2355-929
Oleh :
Abstrak: Penelitian ini tentang kajian upaya pelestarianbangunan bersejarah di kawasan Kota Tua
Ampenan ditinjau dari elemen pembentuk karakter bangunan merupakan rangkaian dari penelitian
sebelumnya tentang pemetaan dan identifikasi bangunan bersejarah di Kota Tua Ampenan yang telah
mendapatkan pendanaan dari dana hibah penelitian pdp Dikti tahun 2017. Beberapa kegiatan pemerintah
daerah telah dilakukan dalam upaya menghidupkan kembali kawasan Kota Tua Ampenan ini. Dalam
kajian ini akan dilihat pula apakah kegiatan pengembangan fisik maupun perencanaan kawasan pada lokus
Kota Tua Ampenan ini sudah meliputi pelestarian bangunan bersejarah sebagai tindak lanjut penetapan
Kawasan Kota Tua Ampenan sebagai kawasan cagar budaya. Penelitian ini bertujuan melakukan
pembahasan tentang kegiatan pelestarian bangunan bersejarah di kawasan Kota Tua Ampenanditinjau dari
elemen pembentuk karakter bangunan, di Mataram, Nusa Tenggara Barat.Penelitian dilakukan dengan
menggunakan metode analisis kualitatif.Metode pendekatan menggunakan deskriptif analisis (pemaparan
kondisi), dan metode evaluatif, dan metode development. Metode analisis kualitatif ini dilakukan dengan
cara observasi lapangan dan wawancara. Metode deskriptif analisis dilakukan dengan pendekatan historis
dan observasi di lapangan tentang elemen pembentuk karakter ruang yang ada saat ini. Metode analisis
kualitatif adalah suatu proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang
menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia. Pada pendekatan ini, peneliti membuat suatu
gambaran kompleks, meneliti kata-kata, laporan terinci dari pandangan responden, dan melakukan studi
pada situasi yang alami (Creswell 1998).Bogdan dan Taylor mengemukakan bahwa metodologi kualitatif
merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan
dari orang-orang dan perilaku yang diamati (Moleong 2007). Metode ini dilakukan dengan cara observasi
lapangan dan wawancara. Diharapkan dari penelitian ini dapat memberi arahan mengenai perubahan yang
telah terjadi dan yang seharusnya dilakukan terhadap elemen pembentuk karakter bangunan
dalamupayapelestarian bangunan bersejarah di Kawasan Kota Tua Ampenanserta kegiatan atau program
yang berhubungan dengan pelestarian bangunan bersejarah di Kota Tua Ampenan, Mataram, Nusa
Tenggara Barat.
Kata kunci : Pelestarian, Bangunan Bersejarah, Kota Tua Ampenan, Elemen pembentuk karakter
bangunan.
PENDAHULUAN
namun kondisi yang berbeda dialami oleh aktivitas diperoleh melalui hasil survey lapangan, yaitu
komersil di 3 sebagian jalan niaga II dan Jalan Yos pengamatan dan wawancara. Dari hasil survey
Sudarso, terdapat banyak bangunan tua yang telah lapangan tersebut akan ditemukan kemungkinan
ditinggalkan oleh penghuninya, Selain itu perubahan pada unsur-unsur pembentuk karakter
indentitas tempat sebagai kawasan perniagaan bangunan, baik dari tinjauan gaya bangunan,
dengan dominasi etnis pun tidak terlihat. atap, interior, eksterior, dan lain sebagainya.
Tujuan Penelitian ini adalah melakukan kajian Beberapa aspek yang akan dilakukan analisis
tentang perubahan fisik yang terjadi pada bangunan menggunakan metode deskriptif analisis ini, yaitu
bersejarah di kawasan Kota Tua Ampenan ditinjau
1. Identifikasi Karakter Bangunan: Pada
dari elemen pembentuk karakter bangunan
tahap ini bertujuan untuk mengetahui karakter
dievaluasi terhadap kondisi bangunan di masa lalu.
bangunan yang didapat dari berbagai sumber,
Melakukan kajian terhadap upaya pelestarian
baik melalui obeservasi lapangan maupun
bangunan bersejarah di kawasan Kota Tua
wawancara. Dalam tahap ini diperlukan
Ampenan Mataram, Nusa Tenggara Barat yang
analisis yang membahas mengenai:
telah dilakukan ditinjau terhadap kebijakan dan a) Usia Bangunan, menunjukan bahwa bangunan
program pemerintah yang telah dilaksanakan. tersebut masuk ke dalam kategori pelestarian;
Tujuan lainnya adalah memberikan rekomendasi b) Fungsi Bangunan, menunjukan bahwa
dan informasi tentang beberapa bangunan bangunan tersebut masih memiliki fungsi yang
bersejarah terpilih untuk dapat mengambil langkah sama seperti pada saat pertama kali dibangun;
yang tepat bagi upaya pelestarian bangunan dan
bersejarah di lokus penelitian agar dapat mencapai c) Kondisi Fisik Bangunan, menunjukkan tingkat
tujuan dan manfaat pelestarian. keterawatan dan keaslian bangunan;
3. Masalah Pelestarian
Analisis dari beberapa peraturan daerah yang
sudah dibuat oleh Pemerintah Kota Mataram
Gambar 1. Bangunan 1 yang berhubungan dengan pelestarian Kota
Keterangan : Tua Ampenan sudah ada, organisasi yang
Fungsi bangunan dibuat oleh pemerintah daerah sendiri juga
- Awal : Ruko sudah disiapkan kelembagaannya, namun
- Sekarang : Toko dan sarang walet karena tidak ada lembaga khusus yang
Fisik bangunan : Kondisi fisik terawat menangani masalah cagar budaya Kawasan
60% Kota Tua Ampenan ini, maka belum muncul
petunjuk teknis pelaksanaan pelestarian cagar
budaya ini sehingga pada pelaksanaannya mengurangi nilai keaslian bangunan karena
masyarakat pemilik bangunan melakukan tidak ada petunjuk teknis pelaksanaan
perbaikan dan perawatan bangunan cagar pelestarian bangunan sebagai obyek cagar
budaya tersebut secara mandiri dan kurang budaya.
terarah, sehingga keaslian bangunan cagar 3. Kondisi bangunan tua yang masih tergolong
budaya tersebut dikhawatirkan semakin lama bangunan bersejarah (cagar budaya) di Kota
akan semakin berkurang atau hilang. Tua Ampenan secara fungsi 50% berubah
Kendala–kendala yang terdapat pada kegiatan menjadi toko dan gudang 50% masih berupa
pelestarian dan juga konservasi bangunan– rumah tinggal namun sebagian adalah rumah
bangunan tua yang dilakukan oleh pemerintah kosong. Karena perubahan fungsi ini,
dan masyarakat adalah belum adanya aksi sehingga pada siang hari kawasan ini hidup
nyata dalam usaha perawatan bangunan namun pada malam hari terasa seperti kota
bersejarah tersebut yang ditangani oleh mati karena jarang digunakan sekaligus
pemerintah. Realisasi serta pendanaan sebagai tempat tinggal. Sedangkan secara
kegiatan pelestarian Kawasan Kota Tua kondisi fisik, bangunan ada yang rusak 20%,
Ampenan telah dilakukan oleh pemerintah kurang terawat 50% dan terawatt 30%.
daerah yang tertuang dalam RTBL Kota Tua 4. Untuk prosentasi perubahan dari kondisi asli
Ampenan Tahun 2013 dan secara fisik telah bangunan, rata-rata perubahan terdapat pada
dilaksanakan di beberapa titik. Namun RTBL elemen bahan penutup atap, penutup lantai,
ini lebih menekankan pada fasilitas kawasan jendela dan pintu sebagaian masih asli dan
yang bersifat fasilitas umum dan belum sebagian lagi sudah berubah. Yang agak aneh,
menyentuh pada bangunan tua sebagai obyek pada kawasan jalur arah pelabuhan ampenan
cagar alam yang secara legalitas adalah milik sebagai jalur bangunan dengan usia tertua
masyarakat secara perorangan terdapat perubahan warna dinding yang
sangat mempengaruhi kesan dan citra sebagai
bangunan cagar budaya. Perubahan elemen
PENUTUP ini besarannya berkisar antara 5% – 30%.
a. Simpulan
b. Saran
Penelitian mengenai kajian upaya pelestarian
bangunan bersejarah di kawasan Kota Tua 1. Terbentuknya pedoman untuk
Ampenan ditinjau dari elemen pembentuk karakter pelaksanaan pelestarian kawasan Kota
bangunan. Dari hasilpenelitian sementara, Tua Ampenan sebagai kota pusaka
didapatkan kesimpulan: hendaknya diikuti dengan petunjuk
teknis perawatan dan pemeliharaan
1. Telah dilakukan upaya pemerintah untuk bangunan tua yang masih dikategorikan
membentuk kawasan Kota Tua Ampenan sebagai bangunan bersejarah agar
sebagai kawasan kota pusaka. Dalam upaya terpelihara keasliannya.
tersebut pemeritah daerah telah melakukan 2. RTBL yang disusun hendaknya lebih
usaha untuk menyusun tim kelembagaan fokus kembali pada bangunan tua
dalam melakukan aksi mewujudkan Kota Tua sebagai obyek cagar budaya agar
Ampenan sebagai kota pusaka. Terdapat pula pelestarian kawasan tersebut dapat
pedoman untuk melakukan tindakan tercapai. Peran pemerintah bersama
pelestarian Kota Tua Ampenan sebagai cagar masyarakat sebagai pemilik bangunan
budaya sehingga dapat terwujud kawasan hendaknya diwujudkan secara nyata
kota pusaka Kota Mataram sebagai tujuan dengan memberikan penganggaran dan
pemerintah daerah. pendampingan proses preservasi
2. Beberapa usaha pelestarian dilakukan dengan konservasi bangunan tua.
diwujudkannya RTBL Kota Tua Ampenan 3. Perbahan fungsi bangunan hendaknya
Tahun 2013, namun penataan kawasan ini diarahkan agar mampu menciptakan
cenderung lebih mengarah pada area fasilitas revitalisasi kawasan, sehingga kawasan
umum seperti trotoran dan area terbuka, dapat hidup selama 24 jam bukan hanya
sedangkan untuk bangunan tua sendiri pada siang hari saja. Sektor wisata di
sebagai obyek cagar budaya belum dilakukan kawasan ini perlu dikembangkan agar
realisasi perawatan secara fisik oleh mampu menjadi pembangkit kegiatan
pemerintah. Perawatan bangunan dilakukan kawasan di pagi hari, siang hari dan sore
secara mandiri oleh masyarakat sehingga hari. Perubahan fisik bangunan yang
perubahan-perubahan yang terjadi semakin berkisar 5 – 30% masih dapat