Anda di halaman 1dari 7

54|Jurnal Sangkareang Mataram ISSNNo.

2355-929

KAJIAN UPAYA PELESTARIAN BANGUNAN BERSEJARAH DI KOTA TUA AMPENAN


DITINJAU DARI ELEMEN PEMBENTUK KARAKTER BANGUNAN

Oleh :

Eliza Ruwaidah, Teddy Hartawan


Program Studi D3 Arsitektur, Universitas Nusa Tenggara Barat

Abstrak: Penelitian ini tentang kajian upaya pelestarianbangunan bersejarah di kawasan Kota Tua
Ampenan ditinjau dari elemen pembentuk karakter bangunan merupakan rangkaian dari penelitian
sebelumnya tentang pemetaan dan identifikasi bangunan bersejarah di Kota Tua Ampenan yang telah
mendapatkan pendanaan dari dana hibah penelitian pdp Dikti tahun 2017. Beberapa kegiatan pemerintah
daerah telah dilakukan dalam upaya menghidupkan kembali kawasan Kota Tua Ampenan ini. Dalam
kajian ini akan dilihat pula apakah kegiatan pengembangan fisik maupun perencanaan kawasan pada lokus
Kota Tua Ampenan ini sudah meliputi pelestarian bangunan bersejarah sebagai tindak lanjut penetapan
Kawasan Kota Tua Ampenan sebagai kawasan cagar budaya. Penelitian ini bertujuan melakukan
pembahasan tentang kegiatan pelestarian bangunan bersejarah di kawasan Kota Tua Ampenanditinjau dari
elemen pembentuk karakter bangunan, di Mataram, Nusa Tenggara Barat.Penelitian dilakukan dengan
menggunakan metode analisis kualitatif.Metode pendekatan menggunakan deskriptif analisis (pemaparan
kondisi), dan metode evaluatif, dan metode development. Metode analisis kualitatif ini dilakukan dengan
cara observasi lapangan dan wawancara. Metode deskriptif analisis dilakukan dengan pendekatan historis
dan observasi di lapangan tentang elemen pembentuk karakter ruang yang ada saat ini. Metode analisis
kualitatif adalah suatu proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang
menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia. Pada pendekatan ini, peneliti membuat suatu
gambaran kompleks, meneliti kata-kata, laporan terinci dari pandangan responden, dan melakukan studi
pada situasi yang alami (Creswell 1998).Bogdan dan Taylor mengemukakan bahwa metodologi kualitatif
merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan
dari orang-orang dan perilaku yang diamati (Moleong 2007). Metode ini dilakukan dengan cara observasi
lapangan dan wawancara. Diharapkan dari penelitian ini dapat memberi arahan mengenai perubahan yang
telah terjadi dan yang seharusnya dilakukan terhadap elemen pembentuk karakter bangunan
dalamupayapelestarian bangunan bersejarah di Kawasan Kota Tua Ampenanserta kegiatan atau program
yang berhubungan dengan pelestarian bangunan bersejarah di Kota Tua Ampenan, Mataram, Nusa
Tenggara Barat.

Kata kunci : Pelestarian, Bangunan Bersejarah, Kota Tua Ampenan, Elemen pembentuk karakter
bangunan.

PENDAHULUAN

Pemetaan dan identifikasi bangunan berupa survey / observasi lapangan berupa


bersejarah di Kota Tua Ampenan yang dilakukan pengambilan photo-photo pada obyek bangunan
pada penelitian sebelumnya telah menyajikan data- bersejarah yang telah ditetapkan pada lous
data fisik tentang keberadaan dan kondisi terkini penelitian. Serta berusaha melakukan time series
bangunan-bangunan bersejarah tersebut.Ditinjau kondisi bangunan bersejarah yang ditetapkan
dari sudut cara dan taraf pembahasan masalahnya, sebagai obyek preservasi-konservasi.
penelitian pelestarian bangunan bersejarah Berdasarkan RTBL Kota tua Ampenan
termasuk sebagai penelitian dengan metode didelineasi menjadi 5 segmen dengan fokus
deskriptif dan eksploratif, yang terbatas pada usaha perencanaan kawasan yang berbeda berdasarkan
mengungkapkan suatu masalah atau keadaan atau karakter yang dominan dari masing-masing
peristiwa sebagaimana adanya, dengan tujuan kawasan. Segmen 3 dari Kota tua Ampenan
mendapatkan fakta. Penelitian ini merupakan kawasan perniagaan yang didominasi
menggunakanmetode analisis deskriptif topikal oleh aktivitas komersil dan dihuni oleh masyarakat
atau „the descriptive analysis method by dari etnis Cina dan Arab, selain itu pada kawasan
topical‟.Untuk mendukung tahap pembahasan ini pun terdapat pasar Ampenan yang menjadi
dalam penelitian ini dilakukan kegiatan persiapan pusat ativitas utama pada kawasan perniagaan,

Volume 4, No. 4, Desember 2018 http://www.untb.ac.id/Desember-2018/


ISSNNo.2355-9292 Jurnal Sangkareang Mataram|55

namun kondisi yang berbeda dialami oleh aktivitas diperoleh melalui hasil survey lapangan, yaitu
komersil di 3 sebagian jalan niaga II dan Jalan Yos pengamatan dan wawancara. Dari hasil survey
Sudarso, terdapat banyak bangunan tua yang telah lapangan tersebut akan ditemukan kemungkinan
ditinggalkan oleh penghuninya, Selain itu perubahan pada unsur-unsur pembentuk karakter
indentitas tempat sebagai kawasan perniagaan bangunan, baik dari tinjauan gaya bangunan,
dengan dominasi etnis pun tidak terlihat. atap, interior, eksterior, dan lain sebagainya.
Tujuan Penelitian ini adalah melakukan kajian Beberapa aspek yang akan dilakukan analisis
tentang perubahan fisik yang terjadi pada bangunan menggunakan metode deskriptif analisis ini, yaitu
bersejarah di kawasan Kota Tua Ampenan ditinjau
1. Identifikasi Karakter Bangunan: Pada
dari elemen pembentuk karakter bangunan
tahap ini bertujuan untuk mengetahui karakter
dievaluasi terhadap kondisi bangunan di masa lalu.
bangunan yang didapat dari berbagai sumber,
Melakukan kajian terhadap upaya pelestarian
baik melalui obeservasi lapangan maupun
bangunan bersejarah di kawasan Kota Tua
wawancara. Dalam tahap ini diperlukan
Ampenan Mataram, Nusa Tenggara Barat yang
analisis yang membahas mengenai:
telah dilakukan ditinjau terhadap kebijakan dan a) Usia Bangunan, menunjukan bahwa bangunan
program pemerintah yang telah dilaksanakan. tersebut masuk ke dalam kategori pelestarian;
Tujuan lainnya adalah memberikan rekomendasi b) Fungsi Bangunan, menunjukan bahwa
dan informasi tentang beberapa bangunan bangunan tersebut masih memiliki fungsi yang
bersejarah terpilih untuk dapat mengambil langkah sama seperti pada saat pertama kali dibangun;
yang tepat bagi upaya pelestarian bangunan dan
bersejarah di lokus penelitian agar dapat mencapai c) Kondisi Fisik Bangunan, menunjukkan tingkat
tujuan dan manfaat pelestarian. keterawatan dan keaslian bangunan;

METODE PENELITIAN 2. Kondisi Bangunan: Analisis bangunan


dilakukan pada seluruh bagian bangunan.
Metode analisis data merupakan suatu alat Analisis tersebut meliputi luas bangunan,
yang digunakan dalam pembahasan dan jumlah dan pola tata ruang serta orientasi
penyelesaian rumusan masalah yang bertujuan bangunan. Analisis secara khusus dilakukan
untuk mendapatkan suatu kesimpulan yang menjadi untuk mengetahui kriteria bangunan, yaitu
dasar bagi penyelesaian suatu keputusan. meliputi gaya bangunan, fungsi dan bahan.
Analisis data adalah proses penyederhanaan data Hasil analisis berupa gambaran umum kondisi
kedalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan bangunan yang sekarang dibandingkan
diintrepretasikan (Singarimbun,1995). Analisis dengan kondisi asli bangunan, dan
data yang dilakukan dalam upaya pelestarian 3. Masalah Pelestarian: Analisis mengenai
bangunan menggunakan analisis kualitatif. Metode permasalahan ini bertujuan untuk mengetahui
pendekatan menggunakan deskriptif analisis kendala–kendala yang terdapat pada kegiatan
(pemaparan kondisi), metode pelestarian dan juga konservasi bangunan–
evaluatif(pembobotan) dan metode development. bangunan tua yang dilakukan oleh pemerintah
Data yang dikumpulkan dari hasil penelitian dan masyarakat. Permasalahanfisik, yaitu
ini dianalisis secara deskriptif dengan kesadaran dan inisiatif, dasar implementasi
menghubungkan data dan fakta dilapangan serta (dasar hukum), konsep dan rencana,
interpretasi data disajikan dalam bentuk table, organisasi dan realisasi serta pendanaan
gambar dan grafik.Kesimpulan ditarik secara kegiatan. Hasil pada tahap ini akan digunakan
deduktif dengan memaparkan hal-hal yang bersifat dalam pertimbangan upaya konservasi yang
umum ke khusus.Menurut Moleong (1991:236) akan dilakukan.
dalam Topana (2015) penelitian deskriptif Beberapa langkah penelitan yang akan
memusatkan perhatian kepada pemecahan masalah- dilakukan adalah:
masalah aktual sebagaimana adanya pada saat 1. Merumuskan masalah terkait dengan variable
penelitian dilaksanakan, sebelum penelitian
yang akan diteliti yang terjadi pada saat ini
dilakukan sudah disiapkan rancangan penelitian dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya
dengan cakupan komponen-komponen yang
kemudian dijabarkan menjadi pertanyaan-
diperlukan. Penelitian ini adalah penelitian pertanyaan penelitian
kualitatif dengan perspektif kajian budaya.Pada 2. Merekam kondisi fisik bangunan dengan cara
umumnya penelitian dengan analisis kualitatif mengamati kondisi objek penelitian pada saat
dikatagorikan sebagai penelitian deskriptif. ini;
Metode deskriptif analisis merupakan suatu 3. Mengumpulkan informasi mengenai
metode yang menggunakan penjelasan data karakteristik Arsitektur Kolonial yang
Berupa kondisi objek penelitian yang telah

http://www.untb.ac.id/Desember-2018/ Volume 4, No. 4, Desember 2018


56|Jurnal Sangkareang Mataram ISSNNo.2355-929

berkembang di Indonesia, khususnya di lokasi kerja (Pokja) yaitu Pokja Bidang


penelitian; Perencanaan , Pokja Bidang Penyiapan
4. Melakukan pembandingan antara hasil yang Sarana dan Prasarana, Pokja Bidang
didapat dari langkah 2 dan 3, sehingga Ketertiban dan Keamanan, dan Pokja
didapatkan suatu gambaran karakter Bidang Pendataan dan Pemanfaatan
bangunan, dan juga perubahan-perubahan Aset.
yang terjadi; dan menganalisis dengan 3. Penetapan prioritas kawasan kota pusaka
menggunakan penjelasan data berupa kondisi Penetapan kawasan prioritas kota pusaka
objek penelitian yang telah diperoleh melalui merupakan upaya Kota Mataram untuk
hasil survey lapangan,yaitu pengamatan dan mewujudkan Kota Mataram sebagai Kota
wawancara Pusaka Nasional. Penetapan kawasan
5. Membuat kesimpulan tentang kondisi fisik prioritas kota pusaka
bangunan, dan juga menentukan arahan memepertimbangkan beberapa variable
tindakan pelestarian fisik bagi bangunan yaitu:
tersebut. 1) Signifikansi
Kawasan dengn aset-aset pusaka yang
HASIL YANG DICAPAI memenuhi kriteria berdasarkan
morfologi kota. Kawasan yang
a. Peraturan dan kebijakan pemerintah
menonjolkan karakter kota sebagai
tentang bangunan cagar budaya
kota pusaka yang mempunyai nilai-
1. Rencana Pengembangan Kota Pusaka
nilai sebagai variabel signifikansi kota
Pengelolaan kota pusaka Mataram
pusaka yaitu : social, budaya,
merupakan kegiatan yang komprehensif
ekonomi, ilmu pengetahuan, politik,
dan melibatkan berbagai kompeten,
arsitektur dan sejarah.
seperti pemerintah, masyarakat,
2) Otentisitas
pengusaha, maupun pemerhati, LSM,
Otentisitas adalah keadaan dimana
serta komunitas lainnya. Karena itu,
menggambarkan karakteristik
pengelolaan kota pusaka harus dilakukan
keasliannya ditengah lingkungan
secara terpadu melibatkan semua
eksternal yang variabel utama untuk
stakeholder dan dilakukan secara terus-
otentisitas meliputi kejamakan,
menerus (berkelanjutan). Untuk menjaga
kelangkaan, fungsional dan
konsistensi pengelolaan kota pusaka perlu
orisinalitas.
disusun suatu pedoman ang
3) Integritas
memperlihatkan kaitan antara
Setiap kawasan yang memiliki
program/kegiatan serta
signifikansi, otentisitas/ keaslian dan
penanggungjawabnya baik yang bersifat
integritas tersendiri. Integritas yang
jangka pendek dan jangka menengah
dimaksud adalah konsistensi dan
maupun dalam jangka panjang. Secara
keteguhan yang tak tergoyahkan
umum, manajemen kota pusaka akan
dalam menjjunjung tinggi nilai-nilai
mencangkup 3 kegiatan utama, yaitu
luhur dan keyakinan. Integritas
tahapan perencanaan, tahapan
kawasan dinilai berdasarkan tingkat
pelaksanaan, dan tahapan pengendalian.
kepentingan dan tingkat kebutuhan.
Ketiga tahapan ini harus saling bersinergi
Tingkat kepentingan yang didasarkan
dan saling memberi masukan sebagai
intensitas pergerakan masyarakat dan
suatu proses pengelolaan. Dan saling
tingkat kebutuhan masyarakat untuk
memberi masukan sebagai suatu proses
skala pelayanan yang konsisten.
pengelolaan.
2. Rencana Pengembangan Kelembagaan
Pada tahun 2013 dan 2014, Pemerintah b. RTBL Kota Tua Ampenan 2013
Kota Mataram membentuk tim Dalam Rencana Tata Bangunan dan
revitalisasi Kota Tua Ampenan Lingkungan Kota Tua Ampenan tahun 2013,
berdasarkan surat keputusan Walikota pemerintah kota mataram telah menetapkan
Nomor 6/7/VI/2013 dan dilanjutkan Surat beberapa strategi pengembangan kawasan Kota
Keputusan Walikota Nomor 352/III/2014 Tua Ampenan sebagai Kota Pusaka. Beberapa hal
tentang pembentukan tim revitalisasi yang dituangkan dalam RTBL Kota Tua Ampenan
Kota Tua Ampenan. Tim ini diketahui 2013 tersebut antara lain:
langsung oleh Bapak Wakil Walikota
Mataram dan memiliki empat kelompok

Volume 4, No. 4, Desember 2018 http://www.untb.ac.id/Desember-2018/


ISSNNo.2355-9292 Jurnal Sangkareang Mataram|57

1. Strategi Pengendalian Rencana 3. Aspek – Aspek Pengendalian


Strategi dalam pengendalian rencana penataan Panduan ini bertujuan untuk :
bangunan dan lingkungan Kawasan Kota Tua a) Mengendalikan berbagai rencana kerja,
Ampenan menjadi sangat penting mengingat program kerja maupun kelembagaan
Ampenan merupakan kawasan strategis dari kerja pada masa pemberlakuan aturan
Kota Mataram dan sebagai koridor utama dalam RTBL atau pada pelaksanaan
destinasi wisata ke Senggigi yang memiliki penataan suatu kawasan;
potensi wisata alam dan budaya sebagai Kota b) Mengatur pertanggungjawaban semua
Tua . Beberapa strategi di dalam pengendalian pihak yang terlibat dalam pelaksanaan
penataan bangunan dan lingkungan di penataan bangunan dan lingkungan.
Kawasan Kota Tua Ampenan antara lain:
a) Pengaturan dan penegasan pemanfaatan 4. Strategi Panduan Arahan Pengendalian
ruang sesuai dengan rencana zonasinya; a) Strategi panduan arahan pengendalian :
b) Pengaturan dan penegasan intensitas 1) Penetapan rencana dan indikasi
pemanfaatan ruang sesuai dengan arahan program pelaksanaan dan
masing-masing peruntukan dan pengendalian pelaksanaan, termasuk
zonasinya; wewenang dan kelembagaan.
c) Pengaturan dan penegasan tata kualitas 2) Penetapan paket kegiatan pelaksanaan
lingkungan yang sesuai dengan karakter dan pengendaliannya.
kawasan; 3) Penyiapan pelibatan dan pemasaran
d) Penyediaan ruang terbuka hijau skala paket pembangunan untuk setiap
kawasan yang aktif untuk mendukung pelaku pembangunan (stakeholder).
fungsi baru kawasan dan masyarakat. 4) Identifikasi dan penyesuaian aspek
e) Preservasi dan Konservasi bangunan fisik, sosial dan ekonomi terhadap
cagar budaya kepentingan dan tanggung jawab
stakeholder serta rencana detail
2. Arahan Pengendalian Rencana berdasarkan sistem kota.
Dalam tahap pelaksanaan program-program 5) Penetapan persyaratan teknis masing-
yang dihasilkan pada rencana penataan masing aspek (fisik, sosial, dan
bangunan, perlu adanya pengendalian ketat ekonomi) dan perencanaan
yang membutuhkan peran masyarakat, agar pelaksanaan serta pengendalian di
pelaksanaannya tidak menyimpang dengan lapangan.
arahan-arahan yang dihasilkan. Hasil rencana b) Strategi Pelaksanaan
pola penataan kawasan harus dilaksanakan 1) Strategi pengendalian pelaksanaan
secara menyeluruh dan merupakan satu diatur dengan Rencana Kelembagaan
kesatuan pemahaman mulai dari tahap yang mencantumkan organisasi
perencanaan, pelaksanaan, pemanfaatan, pelaksana, SDM yang terlibat dan
pengelolaan dan pengendaliannya. Setelah aturan kelembagaannya
perangkat pengaturan RTBL mempunyai 2) Untuk pengelolaan RTBL disiapkan
kekuatan hukum untuk dilaksanakan suatu organisasi pelaksana yang
(berbentuk peraturan daerah), maka untuk menggambarkan pola koordinasi, alur
menjamin kelangsungan serta tidak dan pola pertanggungjawaban, serta
menyimpang dari arahan yang telah ditentukan proese lainnya
dibutuhkan suatu lembaga untuk mengawasi
pelaksanaan, pemanfaatan hasil-hasil RTBL, 5. Panduan Pengelolaan Pemanfaatan
pengelolaan dan pengendaliannya. Lembaga Properti Pasca Pelaksanaan
yang diberi wewenang tersebut dapat Panduan ini bertujuan untuk :
berbentuk satuan tugas (satgas) yang a) Menjamin pemanfaatan investasi;
beranggotakan wakil dari instansi-instansi b) Mengoptimalkan nilai investasi;
yang terkait dalam pelaksanaan RTBL c) Menghindari fenomena ‘lahan tidur’ /
beranggotakan wakil dari instansi-instansi ‘bangunan terbengkalai’ (investasi yang
yang terkait dalam pelaksanaan RTBL, seperti ditanamkan tidak berjalan semestinya);
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah d) Menarik investasi lanjutan dalam
(BAPPEDA), Dinas Pekerjaan Umum, Dinas pengoperasian lingkungan pada masa pasca
Pendapatan Daerah, Dinas Kebersihan dan konstruksi.
Pertamanan, Perusahaan Daerah Air Minum,
POLRES, POLSEK, Unit Ketertiban Umum,
Dinas Pariwisata dan Budaya, dan lain-lain.

http://www.untb.ac.id/Desember-2018/ Volume 4, No. 4, Desember 2018


58|Jurnal Sangkareang Mataram ISSNNo.2355-929

6. Cakupan Panduan Pengelolaan Aset  Keaslian bangunan : Elemen yang


Properti berubah adalah pintu, jendela dan
a) Lingkup Pengelolaan. lantai. (25%) , Keaslian bangunan
b) Aset Properti yang Dikelola. (75%)
c) Produk Pengelolaan sebagai Piranti
Peraturan Kawasan.
d) Pelaku Pengelolaan.
e) Aspek-aspek Pengendalian

c. Pendataan elemen bangunan bersejarah


sebagai obyek penelitian

Obyek penelitian yang dipilih berdasarkan


hasil pemetaan bangunan bersejarah yang
dilakukan pada tahun 2017, dipilih bangunan yang
masuk dalam kategori bangunan bersejarah.

d. Analisa Data Gambar 2. Bangunan 2


Keterangan :
1. Identifikasi Karakter Bangunan  Fungsi bangunan
Karakter bangunan yang didapat dari berbagai - Awal : Ruko
sumber, baik melalui obeservasi lapangan - Sekarang : Toko
maupun wawancara.  Fisik bangunan : Kondisi fisik terawat
a) Usia Bangunan, dalam hal ini bangunan 70%
yang diambil sebagai obyek penelitian  Keaslian bangunan : Elemen yang
adalah bangunan yang memiliki umur berubah adalah pintu dan lantai.
diatas 50 tahun sejak didirkannya (55%) , Keaslian bangunan (85%)
bagunan tersebut, sehingga bangunan
tersebut masuk ke dalam kategori 2. Kondisi Bangunan
pelestarian. Hal ini dapat dilihat dari Analisis bangunan dilakukan pada seluruh
pemetaan bangunan berdasarkan tahun bagian bangunan. Analisis tersebut meliputi
pendiriannya menunjukkan bahwa obyek luas bangunan, jumlah dan pola tata ruang
bangunan yang diambil adalah bangunan serta orientasi bangunan hampir tidak ada
yang berusia daiats 50 tahun; perubahan yang signifikan (masih sesuai
b) Fungsi Bangunan, menunjukan bahwa dengan pola aslinya). Analisis secara khusus
bangunan tersebut masih memiliki fungsi dilakukan untuk mengetahui kriteria
yang sama seperti pada saat pertama kali bangunan, yaitu meliputi gaya bangunan
dibangun; dan adalah bangunan kolonial, fungsi bangunan
c) Kondisi Fisik Bangunan, menunjukkan sebagian berubah menjadi took dan gudang
tingkat keterawatan dan keaslian sebagian lagi masih tetap sama dan sebgaian
bangunan; lagi adalah bangunan kosong. Bahan
bangunan yang digunakan untuk renovasi
pada saat terjadi kerusakan menggunakan
bahan bangunan baru sesuai perkembangan
jaman sehingga hal inilah yang mengurangi
kadar keaslian bangunan.

3. Masalah Pelestarian
Analisis dari beberapa peraturan daerah yang
sudah dibuat oleh Pemerintah Kota Mataram
Gambar 1. Bangunan 1 yang berhubungan dengan pelestarian Kota
Keterangan : Tua Ampenan sudah ada, organisasi yang
 Fungsi bangunan dibuat oleh pemerintah daerah sendiri juga
- Awal : Ruko sudah disiapkan kelembagaannya, namun
- Sekarang : Toko dan sarang walet karena tidak ada lembaga khusus yang
 Fisik bangunan : Kondisi fisik terawat menangani masalah cagar budaya Kawasan
60% Kota Tua Ampenan ini, maka belum muncul
petunjuk teknis pelaksanaan pelestarian cagar

Volume 4, No. 4, Desember 2018 http://www.untb.ac.id/Desember-2018/


ISSNNo.2355-9292 Jurnal Sangkareang Mataram|59

budaya ini sehingga pada pelaksanaannya mengurangi nilai keaslian bangunan karena
masyarakat pemilik bangunan melakukan tidak ada petunjuk teknis pelaksanaan
perbaikan dan perawatan bangunan cagar pelestarian bangunan sebagai obyek cagar
budaya tersebut secara mandiri dan kurang budaya.
terarah, sehingga keaslian bangunan cagar 3. Kondisi bangunan tua yang masih tergolong
budaya tersebut dikhawatirkan semakin lama bangunan bersejarah (cagar budaya) di Kota
akan semakin berkurang atau hilang. Tua Ampenan secara fungsi 50% berubah
Kendala–kendala yang terdapat pada kegiatan menjadi toko dan gudang 50% masih berupa
pelestarian dan juga konservasi bangunan– rumah tinggal namun sebagian adalah rumah
bangunan tua yang dilakukan oleh pemerintah kosong. Karena perubahan fungsi ini,
dan masyarakat adalah belum adanya aksi sehingga pada siang hari kawasan ini hidup
nyata dalam usaha perawatan bangunan namun pada malam hari terasa seperti kota
bersejarah tersebut yang ditangani oleh mati karena jarang digunakan sekaligus
pemerintah. Realisasi serta pendanaan sebagai tempat tinggal. Sedangkan secara
kegiatan pelestarian Kawasan Kota Tua kondisi fisik, bangunan ada yang rusak 20%,
Ampenan telah dilakukan oleh pemerintah kurang terawat 50% dan terawatt 30%.
daerah yang tertuang dalam RTBL Kota Tua 4. Untuk prosentasi perubahan dari kondisi asli
Ampenan Tahun 2013 dan secara fisik telah bangunan, rata-rata perubahan terdapat pada
dilaksanakan di beberapa titik. Namun RTBL elemen bahan penutup atap, penutup lantai,
ini lebih menekankan pada fasilitas kawasan jendela dan pintu sebagaian masih asli dan
yang bersifat fasilitas umum dan belum sebagian lagi sudah berubah. Yang agak aneh,
menyentuh pada bangunan tua sebagai obyek pada kawasan jalur arah pelabuhan ampenan
cagar alam yang secara legalitas adalah milik sebagai jalur bangunan dengan usia tertua
masyarakat secara perorangan terdapat perubahan warna dinding yang
sangat mempengaruhi kesan dan citra sebagai
bangunan cagar budaya. Perubahan elemen
PENUTUP ini besarannya berkisar antara 5% – 30%.
a. Simpulan
b. Saran
Penelitian mengenai kajian upaya pelestarian
bangunan bersejarah di kawasan Kota Tua 1. Terbentuknya pedoman untuk
Ampenan ditinjau dari elemen pembentuk karakter pelaksanaan pelestarian kawasan Kota
bangunan. Dari hasilpenelitian sementara, Tua Ampenan sebagai kota pusaka
didapatkan kesimpulan: hendaknya diikuti dengan petunjuk
teknis perawatan dan pemeliharaan
1. Telah dilakukan upaya pemerintah untuk bangunan tua yang masih dikategorikan
membentuk kawasan Kota Tua Ampenan sebagai bangunan bersejarah agar
sebagai kawasan kota pusaka. Dalam upaya terpelihara keasliannya.
tersebut pemeritah daerah telah melakukan 2. RTBL yang disusun hendaknya lebih
usaha untuk menyusun tim kelembagaan fokus kembali pada bangunan tua
dalam melakukan aksi mewujudkan Kota Tua sebagai obyek cagar budaya agar
Ampenan sebagai kota pusaka. Terdapat pula pelestarian kawasan tersebut dapat
pedoman untuk melakukan tindakan tercapai. Peran pemerintah bersama
pelestarian Kota Tua Ampenan sebagai cagar masyarakat sebagai pemilik bangunan
budaya sehingga dapat terwujud kawasan hendaknya diwujudkan secara nyata
kota pusaka Kota Mataram sebagai tujuan dengan memberikan penganggaran dan
pemerintah daerah. pendampingan proses preservasi
2. Beberapa usaha pelestarian dilakukan dengan konservasi bangunan tua.
diwujudkannya RTBL Kota Tua Ampenan 3. Perbahan fungsi bangunan hendaknya
Tahun 2013, namun penataan kawasan ini diarahkan agar mampu menciptakan
cenderung lebih mengarah pada area fasilitas revitalisasi kawasan, sehingga kawasan
umum seperti trotoran dan area terbuka, dapat hidup selama 24 jam bukan hanya
sedangkan untuk bangunan tua sendiri pada siang hari saja. Sektor wisata di
sebagai obyek cagar budaya belum dilakukan kawasan ini perlu dikembangkan agar
realisasi perawatan secara fisik oleh mampu menjadi pembangkit kegiatan
pemerintah. Perawatan bangunan dilakukan kawasan di pagi hari, siang hari dan sore
secara mandiri oleh masyarakat sehingga hari. Perubahan fisik bangunan yang
perubahan-perubahan yang terjadi semakin berkisar 5 – 30% masih dapat

http://www.untb.ac.id/Desember-2018/ Volume 4, No. 4, Desember 2018


60|Jurnal Sangkareang Mataram ISSNNo.2355-929

dikembalikan keasliannya dengan usaha danKonservasi.Jakarta: Djambatan


restorasi bangunan sehingga preservasi Budiharjo, E. 1997. Arsitektur
dan konservasi Kota Tua Ampenan dapat sebagaiWarisan Budaya.Jakarta:
dijalankan untuk mewujudkan Kota Tua Djambatan
Ampenan sebagai kota pusaka.
Dobby, Al. 1984.Conservation and Planning.
London: Hunchinson
DAFTAR PUSTAKA Farchan, A. 1992. Pengantar Metoda Penelitian
Kualitatif .Usaha Nasional.
Akihary, H. 2006. Ir. F.J.L.Ghijsels: Architect in Surabaya.
Indonesia. Utrecht: Seram Press.
Fitch,J.M.1992. Historic Preservation: Curatorial
Antariksa.2010. Tipologi Wajah Bangunan dan Management of The Build World.
Riasan dalam Arsitektur Kolonial New York: McGraw Hill Book
Belanda. company.
http://antariksaarticle.blogspot.com
/2010/05/tipologi-wajah-bangunan- Moleong, Lexy, 2005.Metodologi Penelitian
danriasan.html. (diakses 27 Kualitatif Edisi Revisi. Bandung,
Februari 2011) Remaja Rosdakarya
Attoe, W. 1989. Perlindungan Benda Bersejarah. Hastijanti,R.2008.Analisis Penilaian Bangunan
Dalam Catanese, Anthony J. dan Cagar Budaya.
Snyder, James C. (Editor). Kerr,J.1982.The Conservation Plan: A Guide to the
Perencanaan Kota: 413-438. Preparation of Conservation Plans
Jakarta: Erlangga. for European Cultural
Badan Pelestarian Pusaka Indonesia.2003. Piagam Significant.New South Wales: The
Pelestarian Pusaka Indonesia. National Trust ofAustralia.
http://www.indonesianheritage.org/ Krier, R. 1988. Komposisi Arsitektur.Jakarta:
produk-hukum/74-piagam- Erlangga.
pelestarian-pusakaindonesia. html.
(diakses 3 Maret 2011) Tonapa , Yenie Naftalia, 2015.Kajian Konservasi
Bangunan Kuno Dan Kawasan
Anonim1. 2015. Menengok Sejarah masa Silam Bersejarah Di Pusat Kota Lama
Lombok di Kawasan Ampenan Manado, Jurnal Ilmiah.
Kuno. lombok.
panduanwisata.com/wisata-sejarah/ Pontoh, N.K. 1992. Preservasi dan Konservasi
menengok-sejarah-masa-silam- Suatu Tinjauan Teori
lombok-di- kawasan-ampenan- Perancangan Kota. Jurnal PWK,IV
kuno/. diakses tanggal 10 (6):34-39.
Desember 2015 pukul 10.15 Wita. .
2
Anonim . 2013. RTBL Kawasan Kota Tua
Ampenan, Kota Mataram, Provinsi
Nusa Tenggara Barat, 2013,
Kementrian Pekerjaan Umum,
Direktorat Jenderal Cipta Karya,
Direktorat Penataan Bangunan dan
Lingkungan.
Anonim3. 2011. Peraturan Daerah Kota Mataram
Nomor 12 Tahun 2011 Tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah
2011-2031, Mataram
Anonim4. 2010. Undang-undang nomor 11 tahun
2010 tentang Cagar Budaya.
Budihardjo, E. 1985.Arsitektur dan Pembangunan
Kota di Indonesia.Bandung:
Alumni. Budiharjo, E.
1997.Arsitektur Pembangunan

Volume 4, No. 4, Desember 2018 http://www.untb.ac.id/Desember-2018/

Anda mungkin juga menyukai