tahan mental ,
mengembangkan mekanisme baru
Mengembalikan keseimbangn adaptif
Jenis
Ventilasi /katarsis Membiarkan pasien mengeluarkan isi hatinya
“Apa yang bisa saya bantu ibu?” “bisa diceritakan”
Persuasi Dikasih penerangan tentang baik buruknya penyakit
“ketika seorang cemas dapat mempengaruhi sistem saraf otonom
sehingga dapat berpengaruh pada jantung , napas “
Sugesti Secara halus menanamkan pikiran atau membangkitkan kepercayaan
bahwa gejala hilang
“ “semua org mengalami dan semua org tetap berusaha yakin semua
bisa dilalui”
Penjaminan Pemberian komentar dengan penekanan yang telah dicapai pasien
kembali “selamat bapak selama ini sudah berhasil”
/reassurance
Cheklist
Assalamualaikum
Cairan antiseptik
Bismillah
Perkenalkan saya dokter xxxx yg bertugas siang ini
Dgn ibu siapa
Umur brp
Pendidikan terakhir
Ventilasi = apa yang bisa saya bantu? Bisa diceritakan?
5w 1h (apa, kapan, dimana, mengapa, siapa, bagaimana)
Rasa itu muncul ketika apa
Bagaimana cara ibu untuk mengurangi keluhannya
Sampai saat ini apa saja yang sudah ibu lakukan dengan keluhan tersebut
Persuasi (Dikasih penerangan tentang baik buruknya penyakit = “ketika seorang cemas
dapat mempengaruhi sistem saraf otonom sehingga dapat berpengaruh pada jantung , napas
“
Sugesti (Secara halus menanamkan pikiran atau membangkitkan kepercayaan bahwa gejala
hilang) = tidak hanya ibu yang mengalami keluhan yang sama tetapi bisa bangkit dan
menyelesaikannya, ibu tetap semangat”
16
Penjaminan (Pemberian komentar dengan penekanan yang telah dicapai pasien) = baik
bapak bapak sudah sampai pada titik ini dan bapak sudah berhasil saya yakin bapak bisa
melanjutkannya
17
CEKLIST ANAMNESA PENYAKIT THT
NO ASPEK PENILAIAN
18
19 Membuat kesepakatan dengan pasien (contracting)
20 Mengucapkan terima kasih dan “Jazakumullah Khairan Katsiran”
19
PEMERIKSAAN OTOSKOPI
1 Mengucapkan “Assalamualaikum Wa Rahmatullahi Wa Barakatuh”
2 Menggunakan cairan antiseptic di tangan.
3 Mengucapkan “Bismillahirrahmanirrahim”
4 Mempersilahkan pasien untuk duduk rileks:
Bersandar, tegak, kaki merapat menghadap ke depan dan pemeriksa juga duduk berhadapan
dengan posisi bersilangan.
5 Mempersiapkan speculum telinga yang sesuai telinga pasien, dan membersihkannya dengan kapas
alkohol
6 Pemeriksaan telinga luar (bergantian)
Telinga kanan : pasien berada di kanan pemeriksa, di minta untuk menoleh ke kiri (30 derajat)
Telinga kiri : pasien berada di kiri pemeriksa, di minta untuk menoleh ke kanan (30 derajat)
7 Lakukan pemeriksaan otoskopi
Telinga kanan : tangan kiri pemeriksa menarik daun telinga ke atas dan ke belakang secara
gentle, tangan kanan pemeriksa memegang otoskop
Telinga kiri : tangan kanan pemeriksa menarik daun telinga ke atas dan ke belakang secara
gentle, tangan kiri pemeriksa memegang otoskop
8 Lakukan penilaian :
Canalis akustikus : tanda-tanda peradangan (granulasi, furunkel, peradangan difus, atau jamur)
+/-
Korpus alienum : +/-
Serumen : + (cair, lunak, padat, atau keras) /-
Cairan pada liang telinga : + (serous, mukous, purulen, sanguis) / -
Membran timpani : terlihat/ tidak, bila terlihat
o Utuh, nilai :
Cone of light : +/-
Hiperemis : +/-
Bulging : +/-
Retraksi : +/-
o Perforasi, nilai :
Letaknya : sentral/ marginal/ subtotal/ total
20
Prinsip ekstraksi:
Hewan: dengan minyak karbogliserin, betadin, silokain spray
Ngambil: bulat=hook, binatang=jepit/spooling, pinset
Pemeriksaan Rinne
(Memeriksa hantaran tulang dan udara pada salah satu telinga)
Pemeriksaan Weber
(Membandingkan hantaran tulang telinga kiri dan kanan)
Pemeriksaan Schwabach
(Membandingkan hantaran tulang pemeriksa dengan orang yang diperiksa)
22
PEMERIKSAAN RONGGA MULUT
1. Mengucapkan “Assalamualaikum Wa Rahmatullahi Wa Barakatuh”
2. Menggunakan cairan antiseptic di tangan.
3. Mengucapkan “Bismillahirrahmanirrahim”
4. Mempersilahkan pasien untuk duduk rileks dan pemeriksa juga duduk berhadapan dengan
posisi bersilangan.
5. Pemeriksa menggunakan head light dengan benar dan memfokuskan ke mulut pasien
6. Meminta pasien untuk membuka mulut lebar-lebar, dengan tangan kiri tekan 2/3 posterior
lidah menggunakan tongue spatel
7. Lakukan inspeksi, nilai :
Mukosa bibir : normal (basah & kemerahan)/ Kebiruan
Mukosa bukal : normal/ hiperemis
Gigi : normal/ caries (tentukan letaknya)
Gusi : normal/ hiperemis/ Oedem
Lidah : ulkus +/-, pseudomembran +/-
Uvula : posisi ditengah/ deviasi, hiperemis +/-
Mukosa faring : hiperemis +/-, pseudomembran +/-, sekret +/-
Fossa tonsil :
Abses +/-
Mukosa tonsil hiperemis +/-
Pembesaran tonsila palatine + (tentukan T1-T4)/ -
Detritus +/-
Kripte melebar +/
*Interpretasi hasil : bila terdapat kelainan disebutkan dan gambarkan
8. Keluarkan tongue spatel secara hati-hati
9. Menyampaikan hasil pemeriksaan
10. Mengucapkan terima kasih dan “Jazakumullah Khairan Katsiran”
PEMERIKSAAN TRANSLUMINASI
1. Mengucapkan “Assalamualaikum Wa Rahmatullahi Wa Barakatuh”
2. Menggunakan cairan antiseptic di tangan.
3. Mengucapkan “Bismillahirrahmanirrahim”
4. Ruangan sedikit digelapkan
5. Mempersilahkan pasien untuk duduk rileks dan pemeriksa juga duduk berhadapan
dengan posisi bersilangan.
6. Pemeriksa memastikan senter yang digunakan memiliki sumber cahaya yang kuat dan
terfokus
7. Lakukan pemeriksaan Sinus Frontalis : Dengan tangan kanan arahkan sumber cahaya
di pangkal hidung dibawah alis, dan tangan kiri melindungi sumber cahaya. Perhatikan
bayangan kemerahan di dahi
23
*Interpretasi hasil : Bila sinus terisis cairan, bayangan kemerahan tersebut meredup atau
menghilang
8. Lakukan pemeriksaan Sinus Maksilaris : Minta pasien untuk sedikit menengadahkan
kepala dan membuka mulut lebar-lebar. Arahkan sumber cahaya di os zigomatikum ke
bawah. Perhatikan bayangan kemerahan di palatum durum.
*Interpretasi hasil : Bila sinus terisis cairan, bayangan kemerahan tersebut meredup atau
menghilang
9. Menyampaikan hasil pemeriksaan
10. Mengucapkan terima kasih dan “Jazakumullah Khairan Katsiran”
24
SISTEM KULIT DAN KELAMIN
ANAMNESIS KULIT KELAMIN
26
PEMERIKSAAN KOH
1. Salam 1. Antiseptik
2. Bismillah, perkenalkan saya......
3. Tanya identitas pasien (nama, umur, alamat)
4. Ada yang bisa saya bantu?
5. Baik, disini saya akan melakukan pemeriksaan KOH untuk menegakkan diagnosis penyakit
jamur kulit dengan ditemukannya bentukan hifa atau spora dibawah mikroskop pada sampel
kerokan kulit yang bermasalah.
6. Akan terasa sedikit tidak nyaman, apakah bersedia?
7. Baik jika bersedia, saya siapkan alat dan bahan terlebih dahulu
Alat dan bahannya :
Pakai handscoon terlebih dahulu
Kapas alcohol/aseton
Objek dan cover glass
Pinset
Scalpel dan bisturi no. 20
KOH 10% (untuk kulit) atau
KOH 20% (untuk kuku dan rambut)
Bunsen
Mikroskop
Pengambilan bahan kerokan bisa dari: Tepi kulit yang aktif, tepi sisi dalam vesikel, bagian
dalam atau dasar kuku/ lipatan kuku, disekitar rambut atau dengan mencabut rambut dari
basal rambut yang tidak mengkilap/ kusam.
Dermatofitosis → ditemukan
Hifa panjang, bersepta, bercabang 2 (dichotomi) dan double countour dengan spora berderet
diujung hifa atau pecahan ujung hifa (artrokonidia/ artrospra)
Pityriasis versicolar→ ditemukan
Hifa pendek seperti huruf 1, v, j dengan spora menggerombol disebut spaghetti and
meatball
Kandidiasis → ditemukan
Pseudohypha membentuk untaian sosis dengan 2 spora berbentuk angka 8 (budding yeast
cell) atau menggerombol (blastospora atau blastokonidia)
27
17. Sampaikan hasil pemeriksaan
18. Ada yang ditanyakan?
19. Penutup
PEMERIKSAAN GRAM
1. Salam 1. Antiseptik
2. Bismillah, perkenalkan saya......
3. Tanya identitas pasien (nama, umur, alamat)
4. Ada yang bisa saya bantu?
5. Baik, disini saya akan melakukan pemeriksaan KOH untuk menegakkan diagnosis penyakit
jamur kulit dengan ditemukannya bentukan hifa atau spora dibawah mikroskop pada sampel
kerokan kulit yang bermasalah.
6. Akan terasa sedikit tidak nyaman, apakah bersedia?
7. Baik jika bersedia, saya siapkan alat dan bahan terlebih dahulu
Alat dan bahannya :
Pakai handscoon terlebih dahulu
Kapas alcohol/aseton
Objek dan cover glass
Pinset
Scalpel dan bisturi no. 20
KOH 10% (untuk kulit) atau
KOH 20% (untuk kuku dan rambut)
Bunsen
Carbol
Lugol
Fuchsin/satranin
Alkohol 96%
Mikroskop
Pengambilan bahan kerokan bisa dari: Tepi kulit yang aktif, tepi sisi dalam vesikel, bagian
dalam atau dasar kuku/ lipatan kuku, disekitar rambut atau dengan mencabut rambut dari
basal rambut yang tidak mengkilap/ kusam.
INTERPRETASI
Macam bakteri :
29
30
ANAMNESIS PEMERIKSAAN FISIK PARU
1. Mengucapkan "Assalamualaikum Wa Rahmatullahi Wa Barakatuh"
2. Menggunakan cairan antiseptic di tangan.
3. Mengucapkan "Bismillahirrahmanirrahim"
4. Perkenalkan nama saya dokter Ferawati, dokter yang sedang berjaga pada hari ini
5. MENANYAKAN IDENTITAS PASIEN :
- Nama?
- Umur?
- alamat lengkap?
- Datang dengan keluhan apa pak?
6. Baik, disini saya akan melakukan pemeriksaan fisik paru untuk melihat apakah ada kelainan
pada paru bapak, mungkin ada rasa tidak nyaman karena nanti saya akan melakukan kontak
fisik dg bapak, apakah bapak bersedia?
7. Jika bersedia silahkan untuk membuka pakaian dan berbaring dengan posisi telentang
8. Pertama saya akan inspeksi dalam keadaan statis:
- Muka (edema)? mata (cunjunctiva anemis atau tidak)? bibir (sianosis atau tidak)?
- Posisi trakea normal/deviasi kiri / kanan?
- Perhatikan bentuk dada (adakah kelainan bentuk)
- Posisi dari iga-iga (mendatar atau tidak)
- Sternum dan klavikula (apakah ada kelaianan bentuk)
9. Lalu inspeksi dalam keadaan dinamis:
- Tentukan jenis pernapasan apakan ada pernapasan abnormal (Kusmaull, Cheyne Stokes
dll)
- Lalu saya menghitung frekuensi napas dalam 1 menit (N: 12-20x/mnt)
- Bandingkan pergerakan dinding dada kiri dengan kanan. Apakah sama / ada yang
tertinggal?
10. Selanjutnya saya akan lakukan Palpasi
11. Palpasi menggunakan 3 jari Apakah ada limfadenopati pada supra klavikularis dan leher
(cervical ant,post,deep)
12. Palpasi di trakea apakah normal, deviasi kekiri/deviasi kekanan.
13. Palpasi didada apakah ada emfisema subkutis (udara/gas yg terperangkap)
14. Selanjutnya saya akan menilai tactil fremitus pada hemitorak kiri dan kanan mulai dari bagian
atas ke bawah dengan menyilangkan tangan saya dan meletakkan dibagian sisi ulnar
15. Pak silahkan mendesis dengan menyebut 77 (tujuh tujuh).
16. Selanjutnya saya akan lakukan perkusi pada kedua hemithorax kiri dan kanan mulai dari
dinding toraks atas ke bawah
17. Lalu menentukan batas paru hepar pada linea mid klavikularis kanan (perubahan
suara perkusi dari sonor ke redup)
18. Perkusi menentukan batas paru jantung : kanan, kiri atas, kiri bawah
(TERGANTUNG KASUS)
31
19. Lalu Perkusi pada toraks anterior kiri sampai bawah (daerah lambung)adanya suara sonor-
timpani
20. Selanjutnya saya akan lakukan auskultasi untuk mendengarkan suara napas bronkial pada
daerah supra sternal, broncovesikuler pada korpus sterni dan vesikuler pada kedua hemithorax
kiri dan
kanan,
mulai dari
atas ke
bawah.
33
SISTEM OBGYN
ANAMNESA OBGYN
1 Mengucapkan "Assalamu'alaikum Wa Rahmatullahi Wa Barakatuh"
2 Menggunakan cairan antiseptik
3 Mengucapkan "Bismillahirrahmanirrahim"
4. Perkenalkan diri
5. Tanya identitas pasien (nama, umur, alamat, status pernikahan)
6. Ada yang bisa saya bantu?
7. ANAMNESIS :
1. Keluhan
2. Lokasi (di sebelah mana?)
3. Onset/kronologis (sejak kapan? Bisa diceritakan?)
4. Kuantitas (ringan/berat,seberapa sering?hilang timbul atau terus-menerus?)
5. Kualitas (rasanya seperti apa?)
6. Faktor memperberat
7. Faktor memperingan
8. Keluhan lain/gejala penyerta
9. RPD
10. RPO (obstetri) (jika pernah hamil, hamil sebelumnya bagaimana? Apakah pernah keguguran?
Normal atau sc? Kondisi bayi bagaimana?)
11. RPG (ginek) (haid teratur/tidak? HPHT)
12. RPK
13. Sosial ekonomi
14. Kebiasaan
15. Adakah hal yang terlewat?
8. PEMERIKSAAN FISIK
1. Baik ibu disini saya akan melakukan pemeriksaan pada bagian reproduksi ibu, mungkin ibu akan
merasa sedikit tidak nyaman, apakah ibu bersedia?
2. Alat dan bahan, sambil ibu suruh mengosongkan kandung kemih
3. Meminta pasien melepas celana dan berbaring di bed dengan posisi litotomi
4. Nyalakan lampu dan diarahkan ke arah genitalia
5. Cuci tangan dan hs
6. Aseptik
7. Sentuh paha sebelah dalam terlebih dahulu, sebelum menyentuh daerah genital ibu.
8. Inspeksi (Perhatikan pada bagian luar, apakah terdapat parut, lesi, inflamasi, pisahkan
labia majora dengan dua jari, memeriksa labia minora, klitoris, mulut uretra dan mulut
vagina)
9. Palpasi (labia minora. Apakah terdapat benjolan, cairan, ulkus dan fistula. Adakah nyeri)
10. INSPEKULO
Pasang spekulum cocor bebek
Bersihkan area dalam vagina
Periksa bagian dalam apakah terdapat kecurigaan kanker, tumor, atau luka
Lepas spekulum dan letakkan di larutan klorin
11. BIMANUAL (COLOK DUBUR UTK YANG BLM MENIKAH)
Pemeriksa dalam posisi berdiri
Beri jel pada jari telunjuk dan tengah
Tangan kiri berada di atas abdomen pasien
Masukkan kedua jari tangan yang sudah di beri jel ke dalam vagina
Nilai dinding vagina (apakah ada massa?)
Nilai porsio (apakah ada masa? Apakah ada nyeri goyang porsio?)
34
Nilai korpus uteri (adakah benjolan/massa?)
Nilai adneksa (adakah benjolan/massa? Adakah nyeri tekan?)
Nilai cavum doglas (adakah benjolan/massa?adakah cairan?)
Keluarkan jari pemeriksa
Bersihkan area vulva dengan kassa
Lepas sarung tangan buang ke larutan klorin
Cuci tangan
12. Meminta pemeriksa memakai celana kembali
13. Sampaikan hasil pemeriksaan
14. Jika diperlukan maka dilakukan pem penunjang
15. Beritahu jika ada kontrol/kunjungan selanjutnya
16. Penutup
35
Leopod IV: Menentukan berapa jauh masuknya janin ke pintu atas panggul (dilakukan bila usia
kehamilan > 36 minggu)
Posisikan kedua tawngan pada bawah perut membentuk huruf “v” rasakan apakah tangan bisa
bertemu ujungnya(konvergen) / tangan meluncur saja (divergen) biasanya 3/5
Mengisi partograf (mengukur penurunan kepala)
Dg menggunakan 5 jari dengan tepi di taro di atas simfisis (5/5,4/5,3/5, dll)
14. Auskultasi denyut jantung janin menggunakan fetoskop atau doppler (jika usia kehamilan > 16
minggu).
Harus tau posisi punggung, letakkan disekitar skapula bagian bawah, agak atas dari
sinfisis,
ambil alat fetoskop didengar dg telinga, mata melihat jam 1 mnit brp kali normalnya
138/menit (WHO).
Friedman brp denyut dlm 5 detik- istirahat-dengar lagi
15. Memakai HC dulu
16. PEMERIKSAAN LUAR SCR UMUM (inspeksi palpasi perkusi auskultasi) Vulva/perineum untuk
memeriksa adanya varises, kondiloma, edema, hemoroid, atau kelainan lainnya.
17. PEMERIKSAAN DALAM (melihat pembukaan dan penipisan) pakai handscoon
- sentuhkan punggung tangan kiri di paha dalam,
- 2 jari tangan kanan ditaro di dekat vulva bagian bawah, dengan jari tengah sedikit menekan baian
bawah, jari telunjuk colok ke dalam cari pembukaan saat HIS
menilai serviks(brp pembukaan dan penipisan)
apa yg ada di bawah (kepala, bokong, bahu, kaki) bila kepala bagimana turun nya
bagaimana luas panggul (luas, sempit, sedang)promontorium teraba apa tidak ,
coxcigeus teraba apa tidak, tulang linea innominate teraba ada tidak ,
posisi ubun2
18. Menentukan status inpartu dan kala (jika inpartu)
Diagnosis in partu (dalam persalinan)
1. His adekuat kontraksi rahim (bagaimana ibu merasakan tekanan, kesakitan)
dg di pegang pada rahim dan sedikit ditekan dg ujung jari / sedikit di bawah pusar, seberapa kuat dan
berapa lama
(normalnya: berlangsung 45-60 detik normalnya) – istirahat – 2 menit muncul lagi , dalam 10 menit
brp kali
Contoh : (4 x/ 10 menit lamanya 45 detik)
2. Diikuti penipisan dan pembukaan serviks bpr % (25,50,75) pelvic score
Fase Peembukaan
Laten :<3 cm
Aktif : (>3 cm) berlangsung selama 6-8 jam (per jam 1,2 cm)
Kalo primigravida lbih agak lama
36
Kala
1 mulai 0-10 cm (lengkap) dipantau dg partograf(friedman)/WHO
2. 10 – bayi lahir pengeluaran ( 2 jam)
3. ayi lahir- plasenta lahir (uri ½ jam )
4. after plasenta lahir - 2 jam
3. Bloody show, lendir
19. Mengucapkan terima kasih dan “Jazakumullah Khairan Katsiran”
TAMBAHAN INFO
KU
Status Obstetriluar
dalam
letak janinsitus (keberadaan letak janin sumbu panjang thdp panjang ibu) biasanya normalnya
membujur melintang,
habitus janin serba fleksi,
posisisumbu putar iu thdp putar janin ,plasentasi
PEMERIKSAAN SADARI
1. Mengucapkan “Assalamualaikum Wa Rahmatullahi Wa Barakatuh”
2. Menggunakan cairan antiseptic di tangan.
3. Mengucapkan “Bismillahirrahmanirrahim”
4. Selamat pagi ibu,
5. Perkenalkan saya dokter davin yang bertugas pada kali ini
6. Melakukan inform consent
7. Dengan ibu siapa?
Umur berapa ibu?
Alamatnya dimana ?
Pekerjaannya?
Apakah sudah menikah?
8. Baik ibu ada keluhan apa yang dapat saya bantu?
9. Deteksi dini kanker payudara dapat dilakukan sedini mungkin ibu, baik oleh dokter
ataupun secara mandiri.
jadi setelah ini saya akan melakukan pemeriksaan payudaran dan konseling sadari
sebagai upaya untuk deteksi dan identifikasi dini kanker payudara. Apakah ibu bersedia?
10. Memberikan informasi tentang pemeriksaan payudara akan dilakukan dan menjelaskan
bagaimana cara pemeriksaan payudara dan temuan yang mungkin.
Pemeriksaan yang akan saya lakukan dengan melihat pada posisi duduk atau berdiri, dan
dengan meraba pada posisi tidur terlentang. Temuan yang di evaluasi adalah terdapat
perubahan warna kulit, retraksi kulit, dan benjolan, menunjukkan adanya keadaan
abnormalitas pada payudara.
11. Pada saat melakukan pemeriksaan harus diingat untuk selalu mengajarkan cara melakukan
sadari.
12. Meminta pasien untuk duduk atau berdiri dan melepas pakaian sebatas perut.
37
13. 1. INSPEKSI
Pemeriksa berdiri didepan pasien. Melakukan Inspeksi kedua payudara, areola dan papilla
mammae pada keempat posisi yaitu: lengan berada di samping kiri kanan tubuh pasien, lengan lurus ke atas di atas
kepala, lengan berkacak pinggang dengan telapak tangan menekan panggul, tubuh membungkuk ke depan dengan
lengan lurus ke depan
38
e) permukaan (rata/berbenjol)
f) Batas (tegas/tidak)
g) Bentuk (regular, ireguler, melingkar/ seperti cakram)
h) Nyeri/tidak, teraba hangat/tidak (bila ada kemungkinan proses
inflamasi / infeksi seperti mastitis)
i) Fluktuasi Lakukan palpasi pada nodul yang dicurigai sebagai abses,
dengan menggunakan jari telunjuk dan jari tengah kanan pemeriksa.
Bila terdapat abses, akan terasa adanya fluktuasi.
39
15. Ulangi langkah tersebut untuk payudara sisi sebelahnya. Jika ada keraguan, ulangi tindakan
ini dengan posisi pasien duduk dan kedua lengan berada di samping tubuh.
16. Setelah selesai persilahkan pasien mengenakan kembali pakaian bagian atasnya sambil
pemeriksa mencuci tangan dengan air dan sabun dan mengeringkannya.
17. Jelaskan temuan kelainan jika ada, dan hal yang perlu dilakukan.
‐ Jika pemeriksaan sepenuhnya normal, hasil pemeriksaan normal dapat melakukan
pemeriksaan kembali, yaitu setiap tahun atau jika menemukan adanya perubahan
pada pemeriksaan payudara sendiri.
‐ Bila ada kelainan jelaskan dan sarankan pemeriksaan lanjutan. (mammografi, USG, FNAB)
18. Melakukan konseling dan tunjukkan kepada pasien cara melakukan pemeriksaan payudara
sendiri (SADARI) (lihat gambar).
Pemeriksaan Payudara dengan Berbaring (kiri) dan Pemeriksaan Payudara dengan Berdiri dan
sambil melihat kaca (tengah dan kanan)
19. Mengucapkan terima kasih dan “Jazakumullah Khairan Katsiran”
KONSELING KB
1. MENUNDA KEHAMILAN (prioritas IUD dan pil) implan , suntikan
2. MENGATUR KEHAMILAN(prioritas dengan IUD yg bagus antara 2-5 tahun)
3. MENGAKHIRI KESUBURAN (prioritas menggunakan kontrasepsi mantap/steril MOW/MOP)/ IUD
jika alasan agama
Kontrasepsi ideal MAREM
Mudah
Aman
Rasional
Efektif dan efisien
Murah
JENIS METODE KONTRASEPSI
1. KONTRASEPSI ALAMI (KALENDER/PANTANG BERKALA, COITUS INTERUPTUS(mengeluarkan
sperma di luar), MAL(amenore asi eksklusif/laktasi :
1. memberikan asi 6 bulan penuh
2. ibu belom haid bulanan pasca melahirkan
3. usia bayi dibawah 6 bulan ))
MASA subur itu 2 hari sebelum dan sesudah masa ovulasi (14 hari sblm masa haid akan datang)
2. KONTRASEPSI NON HORMONAL (KONDOM, SPERMICIDE, AKDR/IUD)
Ada yang kombinasi(esterogen dan progesteron), piL kb , nuva ring , )
40
3. KONTRASEPSI HORMONAL (PIL, SUNTIK, IMPLAN, LNG-IUS(mirena))
Kombinasi
Non kombinasi
Untuk ibu menyususi : hanya mengandung progestin karena esterogen bisa mengurangi produksi
asi , bisa pake implan , IUD hormonal
Suntik ada 2 : 1 bulan isi kombinasi, 3 bulan isi progesteron
4. KONTRASEPSI MANTAP
METODE KONTRASEPSI JANGKA PANJANG
Kontrasepsi yang metode penggunaaanya hanya 1x atau kurang dalam 1 bulan efektivitas yang
tinggi
Jenis Keunggulan Pilihan
Reversible Kesuburan dapt kembali Implan,
setelah KB dilepas Suntik 3 bulan,
LNG IUS,
AKDR
Non reversible Kesuburan sulit kembali MOW
setelah KB dilepas MOP
Kapan mulai kontrasepsi asal memastikan pasienn tidak hamil
1. tanya haid terakhir < 5 hari brrti dapat di mulai , jika haid >5 hari dan tes urin negatif maka dapat
dimulai dengan tambahan kontrasepsi pada 7 hari pertama
CHECK LIST : KONSELING KB
NO ASPEK PENILAIAN
Saya akan memberikan konseling agar ibu bapak dapat memilih metode kontrasepi
dengan baik sesuai keinginan ibu bapak , dan kondisi ibu. Kita harapkan ibu bapak puas
dengan alat yang digunakan dan memberikan efek perlindungan yg optimal. Apakah
bersedia?
6. Sebelumnya saya ingin bertanya status kesehatan ibu dan kondisi medis yang dimiliki
ibu?
41
NO ASPEK PENILAIAN
Adakah riwayat penyakit sebelumnya ? ht, stroke, ca mammae, merokok jangan beri
yang esterogen
Pakai rw obat2 an g? EPILEPsi dan obat tb paruklo ada jgn beri hormonal kombinasi
Apa ada perdarahan uterus abnormal?
7. Identifikasi kebutuhan kontrasepsi
8. Menanyakan tujuan berkontrasepsi dan bertanya apakah ibu sudah memikirkan pilihan
metode kontrasepsi tertentu.
Ibu ini menggunakan kontrasepsi tujuannya untuk apa ?
1. MENUNDA KEHAMILAN (prioritas IUD dan pil) implan , suntikan
2. MENGATUR KEHAMILAN(prioritas dengan IUD yg bagus antara 2-5 tahun)
3. MENGAKHIRI KESUBURAN (prioritas menggunakan kontrasepsi mantap/steril
MOW/MOP)/ IUD jika alasan agama
Kira2 sudah memikirkan memakai metode kontrasepsi apa?
Tanda bahaya :
Perdarahan yang banyak
Infeksi
9. Jelaskan informasi yang lengkap dan jelas tentang metode-metode kontrasepsi yang
mencakup Mekanisme, Efektivitas, Keuntungan dan Kerugian
Keuntungan Kerugian Efek
samping
Alami
(laktasi
amenore
Berier Mencegah Sering Iritasi
Vagina , penyakit bocor/tidak
kondom, seksual sempat
diafragm
a vagina
Alat Pemakaian Jangka
kontrase jangka lama pendek:
psi Pengembalian banyak
dalam kesuburan flek di uar
rahim cepat haid
(IUD)/AK Waktu kerja 5-
DR 6 tahun
Hormon Mungkin Sering lupa ada flek
al (injeksi lebih mudah Pengembali dan
1x/3x di gunakan an perdara
atau Kalau injeksi kesuburan han
oral) 3 bulan kita lebih lama banyak
tidak terlalu Bisa haid
berefek hanya
42
NO ASPEK PENILAIAN
44
Persiapan
1. ASSALAMUALAIKUM WR WB
2. Permisi saya pakai antiseptik
3. Perkenalkan saya dokter davin yang bertugas kali ini, disini saya akan melakukan
pemasangan implan dimana prosedur pemasangan sedikit tidak enak/nyaman apakah
bersedia ?
4. Saya persiapkan alat terlebih dahulu, dan cek obatnya
5. Silahkan berbaring dan lengan atas (lengan yang tidak aktif) ditempatkan diatas meja
penyangga, lengan atas membentuk sudut 300 terhadap bahu dan sendi siku 900
6. Lapisi dengan kain bersih di bawah lengan
7. Tentukan tempat pemasangan yang optimal, 8 cm (3 inci) diatas lipat siku dan reka posisi
kapsul dibawah kulit (subdermal).
8. Siapkan tempat peralatan dan bahan serta buka bungkus steril tanpa menyentuh
peralatan yang ada di dalamnya. Untuk Implan-2 Plus, kapsul sudah berada di dalam
trokar.
Tindakan sebelum pemasangan:
9. Cuci tangan dengan sabun dan air, keringkan dengan kain bersih.
10. Pakai sarung tangan steril atau DTT
11. Desinfeksi area yang akan di insersi yakni 8 cm dari siku bisa dibersihkan lagi dengan
alkohol
12. Pasang duk steril dan suntik anestesi lokal (lidokain)3 ml obat anestesi (lidocaine 1%
tanpa epinefrin). Suntikkan sedikit (0,3 cc) obat intrakutan, kemudian tanpa
memindahkan jarum, masukkan ke subdermal (Gambar 6-4). dorong jarum menelusuri
bawah kulit hingga 4 cm, kemudian tarik jarum sambil menyuntikkan anestesi pada
kedua jalur kapsul (masing-masing 1 ml) membentuk huruf V.
Pemasangan Kapsul
13. Biarkan selama 30 detik agar efek anestesi telah berlangsung dan sensasi nyeri hilang.
14. buat insisi dangkal tegak lurus secara subkutis hanya untuk sekedar menembus kulit.
Jangan membuat insisi yang panjang atau dalam.
15. Trokar harus dipegang dengan ujung yang tajam menghadap ke atas dengan posisi 450
(saat memasukkan ujung trokar) kemudian turunkan menjadi 300 saat memasuki lapisan
subdermal
16. Masukkan kapsul pertama kedalam trokar. Gunakan ibu jari dan telunjuk atau pinset atau
klem untuk mengambil kapsul dan memasukkan ke dalam trokar.
17. Dengan mengeluarkan sedikit implan sambil dorong dan tarik trokar hingga keluar lalu
18. Tanpa mengeluarkan seluruh trokar, putar ujung dari trokar ke arah lateral belokkan
sesuai suntikan
19. Dorong dan keluarkan implan sambil di pegang ujung implan
20. Sebelum mencabut trokar, raba kapsul untuk memastikan kedua kapsul telah terpasang.
21. Jika posisi setiap kapsul sudah dipastikan tepat keluarkan trokar pelan-pelan.
22. Tekan tempat insisi dengan jari menggunakan kasa selama 1 menit untuk menghentikan
perdarahan. Bersihkan tempat pemasangan dengan kasa antiseptik. Dan plester
23. lepas handscoon dan cuci tangan
24. edukasi pasien
Mungkin akan terdapat memar, bengkak atau sakit di daerah insisi selama beberapa hari.
Hal ini normal.
Jaga luka insisi tetap kering dan bersih selama paling sedikit 48 jam. Luka insisi dapat
mengalami infeksi bila basah saat mandi atau mencuci pakaian.
45
Jangan membuka pembalut tekan selama 48 jam dan biarkan band aid di tempatnya
sampai luka insisi sembuh (umumnya 3-5 hari).
Klien dapat segera bekerja secara rutin. Hindari benturan atau luka di daerah tersebut atau
menambahkan tekanan.
Setelah luka insisi sembuh, daerah tersebut dapat disentuh dan dibersihkan dengan
tekanan normal
Bila terdapat tanda-tanda infeksi seperti demam, daerah insisi kemerahan dan panas atau
sakit yang menetap selama beberapa hari, segera kembali ke klinik.
EKSTRAKSI
1. ASSALAMUALAIKUM WR WB
2. Permisi saya pakai antiseptik
3. Perkenalkan saya dokter davin yang bertugas kali ini, disini saya akan melakukan
pemasangan implan dimana prosedur pemasangan sedikit tidak enak/nyaman apakah
bersedia ?
4. Saya persiapkan alat terlebih dahulu, dan cek obatnya
5. Silahkan berbaring dengan lengan yang terpasang implan ditempatkan diatas meja
penyangga, lengan atas membentuk sudut 300 terhadap bahu dan sendi siku 900
6. Lapisi dengan kain bersih di bawah lengan
7. Raba terlebih dahulu letak implan
8. Cuci tangan dengan sabun dan air, keringkan dengan kain bersih.
9. Pakai sarung tangan steril atau DTT
10. Desinfeksi area yang akan di insersi lalu dibersihkan lagi dengan alkohol
11. Pasang duk steril dan suntik anestesi lokal (lidokain)3 ml obat anestesi (lidocaine 1%
tanpa epinefrin). Suntikkan sedikit (0,3 cc) obat intrakutan, kemudian tanpa
memindahkan jarum, masukkan ke subdermal dorong jarum menelusuri bawah kulit
hingga 4 cm, kemudian tarik jarum sambil menyuntikkan anestesi pada kedua jalur
kapsul
12. Biarkan selama 30 detik agar efek anestesi bekerja
13. Ambil insisi paling dekat dengan ujung bawah
14. Ambil implan menggunakan pinset
15. Tekan tempat insisi dengan jari menggunakan kasa selama 1 menit untuk menghentikan
perdarahan. Bersihkan tempat pemasangan dengan kasa antiseptik. Dan plester
16. lepas handscoon dan cuci tangan
INSERSI & EKSTRAKSI AKDR/IUD
INSERSI
1. Assalamualaikum Wa Rahmatullahi Wa Barakatuh
2. Antiseptic
3. Bismillahirrahmanirrahim
4. Menyapa & Memperkenalkan diri
5. Inform consent “ibu ini adalah alat KB IUD nanti dipasang di dalam Rahim melalui vagina
sehingga ibu bisa merasa kurang nyaman atau sakit, namun saya akan berusaha
meminimalisir keluhan tersebut”
6. Alat dan bahan, pastikan IUD tersegel dan perhatikan tanggal kadaluarsa
7. Melepaskan celana dan berbaring di meja periksa dengan posisi litotomi
8. Mencuci tangan dan menggunakan sarung tangan
46
9. Pemeriksaan bimanual “permisi ya bu, saya akan melakukan pemeriksaan dalam”
-Dengan tangan kanan pada vagina dan tangan kiri menekan perut.
-tidak ada tanda2 infeksi di vagina, serviks teraba licin, dan uterus tidak teraba adanya massa
10. Lepas sarung tangan
11. Buka pembungkus IUD sampai dengan setengahnya dan lipat kebelakang.
12. Masukkan pendorong kedalam tabing inserter.
13. Letakkan kemasan IUD di atas permukaan yang datar, keras dan bersih
14. Dengan teknik steril, lipat IUD dan masukkan ke dalam tabung inserter.
48
16.Palpasi abdomen, menggunakan maneuver leopold I – IV
Leopold I: Menentukan tinggi fundus uteri dan menentukan bagian janin yang terletak di fundus uteri
dengan menaro telapak tangan (dilakukan sejak awal trimester I)(kepalabila digerakkan badan
tidak gerak, bokong)
Leopold II: Menentukan bagian janin pada sisi kiri dan kanan ibu (dilakukan mulai akhir trimester
II)
Leopold III: Menentukan bagian janin yang terletak di bawah uterus (dilakukan mula akhir trimester
III) dengan tangan kiri meraba fundus uteri, tangan kanan meraba daerah simpisis
Posisi kita dibalik menghadap kaki ibu
Leopod IV: Menentukan berapa jauh masuknya janin ke pintu atas panggul (dilakukan bila usia
kehamilan > 36 minggu)
Posisikan kedua tawngan pada bawah perut membentuk huruf “v” rasakan apakah tangan bisa
bertemu ujungnya(konvergen) / tangan meluncur saja (divergen) biasanya 3/5
Mengisi partograf (mengukur penurunan kepala)
Dg menggunakan 5 jari dengan tepi di taro di atas simfisis (5/5,4/5,3/5, dll)
17.Auskultasi denyut jantung janin menggunakan fetoskop atau doppler (jika usia kehamilan >
16 minggu).
Harus tau posisi punggung, letakkan disekitar skapula bagian bawah, agak atas dari
sinfisis,
ambil alat fetoskop didengar dg telinga, mata melihat jam 1 mnit brp kali
normalnya 138/menit (WHO).
Friedman brp denyut dlm 5 detik- istirahat-dengar lagi
18.Menentukan status inpartu dan kala (jika inpartu)
Diagnosis in partu (dalam persalinan)
His adekuat kontraksi rahim (bagaimana ibu merasakan tekanan, kesakitan)
dg di pegang pada rahim dan sedikit ditekan dg ujung jari / sedikit di bawah pusar,
seberapa kuat dan berapa lama
(normalnya: berlangsung 45-60 detik normalnya) – istirahat – 2 menit muncul lagi ,
dalam 10 menit brp kali
Contoh : (4 x/ 10 menit lamanya 45 detik)
Diikuti penipisan dan pembukaan serviks bpr % (25,50,75) pelvic score
Fase Peembukaan
Laten :<3 cm
Aktif : (>3 cm) berlangsung selama 6-8 jam (per jam 1,2 cm)
Kalo primigravida lbih agak lama
Kala
1 mulai 0-10 cm (lengkap) dipantau dg partograf(friedman)/WHO
2. 10 – bayi lahir pengeluaran ( 2 jam)
49
3. ayi lahir- plasenta lahir (uri ½ jam )
4. after plasenta lahir - 2 jam
Bloody show, lendir
19.Mengucapkan terima kasih dan “Jazakumullah Khairan Katsiran”
TAMBAHAN INFO
KU
Status Obstetriluar
dalam(
letak janinsitus(keberadaan letak janin sumbu panjang thdp panjang ibu) biasanya normalnya
membujur melintang, habitus janin serba fleksi, posisisumbu putar iu thdp putar janin ,plasentasi
50
1. Memastikan kelengkapan alat dan bahan
Spuit, cek oksitosin dan tanggal kadaluarsa dan APD lengkap (topi, kacamata, masker, celemek,
sepatu)
2. Mencuci tangan dan memakai sarung tangan steril
3. Siapkan spuit berisi oksitosin
4. Untuk memastikan ibu sudah masuk kala 2 lihat Pada saat ibu merasa adanya DORAN
TEKNUS PERJOL VULKA Ibu diposisikan litotomi dan dilakukan pemeriksaan dalam dan
didapatkan pembukaan servix 10cm (lengkap) DORAN=dorongan untuk meneran
TEKNUS=penonjolan tekanan pada anus
PERJOL=perineum menonjol
VULKA=vulva membuka
5. Pasang handuk bersih untuk mengeringkan bayi pada perut ibu
6. Mengambil kain bersih untk meletakkan di bawah bokong ibu
7. Kemudian ibu dipimpin mengejan bersamaan dengan adanya HIS
8. Pada saat kepala bayi membuka vulva sebesar 5 cm, boleh dilakukan /tidak perasat
episiotomy (tergantung kondisi perineum)
9. Kemudian tangan kiri penolong diletakkan diatas simphisis guna mengatur defleksi kepala,
tangan yang kanan menahan perineum guna mencegah robekan perineum yang luas.
10. Kemudian bersamaan HIS ibu dipimpin mengejan
11. Kemudian lahirlah berturut turut dengan oksiput sebagai hipomochlion, UUB, UUK, dahi,
muka, dagu dan akhirnya seluruh kepala
12. Kemudian diperiksa ada tidaknya lilitan tali pusat pada kepala bayi. Bila terdapat lilitan,
kemudian diregangkan dan dilepaskan, dengan cara menarik dan meregangkan tali pusat
dari arah belakang leher bayi bila tidak dapat dilepaskan, maka tali pusat diklem di dua
tempat , lalu dipotong
13. Kemudian ditunggu kepala bayi melakukan putar paksi luar spontan,bila tidak melakukan
putar paksi luar, maka kepala bayi dibantu diputar kearah dada bayi.
14. Kemudian kepala bayi dipegang secara biparietal.
15. Kemudian dilakukan tarikan curam kebawah hingga Nampak bahu depan di bawah simpisis.
16. Kemudian dilakukan tarikan elevasi ke atas hingga bahu belakang lahir.
17. Kemudian dilakukan tarikan mendatar sambil salah satu tangan penolong
memegang/menyanggah kepala, sembari tangan yang lain menelusuri punggung, bokong,
paha, betis sampai kedua mata kaki. Lalu dipegang kedua mata kaki tersebut
18. Akhirnya lahirlah bayi
19. Lakukan penilaian awal pada bayi(bayi menangis kuat, kemerahan dan aktif)
20. Kemudian bayi diletakkan di perut ibu untuk dibersihkan dengan handuk
21. Kemudian dilakukan pemotongan tali pusat 2 cm dari umbilicus bayi dengan cara diklem di
2 tempat pada klem ke 2 sebelumnya dilakukan pengurutan tali pusat kearah ibu lalu diklem
kemudian dipotong
22. Kemudian bayi dirawat oleh asisten
23. Kemudian melakukan manajemen aktif kala Kemudian melakukan manajemen aktif kala III
51
1. Mengucapkan “Assalamualaikum Wa Rahmatullahi Wa Barakatuh”
2. Menggunakan cairan antiseptic di tangan.
3. Mengucapkan “Bismillahirrahmanirrahim”
4. Memanggil/menyapa pasien dengan sebutan yang dirasa pantas.
5. Memperkenalkan diri dan menjelaskan tugas/perannya.
6. Melakukan inform consent
7. Beritahu ibu bahwa penolong akan menyuntikkan oksitosin untuk membantu uterus
berkontraksi dengan baik.
8. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, berikan suntikan oksitosin 10 unit IM di sepertiga
paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikan oksitosin).
9. Jepit tali pusat menggunakan klem, 2 menit setelah bayi lahir, kira-kira 3 cm dari pusat bayi.
Melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem ke arah ibu dan memasang klem kedua 2
cm dari klem pertama (ke arah ibu).
10. Pegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari gunting dan memotong tali pusat
di antara dua klem tersebut.
11. Ikat tali pusat dengan benang DTT/steril pada satu sisi kemudian lingkarkan kembali benang
ke sisi berlawanan dan lakukan ikatan kedua menggunakan simpul kunci
12. Lepaskan klem dan masukkan ke dalam larutan klorin 0.5%
13. Tempatkan bayi dalam posisi tengkurap di dada ibu, luruskan bahu bayi agar menempel
dengan baik di dinding dada-perut ibu. Usahakan posisi bayi berada diantara payudara ibu
dengan posisi lebih rendah dari putting payudara ibu.
14. Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan kering dan pasang topi pada kepala bayi.
15. Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva.
16. Letakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu, di tepi atas simfisis dan tegangkan tali pusat
dan klem dengan tangan yang lain.
17. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah, sementara tangan yang lain
menekan uterus dengan hati-hati ke arah dorsokranial.
18. Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta keluarga untuk menstimulasi puting susu.
19. Melahirkan plasenta
20. Lakukan penegangan tali pusat terkendali sambil menahan uterus ke arah dorsokranial hingga
plasenta terlepas, lalu meminta ibu meneran sambil menarik plasenta dengan arah sejajar
lantai dan kemudian ke arah atas, mengikuti poros jalan lahir dengan tetap melakukan tekanan
dorsokranial.
21. Setelah plasenta tampak pada introitus vagina, teruskan melahirkan plasenta dengan hati-hati
dengan kedua tangan.
22. Segera setelah plasenta lahir, melakukan masase pada fundus uteri dengan cara mengusap
fundus uteri secara sirkuler hingga kontraksi uterus baik (fundus teraba keras).
23. Periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta untuk memastikan bahwa seluruh selaput
ketuban lengkap dan utuh.
24. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Lakukan penjahitan bila laserasi
menyebabkan perdarahan aktif.
25. Nilai ulang uterus dan memastikan kontraksi baik dan tidak terdapat perdarahan per vaginam.
26. Mulai IMD dengan memberi cukup waktu untuk melakukan kontak kulit ibu- bayi (di dada
ibu minimal 1 jam):
27. Biarkan bati mencari dan menemukan puting dan mulai menyusu.
28. Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi menyusu dini dalam waktu 60-90 menit.
Menyusu pertama biasanya berlangsung pada menit 45-60, dan berlangsung 10-20 menit.
Bayi cukup menyusu dari satu payudara.
52
29. Tunda semua asuhan bayi baru lahir normal lainnya dan biarkan bayi berada di dada ibu
selama 1 jam walaupun bayi sudah berhasil menyusu.
30. Bila bayi harus dipindah dari kamar bersalin sebelum 1 jam, usahakan ibu dan bayi dipindah
bersama-sama dengan mempertahankan kontak kulit ibu-bayi.
31. Jika bayi belum menemukan putting ibu-IMD dalam waktu 1 jam, posisikan bayi lebih dekat
dengan putting ibu dan biarkan kontak kulit dengan kulit selama 30- 60 menit berikutnya.
32. Jika bayi masih belum melakukan IMD dalam waktu 2 jam,pindahkan ibu ke ruang pemulihan
dengan bayi tetap berada didada ibu. Lanjutkan asuhan neonatal esensial lainnya
(menimbang,pemberian vitamin K, salep mata) dan kemudian kembalikan bayi kepada ibunya
untuk menyusu.
33. Kenakan pakaian pada bayi atau tetap selimuti untuk menjaga kehangatannya.
34. Setelah IMD selesai:
35. Timbang dan ukur bayi
36. Beri bayi tetes mata antibiotika profilaksis
37. Suntik vitamin K1 1 mg di paha kiri anterolateral bayi
38. Pastikan suhu tubuh normal (36.5-37.5oC)
39. Berikan gelang pengenal pada bayi
40. Lakukan pemeriksaan cacat bawaan dan tanda-tanda bahaya pada bayi
41. Satu jam setelah pemberian vitamin K1, berikan suntikan imunisasi hepatitis B di paha kanan
anterolateral bayi.
42. .Lanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah pendarahan per vaginam, dan lakukan
penilaian luka episiotomi (jika ada):
43. Robekan tingkat I mengenai mukosa vagina dan jaringan ikat, tidak perlu dilakukan
penjahitan
44. Jika robekan perineum derajat II:
45. Siapkan alat dan bahan.
46. Pastikan pasien tidak memiliki alergi terhadap lignokain atau obat-obatan sejenis
47. Suntikan 10 ml lignokain 0.5% di bawah mukosa vagina, di bawah kulit perineum dan pada
otot-otot perineum. Masukan jarum pada ujung laserasi dorong masuk sepanjang luka
mengikuti garis tempat jarum jahitnya akan masuk atau keluar.
48. Tunggu 2 menit. Kemudian area dengan forsep hingga painesien tidak merasakan nyeri.
49. .Jahit mukosa vagina secara jelujur dengan benang 2-0, lihat ke dalam luka untuk
mengetahui letak ototnya. (penting untuk menjahit otot ke otot agar tidak ada rongga di
dalamnya.)
50. .Carilah lapisan subkutis persis dibawah lapisan kulit, lanjutkan dengan jahitan
subkutikuler kembali keatas vagina, akhiri dengan simpul mati pada bagian dalam vagina.
51. .Potong kedua ujung benang dan hanya sisakan masing-masing 1cm.
52. .Jika robekan cukup luas dan dalam, lakukan colok dubur dan pastikan tidak ada bagian
rektum terjahit.
53. .Mengucapkan terima kasih dan “Jazakumullah Khairan Katsiran”
53
6. Melakukan inform consent
7. Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus da menilai kontraksi, mewaspadai
tanda bahaya ibu, serta kapan harus memanggil bantuan medis
8. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah. Jika diperlukan, lakukan kompresi
bimanual interna:
9. Berikan dukungan emosional.
10. Lakukan tindakan pencegahan infeksi.
11. Kosongkan kandung kemih.
12. Pastikan plasenta lahir lengkap.
13. Pastikan perdarahan karena atonia uteri.
14. Segera lakukan kompresi bimanual internal selama 5 menit.
15. Masukkan tangan dalam posisi obstetri ke dalam lumen vagina, ubah menjadi kepalan,
dan letakan dataran punggung jari telunjuk hingga jari kelingking pada forniks anterior
dan dorong segmen bawah uterus ke kranio-anterior.
16. Upayakan tangan bagian luar mencakup bagian belakang korpus uteri sebanyak
mungkin.
17. Lakukan kompresi uterus dengan mendekatkan kepalan tangan dalam dan tangan luar
sedekat mungkin.
18. Tetap berikan tekanan sampai perdarahan berhenti dan uterus kembali berkontraksi.
19. Jika uterus sudah mulai berkontraksi, pertahankan posisi tersebut hingga uterus
berkontraksi dengan baik. Dan secara perlahan lepaskan kedua tangan, lanjutkan
pemantauan secara ketat.
20. Jika uterus tidak berkontraksi setelah 5 menit, lakukan kompresi bimanual eksternal
oleh asisten/ anggota keluarga.
21. Teka dinding belakang uterus dan korpus uteri diantara genggaman ibu jari dan
keempat jari lain, serta dinding depan uterus dengan kepalan tangan yang lain.
22. Sementara itu:
23. Berikan ergometrin 0.2 mg IV
24. Infus 20 unit oksitosin dalam 1 L NaCl/ Ringer laktat IV 60 tetes/menit dan metil
ergometrin 0,4 mg.
25. Periksa tekanan darah, nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam
pertama pasca persalinan dan setiap 30 Menit selama jam kedua pasca persalinan.
26. Periksa kembali kondisi bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas dengan baik serta
suhu tubuh normal (tunda proses memandikan hingga 24 jam setelah suhu stabil).
27. Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi
(10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah didekontaminasi.
28. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai.
29. Bersihkan ibu dengan menggunakan air DDT. Bersihkan sisa cairan ketuban, lendir dan
darah. Bantu ibu memakai pakaian bersih dan kering.
30. Pastikan ibu merasa nyaman dan beritahu keluarga untuk membantu apabila ibu ingin
minum.
31. Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5%.
54
32. Bersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 0,5%, lepaskan sarung tangan dalam
keadaan terbalik dan rendam dalam larutan klorin 0,5%.
33. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
34. Lengkapi partograf.
Mengucapkan terima kasih dan “Jazakumullah Khairan Katsiran”
55
CEKLIST ANAMNESA PENYAKIT HEMATOLOGI
• Anemia defisiensi besi • Anemia aplastik
Anamnesis Gejala Anemia menyebabkan fatig, dispnea
Riwayat (obat2 an , diet, dan jantung berdebar-debar.
perdarahan , parasit, nafsu Trombositopenia menyebabkan
makan, kondisi medis lain)
mudah memar dan perdarahan
Pem fisik Pucat Di lihat dari
conjungtiva palperbra mukosa. Neutropenia meningkatkan
inferior kerentanan terhadap infeksi. Pasien
Sumber perdarahan : juga mungkin mengeluh sakit kepala
√ Melena : BAB hitam dan demam
gelap(sal cerna
bawah)
√ Hematoscezia : BAB
merah segar (sal
cerna atas)
√ Hematuria : urin
berdarah
• Anemia hemolitik • Leukemia akut
TIPE HANGAT
Gejala:
anemia
ikterus
demam dapat juga disertai nyeri abdomen
dan anemia berat
Urin berwarna gelap
-->hemoglobin uri
Hb <7 DAT/COMB TES + ig G +
TIPE DINGIN Sekunder -->
Klinis :
aglutinasi pada suhu dingin
anemia ringan hb 9-12
akrosianosi dan splenomegali
HDT : Sferositosis
polikromatosis
Comb tes +
ANEMIA HEMOLITIK KARENA
TRANSFUSI
Gejala: sesak napas, demam, nyeri pinggang,
menggigil, mual , muntah dan syok
56
retikuloendotel akibat adanya
autoantibodi terhadap trombosit yang
biasanya berasal dari Immunoglubolin
G. Kata trombositopenia menunjukkan
bahwa terdapat angka trombosit yang
rendah, sedandkan kata purpura
berasal dari suatu deskripsi akan kulit
yang berwama lebam karena symptom
penyakit ini, warna ungu pada kulit ini
disebebkan oleh merembesnya darah
dibawah kulit.
ANAMNESIS
Adakah perdarahan?
Sudah berapa lama?
Riwayat pemakaian obat obatan?
• Limfoma maligna •
NO ASPEK PENILAIAN
CHECK LIST :
INJEKSI INTRAMUSKULAR
INJEKSI SUBKUTAN
NO ASPEK PENILAIAN NILAI
0 1 2 3
1 Mengucapkan “Assalamualaikum Wa Rahmatullahi Wa Barakatuh”
2 Antiseptik/cuci tangan 7 angkah + handscoon
3 Mengucapkan “Bismillahirrahmanirrahim”
4 Memberikan inform consent dan penjelasan teknik injeksi
subkutan
5 Mempersiapkan alat dan bahan
6 Meminta pasien membuka pakaian seperlunya
7 Memilih lokasi injeksi dengan benar
a. Regio Deltoid (3 jari dibawah bahu)
b. Regio Femur Anterior (vastus lateralis)
c. Regio gluteus
8 Desinfeksi lokasi injeksi dengan benar
9 Mencubit kulit
10 Memegang spuit dan menginsersikan jarum (sudut insersi
jarum terhadap permukaan kulit 45⁰)
11 Melakukan aspirasi (cek ujung jarum masuk vena atau tidak)
12 Melakukan injeksi setelah itu masase area injeksi
13 Melakukan kontrol perdarahan
14 Melakukan observasi pasca injeksi
15 Mengucapkan terima kasih dan “Jazakumullah Khairan
59
Katsiran”
60
INJEKSI INTRAKUTAN
NO ASPEK PENILAIAN NILAI
0 1 2 3
1 Mengucapkan “Assalamualaikum Wa Rahmatullahi Wa Barakatuh”
2 Antiseptik/cuci tangan 7 angkah + handscoon
3 Mengucapkan “Bismillahirrahmanirrahim”
4 Memberikan inform consent dan penjelasan teknik injeksi
intrakutan
5 Mempersiapkan alat dan bahan
6 Meminta pasien membuka pakaian seperlunya
7 Memilih lokasi injeksi dengan benar
a. Bagian medial dari Regio Antebrachii
8 Desinfeksi lokasi injeksi dengan benar
9 Meregangkan dan memfiksasi kulit
10 Memegang spuit dan Menginsersikan jarum (sudut insersi
jarum terhadap permukaan kulit 10-15⁰)
11 Melakukan injeksi sampai terjadi indurasi kulit
12 Melakukan kontrol perdarahan
13 Melakukan observasi pasca injeksi
14 Mengidentifikasi reaksi yang diharapkan muncul
15 Mengucapkan terima kasih dan “Jazakumullah Khairan
Katsiran”
61
INJEKSI INTRAVENA
NO ASPEK PENILAIAN NILAI
0 1 2 3
1 Mengucapkan “Assalamualaikum Wa Rahmatullahi Wa Barakatuh”
2 Antiseptik/cuci tangan 7 angkah + handscoon
3 Mengucapkan “Bismillahirrahmanirrahim”
4 Memberikan inform consent dan penjelasan teknik injeksi IV
5 Mempersiapkan alat dan bahan
6 Meminta pasien membuka pakaian seperlunya
7 Mengidentifikasi vena lokasi injeksi
8 Memasang torniket dengan benar + MEMINTA PASIEN MELAKUKAN
GERAKAN MENGEPAL MELEPAS
9 Desinfeksi lokasi injeksi dengan benar v. Mediana cubiti
10 Memegang spuit dan menginsersikan jarum (sudut insersi
jarum terhadap permukaan kulit)
11 Mengecek ujung jarum masuk vena atau tidak (darah tampak
mengalir ke dalam spuit)
12 Melepas torniket setelah darah tampak mengalir ke dalam
spuit
13 Melakukan injeksi perlahan-lahan
14 Melakukan kontrol perdarahan dan Memasang plester
15 Melakukan observasi pasca injeksi
16 Mengucapkan terima kasih dan “Jazakumullah Khairan Katsiran”
62
CHECKLIST PUNGSI VENA
NO ASPEK PENILAIAN NILAI
0 1 2 3
1 Mengucapkan “Assalamualaikum Wa Rahmatullahi Wa Barakatuh”
2 Antiseptik/cuci tangan 7 angkah + handscoon
3 Mengucapkan “Bismillahirrahmanirrahim”
4 Memberikan inform consent dan penjelasan teknik pungsi vena
5 Mempersiapkan alat dan bahan
6 Meminta pasien membuka pakaian seperlunya
7 Memilih lokasi pungsi dengan benar dan sesuai kondisi pasien v.
Mediana cubiti
8 Melakukan pemasangan torniket dengan benar + MEMINTA PASIEN
MELAKUKAN GERAKAN MENGEPAL MELEPAS
9 Melakukan desinfeksi lokasi pungsi dengan benar
10 Mengeluarkan udara dari dalam spuit.
11 Spuit dipegang dengan tangan kanan, bevel jarum menghadap atas.
12 Jarum ditusukkan dengan sudut 15⁰ – 30⁰
13 Darah diaspirasi perlahan-lahan dengan tangan kanan menarik
plunger spuit, tangan kiri memfiksasi jarum supaya tidak bergerak.
14 Setelah darah tampak teraspirasi, segera melepaskan torniket.
15 Setelah darah diaspirasi sesuai kebutuhan, letakkan kapas kering
pada tempat pungsi, jarum ditarik perlahan dan lurus (dengan
tangan kanan), pasien diminta menekan lokasi pungsi dengan kapas
selama beberapa menit.
16 Melepas jarum dari spuit dengan benar dan aman
17 Mengalirkan darah perlahan melalui dinding tabung, spuit bekas
dibuang ke tempat sampah infeksius.
18 Segera menghomogenkan tabung kontainer dengan antikoagulan
dengan cara membalik tabung beberapa kali (tidak mengocok).
19 Melakukan kontrol perdarahan sampai perdarahan benar-
benar berhenti.
20 Menutup luka dengan kapas baru, kemudian memasang plester.
21 Mengucapkan terima kasih dan “Jazakumullah Khairan Katsiran”
63
SISTEM MATA
ANAMNESA MATA
DD MATA PUTIH DAN PENGLIHATAN TURUN
Apa itu putih : mata tenang tapi ada penurunan penglihatan, berarti yang bermasalah di belakangnya
/bagian lensa .
PENGLIHATAN menurun perlahan PENGLIHATAN menurun mendadak
Beberapa bulan/tahun Beberapa hari/jam
Kelainan reaksi Ablasio retina /retinal detachment
1. Miopi: sinar tidak sampai ke retina, Lepasnya retina dari sel epitel pigmen retina
sehingga buram, perlu dikasih lensa sehingga menyebabkan gangguan nutrisi retina
cekung /Bikonkaf -/lensa speris - dari pembuluh darah koroid
Gejala : BENTUK
kabur melihat jauh 1. Regmatogenosa (karena ada robekan)
Cenderung memicingkan mata Etiologi : miopia berat , usia lanjut,
Sakit kepala trauma
RPS : suka membaca Gejala :
2. Hipermetropi: bola mata terlalu kecil, Fotopsia:melihat cahaya
bayangan jatuh di belakang retina (floaters/melihat bayangan
sehingga buram, diberi lensa cembung/+/ hitam/sawang/semut)
lensa speris + Pada pemeriksaan : robekan retina
3. Astigmatism : banyaknya sinar yang pada pem funduskopi
masuk retina/di beberapa titik . Beberapa
titik, sehingga dikasih lensa silinder 2. Traksional(ada tarikan)pada badan
/C(cilindris) vitreous(bening)
Murni silinder/a.simplek Etiologi: DM,ROP, diabet retinopati
A miopia: silinder –
A hipermetropi: silinder + 3. Eksudatif(ada cairan)
A campuran : kompositus sama Etiologi: tumor, trauma, infeksi,
kutubnya kedua lensa (cilindris dan toksemia gravidarum
speris)
A miktus : silinder dan speris Tanya : rw pemakaian kacamata
(berlawanan kutub antara lensa
silindris dan speris)
4. Presbiopia : menurunnya kemampuan
mata seiring bertambahnya usia
Tanyakan umur itu penting
40 thn +1 , kalo nambah 5 tahun +1/2
Definisi :
Bagaimana buramnya, melihat jauh/dekat, apa
sering memicingkan mata
Katarak : kekeruhan lensa (dibelakang pupil dan Neuritis optik
iris) Nervus mengalami peradangan
Kalau melihat lensa dengan diperiksa di ruang Gejala :
yang gelap agar pupil midriasis Nyeri pada matabila melirik kanan kiri
Gejala : Penglihatan menurun
PENGLIHATAN Berawan
Kabur daan berkabut
Fotofobja
Penglihatan dobel
64
AMD: degenerasi makula Oklusi arteri/vena retina
Umumnya usia lanjut Bisa arteri centralCRAO/CRVO/
TIPE cabang BRVO,BRAO
1. Keringperlahan lahan Gejala :
2. Basah bisa mendadak Penurunan mendadak
Tanda : Tidak ada rasa sakit
Gelap tengah/skotoma central Kel rw PD : darah tinggi, jantung
Melihat sesuati metamorfosia/bengkong2 Pada pemeriksaan : funduskopi/oftalmoskopi
Identik pada perokok indirek
Dg oftalmoskopi direk Defek pupil aferen
Papil pucat, PD retina sempit, retina pucat atau
edema
Cherry red spot
Glaukoma kronis: Perdarahan vitreous
Kelainan neuropati optik, papil saraf optik Resiko: ada ekstravasasi darah yg masuk
berkurang/hilangnya luas lapang pandang vitreous. Pada pembuluh darsh normal/tidak
Peningkatan TIO normal
Etiologi : trauma, ada robekan di retina,
Tapi di kronis TIO tidak terlalu tinggi tapi yang neovaskularisasi makula, DM /HT retinopati
lain berkurang
Akibat lapang pandang menyempit pasien
sering menabrak
Dg oftalmoskopi direk
Retinopati: kelainan pada retina bisa karena
DM/HT
Dg oftalmoskopi direk
R. Retina : suatu saraf , PD bocor,
Diabet maka ada perdarahan,
Jika ada masalah akan permanen
Menyebabkan kebutaan permanen
Ada riwayat?
R. HT Menyerang vaskuler saja
Ada riwayat?
Dulu pernah tinggi?
Bagian mata :palpebra, konjungtiva, kornea, bilik mata depan, iris, pupil dan lensa, vitrius body,
retina (vovea, makula lutea, koroid sklera post)
DD MATA MERAH
Palpebra= JIKA infeksi di sebut blefaritis
konjungtiva ada 3 jenis
1. pars palpebra
2. pars bulbi = melapisi sklera
3. vornix= pertemuan antara conjungtiva bulbi dan palpebra
sklera
kornea=lapisan yang tidak ada pembuluh darah
bilik mata depan isinya camera oculi anterior yang isinya aquos humor yang jernih yang di
produksi oleh badan silier
iris = seperti donat dengan tengah lobang yang di sebut pupil
pupil dan lensa
vitrius body
retina (vovea, makula lutea, koroid sklera post)
mata merah(vascular injection) terjadi karena adanya tanda tanda inflamasi
sklera akan tampak merah jika pembuluh darah mengalami inflamasi
65
CONJUNGTIVITIS akut karena kuman KERATITIS
Gejala : mata merah, banyak keluar kotoran, Infeksi pada kornea
ngeres seperti adaa pasir, penglihatan normal , Trias kornea :
kornea jernih ‐ Epifora = berair
Tanda: CVI hiperemi, ‐ Blefarospasme =berkedut
Sekret sangat banyak, yang dibedakan : ‐ Fotofobia =silau
Bakteri = kuning, hijau dan kental Gejala :visus kabur, kornea edema + infiltrat ,
Virus = jernih dan lebih encer Pcvi hiperemi
Alergi =
CONGJUNGTIVITIS KRONIS (alergi dan
virus)
Lama dan kambuh2 an
UVEITIS ANTERIOR AKUT GLAUKOMA AKUT
Uvea anterior Terdiri dari iris dan badan silier Karena tekanan bola mata yang tinggiconj
Jenis mata merahnya adalah pada PCI hiperemi, kornea edema
Kornea tidak jernih, tidak ada secret Gejala : penglihtan sangat menurun , melihat
Penglihatan agak kabur, reflek cahaya menurun pelangi, nyeri, pupil midriasis, COA sangat
Uvea posterior terdiri dari retina dan koroid dangkal
Pemeriksaan :
Kornea keratititis = maka perlu pemeriksaan fluorescein
Tekanan bola mata tinggi maka gunakan palpasi dan tometer schiot
66
CHECK LIST :
PRINSIP DASAR ANAMNESA
NO ASPEK PENILAIAN
67
No Aspek Penilaian
68
- COA dangkal
g. Iris
Pasien diminta lihat kedepan, kita arahkan penlight
Inspeksi warna homogen/tidak (misla coklat ya coklat semua,
kalau tidak normal biasanya ada warna yang berbeda pada iris).
Normal nya iris berwarna homogen.
h. Pupil
Inspeksi bentuk (normal bulat), letak (normal terletak di central),
diameter (normal 2-4 mm), respon terhadap cahaya (normal
mengecil/miosis) secara langsung
Cara menyinari pupil secara tidak langsung berikan pembatas
antara mata kanan dan kiri, salah satu mata disorot dgn penlight,
amati mata yang tidak disorot sinar miosis pada pupil yang tidak
disorot
I. LENSA
Inspeksi apakah jernih/keruh, sorot dengan penlight dari lateral ke
medial (normal gelap dan tidak ada pantulan cahaya putih berarti
lensa jernih)
8. Sampaikan hasil pemeriksaan + cuci tangan
9. Mengucapkan terima kasih dan “Jazakumullah khairan katsiron”
69
(6/60) penentuan visus dapat dilakukan dengan menghitung jari
MENGHITUNG JARI
‐ Meminta penderita untuk menyebutkan jumlah jari pemeriksa yang
diperlihatkan kepadanya.
‐ pemeriksa secara berurutan dari jarak 5 m, 4 m, 3 m, 2 m, 1m sampai
pasien tidak dapat menghitung
‐ Interpretasi hasil 5/60, 4/60, 3/60, 2/60, 1/60
‐ Bila dari jarak 1 m, pasien tidak dapat menghitung jari pemeriksa
dengan benar, maka penentuan visus dapat dilakukan dengan
menunjukkan lambaian tangan
LAMBAIAN TANGAN
‐ pemeriksa pada jarak 1 m. meminta penderita menentukan arah
gerakan tangan pemeriksa ke kanan atau ke kiri
‐ Interpretasi hasil 1/300
‐ Jika penderita tidak dapat menentukan arah lambaian tangan, maka
pemeriksa menggunakan cahaya lampu senter
CAHAYA LAMPU SENTER
‐ meminta penderita untuk menentukan adanya cahaya yang
disorotkan ke arahnya
‐ {Interpretasi hasil : light perception + (LP+), atau no light perception
(NLP)}
‐ Menentukan visus penderita.
Melakukan prosedur yang sama untuk mata sebelah kiri
6 Menyampaikan hasil pemeriksaan pada pasien
7 Mengucapkan terima kasih dan " Jazakallah khair "
70
PEMERIKSAAN VISUS PERIFER DAN LAPANG PANDANG
Tujuan pemeriksaan lapang pandang yaitu menentukan batas perifer dari penglihatan
No Prosedur/ Aspek Latihan
71
6 Pemeriksaan mata kiri
‐ Pasien diminta menutup mata kanan dengan menggunakan
telapak tangan kanannya (tanpa menekan),
‐ pemeriksa menutup mata kirinya.
‐ Meminta kepada pasien agar matanya menatap lurus mata
pemeriksa dan tidak menoleh saat dilakukan pemeriksaan.
‐ Pemeriksa meletakkan tangan kirinya ± 30 – 60 cm didepan
pasien dan menunjukkan beberapa angka di jari, kemudian
digeser perlahan-lahan dari perifer lapang pandang ke tengah.
‐ Minta pasien untuk memberi tahu jika melihat jari pemeriksa dan
menyebutkan angka berapa yang ditunjukkan. Lakukan pada
semua kuadran.
*Interpretasi hasil : jarak jari yang terlihat pasien sama dengan jarak
jari yang terlihat pemeriksa. Bila tidak sama maka lapang pandang
pasien menyempit (lateral <90, medial <60, superior <50, inferior
<60)
Lapang pandang ke lateral (temporal) mencapai : 90 – 100 derajat
Lapang pandang ke medial (nasal) mencapai : 60 derajat
Lapang pandang ke superior (atas) mencapai : 50 – 60 derajat
Lapang pandang ke inferior (bawah) mencapai : 60 – 75 derajat
*Syarat lapang pandang pemeriksa normal
7 Menyampaikan hasil pemeriksaan pada pasien
8 Mengucapkan terima kasih dan " Jazakallah khair "
72
PEMERIKSAAN REFLEK PUPIL
No. Materi yang dinilai
*Interpretasi hasil : reflek pupil langsung (+) bila terjadi miosis pada pupil
5 yang disorot
Reflek cahaya tidak langsung (konsensual)
a. Pada pemeriksaan antara mata satu dengan yang lainnya diberikan
pembatas kertas/ tangan kiri pemeriksa sebagai pembatas b. Satu sisi pupil
mata disorot dengan sinar dari samping c. Amati perubahan pupil pada
mata yang tidak disorot sinar. d. Lakukan pada pupil yang satunya.
No Aspek Penilaian
73
menghadap pasien dengan jarak kurang lebih 1m
7 Meminta pasien tenang, dan memfiksasi matanya dengan meminta melihat
satu titik (fokus pada jari telunjuk pemeriksa)
8 Pemeriksa memegang pensil atau menggunakan jari dan diletakkan 50 cm
didepan pasien, kemudian gerakan ke 8 arah (atas-tengah, tengah-bawah,
bawah-tengah-tengah ke lateral, lateral ke tengah, tengah-si lateral yang
lain, dst.) tanpa mengegrakkan kepala
9 Interpetrasi hasil :
a. Ada/tidak nya gangguan gerak bola mata
b. Jika ada, tentukan dimana letak diplopia atau penglihatan ganda
10 Sampaikan hasil pemeriksaan
11. Mengucapkan terima kasih dan “Jazakumullah khairan katsiron”
No Aspek Penilaian
74
PEMERIKSAAN HIRSCHBERG TEST
No Aspek Penilaian
No Aspek Penilaian
75
8. Sampaikan hasil pemeriksaan
9. Mengucapkan terima kasih dan “Jazakumullah khairan katsiron”
76
SISTEM PEDIATRI
Penilaian APGAR
77
PEMERIKSAAN FISIK BAYI BARU LAHIR
Teknik pemeriksaan :
78
Raba :
sepanjang garis sutura (normal/lebar/sempit(tumpang tindih))
→ lebar: kelahiran yang preterm
→ sempit / tumpang tindih : moulding atau moulase
fontanel anterior (normal/cekung/cembung)
→ cembung : peningkatan tekanan
→ cekung : akibat dehidrasi mikrosefali
→ besar : intakraniaprematuritas atau hidrosefalus
→ kecil : mikrosefali.
b. Telinga
Periksa dan pastikan simetris kanan kiri, jumlah, bentuk (sempurna/ tidak) dan
posisinya (sesuai/rendah )
Adakah kulit tambahan atau aurikel
c. Mata
Apakah ada kotoran, strabismus (juling), glaukoma congenital (kekeruhan pada
kornea), Katarak congenital (pupil berwarna putih)cek dengan penlight,
Pupil harus tampak bulat , miosis dan midriasis dengan mengarahkan penlight dari
sampig
adakah trauma palpebra, perdarahan konjungtiva atau retina,
epichantus normal/melebar
d. Hidung atau mulut
Hidung
→ Adakah fraktur?
→ bentuk dan lebar hidung normal
lubangnya ada 2
→ Cek pernapasan : kedua lubang hidung berfungsi dengan baik
Mulut
→ Bibir tampak kemerahan/tidak
→ Simetris /tidak
→ tidak adanya sumbing dan langit-langit harus tertutup
(labiopalatoschysis)dan
→ lidahnya harus rata dan simetris
→ Reflek hisaf bayi harus bagus
e. Leher
Inspeksi
→ Ukuran leher pendek dengan banyak lipatan tebal/tidak
→ Simetris/tidak
→ Pergerakannya harus baik
→ adakah trauma leher
palpasi
→ adakah pembengkakan
→ adakah pembesaran kelenjar tiroid dan vena jugularis. A
→ adakah lipatan kulit yang berlebihan dibagian belakang lehe
f. Dada
Kontur dada bulat/tidak
Tampak simetris/tidak
Payudara terlihat membesar/tidak
79
gerakan dada saat bernafas simetris/tidak (bila tidak pneumotorik, paresis
diafragma atau hernia diafragmatika) normalnya dinding dada dan abdomen
bergerak secara bersamaan.
Tarikan sternum atau interkostal pada saat bernafas perlu diperhatikan.
Raba jantung
g. Bahu, lengan dan tangan
Bahu simetris/tidak
Gerakan normal, kedua lengan harus bebas gerak
jumlah jari normal tidak ada polidaktili atau sidaktili
Telapak dapat terbuka, garis tangan normal
pada kuku adakah paronisia (CANTENGEN)
h. Perut
Bentuk normal tampak bulat dan bergerak secara bersamaan dengan gerakan dada
saat bernafas
Tidak ada penonjolan sekitar tali pusat,
Tidak ada perdarahan, pembengkakan tali pusat
Jika perut sangat cekung kemungkinan terdapat hernia diafragmatika,
perut yang membuncit kemungkinan karena hepatosplenomegali atau tumor lainnya.
Jika perut kembung kemungkinan adanya enterokolitis vesikalis, omfalokel atau
duktus omfaloentriskus persisten.
Raba adakah massa
i. Kelamin
Pada wanita
→ labia mayor, minora, klitoris dan orificium uretra eksternany ada atau tidak
→ Labia mayora normalnya menutupi labia minora dan klitoris.
→ pada labia minor dapat ditemukan adanya verniks dan smegma (kelenjar
kecil yang terletak dibawah prepusium mensekresi bahan yang seperti keju)
pada lekukan. Klitoris normalnya menonjol.
→ Lubang vagina ada atau tidak.
Pada bayi laki-laki
→ rugae normalnya tampak pada skrotum
→ skrotum ada 2/tidak , kedua testis turun kedalam skrotum/tidak.
→ Meatus urinarius terletak pada ujung glands penis.
→ Tidak ada kelainan (epispadia,hipospadia)
epispadia adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan kondisi meatus
berada dipermukaan dorsal. Hipospadia untuk menjelaskan kondisi meatus
berada dipermukaan ventral penis.
Lubang anus ada /tidak
j. Ekstermitas atas dan bawah
Ekstermitas bagian atas
→ normalnya fleksi dengan baik dengan gerakan yang simetris.
→ Tdak ada Kelemahan otot parsial atau
→ Nadi brakhialis normalnya ada.
→ Tidak ada kelainan sindaktili atau polidaktili
→ Garis tangan simetris
Ekstermitas bagian bawah
80
→ normalnya pendek, bengkok dan fleksi dengan baik.
→ Nadi femoralis dan pedis normalnya ada.
k. Punggung
Periksa spina dengan cara menelungkupkan bayi, cari adanya tanda-tanda
abnormalitas seperti spina bifida, pembengkakan atau cekungan, lesung atau bercak
kecil berambut yang dapat menunjukan adanya abnormalitas medulla spinalis
l. Kulit
Verniks (kulit putih tidak perlu dibersihkan karena untuk menjaga kehangatan
tubuh bayi),
warna,
pembengkakan atau bercak-bercak hitam,
tanda-tanda lahir
adanya lanugo bulu halus pada bayi preterm
m. Refleks
Reflek yang biasanya ditemukan pada bayi baru lahir normal, diantaranya adalah :
Rooting Reflek / Reflek Mencari Mengusap pipi atau daerah sudut
mulut bayi.
Kepala bayi akan memutar kearah usapan dan membuka mulutnya.
Sucking Reflek / Reflek Menghisap Menyentuh salah satu bagian mulut
dengan tangan atau puting
Bayi akan membuka mulut dan melakukan gerakan menghisap.
Moro Reflek / Reflek Kejut memberikan kejutan dengan tepukan
Bayi akan melakukan gerakan lengan yang ekstensi dan jari-jari tangan akan
membuka kemudian akan diikuti oleh gerakan tangan yang fleksi dengan
tangan menggenggam
Tonick Neck reflek Letakkan bayi pada posisi terlentang kemudian putar
kepala bayi pada satu sisi dengan cepat.Respon:
Lengan dan tungkai bayi pada arah putaran kepala akan melakukan gerakan
ekstensi sedangkan pada lengan dan fungsi tungkai pada sisi yang berlawanan
akan melakukan gerakan fleksi.
Grap Reflek / Reflek Menggenggam Meletakan jari pada telapak tangan
bayi
Jari-jari tangan akan melengkung di sekitar jari yang di letakkan di telapak
tangan dan untuk telapak kaki akan melingkar ke dalam.
Babynski Reflek Gores telapak kaki bayi dimulai dari bawah kemudian
ke atas sepanjang tepi telapak kaki bayi
Jari – jari kaki akan mengembang dan ibu jari kaki dalam posisi dorsofleksi.
81
PENILAIAN STATUS GIZI ANAK
1. Mengucapkan “Assalamualaikum Wa Rahmatullahi Wa Barakatuh”
2. Menggunakan cairan antiseptic di tangan.
3. Mengucapkan “Bismillahirrahmanirrahim”
4. Menanyakan nama, jenis kelamin, tanggal lahir, usia koreksi <=35 tahun
5. Menjelaskan kepada ibu pasien mengenai jenis dan prosedur pemeriksaan yang dilakukan
6. Tinggi Badan/ Umur
7. Ukur panjang atau tinggi badan anak dengan menggunakan neonatal
8. stadiometer/ meteran sesuai usia pasien
9. Petakan panjang atau tinggi badan pasien pada kurva tinggi badan
10. sesuai jenis kelamin dan usia
11. Interpretasikan hasil
12. Berat Badan/ Umur
13. Ukur berat badan anak dengan menggunakan timbangan/ baby scale
14. sesuai usia pasien.
15. Petakan berat badan pasien pada kurva berat badan sesuai jenis
16. kelamin dan usia
17. Interpretasikan hasil
18. Berat Badan/ Panjang atauTinggi Badan
19. Petakan berat badan pasien pada kurva panjang atau tinggi badan sesuai jenis kelamin dan
usia
20. Interpretasikan hasil
21. Mengucapkan terima kasih dan “Jazakumullah Khairan Katsiran”
82
PEMERIKSAAN TUMBUH KEMBANG ANAK
1. Salam
2. Sapa orang tua/ pengasuh dan anak dengan ramah
3. Memperkenalkan diri
4. Inform consen “ saya akan melakukan skrinning perkembangan pada anak ibu , bahwa tes ini
bukan untuk mengetahui IQ anak” apakah bersedia ?”
5. Mempersiapkan tempat (tenang , tidak bising dan bersih )
6. Nama anak nya siapa ?
Jenis kelamin?
Tanggal lahir? Usia kehamilan?
7. Menyiapkan perlengkapan tes
• Gulungan benang wool berwarna merah (dg diameter 10
cm)
• Kismis
• Kerincingan dg gagang yang kecil
• 10 bh kubus berwarna dg ukrn 2,5 cm x 2,5 cm
• Botol kaca kecil dengan diamater lubang 1,5 cm
• Bel kecil
• Bola tenis
• Pinsil merah
• Boneka kecil dengan botol susu
• Cangkir plastik dg gagang/ pegangan
• Kertas kosong
83
F: Fail/ gagal. Anak tidak dapat melakukan ujicoba dengan baik atau ibu/pengasuh anak
memberi laporan anak tidak dapat melakukannya dengan baik
No: No opportunity/ tidak ada kesempatan. Anak tidak mempunyai kesempatan untuk
melakukan uji coba karena ada hambatan. Skor ini hanya boleh dipakai pada ujicoba dengan
tanda R
R: Refusal/ menolak. Anak menolak untuk melakukan ujicoba
13. Interpretasi
1. Lebih (advanced)
Bilamana lewat pada ujicoba yang terletak di kanan garis umur, dinyatakan perkembangan
anak lebih pada ujicoba tsb.
2. Normal
Bila gagal atau menolak melakukan tugas perkembangan disebelah kanan garis umur,
dikatagorikan sebagai normal.
Demikian juga bila anak lulus (P), gagal (F) atau menolak (R) pada tugas perkembangan
dimana garis umur terletak antara persentil 25 dan 75, maka dikatagorikan sebagai normal.
3. Caution/ peringatan
Bila seorang anak gagal (F) atau menolak (R) tugas perkembangan, dimana garis umur
terletak pada atau antara persentil 75 dan 90.
4. Delayed/keterlambatan
Bila seorang anak gagal (F) atau menolak (R) melakukan ujicoba yang terletak lengkap
disebelah kiri garis umur.
84
Untestable/ Tidak dapat diuji
Bila ada skor menolak pada > 1 uji coba terletak disebelah kiri garis umur atau
menolak pada > 1 uji coba yang ditembus garis umur pada daerah 75-90%
Lakukan uji ulang dalam 1 -2 minggu.
85
SISTEM UROGENITAL
ANAMNESIS UROGENITAL
NO
ASPEK PENILAIAN
1 Mengucapkan “Assalamualaikum Wa Rahmatullahi Wa Barakatuh”
2 Menggunakan cairan antiseptic di tangan.
3 Mengucapkan “Bismillahirrahmanirrahim”
4 Melakukan inform consent
5 Menanyakan identitas pasien :
Nama , Umur , jenis kelamin (dicatat saja tidak perlu ditanyakan), alamat
lengkap, pekerjaan, agama dan suku bangsa
Pastikan menggali identitas tidak terkesan interogasi tidak harus berurutan
dicari lengkap, boleh diselang-seling saat anamnesis berlangsung
6 Menanyakan keluhan utama
Cross cek, dan Pastikan Keluhan Utama
Menanyakan keluhan lain/ tambahan
86
‐ disuria (nyeri saat miksi).
Perubahan warna urine : berdarah, berawan, atau bening
Pernah keluar batu atau tidak
7 Menanyakan riwayat penyakit dahulu (menanyakan riwayat penyakit yang
pernah di derita sebelumnya, adakah riwayat operasi, riwayat
trauma, riwayat alergi obat dan makanan, riwayat obat-obatan yang pernah
dikonsumsi
8 Menanyakan riwayat penyakit dalam keluarga
(riwayat penyakit herediter, familial, atau penyakit infeksi dalam keluarga)
9 Menggali informasi tentang riwayat Pribadi
(riwayat merokok, minuman alkohol, dan penyalahgunaan obat-obat
terlarang, pola diet/ kebiasaan makan dan minum, aktifitas dan olahraga. Bila
ada indikasi, riwayat perkawinan dan kebiasaan seksualnya harus
ditanyakan. Kebiasaan berganti-ganti pasangan bila mencurigai terjadi
infeksi saluran kencing.
- Mohon maaf bila pertanyaan sedikit sensitive ya, bapak/ibu sudah
menikah? Untuk seks nya berapa kali dalam seminggu? apakah pernah
berganti pasangan?
10 Apakah ada yang ditanyakan?
11 Mengucapkan terima kasih dan “Jazakumullah Khairan Katsiran”
87
PEMERIKSAAN FISIK REGIO FLANK
23. Mengucapkan "Assalamualaikum Wa Rahmatullahi Wa Barakatuh"
24. Menggunakan cairan antiseptic di tangan.
25. Mengucapkan "Bismillahirrahmanirrahim"
26. Perkenalkan nama saya dokter Ferawati, dokter yang sedang berjaga pada hari ini
27. Dengan bapak siapa? Usia nya ? dating dengan keluhan apa?
28. Baik bapak disini saya akan melakukan pemeriksaan Fisik Region Flank bertujuan
memeriksa apakah ada kelainan pada ginjal bapak, mungkin ada rasa tidak nyaman
karena nanti saya akan kontak fisik dg bapak apakah bapak bersedia?
29. Baik silahkan bapak tidur terlentang di bed pemeriksaan dan membuka pakaian nya
30. Pertama saya inspeksi ginjal kana kiri simetris tidak tampak kelainan
31. Selanjutnya saya akan palpasi dg tangan kiri diletakkan di belakang penderita pada
costa ke-12 dan tangan kanan diletakkan pada kuadran kanan atas di lateral otot rectus
32. Silahkan menarik nafas dalam pak
33. Saat puncak inspirasi tekan tangan kanan dalam-dalam di bawah arcus costae untuk
menangkap ginjal di antara kedua tangan (tentukan ukuran dan nyeri tekan)
34. Pasien diminta membuang nafas, lepaskan tangan kanan, dan rasakan bagaimana ginjal
kembali waktu ekspirasi.
35. Dilanjutkan dengan palpasi Ginjal Kiri: saya akan pindah di sebelah kiri penderita,
36. Tangan kanan di belakang penderita pada costa ke-12. Tangan kiri diletakkan pada
kuadran kiri atas di lateral otot rectus,
37. minta pasien menarik nafas dalam, pada puncak inspirasi tekan tangan kiri dalam-dalam
di bawah arcus costae untuk menangkap ginjal di antar kedua tangan (normalnya jarang
teraba).
38. Selanjutnya saya akan lakukan perkusi ginjal
39. Silahkan untuk duduk di atas bed periksa dan saya berdiri di belakang penderita
40. Telapak tangan kiri diletakkan pada sudut kostovertebra kanan setinggi vertebra
torakalis 12 sampai lumbal 1 lalu kepalan tangan sisi ulnar tangan kanan dipukulkan
pada punggung tangan kiri. (apakah ada nyeri pak?)
41. Lakukan pada ginjal kiri.
42. Baik pemeriksaan telat selesai silahkan menggunakan pakaian nya kembali. Saya akan
sampaikan hasilnya (Ada nyeri tekan?massa?)
43. Mengucapkan terima kasih dan "Jazakumullah Khairan Katsiran"
88
PEMERIKSAAN COLOK DUBUR DAN PROSTAT
NO ASPEK PENILAIAN
89
jarum jam dan berlawanan arah jarum jam untuk meraba seluruh
permukaan rektum, rasakan apakah terdapat nodul, iregularitas,
atau indurasi, dan nyeri tekan. Bila didapatkan nyeri tekan, tentukan
lokasi nyeri tersebut. Nilai apakah ampula recti normal atau kolaps
6. Pada laki-laki, setelah seluruh jari telunjuk masuk, putar jari ke arah
anterior. Dengan begitu kita dapat merasakan permukaan posterior
dari kelenjar prostat
7. Periksa seluruh permukaan kelenjar prostat, nilai kutub atas, lobus
lateralis, dan sulkus median. Tentukan ukuran, bentuk, dan
konsistensinya, permukaan, serta nilai apakah ada nodul.
8. Keluarkan jari secara perlahan
9. Amati sarung tangan, apakah terdapat feses, darah, atau lendir
10. Apakah terdapat feses pada sarung tangan dan diperlukan
pemeriksaan feses, maka masukkan sampel feses tersebut ke dalam
kontainer untuk analisi feses selanjutnya
9 Sampaikan hasil pemeriksaan kepada pasien
10 Mengucapkan terima kasih dan “Jazakumullah Khairan Katsiran”
PEMASANGAN KATETER
Indikasi pemasangan kateter, yaitu :
1. Utuk menegakkan diagnosis
Mengambil contoh urin wanita untuk kultur.
Mengukur residual urin pada pembesaran prostat.
Memsukkan kontras seperti pada sistogram.
Mengukur tekanan vesika urinaria pada sindroma kompartemen
abdomen.
Mengukur produksi urin pada penderita shock untuk melihat
fungsi ginjal.
Mengetahui perbaikan atau perburukkan trauma ginjal dengan
melihat warna urin.
2. Untuk terapi
Mengeluarkan urin pada retensi urin.
Mengirigasi / bilas vesika stelah operasi vesika, tumor vesika atau
prostat.
Sebagai splint setelah operasi uretra pada hipospadia.
Untuk memasukkan obat ke vesika pada karsinoma vesika.
Jika kateter tertahan tidak dapat diatasi hanya dengan menarik napas dalam dan
relaks, teknik lainnya dapat dilakukan dengan :
90
1. Memberikan anestesi topikal untuk membantu mengurangi nyeri dan
membantu relaksasi.
2. Menyemprotkan gel melalui pangkal kateter.
3. Melakukan masase prostat dengan colok dubur (oleh asisten).
4. Mengganti kateter dengan lebih kecil atau kateter Tiemann yang
ujungnya runcing.
5. Melakukan sistotomi bila vesika penuh, kemudian ulangi lagi pemasangan
kateter
91
NO ASPEK PENILAIAN
92
PEMASANGAN KATETER WANITA
NO ASPEK PENILAIAN
93
OBAT DEWASA
5. RHEUMATOID ARTHRITIS
1. Tifoid Obat utama : NSAID = ibu proven ,
R/ Kloramfenikol meloksikam, piroksikam
S 4 dd tab 1 p.c
R/ Paracetamol 500 mg Jika tetap kesakitan perlu obat lain =
S 3 dd tab 1 p.c prn kortikosteroid (metotreksat, sulfasalazine)
R/ Antasida/don peridon/Omeprazole
(kelompok PPI)/AH 2 CONTOH :
(cimetidine/ranitidin), kelompok antasida R/ Piroxicam tab 20 mg No. X
(mylanta, promag) S d.d tab 1 p.c
6. DM (keluhan gula darah tinggi disertai
2. TBC kesemutan)
R/ Isoniazid 400 mg Bisa obat tunggal atau obat kombinasi
S dd tab p.c dengan syarat beda golongan obat
R/ Rifampicin 600 mg Contoh :
S dd tab p.c
R/ Pirazinamid 500 mg R/ metformin tab 500 mg No. X
S dd tab 4 p.c S 3 d.d tab 1 pc
R/ Ethambutol 400 mg Kebutuhan dihitung per kilogram BB
S dd tab 4 p.c R/ Glibenklamid 5 mg
S dd tab 1 pc
3. Tinea kruris Untuk kesemutan dapat diberikan obat :
Lihat luas lesi akan menentukan obatnya R/ Gabapentin 300 mg
Kalo 1-2 cm cukup pakai obat salep seperti S dd tab 1 pc
= R/ Ketokonazol cream 2% mg No.1 Atau dapat diberikan neurobion (vit B
S d.d u.e kompleks )
Kalo luas harus doble obat salep dan 7. hipertensi 190/100 mmHg
minum= CONTOH :
R/ Ketokonazol cream 2% mg No.1 Captopril 25 mg (ACE INHIBITOR)
S d.d u.e S 3 dd tab 1
R/ Gryseofulfin 500 mg / Cetirizine 10 mg
S dd tab p.c R/ Amlodipin tab 5 mg No. XIV
(GOLONGAN CCB)
4. ISK S 3d.d tab 1 pc
94
EDUKASI DAN PENATALAKSANAAN DM TANPA KOMPLIKASI
Mengucapkan “Bismillahirrahmanirrahim”
Perkenalkan saya dokter.... di sini saya akan melakukan edukasi dan penatalaksanaan DM
tanpa komplikasi pada Bpk/Ibu, apakah bersedia?
95
●Edukasi
1. Materi edukasi pada tingkat awal dilaksanakan di Pelayanan Kesehatan Primer yang
meliputi:
- Materi tentang perjalanan penyakit DM.
- Makna dan perlunya pengendalian dan pemantauan DM secara berkelanjutan.
- Penyulit DM dan risikonya.
- Intervensi non-farmakologis dan farmakologis serta target pengobatan.
- Interaksi antara asupan makanan, aktivitas fisik, dan obat antihiperglikemia oral
atau
insulin serta obat-obatan lain.
- Cara pemantauan glukosa darah dan pemahaman hasil glukosa darah atau urin
mandiri
(hanya jika pemantauan glukosa darah mandiri tidak tersedia).
- Mengenal gejala dan penanganan awal hipoglikemia.
- Pentingnya latihan jasmani yang teratur.
- Pentingnya perawatan kaki.
- Cara mempergunakan fasilitas perawatan kesehatan.
2. Materi edukasi pada tingkat lanjut dilaksanakan di Pelayanan Kesehatan Sekunder dan
/ atau
Tersier, yang meliputi:
- Mengenal dan mencegah penyulit akut DM.
- Pengetahuan mengenai penyulit menahun DM.
- Penatalaksanaan DM selama menderita penyakit lain.
- Rencana untuk kegiatan khusus (contoh: olahraga prestasi).
- Kondisi khusus yang dihadapi (contoh: hamil, puasa, hari-hari sakit).
- Hasil penelitian dan pengetahuan masa kini dan teknologi mutakhir tentang DM.
- Pemeliharaan/perawatan kaki.
● Terapi Nutrisi medis
Karbohidrat (45-65% atau setara dengan setengah piring dianjurkan makan tiga kali
sehari dan bila perlu dapat diberikan makanan selingan seperti buah atau makanan lain
sebagai bagian dari kebutuhan kalori sehari)
Lemak (20-25 % setara dengan 5 sendok makan , dibatasi apabila konsumsi daging
berlemak dan susu fullcream).
Protein (sebesar 10 – 20% total asupan energi setara dengan 1 sendok teh, sumber
protein yang baik adalah ikan, udang, cumi, daging tanpa lemak, ayam tanpa kulit,
produk susu rendah lemak, kacangkacangan, tahu dan tempe).
Natrium (<2300 mg perhari sama dengan 1 sendok teh perhari, garam dapur, vetsin,
soda, dan bahan pengawet seperti natrium benzoat dan natrium nitrit)
Serat(20-35 gram/ hari sama dengan lima kepalan tangan makanan berserat seperti
buah atau sayuran)
Pemanis Alternatif(pemanis alternatif aman digunakan sepanjang tidak melebihi batas
aman (Accepted Daily Intake/ADI), pemanis tak berkalori termasuk: aspartam, sakarin,
acesulfame potassium, sukralose, neotame).
● Kebutuhan Kalori
96
Perhitungan berat badan Indeks Massa Tubuh (IMT). Indeks massa tubuh dapat
dihitung
dengan rumus:
IMT = BB(kg)/TB(m2)
Klasifikasi IMT:
BB Kurang <18,5 BB Normal 18,5-22,9 BB Lebih =23,0
● Jasmani
- Jasmani dilakukan secara secara teratur sebanyak 3-5 kali perminggu selama sekitar
30-45 menit, dengan total 150 menit perminggu
- Apabila kadar glukosa darah <100 mg/dL pasien harus mengkonsumsi karbohidrat
terlebih dahulu dan bila >250 mg/dL dianjurkan untuk menunda latihan jasmani
- Latihan jasmani yang dianjurkan berupa latihan jasmani yang bersifat aerobik dengan
intensitas sedang (50-70% denyut jantung maksimal) seperti: jalan cepat, bersepeda
santai, jogging, dan berenang. Denyut jantung maksimal dihitung dengan cara
mengurangi angka 220 dengan usia pasien.
● Terapi farmakologi
Terapi farmakologis terdiri dari obat oral dan bentuk suntikan.
- Obat Antihiperglikemia Oral (sulfonilurea, glinid, metformin, dll)
- Obat Antihiperglikemia Suntik (insulin, agonis GLP-1 dan kombinasi insulin dan
agonis
GLP-1).
97
INTUBASI DEWASA
11. Masukkan bilah laringoskop dengan lembut menelusuri mulut sebelah kanan, sisihkan lidah ke kiri. Masukkan bilah sampai ujung
laringoskop mencapai dasar lidah, perhatikan agar lidah atau bibir tidak terjepit di antara bilah dan gigi pasien.
12. Angkat laringoskop ke atas dan ke depan dengan kemiringan 30 samapi 40 sejajar aksis pengangan
13. Bila pita suara sudah terlihat, tahan tarikan / posisi Laringoskop. Masukkan pipa ET dari sebelah kanan mulut ke faring sampai bagian
proksimal dari cuff ET melewati pita suara ± 1 – 2 cm atau pada orang dewasa atau kedalaman pipa ET ±19 -23 cm
14. Angkat laringoskop dan stilet pipa ET kemudian isi balon dengan udara 5 – 10 ml. Waktu intubasi tidak boleh lebih dari 30 detik.
15. Hubungkan pipa ET dengan ambubag dan lakukan ventilasi sambil melakukan auskultasi (asisten), pertama pada lambung, kemudian pada
paru kanan dan kiri sambil memperhatikan pengembangan dada.
16. Setelah bunyi nafas optimal dicapai, kembangkan balon dengan menggunakan spuit 10 cc.
98
17. Lakukan fiksasi pipa dengan plester agar tak terdorong atau tercabut
18. Dan pasang orofaring untuk mencegah pasien menggigit pipa ET jika mulai sadar.
19. Lakukan ventilasi terus dengan oksigen 100 % (aliran 10 sampai 12 liter per menit).
Indikasi :
Komplikasi
a. Pipa ET masuk ke dalam esofagus yang dapat menyebabkan hipoksia.
b. Luka pada bibir dan lidah akibat terjepit antara laringoskop dengan gigi.
c. Gigi patah.
d. Laserasi pada faring dan trakea akibat stilet pada ujung pipa.
e. Kerusakan pita suara.
99
f. Perforasi pada faring dan esofagus.
g. Muntah dan aspirasi
100
PRINSIP DASAR ANAMNESA PENYAKIT GASTRO DAN HEPATO
GASTRO HEPATOLOGI
1. DIARE 1. KUNING
BAB cair >3x sehari dalam sehari Penyebab :
Klasifikasi : Ikterus karena billirubin
A. Diare akut <2 mg Awal : kuning di mata/sklera
B. Diare kronis >2mg Pseudoikteruskarena makan zat berkaroten
C. Diare kadang ada yang disertai mual muntah yg Awal : kuning di kulit/perifer
disebut dengan GEA Pembagian kuning :
DIARE+MUAL MUNTAH Jenis Penyeb Gejala Jenis BAB BAK
Tanyakan: ikterus ab kuning di
‐ Apakah disertai mual muntah? mata &
‐ BAB brp kali? kulit
‐ Bagaimana konsistensinya? Pre- karena Ditemuk Kuning N/ N
‐ Tanda2 dehidrasi : hepatik anemia an disertai gelap
Rasa haus, BAK pekat, rasa lemas, pusing hemoliti tanda2 pembesara
‐ Adakah darah/lendir? k anemia n lien
‐ Nyeri perut/tenesmus ? kunin
‐ Panas? g
Jenis diare berdasarkan penyebab: +anemia
‐ Infeksius hepatik karena ditemuk Kuning Pucat Gela
‐ Non infeksius (diare cair, tidak ada ampas) hepatitis an nyeri biasa p
perut
seperti
ditinju
post karena Nyeri Kuning Putih Gela
hepatik batu seperti kehijauan seperti p
empedu, di remas dempu
tumor di lepas l
101
Tanyakan:
Matanya ?
BAB ?
BAK?
Kebiasaan ? kalo makan wortel = non ikterus
Rw px dahulu
1. NYERI PERUT
Tanyakan :
lokasi
kualitas keluhan?
Kualitas :
‐ Tusuk2 dispepsia
‐ Remas dilepas (pd nyeri kolik)batu pada saluran (empedu, lambung , isk)
‐ Panas pada lambung dispepsia
‐ Ditindih benda berat nyeri pjk
‐ Nyeri tumpul spt di tinju hepatitis
kuantitas keluhan nyeri berapa kali sehari
102
faktor-faktor pemberat
Bagaimana dengan makan?
‐ Jika memberat ulkus peptikum/gaster
Makan apa?
‐ Berlemak kelainan pada empedu
Bagaimana dengan aktivitas?
‐ Pada penyakit kardiovaskuler nyeri dirasakan di ulu hati dengan penyebaran ke arah kiri atas
faktor-faktor peringan
Bagaimana dengan makan?
‐ Jika membaik ulkus duodenum
‐ Dengan antasida membaik dispepsia
2. HEMATEMESIS MELENA
Hematemesis : muntah darah
Hematemesis bedakan dengan hemoptoe
Hematemesis = darah merah gelap +muntah + sisa makanan
Hemoptoe = batuk + dahak+darah
Cara menentukan ke-2 nya dengan pemasangan NGT + Kumbah lambung
Melena : BAB hitam, lembek dan lengket seperti petis
Perdarahan pada saluran cerna atas
Jika terlalu banyak bisa seperti hematoschezia
Dalam pemeriksaan fisik perlu melakukan Rectal Toucher
Etiologi : ulkus peptikum
3. KONSTIPASI
Perasaan tidak lampias pada saat BAB/harus mengejan saat BAB/frekuensi >3 hari tidak ada BAB
Etiologi :
Fungsional Obstruksi = Obstipasi
2. HEMATOSCHEZIA
Perdarahan pada saluran cerna bagian bawah
BAB merah segar
103
Bisa terjadi seperti melena
Dalam pemeriksaan fisik perlu melakukan
Rectal Toucher
3. MUAL MUNTAH
Tanyakan :
‐ Frekuensi brp kali sehari ?
‐ Brp banyak dalam 1 kali muntah?
‐ Tanya diarenya ?
‐ Bagaimana jika dengan makan?
104
CEKLIST ANAMNESA PENYAKIT GASTRO DAN HEPATO
NO ASPEK PENILAIAN
105
CHECK LIST :
PEMERIKSAAN FISIK ABDOMEN
Penyakit gastro dan hepato
1. Diare (darah/lendir), sejak kapan,
2. Mual muntah (brp kali sehari, seberapa banyak
3. Dehidrasi
4. Konstipasi
5. Hematoschezia
6. Nyeri perut (lokasi dan penjalaran, faktor pemberat dan peringan, bagaimana jika dengan
makan(memberat=ulkus gaster, ringan=ulkus duodenum), aktifitas(nyeri bisa mengarah
PJK), makan tertentu nyeri bertambah (kelainan empedu=makan lemak, bersantan)
7. Hematemesis melena
8. Kuning
Makan, rw transfusi, lokasi ,
NO ASPEK PENILAIAN
106
‐ Posisi kaki pasien lurus
‐ Evaluasi : abdomen dan umbilikus
(simetrisitas,
bentuk dan kontur=rata, cembung
kelainan ada/tidak
kondisi kulit dan warna kulit dan kebersihan=normal
tidak ada lesi kulit, memar, ruam, atau scar/luka bekas operasi(sikatrik)/
akibat ulserasi/akibat luka lainnya. Cullen sign tampak kebiruan
(pankreatitis)
AUSKULTASI :
‐ auskultasi secara sistematis pada setiap kuadran (2 detik aja) dengan
diafragma
‐ kuadran kanan atas (area hati)
‐ kuadran kiri atas (suara lambung)
‐ kuadran kiri bawah (suara bising usus besar)
‐ kuadran kanan bawah (suara bising usus halus)
X X X X X
X X X
X X X X X
Evaluasi :
suara bising usus, frekuensi dan karakternya (5-30x/menit)
Suara usus meningkat diare/sumbatan usus
Cara cek meningkat/x pada kuadran kiri bawah(ileocaecal junction) di
cek selama 1 menit berapa kali !
Menurunperitonitis tapi di dengarkan lagi hingga 3 menit
Kelainan suara / suara tambahan
metallic sound hiperperistaltik usus akibat adanya obstruksi usus
akut
‐ Cek arteri renalis di atas umbilikus dengan bagian bell stetoskop untk
memeriksa bruit
X 1. aorta abdominalis
X X 2. a. Renalis
X X 3. a. Iliaca
X 4. a. Iguinal
Evaluasi :
apakah ada bising bruit jika ada artinya ada stenosis arteria renalis
dg stetoskop bell selama 2 detik
normalnnya tidak terdengar
107
PERKUSI :
Meminta pasien menekuk kaki
1) Perkusi pada seluruh kuadran abdomen
2) Evaluasi : normal terdengar suara timpani
108
penentuan keberadaan massa dan nyeri tekan pada masing-masing kuadran
area Mc Burney untuk menentukan nyeri tekan pada apendiks
area kandung kemih untuk menentukan distensi kandung kemih dan nyeri tekan
Palpasi ringan
1) Posisi tangan dan lengan bawah horisontal, dengan menggunakan telapak
ujung jari-jari secara bersama-sama
2) Lakukanlah gerakan menekan yang lembut, dan ringan. Jangan lupa
menghangatkan tangan
3) Lakukan palpasi secara menyeluruh dengan sistematis di seluruh permukaan
abdomen.
4) Pada pasien yang mudah geli, mungkin berguna jika tangannya diletakkan di
atas tangan pemeriksa
5) Evaluasi :
Tonus otot
Pembengkan ada/x
Tonjolan permukaan abdomen/massa superfisial (ada/x)
Nyeri tekan ada/x, nyeri tekan lepas ada/x
Adakah massa pada organ?
Adakah tegangan otot abdomen (spasme otot) cek disadari/tidak
dengan palpasi saat ekspirasi
Palpasi dalam
1) Gunakan permukaan pallar dari ujung jari
2) Apabila palpasi dalam misalnya pada obesitas atau otot yang tegang
gunakan dua tangan, satu di atas yang lain
3) pasien disuruh untuk bernafas perlahan-lahan sambil membuka mulutnya
dan meletakkan kedua lengannya pada sisi tubuhnya. agar membantu
relaksasi otot secara umum/ dapat juga dilakukan dengan meminta pasien
memfleksikan kedua lututnya.agar rileks (cek gluteus nempal/tidak)
6) Evaluasi :
Adakah nyeri abdomen dan nyeri tekan abdomen,
Adakah massa
Adakah iritasi peritoneal. Nyeri abdomen dan nyeri tekan abdomen,
lebih-lebih bila disertai spasme otot, menunjukkan adanya inflamasi dari
peritoneum periatale.
Jika ada, Temukanlah daerah ini setepatnya. Sebelum melakukan
palpasi, mintalah penderita untuk batuk, dan temukanlah letak rasa
sakitnya.
Kemudian, lakukan palpasi secara lembut dengan satu jari untuk
menentukan daerah nyeri. Atau, lakukanlah pemeriksaan untuk
mengetahui adanya nyeri lepas.
Palpasi tekan lepas :
1) Tekan jari pelan-pelan dengan kuat, kemudian tiba-tiba lepaskan tekanan
anda.
109
2) Evaluasi :
Jika saat pelepasan tekanan juga timbul sakit= nyeri tekan lepas positif
Biasanya pada pasien peritonitis maka pemeriksaan dilakukan di akhir
untuk menentukan ukuran organ dan memeriksa massa di abdomen
Palpasi Hepar
1) meletakkan tangan kiri di belakang penderita, menyangga costa ke-11 dan
ke-12
2) Dengan mendorong hepar ke depan, agar lebih mudah teraba dan minta
penderita untuk relaks.
3) tangan kanan pemeriksa diletakkan pada abdomen penderita pada kuadran
kanan atas, di sebelah lateral otot rektus dengan ujung jari ditempatkan di
batas bawah daerah redup hepar.
4) Mintalah penderita untuk bernafas dalam-dalam bersamaan dengan tangan
kanan menekan dalam dan tangan kiri menarik ke atas
5) Rasakan sentuhan hepar pada jari pada waktu hepar bergerak ke bawah
6) Evaluasi :
menentukan ukuran organ
tepi lancip/tumpul
nyeri atau tidak
permukaan = rata, berdungkul2
memeriksa massa hepar
hepar normal teraba lunak, tegas dan tidak berbenjol-benjol.
Palpasi Lien
1) Pasien berbaring telentang, dengan pemeriksa pada sisi kanan pasien.
2) Pemeriksa meletakkan tangan kirinya di atas dada pasien dan mengangkat
iga kiri pasien.
3) Tangan kanan diletakkan mendatar di bawah margo kosta kiri dan menekan
ke dalam dan ke atas ke arah garis aksila anterior.
110
5) Pasien disuruh untuk menarik nafas dalam-dalam ketika pemeriksa menekan
ke dalam dengan tangan kanannya.
6) Teknik pemeriksaan lain yang dapat dilakukan untuk mempalpasi lien
dengan cara membaringkan pasien pada sisi kanan tubuhnya. Posisi ini akan
menyebabkan lien tertarik ke arah anterior bawah oleh pengaruh gaya
gravitasi. Pemeriksa meletakkan tangan kirinya pada margo kosta kiri,
sementara tangan kanan melakukan palpasi pada kuadran kiri atas.
7) Evaluasi :
Ada atau tidak pembesaran lien N=tidak teraba lien
8 Sampaikan hasil pemeriksaan kepada pasien
9 Mengucapkan terima kasih dan “Jazakumullah Khairan Katsiran”
NO ASPEK PENILAIAN
111
3. Titik nyeri maksimum dengan satu jari atau 2 jari tanya yang lebih nyeri
di daerah mana sambil kita tentukan defans muskular
4. Defans muskuler rasa tegang pada perut spesifik untuk peritonitis
5. Nyeri tekan lepas (Tanda Blumberg) lakukan palpasi dengan jari pelan-
pelan sampai dalam lalu lepaskan mendadak. Evaluasi apakah ada nyeri
juga saat lepas,
Ada rovsting sign Tanda ini muncul jika saat pemeriksa menekan
bagian perut kiri bawah, pasien juga merasakan nyeri pada bagian kanan
bawah, dan atau saat pemeriksa melepaskan tangan pasien juga
merasakan nyeri pada bagian kanan bawah
6. Tes Psoas untuk evaluasi perut sebelah kanan bawah/apendisitis
tangan kanan di letakkan di dipaha kanan sedikit diatas lutut, minta
pasien mengangkat kaki sambil di tahan evaluasi apakah terasa nyeri di
perut
minta pasien miring ke kiri, lakukang gerakan hiperekstensi menjauhi
perut apakah daerah perut kanan terasa nyeri?
7. Tes Obturator Fleksi sendi lutut dan panggul lalu lakukan rotasi ke
dalam, apakah terdapat nyeri pada perut kanan bawah
8. Periksa hiperesthesia kulit
Lipatlah kulit daerah perut kanan bawah dengan ibu jari dan telunjuk
tangan kanan
8 Tes untuk appendisitis (nyeri Mc-Burny)
Tentukan titik mc burney antara umbillikus dan SIAS pada titik 1/3 lateral
dengan ujung jari Minta pasien batuk sambil di tekan ke arah sias apakah ada
nyeri pakk
9 Pemeriksaan Kolesistitis akut (murphy sign)
Tentukan batas arcus kostae dengan muskulus, lalu meminta paien tarik napas
lalu kita dorong ke dalam dan tanya apakah nyeri
10 Pemeriksaan Ascites
1. Shifting dullness.
112
Px berbaring kita perkusi untuk menentukan suara timpani dan redup
dari umbilikus ke lateral lalu Minta pasien miring dan perkursi lagi dari
lateral ke umbillikus jika ada perubahan bunyi artinya +
2. Test undulasi.
Tangan di letakkan di garis tengah perut/ umbillikus, lalu tangan kita
ketuk sisi di kanan kiri perut, ketukanna di kanan rasaan pergerakan air
di tangan kiri
11 Sampaikan hasil pemeriksaan kepada pasien
12 Mengucapkan terima kasih dan “Jazakallah Khairan”
NO ASPEK PENILAIAN
113
1. Iritasi hidung, sinusitis, epistaksis, rhinorrhea, fistula esophagotracheal
akibat pemasangan NGT jangka lama.
2. Pneumonia Aspirasi.
3. Hypoxia, cyanosis, atau respiratory arrest akibat tracheal intubation
Tapi tidak perlu khawatir karena saya akan meminimalisir kejadian
tersebut, apakah bersedia?
4 Mempersiapkan alat
1. PH NGT
2. Handscoon
3. Handscrub
4. Handuk kecil
5. Bengkok
6. NGT : Dewasa ukuran 16 Fr atau 18 Fr, anak ukuran 10 Fr
7. Plester dan Gunting plester
8. Steteskop
9. Spuit 50 cc dengan lubang tengah
10. 1 gelas berisi air
11. Lubricant gel, lebih baik bila mengandung anestesi lokal
5 Mengatur posisi pasien: berbaring dengan elavasi 30-45̊. lapisi pakaian
dengan handuk. letakkan basin emesis pada pangkuan pasien.
6Pemasangan NGT atau OGT :
● Periksa ada tidaknya sumbatan pada hidung. Periksa kedua lubang
hidung untuk menentukan lubang yang paling besar dan terbuka.
● Cuci tangan dan mengenakan sarung tangan
● Ukur panjang insersi tube dengan memegang tube di atas tubuh
pasien, ujung distal diletakkan 6 cm dibawah prosesus sifoideus;
ujung proksimal direntangkan ke hidung; lingkarkan bagian tengah
pada cuping telinga pasien. Tandai panjang ukuran tersebut dengan
plester.
Dari hidung ke telinga lalu ke prosesus sifoideus, selang tidak boleh
menempel pada paien , kita alasi dengan punggung tangan
● Olesi tube dengan lubricant gel.
● Masukkan NGT dari lubang hidung sambil meminta pasien bernafas
melalui mulut dan melakukan gerakan menelen. Bila pasien tidak
dapat menelan, berikan air untuk membantu pasien menelan.
● Jika pasien batuk atau menjadi gelisah atau ditemukan embun pada
tube, kemungkinan tube masuk ke trakhea, tarik tube beberapa senti,
putar sedikit dan mulai kembali ke proses diatas. Tarik sedikit lalu
masukkan lagi
● Lanjutkan mendorong tube hingga mencapai tanda plester. Jika
lambung penuh, akan keluar cairan, gunakan basin emesis untuk
menampung cairan.
114
● Gunakan spuit 50 ml untuk menginjeksikan udara. Dengarkan udara
yang masuk ke lambung dengan menggunakan steteskop.
● Fiksasi NGT pada hidung dengan plester.
7Be bereskan alat kembali, lepas HC dan cuci tangan
8 Mengucapkan terima kasih dan “Jazakumullah Khairan Katsiran”
115
ANAMNESA PENYAKIT NEUROLOGI
KELUHAN DI BIDANG NEUROLOGI
Nyeri kepala
Pusing berputar
Kelemahan lengan dan tungkai
Pelo
Nyeri punggung belakang
Nyeri tangan dan jari-jari tangan
Penurunan kesadaran
Kejang tadi malam
Wajah sisi kanan mencong
Demam, muntah, badan kaku, tertusuk paku
Anamnesis kasus kejang Anamnesis kasus vertigo
1. Gejala sebelum, selama dan sesudah • Keluhan utama: pusing
bangkitan • Pusing seperti apa: sakit kepala,
– Berapa lama bangkitan muncul ? goyang, pusing berputar
– Berapa kali muncul bangkitan ? ( vestib), rasa tidak stabil, melayang,
– Keadaan saat bangkitan à duduk, terapung, berdenyut?
berdiri, tidur, BAK, berbaring • Ilusi gerakan? Ada/tidak, ruangan/diri
– Gejala awitan à aura, berputar
gerakan/sensasi awal, nyeri • Intensitas serangan: ringan – berat
kepala, mual, perasaan tidak (sampai tidak bisa membuka mata?)
enak di perut, melihat kilatan • Onset mulai kapan?
cahaya, mendengar suara • Awal serangan/awitan: sangat
– Selama bangkitan (pola/bentuk mendadak/mendadak, saat
bangkitan) à gerakan tonik- tidur/bangun, berbaring?
klonik, vokalisasi, automatisme, • Sifat serangan: periodik – kontinyu
perubahan kesadaran, (vestib)
penurunan kesadaran, tampak • Frekuensi serangan?
bengong spt melamun, tiba2 • Durasi serangan?
lemas & terjatuh, lidah tergigit, • Waktu serangan?
mata melirik (deviasi mata), • Faktor pencetus: vestib: perubahan
merot, mulut berbuih, ngompol posisi kepala, posisi tubuh, non vestib:
(inkontinensia), pucat, situasi ramai, emosional, suara,
berkeringat keletihan,
– Kejadian stlh bangkitan: bingung, • Hubungan pusing dengan posisi
terjaga, nyeri kepala, badan sakit tubuh/leher/gerakan lengan :
semua, gaduh gelisah, tidur, berbaring, duduk, berdiri
kelemahan (todd’s) • Keparahan : missal px tidak berani
– Pencetus: kelelahan, stres, membuka mata
kurang tidur, hormonal, alkohol • Gejala penyerta:
– Apakah terdapat lebih dari 1 pola • Otonom: mual, muntah, keringat dingin
bangkitan/perubahan pola (ringan – berat)
116
bangkitan? • Pendengaran: penurunan pendengaran
2. Ada/tidaknya penyakit lain yg (sisi mana?), telinga berdenging
diderita sekarang? Riwayat penyakit (seperti apa, sisi mana?), rasa penuh
neurologis/ggn psikiatrik/penyakit (sisi mana?)
sistemik? • Defsit neurologis : kesadaran menurun,
3. Usia awitan, durasi awitan, frekuensi, pandangan dobel, kelopak mata
interval terpanjang antar bangkitan, menutup, juling, tebal separuh wajah,
kejang terakhir kapan? kesemutan sekitar mulut, mulut
4. Riwayat OAE jenis? Dosis? Berapa mencong, gangguan menelan, pelo,
lama? Respon thd terapi? kelemahan separuh tubuh, jalan
Waktu yg dibutuhkan utk sempoyongan, rasa tebal/kesemutan
kembali? separuh tubuh, gg kencing
• Gejala lain: palpitasi, bafas pendek,
5. Riwayat keluarga dg epilepsi
mulut kering, nyeri dada
6. Riwayat keluarga dg kx • Pengobatan: nama obat, lama, respon?
neurologi/psikiatrik/ sistemik lain • Riwayat obat:
gentamisin/streptomisin, kemoterapi,
7. Riwayat antenatal/natal , tumbuh salisilat
kembang • Riwayat operasi: operasi tulang
temporal, prosedur trans timpani
8. Riwayat kejang demam/bangkitan
• Riwayat penyakit lain: DM, HT,
neonatal
kelainan jantung, hipotensi, paru,
9. Riwayat trauma kepala, stroke, anemia, trauma
infeksi, tumor, penyalahgunaan •
obat2an, berganti2 pasangan
117
• Adakah ggn fx eksekutif? (tidak bisa • Suara mengecil?
belanja, mengajar ~ pekerjaan • Bicara monoton?
sebelumnya) • Apakah ada kesulitan mengancingkan
• Adakah ggn berjalan? Jalan nabrak2 baju, memotong makanan, menalikan
• Apakah sering tersesat? tali sepatu? Gerakan tangan
• Adakah halusinasi? melambat?
• Adakah perubahan perilaku? • Sulit bangkit dari duduk, membalik
• Apakah aktivitas sehari-hari harus badan saat tidur? Memulai berjalan?
dibantu? • Sering jatuh? Langkah kecil-kecil, sulit
• Tanda demensia yang lain; depresi , menghentikan langkah?
gangguan aktivitas sehari-hari, • Sulit tidur? Mendengar/melihat yang
kesulitan berhitung, ggn ketrampilan tidak ada?
motorik (apraksia)? • Mudah lupa?
• Gejala penyerta lain: • Sedih? Tidak bergairah hidup? Cemas?
• Perubahan perilaku/kepribadian: • Berkeringat? Sulit BAK? Sulit BAB?
depresi, mudah nangis, ggan • Rasa melayang?
emosi • Disfungsi seksual?
• Insomnia • Nyeri? Apakah mengganggu aktivitas?
• Ggn seksual • Mulai kapan?
• Inkontinensia • Mendadak/perlahan-lahan?
• Delusi • Apakah memburuk/menetap?
• Penurunan BB • Gejala menyertai? Defsit fokal?
• Ilusi • RPD: penyakit, obat-obatan, toksin,
• Halusinasi trauma
• Pelo • Pekerjaan
• Hemiparese • Riwayat keluarga
• kejang • Riwayat
• RPD: sistemik, psikiatrik, neurologik pengobatan/pemeriksaan/responsnya?
• RPK •
• Riwayat pengobatan: obat, dosis,
pemakaian berapa lama, respon thd
terapi
118
kesadaran, ggn bicara/bahasa, paru, ginjal
pandangan kabur, mata tdk bisa • Riwayat penyakit psikiatri
membuka, pandangan dobel, • Riwayat pemakaian obat (sedative,
juling, tebal separo wajah, tebal hipnotik, psikotropik, neuroleptik,
sekitar mulut, bicara pelo, mulut OAE)
mencong, vertigo, ggn
pendengaran, sulit menelan,
tebal.kesemutan ½ badan, jalan
sempoyongan, ngompol, panas
badan
• RPD: HT, DM, dislipidemia,
stroke, anemia,riwayat nyeri
kepala berulang disatu sisi,
trauma kepala, operasi,fraktur,
perdarahan, gagal jantung, IMA,
hamil/tidak, demam
• Riwayat penyakit Keluarga
• Riw pengobatan: antikoagulan,
anti HT, DM, antiplatelet, dosis,
brapa lama, respon terapi
119
PEMERIKSAAN REFLEK FISIOLOGIS
Mengucapkan “Bismillahirrahmanirrahim”
Saya akan melakukan pemeriksaan reflek fisiologis pada Bpk apakah bersedia?
Reflek bisep
Posisi : dilakukan dengan pasien duduk, dengan membiarkan lengan untuk beristirahat
di pangkuan pasien, atau membentuk sudut sedikit lebih dari 90 derajat di siku.
Identifikasi tendon: minta pasien memflexikan di siku sementara pemeriksa mengamati
dan meraba fossa antecubital. Tendon akan terlihat dan terasa seperti tali tebal.
Cara : ketukan pada jari pemeriksa yang ditempatkan pada tendon m.biceps brachii,
posisi lengan setengah diketuk pada sendi siku.
Respon : fleksi lengan pada sendi siku
Reflek trisep
Posisi :dilakukan dengan pasien duduk. dengan Perlahan tarik lengan keluar dari tubuh
pasien, sehingga membentuk sudut kanan di bahu. atau Lengan bawah harus menjuntai
ke bawah langsung di siku
Cara : ketukan pada tendon otot triceps, posisi lengan fleksi pada sendi siku dan sedikit
pronasi
Respon : ekstensi lengan bawah pada sendi siku
Reflek brachiradialis
Posisi: dapat dilakukan dengan duduk. Lengan bawah harus beristirahat longgar di
pangkuan pasien.
Cara : ketukan pada tendon otot brakioradialis (Tendon melintasi (sisi ibu jari pada
lengan bawah) jari-jari sekitar 10 cm proksimal pergelangan tangan. posisi lengan fleksi
pada sendi siku dan sedikit pronasi.
Respons: - flexi pada lengan bawah - supinasi pada siku dan tangan
Reflek patella
120
Cara : ketukan hammer pada tendon achilles
Respon : plantar fleksi kaki krena kontraksi m.gastroenemius
INTERPRETASI
0 : tidak ada respon
+1 : agak menurun, dibawah normal
+2 : normal
+3 : lebih cepat dibanding normal; masih fisiologis ( tidak perlu dianalisis & tindak lanjut)
+4 : Hiperaktif sangat cepat (mengindikasikan adanya suatu penyakit)
121
PEMERIKSAAN REFLEKS PATOLOGIS
Refleks Hoffman:
• Refleks positif (+), bila goresan kuat tadi mengakibatkan fleksi jari telunjuk, serta
fleksi dan aduksi ibu jari.
• Kadang disertai fleksi jari lainnya.
Refleks Tromner :
• Refleks positif (+), bila goresan kuat tadi mengakibatkan fleksi jari telunjuk, serta
fleksi dan aduksi ibu jari.
Reflek babinski:
- Tangan kiri pemeriksa memegang pergelangan kaki pasien agar kaki tetap pada
tempatnya.
- Respon : posisitf apabila terdapat gerakan dorsofleksi ibu jari kaki dan
pengembangan jari kaki lainnya
Reflek chaddok
- Penggoresan kulit dorsum pedis bagian lateral sekitar maleolus lateralis dari posterior
ke anterior
- Amati ada tidaknya gerakan dorsofleksi ibu jari, disertai mekarnya (fanning) jari-jari
kaki lainnya.
Reflek schaeffer
- Amati ada tidaknya gerakan dorso fleksi ibu jari kaki, disertai mekarnya (fanning)
jari-jari kaki lainnya.
122
Reflek oppenheim
- Amati ada tidaknya gerakan dorso fleksi ibu jari kaki, disertai mekarnya (fanning)
jari-jari kaki lainnya.
Reflek Gordon
- Amati ada tidaknya gerakan dorsofleksi ibu jari kaki, disertai mekarnya (fanning)
jari-jari kaki lainnya.
Reflek gonda
- Amati ada tidaknya gerakan dorso fleksi ibu jari kaki, disertai mekarnya (fanning)
jari-jari kaki lainnya.
123