Prosedur Nomor Dokumen Rev 0 Nomor Halaman 1 Dari 21 PDF Free

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 21

PROSEDUR

NOMOR DOKUMEN REV . : 0


INSTALASI PIPELINE NOMOR HALAMAN
OFFSHORE 1 DARI 21

OWNER : PT. PERTAMINA (PERSERO)

KONTRAKTOR : PT INTIMARINDO

PROYEK : PEMBANGUNAN DERMAGA ISLAND


BERTH DAN SPL DI TERMINAL LPG
BALONGAN

LOKASI : BALONGAN

0 IFR

PREP’D CHK’D APP’D CHK’D APP’D


REV. DATE DESCRIPTION
PT. PT. PERTAMINA
PROSEDUR
NOMOR DOKUMEN REV . : 0
INSTALASI PIPELINE NOMOR HALAMAN
OFFSHORE 2 DARI 21

LEMBAR REVISI

Rev No Date Detail Description


PROSEDUR
NOMOR DOKUMEN REV . : 0
INSTALASI PIPELINE NOMOR HALAMAN
OFFSHORE 3 DARI 21

DAFTAR ISI

1. PENDAHULUAN
1.1 UMUM....................................................................................................... 4
1.2 TUJUAN...................................................................................................... 4
1.3 RUANG LINGKUP........................................................................................ 4
1.4 DEFINISI & SINGKATAN............................................................................... 4
1.5 REFERENSI.................................................................................................. 6
2. KEY PERSONS.................................................................................................... 6
3. PIPELINE DATA DAN INFORMASI....................................................................... 7
4. PROSEDUR INSTALASI PIPELINE ....................................................................... 9
4.1 Push Pull..................................................................................................... 9
4.2 Normal Laying............................................................................................ 11
4.3 Gerak Barge................................................................................................ 15
4.4 Olah Jangkar dan Re-Posisi Barge............................................................... 15
4.5 Pipeline Abandonment............................................................................... 16
4.6 Monitoring Penggelaran Pipa..................................................................... 17
4.7 Mengontrol Stinger.................................................................................... 17
5. QUALITY CONTROL ........................................................................................... 17
6. ASPEK KEAMANAN DAN KESELAMATAN KERJA................................................. 17
7. PIPELINE CONTINGENCY PROCEDURE .............................................................. 18
7.1 Emergency Abandonment and Recovery Pipeline ..................................... 18
7.2 Cuaca Buruk ............................................................................................... 18
7.3 Equipment Failure ...................................................................................... 18
PROSEDUR
NOMOR DOKUMEN REV . : 0
INSTALASI PIPELINE NOMOR HALAMAN
OFFSHORE 4 DARI 21

1. PENDAHULUAN
1.1. UMUM
Pelaksanaan program pemerintah terkait minyak tanah digantikan LPG di wilayah pulau jawa
membuat PT. Pertamina (Persero) harus memperbanyak pembangunan sarana fasilitas
(sarfas) pendukung yaitu sarfas penerimaan penimbunan dan pendistribusian. Demikian juga
untuk wilayah Jawa bagian Barat dan Jawa bagian Utara diperlukan penambahan
pembangunan sarana dan fasilitas penerimaan, penimbunan dan pendistribusian LPG, yang
akan dibangun di Terminal LPG Balongan.
PT Pertamina (Persero) berencana membangun island berth, sub marine pipe line, dan
fasilitas pendukung lainnya untuk penerimaan LPG menggunakan kapal dengan kapasitas
3500 - 25.000 DWT.
Methode push pull atau sering disebut juga shore pull akan dilakukan dimana produksi
pengelasan dilaksanakan di atas barge. Apabila 2 joint pipa telah mencapai garis pantai maka
penarikan pipa dihentikan. Setelah proses push pull ini selesai selanjutnya dilakukan post
trenching sesuai peraturan MIGAS yaitu minimum 2 meter dari Top Of Pipe (TOP).
1.2. TUJUAN
Tujuan pembuatan dokumen ini untuk mengidentifikasi semua kebutuhan dan persyaratan
pekerjaan terpenuhi dan memenuhi persayaratan keselamatan kerja, juga sebagai acuan kerja
yang harus diketahui dan dimengerti oleh semua pelaksana agar pelaksanaan pekerjaan
pemasangan pipa dengan metode push pull ini berjalan dengan baik dan benar, dengan
memperhatikan semua aspek keselamatan kerja.
1.3.RUANG LINGKUP
Ruang lingkup prosedur ini meliputi operasi berikut :
 Pipeline Inisiasi
 Push Pull Process
 Normal Laying Process
1.4. DEFINISI DAN SINGKATAN

COMPANY : PT. PERTAMINA (PERSERO)

CONTRACTOR : PT INTIMARINDO

Project : PEMBANGUNAN DERMAGA ISLAND BERTH DAN SPL DI


TERMINAL LGP BALONGAN
PROSEDUR
NOMOR DOKUMEN REV . : 0
INSTALASI PIPELINE NOMOR HALAMAN
OFFSHORE 5 DARI 21

Vendor : Pihak yang mengadakan alat, material ataupun jasa


pelayanan yang spesifik berdasarkan permintaan (order)
CONTRACTOR

Manufacturer : Pihak pembuat (fabrikasi) alat yang spesifik berdasarkan


permintaan (order) CONTRACTOR

MIGAS : Direktorat Minyak dan Gas Bumi

Third Party : Badan Sertifikasi yang ditunjuk oleh COMPANY

Abbreviations :

OD Outside Diameter

DIA Diameter

SMYS Specified Minimum Yield Strength

ITP Inspection Test Plan

ERP Emergency Response Plan

NDT Non Destructive Test

A&R Abandonment and Recovery

Te Tonne

KP Kilometer Point

LB Lay Barge

AHT Anchor Handling Tug

SWL Safe Working Load

HSE Health, Safety and Environmental

QA / QC Quality Assurance and Control

AWTI Above Water Tie In

A&R Abandonment and Recovery Winch


PROSEDUR
NOMOR DOKUMEN REV . : 0
INSTALASI PIPELINE NOMOR HALAMAN
OFFSHORE 6 DARI 21

AHT Anchor Handling Tug

RT Radiography Test

Sch Schedule

Thk Thickness

WT Wall Thickness

1.5.REFERENSI
BLG – SP – 40 – 001 – A4 : Pipeline Design Basis
BLG – GN – 50 – 001 – A4 : Rencana Kerja dan Syarat-syarat
BLG – DWG – 50 – 006 – A3 : Layout Bathymetry
BLG – ALI – 40 – 001 : Alignment Sheet
2. KEY PERSONS
- Barge Superintendent
Bertanggung jawab terhadap semua aktivitas pelaksanaan pekerjaan di laut termasuk
keselamatan pekerja dan situasi emergency (darurat) dan melaporkan pekerjaan kepada
Project Manager. Barge Superintendent membuat rencana dan prosedur pelaksanaan kerja
dengan mendiskusikan/membahas metoda kerja bersama-sama dengan wakil company
seandainya ada perubahan.
- Field Engineer
Bertanggung jawab terhadap semua aspek teknis proyek, mempersiapkan prosedur kerja
dan mendokumentasikan hasil pekerjaan setelah selesai, kemudian melaporkan progress
pekerjaan kepada Barge Superintendent. Field Engineer juga meyakinkan bahwa akvitas di
atas deck dan aktivitas semua penyelam efektif dan efisien
- QA/QC
Bertanggung jawab untuk meyakinkankan bahwa kwalitas pekerjaan / proyek yang
dikerjakan sesuai dengan quality plan yang telah disepakati. QA/QC mendokumentasikan
semua pekerjaan yang berhubungan dengan quality seperti halnya NDT dan Welding Record.
- Barge Master
Bertanggung jawab terhadap pengoperasian / pergerakan barge seperti halnya ; olah gerak,
barge positioning (memposisikan barge) dan olah jangkar. Barge Master bertanggung jawab
melaporkan pekerjaan terhadap Barge superintendent .
PROSEDUR
NOMOR DOKUMEN REV . : 0
INSTALASI PIPELINE NOMOR HALAMAN
OFFSHORE 7 DARI 21

- AHT Master
Bertanggung jawb terhadap keamanan dan keselematan Boat yang dioperasikan baik selama
kerja olah jangkar maupun towing. AHT Master harus memeriksa semua perlengkapan
peralatan anchor handling , mooring dan towing masih dalam keadaan layak pakai. Selama
pekerjaan berlangsung AHT Master akan mengikuti perintah Barge Master dan bertanggung
jawab terhadap barge superintendent.
- Rigger Foreman/Deck Foreman
Bertanggung jawab terhadap aktivitas deck terutama yang berhubungan dengan pekerjaan
angkat dang angkut. Rigger/Deck Foreman mengatur dan mengoptimalkan kerja para rigger.
Rigger/Deck Foreman melaporkan pekerjaan kepada barge master dan barge
superintendent.
- Diving Supervisor
Bertanggung jawab terhadap aktivitas penyelaman sebagaimana diinstruksikan oleh Barge
Superintendent. Meyakinkan keamanan dan keselamatan selama proses penyelaman.

3. PIPELINE DATA DAN INFORMASI


Pipeline Properties for LPG

Description Units Value


Pipe Material - Carbon Steel
Pipe Material Grade - API 5L X52 PSL2
Diameter Pipe Inch 16
Wall Thickness mm 12.7
Corrosion Allowance mm 6
SMYS MPa 360
SMTS MPa 460
Fabrication Method - ERW
Young's Modulus MPa 207000
Poisson's Ratio - 0.3
Coefficient of Thermal Expansion 1/°C 1.1 x 10¯⁵
Density of Steel kg/m³ 7850
Thermal Conductivity W/mK 43
Pipe Joint Length m 12.2
Service - LPG
PROSEDUR
NOMOR DOKUMEN REV . : 0
INSTALASI PIPELINE NOMOR HALAMAN
OFFSHORE 8 DARI 21

Total Length m 7096

Pipeline Properties for Vapour

Description Units Value


Pipe Material - Carbon Steel
Pipe Material Grade - API 5L X52 PSL2
Diameter Pipe Inch 6.625
Wall Thickness mm 9.53
Corrosion Allowance mm 6
SMYS MPa 241
SMTS MPa 415
Fabrication Method - ERW
Young's Modulus MPa 360
Poisson's Ratio - 460
Coefficient of Thermal Expansion 1/°C 1.1 x 10¯⁵
Density of Steel kg/m³ 7850
Thermal Conductivity W/mK 43
Pipe Joint Length m 12.2
Service - VAPOUR
Total Length m 7096

Referensi koordinat dari Island Berth dan Submarine Pipeline yang direncanakan yaitu sebagai
berikut :

Koordinat Island Berth


No Nama Latitude Longitude

1 Island Berth 25000 DWT 6˚19’14.04”S 108˚26’10.88”E

Koordinat SPL
No Nama Latitude Longitude

1 KP.0 6°19'14.04"S 108°26'10.88"E


2 KP.1 6°19'31.79"S 108°25'54.89"E
3 KP.2 6°19'56.35"S 108°25'32.75"E
PROSEDUR
NOMOR DOKUMEN REV . : 0
INSTALASI PIPELINE NOMOR HALAMAN
OFFSHORE 9 DARI 21

4 KP.3 6°20'18.05"S 108°25'13.17"E


5 KP.4 6°20'41.66"S 108°24'51.91"E
6 KP.5 6°20'55.68"S 108°24'32.43"E
7 KP.6 6°21'8.83"S 108°24'13.70"E
8 KP.7 6°21'19.36"S 108°23'58.69"E
9 KP.8 6°21'28.40"S 108°23'45.73"E
10 KP.9 6°21'33.31"S 108°23'38.75"E
11 KP.10 6°21'34.57"S 108°23'36.95"E
12 KP.11 6°21'35.35"S 108°23'35.88"E
13 KP.12 6°21'37.77"S 108°23'32.39"E

4. PROSEDUR INSTALASI PIPELINE


Sebelum pekerjaan konstruksi pemasangan pipa dimulai , terlebih dahulu dilakukan pre-
construction survey untuk menentukan lokasi kerja pipa, penempatan (barge positioning) dan
memastikan akurasi arah dan panjang pipa sesuai dengan bathymetry (alignment sheet) yang
sudah ada.
Pemasangan pipa penyalur bawah laut ini akan dilaksanakan dengan methode pushpull dan
normal laying, dimana semua proses pengelasan akan dilakukan dari barge.

4.1 Push Pull


Ada 3 (tiga) lokasi pekerjaan selama proses PushPull berjalan yaitu, :

1. Barge Initiation : berjarak ± 400m dari garis pantai (landfall)


2. Platform Winch #1 : berjarak 1 Km dari garis pantai
3. Landfall : berada di sekitar pantai

Barge Intiation
Barge diposisikan pada kedalaman air 3 meter dan mengikuti arahan team survey. Stinger
dipasang dan barge diballast dengan kemiringan 0.5 derajat (disesuaikan dengan pipelay
analysis). Area pengelasan dipersiapkan dan ketinggian roller disesuaikan. Lakukan
penyambungan/pengelasan pipa sampai ujung pulling head berada di ujung stinger. Ujung
PROSEDUR
NOMOR DOKUMEN REV . : 0
INSTALASI PIPELINE NOMOR HALAMAN
OFFSHORE 10 DARI 21

pulling head dipasang shackle 35 ton yang tersambung dengan sling wire dengan diameter 1 ¼ ”
yang akan terhubung dengan winch#1 .
Platform Winch #1
Team Survey menentukan posisi platform untuk winch #1. Platform dipastikan kuat menahan
selama winch bekerja menarik pipa dari barge.

Landfall

Proses pengelasan dilakukan di area pantai. Pulling head dilas pada pipa pertama yang akan
ditarik oleh Winch yang di tempatkan di atas platform sejauh 1 km dari gris pantai. Pontoon
Excavator diperlukan di area pantai untuk melakukan penggalian (trenching) jalur pipa agar pipa
tetap mengapung selama ditarik.

Material dan alat yang diperlukan :


- 1 ¼” Sling wire 2 x @ 1000 meter
- 16” OD Pulling Head
- Shackle kapasitas min 27 ton
- 16” External Clamp
- Genset
- Welding Raeactifier (Trafo)
- NDT Equipment
- HDPU Consumable
- HSS
- Floater drum

4.2 Normal Laying


Proses Normal Laying dilakukan setelah ujung pulling head sampai di landfall. Barge bergerak
mengikuti pipeline route yang dimonitor oleh team survey.

PIPE JOINTS PREPARATION

Item Task Resp. Check


PROSEDUR
NOMOR DOKUMEN REV . : 0
INSTALASI PIPELINE NOMOR HALAMAN
OFFSHORE 11 DARI 21

Pipa ditempatkan di tonkang material yang selanjutnya akan di muat ke


deck pipe laying barge (PLB). Maksimum 30 batang pipa dimuat ke deck
1.
PLB (berdasarkan stowage plan) dan 6 batang pipa pada rack pipa di line INFO
up station. Untuk memindahkan pipa dari tonkang material ke PLB
diperlukan crane 50 Ton SWL.

Pipa yg telah berada di line up station akan diperiksa untuk memastikan


tidak ada kerusakan pada ujung pipa (bevel) maupun coatingnya.
2. Apabila ditemukan kerusakan yang tidak bisa diterima dengan perbaikan
QA/QC
segera dipisahkan dan dikembalikan ke tonkang material dan dibuatkan
report “ Damage Pipe Report” yang ditanda tangani oleh wakil dari
pihak Company dan Contractor.

3. Pipa yang telah berada di rack dan siap dilas akan dicatat (record)
QA/QC
identitasya (Pipe No, Heat No, Panjang, wall thickness, coating )

4. Apabila pipa telah teridentifikasi, bagian dalam pipa akan dibersihkan


CS
dengan cara ditiup dengan menggunakan compressore.

5. Ujung pipa (bevel) dibersihkan dengan menggunakan gerinda sampai


CS / LUO
permukaan bevel nampak mengkilat

Dengan menggunakan cat yang mudah mengering pipa diberi


6. identifikasi “joint number” mengikuti “Weld joint Numbering System” CS /
– ukuran tulisan kira2 tinggi 150mm and lebar 50mm pada posisi jam QA/QC
10 dan jam 2, di tulis pada bagian concrete.

FIT UP AND WELDING

Item Task Resp. Check

Welding
7 Fit-up dilakukan dengan menggunakan external clamp.
Supv

8 Masukan Buckle detector sepanjang 206 meter, dimana posisi buckle Welding
detector berada di touch down point. Proteksi wire buckle detector Supv
PROSEDUR
NOMOR DOKUMEN REV . : 0
INSTALASI PIPELINE NOMOR HALAMAN
OFFSHORE 12 DARI 21

FIT UP AND WELDING

Item Task Resp. Check

dengan menggunakan pipa tembaga pada tiap lokasi pengelasan agar


wire tidak terputus akibat pengelasan

Apabila proses fit-up dan clamping sudah selesai, segera lakukan


LUO / WF
9 pengelasan root pass oleh welder sesuai dengan “Welding Prosedur
/ CS
Specification”.

Apabila Root dan hot pass telah selesai di station No.1 welder akan
memberikan instruksi pada barge master agar barge bergerak. Barge
10 WF /BM
master memeriksa dan memastikan semua station telah selesai
mengelas.

Apabila semua station telah selesai mengelas, barge master


memberikan instruksi pada winch control operator agar barge bergerak
11 BM
maju untuk menggeser satu joint baru ke station No.2. Pengelasan
filler pass akan dilakukan oleh welder di station No.2

Proses di atas akan berulang untuk menggeser pengelasan pipa di


station No.3. Di station 3 proses pengelasan capping akan diselesaikan.
12 As Reqd’
Lakukan proteksi pada coating selama pengelasan dengan
menggunakan blanket.

NDT AND REPAIR

Item Task Resp. Check

Selain untuk pengelasan capping station No. 3 digunakan juga untuk


pekerjaan NDT yang dilengkapi alat radiographic testing sesuai dengan
NDT procedures. NDT Operator memastikan semua peringatan bahaya
13 NDT/BM
tersedia dan tidak ada personnel di NDT station sebelum proses NDT
selesai. Setelah Radiography Test selesai dan hasilnya dapat diterima
oleh Company Representative barge dapat kembali bergerak maju.

14 Tetapi apabila hasil radiography test tidak bisa diterima, segera lakukan NDT/CR
perbaikan dan kembali proses radiography di station yang sama.
Panjang bukaan repair maksimum 38.3 mm (mengacu pada pipelay
PROSEDUR
NOMOR DOKUMEN REV . : 0
INSTALASI PIPELINE NOMOR HALAMAN
OFFSHORE 13 DARI 21

analysis). Jika hasil repair pengelasan tidak dapat diterima maka lakukan
repair kedua, apabila hasil NDT repair kedua masih belum diterima,
maka lakukan rebeveling dan dilas kembali.

FIELD JOINT COATING (Anti-Corrosion Pipe wrap – Shrink Sleeve) INSTALLATION

Item Task Resp. Check

Sambungan las yang telah lolos radiography test harus dibersihkan


untuk persiapan penerapan lapisan field joint coating. Pelapisan ini
dilakukan di stasiun No 4.

15 FJC

Panaskan Permukaan Pipa yang akan dilapis

16 FJC

Lepaskan lapisan pemisah Interleaf Shrink Sleeve. Letakan Shrink Sleeve


di tengah-tengah permukaan pipa yang akan dilapis. Dengan lebar 450
mm letakan bagian permukaan Shrinksleeve yang lengket dengan bersih
17 pada permukaan kering pipa. Ikatan adhesive akan merekat pada FJC
permukaan pipa. Mulai lakukan pemanasan pada posisi jam 10 dan
melanjutkan searah jarum jam melalui 420 derajat rotasi, berakhir pada
posisi 2:00.

18 Selanjutnya lekatkan Shrink Sleeve lebar 100mm dengan mengupas FJC


PROSEDUR
NOMOR DOKUMEN REV . : 0
INSTALASI PIPELINE NOMOR HALAMAN
OFFSHORE 14 DARI 21

kembali pemisahan Interleaf sebelumnya. Letakan Shrink Sleeve


100mm lebar diantara kedua belah ujung shrink sleeve dengan
menempatkan permukaan lengket di bagian bawah.

Catatan: Jika terdapat udara terjebak di sekitar daerah las antara pipa,
gunakan rol baja untuk mengeluarkan udara yang terjebak.

19 FJC

Setelah menyelesaikan aplikasi lapisan, periksa secara visual untuk


20 memastikan coating melekat dengan baik pada permukaan pipa dan FJC
lakukan holiday test. Holiday test ditetapkan dengan minimal 10000 V.

Setelah holiday testing selesai tanpa ada kebocoran, penggelaran pipa QA/QC /
21
dapat diteruskan. BM

22 Setelah holiday test selesai dapat diteruskan proses infill HDPF As Reqd’

lembaran zinc sheet dibungkuskan menutupi area permukaan pipa


23 sampai kedua sisinya membungkus lapisan Concrete beton selebar FJC
minimum 150mm.

Ikat zinc sheet pembungkus dengan menggunakan metal strip (bendit)


24 FJC
pada kedua sisi dan bagian tengah. Siapkan lubang pengisian HDPU

Tuangkan bahan HDPU cair biarkan bereaksi, mengembang dan


25 FJC
menjadi padat sampai benar-benar mengisi rongga atau anulus.

CR /
26 Periksa secara visual Infill HDPU selesai
QA/QC

4.3 Gerak Barge

Setelah proses pengelasan dan NDT selesai barge masterakan menjalankan barge bergerak maju
PROSEDUR
NOMOR DOKUMEN REV . : 0
INSTALASI PIPELINE NOMOR HALAMAN
OFFSHORE 15 DARI 21

sejaiuh satu batang pipa atau 12 meter.


- Barge master dibantu oleh tensioner operator dan winch operator akan selalu memantau
mooring line tension (ketegangan tali mooring), arah pergerakan barge, tegangan pipa dan
olah gerak boat di sekitar barge untuk alas an keselamatan.
- Winch operator harus mengikuti track barge yang sudah diprogram dalam monitor survey.
- Tensioner selalu dikontrol untukmenjaga ketegangan pipa
- Barge akan dihentikan apabila sambungan las sudah pada posisi pengelasan di setiap
station
4.4 Olah Jangkar dan Re-Posisi Barge

Barge Master dengan dipandu oleh surveyor akan menentukan sequence penempatan jangkar.
Barge master menentukan urutan pemindahan jangkar. Surveyor menentukan koordinat
pengalihan jangkar, dan mengirimkan koordinat tersebut ke Anchor Handling Tug (AHT). AHT
akan menuju posisi anchor yang akan dipindahkan sesuai instruksi barge master. Setelah Anchor
terangkat dan tersimpan aman di atas deck AHT, selanjutnya AHT menuju koordinat baru untuk
droping anchor. Barge Master memastikan dan mengontrol anchor wire tension agar posisi wire
lurus selama proses pemindahan. Setiap barge bergerak sejauh 250 meter dari posisi semula,
maka jangkar harus dipindahkan mengikuti rute pipeline.

4.5 Pipeline Abandonment (Penurunan Pipa)


- Penurunan pipa dilakukan setelah proses normal laying selesai.
- Karena proses normal laying dari arah darat menujuke laut maka proses abandonment
dilakukan di area PLEM , pada kedalaman sekitar 12 meter.

PIPELINE ABANDONMENT
Item Task Resp. Check
Apabila tersisa sekitar 10 joint lagi, Project Engineer akan memonitor
1.
jarak touchdown dan panjang horizontal untuk menentukan posisi SPC / FE
pipeline terakhir.
Jarak ini dihitung berdasarkan panjang pipeline dari station line up
2.
(station#1) sampai touchdown point dengan mempertimbangan INFO
kedalaman air laut.
3. Apabila posisi pipa terakhir telah ditentukan, adakalanya pipa terakhir
SPC / FE
terpaksa harus dipotong agar posisi joint terakhir terjatuh di target
4. Pengelasan dan NDT dari 2 (dua) pipe joint terakhir dilakukan di station NDT / WF
No.2 dan No.3. Pastikan tidak ada personnel di area Firing Line selama
PROSEDUR
NOMOR DOKUMEN REV . : 0
INSTALASI PIPELINE NOMOR HALAMAN
OFFSHORE 16 DARI 21

PIPELINE ABANDONMENT
Item Task Resp. Check
pekerjaan RT berlangsung
Keluarkan Buckle detector dan diperiksa untuk memastikan kondisi pipa
5.
baik tidak ada indikasi buckling. Laporkan hasil pemeriksaan pada client QA/QC
representative.
6. Pengelasan abandonment head pada pipa terakhir dilakukan di station
CS
welding.
Pasang Flange 300# RTJ pada section terakhir dan lakukan NDT.
7.
Selanjutnya sambungkan sling wire dari A/R (Abandont dan Recovery ) CS
winch ke abandon head
8. Apabila abandon head telah samai di station 2, pipelay tension
CS / FJC
dipindahkan dari tensioner ke A / R winch perlahan lahan.
9. Apabila sling wire telah cukup tension/tegang menahan pipeline maka
tensioner bisa dibuka.
10. Selesaikan field joint coating pada joint terakhir TO
Tegangan sling wire abandonment head dikontrol selama proses
11. BM
penurunan sesuai dengan pipelay laying analysis
12. PLB bergerak maju constant diikuti gerakan/putaran A & R winch. BM
Apabila abandonment head telah berada di ujung barge, rigger segera
13.
memasang buoy marker pada abandonment head.
Ketika abandonment head berada di ujung stinger, diver(penyelam)
14. akan memonitor abandon head sampai melewati roller terakhir untuk BM
memastikan pipa tidak macet pada stinger.
Barge terus bergerak constan dengan memperhatikan
ketegangan/tension sling wire A/R winch, sampai tidak diperlukan lagi
15. BM / SPC
pergerakan, pipeline dapat diturunkan dengan perlahan sampai
mencapai dasar laut.
Lepas perlahan tension wire A & R winch apabila abandonment head
16. BM
sudah di dasar laut
Apabila abandonment head sudah di dasar laut, barge bergerak mundur
17. BM
sampai bagian buritan dekat dengan posisi abandonment head.
18. Setelah itu diver dapat melepaskan sling A & R dari abandonment head. DS

4.6 Monitoring Penggelaran Pipa

- Selama normal laying,beberapa hal harus diperhatikan agar pipa ketegangan pipa
terkontrol dan termonitor. Lay paremeter yang harus dikontrol adalah pipe tension,
tensioner setting, anchor pattern, barge positioning dan orientation, stinger angle dan
draft barge.
PROSEDUR
NOMOR DOKUMEN REV . : 0
INSTALASI PIPELINE NOMOR HALAMAN
OFFSHORE 17 DARI 21

- Pengaturan Tensioner harus sesuai dengan pipe laying analysis


- Profile pipeline dari ujung stinger sampai touch down point (TDP) diperiksa oleh penyelam
setiap enam jam setiap hari
- Pipeline rute dan posisi barge harus selalu di perhatikan oleh surveyor dengan
menggunakan DGPS dan program navigasi yang akurat, setiap koordinat pipeline touch
down harus direcord.
4.7 Mengontrol Stringer
- Stinger harus dikontrol setiap saat
- Kedalaman stinger diatur sedemikian rupa sehingga semua roller yang menahan dapat
menyangga pipa
- Jika diperlukan untuk mengatur ketinggian stinger dapat dilakukan dengan balasting barge.
- Perhatikan Hitch Stinger (Engsel Stinger) bagian penghubung stinger dan barge
- Pastikan juga tidak ada kebocoran pada stinger
- Check juga kelurusan dan kondisi roller pada stinger
5. QUALITY CONTROL
Produksi pengelasan di atas barge diperiksa sesuai dengan “ Inspection and Test Plan:” yang telah
disetujui.
6. ASPEK KEAMANAN DAN KESELAMATAN KERJA
Semua aspek keamanan dan keselamatan dalam bekerja mengacu pada dokumen “ Health and
Safety Management Plan “ dan “Emergency Response Plan”.
7. PIPELAY CONTINGENCY PROCEDURE
Berikut beberapa kemungkinan yang bisa terjadi selama proses pemasangan pipa serta
penanggulangannya

7.1 Emergency Abandonment and Recovery Pipeline


Emergency abandonment dan recovery pipa selama proses penggelaran pipa dapat terjadi dengan
alasan :
1. Cuaca buruk (Bad Weather)
2. Kerusakan Alat
3. Pipa mengalami buckling
Contingency offshore pipelaying analysis dilakukan pada kedalaman laut yang bervariasi. Cuaca
yang buruk dan kerusakan pada alat umumnya mengakibatkan abandon dan recovery pada pipa
dalam kondisi kering (dry condition)

7.2 Cuaca Buruk


Apabila kondisi cuaca sudah mulai tidak mendunkung pekerjaan, persiapan abandonment harus
PROSEDUR
NOMOR DOKUMEN REV . : 0
INSTALASI PIPELINE NOMOR HALAMAN
OFFSHORE 18 DARI 21

segera dilakukan. Kontraktor dan Client Representative member instruksi dan saran sesuai dengan
proses emergency abandonment.
Di bawah ini kriteria cuaca yang buruk yang dapat dijadikan acuan
Tinggi Kecepatan Angin Action
Gelombang (m) (Knot)

1.7 > 25 Stop semua operasi pekerjaan,persiapan


abandonment sesuai dengan pipelay analysis

2.0 > 25 Abandonment pipeline

2.5 > 30 Barge bergerak menuju clear area

Barge Superintendent membuat rencana seandainya cuaca terus semakin memburuk. Jika
prakiraan cuaca menunjukan cuaca yang semakin memburuk maka keputusan abandonment
dibuat berdasarkan hasil pembicaraan antara pihak kontraktor dan client representative.
Operasi penyelaman tidak dilakukan pada saat emergency abandonment. Pada kondisi cuaca yang
buruk, Barge superintendent memonitor dan meyakinkan panjang bow anchor wire mencukupi
apabila barge bergerak maju pada saat abandonment. Barge superintendent memutuskan untuk
merecovery pipa dan melanjutkan operasi normal laying apabila kondisi cuaca mulai membaik.
Kontraktor dan Clien Representative me-review dan menyetujui sebelum operasi recovery pipa
dilaksanakan.

7.3 Equipment Failure (kerusakan alat)

Operasi pemasangan pipa dihentikan apabila terjadi kesalahan teknis atau kerusakan pada system
tensioning pipa. Evaluasi dilakukan apabila terjadi kesalahan besar maupun kecil. Apabila terjadi
kesalahan/kerusakan kecil (minor) maka abandon head dilas dan hubungkan dengan wire A/R
Winch, tension ditransfer dari tensioner ke A/R winch perlahan-lahan dan dikontrol oleh
tensioning operator. Tensioner kemudian dibuka dan lakukan perbaikan. Apabila perbikan telah
selesai maka Tension akan ditrensfer kembali ke Tensioner, selanjutnya lakukan proses normal
laying kembali. Apabila kerusakan minor tidak bisa lagi diperbaiki (atau kerusakan major), barge
superintendent mempertimbangkan untuk segera lakukan proses abandonment sesuai dengan
prosedur abandonment. Apabila pekerjaan major telah selesai pipeline kembali direcovery sesuai
PROSEDUR
NOMOR DOKUMEN REV . : 0
INSTALASI PIPELINE NOMOR HALAMAN
OFFSHORE 19 DARI 21

emergency recovery procedure untuk kembali ke proses normal laying.

7.4 Anchor Wire Failure


Apabila terjadi kerusakan pada anchor wire, barge superintendent dan client representative akan
memeriksa dan mengevaluasi apakah memungkinkan penggelaran pipa dilanjutkan sementara
proses perbaikan dilakukan atau harus dilakukan abandonment. Anchor handling harus
mengikuti anchor handling procedure. Apabila wire sudah terputus tetapi masih ada sisa pada
drum dan mencukupi maka wire dapat dihubungkan kembali anchor dapat diturunkan kembali.
Jika wire pada drum tidak mencukupi lagi, maka wire pada dikeluarkan, wire dari anchor dapat
digulung kembali pada drum kemudian anchor dapat dijatuhkan kembali.
7.5 Mooring Failure
Apabila anchor winch tidak bisa dioperasikan maka barge akan stand by samapai winch dapat
dioperasikan kembali.

7.6 Pennant Line Failure


Apabila peenant line terputus, proses normal laying dapat dilanjutkan sampai barge bergerak
mencapai maksimum anchor pattern. Surveyor menentukan lokasi anchor untuk memudahkan
AHT pada saat recovery anchor. Untuk memudahkan recovery anchor gunakan chaser sepanjang
anchor wire kemudian diangkat oleh winch pada AHT.

7.7 Coating Repair


Coating dari pabrik coating pada pip kemungkinan mengalami kerusakan karena berbagai sebab.
Berikut kemungkinan perbaikan yang dapat dilakukan di atas barge apabila diperlukan. Untuk
pipa yang memerlukan perbaikan yang major dipisahkan, ditandai sampai bagian yang rusak
telah diperbaiki
7.8 Minor Pinholes dan Abrasion Damage
Untuk perbaikan minor pinhole dan abrasive dapat menggunakan Polymeric coating dalam
bentuk stick yang dipanaskan. Stick ini digunakan untuk perbaikan coaltar enamel baik di pabrik
coating maupun di lapangan.
PROSEDUR
NOMOR DOKUMEN REV . : 0
INSTALASI PIPELINE NOMOR HALAMAN
OFFSHORE 20 DARI 21

MINOR PINHOLES DAN ABRASSION DAMAGE

Item Task Resp. Check

Permukaan coating harus bersih dan kasar. Untuk meyakinkan


1.
adhesivitas yang baik, gunakan ampelas besi yang kasar dan bersihkan INFO
untuk menhilangkan debu.

2.
Coating harus panas, panaskan area sampai 177 derajat celcius. FJC

Panaskan area coating sampai dapat meleburkan patch stick. Lakukan


3.
gerakan secara memutar. Terapkan patch compound pada area yang FJC
sudah direpair.

4.
Biarkan patch sampai dingin sebelum dilakukan handling FJC

5.
Lakukan holiday test pada area repair. QA/QC

7.10 Pipe Concrete Coating Repair

Untuk perbaikan concrete pada area lebih besar dari 900 cm2 , diperlukan Epoxy Polyamide
(Splash Zone Mastic). Untuk retakan pada concrete dapat digunakan patching compound.
Compound ini dapat dicampur dan mongering dalam air.

MINOR PINHOLES DAN ABRASSION DAMAGE

Item Task Resp. Check

1.
Bersihkan semua kotoran dari permukaan yang akan direpair INFO

Campurkan Part A dan Part B dengan volume yang sama, gunakan skop
2.
tangan, aduk sampai warna hitam dan kuning bercampur menjadi FJC
warna hijau muda yang merata.

3.
Terapkan campuran ini segera setelah tercampur FJC
PROSEDUR
NOMOR DOKUMEN REV . : 0
INSTALASI PIPELINE NOMOR HALAMAN
OFFSHORE 21 DARI 21

4. Gunakan sarung tangan dan basahi material dengan air selama proses
FJC
pencampuran

5. Masukan material pada retakan atau lubang yang diperbaiki sampai


FJC
ketebalan yang diperlukan

6.
Campuran dapat mongering dalam air info

8. AS BUILT / FINAL DOKUMEN


Setelah pekerjaan di lapangan selesai, kontraktor membuat As Built / Final Document yang terdiri dari:
- Pipeline Installation Manual (Semua Prosedur dan Analysis)
- Material Control
- Safety
- Welding dan NDT Record
- Site Memo
- Daily Progress Report
- As Built Drawing dan As Laid Report.

Anda mungkin juga menyukai