Anda di halaman 1dari 12

TUGAS KRITIK SASTRA

KRITIK FEMINISME NASKAH DRAMA “SOBRAT”


KARYA ARTHUR S. NALAN

Disusun oleh:
Nama (No. NIS)
Nama (No. NIS)

YAYASAN MARSUDIRINI
SMA SEDES SAPIENTIAE SEMARANG
JALAN MT. HARYONO NO. 908 PETERONGAN
SEMARANG SELATAN
2024
BAB 1 PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Permasalahan pada penelitian ini adalah kritik terhadap permasalahan yang
terdapat dalam karya sastra. Dalam penelitian ini mendeskripsikan kritik sosial
budaya yang terdapat dalam karya sastra dan bentuk nyata prostes sastrawan melaui
media karyanya. Pada penelitian akan melihat kritik sosial budaya dalam naskah
drama Sobrat karya Arthur S. Nalan dan pembahasan tentang drama akan berkaitan
dengan pembahasan naskah drama dan pertunjukan drama.
Naskah drama berkaitan dengan seni sastra, sedangkan pertunjukan drama
berkaitan dengan seni teater. Namun, secara umum Hasanuddin (1996) menyatakan
drama merupakan suatu genre sastra yang ditulis oleh pengarang dalam bentuk
dialog-dialog yang memiliki tujuan untuk dituliskan sebagai suatu seni pertunjukan.
Jadi, drama berhubungan dengan naskah maupun pertunjukannya. Kritik sosial
terdiri atas dua kajian yaitu kritik dan sosial. Menurut Semi (1989) “Kata kritik
berasal dari kritein, bahasa Yunani, yang berarti menghakimi, membandingkan, dan
menimbang.”Manusia hidup dalam masyarakat dengan proses sosial dan memenuhi
kebutuhan secara bersama atau saling membutuhkan dan berhubungan.Kritik sosial
secara umum biasanya digunakan sebagai kontrol untuk kehidupan sosial. Suhardi
(2011) menyatakan penciptaan karya sastra jika dilihat dari latar belakang
kelahirannya memiliki dua unsur utama, pertaman unsur hiburan dan kedua unsur
kritik sosial pengarang terhadap realitas yang terjadi di sekelilingnya. Dengan kata
lain pengarang dapat menjadikan karyanya menjadi wadah untuk mengkritik keadaan
sosial yang menurutnya berada dalam keadaan yang tidak baik.
Dengan demikian tentu timbul pertanyaan, apakan sastra dapat mengubah
masyarakat.Jika dianalisis sastra menjadi wadah sastrawan untuk mengkritik suatu
hal tentu ada perubahan yang diinginkan oleh sastrawan tersebut terhadap keadaan
masyarakatnya.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana Analisis Naskah Drama “Sobrat” Karya Arthur S. Nalan?
2. Bagaimana Interpretasi Naskah Drama “Sobrat” Karya Arthur S. Nalan?
3. Bagaimana Evaluasi Naskah Drama “Sobrat” Karya Arthur S. Nalan?

C. TUJUAN
Berdasarkan rumusan masalah di atas, dapat dirumuskan tujuan sebagai berikut:
1. Menjelaskan Analisis Naskah Drama “Sobrat” Karya Arthur S. Nalan.
2. Menjelaskan Interpretasi Naskah Drama “Sobrat” Karya Arthur S. Nalan.
3. Menjelaskan Evaluasi Naskah Drama “Sobrat” Karya Arthur S. Nalan.
BAB II PEMBAHASAN
A. ANALISIS
Sebelum menganalisis dengan pendekatan mimetik, terlebih dahulu yang
dilakukan adalah menganalisis struktur karya sastra tersebut dengan menggunakan
pendekatan objektif.
1. Tokoh dan Penokohan.
a. Sobrat
Sobrat adalah tokoh “aku” sebagai pencerita dan menjadi tokoh utama.
Sobrat adalah seorang pemuda kampung Lisung yang bekerja sebagai kuli
kontrak di Bukit Kemilau. Ia adalah tokoh yang gagah berani, mempunyai rasa
kesetiakawanan yang tinggi, ramah, tetapi mudah di tipu.
Sobrat: Mandor, jangan ditendang-tendang begitu! Dia kawan ku,
Mandor! (mendekati Doyong) kamu tidak apa-apa, Yong?? (Sobrat, h.20).
b. Samolo dan Doyong
Samolo dan Doyong adalah sahabat Sobrat. Mereka juga pemuda
kampung Lisung yang bekerja sebagai kuli kontrak di Bukit Kemilau. Mereka
mempunyai rasa kesetiakawanan yang tinggi. Seperti pada narasi berikut;
Doyong yang terluka pundaknya tak meraung lagi. Justru meringis-ringis.
Samolo membawanya pergi. (Sobrat, h.37).
c. Mimi ibu Sobrat
Mimi adalah nama lain dari ibu Sobrat. Mimi merupakan tokoh yang
penyayang dan memiliki sifat religius. Ia tidak mau anaknya terbelenggu
dalam lingkaran setan. Ia selalu menasehati anaknya Sobrat agar tidak
terbawa hawa nafsunya.
Mimi: Brat... sobrat. Kerjaanmu hanya ngadu kotok, kasihan, kotok-
kotok itu diadu, memangnya kamu mau diadu-adu seperti kotok, bocok,
berdarah, sakit lalu mati? Kamu mau? Kita ini orang miskin, tidak punya
apa-apa. Mamamu tak mewariskan apa-apa, kalau bukan ngangon kebo
milik Ngabihi, si Donto! (Sobrat, h.56).
d. Wak Lopen
Wak Lopen adalah seorang pemilik warung yang menjadi saksi
keberangkatan Sobrat ke tanah sebrang. Wak Lopen merupakan tokoh yang
baik dan ia yang memberitahukan bahwa miminya Sobrat telah meninggal.
Wak Lopen: Maafkan aku, Sobrat. Mimimu telah pulang dengan tenang
di Giri Tresnan, di bawah pohon ki Hujan berdampingan dengan mamamu.
(Sobrat, h.55)
e. Bromo
Wak Bromo atau Surobromo merupakan kawan sekaligus menjadi guru
judi sobrat. Ia yang mengajarkan Sobrat bagaimana bermain judi yang handal.
Ia pun yang mengajari sobrat bagaimana menjadi menjadi seorang penipu.
Bromo: Berbohong itu diharuskan di sini. Seperti aku. Aku bohongi
Lampok supaya mau denganku. Setelah itu beri dia rayuan, cubitan, gigitan
dan tindihan. Dia tahu aku bohong, tapi dia ak pernah bilang. Karena di
bukit Kemilau ini selain bertaburan biji emas yang tersembunyi, juga
bertaburan bohong, komplot, kelicikan, khianat, persaudaraan, berahi dan
nafsu berjudi (menghisap rokok lama sekali) kamu pernah berjudi? (Sobrat,
h.27).
f. Rasminah
Rasminah adalah Nyai/Istri Sobrat. Rasminah merupakan kekasih Sobrat
yang dinikahi oleh Tuan Bulsak dan akhirnya dapat menikah dengan sobrat
setelah ia menjadi kaya. Rasminah ialah tokoh yang cantik, lemah lembut dan
penyayang namun ia pasrah di jual oleh kakaknya sendiri.
Rasminah: Tidak, saya dijual kakak saya (menangis) kebo kami satu-
satunya mati. Bapak miskin, sawah tidak punya…. Dia kusir gerobak…. Tak
ada kebo, tak ada gerobak…. Lalu saya dijual kakak saya yang suka judi.
Namanya Lamba…. Saya mau diberi emas, ternyata dibawa jadi kuli.
(Sobrat, h.16).
g. Mongkleng
Mongkleng adalah hawa nafsu yang selalu menemani Sobrat kemanapun
ia pergi. Tokoh ini digambarkan selalu menjerumuskan Sobrat.
Mongkleng: Jangan takut, sekarang waktunya kamu jadi laki-laki! Gauli
dia dengan gairah berahi. Aku akan turut dalam tarikan napasmu yang
berbunyi naik turun seperti deru angin buritan! (tertawa). (Sobrat, h.31).
h. Inang Honar
Inang Honar adalah seorang wanita pencari tenaga kerja yang mengajak
Sobrat dan pemuda kampung lainnya ke Bukit Kemilau. Ia menjanjikan
kekayaan yang berlimpah, tetapi nyatanya jauh dari harapan, Sobrat hanya
menjadi kuli kontrak di Bukit Kemilau.
Inang Honar: Siapa penakut, boleh mundur! (menunggu reaksi)
Ternyata semuanya adalah pemberani. Di sana nanti kalian akan dapatkan
apa yang kalian inginkan, emas gadis dan kebebasan hidup. (Pada Sobrat)
kamu merasa bahagia malam ini. Tapi ingat anak muda, kebahagiaanmu ini
belum seujung tahi kuku kalau dibandingkan dengan kebahagianmu di tanah
seberang nanti, tanah yang berpendar-pendar karena kemilau emas, gadis-
gadisnya yang berkulit kuning bersih dan halu, dan satu lagi…. Kebebasan
hidup akan kamu reguk sepuasnya. (Sobrat, h.4).
i. Silbi Gendruwi
Silbi Gendruwi adalah mahluk halus penguasa bukit kemilau yang
menolong Sobrat ketika ia jatuh ke dalam sumur. Silbi merupakan tokoh yang
cantik, baik dan selalu menolong Sobrat, ). Namun Silbi berubah menjadi
jahat ketika Sobrat mengingkari janjinya.
Silbi: Benar, seharusnya kamu sudah mati. Berkat pertolonganku, kamu
tidak jadi mati. (Sobrat, h.38).
Silbi: Sobrat, bukankah kamu suamiku? Tapi kamu menikahi nyai itu!
lagipula mahkota itu tak ada lagi pada kamu! Kamu tanggung sendiri
akibatnya! (Meniup telinga Sobrat). (Sobrat, h.57).
j. Mandor
Mandor Bokop, Mandor Burik, dan Mandor Birah adalah mandor yang
mempekerjaakan para kuli di Bukit Kemilau. Namun ketiga mandor ini
mempunyai sifat yang kasar. Berikut ini merupakan dialog kasar dari Mandor
Burik;
Mandor Burik: Itu bukan kata anjing kuli Kontrak. Mampus kau!
(melecut). (Sobrat, h.21).
Mandor Birah: Apa kamu bilang? Rasakan pitinganku! (Mandor Birah
memiting Salmah dan digocoh Mandor Birah… Salmah tak berdaya).
(Sobrat, h.34).
Mandor Bokop: Sekarang hadapi aku! (Kepada para Mandor) Mundur!
Dasar singkong rebus, kalian! (Maju menyerang Sobrat). (Sobrat, h.48).
k. Dongson
Dongson adalah bandar judi koplok yang sangat licik pada semua kuli
kontrak di Bukit Kemilau.
Dongson: Dulu juga kamu kuras setiap kantong kuli. Lalu, mereka kamu
pinjami. Kemudian, mereka yang kalah dikontrak lagi. Mereka yang menang,
kamu kuras lagi. Terus begitu dan begitu. (Sobrat, h.50).

2. Latar cerita
a. Latar Tempat
Cerita ini berlatar di daerah Jawa Barat dan Sumatra tepatnya di Kampung
Lisung,
1) Tapakdara (tempat judi koplok milik Dongson);
Sebuah tempat bernama Tapakdara. Di tempat judi Koplok milik Dongson
yang ramai oleh kaum lelaki dan pelayan wanita yang disebut Biti-biti.
(Sobrat, h.2).
2) Latar di Kapal “De Boulsit”;
Di atas kapal “De Boulsit” pengangkut para kuli kontrak tambang emas.
(Sobrat, h.13).
Selain kedua latar tempat di atas, adapun latar tempat yang lainnya yaitu Barak
Kuli, di Alam Siluman, Markas para Mandor, di sungai Ciberes Girang, di rumah
Rasminah, di Giri Tresnan dan sebuah pertambangan di Bukit Kemilau.
b. Latar Waktu
Latar waktu pada drama Sobrat adalah pagi, siang, sore, dan malam. Secara
eksplisit cerita ini berlatar pada zaman kolonial Belanda, yaitu sekitar tahun
1920an.
c. Latar Suasana
1) Suasana Marah
Salah satu penggalan cerita yang menggambarkan suasana senang yaitu
ketika Sobrat membela Doyong yang ditendangi oleh Mandor Burik
karena sakit perut.
Sobrat: Kita bertarung secara jantan, Mandor!” (Sobrat, h.21).
2) Suasana Senang
Salah satu penggalan cerita yang menggambarkan suasana senang yaitu
ketika Sobrat telah mendapatkan keping-kepingan emas dari Silbi.
Sobrat: Wak, ini bukan khayalan. Ini akan jadi kenyataan…! Aku punya
hadiah untuk kalian! (Mengeluarkan biji emas sebesar biji salak dari kotak
kayu) dengan ini Wak bisa habiskan tong Bandar dan Wak bisa jadi
pemiliknya!. (Sobrat, h.42).
3) Suasana Sedih
Salah satu penggalan cerita yang menggambarkan suasana senang yaitu
ketika Sobrat telah kembali ke kampung Lisung untuk bertemu dengan
ibunya, namun ibunya telah meninggal dunia.
Sobrat: Mi, aku pulang Mi! aku sudah kaya, Mi! tapi mimi sudah mati.
(Menangis) pulang ke gusti Allah. Aku masih ingat kalau mau tidur, aku
disuruh berdoa. Aku masih ingat… upet-upet obor jati…Ati tanghi badan
turu…. Sukma madem nanging Allah…. La illaha ilallahu
Muhammadadrrasulullah. Aku ingat, Mi!. (Sobrat, h.55).
B. INTERPRETASI
Setelah melihat analisis tokoh dan latar di atas, dapat diinterpretasikan atau
ditafsirkan dengan menitik beratkan pada keadaan sosial-budaya masyarakat yang
disebut dalam naskah drama “Sobrat” karya Arthur S. Nalan.
Keadaan sosial-budaya yang ada dalam drama tersebut yaitu warna lokal
khususnya suku Sunda, Jawa Barat yang masih sangat kental, seperti kisah tentang
dunia Gaib dan roh-roh yang menuntut balas jasa. Ada tiga hal yang menjadi
inspirasi Artur S. Nalan dalam karyanya tersebut, yaitu:
Pertama, Gunung Pongkor Jawa Barat, sebuah penambangan emas liar,
yang mengundang orang berbondong-bondong datang ke tempat tersebut.
Kedua, Jaman seorang pembantu Arthur S. Nalan, yang bertemu dan kawin
dengan jin yang menjadikan dia kaya dalam ukurannya. Setelah ia menikah dengan
wanita pilihannya dia dianggap berkhianat, akhirnya menjadi bisu dan tuli karena
melanggar perjanjian dengan jin.
Ketiga, Mengkritisi mengenai kuli, dari zaman dulu sampai sekarang masih ada,
dan yang paling kental sekarang ialah TKI dan TKW. Kalau dulu disebut kuli
kontrak (zaman belanda) sedangkan pada zaman sekarang kita menyebutnya TKI
dan TKW tetapi diperlakukan sama seperti budak.
Tiga hal itu yang menjadi pembahasan menarik dalam drama Sobrat ini. Pada
masa kini masih saja ada kejadian seperti Jaman dalam kehidupan kita. Ketiga hal di
atas juga saling berkaitan. Berawal dari penambangan emas liar, dimana pada zaman
dulu orang-orang berbondong-bondong datang untuk menggali emas yang terdapat di
sana.
Kisah Sobrat ini sangat menggugah kita karena semua warga gunung Pongkor
berbondong-bondong dan tergiur akan hasil yang cepat dan menguntungkan. Tetapi
dari kisah-kisah yang sebenarnya, banyak yang sukses dan tidak sedikit yang
mengalami kesulitan hidup yang mencekik dan akhirnya memutuskan kembali
menjadi seorang petani. Bahkan ada yang bersyukur menjadi seorang petani, bisa
memenuhi kebutuhan keluarganya daripada saat dulu menjadi gurandil (sebuah
sebutan untuk penambang emas di gunung Pongkor).
Menjadi penambang emas bukan resiko yang mudah, dapat kita ambil kisah dari
drama Sobrat. Resiko mati terus menghantui penambang disana. Resiko lain yang
mungkin terjadi yaitu kekurangan oksigen dan jika tambang ini runtuh maka
terkuburlah semua orang yang ada di dalam sana. Tetapi resiko-resiko yang ada
bukan menjadi ancaman yang serius bagi penduduk di sana karena ketakutan mereka
akan resiko-resiko tersebut sudah tertimbun oleh ketamakan mereka. Hasrat ingin
kaya dengan cara yang instan sudah menjadi jalan hidup penduduk di sana. Sangat
disayangkan kalau uang jutaan rupiah yang mereka dapatkan dari hasil menambang
dan mempertaruhkan nyawa mereka, habis untuk senang-senang dan foya-foya. Ini
sangat jelas di gambarkan dalam drama Sobrat, uang hasil penambangan dihabiskan
untuk judi dan biti-biti. Hal ini tidak jauh berbeda dengan kehidupan nyata. Banyak
masyarakat sekarang ini baik yang muda maupun yang tua bekerja dan mendapatkan
uang bukan untuk kehidupan sehari-hari namun justru digunakan untuk senang-
senang dan dihabiskan untuk judi, minum-minuman keras, dan hal-hal yang tidak
pantas lainnya.
Cara instan lain yang dilakukan penduduk di sana dalam memperoleh suatu
kekayaan yaitu dengan cara bersekutu dengan jin. Persekutuan dengan jin yang
diceritakan dalam drama Sobrat mungkin dapat dibilang lumrah karena hal tersebut
terjadi pada saat masa penjajahan Belanda. Tetapi, jika kita kaitkan dengan
kehidupan sekarang ini, hal tersebut masih dapat kita jumpai dalam masyarakat di
daerah tertentu yang kental tradisi kunonya. Misalnya, suku Dayak Kalimantan, suku
Asmat, dan masih banyak lagi tentunya. Tetapi, tidak menutup kemungkinan bukan
hanya di daerah pedalaman saja yang masih melakukan hal tersebut namun, di daerah
perkotaan juga sarat dengan hal-hal tersebut.
HUBUNGAN ANTARA TENAGA KERJA INDONESIA DAN DRAMA
SOBRAT
TKI pada saat itu sedang gencar-gancarnya di promosikan oleh Indonesia ke luar
negeri. Banyak sekali kisah sukses mereka berkerja keluar negeri, tetapi tidak jarang
nasib buruk datang menimpa mereka juga.
Begitu banyak bermunculan inang-inang yang mencari pekerja untuk pergi
menjadi TKI. Sempat di kisahkan disini sangat mirip dengan keadaan Indonesia yang
seperti itu. Tidak jarang para warga Indonesia menggunakan jasa mereka dengan
kerjasama tertentu agar dapat pergi keluar negeri. Jika mereka sukses mereka akan
kembali lagi menggunakan jasa dari si inang tersebut. Tetapi ketika kemalangan
menerjang, mandorlah yang akan mereka tuntut. Mandor TKI biasanya sudah
berpengalaman, bahkan sebelum menjadi mandor ia merasakan enak dan tidak
enaknya menjadi TKI, karena komunikasi dan pintar membunjuk akhirnya menjadi
mandor, dengan sedikit usaha dan iming-iming dapat duit yang lumayan dari hasil
kerja orang lain. Hal ini tergambar dalam drama Sobrat.
TKI sampai saat ini masih terus berkembang, hal ini disebabkan karena TKI
merupakan sumber devisa negara terbesar, yaitu seringnya melakuakan kegiatan
transnasional yang tentunya membutuhkan visa dan surat perizinan. Dalam politik
masa kini tugas duta besar negara Indonesia bukan lagi mengurus urusan antar
negara, tetapi sudah merebut tugas dari lembaga lain yaitu pegawai imigrasi. Berita
ini sering kali di bahas di MPR. Sebuah tugas lembaga negara yang saling menindas
karena tergiur akan uang yang besar. Hal tersebut tergambar jelas dalam naskah
drama Sobrat.

C. EVALUASI
Penilaian terhadap karya sastra tentang sejauh mana karya tersebut menjadi cermin
atas realitas. Pada tahap ini, akan dipaparkan penilaian terhadap naskah drama “Sobrat”
karya Arthur S. Nalan. Penilaian tersebut meliputi:
1. Kelebihan dari Drama Sobrat
Kelebihan dari Drama Sobrat ini ada tiga, yaitu:
a. Cerita yang membuat kita berimajinasi dengan bebas tanpa terikat.
b. Para tokoh-tokoh yang memiliki watak dan ciri khas budaya tertentu.
c. Memiliki keterkaitan yang erat dengan cerita yang nyata
BAB III KESIMPULAN
A. KESIMPULAN
Drama Sobrat karya Arthur S. Nalan ini merupakan cerminan dari catatan
gelapnya, dimana kisah dalam drama Sobrat tersebut diilhami oleh tragedi
penambangan emas liar di daerah gunung Pongkor, Jawa Barat dan kejadian aneh
yang dialami pembantunya sekitar tahun 80an yang bernama Jaman. Selain itu,
drama Sobrat ini juga mencerminkan kejadian-kejadian yang masih terjadi pada
masa sekarang, yaitu pengiriman TKI/TKW. Dengan demikian, dapat disimpulkan
bahwa Drama Sobrat ini sungguh menjadi cerminan atas realitas yang ada.

Anda mungkin juga menyukai