Anda di halaman 1dari 123

SISTEM KARDIOLOGI

A. Anamnesis
1. Salam, Antiseptic, Basmalah, Introduction
2. Identitas (nama, usia, alamat, pekerjaan)
3. RPS:
a. Keluhan utama:
 (nyeri dada) Chest discomfort/angina pectoris
 Dyspnea=sesak
 Edema
 Palpitations=bedebar debar
 Syncope=pingsan
b. Lokasi (dimana, menjalar ke lengan/tangan, dagu, punggung, atau menetap didada)
c. Onset & kronologi (sejak kapan?)
d. Kuantitas (mendadak, kapan dan durasi berapa lama)
e. Kualitas / Sifat (terus menerus atau intermitten, Di tekan, di remas, terbakar, seperti di ikat)
f. Pemberat (aktivitas berat/ringan, Sesak saat malam hari sehingga terbangun)
g. Peringan (istirahat, posisi miring?
h. Keluhan penyerta
 Jantung berdebar-debar, sesak napas, batuk, berkeringat, rasa tentindih beban berat, rasa
tercekik, masuk angin
 Mual, muntah, nyeri perut/ulu hati
 Kejang, pusing, otot lemah /lumpuh, nyeri pada ekstremitas, edema (bengkak)
 Pingsang, badan lemah/lelah
4. RPD: (hipertensi, DM)
5. RPK: (hipertensi, DM)
6. R Sosial Ekonomi: (merokok)

PENYAKIT KARDIO VASKULAR


NYERI DADA SESAK
Cek onset : >20 menit/kurang
Peringan: bagaimana jika dengan istirahat Etiologi :
Etiologi : Gagal jantung
Infark miokard
Perikarditis Peningkatan TD paru
Kontusio kordis
HT pulmonal
Diseksi aorta
Obstruksi , emboli
Jika curiga dengan sindroma koroner
akut:
Kualitas : Di tekan, di remas, terbakar, Biasanya karena penyakit gagal jantung
seperti di ikat Pemberat:
Lokasi : bisa sampai punggung, lengan  memberat saat tidur/berbaring
atas, leher, rahang, bisa ditunjukkan (orthopnea)
Pemberat: aktivitas berat, cuaca dingin,  Memberat saat aktivitas (dyspnea on
effort)
stress
 Sesak saat malam hari sehingga
Peringan : dengan istirahat atau obat terbangun (PND)
nitrogliserin) Rw : merokok, alkohol, kardiomiopati,
Onset: > 10 menit + istirahat = angina mati tiba tiba
stabil
>20 menit tidak berkurang dengan Penyerta: edema/kaki biru
istirahat= IMA
Penyerta = nafas pendek
Kalau emergency :
‐ Nyeri dada
‐ Keringat dingin
‐ Sulit menelan EDEMA
‐ Kesemutan tangan dan lengan SINKOPE
‐ Muntah mual PALPITASI
‐ Nafas pendek
‐ Nyeri menjalar
‐ Denyut cepat

B. Pemfis
Berada di kanan pasien
Silahkan berbaring pada bed pemeriksaan dan membuka pakaian nya
7. Inspeksi
a. Leher:
Silahkan menoleh ke kiri
tampak distensi dan/ fluktuasi vena jugularis kanan
b. Thorax: Tampak denyut apekscordis pada ICS IV - V MCL Sinistra
8. Palpasi
a. Leher: teraba denyut A. Carotis kuat
b. Thorax: teraba denyut apekscordis pada ICS IV - V MCL Sinistra
9. Perkusi (Menentukan batas jantung)
a. Batas paru hepar: dari ICS II MCL Dextra ke bawah hingga terdengar perubahas suara (sonor)-
(redup) pada ICS VI MCL dextra
b. Kanan: 2 jari diatasnya-lateral(sonor)-medial (redup) pada ICS IV PSL dextra
c. Kiri: dari ICS II MCL Sinistra – ICS V – lateral (sonor)- medial (redup) pada ICS V MCL sinistra
d. Pinggang: ICS III lateral (sonor)- medial (redup) pada ICS III PSL sinistra
10. Auskultasi: (katup) + pegang nadi
a. Aorta di kanan sternum batas atas ICS II
b. Pulmonal di kiri sternum batas atas ICS II (proyeksi suara jantung 2/diastol)
c. Trikuspid di kiri sternum batas bawah ICS IV-V
d. Mitral di garis mid clavicula kiri ICS 5 (proyeksi suara jantung 1/sistol)
11. Kesimpulan terdengar suara S1 & S2 Tunggal, tidak ada bising, gallop, murmur,
12. Cuci tangan

C. JVP
Kondisi yang menyebabkan peningkatan v.jugular :
‐ Gagal jantung = pengisian ventrikel terhambat
‐ Tamponade
‐ Pneumothorak
1. Mengucapkan "Assalamu'alaikum Wa Rahmatullahi Wa Barakatuh"
2. Menggunakan cairan antiseptik
3. Mengucapkan "Bismillahirrahmanirrahim"
4. Perkenalkan diri
5. Tanya identitas pasien (nama, umur, alamat)
6. Ada yang bisa saya bantu?
7. Menjelaskan prosedur (baik, disini saya akan melakukan pemeriksaan JVP untuk melihat adakah
kelainan pada vena jugularis ibu untuk mengetahui aktivitas pada jantung ibu, apakah bersedia?
8. Mempersiapkan alat dan bahan, dan silahkan membuka baju dan setengah berbaring di atas bed dg
sudut 30 drjt
9. Menentukan posisi vena jugularis yang bagian kanan (dengan 2 jari kemudian ditarik)
(Lebih bagus pada v. Jugular interna di lateral m.SCM buka bagian bawah)
Inspeksi : ada tidaknya peningkatan v.jugular
Tentukan batas atas pulsasi v.jugular : menekan dan di urut ke bawah kemudian di lepas
10. Menentukan titik angulus sterni
11. Penggaris pertama diletakkan di titik tertinggi vena jugularis secara horizontal, Penggaris Kedua
diletakkan di titik angulus sterni secara vertikal
12. Mengukur jarak keduanya (upnormal >5cm)
13. Melaporkan dan mencatat hasil
14. Menyampaikan ke pasien
15. Apakah ada yang ditanyakan?
16. Penutup

D. PEMASANGAN EKG
1. Mengucapkan "Assalamu'alaikum Wa Rahmatullahi Wa Barakatuh"
2. Menggunakan cairan antiseptik
3. Mengucapkan "Bismillahirrahmanirrahim"
4. Perkenalkan diri
5. Tanya identitas pasien (nama, umur, alamat)
6. Ada yang bisa saya bantu?
7. Menjelaskan prosedur (baik, disini saya akan melakukan pemasangan EKG untuk mengetahui
aktivitas jantung ibu, mungkin ibu akan merasa tidak nyaman, apakah bersedia?)
8. Mempersiapkan alat dan bahan serta memakai handscoon dan berada di kanan pasien
Memastikan kecepatan perekaman dan kalibrasi (amplitudo 10, kecepatan 25)
9. Mempersiapkan pasien:
‐ suruh pasien melepas pakaian dan aksesoris yang mengandung besi, lalu berbaring di bed
‐ bersihkan dengan alkohol di area yang mau di tempel elektorda, elektroda beri jely
10. Pemasangan elektroda :
Ekstremitas:
 Warna merah untuk tangan kanan
 Warna kuning untuk tangan kiri
 Warna hijau untuk kaki kiri
 Warna hitam untuk kaki kanan
Dada:
 Lead 1 warna merah di ICS 4 parasternal kanan
 Lead 2 warna kuning di ICS 4 parasternal kiri
 Lead 4 warna coklat di ICS 5 MCL kiri
 Lead 3 warna hijau di antara lead 2 dan 4
 Lead 5 warna hitam di ICS 5 anterior axila line ( samping lead 4)
 Lead 6 warna ungu di ICS 5 mid axila line (samping lead 5)
11. Dilepas dan dibersihkan
12. Menyampaikan hasil
13. Apakah ada yang ditanyakan?
14. Penutup

Interpretasi :
SISTEM MUSKULOSKELETAL
PRINSIP DASAR ANAMNESA
 KASUS: trauma dan kecelakaan
 Saaat keaadaan emergency/tidak memungkinkan, untuk anamnesis menggunakan AMPLE(Allergy,
medication, past illnes, last meal, event/environment)
 Keluhan (nyerii,deformitas, gangguan fungsi)
 Mekanisme injury: posisi jatuhnya, kecepatan kendaraan, naik apa, apa duluan yang terkena
 Untuk diagnosis muskulio: tipe fraktur (open/close), tipe apa dan lokasi
 Terapi : farmakoresusitasi cairan , anti nyeri , supportif (vitamin)
 Jahit luka, imobilisasi (pasang spalk)
NO ASPEK PENILAIAN

1 Mengucapkan “Assalamualaikum Wa Rahmatullahi Wa Barakatuh”


3 Mengucapkan “Bismillahirrahmanirrahim”
4 Menunjukkan sikap hormat dan respek pada pasien
5
 Mempersilahkan pasien untuk duduk
 Menciptakan suasana yang nyaman (isyarat bahwa punya
cukup waktu, menganggap penting informasi yang akan diberikan, menghindari
tampak lelah).

6 Memperkenalkan diri, menjelaskan tugas/perannya (apakah dokter umum,


spesialis, dokter keluarga, dokter paliatif, konsultan gizi,
konsultan tumbuh kembang, dan lain-lain).
7 Menanyakan identitas penderita
8 Menanyakan keluhan utama
9 Menanyakan lokasi
10 Menanyakan onset dan kronologi
11 Menanyakan kualitas keluhan
12 Menanyakan kuantitas keluhan
13 Menanyakan faktor-faktor pemberat
14 Menanyakan faktor-faktor peringan
15 Menanyakan gejala penyerta
16 Menanyakan riwayat penyakit dahulu
17 Menanyakan riwayat kesehatan keluarga
18 Menanyakan riwayat sosial ekonomi
19 Menanyakan kebiasaan pribadi
20 Penggunaan bahasa yang mudah dipahami pasien
21 Menggunakan pertanyaan terbuka secara tepat
22 Menggunakan pertanyaan tertutup secara tepat
23 Menanyakan pada pasien apakah ada hal yang terlewat
24 Menutup wawancara dengan membuat suatu ringkasan
25 Membuat kesepakatan dengan pasien (contracting)
26 Mengucapkan terima kasih dan “Jazakumullah Khairan Katsiran”
PEMERIKSAAN FISIK MUSKULOSKELETAL

NO ASPEK PENILAIAN

1 Mengucapkan “Assalamualaikum Wa Rahmatullahi Wa


Barakatuh”

2 Menggunakan cairan antiseptic di tangan.


3 Mengucapkan “Bismillahirrahmanirrahim”
4 Memberikan inform consent terhadap pasien tentang pemeriksaan
muskuloskeletal.

5 Mempersiapkan alat tulis untuk mencatat hasil


6 Meminta pasien membuka pakaian seperlunya dengan rasa empati
7 MELAKUKAN PEMERIKSAAN LEHER
INSPEKSI
‐ Silahkan duduk dengan rileks pak, melihat leher dari arah depan samping dan
belakang
‐ Evaluasi: Simetris tidak ada lordosis dan miring(tortikolis),
‐ Tidak ada bengkak
‐ Kulit : perubahan warna, laserasi,
PALPASI
‐ Raba dan menekan bagian lehe belakang dan depan

‐ Terdapat perubahan suhu/x


‐ Terdapat nyeri atau tidak
‐ Deformitas, bengkak
8 MELAKUKAN PEMERIKSAAN BAHU
INSPEKSI
‐ Silahkan duduk dengan rileks pak
‐ Bandingkan bahu kanan dan kiri dari arah depan, samping dan belakang tampak
‐ Evaluasi: simetris atau tidak. Deformitas dan bengkak. Pengecilan pada otot
‐ Kulit : perubahan warna, laserasi, ekimosis.
PALPASI
‐ Menekan m.supraspinatus kanan dan kiri dan mengurutnya dari medial ke lateral
‐ Evaluasi: apakah terdapat perubahan suhu, Nyeri (menyeluruh/local)
‐ Palpasi pada lateral clavicula untuk mengetahui articulation acromioclavicularis.

‐ Palpasi acromion untuk mengetahui tendon supraspinatus.


‐ Raba tonjolan pada lateral caput humeri untuk meraba tuberositas major humeri
9 MELAKUKAN PEMERIKSAAN SIKU
INSPEKSI
‐ Silahkan duduk dengan rileks pak
‐ memperhatikan siku dari arah depan, samping dan belakang
‐ Bandingkan siku kiri dan kanan
‐ Evaluasi: tampak simetris/tidak, adakah Bengkak dan deformitas
‐ Kulit: perubahan warna, laserasi, ekimosis
‐ Ada atau tidak Atrofi otot
PALPASI
‐ Palpasi epicondylus dan olecranon yang membentuk segitiga sama sisi
‐ Palpasi epicondylus medialis dan garis supracondiler
‐ Palpasi epicondylus lateralis dan garis supracondyler


‐ Siku digerakkan secara pasif
‐ Evaluasi: tidak ada perubahan suhu, nyeri tekan, benjolan atau deformitas
10 MELAKUKAN PEMERIKSAAN PERGELANGAN TANGAN
INSPEKSI
‐ Silahkan duduk dengan rileks pak
‐ Bandingkan pergelangan tangan kiri dan kanan
‐ Evaluasi: apakah tampak simetris/tidak , adakah benjolan atau tidak ,
deformitas
‐ Kulit: perubahan warna, laserasi, ekimosis, tidak ada Atrofi otot
PALPASI
‐ Palpasi pergelangan tangan melihat adanya bengkak atau deformitas
‐ Ada tidaknya nyeri
‐ Pasien di gerakkan secara pasif


11 MELAKUKAN PEMERIKSAAN PUNGGUNG
INSPEKSI
‐ Meminta pasien untuk berdiri membelakangi pemeriksa, kemudian menghadap
ke samping kanan dan kiri
‐ Evaluasi: apakah simetris, tidak ada kelainan lordosis(samping),
kifosis(samping), skoliosis(belakang)
‐ benjolan pada punggung, simetris atau tidak
6
‐ Apakah lumbal spine dari pasien lurus atau skoliosis atau lordosis atau kifosis
PALPASI
‐ Meminta pasien duduk dengan posisi relaks
‐ palpasi tulang belakang
‐ palpasi seluruh punggung
‐ evaluasi : apakah ada perubahan suhu, nyeri tekan, benjolan
12 MELAKUKAN PEMERIKSAAN PANGGUL
INSPEKSI
‐ pasien berdiri dengan lurus menghadap pemeriksa
‐ evaluasi : simetris/x, Apakah ada tanda dari atropi otot paha
Periksa adakah atropi,bekas luka dari otot gluteal
Perubahan warna,luka, deformitas, Laserasi, bruising, ecchymosis, edema,
Nodules, Scar
PALPASI
‐ Apakah terdapat nyeri
‐ Apakah terdapat benjolan
13 MELAKUKAN PEMERIKSAAN LUTUT
INSPEKSI
‐ Inspeksi pasien dari depan dan belakang ketika posisi berdiri, berjalan dan tidur
terlentang
‐ Evaluasi: tampak simetris, tidak ada Massa, Scar, Lesi, Tanda-tanda trauma
/operasi sebelumnya, Pembengkakan, eritema, atrofi otot, Dislokasi patella
PALPASI
‐ Meminta pasien berdiri dengan posisi relaks
‐ Apakah terdapat nyeri
‐ Apakah terdapat benjolan
14 MELAKUKAN PEMERIKSAAN ANKLE DAN KAKI
INSPEKSI
‐ Meminta pasien untuk duduk menghadap pemeriksa dengan posisi kaki
menggantung.
‐ Bandingkan kaki kiri dan kanan
Evaluasi: tampak simetris, benjolan, deformitas, Atrofi otot
‐ Kulit: perubahan warna, laserasi, ekimosis,
PALPASI
‐ Meminta pasien duduk dengan posisi relaks.
‐ Palpasi pergelangan tangan melihat adanya perubahan suhu, bengkak atau
deformitas, Ada tidaknya nyeri
15 PEMERIKSAAN GAIT
‐ Meminta pasien untuk berjalan beberapa langkah ke depan (1-2 m) membalik dan
kembali ketempat semula (normal, antalgic gait, spastic gait)
‐ Amati cara berjalan pasien dari samping,depan,dan belakang
‐ Memperhatikan dengan seksama kehalusan dan kesimetrisan langkah
(lambaian tangan, gerakan panggul, nilai lebar langkah dan cara berdiri
menggunakan masing- masing kaki)
‐ Evaluasi macam macam kelainan gait:
Antalgic gait : gaya bejalan dengan pola jalan pincang akibat nyeri pada salah
satu tungkai. Berjalan pincang, pasien bergerak lebih cepat pada sisi yang
sakit, dengan berkurangnya fase stance.
Spastic/scissor gait : gaya berjalan dengan kedua tungkai bawah bergerak
7
secara sirkumduksi.
Steppage gait : gaya berjalan dengan tungkai yang maju diangkat tinggi agar
jari kaki tidak tersentuh tanah akibat kelumpuhan kaki (drop foot).
Parkinsonian gait : gaya berjalan bungkuk, fleksi lutut dan paha disertai
langkah pendek-pendek.
Quadriceps Gait : gaya berjalan di mana penderita membantu ekstensi lutut
dengan memegang paha saat mid stance untuk mencegah fleksi lutut akibat
kelemahan M. Quadricpes otot quadriceps.
Wadling Gait : kelainan cara berjalan dimana langkah tubuh dengan gerakan
selang seling yang berlebihan disertai peninggian hip joint, berjalan seperti
bebek.
Trendelenburg Gait : condong ke arah lateral pada sisi dimana tubuh
bertumpu akibat kelemahan otot gluteus medius.
16 Sampaikan hasil pemeriksaan kepada pasien
17 Mengucapkan terima kasih dan “Jazakumullah Khairan Katsiran”
JAHIT LUKA
N
O ASPEK PENILAIAN

1 Mengucapkan “Assalamualaikum Wa Rahmatullahi Wa Barakatuh”


2 Menggunakan cairan antiseptic di tangan.
3 Mengucapkan “Bismillahirrahmanirrahim”
Anamnesis singkat!
Saya dokter xxx yang merawat bapak ya,
Ini luka kenapa? Jatuh ?
Berapa jam yang lalu?
Coba di genggam tangan saya, digerakkan
Melakukan diagnosis: Baik disini bapak mengalami vulnus appertum
Melakukan informed consent
Saya akan melakukan perawatan luka, ini perting sekali karena supaya lukanya
cepat sembuh dan dapat mencegah infeksi. Dan nati jika selesai dan dirawat
dengan baik maka lukanya akan kembali bagus, setuju dengan apa yang akan
dilakukan ?
Tanda tangan persetujuan
4 Silahkan berbaring di tempat yang sudah disediakan
Mempersiapkan alat dan bahan
5 Saya pastikan bahwa semua alat untuk melakukan prosedur sudah lengkap
6 Cuci tangan dengan lengkap dan Memakai Handscoon
7 Melakukan Aseptik dan antiseptik dari luka ke tepi kira2 5 cm dari luka operasi
8 Lalu saya persempit dengan pememasangan doek steril
Melakukan anastesi lokal (infiltrasi)
Bapak xxxx ini saya injeksi untuk anestesi untuk selama prosedur tidak sakit ya
Sambil diajak ngobrol pasien nya
9 Masukkan jarum, aspirasi kosong masukkan obat 3x
10 Melakukan eksplorasi luka dan hentikan perdarahan (dep/ligasi)
8
Dengan kasa yang ditetetesi betadine ,
Evaluasi hasil anestesi apakah sudah bekerja sambil berkomunikasi dengan
pasien
11 Aproksimasi tepi luka
12 Jahit luka lapis demi lapis
Dengan jahitan simple
Letakkan needle holder pada sepertiga lateral
Karena jahit kulit maka menggunakan cutting needle
Memakai benang yang tidak di serap

13 Membersihkan luka yang telah dijahit dengan kasa povidon


14 Melepaskan duk steril
15 Plester kasa pada lokasi jahitan
16 Edukasi : jadi pak dijaga jahitannya tetap kering paling tidak selama 5 hari
setelah itu kontrol kembali saya akan buka saya rawat dan kemudian saya lepas
jahitannya. Ini obat di minum antinyeri 3x sehari
Ada yang ditanyakan ?
Cepat sembuh ya

Vulnus appertum adalah luka robek merupakan luka terbuka yang terjadi kekerasan tumpul yang
kuat sehingga melampaui elastisitas kulit atau otot.

PEM FRAKTUR
1. Assalamualikum saya dr rizka, permisi menggunakan cairan antis
2. Saya mau melakukan tindakan berupa memasang bebat dan bidai pada bpk mungkin ada nyeri
9
sedikit mohon ditahan nggih
3. Buka dan bebaskan (buka lengan bajunya dgn digunting dll
4. Kontrol pendarahan jika ada pendarahan dihentikan dgn sedikit ditekan menggunakan gulungan
kasa,kaloada luka bisa dibersihkan terlebih dulu
5. Kontrol gss (gerakan sensasi sirkulasi) tes CRT (kurang dari 2 detik) jempolnya bisa diangkat,
tangannya bisa diangkat, pak merem jari yg saya pegang yg mana,
6. Siapkan alat
7. Jgn rubah posisi
8. Jgn masukan tulang yg keluar
9. Lakukan bebat bidai pada dua sendi terdekat
10. Yg bagian lunak/ empuk di kulit pasien
11. Isi bagian kosong dgn bahan lunak
12. Ikatan secukupnya
13. Jmlh ikatan secukupnya dari distal ke proksimal (jari ke lengan)
14. Tes GSS dan tes CRT lagi
15. Bidai tidak boleh berlebihan

10
SISTEM PSIKIATRI
ANAMNESIS PSIKIATRI

11
PENILAIAN DIAGNOSIS MULTIAKSIAL

NO ASPEK PENILAIAN
Mengucapkan “Assalamualaikum Wa Rahmatullahi Wa
1 Barakatuh”
2 Menggunakan cairan antiseptic di tangan.
3 Mengucapkan “Bismillahirrahmanirrahim”
Menentukan Aksis I -> Diagnosis Klinik
tentang gangguan klinis dan gannguan perkembangan dan pembelajaran.
Merupakan kriteria diagnosis yang dikelompokkan berdasarkan gejala –
gejal klinik yang telah dibuktikan dalam pemeriksaan
a. Gangguan yang biasanya didiagnosis pada masa bayi, anak dan remaja
(kecuali retardasi mental yang didiagnosis pada aksis II)
b. Delirium, dimensia, amnesia dan gangguan kognitif lainnya
c. Gangguan mental organic
d. Gangguan akibat zat psikoaktif
e. Skizofrenia dan gangguan psikotik lainnya
f. Gangguan mood
g. Gangguan cemas menyeluruh
h. Gangguan smatoform
i. Gangguan factitious
j. Gangguan disosiatif
k. Gangguan makan
l. Gannguan tidur
m. Gangguan kontrol implus yang tidak dapat diklasifikasikan
n. Gangguan penyesuaian
4 o. Kondisi lain yang dapat menjadi fokus perhatian klinis
Menentukan Aksis II -> Gangguan Kepribadian dan Retardasi
Mental
pola perilaku yang menetap (kebiasaan, sifat) yang tampak adalah persepsi
tentang diri dan lingkungan (yang akan ditampilkan dalam pola interaksi
dengan orang lain)
a. F60 – F69 gangguan kepribadian dan perilaku masa dewasa
b. F60.0 gangguan kepribadian paranoid
c. F60.1 gangguan kepribadian schizoid
d. F60.2 gangguan kepribadian Antisosial
e. F60.3.31 gangguan kepribadian Ambang
f. F60.4 gangguan kepribadian histerionik
g. F60.5 gangguan kepribadian obsesif – kompulsif
h. F60.6 gangguan kepribadian menghindar
i. F60.7 gangguan kepribadian dependen
j. F60.8 gangguan kepribadian pasif – agresif
k. F60.9 gangguan kepribadian yang tidak ditentukan (YTT)
l. gangguan kepribadian skizoitipal
m. gangguan kepribadian narasistik
5 n. F70 – F79 Retardasi Mental
6 Menentukan Aksis III -> Penyakit Fisik

12
Penyakit atau kondisi fisik, khususnya yang perlu diperhatikanpada
tatalaksana atau menjadi penyebab munculnya gangguan
a. Penyakit infeksi dan parasit
b. Neoplasma
c. Penyakit endokrin, nutrisi, metabolik dan imunitas
d. Penyakit hematologi
e. Penyakit sistem saraf
f. Penyakit sistem sirkulasi
g. Penyakit sistem respirasi
h. Penyakit sistem pencernaan
i. Penyakit sistem kelamin dan saluran kemih
j. Komplikasi kehamilan, persalinan dan masa nifas
k. Penyakit kulit dan jaringan subkutan
l. Penyakit sistem muskuloskeletal dan jaringan ikat
m. Kelainan kongenital
n. Kondisi tertentu pada masa perinatal
o. Tanda, gejala dan penyakit tertentu
p. Cedera dan keracunan

Menentukan Aksis IV -> Masalah Psikososial dan Lingkungan


semua faktor yang berkontribusi terhadap, atau mempengaruhi, gangguan
psikiatri saat ini dan hasil pengobatan
a. Masalah yang berhubungan dengan keluarga
b. Masalah yang berhubungan dengan lingkungan sosial
c. Masalah pendidikan
d. Masalah berkenaan dengan pekerjaan
e. Masalah perumahan
f. Masalah ekonomi
g. Masalah dalam akses ke pelayanan kesehatan
h. Masalah hukum
i. Masalah psikososial dan lingkungan lainnya
7
Menentukan Aksis V -> GAF
keseluruhan tingkat fungsional pasien selama periode waktu tertentu
(misal saat pemeriksaan, tingkat fungsional pasien tertinggi untuk
8 sekurang – kurangnya 1 bulan selama 1 tahun terakhir)
9 Mengucapkan terima kasih dan “Jazakumullah Khairan Katsiran”

13
PENILAIAN PEMERIKSAAN MMSE (Tidak boleh bilang baik, boleh tau)

NO ASPEK PENILAIAN
1 Mengucapkan “Assalamualaikum Wa Rahmatullahi Wa Barakatuh”
2 Menggunakan cairan antiseptic di tangan.
3 Mengucapkan “Bismillahirrahmanirrahim”
Inform consent terhadap pemeriksaan yang akan dilaksanakan
4 saya akan melakukan pemeriksaan dengan memberikan pertanyaan yang sederhana
namun bapak harus berupaya menjawab sebisanya, apakah bersedia?
Pemeriksaan dilakukan di ruang yang tenang
Bisa di ulang setelah 3 bulan
5 Mencatat nama pasien, jenis kelamin, tanggal lahir, tanggal pemeriksaan
6 Saya mulai ya!
Melakukan pemeriksaan MMSE secara berurutan

MAKSIMAL
NO PENILAIAN MMSE NILAI
NILAI
1 Orientasi
“bapak silahkan di jawab”
1 Tanggal
2 Hari
3 Bulan 5
4 Tahun
5 Musim
6 Ruangan (klinik, lantai ?)
7 Rumah Sakit
8 Kota 5
9 Propinsi
10 Negara
II Registrasi (Pasien diminta mengingat 3 kata)
“ bapak saya akan menyebutkan 3 buah kata benda silahkan bpk ulangi langsung
setelah saya selesai menyebutkan”
Bola
Melati 3
Kursi
III Atensi / Kalkulasi (Menilai perhitungan 100-7 atau ejaan terbalik
WAHYU)
“bpk saya punya sebuah kata bpk mohon ulangi ejaannya dari paling belakang”
100 – 7 Atau U 5
93 – 7 Atau Y
86 – 7 Atau H
79 – 7 Atau A
72 – 7 Atau W
IV Recall Memori (Mengingat kembali 11-13)
“pak coba sebutkan 3 buah benda yang saya sebutkan sebelumnya”
Bola 3
Melati
Kursi
14
V Bahasa (Perlihatkan 2 benda tersebut dan tanyakan namanya)
“bapak saya akan menunjukan 2 benda ke bpk silahkan bpk sebutkan masing
masingnya ya” bendanya”
Jam tangan 2
Pensil
Pengulangan (Pasien diminta untuk mengulangi kata tersebut )
VI “bapak saya akan mengucapkan 3 buah kata SAMBUNG begitu saya selesai bpk
langsung ucapkan ya”
Namun, Tanpa, Bila 1
VII Pengertian Verbal (Berikan kertas)
“pak saya akan mengucapkan beberapa kalimat bpk dengarkan lalu lakukan secara
berurutan setelah saya selesai”
Ambil kertas ini dengan tangan kanan 3
Lipatlah menjadi dua
Letakkan di lantai
VIII Membaca dan pengertian bahasa (Instruktur menuliskan dikertas dan
pasien diminta melakukannya)
“bapak saya akan menuliskan sebuah kalimat dg huruf kapital bpk baca dan ikuti
nggih pak”
Tutup mata anda 1
IX Menulis (Pasien diminta menuliskan kalimat lengkap)
“pak tolong buat kalimat lengkap kemudian tunjukan ke 1
kamera”
X Tiru gambar dibawah ini
“bapak saya akan membuat sebuah gambar yg kemudian
tolong bpk ingat2 dan tirukan dikertas bpk dan tunjukan yang
saya buat nggih”
1

7 Menentukan hasil pemeriksaan (scoring)


8 Menginterpretasikan hasil pemeriksaan
Interpretasi MMSE :
27-30 : normal
22-26 : curiga gangguan fungsi kognitif
≤ 21: Pasti gangguan Kognitif
Baik bapak dari hasil pemeriksaan saya bapak mempunyai skore..... yg kemudian
berarti curiga/...nantinya akan saya rujuk ke sp psikiatri dan akan ada pemeriksaan
lanjutan
9 Mengucapkan terima kasih dan “Jazakumullah Khairan Katsiran”

15
Psikoterapi : terapi untuk psikis
Jenis: supportif boleh non psikiater, non psikolog), dinamik (dilakukan psikolog, psikiater), analisis
(psikolog, psikiater)
Fungsi :
 menguatkan daya tahan mental ,
 mengembangkan mekanisme baru
 Mengembalikan keseimbangn adaptif
Jenis
Ventilasi /katarsis Membiarkan pasien mengeluarkan isi hatinya
“Apa yang bisa saya bantu ibu?” “bisa diceritakan”
Persuasi Dikasih penerangan tentang baik buruknya penyakit
“ketika seorang cemas dapat mempengaruhi sistem saraf otonom
sehingga dapat berpengaruh pada jantung , napas “
Sugesti Secara halus menanamkan pikiran atau membangkitkan kepercayaan
bahwa gejala hilang
“ “semua org mengalami dan semua org tetap berusaha yakin semua
bisa dilalui”
Penjaminan Pemberian komentar dengan penekanan yang telah dicapai pasien
kembali “selamat bapak selama ini sudah berhasil”
/reassurance

Bimbingan dan Memberikan nasehat “


penyuluhan
Terapi kerja Memberikan keterampilan
Supportif & hipnoterapi Seseorang dibawa ke posisi hipnosis  kesadaran menyempit
Terapi perilaku Mengubah perilaku merugikan

Cheklist
 Assalamualaikum
 Cairan antiseptik
 Bismillah
 Perkenalkan saya dokter xxxx yg bertugas siang ini
 Dgn ibu siapa
 Umur brp
 Pendidikan terakhir
 Ventilasi = apa yang bisa saya bantu? Bisa diceritakan?
 5w 1h (apa, kapan, dimana, mengapa, siapa, bagaimana)
 Rasa itu muncul ketika apa
 Bagaimana cara ibu untuk mengurangi keluhannya
 Sampai saat ini apa saja yang sudah ibu lakukan dengan keluhan tersebut
 Persuasi (Dikasih penerangan tentang baik buruknya penyakit = “ketika seorang cemas
dapat mempengaruhi sistem saraf otonom sehingga dapat berpengaruh pada jantung , napas

 Sugesti (Secara halus menanamkan pikiran atau membangkitkan kepercayaan bahwa gejala
hilang) = tidak hanya ibu yang mengalami keluhan yang sama tetapi bisa bangkit dan
menyelesaikannya, ibu tetap semangat”

16
 Penjaminan (Pemberian komentar dengan penekanan yang telah dicapai pasien) = baik
bapak bapak sudah sampai pada titik ini dan bapak sudah berhasil saya yakin bapak bisa
melanjutkannya

17
CEKLIST ANAMNESA PENYAKIT THT

NO ASPEK PENILAIAN

1 Mengucapkan “Assalamualaikum Wa Rahmatullahi Wa Barakatuh”


3 Mengucapkan “Bismillahirrahmanirrahim”
4 Menunjukkan sikap hormat dan respek pada pasien
5 Mempersilahkan pasien untuk duduk
 Menciptakan suasana yang nyaman (isyarat bahwa punya
cukup waktu, menganggap penting informasi yang akan diberikan,
menghindari tampak lelah).
6 Memperkenalkan diri, menjelaskan tugas/perannya (apakah dokter umum,
spesialis, dokter keluarga, dokter paliatif, konsultan gizi,
konsultan tumbuh kembang, dan lain-lain).
7 Menanyakan identitas penderita
8 Menanyakan keluhan utama
9 ‐ Menanyakan lokasi dimana?sebelah atau keduanya?menyebar atau tidak
‐ Menanyakan onset dan kronologi kapan tejadinya?
‐ Menanyakan kualitas keluhan seperti apa? Ditusuk? Ditekan?
Mendadak?
‐ Menanyakan kuantitas keluhan sakitnya bagaimana? Nyeri
sekali?seberapa sering terjadi? Hilang timbul atau terus2 an?bertambah
berat?
‐ Menanyakan faktor-faktor pemberat bagaimana jika dibuat makan?
‐ Menanyakan faktor-faktor peringan untuk istirahat?
‐ Menanyakan gejala penyerta
Adakah keluhan lain?demam? Bengkak/benjolan? Apakah terasa gatal?
Sesak?suara serak? Batuk?dahak?tenggorokan terasa kering?adakah
bengkak di leher?panas tenggorokan?
Ingus encer/kental?bau menyengat?warnanya seperti apa?bercampur
darah/tidak?ada benda asing?
10 Menanyakan riwayat penyakit dahulu
11 Menanyakan riwayat kesehatan keluarga
12 Menanyakan riwayat sosial ekonomi
13 Menanyakan kebiasaan pribadi
Sering pakai headset?
14 Penggunaan bahasa yang mudah dipahami pasien
15 Menggunakan pertanyaan terbuka secara tepat

16 Menggunakan pertanyaan tertutup secara tepat


17 Menanyakan pada pasien apakah ada hal yang terlewat
18 Menutup wawancara dengan membuat suatu ringkasan

18
19 Membuat kesepakatan dengan pasien (contracting)
20 Mengucapkan terima kasih dan “Jazakumullah Khairan Katsiran”

PEMERIKSAAN TELINGA LUAR


1 Mengucapkan “Assalamualaikum Wa Rahmatullahi Wa Barakatuh”
2 Menggunakan cairan antiseptic di tangan.
3 Mengucapkan “Bismillahirrahmanirrahim”
4 Mempersilahkan pasien untuk duduk rileks:
Bersandar, tegak, kaki merapat menghadap ke depan dan pemeriksa juga duduk berhadapan
dengan posisi bersilangan.
5 Pemeriksa menggunakan head light dengan benar
Memasang lampu diantara kedua bola mata
Memfokuskan cahaya
6 Pemeriksaan telinga luar (bergantian)
Telinga kanan : pasien berada di kanan pemeriksa, diminta untuk menoleh ke kiri (30
derajat)
Telinga kiri : pasien berada di kiri pemeriksa, diminta untuk menoleh ke kanan (30 derajat)
7 Lakukan inspeksi telinga luar kiri dan kanan (bergantian), nilai :
Bentuk daun telinga : normal/ abnormal
Kulit daun telinga : normal/ hematom
Kelainan kongenital : +/-
Meatus akustikus eksternus : terbuka/ tertutup
Tanda-tanda peradangan, massa, sikatrik : +/-
Cairan yang keluar : +/-
Fistel dan abses retroauricula : +/-
*Interpretasi hasil : bila terdapat kelainan disebutkan
8 Lakukan palpasi telinga luar kiri dan kanan (bergantian), nilai :
Nyeri tekan tragus : +/-
Nyeri tarik auricular : +/-
Nyeri tekan dan ketok mastoid : +/-
*Interpretasi hasil : bila terdapat kelainan disebutkan
9 Menyampaikan hasil pemeriksaan
10 Mengucapkan terima kasih dan “Jazakumullah Khairan Katsiran”

19
PEMERIKSAAN OTOSKOPI
1 Mengucapkan “Assalamualaikum Wa Rahmatullahi Wa Barakatuh”
2 Menggunakan cairan antiseptic di tangan.
3 Mengucapkan “Bismillahirrahmanirrahim”
4 Mempersilahkan pasien untuk duduk rileks:
Bersandar, tegak, kaki merapat menghadap ke depan dan pemeriksa juga duduk berhadapan
dengan posisi bersilangan.
5 Mempersiapkan speculum telinga yang sesuai telinga pasien, dan membersihkannya dengan kapas
alkohol
6 Pemeriksaan telinga luar (bergantian)
Telinga kanan : pasien berada di kanan pemeriksa, di minta untuk menoleh ke kiri (30 derajat)
Telinga kiri : pasien berada di kiri pemeriksa, di minta untuk menoleh ke kanan (30 derajat)
7 Lakukan pemeriksaan otoskopi
Telinga kanan : tangan kiri pemeriksa menarik daun telinga ke atas dan ke belakang secara
gentle, tangan kanan pemeriksa memegang otoskop
Telinga kiri : tangan kanan pemeriksa menarik daun telinga ke atas dan ke belakang secara
gentle, tangan kiri pemeriksa memegang otoskop
8 Lakukan penilaian :
Canalis akustikus : tanda-tanda peradangan (granulasi, furunkel, peradangan difus, atau jamur)
+/-
Korpus alienum : +/-
Serumen : + (cair, lunak, padat, atau keras) /-
Cairan pada liang telinga : + (serous, mukous, purulen, sanguis) / -
Membran timpani : terlihat/ tidak, bila terlihat
o Utuh, nilai :
Cone of light : +/-
Hiperemis : +/-
Bulging : +/-
Retraksi : +/-
o Perforasi, nilai :
Letaknya : sentral/ marginal/ subtotal/ total

*Interpretasi hasil : bila terdapat kelainan disebutkan dan gambarkan


9 Menyampaikan hasil pemeriksaan
10 Mengucapkan terima kasih dan “Jazakumullah Khairan Katsiran”

20
Prinsip ekstraksi:
Hewan: dengan minyak karbogliserin, betadin, silokain spray
Ngambil: bulat=hook, binatang=jepit/spooling, pinset

TES PENDENGARAN GARPUTALA


Pemeriksaan Fungsi Pendengaran

Pemeriksaan Rinne
(Memeriksa hantaran tulang dan udara pada salah satu telinga)

‐ Memilih garputala ukuran 512


‐ Dipegang dengan tangan kanan jangan di pindah
‐ Aba2 ke pasien: bu nanti jika sudsh tidak mendengar angkat tangan ya, masih
dengar?
‐ Meletakkan pada prosesus mastoid
‐ Jika sudah tidak mendegar silahkan angkat tangan ya
‐ Lalu diletakkan di depan telinga
‐ + jika masih mendengar = tuli sensorineural/normal
‐ - tidak mendengar =tuli konduksi

Pemeriksaan Weber
(Membandingkan hantaran tulang telinga kiri dan kanan)

‐ Meletakkan pada dahi/glabella pasien


‐ Jika mendengar lebih keras pada kanan silahkan angkat tangan kanan/sebaliknya
Jika sama kerasnya/tidak terdengar bilang saya
‐ Bunyi keras/lateralisasi pada telinga yang sakit tuli konduksi
‐ Bunyi keras/lateralisasi pada telinga yang sehat tuli sensorineural
‐ Jika tidak ada lateralisasi maka normal

Pemeriksaan Schwabach
(Membandingkan hantaran tulang pemeriksa dengan orang yang diperiksa)

‐ Aba2: buk jika sudah tidak mendengar silahkan angkat tangannya ya


‐ Letakkan di prosessus mastoidius pasien hingga tidak terdengar kemudian
pindahkan ke prosesus mastoideus pemeriksa
‐ Memanjang=tuli konduksi
‐ Memendek = tuli sensorineural
‐ Sama dengan pemeriksa = normal
PEMERIKSAAN HIDUNG LUAR
1 Mengucapkan “Assalamualaikum Wa Rahmatullahi Wa Barakatuh”
2 Menggunakan cairan antiseptic di tangan.
3 Mengucapkan “Bismillahirrahmanirrahim”
21
4 Mempersilahkan pasien untuk duduk rileks dan pemeriksa juga duduk berhadapan dengan
posisi bersilangan.
5 Pemeriksa menggunakan head light dengan benar dan memfokuskannya ke hidung pasien
6 Meminta pasien untuk sedikit menengadahkan kepala ke atas
7 Lakukan inspeksi hidung luar, nilai :
Deformitas : +/-
Peradangan : +/-
Massa : +/-
Septum deviasi : +/-
*Interpretasi hasil : bila terdapat kelainan disebutkan
8 Lakukan palpasi hidung luar, nilai :
Nyeri tekan : +/-
Nyeri tekan sinus frontalis dan maksilaris : +/-
*Interpretasi hasil : bila terdapat kelainan disebutkan 9 Menyampaikan hasil pemeriksaan
10 Mengucapkan terima kasih dan “Jazakumullah Khairan Katsiran”

PEMERIKSAAN RHINOSKOPI ANTERIOR


1. Mengucapkan “Assalamualaikum Wa Rahmatullahi Wa Barakatuh”
2. Menggunakan cairan antiseptic di tangan.
3. Mengucapkan “Bismillahirrahmanirrahim”
4. Mempersilahkan pasien untuk duduk rileks dan pemeriksa juga duduk berhadapan
dengan posisi bersilangan.
5. Pemeriksa menggunakan head light dengan benar dan memfokuskannya ke hidung pasien
6. Meminta pasien untuk menengadahkan kepala ke atas dan memilih speculum hidung yang
sesuai
7. Pemeriksaan rhinoskopi anterior kiri dan kanan (bergantian)
Hidung kanan : Pegang speculum dengan tangan kiri secara tertutup dengan jari telunjuk
memegang ujungnya, kemudian masukkan ke dalam liang hidung dan buka secara perlahan-
lahan dengan jari telunjuk dipindahkan kecuping hidung pasien.
Hidung kiri : Pegang speculum dengan tangan kanan secara tertutup dengan jari telunjuk
memegang ujungnya, kemudian masukkan ke dalam liang hidung dan buka secara perlahan-
lahan dengan jari telunjuk dipindahkan kecuping hidung pasien.
8. Lakukan inspeksi hidung bagian dalam kiri dan kanan (bergantian), nilai :
Mukosa : normal/ hiperemis/ pucat
Sekret : + (konsistensi mucus, serous, purulen, darah) / -o
Cavum nasi : benda asing +/-
Septum nasi : normal/ deviasi
Konka media dan inferior : normal/ atropi/ hipertropi
Meatus media dan inferior : polip +/-
*Interpretasi hasil : bila terdapat kelainan disebutkan dan gambarkan
9. Keluarkan speculum dengan posisi menutup tidak sempurna secara hati-hati
10. Menyampaikan hasil pemeriksaan
11. Mengucapkan terima kasih dan “Jazakumullah Khairan Katsiran”

22
PEMERIKSAAN RONGGA MULUT
1. Mengucapkan “Assalamualaikum Wa Rahmatullahi Wa Barakatuh”
2. Menggunakan cairan antiseptic di tangan.
3. Mengucapkan “Bismillahirrahmanirrahim”
4. Mempersilahkan pasien untuk duduk rileks dan pemeriksa juga duduk berhadapan dengan
posisi bersilangan.
5. Pemeriksa menggunakan head light dengan benar dan memfokuskan ke mulut pasien
6. Meminta pasien untuk membuka mulut lebar-lebar, dengan tangan kiri tekan 2/3 posterior
lidah menggunakan tongue spatel
7. Lakukan inspeksi, nilai :
Mukosa bibir : normal (basah & kemerahan)/ Kebiruan
Mukosa bukal : normal/ hiperemis
Gigi : normal/ caries (tentukan letaknya)
Gusi : normal/ hiperemis/ Oedem
Lidah : ulkus +/-, pseudomembran +/-
Uvula : posisi ditengah/ deviasi, hiperemis +/-
Mukosa faring : hiperemis +/-, pseudomembran +/-, sekret +/-
Fossa tonsil :
Abses +/-
Mukosa tonsil hiperemis +/-
Pembesaran tonsila palatine + (tentukan T1-T4)/ -
Detritus +/-
Kripte melebar +/
*Interpretasi hasil : bila terdapat kelainan disebutkan dan gambarkan
8. Keluarkan tongue spatel secara hati-hati
9. Menyampaikan hasil pemeriksaan
10. Mengucapkan terima kasih dan “Jazakumullah Khairan Katsiran”
PEMERIKSAAN TRANSLUMINASI
1. Mengucapkan “Assalamualaikum Wa Rahmatullahi Wa Barakatuh”
2. Menggunakan cairan antiseptic di tangan.
3. Mengucapkan “Bismillahirrahmanirrahim”
4. Ruangan sedikit digelapkan
5. Mempersilahkan pasien untuk duduk rileks dan pemeriksa juga duduk berhadapan
dengan posisi bersilangan.
6. Pemeriksa memastikan senter yang digunakan memiliki sumber cahaya yang kuat dan
terfokus
7. Lakukan pemeriksaan Sinus Frontalis : Dengan tangan kanan arahkan sumber cahaya
di pangkal hidung dibawah alis, dan tangan kiri melindungi sumber cahaya. Perhatikan
bayangan kemerahan di dahi

23
*Interpretasi hasil : Bila sinus terisis cairan, bayangan kemerahan tersebut meredup atau
menghilang
8. Lakukan pemeriksaan Sinus Maksilaris : Minta pasien untuk sedikit menengadahkan
kepala dan membuka mulut lebar-lebar. Arahkan sumber cahaya di os zigomatikum ke
bawah. Perhatikan bayangan kemerahan di palatum durum.
*Interpretasi hasil : Bila sinus terisis cairan, bayangan kemerahan tersebut meredup atau
menghilang
9. Menyampaikan hasil pemeriksaan
10. Mengucapkan terima kasih dan “Jazakumullah Khairan Katsiran”

24
SISTEM KULIT DAN KELAMIN
ANAMNESIS KULIT KELAMIN

DESKRIPSI LESI KULIT


Mengucapkan “Assalamualaikum Wa Rahmatullahi Wa Barakatuh”
Menggunakan cairan antiseptic di tangan.
Mengucapkan “Bismillahirrahmanirrahim”
Perkenalkan nama saya dokter.... saya yang bertugas pada siang hari ini
Dengan Ibu/Bpk siapa....Apakah ada yang bisa saya bantu?
Baik bpk/ibu di sini saya akan melakukan deskripsi lesi kulit pada Bpk/Ibu apakah bersedia?
INSEPEKSI
1. Regio
2. Efeloresensi
Primer :
- Makula: bercak pada kulit berbatas tegas berupa perubahan warna semata, tanpa penonjolan
atau cekungan.
- Papul: penonjolan di atas permukaan kulit, sikumskrip, Ø kecil dari 0,5 cm, bersisikan zat
padat.
- Plak : papul datar, Ø lebih dari 1 cm
- Urtika: penonjolan yang disebabkan edema setempat yang timbulmendadak dan hilang
perlahan-lahan.
- Nodul: tonjolan berupa massa padat yang sirkumskrip , terletak dikutan atau subkutan, dapat
menonjol
- Nodulus : nodus yang keil dari 1 cm.
- Vesikel : gelembung berisi cairan serum, memiliki atap dan dasar, Økurang dari 0,5 cm
- Bula : vesikel yang berukuran lebih besar.
- Pustul : vesikel yang berisi nanah, bila nanah mengendap dibagianbawah vesikel disebut
hipopion.
- Kista : ruangan berdinding dan berisi cairan, sel, maupun sisa sel.
Sekunder
- Skuama : sisik berupa lapisan stratum korneum yang terlepas dari kulit.
- Krusta : kerak, keropeng, yang menunjukan cairan badan yangmengering
- Erosi : lecet kulit yang disebabkan kehilangan jaringan yang tidak melampaui stratum basal,
ditandai dengan keluarnya serum.
25
- Ekskoriasi : lecet kulit yang disebabkan kehilangan jaringan melewatistratum basal (sampai
ke stratum papilare), ditandai dengan keluarnyadarah selain serum.
- Likenifikasi : penebalan kulit disertai relief kulit yang makin jelas
- Ulkus : tukak, borok disebabkan hilangnya jaringan lebih dalam dariekskoriasi, memiliki tepi,
dinding, dasar, dan isi
3. Warna : Eritem, hiperpigmen, hipopigmentasi
4. Jumlah
5. Ukuran
- Milier : sebesar kepala jarum pentul
- Lentikular : sebesar biji jagung
- Numular : sebesar uang logam dengan Ø 3 cm - 5 cm
- Plakat : lebih besar dari nummular
6. Bentuk / Susunan
Bentuk: khas (bulat, lonjong,seperti ginjal, dll) dan tidak khas ( tidak dapat dimisalkan)
Susunan
- Liniar : seperti garis lurus
- Sirsinar/anular : seperti lingkaran
- Polisiklik: bentuk pinggir yang sambung menyambungmembentuk lingkaran.
- Korimbiformis: susunan seperti induk ayam yang dikelilingi anak.
7. Batas : tegas dan tidak tegas
8. Distribusi
- Bilateral : mengenai kedua belah badan
- Unilateral : mengenai sebelah badan
- Simetrik : mengenai kedua belah badan yang sama
- Soliter : hanya satu lesi
- Herptiformis : vesikel berkelompok
- Konfluens : dua atau lebih lesi yang menjadi satu
- Diskret : terpisah satu dengan yang lain
- Regional : mengenai daerah tertentu badan
- Generalisata : tersebar pada sebagian besar tubuh
- Universal : seluruh atau hampir seluruh tubuh (90%-100%)
Menyampaikan hasil pemeriksaan pada pasien
Mengucapkan terima kasih dan “Jazakumullah Khairan Katsiran”

26
PEMERIKSAAN KOH

1. Salam 1. Antiseptik
2. Bismillah, perkenalkan saya......
3. Tanya identitas pasien (nama, umur, alamat)
4. Ada yang bisa saya bantu?
5. Baik, disini saya akan melakukan pemeriksaan KOH untuk menegakkan diagnosis penyakit
jamur kulit dengan ditemukannya bentukan hifa atau spora dibawah mikroskop pada sampel
kerokan kulit yang bermasalah.
6. Akan terasa sedikit tidak nyaman, apakah bersedia?
7. Baik jika bersedia, saya siapkan alat dan bahan terlebih dahulu
Alat dan bahannya :
 Pakai handscoon terlebih dahulu
 Kapas alcohol/aseton
 Objek dan cover glass
 Pinset
 Scalpel dan bisturi no. 20
 KOH 10% (untuk kulit) atau
 KOH 20% (untuk kuku dan rambut)
 Bunsen
 Mikroskop

Pengambilan bahan kerokan bisa dari: Tepi kulit yang aktif, tepi sisi dalam vesikel, bagian
dalam atau dasar kuku/ lipatan kuku, disekitar rambut atau dengan mencabut rambut dari
basal rambut yang tidak mengkilap/ kusam.

8. Baik saya mulai ya pak.


9. Bebaskan area kulit yang dipilih dari benda maupun pakaian yang menutupi, lalu inspeksi
10. Bersihkan dengan kapas alkohol atau aseton
11. Ambil bahan kerokan tepi kulit yang aktif menggunakan ujung tumpul dari scalpel
12. Hasil kerokan ditampung dan kumpulkan ke atas objek glass di bagian tengah tipis tipis
13. Tetesi KOH 1-2 tetes, lalu tutup dengan cover glass dan tekan
14. Panaskan slide selama 15-20 detik di atas api bunsen dan diamkan selama 1 menit
15. Periksa di bawah mikroskop mulai pembesaran 100 sampai 40 kali.
16.. Interpretasi hasil pemeriksaan:

 Dermatofitosis → ditemukan
Hifa panjang, bersepta, bercabang 2 (dichotomi) dan double countour dengan spora berderet
diujung hifa atau pecahan ujung hifa (artrokonidia/ artrospra)
 Pityriasis versicolar→ ditemukan
Hifa pendek seperti huruf 1, v, j dengan spora menggerombol disebut spaghetti and
meatball
 Kandidiasis → ditemukan
Pseudohypha membentuk untaian sosis dengan 2 spora berbentuk angka 8 (budding yeast
cell) atau menggerombol (blastospora atau blastokonidia)
27
17. Sampaikan hasil pemeriksaan
18. Ada yang ditanyakan?
19. Penutup

PEMERIKSAAN GRAM

1. Salam 1. Antiseptik
2. Bismillah, perkenalkan saya......
3. Tanya identitas pasien (nama, umur, alamat)
4. Ada yang bisa saya bantu?
5. Baik, disini saya akan melakukan pemeriksaan KOH untuk menegakkan diagnosis penyakit
jamur kulit dengan ditemukannya bentukan hifa atau spora dibawah mikroskop pada sampel
kerokan kulit yang bermasalah.
6. Akan terasa sedikit tidak nyaman, apakah bersedia?
7. Baik jika bersedia, saya siapkan alat dan bahan terlebih dahulu
Alat dan bahannya :
 Pakai handscoon terlebih dahulu
 Kapas alcohol/aseton
 Objek dan cover glass
 Pinset
 Scalpel dan bisturi no. 20
 KOH 10% (untuk kulit) atau
 KOH 20% (untuk kuku dan rambut)
 Bunsen
 Carbol
 Lugol
 Fuchsin/satranin
 Alkohol 96%
 Mikroskop

Pengambilan bahan kerokan bisa dari: Tepi kulit yang aktif, tepi sisi dalam vesikel, bagian
dalam atau dasar kuku/ lipatan kuku, disekitar rambut atau dengan mencabut rambut dari
basal rambut yang tidak mengkilap/ kusam.

8. Baik saya mulai ya pak.


9. Panaskan objek glass diatas api bunsen
10. Bebaskan area kulit yang dipilih dari benda maupun pakaian yang menutupi, lalu inspeksi
11. Ambil bahan kerokan tepi kulit yang aktif menggunakan ujung tumpul dari scalpel
12. Hasil kerokan ditampung dan kumpulkan ke atas objek glass secara oval merata dengan 1-2cm
13. Keringkan
14. Fiksasi melewati api bunsen selama 3x
15. Tuang air carbol violet
16. Diamkan 1 menit
28
17. Cuci dengan air mengalir
18. Tuang air lugol
19. Diamkan 1 menit
20. Cuci dengan air mengalir
21. Bilas dengan alkohol 96% sampai warna hilang (sekitar 15-20 dtk)
22. Beri air fuchsin/satranin
23. Diamkan 3 menit
24. Cuci dengan air mengalir
25. Keringkan
26. Beri minyak emersi
27. Amati di mikroskop

INTERPRETASI

 Ada/tidak ada organisme


 Warna : 1. gram (+) = ungu
2. gram (-) = merah muda
 Bentuk : batang/kokus
 Konfigurasi : tunggal, berpasangan, berantai, atau berbentuk anggur (cluster)

 Macam bakteri :

1. Staphylococcus : gram (+), kokus, seperti anggur (Cluster)


2. Streptococcus : gram (+), kokus, berantai
3. Gonorhea : gram (-), kokus, berpasangan

29
30
ANAMNESIS PEMERIKSAAN FISIK PARU
1. Mengucapkan "Assalamualaikum Wa Rahmatullahi Wa Barakatuh"
2. Menggunakan cairan antiseptic di tangan.
3. Mengucapkan "Bismillahirrahmanirrahim"
4. Perkenalkan nama saya dokter Ferawati, dokter yang sedang berjaga pada hari ini
5. MENANYAKAN IDENTITAS PASIEN :
- Nama?
- Umur?
- alamat lengkap?
- Datang dengan keluhan apa pak?
6. Baik, disini saya akan melakukan pemeriksaan fisik paru untuk melihat apakah ada kelainan
pada paru bapak, mungkin ada rasa tidak nyaman karena nanti saya akan melakukan kontak
fisik dg bapak, apakah bapak bersedia?
7. Jika bersedia silahkan untuk membuka pakaian dan berbaring dengan posisi telentang
8. Pertama saya akan inspeksi dalam keadaan statis:
- Muka (edema)? mata (cunjunctiva anemis atau tidak)? bibir (sianosis atau tidak)?
- Posisi trakea normal/deviasi kiri / kanan?
- Perhatikan bentuk dada (adakah kelainan bentuk)
- Posisi dari iga-iga (mendatar atau tidak)
- Sternum dan klavikula (apakah ada kelaianan bentuk)
9. Lalu inspeksi dalam keadaan dinamis:
- Tentukan jenis pernapasan apakan ada pernapasan abnormal (Kusmaull, Cheyne Stokes
dll)
- Lalu saya menghitung frekuensi napas dalam 1 menit (N: 12-20x/mnt)
- Bandingkan pergerakan dinding dada kiri dengan kanan. Apakah sama / ada yang
tertinggal?
10. Selanjutnya saya akan lakukan Palpasi
11. Palpasi menggunakan 3 jari Apakah ada limfadenopati pada supra klavikularis dan leher
(cervical ant,post,deep)
12. Palpasi di trakea apakah normal, deviasi kekiri/deviasi kekanan.
13. Palpasi didada apakah ada emfisema subkutis (udara/gas yg terperangkap)
14. Selanjutnya saya akan menilai tactil fremitus pada hemitorak kiri dan kanan mulai dari bagian
atas ke bawah dengan menyilangkan tangan saya dan meletakkan dibagian sisi ulnar
15. Pak silahkan mendesis dengan menyebut 77 (tujuh tujuh).

16. Selanjutnya saya akan lakukan perkusi pada kedua hemithorax kiri dan kanan mulai dari
dinding toraks atas ke bawah
17. Lalu menentukan batas paru hepar pada linea mid klavikularis kanan (perubahan
suara perkusi dari sonor ke redup)
18. Perkusi menentukan batas paru jantung : kanan, kiri atas, kiri bawah
(TERGANTUNG KASUS)

31
19. Lalu Perkusi pada toraks anterior kiri sampai bawah (daerah lambung)adanya suara sonor-
timpani

20. Selanjutnya saya akan lakukan auskultasi untuk mendengarkan suara napas bronkial pada
daerah supra sternal, broncovesikuler pada korpus sterni dan vesikuler pada kedua hemithorax
kiri dan
kanan,
mulai dari
atas ke
bawah.

21. Dan mendengarkan suara napas tambahan (ronki, whizing dll )


22. Menyampaikan hasil pemeriksaan pada pasien
Pemeriksaan Fisik Thoraks Belakang (Punggung)
1. Mengucapkan "Assalamualaikum Wa Rahmatullahi Wa Barakatuh"
2. Menggunakan cairan antiseptic di tangan.
3. Mengucapkan "Bismillahirrahmanirrahim"
4. Perkenalkan nama saya dokter Ferawati, dokter yang sedang berjaga pada hari ini
5. MENANYAKAN IDENTITAS PASIEN :
- Nama?
- Umur?
- alamat lengkap?
- Datang dengan keluhan apa pak?
6. Baik, disini saya akan melakukan pemeriksaan fisik paru untuk melihat apakah ada
kelainan pada paru bapak, mungkin ada rasa tidak nyaman karena nanti saya akan
melakukan kontak fisik dg bapak, apakah bapak bersedia?
7. Jika bersedia silahkan untuk membuka pakaian dan duduk di bad pemeriksaan , saya berada
dibelakang pasien
8. Pertama saya inspeksi dalam keadaan statis
- Perhatikan bentuk dinding toraks bagian belakang (adakah kelainan bentuk?)
- Perhatikan bentuk tulang belakang (kiposis, skolisis, lordosis atau gibus?)
- Bandingkan bentuk dinding toraks belakang kiri dengan kanan
9. Selanjutnya inspeksi dalam keadaan dinamis
10. Bandingkan pergerakan dinding toraks belakang kiri dengan kanan (sama/ terdapat dada
yang tertinggal?)
11. Melakukan pemeriksaan pengembangan rongga toraks (Menempelkan telapak tangan pada
dinding toraks bagian bawah dengan kedua ibu jari kanan kiri saling bertemu)
12. Silahkan Tarik napas pak (Perhatikan pergerakan kedua ibu jari apakah pergerakan
simetris/ada yang tertinggal?)
13. Selanjutnya saya lakukan Perkusi
14. Perkusi di kedua hemithorax belakang kiri dan kanan mulai dari dinding toraks atas ke
32
bawah, bandingkan kiri dengan kanan.
15. Lalu menentukan batas paru belakang kanan dan kiri (normal di vertebra Th X/XI )
16. Menentukan peranjakan batas paru belakang. ( tentukan batas paru saat inspirasi biasa
tandai, kemudian tentukan batas paru saat inspirasi dalam, (normal batas paru beranjak
turun 2 jari (+ 4 cm)
17. Selanjutnya saya lakukan Auskultasi
18. Mendengar suara napas vesikuler pada kedua hemithorax belakang kiri dan kanan, mulai
dari atas ke bawah, Mendengar suara napas bronkovesikuler pada daerah inter skapula.
19. Mendengarkan suara napas tambahan (ronki, whizing dll )
20. Menyampaikan hasil pemeriksaan pada pasien
21. Mengucapkan terima kasih dan "Jazakallah khair "

33
SISTEM OBGYN
ANAMNESA OBGYN
1 Mengucapkan "Assalamu'alaikum Wa Rahmatullahi Wa Barakatuh"
2 Menggunakan cairan antiseptik
3 Mengucapkan "Bismillahirrahmanirrahim"
4. Perkenalkan diri
5. Tanya identitas pasien (nama, umur, alamat, status pernikahan)
6. Ada yang bisa saya bantu?
7. ANAMNESIS :
1. Keluhan
2. Lokasi (di sebelah mana?)
3. Onset/kronologis (sejak kapan? Bisa diceritakan?)
4. Kuantitas (ringan/berat,seberapa sering?hilang timbul atau terus-menerus?)
5. Kualitas (rasanya seperti apa?)
6. Faktor memperberat
7. Faktor memperingan
8. Keluhan lain/gejala penyerta
9. RPD
10. RPO (obstetri) (jika pernah hamil, hamil sebelumnya bagaimana? Apakah pernah keguguran?
Normal atau sc? Kondisi bayi bagaimana?)
11. RPG (ginek) (haid teratur/tidak? HPHT)
12. RPK
13. Sosial ekonomi
14. Kebiasaan
15. Adakah hal yang terlewat?

8. PEMERIKSAAN FISIK
1. Baik ibu disini saya akan melakukan pemeriksaan pada bagian reproduksi ibu, mungkin ibu akan
merasa sedikit tidak nyaman, apakah ibu bersedia?
2. Alat dan bahan, sambil ibu suruh mengosongkan kandung kemih
3. Meminta pasien melepas celana dan berbaring di bed dengan posisi litotomi
4. Nyalakan lampu dan diarahkan ke arah genitalia
5. Cuci tangan dan hs
6. Aseptik
7. Sentuh paha sebelah dalam terlebih dahulu, sebelum menyentuh daerah genital ibu.
8. Inspeksi (Perhatikan pada bagian luar, apakah terdapat parut, lesi, inflamasi, pisahkan
labia majora dengan dua jari, memeriksa labia minora, klitoris, mulut uretra dan mulut
vagina)
9. Palpasi (labia minora. Apakah terdapat benjolan, cairan, ulkus dan fistula. Adakah nyeri)
10. INSPEKULO
 Pasang spekulum cocor bebek
 Bersihkan area dalam vagina
 Periksa bagian dalam apakah terdapat kecurigaan kanker, tumor, atau luka
 Lepas spekulum dan letakkan di larutan klorin
11. BIMANUAL (COLOK DUBUR UTK YANG BLM MENIKAH)
 Pemeriksa dalam posisi berdiri
 Beri jel pada jari telunjuk dan tengah
 Tangan kiri berada di atas abdomen pasien
 Masukkan kedua jari tangan yang sudah di beri jel ke dalam vagina
 Nilai dinding vagina (apakah ada massa?)
 Nilai porsio (apakah ada masa? Apakah ada nyeri goyang porsio?)

34
 Nilai korpus uteri (adakah benjolan/massa?)
 Nilai adneksa (adakah benjolan/massa? Adakah nyeri tekan?)
 Nilai cavum doglas (adakah benjolan/massa?adakah cairan?)
 Keluarkan jari pemeriksa
 Bersihkan area vulva dengan kassa
 Lepas sarung tangan buang ke larutan klorin
 Cuci tangan
12. Meminta pemeriksa memakai celana kembali
13. Sampaikan hasil pemeriksaan
14. Jika diperlukan maka dilakukan pem penunjang
15. Beritahu jika ada kontrol/kunjungan selanjutnya
16. Penutup

1. “Assalamualaikum Wa Rahmatullahi Wa Barakatuh”


2. Menggunakan cairan antiseptic di tangan.
3. “Bismillahirrahmanirrahim”
4. Perkenalkan saya dr davin, yg bertugas pada kali ini, dg ibu siapa?
5. saya akan melakukan pemeriksaan pada kehamilan ibu, pemeriksaan ini akan ada kontak fisik
dan mengangkat baju ibu sehingga mungkin akan sedikit tidak nyaman, tapi tidak apa tidak
mengganggu kehamilan ibu, apakah bersedia?
6. Persiapkan alat dan bahan (meteran, fetoskop)
7. Pemeriksaan fisik umum (tanda vital, berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, wajah:
apakah ada edema atau terlihat pucat)
8. Status generalis lengkap: kepala, mata, higiene mulut dan gigi, karies, tiroid, jantung, paru,
payudara, abdomen, tulang belakang, ekstremitas, serta kebersihan kulit.
9. Ibu silahkan berbaring pada bed pemeriksaan dan saya akan sedikit mengangkat bajunya dan
memberikan selimut untuk menutpi bagian genital, ibu silahkan untuk menekuk lutut / posisi
litotomi agar perut rileks
10. Dokter berada di kanan pasien dan menghadap kepala pasien.
Menilai Status Obstetri
11. Tinggi fundus uteri (pengukuran dengan pita dari tepi atas simpisis pubis keatas sampai mana
puncak rahim/atas fundus uteri)
12. Hitung taksiran berat janin
rumus johnson-Toshach
TBJ = (TFU-N)x 155 = ....g
N= 13 Bila kepala masih floating
N= 12 bila kepala masuk PAP
N= 11 Bila kepada berada di bawah spina ischiadika
13. Palpasi abdomen, menggunakan maneuver leopold I – IV
Leopold I: Menentukan tinggi fundus uteri dan menentukan bagian janin yang terletak di fundus uteri
dengan menaro telapak tangan (dilakukan sejak awal trimester I)(kepalabila digerakkan badan
tidak gerak, bokong)
Leopold II: Menentukan bagian janin pada sisi kiri dan kanan ibu (dilakukan mulai akhir trimester II)
Leopold III: Menentukan bagian janin yang terletak di bawah uterus (dilakukan mula akhir trimester
III) dengan tangan kiri meraba fundus uteri, tangan kanan meraba daerah simpisis
Posisi kita dibalik menghadap kaki ibu

35
Leopod IV: Menentukan berapa jauh masuknya janin ke pintu atas panggul (dilakukan bila usia
kehamilan > 36 minggu)
Posisikan kedua tawngan pada bawah perut membentuk huruf “v” rasakan apakah tangan bisa
bertemu ujungnya(konvergen) / tangan meluncur saja (divergen) biasanya 3/5
Mengisi partograf (mengukur penurunan kepala)
Dg menggunakan 5 jari dengan tepi di taro di atas simfisis (5/5,4/5,3/5, dll)

14. Auskultasi denyut jantung janin menggunakan fetoskop atau doppler (jika usia kehamilan > 16
minggu).
Harus tau posisi punggung, letakkan disekitar skapula bagian bawah, agak atas dari
sinfisis,
ambil alat fetoskop didengar dg telinga, mata melihat jam 1 mnit brp kali  normalnya
138/menit (WHO).
 Friedman brp denyut dlm 5 detik- istirahat-dengar lagi
15. Memakai HC dulu
16. PEMERIKSAAN LUAR SCR UMUM (inspeksi palpasi perkusi auskultasi) Vulva/perineum untuk
memeriksa adanya varises, kondiloma, edema, hemoroid, atau kelainan lainnya.
17. PEMERIKSAAN DALAM (melihat pembukaan dan penipisan) pakai handscoon
- sentuhkan punggung tangan kiri di paha dalam,
- 2 jari tangan kanan ditaro di dekat vulva bagian bawah, dengan jari tengah sedikit menekan baian
bawah, jari telunjuk colok ke dalam cari pembukaan saat HIS
 menilai serviks(brp pembukaan dan penipisan)
 apa yg ada di bawah (kepala, bokong, bahu, kaki) bila kepala bagimana turun nya
 bagaimana luas panggul (luas, sempit, sedang)promontorium teraba apa tidak ,
coxcigeus teraba apa tidak, tulang linea innominate teraba ada tidak ,
 posisi ubun2
18. Menentukan status inpartu dan kala (jika inpartu)
Diagnosis in partu (dalam persalinan)
1. His adekuat kontraksi rahim (bagaimana ibu merasakan tekanan, kesakitan)
dg di pegang pada rahim dan sedikit ditekan dg ujung jari / sedikit di bawah pusar, seberapa kuat dan
berapa lama
(normalnya: berlangsung 45-60 detik normalnya) – istirahat – 2 menit muncul lagi , dalam 10 menit
brp kali
Contoh : (4 x/ 10 menit lamanya 45 detik)
2. Diikuti penipisan dan pembukaan serviks bpr % (25,50,75) pelvic score
Fase Peembukaan
Laten :<3 cm
Aktif : (>3 cm)  berlangsung selama 6-8 jam (per jam 1,2 cm)
Kalo primigravida lbih agak lama

36
Kala
1 mulai 0-10 cm (lengkap) dipantau dg partograf(friedman)/WHO
2. 10 – bayi lahir pengeluaran ( 2 jam)
3. ayi lahir- plasenta lahir (uri ½ jam )
4. after plasenta lahir - 2 jam
3. Bloody show, lendir
19. Mengucapkan terima kasih dan “Jazakumullah Khairan Katsiran”

TAMBAHAN INFO
KU
Status Obstetriluar
dalam
letak janinsitus (keberadaan letak janin sumbu panjang thdp panjang ibu) biasanya normalnya
membujur melintang,
habitus janin serba fleksi,
posisisumbu putar iu thdp putar janin ,plasentasi

PEMERIKSAAN SADARI
1. Mengucapkan “Assalamualaikum Wa Rahmatullahi Wa Barakatuh”
2. Menggunakan cairan antiseptic di tangan.
3. Mengucapkan “Bismillahirrahmanirrahim”
4. Selamat pagi ibu,
5. Perkenalkan saya dokter davin yang bertugas pada kali ini
6. Melakukan inform consent
7. Dengan ibu siapa?
Umur berapa ibu?
Alamatnya dimana ?
Pekerjaannya?
Apakah sudah menikah?
8. Baik ibu ada keluhan apa yang dapat saya bantu?
9. Deteksi dini kanker payudara dapat dilakukan sedini mungkin ibu, baik oleh dokter
ataupun secara mandiri.
jadi setelah ini saya akan melakukan pemeriksaan payudaran dan konseling sadari
sebagai upaya untuk deteksi dan identifikasi dini kanker payudara. Apakah ibu bersedia?
10. Memberikan informasi tentang pemeriksaan payudara akan dilakukan dan menjelaskan
bagaimana cara pemeriksaan payudara dan temuan yang mungkin.
Pemeriksaan yang akan saya lakukan dengan melihat pada posisi duduk atau berdiri, dan
dengan meraba pada posisi tidur terlentang. Temuan yang di evaluasi adalah terdapat
perubahan warna kulit, retraksi kulit, dan benjolan, menunjukkan adanya keadaan
abnormalitas pada payudara.
11. Pada saat melakukan pemeriksaan harus diingat untuk selalu mengajarkan cara melakukan
sadari.
12. Meminta pasien untuk duduk atau berdiri dan melepas pakaian sebatas perut.

37
13. 1. INSPEKSI
Pemeriksa berdiri didepan pasien. Melakukan Inspeksi kedua payudara, areola dan papilla
mammae pada keempat posisi yaitu: lengan berada di samping kiri kanan tubuh pasien, lengan lurus ke atas di atas
kepala, lengan berkacak pinggang dengan telapak tangan menekan panggul, tubuh membungkuk ke depan dengan
lengan lurus ke depan

1. Lengan 2. Lengan lurus 3. Lengan di 4. Membungkuk


disamping tubuh di atas kepala pinggang ke depan

amati dan perhatikan:


 Kedua payudara, areola dan puting :
apakah ukuran, bentuk dan simetris/tidak, periksa
apakah ada lekukan puting atau kulit payudara
apakah ada kelainan
ada perubahan warna / bintik-bintik pada kulit, kulit cekung, kulit jerukatau kulit
berlipat, dan keluarnya cairan dari puting.
 Kedua payudara dan ketiak, nilai apakah terdapat kista atau massa (tumor)
14. 2. PALPASI
‐ Minta pasien berbaring terlentang di atas meja pemeriksaan
‐ Dokter berada di sebelah sisi payudara yang akan diperiksa, dan meminta pasien
untuk membuka pakaian pada sisi payudara yang akan diperiksa
‐ Letakkan bantal di bawah pundak kiri pasien.
‐ Letakkan lengan kiri pasien di atas kepalanya.
‐ Melakukan palpasi payudara, areola, puting susu dan KGB
‐ dapat menggunakan minyak kelapa, baby oil atau lotion
‐ palpasi pada payudara yang sehat terlebih dahulu.
‐ Untuk area yang di palpasi antara lain:
 PADA PAYUDARA SECARA SIRKULER
‐ Menggunakan bagian distal tiga jari tangan kanan yaitu jari telunjuk, tengah,
manis.
‐ Palpasi dengan menekan kuat jaringan ikat seluruh payudara, dimulai dari sisi
atas paling luar (upperouterquadran)–areola secarasirkuler
Rasakan: apakah terdapat benjolan atau nyeri (tenderness). Jika ada maka deskripsikan
a) Lokasi (quadran mana, jarak dengan putting susu),
b) Ukuran massa (cm),
c) Konsistensi (padat keras, kenyal, lunak),
d) Mobilitas (Saat dipalpasi, apakah massa tersebut dapat bergerak
atau tetap di tempat? Mobilitas biasanya menggunakan istilah
seperti imobile/tetap (tidak bergerak saat dipalpasi),
mobile/bergerak bebas (bergerak saat palpasi) dan bergerak
terbatas (beberapa gerakan saat dipalpasi).

38
e) permukaan (rata/berbenjol)
f) Batas (tegas/tidak)
g) Bentuk (regular, ireguler, melingkar/ seperti cakram)
h) Nyeri/tidak, teraba hangat/tidak (bila ada kemungkinan proses
inflamasi / infeksi seperti mastitis)
i) Fluktuasi Lakukan palpasi pada nodul yang dicurigai sebagai abses,
dengan menggunakan jari telunjuk dan jari tengah kanan pemeriksa.
Bila terdapat abses, akan terasa adanya fluktuasi.

Teknik spiral untuk pemeriksaan payudara


 PADA PUTING
Gunakan ibu jari dan jari telunjuk untuk menekan puting payudara. Perhatikan: apakah keluar
cairan bening, keruh atau berdarah dari puting.

Memeriksa Cairan Puting (Payudara Kiri)


 PADA KGB
‐ KGB yang diperiksa : Supraclavicula, Infraclavicula dan Axilla.
‐ Posisi pasien boleh tidur terlentang atau posisi duduk.
‐ Palpasi KGB tetap menggunakan 3 jari.
Periksa apakah terjadi pembesaran kelenjar getah bening atau rasa nyeri.

Memeriksa KGB Axilla (Payudara Kiri)

39
15. Ulangi langkah tersebut untuk payudara sisi sebelahnya. Jika ada keraguan, ulangi tindakan
ini dengan posisi pasien duduk dan kedua lengan berada di samping tubuh.
16. Setelah selesai persilahkan pasien mengenakan kembali pakaian bagian atasnya sambil
pemeriksa mencuci tangan dengan air dan sabun dan mengeringkannya.
17. Jelaskan temuan kelainan jika ada, dan hal yang perlu dilakukan.
‐ Jika pemeriksaan sepenuhnya normal, hasil pemeriksaan normal dapat melakukan
pemeriksaan kembali, yaitu setiap tahun atau jika menemukan adanya perubahan
pada pemeriksaan payudara sendiri.
‐ Bila ada kelainan jelaskan dan sarankan pemeriksaan lanjutan. (mammografi, USG, FNAB)
18. Melakukan konseling dan tunjukkan kepada pasien cara melakukan pemeriksaan payudara
sendiri (SADARI) (lihat gambar).

Pemeriksaan Payudara dengan Berbaring (kiri) dan Pemeriksaan Payudara dengan Berdiri dan
sambil melihat kaca (tengah dan kanan)
19. Mengucapkan terima kasih dan “Jazakumullah Khairan Katsiran”

KONSELING KB
1. MENUNDA KEHAMILAN (prioritas IUD dan pil) implan , suntikan
2. MENGATUR KEHAMILAN(prioritas dengan IUD yg bagus antara 2-5 tahun)
3. MENGAKHIRI KESUBURAN (prioritas menggunakan kontrasepsi mantap/steril MOW/MOP)/ IUD
jika alasan agama
Kontrasepsi ideal MAREM
Mudah
Aman
Rasional
Efektif dan efisien
Murah
JENIS METODE KONTRASEPSI
1. KONTRASEPSI ALAMI (KALENDER/PANTANG BERKALA, COITUS INTERUPTUS(mengeluarkan
sperma di luar), MAL(amenore asi eksklusif/laktasi :
1. memberikan asi 6 bulan penuh
2. ibu belom haid bulanan pasca melahirkan
3. usia bayi dibawah 6 bulan ))
MASA subur itu 2 hari sebelum dan sesudah masa ovulasi (14 hari sblm masa haid akan datang)
2. KONTRASEPSI NON HORMONAL (KONDOM, SPERMICIDE, AKDR/IUD)
Ada yang kombinasi(esterogen dan progesteron), piL kb , nuva ring , )
40
3. KONTRASEPSI HORMONAL (PIL, SUNTIK, IMPLAN, LNG-IUS(mirena))
Kombinasi
Non kombinasi
Untuk ibu menyususi : hanya mengandung progestin karena esterogen bisa mengurangi produksi
asi , bisa pake implan , IUD hormonal
Suntik ada 2 : 1 bulan isi kombinasi, 3 bulan isi progesteron
4. KONTRASEPSI MANTAP
METODE KONTRASEPSI JANGKA PANJANG
Kontrasepsi yang metode penggunaaanya hanya 1x atau kurang dalam 1 bulan efektivitas yang
tinggi
Jenis Keunggulan Pilihan
Reversible Kesuburan dapt kembali  Implan,
setelah KB dilepas  Suntik 3 bulan,
 LNG IUS,
 AKDR
Non reversible Kesuburan sulit kembali  MOW
setelah KB dilepas  MOP
Kapan mulai kontrasepsi  asal memastikan pasienn tidak hamil
1. tanya haid terakhir < 5 hari brrti dapat di mulai , jika haid >5 hari dan tes urin negatif maka dapat
dimulai dengan tambahan kontrasepsi pada 7 hari pertama
CHECK LIST : KONSELING KB

NO ASPEK PENILAIAN

1. Mengucapkan “Assalamualaikum Wa Rahmatullahi Wa Barakatuh”


2. Menggunakan cairan antiseptic di tangan.
3. Mengucapkan “Bismillahirrahmanirrahim”
4. Memanggil/menyapa pasien dengan sebutan yang dirasa pantas.
5. Memperkenalkan diri dan menjelaskan tugas/perannya
Saya dokter davin yang akan membantu ibu memilih kontrasepsi yang tepat
Dengan ibu siapa ?
Umur berapa ?
Pekerjaan?
Bapak?umur?pekerjaan?
Ada yang bisa saya bantu? saya mau pasang kb

Saya akan memberikan konseling agar ibu bapak dapat memilih metode kontrasepi
dengan baik sesuai keinginan ibu bapak , dan kondisi ibu. Kita harapkan ibu bapak puas
dengan alat yang digunakan dan memberikan efek perlindungan yg optimal. Apakah
bersedia?
6. Sebelumnya saya ingin bertanya status kesehatan ibu dan kondisi medis yang dimiliki
ibu?

41
NO ASPEK PENILAIAN

Adakah riwayat penyakit sebelumnya ? ht, stroke, ca mammae, merokok jangan beri
yang esterogen
Pakai rw obat2 an g? EPILEPsi dan obat tb paruklo ada jgn beri hormonal kombinasi
Apa ada perdarahan uterus abnormal?
7. Identifikasi kebutuhan kontrasepsi
8. Menanyakan tujuan berkontrasepsi dan bertanya apakah ibu sudah memikirkan pilihan
metode kontrasepsi tertentu.
 Ibu ini menggunakan kontrasepsi tujuannya untuk apa ?
1. MENUNDA KEHAMILAN (prioritas IUD dan pil) implan , suntikan
2. MENGATUR KEHAMILAN(prioritas dengan IUD yg bagus antara 2-5 tahun)
3. MENGAKHIRI KESUBURAN (prioritas menggunakan kontrasepsi mantap/steril
MOW/MOP)/ IUD jika alasan agama
 Kira2 sudah memikirkan memakai metode kontrasepsi apa?
Tanda bahaya :
Perdarahan yang banyak
Infeksi
9. Jelaskan informasi yang lengkap dan jelas tentang metode-metode kontrasepsi yang
mencakup Mekanisme, Efektivitas, Keuntungan dan Kerugian
Keuntungan Kerugian Efek
samping
Alami
(laktasi
amenore
Berier Mencegah Sering Iritasi
Vagina , penyakit bocor/tidak
kondom, seksual sempat
diafragm
a vagina
Alat Pemakaian Jangka
kontrase jangka lama pendek:
psi Pengembalian banyak
dalam kesuburan flek di uar
rahim cepat haid
(IUD)/AK Waktu kerja 5-
DR 6 tahun
Hormon  Mungkin  Sering lupa  ada flek
al (injeksi lebih mudah  Pengembali dan
1x/3x di gunakan an perdara
atau  Kalau injeksi kesuburan han
oral) 3 bulan kita lebih lama banyak
tidak terlalu  Bisa  haid
berefek hanya

42
NO ASPEK PENILAIAN

sering ke perdarahan dalam 3-


dokter yg tiba tiba 6 bulan
 Pengembalia banyak setelah
n dapat itu
terjadi berakhir
setelah 6
bulan
kontrase  permanen  operasi  perdaraha
psi  tidak terbatas  dengan n
mantap memotong sal  nyeri
(istri/sua sperma / sal
mi) indung telur
 tidak bisa
langsung
bersenggama
 tdk bisa hamil
lagi
10. Bantu ibu memilih kontrasepsi yang paling aman dan sesuai kondisi ibu dan memberi
kesempatan pada ibu untuk mempertimbangkan pilihannya., atau Rujuk ibu ke fasilitas
pelayanan kontrasepsi yang lebih lengkap apabila tidak dapat memenuhi keinginan ibu
(Jelaskan lokasi klinik Keluarga Berencana (KB)/ tempat pelayanan untuk kunjungan
ulang bila diperlukan) Bagaimana apakah sudah jelas? Kira kira ibu pilih yang mana?
11. Jika memiliki metode amenorea laktasi (MAL)
12. Jelaskan waktu, tempat, tenaga, dan pola menyusui yang benar.
Syarat nya :
1. memberikan asi 6 bulan penuh (Eksklusif) : x diberikan makan tambahan
2. ibu belom haid bulanan pasca melahirkan
3. usia bayi dibawah 6 bulan )
13. Jika memilih kontrasepsi pil
14.  hpht
 Menyusui < 6 mgg pasca persalinan
 Perdarahan antara haid / setelah senggama
 Pernah icterus pada kulit / mata
 Nyeri kepala hebat / gangguan visual
 Nyeri hebat pada betis, paha, dada, atau tungkai edem
 TD >160/90 mmHg
 massa atau benjolan pada payudara
 sedang minum obat-obatan anti kejang
 jelaskan tentang kontrasepsi pil dan jenis-jenisnya
 jelaskan indikasi, kontraindikasi, efek samping dan hal yang perlu diperhatikan
tentang kontrasepsi pil
15. Jika memilih kontrasepsi spiral
43
NO ASPEK PENILAIAN

16.  Menanyakan kapan hari pertama haid terakhir


 Menanyakan apakah klien memiliki pasangan seks lain
 Menanyakan apakah klien pernah infeksi menular seksual
 HPHT
 Radang panggul / kehamilan ektopik
 haid dalam jumlah banyak (lebih dari 1-2 pembalut tiap 4 jam).
 dismenorea berat yang membutuhkan analgetika dan/atau istirahat baring.
 perdarahan/perdarahan bercak antara haid atau setelah sanggama
17. Penutup
18. Mengucapkan terima kasih dan “Jazakumullah Khairan Katsiran”

44
Persiapan
1. ASSALAMUALAIKUM WR WB
2. Permisi saya pakai antiseptik
3. Perkenalkan saya dokter davin yang bertugas kali ini, disini saya akan melakukan
pemasangan implan dimana prosedur pemasangan sedikit tidak enak/nyaman apakah
bersedia ?
4. Saya persiapkan alat terlebih dahulu, dan cek obatnya
5. Silahkan berbaring dan lengan atas (lengan yang tidak aktif) ditempatkan diatas meja
penyangga, lengan atas membentuk sudut 300 terhadap bahu dan sendi siku 900
6. Lapisi dengan kain bersih di bawah lengan
7. Tentukan tempat pemasangan yang optimal, 8 cm (3 inci) diatas lipat siku dan reka posisi
kapsul dibawah kulit (subdermal).
8. Siapkan tempat peralatan dan bahan serta buka bungkus steril tanpa menyentuh
peralatan yang ada di dalamnya. Untuk Implan-2 Plus, kapsul sudah berada di dalam
trokar.
Tindakan sebelum pemasangan:
9. Cuci tangan dengan sabun dan air, keringkan dengan kain bersih.
10. Pakai sarung tangan steril atau DTT
11. Desinfeksi area yang akan di insersi yakni 8 cm dari siku bisa dibersihkan lagi dengan
alkohol
12. Pasang duk steril dan suntik anestesi lokal (lidokain)3 ml obat anestesi (lidocaine 1%
tanpa epinefrin). Suntikkan sedikit (0,3 cc) obat intrakutan, kemudian tanpa
memindahkan jarum, masukkan ke subdermal (Gambar 6-4). dorong jarum menelusuri
bawah kulit hingga 4 cm, kemudian tarik jarum sambil menyuntikkan anestesi pada
kedua jalur kapsul (masing-masing 1 ml) membentuk huruf V.
Pemasangan Kapsul
13. Biarkan selama 30 detik agar efek anestesi telah berlangsung dan sensasi nyeri hilang.
14. buat insisi dangkal tegak lurus secara subkutis hanya untuk sekedar menembus kulit.
Jangan membuat insisi yang panjang atau dalam.
15. Trokar harus dipegang dengan ujung yang tajam menghadap ke atas dengan posisi 450
(saat memasukkan ujung trokar) kemudian turunkan menjadi 300 saat memasuki lapisan
subdermal
16. Masukkan kapsul pertama kedalam trokar. Gunakan ibu jari dan telunjuk atau pinset atau
klem untuk mengambil kapsul dan memasukkan ke dalam trokar.
17. Dengan mengeluarkan sedikit implan sambil dorong dan tarik trokar hingga keluar lalu
18. Tanpa mengeluarkan seluruh trokar, putar ujung dari trokar ke arah lateral belokkan
sesuai suntikan
19. Dorong dan keluarkan implan sambil di pegang ujung implan
20. Sebelum mencabut trokar, raba kapsul untuk memastikan kedua kapsul telah terpasang.
21. Jika posisi setiap kapsul sudah dipastikan tepat keluarkan trokar pelan-pelan.
22. Tekan tempat insisi dengan jari menggunakan kasa selama 1 menit untuk menghentikan
perdarahan. Bersihkan tempat pemasangan dengan kasa antiseptik. Dan plester
23. lepas handscoon dan cuci tangan
24. edukasi pasien
 Mungkin akan terdapat memar, bengkak atau sakit di daerah insisi selama beberapa hari.
Hal ini normal.
 Jaga luka insisi tetap kering dan bersih selama paling sedikit 48 jam. Luka insisi dapat
mengalami infeksi bila basah saat mandi atau mencuci pakaian.
45
 Jangan membuka pembalut tekan selama 48 jam dan biarkan band aid di tempatnya
sampai luka insisi sembuh (umumnya 3-5 hari).
 Klien dapat segera bekerja secara rutin. Hindari benturan atau luka di daerah tersebut atau
menambahkan tekanan.
 Setelah luka insisi sembuh, daerah tersebut dapat disentuh dan dibersihkan dengan
tekanan normal
 Bila terdapat tanda-tanda infeksi seperti demam, daerah insisi kemerahan dan panas atau
sakit yang menetap selama beberapa hari, segera kembali ke klinik.

25. “Baik ibu, mungkin ada yang ingin ditanyakan ?”


26. Jazakumullah Khairan Katsiran

EKSTRAKSI
1. ASSALAMUALAIKUM WR WB
2. Permisi saya pakai antiseptik
3. Perkenalkan saya dokter davin yang bertugas kali ini, disini saya akan melakukan
pemasangan implan dimana prosedur pemasangan sedikit tidak enak/nyaman apakah
bersedia ?
4. Saya persiapkan alat terlebih dahulu, dan cek obatnya
5. Silahkan berbaring dengan lengan yang terpasang implan ditempatkan diatas meja
penyangga, lengan atas membentuk sudut 300 terhadap bahu dan sendi siku 900
6. Lapisi dengan kain bersih di bawah lengan
7. Raba terlebih dahulu letak implan
8. Cuci tangan dengan sabun dan air, keringkan dengan kain bersih.
9. Pakai sarung tangan steril atau DTT
10. Desinfeksi area yang akan di insersi lalu dibersihkan lagi dengan alkohol
11. Pasang duk steril dan suntik anestesi lokal (lidokain)3 ml obat anestesi (lidocaine 1%
tanpa epinefrin). Suntikkan sedikit (0,3 cc) obat intrakutan, kemudian tanpa
memindahkan jarum, masukkan ke subdermal dorong jarum menelusuri bawah kulit
hingga 4 cm, kemudian tarik jarum sambil menyuntikkan anestesi pada kedua jalur
kapsul
12. Biarkan selama 30 detik agar efek anestesi bekerja
13. Ambil insisi paling dekat dengan ujung bawah
14. Ambil implan menggunakan pinset
15. Tekan tempat insisi dengan jari menggunakan kasa selama 1 menit untuk menghentikan
perdarahan. Bersihkan tempat pemasangan dengan kasa antiseptik. Dan plester
16. lepas handscoon dan cuci tangan
INSERSI & EKSTRAKSI AKDR/IUD
INSERSI
1. Assalamualaikum Wa Rahmatullahi Wa Barakatuh
2. Antiseptic
3. Bismillahirrahmanirrahim
4. Menyapa & Memperkenalkan diri
5. Inform consent “ibu ini adalah alat KB IUD nanti dipasang di dalam Rahim melalui vagina
sehingga ibu bisa merasa kurang nyaman atau sakit, namun saya akan berusaha
meminimalisir keluhan tersebut”
6. Alat dan bahan, pastikan IUD tersegel dan perhatikan tanggal kadaluarsa
7. Melepaskan celana dan berbaring di meja periksa dengan posisi litotomi
8. Mencuci tangan dan menggunakan sarung tangan

46
9. Pemeriksaan bimanual “permisi ya bu, saya akan melakukan pemeriksaan dalam”
-Dengan tangan kanan pada vagina dan tangan kiri menekan perut.
-tidak ada tanda2 infeksi di vagina, serviks teraba licin, dan uterus tidak teraba adanya massa
10. Lepas sarung tangan
11. Buka pembungkus IUD sampai dengan setengahnya dan lipat kebelakang.
12. Masukkan pendorong kedalam tabing inserter.
13. Letakkan kemasan IUD di atas permukaan yang datar, keras dan bersih
14. Dengan teknik steril, lipat IUD dan masukkan ke dalam tabung inserter.

15. Pakai sarung tangan baru


16. asepsis dan antisepsis vulva
17. Pasang speculum dengan dioles gel terlebih dahulu
18. Bersihkan lendir vagina dan serviks dengan cairan antiseptic
19. Jepit serviks dengan tenakulum secara hati-hati pada arah jam 10 – 12-kunci-pegang dengan
tangan kiri
20. Masukan sonde dengan tangan kanan untuk mengukur panjang uterus tanpa menyentuh
dinding vagina maupun bibir spekulum.
21. Tarik tenakulum agar vagina dan uterus searah
22. Keluarkan sonde, ukur kedalaman uterus
23. Sesuaikan panjang tabung insersi IUD dengan menggeser leher biru pada tabung inserter
(antara 6-9 cm).
24. Keluarkan inserter dari kemasannya
25. Masukkan tabung inserter secara hati-hati kedalam uterus sampai leher biru menyentuh
serviks atau sampai dirasakan adanya tahanan.
26. Setelah pipa insersi mencapai fundus uteri, lepaskan IUD dengan menggunakan inserter.
27. Keluarkan pipa bersama inserter secara perlahan agar letak IUD dalam uterus tidak berubah
28. Potong sisa benang sepanjang 2-3 cm dari ostium serviks.
29. Lepaskan tenakulum. Periksa serviks apakah ada perdarahan di tempat jepitan tenakulum.
Bila ada, tekan dengan kasa selama 30-60 menit.
30. Keluarkan spekulum dengan hati-hati
31. Letakkan alat yang telah digunakan pada tempatnya
32. lepas sarung tangan.
33. Minta pasien kembali mengenakan pakaiannya.
34. Informasikan bahwa tindakan telah selesai.
35. Jazakumullahu khairan kastiran
EKSTRAKSI
36. Inform consent
37. Alat dan bahan
38. Jelaskan kepada pasien jenis dan prosedur pemeriksaan yang akan dilakukan.
39. pasien berbaring di meja periksa dengan posisi litotomi.
40. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan
41. Asepsis dan antisepsis daerah vulva dan sekitarnya
47
42. Speculum
43. Periksa apakah benang IUD terlihat
44. jepit benang dengan menggunakan ring forceps.
45. perlahan tarik keluar IUD
46. lepas spekulum.
47. Letakkan alat yang telah digunakan pada tempatnya
48. lepas sarung tangan.
49. Minta pasien kembali mengenakan pakaiannya.
50. Berikan penjelasan pasca insersi/ekstraksi IUD
51. “Jazakumullah Khairan Katsiran

1. “Assalamualaikum Wa Rahmatullahi Wa Barakatuh”


2. Menggunakan cairan antiseptic di tangan.
3. “Bismillahirrahmanirrahim”
4. Perkenalkan saya dr davin, yg bertugas pada kali ini, dg ibu siapa?
5. saya akan melakukan pemeriksaan pada kehamilan ibu, pemeriksaan ini akan ada kontak fisik
dan mengangkat baju ibu sehingga mungkin akan sedikit tidak nyaman, tapi tidak apa tidak
mengganggu kehamilan ibu, apakah bersedia?
6. Persiapkan alat dan bahan (meteran, fetoskop)
7. Pemeriksaan fisik umum (tanda vital, berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, wajah:
apakah ada edema atau terlihat pucat)
8. Status generalis lengkap: kepala, mata, higiene mulut dan gigi, karies, tiroid, jantung, paru,
payudara, abdomen, tulang belakang, ekstremitas, serta kebersihan kulit.
9. Ibu silahkan berbaring pada bed pemeriksaan dan saya akan sedikit mengangkat bajunya dan
memberikan selimut untuk menutpi bagian genital, ibu silahkan untuk menekuk lutut / posisi
litotomi agar perut rileks
10.Dokter berada di kanan pasien dan menghadap kepala pasien.
11.Menilai Status Obstetri
12.PEMERIKSAAN LUAR SCR UMUM (inspeksi palpasi perkusi auskultasi) Vulva/perineum
untuk memeriksa adanya varises, kondiloma, edema, hemoroid, atau kelainan lainnya.
13.Tinggi fundus uteri (pengukuran dengan pita dari tepi atas simpisis pubis keatas sampai mana
puncak rahim)
14.Hitung taksiran berat janin
rumus johnson-Toshach
TBJ = (TFU-N)x 155 = ....g
N= 13 Bila kepala masih floating
N= 12 bila kepala masuk PAP
N= 11 Bila kepada berada di bawah spina ischiadika
15.PEMERIKSAAN DALAM (melihat pembukaan dan penipisan) pakai handscoon
- sentuhkan punggung tangan kiri di paha dalam,
- 2 jari tangan kanan ditaro di dekat vulva bagian bawah, dengan jari tengah sedikit menekan baian
bawah, jari telunjuk colok ke dalam cari pembukaan saat HIS
 menilai serviks(brp pembukaan dan penipisan)
 apa yg ada di bawah (kepala, bokong, bahu, kaki) bila kepala bagimana turun nya
 bagaimana luas panggul (luas, sempit, sedang)promontorium teraba apa tidak ,
coxcigeus teraba apa tidak, tulang linea innominate teraba ada tidak ,
 posisi ubun2

48
16.Palpasi abdomen, menggunakan maneuver leopold I – IV
Leopold I: Menentukan tinggi fundus uteri dan menentukan bagian janin yang terletak di fundus uteri
dengan menaro telapak tangan (dilakukan sejak awal trimester I)(kepalabila digerakkan badan
tidak gerak, bokong)
Leopold II: Menentukan bagian janin pada sisi kiri dan kanan ibu (dilakukan mulai akhir trimester
II)
Leopold III: Menentukan bagian janin yang terletak di bawah uterus (dilakukan mula akhir trimester
III) dengan tangan kiri meraba fundus uteri, tangan kanan meraba daerah simpisis
Posisi kita dibalik menghadap kaki ibu
Leopod IV: Menentukan berapa jauh masuknya janin ke pintu atas panggul (dilakukan bila usia
kehamilan > 36 minggu)
Posisikan kedua tawngan pada bawah perut membentuk huruf “v” rasakan apakah tangan bisa
bertemu ujungnya(konvergen) / tangan meluncur saja (divergen) biasanya 3/5
Mengisi partograf (mengukur penurunan kepala)
Dg menggunakan 5 jari dengan tepi di taro di atas simfisis (5/5,4/5,3/5, dll)

17.Auskultasi denyut jantung janin menggunakan fetoskop atau doppler (jika usia kehamilan >
16 minggu).
Harus tau posisi punggung, letakkan disekitar skapula bagian bawah, agak atas dari
sinfisis,
ambil alat fetoskop didengar dg telinga, mata melihat jam 1 mnit brp kali 
normalnya 138/menit (WHO).
 Friedman brp denyut dlm 5 detik- istirahat-dengar lagi
18.Menentukan status inpartu dan kala (jika inpartu)
Diagnosis in partu (dalam persalinan)
His adekuat kontraksi rahim (bagaimana ibu merasakan tekanan, kesakitan)
dg di pegang pada rahim dan sedikit ditekan dg ujung jari / sedikit di bawah pusar,
seberapa kuat dan berapa lama
(normalnya: berlangsung 45-60 detik normalnya) – istirahat – 2 menit muncul lagi ,
dalam 10 menit brp kali
Contoh : (4 x/ 10 menit lamanya 45 detik)
Diikuti penipisan dan pembukaan serviks bpr % (25,50,75) pelvic score
Fase Peembukaan
Laten :<3 cm
Aktif : (>3 cm)  berlangsung selama 6-8 jam (per jam 1,2 cm)
Kalo primigravida lbih agak lama
Kala
1 mulai 0-10 cm (lengkap) dipantau dg partograf(friedman)/WHO
2. 10 – bayi lahir pengeluaran ( 2 jam)
49
3. ayi lahir- plasenta lahir (uri ½ jam )
4. after plasenta lahir - 2 jam
Bloody show, lendir
19.Mengucapkan terima kasih dan “Jazakumullah Khairan Katsiran”

TAMBAHAN INFO
KU
Status Obstetriluar
dalam(
letak janinsitus(keberadaan letak janin sumbu panjang thdp panjang ibu) biasanya normalnya
membujur melintang, habitus janin serba fleksi, posisisumbu putar iu thdp putar janin ,plasentasi

50
1. Memastikan kelengkapan alat dan bahan
Spuit, cek oksitosin dan tanggal kadaluarsa dan APD lengkap (topi, kacamata, masker, celemek,
sepatu)
2. Mencuci tangan dan memakai sarung tangan steril
3. Siapkan spuit berisi oksitosin
4. Untuk memastikan ibu sudah masuk kala 2 lihat  Pada saat ibu merasa adanya DORAN
TEKNUS PERJOL VULKA Ibu diposisikan litotomi dan dilakukan pemeriksaan dalam dan
didapatkan pembukaan servix 10cm (lengkap) DORAN=dorongan untuk meneran
TEKNUS=penonjolan tekanan pada anus
PERJOL=perineum menonjol
VULKA=vulva membuka
5. Pasang handuk bersih untuk mengeringkan bayi pada perut ibu
6. Mengambil kain bersih untk meletakkan di bawah bokong ibu
7. Kemudian ibu dipimpin mengejan bersamaan dengan adanya HIS
8. Pada saat kepala bayi membuka vulva sebesar 5 cm, boleh dilakukan /tidak perasat
episiotomy (tergantung kondisi perineum)
9. Kemudian tangan kiri penolong diletakkan diatas simphisis guna mengatur defleksi kepala,
tangan yang kanan menahan perineum guna mencegah robekan perineum yang luas.
10. Kemudian bersamaan HIS ibu dipimpin mengejan
11. Kemudian lahirlah berturut turut dengan oksiput sebagai hipomochlion, UUB, UUK, dahi,
muka, dagu dan akhirnya seluruh kepala
12. Kemudian diperiksa ada tidaknya lilitan tali pusat pada kepala bayi. Bila terdapat lilitan,
kemudian diregangkan dan dilepaskan, dengan cara menarik dan meregangkan tali pusat
dari arah belakang leher bayi bila tidak dapat dilepaskan, maka tali pusat diklem di dua
tempat , lalu dipotong
13. Kemudian ditunggu kepala bayi melakukan putar paksi luar spontan,bila tidak melakukan
putar paksi luar, maka kepala bayi dibantu diputar kearah dada bayi.
14. Kemudian kepala bayi dipegang secara biparietal.
15. Kemudian dilakukan tarikan curam kebawah hingga Nampak bahu depan di bawah simpisis.
16. Kemudian dilakukan tarikan elevasi ke atas hingga bahu belakang lahir.
17. Kemudian dilakukan tarikan mendatar sambil salah satu tangan penolong
memegang/menyanggah kepala, sembari tangan yang lain menelusuri punggung, bokong,
paha, betis sampai kedua mata kaki. Lalu dipegang kedua mata kaki tersebut
18. Akhirnya lahirlah bayi
19. Lakukan penilaian awal pada bayi(bayi menangis kuat, kemerahan dan aktif)
20. Kemudian bayi diletakkan di perut ibu untuk dibersihkan dengan handuk
21. Kemudian dilakukan pemotongan tali pusat 2 cm dari umbilicus bayi dengan cara diklem di
2 tempat pada klem ke 2 sebelumnya dilakukan pengurutan tali pusat kearah ibu lalu diklem
kemudian dipotong
22. Kemudian bayi dirawat oleh asisten
23. Kemudian melakukan manajemen aktif kala Kemudian melakukan manajemen aktif kala III

51
1. Mengucapkan “Assalamualaikum Wa Rahmatullahi Wa Barakatuh”
2. Menggunakan cairan antiseptic di tangan.
3. Mengucapkan “Bismillahirrahmanirrahim”
4. Memanggil/menyapa pasien dengan sebutan yang dirasa pantas.
5. Memperkenalkan diri dan menjelaskan tugas/perannya.
6. Melakukan inform consent
7. Beritahu ibu bahwa penolong akan menyuntikkan oksitosin untuk membantu uterus
berkontraksi dengan baik.
8. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, berikan suntikan oksitosin 10 unit IM di sepertiga
paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikan oksitosin).
9. Jepit tali pusat menggunakan klem, 2 menit setelah bayi lahir, kira-kira 3 cm dari pusat bayi.
Melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem ke arah ibu dan memasang klem kedua 2
cm dari klem pertama (ke arah ibu).
10. Pegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari gunting dan memotong tali pusat
di antara dua klem tersebut.
11. Ikat tali pusat dengan benang DTT/steril pada satu sisi kemudian lingkarkan kembali benang
ke sisi berlawanan dan lakukan ikatan kedua menggunakan simpul kunci
12. Lepaskan klem dan masukkan ke dalam larutan klorin 0.5%
13. Tempatkan bayi dalam posisi tengkurap di dada ibu, luruskan bahu bayi agar menempel
dengan baik di dinding dada-perut ibu. Usahakan posisi bayi berada diantara payudara ibu
dengan posisi lebih rendah dari putting payudara ibu.
14. Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan kering dan pasang topi pada kepala bayi.
15. Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva.
16. Letakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu, di tepi atas simfisis dan tegangkan tali pusat
dan klem dengan tangan yang lain.
17. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah, sementara tangan yang lain
menekan uterus dengan hati-hati ke arah dorsokranial.
18. Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta keluarga untuk menstimulasi puting susu.
19. Melahirkan plasenta
20. Lakukan penegangan tali pusat terkendali sambil menahan uterus ke arah dorsokranial hingga
plasenta terlepas, lalu meminta ibu meneran sambil menarik plasenta dengan arah sejajar
lantai dan kemudian ke arah atas, mengikuti poros jalan lahir dengan tetap melakukan tekanan
dorsokranial.
21. Setelah plasenta tampak pada introitus vagina, teruskan melahirkan plasenta dengan hati-hati
dengan kedua tangan.
22. Segera setelah plasenta lahir, melakukan masase pada fundus uteri dengan cara mengusap
fundus uteri secara sirkuler hingga kontraksi uterus baik (fundus teraba keras).
23. Periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta untuk memastikan bahwa seluruh selaput
ketuban lengkap dan utuh.
24. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Lakukan penjahitan bila laserasi
menyebabkan perdarahan aktif.
25. Nilai ulang uterus dan memastikan kontraksi baik dan tidak terdapat perdarahan per vaginam.
26. Mulai IMD dengan memberi cukup waktu untuk melakukan kontak kulit ibu- bayi (di dada
ibu minimal 1 jam):
27. Biarkan bati mencari dan menemukan puting dan mulai menyusu.
28. Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi menyusu dini dalam waktu 60-90 menit.
Menyusu pertama biasanya berlangsung pada menit 45-60, dan berlangsung 10-20 menit.
Bayi cukup menyusu dari satu payudara.

52
29. Tunda semua asuhan bayi baru lahir normal lainnya dan biarkan bayi berada di dada ibu
selama 1 jam walaupun bayi sudah berhasil menyusu.
30. Bila bayi harus dipindah dari kamar bersalin sebelum 1 jam, usahakan ibu dan bayi dipindah
bersama-sama dengan mempertahankan kontak kulit ibu-bayi.
31. Jika bayi belum menemukan putting ibu-IMD dalam waktu 1 jam, posisikan bayi lebih dekat
dengan putting ibu dan biarkan kontak kulit dengan kulit selama 30- 60 menit berikutnya.

32. Jika bayi masih belum melakukan IMD dalam waktu 2 jam,pindahkan ibu ke ruang pemulihan
dengan bayi tetap berada didada ibu. Lanjutkan asuhan neonatal esensial lainnya
(menimbang,pemberian vitamin K, salep mata) dan kemudian kembalikan bayi kepada ibunya
untuk menyusu.
33. Kenakan pakaian pada bayi atau tetap selimuti untuk menjaga kehangatannya.
34. Setelah IMD selesai:
35. Timbang dan ukur bayi
36. Beri bayi tetes mata antibiotika profilaksis
37. Suntik vitamin K1 1 mg di paha kiri anterolateral bayi
38. Pastikan suhu tubuh normal (36.5-37.5oC)
39. Berikan gelang pengenal pada bayi
40. Lakukan pemeriksaan cacat bawaan dan tanda-tanda bahaya pada bayi
41. Satu jam setelah pemberian vitamin K1, berikan suntikan imunisasi hepatitis B di paha kanan
anterolateral bayi.
42. .Lanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah pendarahan per vaginam, dan lakukan
penilaian luka episiotomi (jika ada):
43. Robekan tingkat I mengenai mukosa vagina dan jaringan ikat, tidak perlu dilakukan
penjahitan
44. Jika robekan perineum derajat II:
45. Siapkan alat dan bahan.
46. Pastikan pasien tidak memiliki alergi terhadap lignokain atau obat-obatan sejenis
47. Suntikan 10 ml lignokain 0.5% di bawah mukosa vagina, di bawah kulit perineum dan pada
otot-otot perineum. Masukan jarum pada ujung laserasi dorong masuk sepanjang luka
mengikuti garis tempat jarum jahitnya akan masuk atau keluar.
48. Tunggu 2 menit. Kemudian area dengan forsep hingga painesien tidak merasakan nyeri.
49. .Jahit mukosa vagina secara jelujur dengan benang 2-0, lihat ke dalam luka untuk
mengetahui letak ototnya. (penting untuk menjahit otot ke otot agar tidak ada rongga di
dalamnya.)
50. .Carilah lapisan subkutis persis dibawah lapisan kulit, lanjutkan dengan jahitan
subkutikuler kembali keatas vagina, akhiri dengan simpul mati pada bagian dalam vagina.
51. .Potong kedua ujung benang dan hanya sisakan masing-masing 1cm.
52. .Jika robekan cukup luas dan dalam, lakukan colok dubur dan pastikan tidak ada bagian
rektum terjahit.
53. .Mengucapkan terima kasih dan “Jazakumullah Khairan Katsiran”

1. Mengucapkan “Assalamualaikum Wa Rahmatullahi Wa Barakatuh”


2. Menggunakan cairan antiseptic di tangan.
3. Mengucapkan “Bismillahirrahmanirrahim”
4. Memanggil/menyapa pasien dengan sebutan yang dirasa pantas.
5. Memperkenalkan diri dan menjelaskan tugas/perannya.

53
6. Melakukan inform consent
7. Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus da menilai kontraksi, mewaspadai
tanda bahaya ibu, serta kapan harus memanggil bantuan medis
8. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah. Jika diperlukan, lakukan kompresi
bimanual interna:
9. Berikan dukungan emosional.
10. Lakukan tindakan pencegahan infeksi.
11. Kosongkan kandung kemih.
12. Pastikan plasenta lahir lengkap.
13. Pastikan perdarahan karena atonia uteri.
14. Segera lakukan kompresi bimanual internal selama 5 menit.
15. Masukkan tangan dalam posisi obstetri ke dalam lumen vagina, ubah menjadi kepalan,
dan letakan dataran punggung jari telunjuk hingga jari kelingking pada forniks anterior
dan dorong segmen bawah uterus ke kranio-anterior.
16. Upayakan tangan bagian luar mencakup bagian belakang korpus uteri sebanyak
mungkin.
17. Lakukan kompresi uterus dengan mendekatkan kepalan tangan dalam dan tangan luar
sedekat mungkin.
18. Tetap berikan tekanan sampai perdarahan berhenti dan uterus kembali berkontraksi.
19. Jika uterus sudah mulai berkontraksi, pertahankan posisi tersebut hingga uterus
berkontraksi dengan baik. Dan secara perlahan lepaskan kedua tangan, lanjutkan
pemantauan secara ketat.
20. Jika uterus tidak berkontraksi setelah 5 menit, lakukan kompresi bimanual eksternal
oleh asisten/ anggota keluarga.
21. Teka dinding belakang uterus dan korpus uteri diantara genggaman ibu jari dan
keempat jari lain, serta dinding depan uterus dengan kepalan tangan yang lain.
22. Sementara itu:
23. Berikan ergometrin 0.2 mg IV
24. Infus 20 unit oksitosin dalam 1 L NaCl/ Ringer laktat IV 60 tetes/menit dan metil
ergometrin 0,4 mg.
25. Periksa tekanan darah, nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam
pertama pasca persalinan dan setiap 30 Menit selama jam kedua pasca persalinan.
26. Periksa kembali kondisi bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas dengan baik serta
suhu tubuh normal (tunda proses memandikan hingga 24 jam setelah suhu stabil).
27. Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi
(10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah didekontaminasi.
28. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai.
29. Bersihkan ibu dengan menggunakan air DDT. Bersihkan sisa cairan ketuban, lendir dan
darah. Bantu ibu memakai pakaian bersih dan kering.
30. Pastikan ibu merasa nyaman dan beritahu keluarga untuk membantu apabila ibu ingin
minum.
31. Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5%.

54
32. Bersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 0,5%, lepaskan sarung tangan dalam
keadaan terbalik dan rendam dalam larutan klorin 0,5%.
33. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
34. Lengkapi partograf.
Mengucapkan terima kasih dan “Jazakumullah Khairan Katsiran”

55
CEKLIST ANAMNESA PENYAKIT HEMATOLOGI
• Anemia defisiensi besi • Anemia aplastik
Anamnesis Gejala Anemia menyebabkan fatig, dispnea
Riwayat (obat2 an , diet, dan jantung berdebar-debar.
perdarahan , parasit, nafsu Trombositopenia menyebabkan
makan, kondisi medis lain)
mudah memar dan perdarahan
Pem fisik  Pucat  Di lihat dari
conjungtiva palperbra mukosa. Neutropenia meningkatkan
inferior kerentanan terhadap infeksi. Pasien
 Sumber perdarahan : juga mungkin mengeluh sakit kepala
√ Melena : BAB hitam dan demam
gelap(sal cerna
bawah)
√ Hematoscezia : BAB
merah segar (sal
cerna atas)
√ Hematuria : urin
berdarah
• Anemia hemolitik • Leukemia akut
TIPE HANGAT
Gejala:
 anemia
 ikterus
 demam dapat juga disertai nyeri abdomen
dan anemia berat
 Urin berwarna gelap
 -->hemoglobin uri
 Hb <7 DAT/COMB TES + ig G +
TIPE DINGIN Sekunder -->
Klinis :
 aglutinasi pada suhu dingin
 anemia ringan hb 9-12
 akrosianosi dan splenomegali
 HDT : Sferositosis
 polikromatosis
 Comb tes +
ANEMIA HEMOLITIK KARENA
TRANSFUSI
Gejala: sesak napas, demam, nyeri pinggang,
menggigil, mual , muntah dan syok

• Leukemia kronis • ITP


Immune thrombocytopenic purpura
merupakan suatu kelainan didapat yang
berupa gangguan autoimun yang
mengakibatkan trombositopenia oleh
karena adanya penghancuran trombosit
secara dini dalam sistem

56
retikuloendotel akibat adanya
autoantibodi terhadap trombosit yang
biasanya berasal dari Immunoglubolin
G. Kata trombositopenia menunjukkan
bahwa terdapat angka trombosit yang
rendah, sedandkan kata purpura
berasal dari suatu deskripsi akan kulit
yang berwama lebam karena symptom
penyakit ini, warna ungu pada kulit ini
disebebkan oleh merembesnya darah
dibawah kulit.
ANAMNESIS
Adakah perdarahan?
Sudah berapa lama?
Riwayat pemakaian obat obatan?
• Limfoma maligna •

NO ASPEK PENILAIAN

1 Mengucapkan “Assalamualaikum Wa Rahmatullahi Wa Barakatuh”


3 Mengucapkan “Bismillahirrahmanirrahim”
4 Menunjukkan sikap hormat dan respek pada pasien
5
 Mempersilahkan pasien untuk duduk
 Menciptakan suasana yang nyaman (isyarat bahwa punya
cukup waktu, menganggap penting informasi yang akan diberikan,
menghindari tampak lelah).
6 Memperkenalkan diri, menjelaskan tugas/perannya (apakah dokter
umum, spesialis, dokter keluarga, dokter paliatif, konsultan gizi,
konsultan tumbuh kembang, dan lain-lain).
7 Menanyakan identitas penderita
8 Menanyakan keluhan utama
9 Menanyakan lokasi
Menanyakan onset dan kronologi
Menanyakan kualitas keluhan
Menanyakan kuantitas keluhan
Menanyakan faktor-faktor pemberat
Menanyakan faktor-faktor peringan
Menanyakan gejala penyerta
– Sakit kepala
– Pusing (anemia)
– Pingsan / sinkop
– Sesak napas
57
– Mata kuning (anemia hemolitik)
– Pucat
– Benjolan
– Nafsu makan hilang
– Kelelahan
– Penurunan berat badan
– Perdarahan spontan
– Nyeri punggung (mieloma multipel)
– Demam
10 Menanyakan riwayat penyakit dahulu
11 Menanyakan riwayat kesehatan keluarga
12 Menanyakan riwayat sosial ekonomi
13 Menanyakan kebiasaan pribadi
14 Penggunaan bahasa yang mudah dipahami pasien
15 Menggunakan pertanyaan terbuka secara tepat
16 Menggunakan pertanyaan tertutup secara tepat
17 Menanyakan pada pasien apakah ada hal yang terlewat
18 Menutup wawancara dengan membuat suatu ringkasan
19 Membuat kesepakatan dengan pasien (contracting)
20 Mengucapkan terima kasih dan “Jazakumullah Khairan Katsiran”

CHECK LIST :
 INJEKSI INTRAMUSKULAR

NO ASPEK PENILAIAN NILAI


0 1 2 3
1 Mengucapkan “Assalamualaikum Wa Rahmatullahi Wa Barakatuh”
2 Antiseptik/cuci tangan 7 angkah + handscoon
3 Mengucapkan “Bismillahirrahmanirrahim”
4 Memberikan inform consent dan penjelasan teknik IM
5 Mempersiapkan alat dan bahan
6 Meminta pasien membuka pakaian seperlunya
7 Memilih lokasi injeksi dengan benar
a. Regio Gluteus (1/3 lateral dari SIAS ke krista iliaca)
b. Regio superior lateral femur (5 jari diatas lutut sampai 5 jari
dibawah lipatan inguinal)
c. Regio femur anterior (m.rectus Femoris di 1/3 medial
anterior  paling bagus untuk bayi)
d. Regio deltoid (3 jari dibawah bahu)
8 Desinfeksi lokasi injeksi dengan benar
9 Meregangkan kulit
10 Memegang spuit dan menginsersikan jarum (sudut insersi
jarum terhadap permukaan kulit 90⁰)
58
11 Melakukan aspirasi (cek ujung jarum masuk vena atau tidak)
12 Melakukan injeksi setelah itu melakukan masase area injeksi
13 Melakukan kontrol perdarahan
14 Melakukan observasi pasca injeksi
15 Mengucapkan terima kasih dan “Jazakumullah Khairan Katsiran”

 INJEKSI SUBKUTAN
NO ASPEK PENILAIAN NILAI
0 1 2 3
1 Mengucapkan “Assalamualaikum Wa Rahmatullahi Wa Barakatuh”
2 Antiseptik/cuci tangan 7 angkah + handscoon
3 Mengucapkan “Bismillahirrahmanirrahim”
4 Memberikan inform consent dan penjelasan teknik injeksi
subkutan
5 Mempersiapkan alat dan bahan
6 Meminta pasien membuka pakaian seperlunya
7 Memilih lokasi injeksi dengan benar
a. Regio Deltoid (3 jari dibawah bahu)
b. Regio Femur Anterior (vastus lateralis)
c. Regio gluteus
8 Desinfeksi lokasi injeksi dengan benar
9 Mencubit kulit
10 Memegang spuit dan menginsersikan jarum (sudut insersi
jarum terhadap permukaan kulit 45⁰)
11 Melakukan aspirasi (cek ujung jarum masuk vena atau tidak)
12 Melakukan injeksi setelah itu masase area injeksi
13 Melakukan kontrol perdarahan
14 Melakukan observasi pasca injeksi
15 Mengucapkan terima kasih dan “Jazakumullah Khairan
59
Katsiran”

60
 INJEKSI INTRAKUTAN
NO ASPEK PENILAIAN NILAI
0 1 2 3
1 Mengucapkan “Assalamualaikum Wa Rahmatullahi Wa Barakatuh”
2 Antiseptik/cuci tangan 7 angkah + handscoon
3 Mengucapkan “Bismillahirrahmanirrahim”
4 Memberikan inform consent dan penjelasan teknik injeksi
intrakutan
5 Mempersiapkan alat dan bahan
6 Meminta pasien membuka pakaian seperlunya
7 Memilih lokasi injeksi dengan benar
a. Bagian medial dari Regio Antebrachii
8 Desinfeksi lokasi injeksi dengan benar
9 Meregangkan dan memfiksasi kulit
10 Memegang spuit dan Menginsersikan jarum (sudut insersi
jarum terhadap permukaan kulit 10-15⁰)
11 Melakukan injeksi sampai terjadi indurasi kulit
12 Melakukan kontrol perdarahan
13 Melakukan observasi pasca injeksi
14 Mengidentifikasi reaksi yang diharapkan muncul
15 Mengucapkan terima kasih dan “Jazakumullah Khairan
Katsiran”

61
 INJEKSI INTRAVENA
NO ASPEK PENILAIAN NILAI
0 1 2 3
1 Mengucapkan “Assalamualaikum Wa Rahmatullahi Wa Barakatuh”
2 Antiseptik/cuci tangan 7 angkah + handscoon
3 Mengucapkan “Bismillahirrahmanirrahim”
4 Memberikan inform consent dan penjelasan teknik injeksi IV
5 Mempersiapkan alat dan bahan
6 Meminta pasien membuka pakaian seperlunya
7 Mengidentifikasi vena lokasi injeksi
8 Memasang torniket dengan benar + MEMINTA PASIEN MELAKUKAN
GERAKAN MENGEPAL MELEPAS
9 Desinfeksi lokasi injeksi dengan benar  v. Mediana cubiti
10 Memegang spuit dan menginsersikan jarum (sudut insersi
jarum terhadap permukaan kulit)
11 Mengecek ujung jarum masuk vena atau tidak (darah tampak
mengalir ke dalam spuit)
12 Melepas torniket setelah darah tampak mengalir ke dalam
spuit
13 Melakukan injeksi perlahan-lahan
14 Melakukan kontrol perdarahan dan Memasang plester
15 Melakukan observasi pasca injeksi
16 Mengucapkan terima kasih dan “Jazakumullah Khairan Katsiran”

62
CHECKLIST PUNGSI VENA
NO ASPEK PENILAIAN NILAI
0 1 2 3
1 Mengucapkan “Assalamualaikum Wa Rahmatullahi Wa Barakatuh”
2 Antiseptik/cuci tangan 7 angkah + handscoon
3 Mengucapkan “Bismillahirrahmanirrahim”
4 Memberikan inform consent dan penjelasan teknik pungsi vena
5 Mempersiapkan alat dan bahan
6 Meminta pasien membuka pakaian seperlunya
7 Memilih lokasi pungsi dengan benar dan sesuai kondisi pasien  v.
Mediana cubiti
8 Melakukan pemasangan torniket dengan benar + MEMINTA PASIEN
MELAKUKAN GERAKAN MENGEPAL MELEPAS
9 Melakukan desinfeksi lokasi pungsi dengan benar
10 Mengeluarkan udara dari dalam spuit.
11 Spuit dipegang dengan tangan kanan, bevel jarum menghadap atas.
12 Jarum ditusukkan dengan sudut 15⁰ – 30⁰
13 Darah diaspirasi perlahan-lahan dengan tangan kanan menarik
plunger spuit, tangan kiri memfiksasi jarum supaya tidak bergerak.
14 Setelah darah tampak teraspirasi, segera melepaskan torniket.
15 Setelah darah diaspirasi sesuai kebutuhan, letakkan kapas kering
pada tempat pungsi, jarum ditarik perlahan dan lurus (dengan
tangan kanan), pasien diminta menekan lokasi pungsi dengan kapas
selama beberapa menit.
16 Melepas jarum dari spuit dengan benar dan aman
17 Mengalirkan darah perlahan melalui dinding tabung, spuit bekas
dibuang ke tempat sampah infeksius.
18 Segera menghomogenkan tabung kontainer dengan antikoagulan
dengan cara membalik tabung beberapa kali (tidak mengocok).
19 Melakukan kontrol perdarahan sampai perdarahan benar-
benar berhenti.
20 Menutup luka dengan kapas baru, kemudian memasang plester.
21 Mengucapkan terima kasih dan “Jazakumullah Khairan Katsiran”

63
SISTEM MATA
ANAMNESA MATA
DD MATA PUTIH DAN PENGLIHATAN TURUN
Apa itu putih : mata tenang tapi ada penurunan penglihatan, berarti yang bermasalah di belakangnya
/bagian lensa .
PENGLIHATAN menurun perlahan PENGLIHATAN menurun mendadak
Beberapa bulan/tahun Beberapa hari/jam
Kelainan reaksi Ablasio retina /retinal detachment
1. Miopi: sinar tidak sampai ke retina, Lepasnya retina dari sel epitel pigmen retina
sehingga buram, perlu dikasih lensa sehingga menyebabkan gangguan nutrisi retina
cekung /Bikonkaf -/lensa speris - dari pembuluh darah koroid
Gejala : BENTUK
kabur melihat jauh 1. Regmatogenosa (karena ada robekan)
Cenderung memicingkan mata Etiologi : miopia berat , usia lanjut,
Sakit kepala trauma
RPS : suka membaca Gejala :
2. Hipermetropi: bola mata terlalu kecil, Fotopsia:melihat cahaya
bayangan jatuh di belakang retina (floaters/melihat bayangan
sehingga buram, diberi lensa cembung/+/ hitam/sawang/semut)
lensa speris + Pada pemeriksaan : robekan retina
3. Astigmatism : banyaknya sinar yang pada pem funduskopi
masuk retina/di beberapa titik . Beberapa
titik, sehingga dikasih lensa silinder 2. Traksional(ada tarikan)pada badan
/C(cilindris) vitreous(bening)
Murni silinder/a.simplek Etiologi: DM,ROP, diabet retinopati
A miopia: silinder –
A hipermetropi: silinder + 3. Eksudatif(ada cairan)
A campuran : kompositus sama Etiologi: tumor, trauma, infeksi,
kutubnya kedua lensa (cilindris dan toksemia gravidarum
speris)
A miktus : silinder dan speris Tanya : rw pemakaian kacamata
(berlawanan kutub antara lensa
silindris dan speris)
4. Presbiopia : menurunnya kemampuan
mata seiring bertambahnya usia
Tanyakan umur itu penting
40 thn +1 , kalo nambah 5 tahun +1/2

Definisi :
Bagaimana buramnya, melihat jauh/dekat, apa
sering memicingkan mata
Katarak : kekeruhan lensa (dibelakang pupil dan Neuritis optik
iris) Nervus mengalami peradangan
Kalau melihat lensa dengan diperiksa di ruang Gejala :
yang gelap agar pupil midriasis Nyeri pada matabila melirik kanan kiri
Gejala : Penglihatan menurun
PENGLIHATAN Berawan
Kabur daan berkabut
Fotofobja
Penglihatan dobel

64
AMD: degenerasi makula Oklusi arteri/vena retina
Umumnya usia lanjut Bisa arteri centralCRAO/CRVO/
TIPE cabang BRVO,BRAO
1. Keringperlahan lahan Gejala :
2. Basah bisa mendadak Penurunan mendadak
Tanda : Tidak ada rasa sakit
Gelap tengah/skotoma central Kel rw PD : darah tinggi, jantung
Melihat sesuati metamorfosia/bengkong2 Pada pemeriksaan : funduskopi/oftalmoskopi
Identik pada perokok indirek
Dg oftalmoskopi direk Defek pupil aferen
Papil pucat, PD retina sempit, retina pucat atau
edema
Cherry red spot
Glaukoma kronis: Perdarahan vitreous
Kelainan neuropati optik, papil saraf optik Resiko: ada ekstravasasi darah yg masuk
berkurang/hilangnya luas lapang pandang vitreous. Pada pembuluh darsh normal/tidak
Peningkatan TIO normal
Etiologi : trauma, ada robekan di retina,
Tapi di kronis TIO tidak terlalu tinggi tapi yang neovaskularisasi makula, DM /HT retinopati
lain berkurang
Akibat lapang pandang menyempit  pasien
sering menabrak
Dg oftalmoskopi direk
Retinopati: kelainan pada retina bisa karena
DM/HT
Dg oftalmoskopi direk
R. Retina : suatu saraf , PD bocor,
Diabet maka ada perdarahan,
Jika ada masalah akan permanen
Menyebabkan kebutaan permanen
Ada riwayat?
R. HT Menyerang vaskuler saja
Ada riwayat?
Dulu pernah tinggi?
Bagian mata :palpebra, konjungtiva, kornea, bilik mata depan, iris, pupil dan lensa, vitrius body,
retina (vovea, makula lutea, koroid sklera post)
DD MATA MERAH
Palpebra= JIKA infeksi di sebut blefaritis
konjungtiva ada 3 jenis
1. pars palpebra
2. pars bulbi = melapisi sklera
3. vornix= pertemuan antara conjungtiva bulbi dan palpebra
sklera
kornea=lapisan yang tidak ada pembuluh darah
bilik mata depan isinya camera oculi anterior yang isinya aquos humor yang jernih yang di
produksi oleh badan silier
iris = seperti donat dengan tengah lobang yang di sebut pupil
pupil dan lensa
vitrius body
retina (vovea, makula lutea, koroid sklera post)
mata merah(vascular injection) terjadi karena adanya tanda tanda inflamasi
sklera akan tampak merah jika pembuluh darah mengalami inflamasi

65
CONJUNGTIVITIS akut  karena kuman KERATITIS
Gejala : mata merah, banyak keluar kotoran, Infeksi pada kornea
ngeres seperti adaa pasir, penglihatan normal , Trias kornea :
kornea jernih ‐ Epifora = berair
Tanda: CVI hiperemi, ‐ Blefarospasme =berkedut
Sekret sangat banyak, yang dibedakan : ‐ Fotofobia =silau
Bakteri = kuning, hijau dan kental Gejala :visus kabur, kornea edema + infiltrat ,
Virus = jernih dan lebih encer Pcvi hiperemi
Alergi =
CONGJUNGTIVITIS KRONIS (alergi dan
virus)
Lama dan kambuh2 an
UVEITIS ANTERIOR AKUT GLAUKOMA AKUT
Uvea anterior Terdiri dari iris dan badan silier Karena tekanan bola mata yang tinggiconj
Jenis mata merahnya adalah pada PCI hiperemi, kornea edema
Kornea tidak jernih, tidak ada secret Gejala : penglihtan sangat menurun , melihat
Penglihatan agak kabur, reflek cahaya menurun pelangi, nyeri, pupil midriasis, COA sangat
Uvea posterior terdiri dari retina dan koroid dangkal

Pemeriksaan :
Kornea  keratititis = maka perlu pemeriksaan fluorescein
Tekanan bola mata tinggi  maka gunakan palpasi dan tometer schiot

66
CHECK LIST :
 PRINSIP DASAR ANAMNESA
NO ASPEK PENILAIAN

1 Mengucapkan “Assalamualaikum Wa Rahmatullahi Wa Barakatuh”


3 Mengucapkan “Bismillahirrahmanirrahim”
4 Menunjukkan sikap hormat dan respek pada pasien
5 Mempersilahkan pasien untuk duduk
 Menciptakan suasana yang nyaman (isyarat bahwa punya cukup waktu,
menganggap penting informasi yang akan diberikan, menghindari tampak lelah).

6 Memperkenalkan diri, menjelaskan tugas/perannya (apakah dokter umum,


spesialis, dokter keluarga, dokter paliatif, konsultan gizi, konsultan tumbuh
kembang, dan lain-lain).
7 Menanyakan identitas penderita
8 Menanyakan keluhan utama
Jangan lupa :
a. Kanan/kiri
b. Kabur penglihatan jauh/dekat
c. Apapun keluhan utama tanyakanapakah ada gangguan penglihatan
9 Menanyakan lokasi
10 Menanyakan onset dan kronologi
11 Menanyakan kualitas keluhan
12 Menanyakan kuantitas keluhan
13 Menanyakan faktor-faktor pemberat
14 Menanyakan faktor-faktor peringan
15 Menanyakan gejala penyerta
16 Menanyakan riwayat penyakit dahulu
17 Menanyakan riwayat kesehatan keluarga
18 Menanyakan riwayat sosial ekonomi
19 Menanyakan kebiasaan pribadi
20 Penggunaan bahasa yang mudah dipahami pasien
21 Menggunakan pertanyaan terbuka secara tepat
22 Menggunakan pertanyaan tertutup secara tepat
23 Menanyakan pada pasien apakah ada hal yang terlewat
24 Menutup wawancara dengan membuat suatu ringkasan
25 Membuat kesepakatan dengan pasien (contracting)
26 Mengucapkan terima kasih dan “Jazakumullah Khairan Katsiran”

PEMERIKSAAN FISIK BOLA MATA, ADNEKSA, & PEM. REFLEK PUPIL

67
No Aspek Penilaian

1 Mengucapkan “Assalamualaikum wr.wb.”


2 Menggunakan cairan antiseptik di tangan.
3 Mengucapkan “Bismillahirrahmanirrahim”
4 Memperkenalkan diri dan menjelaskan tindakan yang akan dilakukan.
5 Mengucapkan “Bismillahirrahmanirrahim”
6 Mempersilahkan pasien untuk duduk rileks dan pemeriksa duduk
menghadap pasien
7 Memeriksa dengan seksama palpebra dan adneksa kedua mata pasien
(dimulai dari mata yang sehat terlebih dahulu)
a. Alis mata (simetris/tidak, apakah ada sikatrik, apakah ada benda
asing di alis mata)
b. Bulu mata (cek arah tumbuh bulu mata)
Keluar (normal)
Kedalam (enteropion)
Sikatrik (ada jaringan parut)
c. Palpebra/kelopak mata
- Palpebra superior (pasien diminta melihat kebawah). Inspeksi
warna kanan/kiri, hiperemis ada/tidak, edem ada/tidak,
pustule ada/tidak, benda asing ada/tidak, sikatrik ada/tidak
- Palpebra inferior (pasien diminta lihat keatas). Inspeksi warna
kanan/kiri, hiperemis ada/tidak, edem ada/tidak, pustule
ada/tidak, benda asing ada/tidak, sikatrik ada/tidak.
d. Konjungtiva
- Konjungtiva bulbi (minta pasien memandang lurus kedepan
lalu minta pasien melirik kekiri/kekanan). Inspeksi apakah ada
pelebaran pembuluh darah konjungtiva
- Konjungtiva bulbi pars superior (minta pasien lihat kebawah) .
Inspeksi apakah ada pelebaran pembuluh darah konjungtiva,
apakah ada benda asing
- Konjungtiva bulbi pars inferior (minta pasien lihat ke atas) .
Inspeksi apakah ada pelebaran pembuluh darah konjungtiva,
apakah ada benda asing
- Konjungtiva forniks (tarik kelopak mata bagian bawah, suruh
pasien lihat keatas). Inspeksi apakah ada pelebaran pembuluh
darah konjungtiva
- Konjungtiva Tarsal (lipat kelopak mata bagian atas). Inspeksi
apakah ada pelebaran pembuluh darah konjungtiva, apakah ada
benda asing.
e. Kornea
Pemeriksa menggunakan penlight diarahkan dari lateral baru ke
kornea. Nilai kejernihan/keruh, infiltrat ada/tidak, benda asing
ada/tidak,
f. Bilik Mata Depan (Camera Oculi Anterior/COA)
Arahkan penlight ke kornea dari samping dg sudut 60 derajat.
- COA dalam (sinar yg jatuh dipermukaan iris 360 derajat
sama)/normal

68
- COA dangkal
g. Iris
Pasien diminta lihat kedepan, kita arahkan penlight
Inspeksi warna homogen/tidak (misla coklat ya coklat semua,
kalau tidak normal biasanya ada warna yang berbeda pada iris).
Normal nya iris berwarna homogen.
h. Pupil
Inspeksi bentuk (normal bulat), letak (normal terletak di central),
diameter (normal 2-4 mm), respon terhadap cahaya (normal
mengecil/miosis)  secara langsung
Cara menyinari pupil secara tidak langsung  berikan pembatas
antara mata kanan dan kiri, salah satu mata disorot dgn penlight,
amati mata yang tidak disorot sinar  miosis pada pupil yang tidak
disorot
I. LENSA
Inspeksi apakah jernih/keruh, sorot dengan penlight dari lateral ke
medial (normal gelap dan tidak ada pantulan cahaya putih berarti
lensa jernih)
8. Sampaikan hasil pemeriksaan + cuci tangan
9. Mengucapkan terima kasih dan “Jazakumullah khairan katsiron”

PEMERIKSAAN VISUS CENTRAL


No Prosedur/ Aspek Latihan

1 Mengucapkan "Assalamu'alaikum Wa Rahmatullahi Wa


2 Menggunakan cairan antiseptik
3 Mengucapkan "Bismillahirrahmanirrahim"
4 Bapak silahkan duduk di kursi menghadap snellen ya pak
5 ‐ Pemeriksa berada pada jarak 1- 6 meter dari penderita.
‐ Meminta penderita untuk menutup mata sebelah kiri untuk
memeriksa mata sebelah kanan.
‐ PEMERIKSAAN VISUS DENGAN SNELLEN CHART

‐ Pesien menghadap snellen chart untuk menyebutkan huruf


berurutan dari deretan atas ke bawah sampai baris terakhir dimana
huruf dapat dibaca pasien
‐ Interpretasi
‐ Jika pasien tidak dapat melihat huruf terbesar dari Snellen chart

69
(6/60) penentuan visus dapat dilakukan dengan menghitung jari
MENGHITUNG JARI
‐ Meminta penderita untuk menyebutkan jumlah jari pemeriksa yang
diperlihatkan kepadanya.
‐ pemeriksa secara berurutan dari jarak 5 m, 4 m, 3 m, 2 m, 1m sampai
pasien tidak dapat menghitung
‐ Interpretasi hasil 5/60, 4/60, 3/60, 2/60, 1/60
‐ Bila dari jarak 1 m, pasien tidak dapat menghitung jari pemeriksa
dengan benar, maka penentuan visus dapat dilakukan dengan
menunjukkan lambaian tangan
LAMBAIAN TANGAN
‐ pemeriksa pada jarak 1 m. meminta penderita menentukan arah
gerakan tangan pemeriksa ke kanan atau ke kiri
‐ Interpretasi hasil 1/300
‐ Jika penderita tidak dapat menentukan arah lambaian tangan, maka
pemeriksa menggunakan cahaya lampu senter
CAHAYA LAMPU SENTER
‐ meminta penderita untuk menentukan adanya cahaya yang
disorotkan ke arahnya
‐ {Interpretasi hasil : light perception + (LP+), atau no light perception
(NLP)}
‐ Menentukan visus penderita.
Melakukan prosedur yang sama untuk mata sebelah kiri
6 Menyampaikan hasil pemeriksaan pada pasien
7 Mengucapkan terima kasih dan " Jazakallah khair "

70
PEMERIKSAAN VISUS PERIFER DAN LAPANG PANDANG

Tujuan pemeriksaan lapang pandang yaitu menentukan batas perifer dari penglihatan
No Prosedur/ Aspek Latihan

1 Mengucapkan "Assalamu'alaikum Wa Rahmatullahi Wa


2 Menggunakan cairan antiseptik
3 Mengucapkan "Bismillahirrahmanirrahim"
4 Mempersilahkan pasien duduk dengan menghadap pemeriksa yang
juga duduk dengan jarak ± 1 m
5  Pemeriksaan mata kanan
‐ Pasien diminta menutup mata kiri dengan menggunakan
telapak tangan kirinya (tanpa menekan),
‐ pemeriksa menutup mata kanannya.
‐ Meminta kepada pasien agar matanya menatap lurus mata
pemeriksa dan tidak menoleh saat dilakukan pemeriksaan.
‐ Pemeriksa meletakkan tangan kirinya ± 30 – 60 cm didepan
pasien dan menunjukkan beberapa angka di jari, kemudian
digeser perlahan-lahan dari perifer lapang pandang ke tengah.
‐ Minta pasien untuk memberi tahu jika melihat jari pemeriksa dan
menyebutkan angka berapa yang ditunjukkan. Lakukan pada
semua kuadran.
 *Interpretasi hasil : jarak jari yang terlihat pasien sama dengan jarak
jari yang terlihat pemeriksa. Bila tidak sama maka lapang pandang
pasien menyempit (lateral <90, medial <60, superior <50, inferior
<60)
Lapang pandang ke lateral (temporal) mencapai : 90 – 100 derajat
Lapang pandang ke medial (nasal) mencapai : 60 derajat
Lapang pandang ke superior (atas) mencapai : 50 – 60 derajat
Lapang pandang ke inferior (bawah) mencapai : 60 – 75 derajat
*Syarat lapang pandang pemeriksa normal

71
6  Pemeriksaan mata kiri
‐ Pasien diminta menutup mata kanan dengan menggunakan
telapak tangan kanannya (tanpa menekan),
‐ pemeriksa menutup mata kirinya.
‐ Meminta kepada pasien agar matanya menatap lurus mata
pemeriksa dan tidak menoleh saat dilakukan pemeriksaan.
‐ Pemeriksa meletakkan tangan kirinya ± 30 – 60 cm didepan
pasien dan menunjukkan beberapa angka di jari, kemudian
digeser perlahan-lahan dari perifer lapang pandang ke tengah.
‐ Minta pasien untuk memberi tahu jika melihat jari pemeriksa dan
menyebutkan angka berapa yang ditunjukkan. Lakukan pada
semua kuadran.
 *Interpretasi hasil : jarak jari yang terlihat pasien sama dengan jarak
jari yang terlihat pemeriksa. Bila tidak sama maka lapang pandang
pasien menyempit (lateral <90, medial <60, superior <50, inferior
<60)
Lapang pandang ke lateral (temporal) mencapai : 90 – 100 derajat
Lapang pandang ke medial (nasal) mencapai : 60 derajat
Lapang pandang ke superior (atas) mencapai : 50 – 60 derajat
Lapang pandang ke inferior (bawah) mencapai : 60 – 75 derajat
*Syarat lapang pandang pemeriksa normal
7 Menyampaikan hasil pemeriksaan pada pasien
8 Mengucapkan terima kasih dan " Jazakallah khair "

72
PEMERIKSAAN REFLEK PUPIL
No. Materi yang dinilai

1 Mengucapkan “Assalamualaikum Wa Rahmatullahi Wa Barakatuh”


2 Menggunakan cairan antiseptic di tangan.
3 Mengucapkan “Bismillahirrahmanirrahim”
4 Kamar pemeriksaan sedikit digelapkan
Mempersilahkan pasien untuk duduk dan memandang jauh kedepan
serta pemeriksa berada di depan pasien
Persiapkan penlight dengan sinar yang homogen
Periksa reflek pupil:
Reflek cahaya langsung
a. Tangan kiri pemeriksa melakukan fiksasi pada kepala pasien
b. Tangan kanan menyorotkan sinar penlight ke salah satu pupil pasien
c. Sorot sinar diarahkan dari samping, agar pupil sisi yang lain tidak ikut
tersoroti
d. Amati perubahan besar pupil pada mata yang disorot.
e. Lakukan pada pupil yang satunya

*Interpretasi hasil : reflek pupil langsung (+) bila terjadi miosis pada pupil
5 yang disorot
Reflek cahaya tidak langsung (konsensual)
a. Pada pemeriksaan antara mata satu dengan yang lainnya diberikan
pembatas kertas/ tangan kiri pemeriksa sebagai pembatas b. Satu sisi pupil
mata disorot dengan sinar dari samping c. Amati perubahan pupil pada
mata yang tidak disorot sinar. d. Lakukan pada pupil yang satunya.

*Interpretasi hasil : reflek pupil tidak langsung (+)


bila terjadi
6 miosis pada pupil yang tidak disorot
7 Menyampaikan hasil pemeriksaan

8 Mengucapkan terima kasih dan “Jazakumullah Khairan Katsiran”

PEMERIKSAAN OTOT PENGGERAK BOLA MATA

No Aspek Penilaian

1 Mengucapkan “Assalamualaikum wr.wb.”


2 Menggunakan cairan antiseptik di tangan.
3 Mengucapkan “Bismillahirrahmanirrahim”
4 Memperkenalkan diri dan menjelaskan tindakan yang akan dilakukan.
5 Mengucapkan “Bismillahirrahmanirrahim”
6 Memepersilahkan pasien untuk duduk rileks dan pemeriksa duduk

73
menghadap pasien dengan jarak kurang lebih 1m
7 Meminta pasien tenang, dan memfiksasi matanya dengan meminta melihat
satu titik (fokus pada jari telunjuk pemeriksa)
8 Pemeriksa memegang pensil atau menggunakan jari dan diletakkan 50 cm
didepan pasien, kemudian gerakan ke 8 arah (atas-tengah, tengah-bawah,
bawah-tengah-tengah ke lateral, lateral ke tengah, tengah-si lateral yang
lain, dst.) tanpa mengegrakkan kepala
9 Interpetrasi hasil :
a. Ada/tidak nya gangguan gerak bola mata
b. Jika ada, tentukan dimana letak diplopia atau penglihatan ganda
10 Sampaikan hasil pemeriksaan
11. Mengucapkan terima kasih dan “Jazakumullah khairan katsiron”

PEMERIKSAAN COVER-UNCOVER TEST

No Aspek Penilaian

1 Mengucapkan “Assalamualaikum wr.wb.”


2 Menggunakan cairan antiseptik di tangan.
3 Mengucapkan “Bismillahirrahmanirrahim”
4 Memperkenalkan diri dan menjelaskan tindakan yang akan dilakukan.
5 Mengucapkan “Bismillahirrahmanirrahim”
6 Mempersilahkan pasien untuk duduk rileks dan pemeriksa duduk
menghadap pasien dengan jarak kurang lebih 1m
7 Meminta pasien tenang, dan memfiksasi matanya dengan meminta melihat
satu titik (minta pasien fokus pada dahi pemeriksa)
8 Meminta pasien menutup salah satu mata dengan tangan/kertas tanpa
penekanan, kemudia lakukan buka-tutup-buka-tutup.
Perhatikan kedua bola mata apakah terdapat heterotopia
9 Interpetrasi hasil :
a. Ada/tidak nya heterothopia
10 Sampaikan hasil pemeriksaan
11. Mengucapkan terima kasih dan “Jazakumullah khairan katsiron”
Nb :
Heterothopia adalah kelainan posisi bola mata dimana terdapat penyimpangan posisi
bola mata yang disebabkan karena gangguan keseimbangan otot penggerak bola mata.

74
PEMERIKSAAN HIRSCHBERG TEST

No Aspek Penilaian

1 Mengucapkan “Assalamualaikum wr.wb.”


2 Menggunakan cairan antiseptik di tangan.
3 Mengucapkan “Bismillahirrahmanirrahim”
4 Memperkenalkan diri dan menjelaskan tindakan yang akan dilakukan.
5 Mengucapkan “Bismillahirrahmanirrahim”
6 Mempersilahkan pasien untuk duduk rileks dan pemeriksa duduk
menghadap pasien dengan jarak kurang lebih 1m
7 Meminta pasien tenang, dan memfiksasi matanya dengan meminta
melihat satu titik (minta pasien fokus pada lampu senter/penlight dg
jarak kurlep 30 cm)
8 Dekatkan lampu senter/penlight perlahan lahan dan perhatikan reflek
cahaya terhadap kornea pasien. Perhatikan apakah terdapat deviasi atau
tidak, jika ada ukur dengan menggunakan penggaris.
9 Interpetrasi hasil :
b. Ada/tidak nya heterothopia
10 Sampaikan hasil pemeriksaan
11. Mengucapkan terima kasih dan “Jazakumullah khairan katsiron”

PEMERIKSAAN BUTA WARNA

No Aspek Penilaian

1 Mengucapkan “Assalamualaikum wr.wb.”


2 Menggunakan cairan antiseptik di tangan.
3 Mengucapkan “Bismillahirrahmanirrahim”
4 Memperkenalkan diri dan menjelaskan tindakan yang akan dilakukan.
5 Mengucapkan “Bismillahirrahmanirrahim”
6 Mempersilahkan pasien untuk duduk rileks menghadap meja pemeriksa
7 Meminta pasien menyebutkan angka-angka dan mengikuti gambar yang
tertera pada buku Ishihara. Cocok kan hasil pemeriksaan dengan tabel

75
8. Sampaikan hasil pemeriksaan
9. Mengucapkan terima kasih dan “Jazakumullah khairan katsiron”

76
SISTEM PEDIATRI
Penilaian APGAR

Waktu penilaian skor APGAR, dinilai sebanyak 3 kali :


Pda menit pertama dan menit ke 5
3. Sesaat setelah lahir
4. Satu menit setelah lahir
5. Lima menit setelah lahir
PENILAIAN APGAR SCORE
NO ASPEK PENILAIAN

1 Mengucapkan “Assalamualaikum Wa Rahmatullahi Wa Barakatuh”


2 Menggunakan cairan antiseptic di tangan.
Mengucapkan “Bismillahirrahmanirrahim”
Saya dokter xxx yang akan memeriksa anak ibu setelah lahir semoga kondisinya
3 sehat ya bu.
4 Menilai Frekuensi Nafas
5 Menilai Retraksi
6 Menilai Sianosis
7 Menilai jalan masuk udara
8 Menilai Grunting
9 Interpretasi hasil
10 Mengucapkan terima kasih dan “Jazakumullah Khairan Katsiran”

77
PEMERIKSAAN FISIK BAYI BARU LAHIR

Teknik pemeriksaan :

1. “Assalamualaikum Wa Rahmatullahi Wa Barakatuh”


2. Menggunakan cairan antiseptic di tangan.
3. Mengucapkan “Bismillahirrahmanirrahim”
4. Jelaskan pada ibu dan keluarga maksud dan tujuan dilakukan pemeriksaan
“saya akan melakukan pemeriksaan fisik baru lahir dari kepala hingga kaki apakah ibu
bersedia?”
5. Mempersapkan alat yang digunakan (Termometer Stetoskop Selimut Bayi Bengkok Timbangan
Bayi Metline Pengukur Panjang Badan)
6. Memakai sarung tangan.
7. Letakkan bayi pada tempat yang rata
8. Pemeriksaan umum
a. Penimbangan berat badan
 atur skala penimbangan ke titik nol
 Letakkan kain atau kertas pelindung dan sebelum penimbangan.
 Hasil timbangan dikurangi berat alas dan pembungkus bayi.
N BB (2500-4500 gram)
b. Pengukuran panjang badan
 Letakkan bayi ditempat yang datar dan diukur dg infantometri
 Ukur panjang badan dari kepala sampai tumit dengan kaki / badan diluruskan.
 Minta asisten memegangi kepala dan dokter memegang lutut
 Dalam keadaan normal panjang badan berkisar 45-50 cm.
c. Ukur lingkar kepala
 Metley di tempel di occiput lalu letakkan di glabella
 Pengukuran dilakukan dari dahi kemudian melingkar kepala kembali lagi ke dahi.
 Dalam keadaan normal berkisar 33-35 cm.
d. Ukur lingkar dada
 Ukur lingkar dada dari daerah dada ke punggung kembali ke dada ketemu di papilla
mammae (melalui puting susu).
 Normal 30-34 cm
9. Pemeriksaan tanda-tanda vital
a. Suhu tubuh pengukuran diaxila 36,5-37,5
b. Nadi normal berkisar 120-140 kali permenit
Jari tangan meraba sambil melihat jam
c. pernafasan bayi Pernafasan  tidak teratur kedalaman, kecepatan, iramanya. Pernafasannya
bervariasi dari 30 sampai 60 kali permenit.
d. Tekanan darah  “di asumsikan sudah melakukan” pada waktu lahir adalah 80/64 mmHg
10. Pemeriksaan fisik secara sistematis pada bayi baru lahir di mulai dari:
a. Kepala
 Inspeksi :
 Adakah trauma kelahiran misalnya: caput suksedaneum, sefalhematoma,
perdarahan subaponeurotik/fraktur tulang tengkorak.
 adakah kelainan congenital seperti: anensefali, mikrosefali, kraniotabes dan
sebagainya

78
 Raba :
 sepanjang garis sutura (normal/lebar/sempit(tumpang tindih))
→ lebar: kelahiran yang preterm
→ sempit / tumpang tindih : moulding atau moulase
 fontanel anterior (normal/cekung/cembung)
→ cembung : peningkatan tekanan
→ cekung : akibat dehidrasi mikrosefali
→ besar : intakraniaprematuritas atau hidrosefalus
→ kecil : mikrosefali.
b. Telinga
 Periksa dan pastikan simetris kanan kiri, jumlah, bentuk (sempurna/ tidak) dan
posisinya (sesuai/rendah )
 Adakah kulit tambahan atau aurikel
c. Mata
 Apakah ada kotoran, strabismus (juling), glaukoma congenital (kekeruhan pada
kornea), Katarak congenital (pupil berwarna putih)cek dengan penlight,
 Pupil harus tampak bulat , miosis dan midriasis dengan mengarahkan penlight dari
sampig
 adakah trauma palpebra, perdarahan konjungtiva atau retina,
 epichantus normal/melebar
d. Hidung atau mulut
 Hidung
→ Adakah fraktur?
→ bentuk dan lebar hidung normal
lubangnya ada 2
→ Cek pernapasan : kedua lubang hidung berfungsi dengan baik
 Mulut
→ Bibir tampak kemerahan/tidak
→ Simetris /tidak
→ tidak adanya sumbing dan langit-langit harus tertutup
(labiopalatoschysis)dan
→ lidahnya harus rata dan simetris
→ Reflek hisaf bayi harus bagus
e. Leher
 Inspeksi
→ Ukuran leher pendek dengan banyak lipatan tebal/tidak
→ Simetris/tidak
→ Pergerakannya harus baik
→ adakah trauma leher
 palpasi
→ adakah pembengkakan
→ adakah pembesaran kelenjar tiroid dan vena jugularis. A
→ adakah lipatan kulit yang berlebihan dibagian belakang lehe
f. Dada
 Kontur dada bulat/tidak
 Tampak simetris/tidak
 Payudara terlihat membesar/tidak

79
 gerakan dada saat bernafas simetris/tidak (bila tidak  pneumotorik, paresis
diafragma atau hernia diafragmatika) normalnya dinding dada dan abdomen
bergerak secara bersamaan.
 Tarikan sternum atau interkostal pada saat bernafas perlu diperhatikan.
 Raba jantung
g. Bahu, lengan dan tangan
 Bahu simetris/tidak
 Gerakan normal, kedua lengan harus bebas gerak
 jumlah jari normal tidak ada polidaktili atau sidaktili
 Telapak dapat terbuka, garis tangan normal
 pada kuku adakah paronisia (CANTENGEN)
h. Perut
 Bentuk normal tampak bulat dan bergerak secara bersamaan dengan gerakan dada
saat bernafas
 Tidak ada penonjolan sekitar tali pusat,
 Tidak ada perdarahan, pembengkakan tali pusat
 Jika perut sangat cekung kemungkinan terdapat hernia diafragmatika,
 perut yang membuncit kemungkinan karena hepatosplenomegali atau tumor lainnya.
 Jika perut kembung kemungkinan adanya enterokolitis vesikalis, omfalokel atau
duktus omfaloentriskus persisten.
 Raba  adakah massa
i. Kelamin
 Pada wanita
→ labia mayor, minora, klitoris dan orificium uretra eksternany ada atau tidak
→ Labia mayora normalnya menutupi labia minora dan klitoris.
→ pada labia minor dapat ditemukan adanya verniks dan smegma (kelenjar
kecil yang terletak dibawah prepusium mensekresi bahan yang seperti keju)
pada lekukan. Klitoris normalnya menonjol.
→ Lubang vagina ada atau tidak.
 Pada bayi laki-laki
→ rugae normalnya tampak pada skrotum
→ skrotum ada 2/tidak , kedua testis turun kedalam skrotum/tidak.
→ Meatus urinarius terletak pada ujung glands penis.
→ Tidak ada kelainan (epispadia,hipospadia)
epispadia adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan kondisi meatus
berada dipermukaan dorsal. Hipospadia untuk menjelaskan kondisi meatus
berada dipermukaan ventral penis.
Lubang anus ada /tidak
j. Ekstermitas atas dan bawah
 Ekstermitas bagian atas
→ normalnya fleksi dengan baik dengan gerakan yang simetris.
→ Tdak ada Kelemahan otot parsial atau
→ Nadi brakhialis normalnya ada.
→ Tidak ada kelainan sindaktili atau polidaktili
→ Garis tangan simetris
 Ekstermitas bagian bawah

80
→ normalnya pendek, bengkok dan fleksi dengan baik.
→ Nadi femoralis dan pedis normalnya ada.
k. Punggung
 Periksa spina dengan cara menelungkupkan bayi, cari adanya tanda-tanda
abnormalitas seperti spina bifida, pembengkakan atau cekungan, lesung atau bercak
kecil berambut yang dapat menunjukan adanya abnormalitas medulla spinalis
l. Kulit
 Verniks (kulit putih tidak perlu dibersihkan karena untuk menjaga kehangatan
tubuh bayi),
 warna,
 pembengkakan atau bercak-bercak hitam,
 tanda-tanda lahir
 adanya lanugo bulu halus pada bayi preterm
m. Refleks
 Reflek yang biasanya ditemukan pada bayi baru lahir normal, diantaranya adalah :
Rooting Reflek / Reflek Mencari Mengusap pipi atau daerah sudut
mulut bayi.
Kepala bayi akan memutar kearah usapan dan membuka mulutnya.
Sucking Reflek / Reflek Menghisap Menyentuh salah satu bagian mulut
dengan tangan atau puting
Bayi akan membuka mulut dan melakukan gerakan menghisap.
Moro Reflek / Reflek Kejut memberikan kejutan dengan tepukan
Bayi akan melakukan gerakan lengan yang ekstensi dan jari-jari tangan akan
membuka kemudian akan diikuti oleh gerakan tangan yang fleksi dengan
tangan menggenggam
Tonick Neck reflek Letakkan bayi pada posisi terlentang kemudian putar
kepala bayi pada satu sisi dengan cepat.Respon:
Lengan dan tungkai bayi pada arah putaran kepala akan melakukan gerakan
ekstensi sedangkan pada lengan dan fungsi tungkai pada sisi yang berlawanan
akan melakukan gerakan fleksi.
Grap Reflek / Reflek Menggenggam Meletakan jari pada telapak tangan
bayi
Jari-jari tangan akan melengkung di sekitar jari yang di letakkan di telapak
tangan dan untuk telapak kaki akan melingkar ke dalam.
Babynski Reflek Gores telapak kaki bayi dimulai dari bawah kemudian
ke atas sepanjang tepi telapak kaki bayi
Jari – jari kaki akan mengembang dan ibu jari kaki dalam posisi dorsofleksi.

81
PENILAIAN STATUS GIZI ANAK
1. Mengucapkan “Assalamualaikum Wa Rahmatullahi Wa Barakatuh”
2. Menggunakan cairan antiseptic di tangan.
3. Mengucapkan “Bismillahirrahmanirrahim”
4. Menanyakan nama, jenis kelamin, tanggal lahir, usia koreksi <=35 tahun
5. Menjelaskan kepada ibu pasien mengenai jenis dan prosedur pemeriksaan yang dilakukan
6. Tinggi Badan/ Umur
7. Ukur panjang atau tinggi badan anak dengan menggunakan neonatal
8. stadiometer/ meteran sesuai usia pasien
9. Petakan panjang atau tinggi badan pasien pada kurva tinggi badan
10. sesuai jenis kelamin dan usia
11. Interpretasikan hasil
12. Berat Badan/ Umur
13. Ukur berat badan anak dengan menggunakan timbangan/ baby scale
14. sesuai usia pasien.
15. Petakan berat badan pasien pada kurva berat badan sesuai jenis
16. kelamin dan usia
17. Interpretasikan hasil
18. Berat Badan/ Panjang atauTinggi Badan
19. Petakan berat badan pasien pada kurva panjang atau tinggi badan sesuai jenis kelamin dan
usia
20. Interpretasikan hasil
21. Mengucapkan terima kasih dan “Jazakumullah Khairan Katsiran”

82
PEMERIKSAAN TUMBUH KEMBANG ANAK
1. Salam
2. Sapa orang tua/ pengasuh dan anak dengan ramah
3. Memperkenalkan diri
4. Inform consen “ saya akan melakukan skrinning perkembangan pada anak ibu , bahwa tes ini
bukan untuk mengetahui IQ anak” apakah bersedia ?”
5. Mempersiapkan tempat (tenang , tidak bising dan bersih )
6. Nama anak nya siapa ?
Jenis kelamin?
Tanggal lahir? Usia kehamilan?
7. Menyiapkan perlengkapan tes
• Gulungan benang wool berwarna merah (dg diameter 10
cm)
• Kismis
• Kerincingan dg gagang yang kecil
• 10 bh kubus berwarna dg ukrn 2,5 cm x 2,5 cm
• Botol kaca kecil dengan diamater lubang 1,5 cm
• Bel kecil
• Bola tenis
• Pinsil merah
• Boneka kecil dengan botol susu
• Cangkir plastik dg gagang/ pegangan
• Kertas kosong

8. Persiapkan formulir DENVER II (untuk umur 0-6 tahun)


sektor
BIDANG/ASPEK YANG DINILAI

1. Personal social (Personal sosial)


Penyesuaian diri dengan masyarakat dan perhatian terhadap kebutuhan
perorangan
2. Fine motor adaptive (Adaptif-Motorik halus)
Koordinasi mata tangan, memainkan, menggunakan benda-benda kecil
3. Language (Bahasa)
Mendengar, mengerti dan menggunakan bahasa.
4. Gross motor (Motorik kasar)
Duduk, jalan, melompat dan gerakan umum otot besar
9. Hitung umur anak dan Usia koreksi
→ Instruksi umum: catat nama anak, tanggal lahir, dan tanggal pemeriksaan pada formulir.
→ Umur anak dihitung dengan cara tanggal pemeriksaan dikurangi tanggal lahir.
(1 thn = 12 bulan; 1 bulan = 30 hari; 1 minggu = 7 hari)

→ Bila anak lahir prematur, koreksi faktor prematuritas


Untuk anak yang lahir lebih dari 2 minggu sebelum tanggal perkiraan dan berumur
kurang dari 2 tahun/<=35 mg, maka harus dilakukan koreksi.
10. Buat Garis umur
11. Lakukan tugas perkembangan untuk tiap sektor perkembangan dimulai
12. Beri skor penilaian
P: Pass/ lulus. Anak melakukan ujicoba dengan baik, atau ibu/ pengasuh anak memberi
laporan anak dapat melakukannya.

83
F: Fail/ gagal. Anak tidak dapat melakukan ujicoba dengan baik atau ibu/pengasuh anak
memberi laporan anak tidak dapat melakukannya dengan baik
No: No opportunity/ tidak ada kesempatan. Anak tidak mempunyai kesempatan untuk
melakukan uji coba karena ada hambatan. Skor ini hanya boleh dipakai pada ujicoba dengan
tanda R
R: Refusal/ menolak. Anak menolak untuk melakukan ujicoba

13. Interpretasi
1. Lebih (advanced)
Bilamana lewat pada ujicoba yang terletak di kanan garis umur, dinyatakan perkembangan
anak lebih pada ujicoba tsb.

2. Normal
Bila gagal atau menolak melakukan tugas perkembangan disebelah kanan garis umur,
dikatagorikan sebagai normal.
Demikian juga bila anak lulus (P), gagal (F) atau menolak (R) pada tugas perkembangan
dimana garis umur terletak antara persentil 25 dan 75, maka dikatagorikan sebagai normal.

3. Caution/ peringatan
Bila seorang anak gagal (F) atau menolak (R) tugas perkembangan, dimana garis umur
terletak pada atau antara persentil 75 dan 90.

4. Delayed/keterlambatan
Bila seorang anak gagal (F) atau menolak (R) melakukan ujicoba yang terletak lengkap
disebelah kiri garis umur.

5. No Opportunity/ tidak ada kesempatan.


Pada tugas perkembangan yang berdasarkan laporan, orang tua melaporkan bahwa anaknya
tidak ada kesempatan untuk melakukan tugas perkembangan tsb. Hasil ini tidak dimasukkan
dalam mengambil kesimpulan.

14. Mengambil Kesimpulan


Normal
 Bila tidak ada keterlambatan dan atau paling banyak satu caution.
 Lakukan ulangan pada kontrol berikutnya.
Suspect/ Suspek
 Bila didapatkan > 2 caution dan/atau > 1 keterlambatan.
 Lakukan uji ulang dalam 1-2 minggu untuk menghilangkan faktor sesaat seperti rasa
takut, keadaan sakit atau kelelahan

84
Untestable/ Tidak dapat diuji
 Bila ada skor menolak pada > 1 uji coba terletak disebelah kiri garis umur atau
menolak pada > 1 uji coba yang ditembus garis umur pada daerah 75-90%
 Lakukan uji ulang dalam 1 -2 minggu.

85
SISTEM UROGENITAL
ANAMNESIS UROGENITAL
NO
ASPEK PENILAIAN
1 Mengucapkan “Assalamualaikum Wa Rahmatullahi Wa Barakatuh”
2 Menggunakan cairan antiseptic di tangan.
3 Mengucapkan “Bismillahirrahmanirrahim”
4 Melakukan inform consent
5 Menanyakan identitas pasien :
Nama , Umur , jenis kelamin (dicatat saja tidak perlu ditanyakan), alamat
lengkap, pekerjaan, agama dan suku bangsa
 Pastikan menggali identitas tidak terkesan interogasi tidak harus berurutan
dicari lengkap, boleh diselang-seling saat anamnesis berlangsung
6 Menanyakan keluhan utama
Cross cek, dan Pastikan Keluhan Utama
Menanyakan keluhan lain/ tambahan

Menanyakan Riwayat Penyakit Sekarang


Menggali informasi tentang riwayat penyakit sekarang
 waktu dan lama
 sifat mendadak, perlahan-lahan, terus- menerus, hilang timbul, cenderung
bertambah berat atau berkurang
 lokalisasi dan penyebaran menetap, menjalar, atau berpindah-pindah
 hubungan dengan waktu dan aktifitas bertambah berat jika melakukan
aktifitas, atau bertambah ringan jika beristirahat.
 keluhan yang mendahului dan menyertai serangan
 keluhan muncul pertama kali/ sudah berulang
 faktor resiko dan pencetus serangan faktor-faktor yang memperberat atau
meringankan serangan.
 riwayat keluarga dengan keluhan yang sama
 perkembangan penyakit
 upaya pengobatan & hasilnya jenis-jenis obat yang telah diminum oleh
pasien, juga tidakan medis yang dilakukan

Apabila ada keluhan mikturisi, tanyakan gejala :


 Gejala obstruksi :
‐ Hesitansi (kesulitan untuk memulai berkemih),
‐ pancaran miksi lemah,
‐ intermitensi (miksi yang terputus-putus),
‐ miksi tidak puas,
‐ menetes setelah miksi (terminal dribbling),
‐ ketidakmampuan menahan miksi (enuresis).
 Gejala iritatif :
‐ Frekuensi (meningkatnya frekuensi miksi),
‐ nokturi (meningkatnya pengeluaran urin saat malam hari),
‐ urgensi (sebuah keinginan yang kuat tiba-tiba untuk buang air kecil),

86
‐ disuria (nyeri saat miksi).
 Perubahan warna urine : berdarah, berawan, atau bening
 Pernah keluar batu atau tidak
7 Menanyakan riwayat penyakit dahulu (menanyakan riwayat penyakit yang
pernah di derita sebelumnya, adakah riwayat operasi, riwayat
trauma, riwayat alergi obat dan makanan, riwayat obat-obatan yang pernah
dikonsumsi
8 Menanyakan riwayat penyakit dalam keluarga
(riwayat penyakit herediter, familial, atau penyakit infeksi dalam keluarga)
9 Menggali informasi tentang riwayat Pribadi
(riwayat merokok, minuman alkohol, dan penyalahgunaan obat-obat
terlarang, pola diet/ kebiasaan makan dan minum, aktifitas dan olahraga. Bila
ada indikasi, riwayat perkawinan dan kebiasaan seksualnya harus
ditanyakan. Kebiasaan berganti-ganti pasangan bila mencurigai terjadi
infeksi saluran kencing.
- Mohon maaf bila pertanyaan sedikit sensitive ya, bapak/ibu sudah
menikah? Untuk seks nya berapa kali dalam seminggu? apakah pernah
berganti pasangan?
10 Apakah ada yang ditanyakan?
11 Mengucapkan terima kasih dan “Jazakumullah Khairan Katsiran”

87
PEMERIKSAAN FISIK REGIO FLANK
23. Mengucapkan "Assalamualaikum Wa Rahmatullahi Wa Barakatuh"
24. Menggunakan cairan antiseptic di tangan.
25. Mengucapkan "Bismillahirrahmanirrahim"
26. Perkenalkan nama saya dokter Ferawati, dokter yang sedang berjaga pada hari ini
27. Dengan bapak siapa? Usia nya ? dating dengan keluhan apa?
28. Baik bapak disini saya akan melakukan pemeriksaan Fisik Region Flank bertujuan
memeriksa apakah ada kelainan pada ginjal bapak, mungkin ada rasa tidak nyaman
karena nanti saya akan kontak fisik dg bapak apakah bapak bersedia?
29. Baik silahkan bapak tidur terlentang di bed pemeriksaan dan membuka pakaian nya
30. Pertama saya inspeksi ginjal kana kiri simetris tidak tampak kelainan
31. Selanjutnya saya akan palpasi dg tangan kiri diletakkan di belakang penderita pada
costa ke-12 dan tangan kanan diletakkan pada kuadran kanan atas di lateral otot rectus
32. Silahkan menarik nafas dalam pak
33. Saat puncak inspirasi tekan tangan kanan dalam-dalam di bawah arcus costae untuk
menangkap ginjal di antara kedua tangan (tentukan ukuran dan nyeri tekan)
34. Pasien diminta membuang nafas, lepaskan tangan kanan, dan rasakan bagaimana ginjal
kembali waktu ekspirasi.
35. Dilanjutkan dengan palpasi Ginjal Kiri: saya akan pindah di sebelah kiri penderita,
36. Tangan kanan di belakang penderita pada costa ke-12. Tangan kiri diletakkan pada
kuadran kiri atas di lateral otot rectus,
37. minta pasien menarik nafas dalam, pada puncak inspirasi tekan tangan kiri dalam-dalam
di bawah arcus costae untuk menangkap ginjal di antar kedua tangan (normalnya jarang
teraba).
38. Selanjutnya saya akan lakukan perkusi ginjal
39. Silahkan untuk duduk di atas bed periksa dan saya berdiri di belakang penderita
40. Telapak tangan kiri diletakkan pada sudut kostovertebra kanan setinggi vertebra
torakalis 12 sampai lumbal 1 lalu kepalan tangan sisi ulnar tangan kanan dipukulkan
pada punggung tangan kiri. (apakah ada nyeri pak?)
41. Lakukan pada ginjal kiri.
42. Baik pemeriksaan telat selesai silahkan menggunakan pakaian nya kembali. Saya akan
sampaikan hasilnya (Ada nyeri tekan?massa?)
43. Mengucapkan terima kasih dan "Jazakumullah Khairan Katsiran"

88
PEMERIKSAAN COLOK DUBUR DAN PROSTAT

NO ASPEK PENILAIAN

1 Mengucapkan “Assalamualaikum Wa Rahmatullahi Wa Barakatuh”


2 Menggunakan cairan antiseptic di tangan.
Mengucapkan “Bismillahirrahmanirrahim”
3 Memberikan inform consent “saya akan melakukan Pemeriksaan Colok Dubur
Dan Prostat bertujuan apakah ada kelainan didaerah dubur dan prostat bapak,
mungkin ada rasa tidak nyaman karena nanti saya akan lakukan kontak fisik
dengan bapak, apakah bapak bersedia?”
4 Mempersiapkan alat
5 Mengatur posisi pasien: berbaring yang nyaman, Minta pasien berbarin
menghadap ke kiri, membelakangi pemeriksa dengan tungkai ditekuk.
6 meminta ijin kepada pasien untuk membuka dan celana
7 Gunakan sarung tangan, oleskan lubricating gel pada ujung jari telunjung
pemeriksaan dan sekitar anus pasien.
8 Pemeriksaan Colok Dubur Dan Prostat :
 inspeksi :
Perhatikan apakah ada benjolan atau keadaan asimetris di kedua area
inguinal.
 palpasi :
1. Sampaikan kepada pasien bahwa pemeriksaan akan dimulai dan
minta pasien untuk tetap rileks
2. Sentuhkan ujung jari telunjuk tangan kanan ke anus kemudian
masukkan ujung jari secara lembut dan perlahan ke dalam anus,
perhatikan apakah pasien kesakitan, bila pasien kesakitan, berhenti
sesaat,
3. kemudian lihat apakah ada luka di sekitar anus. Lanjutkan
pemeriksaan saat pasien sudah merasa rileks
4. Nilai tonus sfingter ani, terdapat nyeri atau tidak, indurasi,
ireguleritas, nodul, atau lesi lain pada permukaan dalam sfingter
5. Masukkan jari ke dalam rektum sedalam mungkin, putar jari searah

89
jarum jam dan berlawanan arah jarum jam untuk meraba seluruh
permukaan rektum, rasakan apakah terdapat nodul, iregularitas,
atau indurasi, dan nyeri tekan. Bila didapatkan nyeri tekan, tentukan
lokasi nyeri tersebut. Nilai apakah ampula recti normal atau kolaps
6. Pada laki-laki, setelah seluruh jari telunjuk masuk, putar jari ke arah
anterior. Dengan begitu kita dapat merasakan permukaan posterior
dari kelenjar prostat
7. Periksa seluruh permukaan kelenjar prostat, nilai kutub atas, lobus
lateralis, dan sulkus median. Tentukan ukuran, bentuk, dan
konsistensinya, permukaan, serta nilai apakah ada nodul.
8. Keluarkan jari secara perlahan
9. Amati sarung tangan, apakah terdapat feses, darah, atau lendir
10. Apakah terdapat feses pada sarung tangan dan diperlukan
pemeriksaan feses, maka masukkan sampel feses tersebut ke dalam
kontainer untuk analisi feses selanjutnya
9 Sampaikan hasil pemeriksaan kepada pasien
10 Mengucapkan terima kasih dan “Jazakumullah Khairan Katsiran”

PEMASANGAN KATETER
Indikasi pemasangan kateter, yaitu :
1. Utuk menegakkan diagnosis
 Mengambil contoh urin wanita untuk kultur.
 Mengukur residual urin pada pembesaran prostat.
 Memsukkan kontras seperti pada sistogram.
 Mengukur tekanan vesika urinaria pada sindroma kompartemen
abdomen.
 Mengukur produksi urin pada penderita shock untuk melihat
fungsi ginjal.
 Mengetahui perbaikan atau perburukkan trauma ginjal dengan
melihat warna urin.
2. Untuk terapi
 Mengeluarkan urin pada retensi urin.
 Mengirigasi / bilas vesika stelah operasi vesika, tumor vesika atau
prostat.
 Sebagai splint setelah operasi uretra pada hipospadia.
 Untuk memasukkan obat ke vesika pada karsinoma vesika.
Jika kateter tertahan tidak dapat diatasi hanya dengan menarik napas dalam dan
relaks, teknik lainnya dapat dilakukan dengan :

90
1. Memberikan anestesi topikal untuk membantu mengurangi nyeri dan
membantu relaksasi.
2. Menyemprotkan gel melalui pangkal kateter.
3. Melakukan masase prostat dengan colok dubur (oleh asisten).
4. Mengganti kateter dengan lebih kecil atau kateter Tiemann yang
ujungnya runcing.
5. Melakukan sistotomi bila vesika penuh, kemudian ulangi lagi pemasangan
kateter

Untuk perawatan kateter yang menetap, pasien diminta untuk :


1. Banyak minum air putih.
2. Mengosongkan urine bag secara teratur.
3. Tidak mengangkat urine bag lebih tinggi dari tubuh pasien.
4. Membersihkan darah, nanah, sekret periuretra dan mengolesi kateter
dengan antiseptik secara berkala.
Ke dokter kembali agar mengganti kateter bila sdah menggunakan kateter dalam
2 minggu.

91
NO ASPEK PENILAIAN

1 Mengucapkan “Assalamualaikum Wa Rahmatullahi Wa Barakatuh”


2 Menggunakan cairan antiseptic di tangan.
Mengucapkan “Bismillahirrahmanirrahim”
3 Memberikan inform consent terhadap pasien tentang pemasangan
Kateter.
4 Mempersiapkan alat
5 Mengatur posisi pasien: Atur posisi pasien dengan tidur terlentang.
6 Pemasangan Kateter
1. Lakukan tindakan aseptik antiseptik dengan :
‐ Mencuci tangan menggunakan antiseptik.
‐ Menggunakan sarung tangan steril.
‐ Melakukan desinfeksi meatus eksternus, seluruh penis, skrotum dan
perineum.
‐ Melakukan pemasangan doek lubang.
2. Keluarkan kateter dari bungkus keduanya.
3. Masukkan jelly ke dalam spuit tanpa jarum, semprotkan ke uretra. Tutup
meatus agar jelly tidak keluar.
4. Ambil kateter dengan memegang ujung kateter dengan pinset, sedangkan
pangkal kateter (bagian yang bercabang) dibiarkan atau dikaitkan pada
jari manis kelingking.
5. Masukkan kateter secara perlahan.
6. Bila pada saat memasukkan kateter terasa tertahan, pasien diminta untuk
menarik napas dalam dan rileks. Kemudian tekan beberapa menit
sehingga kateter berhasil melewati bagian tersebut.
7. Bila telah sampai di vesika, kateter akan mengeluarkan urin.
8. Klem terlebih dahulu kateter, kemudian masukkan sisa kateter hingga
batas percabangan pada pangkal kateter.
9. Masukkan NaCI atau aqua steril menggunakan spuit tanpa jarum, melalui
cabang untuk mengembangkan balon kateter dan balon menutup
orifisium. Tarik sisa kateter
10. Klem kateter dihubungkan dengan kantung urin, kemudian buka klem
nya.
11. Nilai urin dan jumlah yang dikeluarkan setelah kateter dipasang.
7 Mengucapkan terima kasih dan “Jazakumullah Khairan Katsiran”

92
 PEMASANGAN KATETER WANITA

NO ASPEK PENILAIAN

1 Mengucapkan “Assalamualaikum Wa Rahmatullahi Wa Barakatuh”


2 Menggunakan cairan antiseptic di tangan.
Mengucapkan “Bismillahirrahmanirrahim”
3 Memberikan inform consent terhadap pasien tentang pemasangan
Kateter.
4 Mempersiapkan alat
5 Mengatur posisi pasien: Atur posisi pasien dengan tidur terlentang.
6 Pemasangan Kateter
1. Lakukan tindakan aseptik antiseptik dengan:
‐ Mencuci tangan menggunakan.
‐ Menggunakan sarung tangan steril.
‐ Melakukan desinfeksi pada genitalia dan daerah di sekitarnya, dan
daerah genitalia dipersempit dengan kain steril.
‐ Melakukan pemasangan doek lubang.
2. Keluarkan kateter dari bungkus keduanya.
3. Membuka labia dengan tangan yang tidak dominan, dan
mempertahankan sampai mengembangkan balon.
4. Memasukkan kateter ke dalam orifisium uretra eksterna dengan
teknik yang aseptis.
5. Dengan pelan-pelan mendorong kateter masuk
6. Meminta pasien untuk menarik nafas (merilekskan sfingter)
7. Kateter terus didorong hingga masuk ke buli-buli yang ditandai dengan
keluarnya urine dari lubang kateter.
8. Kateter terus didorong masuk ke buli-buli lagi hingga pertengahan
kateter menyentuh meatus uretra eksterna.
9. Mengembangkan balon kateter dengan memasukkan 5-10 ml air steril.
10. Menghubungkan kateter dengan pipa penampung (urin bag).
11. Meyakinkan bahwa kateter sudah terfiksasi di dalam kandung kencing
dengan sedikit menarik kateter.
12. Melakukan fiksasi dengan plester di daerah inguinal atau paha bagian
proksimal
13. Memastikan urin keluar lancar mengisi urine bag
14. Setelah vesica urinaria kosong urine bag dikosongkan, dinilai jumlah
urin, warna urin & kekeruhan urin
15. Mencuci tangan
7 Mengucapkan terima kasih dan “Jazakumullah Khairan Katsiran”

93
OBAT DEWASA
5. RHEUMATOID ARTHRITIS
1. Tifoid Obat utama : NSAID = ibu proven ,
R/ Kloramfenikol meloksikam, piroksikam
S 4 dd tab 1 p.c
R/ Paracetamol 500 mg Jika tetap kesakitan perlu obat lain =
S 3 dd tab 1 p.c prn kortikosteroid (metotreksat, sulfasalazine)
R/ Antasida/don peridon/Omeprazole
(kelompok PPI)/AH 2 CONTOH :
(cimetidine/ranitidin), kelompok antasida R/ Piroxicam tab 20 mg No. X
(mylanta, promag) S d.d tab 1 p.c
6. DM (keluhan gula darah tinggi disertai
2. TBC kesemutan)
R/ Isoniazid 400 mg Bisa obat tunggal atau obat kombinasi
S dd tab p.c dengan syarat beda golongan obat
R/ Rifampicin 600 mg Contoh :
S dd tab p.c
R/ Pirazinamid 500 mg R/ metformin tab 500 mg No. X
S dd tab 4 p.c S 3 d.d tab 1 pc
R/ Ethambutol 400 mg Kebutuhan dihitung per kilogram BB
S dd tab 4 p.c R/ Glibenklamid 5 mg
S dd tab 1 pc
3. Tinea kruris Untuk kesemutan dapat diberikan obat :
Lihat luas lesi akan menentukan obatnya R/ Gabapentin 300 mg
Kalo 1-2 cm cukup pakai obat salep seperti S dd tab 1 pc
= R/ Ketokonazol cream 2% mg No.1 Atau dapat diberikan neurobion (vit B
S d.d u.e kompleks )

Kalo luas harus doble obat salep dan 7. hipertensi 190/100 mmHg
minum= CONTOH :
R/ Ketokonazol cream 2% mg No.1 Captopril 25 mg (ACE INHIBITOR)
S d.d u.e S 3 dd tab 1
R/ Gryseofulfin 500 mg / Cetirizine 10 mg
S dd tab p.c R/ Amlodipin tab 5 mg No. XIV
(GOLONGAN CCB)
4. ISK S 3d.d tab 1 pc

R/ Ciprofloxacin tab 500 mg No. X 8. hiperkolesterol + asam urat


/Levofloksasin
S 2 d.d tab 1 p.c R/ Atovastatin tab 20 mg No. X
(hiperkolesterol)
S d.d tab 1 sebelum tidur
R/ Ibu Profen tab 400 mg No X
S t.d.d tab 1 pc R/ Allopurinol tab 100 mg (nyeri gout)
S 3 dd tab 1 pc

94
EDUKASI DAN PENATALAKSANAAN DM TANPA KOMPLIKASI

Mengucapkan “Assalamualaikum wr.wb.”

Permisi ya Bpk/Ibu saya akan menggunakan cairan antiseptik

Mengucapkan “Bismillahirrahmanirrahim”

Perkenalkan saya dokter.... di sini saya akan melakukan edukasi dan penatalaksanaan DM
tanpa komplikasi pada Bpk/Ibu, apakah bersedia?

Baik, apakah benar dengan Bpk/Ibu....?

Melakukan auto/allo anamnesa sesuai keluhan pasien:


- Riwayat penyakit sekarang
Bpk/Ibu apakah benar sedang mengalami penurunan berat badan? Sering kencing
dimalam hari (poliuria), merasa haus berlebihan (polidipsia), dan sering lapar
(polifagia)
- Keluhan Lain
Apakah bpk/ibu sering lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur, dan disfungsi ereksi
pada pria, serta pruritus vulva pada wanita?
- Riwayat penyakit dahulu
Apakah sebelumnya Bpk/Ibu pernah mengalami ?
- Riwayat penyakit keluarga
Apakah di keluarga ada yang mengalami seperti ini (misal orang tua/kakek nenek)
- Riwayat pengobatan, dll
Apakah sedang mengonsumsi obat-obatan? Atau pernah mengonsumsi obat-obatan
untuk penyakit diabetes melitus ini bpk/ibu?
Menjelaskan penatalaksanaan pada pasien DM tipe 2:
Langkah-langkah Penatalaksanaan Umum
Perlu dilakukan evaluasi medis yang lengkap pada pertemuan pertama, yang meliputi:
1. Riwayat Penyakit (usia, pola makan, status nutrisi, status aktifitas fisik, riwayat perubahan
berat badan, pengobatan yang sedang dijalani, termasuk obat yang digunakan, perencanaan
makan dan program latihan jasmani, faktor risiko, riwayat penyakit keluarga, pendidikan, dan
status ekonomi).
2. Pemeriksaan Fisik (pengukuran tinggi, berat badan, tekanan darah).
3. Evaluasi Laboratorium (pemeriksaan kadar glukosa darah puasa dan 2 jam setelah TTGO,
pemeriksaan kadar HbA1c).
4. Penapisan Komplikasi (pemeriksaan profil lipid pada keadaan puasa, tes fungsi hati, tes
fungsi ginjal, tes urin rutin, foto toraks, EKG).

Langkah-langkah Penatalaksanaan Khusus

95
●Edukasi

1. Materi edukasi pada tingkat awal dilaksanakan di Pelayanan Kesehatan Primer yang
meliputi:
- Materi tentang perjalanan penyakit DM.
- Makna dan perlunya pengendalian dan pemantauan DM secara berkelanjutan.
- Penyulit DM dan risikonya.
- Intervensi non-farmakologis dan farmakologis serta target pengobatan.
- Interaksi antara asupan makanan, aktivitas fisik, dan obat antihiperglikemia oral
atau
insulin serta obat-obatan lain.
- Cara pemantauan glukosa darah dan pemahaman hasil glukosa darah atau urin
mandiri
(hanya jika pemantauan glukosa darah mandiri tidak tersedia).
- Mengenal gejala dan penanganan awal hipoglikemia.
- Pentingnya latihan jasmani yang teratur.
- Pentingnya perawatan kaki.
- Cara mempergunakan fasilitas perawatan kesehatan.
2. Materi edukasi pada tingkat lanjut dilaksanakan di Pelayanan Kesehatan Sekunder dan
/ atau
Tersier, yang meliputi:
- Mengenal dan mencegah penyulit akut DM.
- Pengetahuan mengenai penyulit menahun DM.
- Penatalaksanaan DM selama menderita penyakit lain.
- Rencana untuk kegiatan khusus (contoh: olahraga prestasi).
- Kondisi khusus yang dihadapi (contoh: hamil, puasa, hari-hari sakit).
- Hasil penelitian dan pengetahuan masa kini dan teknologi mutakhir tentang DM.
- Pemeliharaan/perawatan kaki.
● Terapi Nutrisi medis
Karbohidrat (45-65% atau setara dengan setengah piring dianjurkan makan tiga kali
sehari dan bila perlu dapat diberikan makanan selingan seperti buah atau makanan lain
sebagai bagian dari kebutuhan kalori sehari)
Lemak (20-25 % setara dengan 5 sendok makan , dibatasi apabila konsumsi daging
berlemak dan susu fullcream).
Protein (sebesar 10 – 20% total asupan energi setara dengan 1 sendok teh, sumber
protein yang baik adalah ikan, udang, cumi, daging tanpa lemak, ayam tanpa kulit,
produk susu rendah lemak, kacangkacangan, tahu dan tempe).
Natrium (<2300 mg perhari sama dengan 1 sendok teh perhari, garam dapur, vetsin,
soda, dan bahan pengawet seperti natrium benzoat dan natrium nitrit)
Serat(20-35 gram/ hari sama dengan lima kepalan tangan makanan berserat seperti
buah atau sayuran)
Pemanis Alternatif(pemanis alternatif aman digunakan sepanjang tidak melebihi batas
aman (Accepted Daily Intake/ADI), pemanis tak berkalori termasuk: aspartam, sakarin,
acesulfame potassium, sukralose, neotame).

● Kebutuhan Kalori

96
Perhitungan berat badan Indeks Massa Tubuh (IMT). Indeks massa tubuh dapat
dihitung
dengan rumus:
IMT = BB(kg)/TB(m2)

Klasifikasi IMT:
BB Kurang <18,5 BB Normal 18,5-22,9 BB Lebih =23,0
● Jasmani

- Jasmani dilakukan secara secara teratur sebanyak 3-5 kali perminggu selama sekitar
30-45 menit, dengan total 150 menit perminggu
- Apabila kadar glukosa darah <100 mg/dL pasien harus mengkonsumsi karbohidrat
terlebih dahulu dan bila >250 mg/dL dianjurkan untuk menunda latihan jasmani
- Latihan jasmani yang dianjurkan berupa latihan jasmani yang bersifat aerobik dengan
intensitas sedang (50-70% denyut jantung maksimal) seperti: jalan cepat, bersepeda
santai, jogging, dan berenang. Denyut jantung maksimal dihitung dengan cara
mengurangi angka 220 dengan usia pasien.
● Terapi farmakologi
Terapi farmakologis terdiri dari obat oral dan bentuk suntikan.
- Obat Antihiperglikemia Oral (sulfonilurea, glinid, metformin, dll)
- Obat Antihiperglikemia Suntik (insulin, agonis GLP-1 dan kombinasi insulin dan
agonis
GLP-1).

Mengucapkan terima kasih dan “Jazakumullah khairan katsiron”

97
INTUBASI DEWASA

1. Mengucapkan “Assalamualaikum wr.wb.”


2. Permisi saya akan menggunakan cairan antiseptik
3. Mengucapkan “Bismillahirrahmanirrahim”
4. Perkenalkan saya dokter..... dokter yang bertugas hari ini
5. Dikarenakan kluarga bpk mengalami gagal nafas sehingga saya perlu melakukan tindakan intubasi pada keluarga bpk/ibu apakah bpk/ibu
menyetujui?
6. Mempersiapkan alat dan menggunakan sarung tangan
7. Pertahankan kepala sedikit ekstensi. (jika resiko fraktur servikal dapat disingkirkan).
8. Lakukan penghisapan lendir pada mulut dan faring dan berikan semprotan bensokain atau tetrakain jika pasien sadar atau tidak dalam
keadaan anestesi dalam.
9. Lakukan hiperventilasi minimal 30 detik melalui bag masker.
10. Buka mulut dengan cara cross finger dan tangan kiri memegang laringoskop

11. Masukkan bilah laringoskop dengan lembut menelusuri mulut sebelah kanan, sisihkan lidah ke kiri. Masukkan bilah sampai ujung
laringoskop mencapai dasar lidah, perhatikan agar lidah atau bibir tidak terjepit di antara bilah dan gigi pasien.

12. Angkat laringoskop ke atas dan ke depan dengan kemiringan 30 samapi 40 sejajar aksis pengangan

13. Bila pita suara sudah terlihat, tahan tarikan / posisi Laringoskop. Masukkan pipa ET dari sebelah kanan mulut ke faring sampai bagian
proksimal dari cuff ET melewati pita suara ± 1 – 2 cm atau pada orang dewasa atau kedalaman pipa ET ±19 -23 cm

14. Angkat laringoskop dan stilet pipa ET kemudian isi balon dengan udara 5 – 10 ml. Waktu intubasi tidak boleh lebih dari 30 detik.

15. Hubungkan pipa ET dengan ambubag dan lakukan ventilasi sambil melakukan auskultasi (asisten), pertama pada lambung, kemudian pada
paru kanan dan kiri sambil memperhatikan pengembangan dada.

16. Setelah bunyi nafas optimal dicapai, kembangkan balon dengan menggunakan spuit 10 cc.

98
17. Lakukan fiksasi pipa dengan plester agar tak terdorong atau tercabut

18. Dan pasang orofaring untuk mencegah pasien menggigit pipa ET jika mulai sadar.

19. Lakukan ventilasi terus dengan oksigen 100 % (aliran 10 sampai 12 liter per menit).

20. Mengucapkan terima kasih dan “Jazakumullah khairan katsiron”

Indikasi :

1. Pada keadaan darurat:


a. gagal napas akut
b. ventilasi atau oksigenasi yang tidak adekuat
c. proteksi jalan napas (hilangnya refleks pernapasan, koma, henti jantung, obstruksi jalan napas, perdarahan faring, tindakan profilaksis pada
pasien tidak sadar)

2. Pada keadaan pre-operatif:


a. Pasien dengan anestesi umum.
b. Tindakan operasi yang berhubungan dengan jalan napas.
c. Tindakan operasi yang melibatkan posisi khusus.

3. Pada keadaan lain:


a. Hiperventilasi jangka pendek untuk meningkatkan tekanan intrakranial.
b. Untuk mengatasi lendir atau perdarahan dari jalan napas.

Komplikasi
a. Pipa ET masuk ke dalam esofagus yang dapat menyebabkan hipoksia.
b. Luka pada bibir dan lidah akibat terjepit antara laringoskop dengan gigi.
c. Gigi patah.
d. Laserasi pada faring dan trakea akibat stilet pada ujung pipa.
e. Kerusakan pita suara.

99
f. Perforasi pada faring dan esofagus.
g. Muntah dan aspirasi

100
PRINSIP DASAR ANAMNESA PENYAKIT GASTRO DAN HEPATO
GASTRO HEPATOLOGI
1. DIARE 1. KUNING
BAB cair >3x sehari dalam sehari Penyebab :
Klasifikasi : Ikterus karena billirubin
A. Diare akut <2 mg Awal : kuning di mata/sklera
B. Diare kronis >2mg Pseudoikteruskarena makan zat berkaroten
C. Diare kadang ada yang disertai mual muntah yg Awal : kuning di kulit/perifer
disebut dengan GEA Pembagian kuning :
DIARE+MUAL MUNTAH Jenis Penyeb Gejala Jenis BAB BAK
Tanyakan: ikterus ab kuning di
‐ Apakah disertai mual muntah? mata &
‐ BAB brp kali? kulit
‐ Bagaimana konsistensinya? Pre- karena Ditemuk Kuning N/ N
‐ Tanda2 dehidrasi : hepatik anemia an disertai gelap
Rasa haus, BAK pekat, rasa lemas, pusing hemoliti tanda2 pembesara
‐ Adakah darah/lendir? k anemia n lien
‐ Nyeri perut/tenesmus ? kunin
‐ Panas? g
Jenis diare berdasarkan penyebab: +anemia
‐ Infeksius hepatik karena ditemuk Kuning Pucat Gela
‐ Non infeksius (diare cair, tidak ada ampas) hepatitis an nyeri biasa p
perut
seperti
ditinju
post karena Nyeri Kuning Putih Gela
hepatik batu seperti kehijauan seperti p
empedu, di remas dempu
tumor di lepas l

101
Tanyakan:
Matanya ?
BAB ?
BAK?
Kebiasaan ? kalo makan wortel = non ikterus
Rw px dahulu
1. NYERI PERUT
Tanyakan :

lokasi
kualitas keluhan?
Kualitas :
‐ Tusuk2 dispepsia
‐ Remas dilepas (pd nyeri kolik)batu pada saluran (empedu, lambung , isk)
‐ Panas pada lambung dispepsia
‐ Ditindih benda berat nyeri pjk
‐ Nyeri tumpul spt di tinju  hepatitis
kuantitas keluhan nyeri berapa kali sehari

102
faktor-faktor pemberat
Bagaimana dengan makan?
‐ Jika memberat ulkus peptikum/gaster
Makan apa?
‐ Berlemak kelainan pada empedu
Bagaimana dengan aktivitas?
‐ Pada penyakit kardiovaskuler nyeri dirasakan di ulu hati dengan penyebaran ke arah kiri atas
faktor-faktor peringan
Bagaimana dengan makan?
‐ Jika membaik  ulkus duodenum
‐ Dengan antasida membaik  dispepsia
2. HEMATEMESIS MELENA
Hematemesis : muntah darah
Hematemesis bedakan dengan hemoptoe
Hematemesis = darah merah gelap +muntah + sisa makanan
Hemoptoe = batuk + dahak+darah
Cara menentukan ke-2 nya dengan pemasangan NGT + Kumbah lambung
Melena : BAB hitam, lembek dan lengket seperti petis
Perdarahan pada saluran cerna atas
Jika terlalu banyak bisa seperti hematoschezia
Dalam pemeriksaan fisik perlu melakukan Rectal Toucher
Etiologi : ulkus peptikum
3. KONSTIPASI
Perasaan tidak lampias pada saat BAB/harus mengejan saat BAB/frekuensi >3 hari tidak ada BAB
Etiologi :
Fungsional Obstruksi = Obstipasi
2. HEMATOSCHEZIA
Perdarahan pada saluran cerna bagian bawah
BAB merah segar

103
Bisa terjadi seperti melena
Dalam pemeriksaan fisik perlu melakukan
Rectal Toucher

3. MUAL MUNTAH
Tanyakan :
‐ Frekuensi brp kali sehari ?
‐ Brp banyak dalam 1 kali muntah?
‐ Tanya diarenya ?
‐ Bagaimana jika dengan makan?

104
CEKLIST ANAMNESA PENYAKIT GASTRO DAN HEPATO

NO ASPEK PENILAIAN

1 Mengucapkan “Assalamualaikum Wa Rahmatullahi Wa Barakatuh”


3 Mengucapkan “Bismillahirrahmanirrahim”
4 Menunjukkan sikap hormat dan respek pada pasien
5
 Mempersilahkan pasien untuk duduk
 Menciptakan suasana yang nyaman (isyarat bahwa punya
cukup waktu, menganggap penting informasi yang akan diberikan,
menghindari tampak lelah).
6 Memperkenalkan diri, menjelaskan tugas/perannya (apakah dokter
umum, spesialis, dokter keluarga, dokter paliatif, konsultan gizi,
konsultan tumbuh kembang, dan lain-lain).
7 Menanyakan identitas penderita
8 Menanyakan keluhan utama
9 Menanyakan lokasi
Menanyakan onset dan kronologi
Menanyakan kualitas keluhan
Menanyakan kuantitas keluhan
Menanyakan faktor-faktor pemberat
Menanyakan faktor-faktor peringan
Menanyakan gejala penyerta
10 Menanyakan riwayat penyakit dahulu
11 Menanyakan riwayat kesehatan keluarga
12 Menanyakan riwayat sosial ekonomi
13 Menanyakan kebiasaan pribadi
14 Penggunaan bahasa yang mudah dipahami pasien
15 Menggunakan pertanyaan terbuka secara tepat

16 Menggunakan pertanyaan tertutup secara tepat


17 Menanyakan pada pasien apakah ada hal yang terlewat
18 Menutup wawancara dengan membuat suatu ringkasan
19 Membuat kesepakatan dengan pasien (contracting)
20 Mengucapkan terima kasih dan “Jazakumullah Khairan Katsiran”

105
CHECK LIST :
PEMERIKSAAN FISIK ABDOMEN
Penyakit gastro dan hepato
1. Diare (darah/lendir), sejak kapan,
2. Mual muntah (brp kali sehari, seberapa banyak
3. Dehidrasi
4. Konstipasi
5. Hematoschezia
6. Nyeri perut (lokasi dan penjalaran, faktor pemberat dan peringan, bagaimana jika dengan
makan(memberat=ulkus gaster, ringan=ulkus duodenum), aktifitas(nyeri bisa mengarah
PJK), makan tertentu nyeri bertambah (kelainan empedu=makan lemak, bersantan)
7. Hematemesis melena
8. Kuning
Makan, rw transfusi, lokasi ,

NO ASPEK PENILAIAN

1 Mengucapkan “Assalamualaikum Wa Rahmatullahi Wa Barakatuh”


2 Menggunakan cairan antiseptik di tangan.
Mengucapkan “Bismillahirrahmanirrahim”
3 Meminta informed consent terhadap pasien perihal pemeriksaan abdomen
4 Mempersiapkan alat
5 Mengatur posisi pasien: berbaring yang nyaman
6 Meminta pasien untuk membuka bajunya
 Menilai keadaan umum
 Kesadaran
‐ Kulitatif : langsung disimpulkan jika dapat diajak ngomong maka pasien
compos mentis
‐ Kuantitatif  dengan GCS
 Vital sign (tensi, nadi, RR, suhu)
 Kepala leher :
 Mata : tanda2 anemis / ikterus
 Wajah : Tanda2 dehidrasi muka cowong
 Thoraks :
 Ekstremitas : adakah edema ? (periksa dengan menekan adakah pitting
edem?)
7 Pemeriksaan abdomen :
Membagi abdomen menjadi 4 kuadran
INSPEKSI :
Mata harus melihat ke samping arah perut(untuk lihat massa) dan sejajar
dengan perut
‐ Berada di sebelah kanan pasien sambil melihat abdomen

106
‐ Posisi kaki pasien lurus
‐ Evaluasi : abdomen dan umbilikus
 (simetrisitas,
 bentuk dan kontur=rata, cembung
 kelainan ada/tidak
 kondisi kulit dan warna kulit dan kebersihan=normal
tidak ada lesi kulit, memar, ruam, atau scar/luka bekas operasi(sikatrik)/
akibat ulserasi/akibat luka lainnya. Cullen sign tampak kebiruan
(pankreatitis)
AUSKULTASI :
‐ auskultasi secara sistematis pada setiap kuadran (2 detik aja) dengan
diafragma
‐ kuadran kanan atas (area hati)
‐ kuadran kiri atas (suara lambung)
‐ kuadran kiri bawah (suara bising usus besar)
‐ kuadran kanan bawah (suara bising usus halus)
X X X X X

X X X

X X X X X

Evaluasi :
 suara bising usus, frekuensi dan karakternya (5-30x/menit)
Suara usus meningkat diare/sumbatan usus
Cara cek meningkat/x pada kuadran kiri bawah(ileocaecal junction) di
cek selama 1 menit berapa kali !
Menurunperitonitis tapi di dengarkan lagi hingga 3 menit
 Kelainan suara / suara tambahan
metallic sound  hiperperistaltik usus akibat adanya obstruksi usus
akut
‐ Cek arteri renalis di atas umbilikus dengan bagian bell stetoskop untk
memeriksa bruit
X 1. aorta abdominalis
X X 2. a. Renalis
X X 3. a. Iliaca
X 4. a. Iguinal

Evaluasi :
 apakah ada bising bruit jika ada artinya ada stenosis arteria renalis
dg stetoskop bell selama 2 detik
normalnnya tidak terdengar

107
PERKUSI :
Meminta pasien menekuk kaki
1) Perkusi pada seluruh kuadran abdomen
2) Evaluasi : normal terdengar suara timpani

untuk orientasi abdomen, untuk memperkirakan ukuran hepar, dan kadang-


kadang lien, menemukan asites, menentukan keberadaan massa, udara atau
cairan pada masing-masing kuadran (searah jarum jam).

Perkusi Hepar (menentukan batas paru hepar)


1) Lakukanlah perkusi mulai ICS II sepanjang garis midklavikula kanan ke
arah bawah sampai terdengar suara dari sonor ke redup maka didapatkan
batas atas hepar. Dan ditandai
2) Lanjutkan dengan perkusi mulai dari bawah (kuadran kanan bawah) ke arah
atas sampai terdengar suara redup, maka didapatkan batas bawah hepar.
3) Ukurlah berapa sentimeter panjang daerah redup hepar tersebut. Rentang
batas atas dan bawah hepar
Evaluasi :
 pada dewasa normal kurang lebih 10-12 cm.
 Kurang dari angka normal kemungkinan pasien menderita sirosis,
namun
 jika lebih dari batas tersebut kemungkinan pasien mengalami
hepatomegali.
Perkusi Lien
1) Mulailah perkusi dari traube space ke lateral yaitu ke anterior axillary line
2) Evaluasi : normal terletak pada lengkung diafragma (kurang lebih ICS X
kiri), disebelah posterior garis mid axiler (Traube space).
Normal = suara timpani
Spleenomegali = ditemukan suara pekak
Pemeriksaan Asites
1) Pasien diminta berbaring telentang,
2) pemeriksa mengetuk dari umbilicus ke arah lateral, menentukan batas
timpani dan redup. Batas timpani ada di atas batas redup.
3) Letakkan jari pemeriksa untuk menandai lokasi batas tersebut.
4) Dengan tetap menempelkan tangan kiri, Pasien kemudian diminta untuk
berbaring miring pada sisi tubuhnya, dan pemeriksa kemudian menetukan
kembali batas-batas bunyi perkusi.
Jika ada asites, redup akan berpindah ke posisi yang lebih rendah; daerah di
sekitar umbilikus yang mula-mula timpani sekarang akan menjadi redup
PALPASI :
Mata pemeriksa melihat ke arah wajah pasien
Kaki pasien di tekuk

108
penentuan keberadaan massa dan nyeri tekan pada masing-masing kuadran
area Mc Burney untuk menentukan nyeri tekan pada apendiks
area kandung kemih untuk menentukan distensi kandung kemih dan nyeri tekan
Palpasi ringan
1) Posisi tangan dan lengan bawah horisontal, dengan menggunakan telapak
ujung jari-jari secara bersama-sama
2) Lakukanlah gerakan menekan yang lembut, dan ringan. Jangan lupa
menghangatkan tangan
3) Lakukan palpasi secara menyeluruh dengan sistematis di seluruh permukaan
abdomen.
4) Pada pasien yang mudah geli, mungkin berguna jika tangannya diletakkan di
atas tangan pemeriksa
5) Evaluasi :
 Tonus otot
 Pembengkan ada/x
 Tonjolan permukaan abdomen/massa superfisial (ada/x)
 Nyeri tekan ada/x, nyeri tekan lepas ada/x
 Adakah massa pada organ?
 Adakah tegangan otot abdomen (spasme otot) cek disadari/tidak
dengan palpasi saat ekspirasi
Palpasi dalam
1) Gunakan permukaan pallar dari ujung jari
2) Apabila palpasi dalam misalnya pada obesitas atau otot yang tegang
gunakan dua tangan, satu di atas yang lain
3) pasien disuruh untuk bernafas perlahan-lahan sambil membuka mulutnya
dan meletakkan kedua lengannya pada sisi tubuhnya. agar membantu
relaksasi otot secara umum/ dapat juga dilakukan dengan meminta pasien
memfleksikan kedua lututnya.agar rileks (cek gluteus nempal/tidak)
6) Evaluasi :
 Adakah nyeri abdomen dan nyeri tekan abdomen,
 Adakah massa
 Adakah iritasi peritoneal. Nyeri abdomen dan nyeri tekan abdomen,
lebih-lebih bila disertai spasme otot, menunjukkan adanya inflamasi dari
peritoneum periatale.
Jika ada, Temukanlah daerah ini setepatnya. Sebelum melakukan
palpasi, mintalah penderita untuk batuk, dan temukanlah letak rasa
sakitnya.
Kemudian, lakukan palpasi secara lembut dengan satu jari untuk
menentukan daerah nyeri. Atau, lakukanlah pemeriksaan untuk
mengetahui adanya nyeri lepas.
Palpasi tekan lepas :
1) Tekan jari pelan-pelan dengan kuat, kemudian tiba-tiba lepaskan tekanan
anda.

109
2) Evaluasi :
 Jika saat pelepasan tekanan juga timbul sakit= nyeri tekan lepas positif
Biasanya pada pasien peritonitis maka pemeriksaan dilakukan di akhir
 untuk menentukan ukuran organ dan memeriksa massa di abdomen
Palpasi Hepar
1) meletakkan tangan kiri di belakang penderita, menyangga costa ke-11 dan
ke-12
2) Dengan mendorong hepar ke depan, agar lebih mudah teraba dan minta
penderita untuk relaks.
3) tangan kanan pemeriksa diletakkan pada abdomen penderita pada kuadran
kanan atas, di sebelah lateral otot rektus dengan ujung jari ditempatkan di
batas bawah daerah redup hepar.
4) Mintalah penderita untuk bernafas dalam-dalam bersamaan dengan tangan
kanan menekan dalam dan tangan kiri menarik ke atas
5) Rasakan sentuhan hepar pada jari pada waktu hepar bergerak ke bawah

6) Evaluasi :
 menentukan ukuran organ
 tepi lancip/tumpul
 nyeri atau tidak
 permukaan = rata, berdungkul2
 memeriksa massa hepar
hepar normal teraba lunak, tegas dan tidak berbenjol-benjol.
Palpasi Lien
1) Pasien berbaring telentang, dengan pemeriksa pada sisi kanan pasien.
2) Pemeriksa meletakkan tangan kirinya di atas dada pasien dan mengangkat
iga kiri pasien.
3) Tangan kanan diletakkan mendatar di bawah margo kosta kiri dan menekan
ke dalam dan ke atas ke arah garis aksila anterior.

4) Tangan kiri mendorong ke anterior untuk memindahkan lien ke anterior

110
5) Pasien disuruh untuk menarik nafas dalam-dalam ketika pemeriksa menekan
ke dalam dengan tangan kanannya.
6) Teknik pemeriksaan lain yang dapat dilakukan untuk mempalpasi lien
dengan cara membaringkan pasien pada sisi kanan tubuhnya. Posisi ini akan
menyebabkan lien tertarik ke arah anterior bawah oleh pengaruh gaya
gravitasi. Pemeriksa meletakkan tangan kirinya pada margo kosta kiri,
sementara tangan kanan melakukan palpasi pada kuadran kiri atas.
7) Evaluasi :
Ada atau tidak pembesaran lien  N=tidak teraba lien
8 Sampaikan hasil pemeriksaan kepada pasien
9 Mengucapkan terima kasih dan “Jazakumullah Khairan Katsiran”

PEMERIKSAAN AKUT ABDOMEN


Dx: (nyeri <24 jam)

1. Appendicitis (nyeri kanan bawah)


2. Peritonitis (nyeri kanan atas)
3. Kolesistitis
4. Pankreatitis (nyeri kanan atas)
5. Kehamilan ektopik (nyeri kanan bawah)
6. Masalah ginjal

NO ASPEK PENILAIAN

1 Mengucapkan “Assalamualaikum Wa Rahmatullahi Wa Barakatuh”


2 Menggunakan cairan antiseptic di tangan.
Mengucapkan “Bismillahirrahmanirrahim”
3 Memberikan inform consent terhadap pasien tentang pemeriksaan akut abdomen
Saya akan
4 Mempersiapkan alat dan memakai HC
5 Saya akan memulai pemeriksaan Mengatur posisi pasien: berbaring yang nyaman
6 meminta ijin kepada pasien untuk membuka bajunya
berada di kanan pasien
7 Pemeriksaan Rangsangan Peritoneum :
1. Nyeri batuk silahkan batuk, apakah terasa nyeri? Tumjukkan lokasinya
2. Nyeri ketok saya perkusi 4 kuadran apakah terasa nyeri?

111
3. Titik nyeri maksimum dengan satu jari atau 2 jari tanya yang lebih nyeri
di daerah mana sambil kita tentukan defans muskular
4. Defans muskuler rasa tegang pada perut spesifik untuk peritonitis
5. Nyeri tekan lepas (Tanda Blumberg) lakukan palpasi dengan jari pelan-
pelan sampai dalam lalu lepaskan mendadak. Evaluasi apakah ada nyeri
juga saat lepas,
Ada rovsting sign Tanda ini muncul jika saat pemeriksa menekan
bagian perut kiri bawah, pasien juga merasakan nyeri pada bagian kanan
bawah, dan atau saat pemeriksa melepaskan tangan pasien juga
merasakan nyeri pada bagian kanan bawah
6. Tes Psoas untuk evaluasi perut sebelah kanan bawah/apendisitis
tangan kanan di letakkan di dipaha kanan sedikit diatas lutut, minta
pasien mengangkat kaki sambil di tahan evaluasi apakah terasa nyeri di
perut
minta pasien miring ke kiri, lakukang gerakan hiperekstensi menjauhi
perut apakah daerah perut kanan terasa nyeri?
7. Tes Obturator Fleksi sendi lutut dan panggul lalu lakukan rotasi ke
dalam, apakah terdapat nyeri pada perut kanan bawah
8. Periksa hiperesthesia kulit
Lipatlah kulit daerah perut kanan bawah dengan ibu jari dan telunjuk
tangan kanan
8 Tes untuk appendisitis (nyeri Mc-Burny)
Tentukan titik mc burney antara umbillikus dan SIAS pada titik 1/3 lateral
dengan ujung jari Minta pasien batuk sambil di tekan ke arah sias apakah ada
nyeri pakk
9 Pemeriksaan Kolesistitis akut (murphy sign)
Tentukan batas arcus kostae dengan muskulus, lalu meminta paien tarik napas
lalu kita dorong ke dalam dan tanya apakah nyeri
10 Pemeriksaan Ascites
1. Shifting dullness.

112
Px berbaring kita perkusi untuk menentukan suara timpani dan redup
dari umbilikus ke lateral lalu Minta pasien miring dan perkursi lagi dari
lateral ke umbillikus jika ada perubahan bunyi artinya +
2. Test undulasi.
Tangan di letakkan di garis tengah perut/ umbillikus, lalu tangan kita
ketuk sisi di kanan kiri perut, ketukanna di kanan rasaan pergerakan air
di tangan kiri
11 Sampaikan hasil pemeriksaan kepada pasien
12 Mengucapkan terima kasih dan “Jazakallah Khairan”

PEMASANGAN NGT DAN OGT


Nb:
1. OGT biasanya terjadi muntah maka mending pake NGT
2. Jika ada kasus pankreatitis akut lakukan terapi non farmako maka lakukan NGT

NO ASPEK PENILAIAN

1 Mengucapkan “Assalamualaikum Wa Rahmatullahi Wa Barakatuh”


2 Menggunakan cairan antiseptic di tangan.
Mengucapkan “Bismillahirrahmanirrahim”
3 Memberikan inform consent terhadap pasien tentang pemasangan NGT
atau OGT
Saya akan melalakukan pemasangan pipa NGT dengan memasukkan
melalui hidung, esofagus sampai kedalam lambung. Karena indikasi :
Indikasi
Ada 3 indikasi utama pemasangan NGT :
1. Dekompresi isi lambung
- Mengeluarkan cairan lambung pada pasien ileus obstruktif/ileus
paralitik peritonitis dan pankreatitis akut.
- Perdarahan saluran cerna bagian atas untuk bilas lambung
(mengeluarkan cairan lambung)
2. Memasukkan Cairan/Makanan ( Feeding, Lavage Lambung)
- Pasien tidak dapat menelan oleh karena berbagai sebab
- Lavage lambung pada kasus keracunan
3. Diagnostik
- Membantu diagnosis dengan analisa cairan isi lambung.
Tindakan ini juga dapat menimbulkan komplikasi berupa :
Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi akibat pemasangan NGT:

113
1. Iritasi hidung, sinusitis, epistaksis, rhinorrhea, fistula esophagotracheal
akibat pemasangan NGT jangka lama.
2. Pneumonia Aspirasi.
3. Hypoxia, cyanosis, atau respiratory arrest akibat tracheal intubation
Tapi tidak perlu khawatir karena saya akan meminimalisir kejadian
tersebut, apakah bersedia?
4 Mempersiapkan alat
1. PH NGT
2. Handscoon
3. Handscrub
4. Handuk kecil
5. Bengkok
6. NGT : Dewasa ukuran 16 Fr atau 18 Fr, anak ukuran 10 Fr
7. Plester dan Gunting plester
8. Steteskop
9. Spuit 50 cc dengan lubang tengah
10. 1 gelas berisi air
11. Lubricant gel, lebih baik bila mengandung anestesi lokal
5 Mengatur posisi pasien: berbaring dengan elavasi 30-45̊. lapisi pakaian
dengan handuk. letakkan basin emesis pada pangkuan pasien.
6Pemasangan NGT atau OGT :
● Periksa ada tidaknya sumbatan pada hidung. Periksa kedua lubang
hidung untuk menentukan lubang yang paling besar dan terbuka.
● Cuci tangan dan mengenakan sarung tangan
● Ukur panjang insersi tube dengan memegang tube di atas tubuh
pasien, ujung distal diletakkan 6 cm dibawah prosesus sifoideus;
ujung proksimal direntangkan ke hidung; lingkarkan bagian tengah
pada cuping telinga pasien. Tandai panjang ukuran tersebut dengan
plester.
Dari hidung ke telinga lalu ke prosesus sifoideus, selang tidak boleh
menempel pada paien , kita alasi dengan punggung tangan
● Olesi tube dengan lubricant gel.
● Masukkan NGT dari lubang hidung sambil meminta pasien bernafas
melalui mulut dan melakukan gerakan menelen. Bila pasien tidak
dapat menelan, berikan air untuk membantu pasien menelan.
● Jika pasien batuk atau menjadi gelisah atau ditemukan embun pada
tube, kemungkinan tube masuk ke trakhea, tarik tube beberapa senti,
putar sedikit dan mulai kembali ke proses diatas. Tarik sedikit lalu
masukkan lagi
● Lanjutkan mendorong tube hingga mencapai tanda plester. Jika
lambung penuh, akan keluar cairan, gunakan basin emesis untuk
menampung cairan.

114
● Gunakan spuit 50 ml untuk menginjeksikan udara. Dengarkan udara
yang masuk ke lambung dengan menggunakan steteskop.
● Fiksasi NGT pada hidung dengan plester.
7Be bereskan alat kembali, lepas HC dan cuci tangan
8 Mengucapkan terima kasih dan “Jazakumullah Khairan Katsiran”

115
ANAMNESA PENYAKIT NEUROLOGI
KELUHAN DI BIDANG NEUROLOGI
Nyeri kepala
Pusing berputar
Kelemahan lengan dan tungkai
Pelo
Nyeri punggung belakang
Nyeri tangan dan jari-jari tangan
Penurunan kesadaran
Kejang tadi malam
Wajah sisi kanan mencong
Demam, muntah, badan kaku, tertusuk paku
Anamnesis kasus kejang Anamnesis kasus vertigo
1. Gejala sebelum, selama dan sesudah • Keluhan utama: pusing
bangkitan • Pusing seperti apa: sakit kepala,
– Berapa lama bangkitan muncul ? goyang, pusing berputar
– Berapa kali muncul bangkitan ? ( vestib), rasa tidak stabil, melayang,
– Keadaan saat bangkitan à duduk, terapung, berdenyut?
berdiri, tidur, BAK, berbaring • Ilusi gerakan? Ada/tidak, ruangan/diri
– Gejala awitan à aura, berputar
gerakan/sensasi awal, nyeri • Intensitas serangan: ringan – berat
kepala, mual, perasaan tidak (sampai tidak bisa membuka mata?)
enak di perut, melihat kilatan • Onset mulai kapan?
cahaya, mendengar suara • Awal serangan/awitan: sangat
– Selama bangkitan (pola/bentuk mendadak/mendadak, saat
bangkitan) à gerakan tonik- tidur/bangun, berbaring?
klonik, vokalisasi, automatisme, • Sifat serangan: periodik – kontinyu
perubahan kesadaran, (vestib)
penurunan kesadaran, tampak • Frekuensi serangan?
bengong spt melamun, tiba2 • Durasi serangan?
lemas & terjatuh, lidah tergigit, • Waktu serangan?
mata melirik (deviasi mata), • Faktor pencetus: vestib: perubahan
merot, mulut berbuih, ngompol posisi kepala, posisi tubuh, non vestib:
(inkontinensia), pucat, situasi ramai, emosional, suara,
berkeringat keletihan,
– Kejadian stlh bangkitan: bingung, • Hubungan pusing dengan posisi
terjaga, nyeri kepala, badan sakit tubuh/leher/gerakan lengan :
semua, gaduh gelisah, tidur, berbaring, duduk, berdiri
kelemahan (todd’s) • Keparahan : missal px tidak berani
– Pencetus: kelelahan, stres, membuka mata
kurang tidur, hormonal, alkohol • Gejala penyerta:
– Apakah terdapat lebih dari 1 pola • Otonom: mual, muntah, keringat dingin
bangkitan/perubahan pola (ringan – berat)

116
bangkitan? • Pendengaran: penurunan pendengaran
2. Ada/tidaknya penyakit lain yg (sisi mana?), telinga berdenging
diderita sekarang? Riwayat penyakit (seperti apa, sisi mana?), rasa penuh
neurologis/ggn psikiatrik/penyakit (sisi mana?)
sistemik? • Defsit neurologis : kesadaran menurun,
3. Usia awitan, durasi awitan, frekuensi, pandangan dobel, kelopak mata
interval terpanjang antar bangkitan, menutup, juling, tebal separuh wajah,
kejang terakhir kapan? kesemutan sekitar mulut, mulut
4. Riwayat OAE jenis? Dosis? Berapa mencong, gangguan menelan, pelo,
lama? Respon thd terapi? kelemahan separuh tubuh, jalan
Waktu yg dibutuhkan utk sempoyongan, rasa tebal/kesemutan
kembali? separuh tubuh, gg kencing
• Gejala lain: palpitasi, bafas pendek,
5. Riwayat keluarga dg epilepsi
mulut kering, nyeri dada
6. Riwayat keluarga dg kx • Pengobatan: nama obat, lama, respon?
neurologi/psikiatrik/ sistemik lain • Riwayat obat:
gentamisin/streptomisin, kemoterapi,
7. Riwayat antenatal/natal , tumbuh salisilat
kembang • Riwayat operasi: operasi tulang
temporal, prosedur trans timpani
8. Riwayat kejang demam/bangkitan
• Riwayat penyakit lain: DM, HT,
neonatal
kelainan jantung, hipotensi, paru,
9. Riwayat trauma kepala, stroke, anemia, trauma
infeksi, tumor, penyalahgunaan •
obat2an, berganti2 pasangan

Gangguan memori Parkinson


• Keluhan: mudah lupa • Dimana? Sebelah mana?
• Awitan penyakit: Mulai kapan? • Menyebar?
Perlahan/ mendadak? • Muncul saat apa? Istirahat? Aktivitas?
• Usia saat awitan Posisi tertentu?
• Perjalanan penyakit: stabil, tambah • Apakah kasar seperti menghitung
berat (progresif), fluktuatif, uang? Atau halus seperti tidak terlihat?
membaik • Apakah bisa anda hentikan?
• Apa yang mudah dilupakan? • Apakah makin berat bila cemas, emosi,
(menaruh barang, tanggal/hari ini/ lelah?
cerita masa lalu?) memori (jangka • Apakah hilang saat tidur?
pendek?) jangka panjang?, bila diberi • Apakah ada kaku di pagi hari?
petunjuk, dapat mengingat • Apakah kedipan berkurang/tampak
kembali/tidak menerawang?
• Adakah ggn orientasi ruang, waktu, • Apakah ekspresi wajah berkurang?
tempat? • Apakah sulit menelan liur dan
• Adakah ggn berbahasa? makanan?

117
• Adakah ggn fx eksekutif? (tidak bisa • Suara mengecil?
belanja, mengajar ~ pekerjaan • Bicara monoton?
sebelumnya) • Apakah ada kesulitan mengancingkan
• Adakah ggn berjalan? Jalan nabrak2 baju, memotong makanan, menalikan
• Apakah sering tersesat? tali sepatu? Gerakan tangan
• Adakah halusinasi? melambat?
• Adakah perubahan perilaku? • Sulit bangkit dari duduk, membalik
• Apakah aktivitas sehari-hari harus badan saat tidur? Memulai berjalan?
dibantu? • Sering jatuh? Langkah kecil-kecil, sulit
• Tanda demensia yang lain; depresi , menghentikan langkah?
gangguan aktivitas sehari-hari, • Sulit tidur? Mendengar/melihat yang
kesulitan berhitung, ggn ketrampilan tidak ada?
motorik (apraksia)? • Mudah lupa?
• Gejala penyerta lain: • Sedih? Tidak bergairah hidup? Cemas?
• Perubahan perilaku/kepribadian: • Berkeringat? Sulit BAK? Sulit BAB?
depresi, mudah nangis, ggan • Rasa melayang?
emosi • Disfungsi seksual?
• Insomnia • Nyeri? Apakah mengganggu aktivitas?
• Ggn seksual • Mulai kapan?
• Inkontinensia • Mendadak/perlahan-lahan?
• Delusi • Apakah memburuk/menetap?
• Penurunan BB • Gejala menyertai? Defsit fokal?
• Ilusi • RPD: penyakit, obat-obatan, toksin,
• Halusinasi trauma
• Pelo • Pekerjaan
• Hemiparese • Riwayat keluarga
• kejang • Riwayat
• RPD: sistemik, psikiatrik, neurologik pengobatan/pemeriksaan/responsnya?
• RPK •
• Riwayat pengobatan: obat, dosis,
pemakaian berapa lama, respon thd
terapi

Penyakit vascular Penurunan kesadaran


• Keluhan à • Onset à mendadak atau gradual
• Kelemahan ½ badan sisi ? • Keluhan saat ini à sakit kepala
Seberapa berat? (akut/kronik), depresi, defsit
• Mendadak / slow progresif/ neurologis fokal (motorik,
membaik? sensorik, otonom), vertigo, kejang,
• Onset brapa jam? demam,
• Terjadi saat? • Riwayat Trauma
• Gejala penyerta: muntah, nyeri • Riwayat penyakit dahulu à DM,
kepala, kejang, penurunan gagal ginjal, gangguan jantung,

118
kesadaran, ggn bicara/bahasa, paru, ginjal
pandangan kabur, mata tdk bisa • Riwayat penyakit psikiatri
membuka, pandangan dobel, • Riwayat pemakaian obat (sedative,
juling, tebal separo wajah, tebal hipnotik, psikotropik, neuroleptik,
sekitar mulut, bicara pelo, mulut OAE)
mencong, vertigo, ggn
pendengaran, sulit menelan,
tebal.kesemutan ½ badan, jalan
sempoyongan, ngompol, panas
badan
• RPD: HT, DM, dislipidemia,
stroke, anemia,riwayat nyeri
kepala berulang disatu sisi,
trauma kepala, operasi,fraktur,
perdarahan, gagal jantung, IMA,
hamil/tidak, demam
• Riwayat penyakit Keluarga
• Riw pengobatan: antikoagulan,
anti HT, DM, antiplatelet, dosis,
brapa lama, respon terapi

119
PEMERIKSAAN REFLEK FISIOLOGIS

Mengucapkan “Assalamualaikum wr.wb.”

Permisi saya akan menggunakan cairan antiseptik

Mengucapkan “Bismillahirrahmanirrahim”

Perkenalkan saya dokter..... dokter yang bertugas hari ini

Saya akan melakukan pemeriksaan reflek fisiologis pada Bpk apakah bersedia?

Reflek bisep

Posisi : dilakukan dengan pasien duduk, dengan membiarkan lengan untuk beristirahat
di pangkuan pasien, atau membentuk sudut sedikit lebih dari 90 derajat di siku.
Identifikasi tendon: minta pasien memflexikan di siku sementara pemeriksa mengamati
dan meraba fossa antecubital. Tendon akan terlihat dan terasa seperti tali tebal.
Cara : ketukan pada jari pemeriksa yang ditempatkan pada tendon m.biceps brachii,
posisi lengan setengah diketuk pada sendi siku.
Respon : fleksi lengan pada sendi siku
Reflek trisep

Posisi :dilakukan dengan pasien duduk. dengan Perlahan tarik lengan keluar dari tubuh
pasien, sehingga membentuk sudut kanan di bahu. atau Lengan bawah harus menjuntai
ke bawah langsung di siku
Cara : ketukan pada tendon otot triceps, posisi lengan fleksi pada sendi siku dan sedikit
pronasi
Respon : ekstensi lengan bawah pada sendi siku
Reflek brachiradialis
Posisi: dapat dilakukan dengan duduk. Lengan bawah harus beristirahat longgar di
pangkuan pasien.
Cara : ketukan pada tendon otot brakioradialis (Tendon melintasi (sisi ibu jari pada
lengan bawah) jari-jari sekitar 10 cm proksimal pergelangan tangan. posisi lengan fleksi
pada sendi siku dan sedikit pronasi.
Respons: - flexi pada lengan bawah - supinasi pada siku dan tangan

Reflek patella

posisi klien: dapat dilakukan dengan duduk atau berbaring terlentang


Cara : ketukan pada tendon patella
Respon : plantar fleksi kaki karena kontraksi m.quadrisep femoris
Reflek achiles
Posisi : pasien duduk, kaki menggantung di tepi meja ujian. Atau dengan berbaring
terlentang dengan posisi kaki melintasi diatas kaki di atas yang lain atau mengatur kaki
dalam posisi tipe katak.
Identifikasi tendon:mintalah pasien untuk plantar flexi.

120
Cara : ketukan hammer pada tendon achilles
Respon : plantar fleksi kaki krena kontraksi m.gastroenemius
INTERPRETASI
0 : tidak ada respon
+1 : agak menurun, dibawah normal
+2 : normal
+3 : lebih cepat dibanding normal; masih fisiologis ( tidak perlu dianalisis & tindak lanjut)
+4 : Hiperaktif sangat cepat (mengindikasikan adanya suatu penyakit)

Mengucapkan terima kasih dan “Jazakumullah khairan katsiron”

121
PEMERIKSAAN REFLEKS PATOLOGIS
Refleks Hoffman:

• Refleks positif (+), bila goresan kuat tadi mengakibatkan fleksi jari telunjuk, serta
fleksi dan aduksi ibu jari.
• Kadang disertai fleksi jari lainnya.

Refleks Tromner :

• Refleks positif (+), bila goresan kuat tadi mengakibatkan fleksi jari telunjuk, serta
fleksi dan aduksi ibu jari.

• Kadang disertai fleksi jari lainnya.

Reflek babinski:

- Pesien diposisikan berbaring supinasi dengan kedua kaki diluruskan.

- Tangan kiri pemeriksa memegang pergelangan kaki pasien agar kaki tetap pada
tempatnya.

- Lakukan penggoresan telapak kaki bagian lateral dari posterior ke anterior

- Respon : posisitf apabila terdapat gerakan dorsofleksi ibu jari kaki dan
pengembangan jari kaki lainnya

Reflek chaddok

- Penggoresan kulit dorsum pedis bagian lateral sekitar maleolus lateralis dari posterior
ke anterior

- Amati ada tidaknya gerakan dorsofleksi ibu jari, disertai mekarnya (fanning) jari-jari
kaki lainnya.

Reflek schaeffer

- Menekan tendon achilles.

- Amati ada tidaknya gerakan dorso fleksi ibu jari kaki, disertai mekarnya (fanning)
jari-jari kaki lainnya.

122
Reflek oppenheim

- Pengurutan dengan cepat krista anterior tibia dari proksiml ke distal

- Amati ada tidaknya gerakan dorso fleksi ibu jari kaki, disertai mekarnya (fanning)
jari-jari kaki lainnya.

Reflek Gordon

- menekan pada musculus gastrocnemius (otot betis)

- Amati ada tidaknya gerakan dorsofleksi ibu jari kaki, disertai mekarnya (fanning)
jari-jari kaki lainnya.

Reflek gonda

- Menekan (memfleksikan) jari kaki ke-4, lalu melepaskannya dengan cepat.

- Amati ada tidaknya gerakan dorso fleksi ibu jari kaki, disertai mekarnya (fanning)
jari-jari kaki lainnya.

123

Anda mungkin juga menyukai