Anda di halaman 1dari 16

MODEL SPATIAL ANALYSIS

UNTUK PENILAIAN BANGUNAN CAGAR BUDAYA


DI KOTA GRESIK

Andi Putranto
Departemen Arkeologi,Fakultas Ilmu Budaya, UGM, Jalan Sosio Humaniora , Bulaksumur, Sleman, DIY
email: andi.fib@ugm.ac.id

Abstract. Gresik is one of the old cities in Java that has experienced a period of appearing and
developing for a long time. In Gresik, there are many archaeological remains in the form of old
buildings, especially from the colonial period, which are scattered in several regions in the city of
Gresik. The assessment of cultural heritage, especially of the types of buildings so far has been
carried out, especially in the framework of preservation and cultural resource management,but not
much is known about the mechanism. Therefore, in this study a valuation model is proposed using
a tiered quantitative analysis method derived from spatial analysis methods with a weighting factor.
In this study proposed building ratings are building class D = Poor, building class C = Moderate,
building class B = Good, and building class A = Excellent.
Keywords: spatial analysis, historic building, GIS, quantitative,valuation

Abstrak. Gresik merupakan salah satu kota lama di Pulau Jawa yang telah mengalami masa muncul
dan berkembang dalam kurun waktu yang cukup lama. Di Gresik banyak dijumpai tinggalan
arkeologis berupa bangunan tua, khususnya dari periode kolonial yang tersebar di beberapa kawasan
di Kota Gresik. Penilaian cagar budaya, khususnya jenis bangunan, selama ini telah dilakukan
terutama dalam rangka penyusunan rekomendasi untuk penetapan dan kepentingan terkait dengan
pelestarian, tetapi belum banyak diketahui bagaimana mekanismenya. Oleh karena itu, di dalam
penelitian ini diajukan model penilaian dengan menggunakan metode analisis kuantitatif berjenjang
dengan faktor pembobot. Metode ini merupakan implementasi dari metode spatial analisis dalam
kajian GIS (Geographic Information System). Dalam penelitian ini diajukan peringkat bangunan,
yaitu kelas bangunan D = Kurang, kelas bangunan C = Cukup, kelas bangunan B = Baik, dan kelas
bangunan A
= Istimewa
Kata kunci: Gresik, bangunan tua, spatial analysis, GIS, kuantitatif

1. Pendahuluan selanjutnya dilakukan melalui mekanisme


Dinamika perkembangan sebuah kota penilaian yang akan menghasilkan rekomendasi
yang memiliki peninggalan bangunan tua yang penetapan bangunan cagar budaya yang telah
cukup banyak jumlahnya perlu dilakukan kajian dinilai. Dalam hal ini, tentu saja akan dilakukan
komprehensif dan sistematis. Salah satu kajian mekanisme yang serupa, apa pun perlakuan
yang sering dilakukan adalah kajian tentang yang akan diterapkan terhadap bangunan cagar
nilai penting bangunan yang akan budaya dalam konteks pelestarian.
direkomendasikan sebagai bangunan cagar Selama ini penilaian terhadap bangunan
budaya. cagar budaya lebih banyak menggunakan
Penentuan kriteria bangunan cagar budaya pendekatan kualitatif yang memiliki kelemahan
dalam konteks penilaian memang telah dalam pengolahan data sehingga sulit untuk
dilakukan dengan menggunakan berbagai cara menghasilkan nilai yang bersifat mutlak dan
yang ditentukan dan disepakati oleh tim ahli terukur secara konsisten. Model penilaian
cagar budaya yang telah terbentuk. Hasil
pengamatan

1
Naskah diterima tanggal: 13 November 2018, diperiksa: 14 November 2018, dan disetujui: 30 November 2018

2
AMERTA, Jurnal Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Vol. 37 No. 25, Desember 2018 : 132-
144

kuantitatif jarang digunakan, khususnya di akhir bangunan tua di Kota Gresik .


bidang kajian pelestarian cagar budaya di Gresik memiliki cukup banyak tinggalan
arkeologi. Model ini lebih banyak digunakan bangunan tua. Bangunan itu memiliki karakter
dalam bidang ilmu geografi, kehutanan, arsitektur Cina (Tiongkok), kolonial, dan
terutama berkaitan dengan evaluasi lahan, ilmu campuran, baik yang telah maupun yang hingga
tanah, dan sedikit pada ilmu arsitektur. saat ini belum ditetapkan sebagai bangunan
Penggunaan model penilaian yang bersifat cagar budaya sesuai dengan amanat UUCB No.
kuantitatif akan memperoleh kelebihan, yang 10.Tahun 2011 (Anonim, 2014, 35). Penelitian
pada tiap kriteria penyusun parameter tersebut dengan menggunakan metode ini telah
dapat diolah dengan algoritma matematis. pernah penulis lakukan di beberapa kota yang
Selanjutnya, dengan menggunakan statistik memiliki tinggalan bangunan tua, seperti di
sederhana akan diperoleh nilai yang terukur dan Solo dan Lasem. Setiap kota tersebut memiliki
konsisten. Pendekatan seperti itu merupakan karakteristik bangunan tua yang berbeda,
bagian dari pemodelan spatial analysis dalam baik dari aspek arsitektural, sejarah maupun
GIS. Spatial analysis dalam GIS adalah sebuah lingkungan fisiknya (Putranto et.al, 2015 :
gagasan analisis dengan cara menyusun 2017). Penelitian ini menerapkan model
parameter dalam bentuk layer serta mencoba pendekatan spatial analysis yang secara
menjelaskan hubungan keterkaitan antar-layer kuantitatif menghasilkan penilaian terhadap
parameter tersebut seperti dapat dilihat pada kriteria yang telah disusun sebelumnya dalam
skema di bawah ini: menentukan nilai akhir bangunan cagar budaya
serta akan menghasilkan peringkat kelas
bangunan. Luaran/hasil penelitian ini adalah
penilaian parameter yang dapat teramati secara
nyata di lapangan dan menghasilkan kelas
bangunan berkaitan dengan peringkat bangunan
tersebut.
Diharapkan secara optimistik penelitian
ini dapat memberikan alternatif yang sistematik
dan efisien terhadap kegiatan pelestarian
bangunan cagar budaya yang menjadi bagian
dari kegiatan penilaian (assessment) untuk
kelengkapan dokumen, khususnya dalam
memberikan rekomendasi, baik penetapan
bangunan cagar budaya maupun penanganan
lainnya dalam konteks pelestarian cagar budaya
di wilayah lain di Indonesia.
Gambar 1. Skema Spatial Analysis dalam GIS
(sumber:http//www.esri.com)
2. Metode
Instrumen yang memuat parameter
Penelitian ini akan merumuskan kriteria penilaian dan juga parameternya disusun
dari parameter untuk penilaian bangunan tua berbasis model penilaian bangunan pernah
di Kota Gresik. Penelitian ini juga sekaligus dibuat oleh Harold Kalman dan digunakan di
melakukan penilaian dengan menggunakan Amerika Serikat pada tahun 1980-an (Kalman,
model spatial analysis untuk memperoleh nilai 1980). Perubahan/modifikasi akan dilakukan
sesuai dengan kondisi dan kebutuhan penelitian Tabel 1. Skoring Parameter Bangunan
karena instrumen tersebut jarang digunakan No Parameter Skor Bobot
dalam penilaian bangunan tua di Indonesia. Arsitektur: Gaya/style
1 Konstruksi Periodisasi Arsitek Desain
Parameter penilaian yang digunakan dan Interior
diajukan dalam penelitian ini adalah:
1--4 2
1) Arsitektur; dengan indikator parameter
yang dinilai meliputi gaya, konstruksi, periode/
umur, arsitek, desain, daninterior; 2)
Kesejarahan; dengan indikator parameter yang
2 Kesejarahan:
dinilai meliputi keterkaitan dengan tokoh, Tokoh
peristiwa bersejarah, konteks kesejarahan; M Kesesu
3) Lingkungan; o ian
dengan m Adapta
indikator parameter e si
n Publik
yang dinilai meliputi Fasilit
t
keberlanjutan, tata u as
letak, dan m Pembi
/ ayaan
simbol/landmark;
4) Pemanfaatan; p
dengan indikator e
parameter yang dinilai r
i
meliputi kesesuaian, s
adaptasi, publik, t
utilitas, pembiayaan; 5) i
w
Integritas dan a
Otentisitas; dengan
indikator parameter K
yang dinilai meliputi o
n
situs (kedudukan), t
alterasi (pengubahan), e
dan kondisi struktur. k
s
Setiap indikator
Lingkungan:3Keberlanjutan Tata Letak Landmark
parameter akan diberi
skor/nilai 1--4. Angka 1--4 2
1--4 secara ekspresi
kualitatifnya 4
menunjukkan P
perbedaan nilai dari e
rendah ke yang paling m
a
tinggi (deret angka).
Integritas:
5 Kedudukan Alterasi Kondisi n
Proses penilaian atau
1--4 f 2
skoring terhadap a
a
indikator
t
parameter di atas a
merupakan inti dari
penelitian n

134
1--4 2 3. Hasil Penelitian waktu sejarah serta
dan Pembahasan prinsip keaslian nya
1--4 Penilaian (Grementieri 2003).
terhadap bangunan Gaya
ini. Indikator tersebut Gajah Mungkur dan yang berpotensi arsitektur bangunan
dapat teramati Gedung Nasional untuk ditetapkan kolonial yang ada di
dengan jelas dan Indonesia. sebagai bangunan Indonesia secara
harus diupayakan cagar budaya umum dapat
tidak menimbulkan seharusnya dikelompokkan: 1)
bias secara subjektif berlandaskan Gaya Kolonial atau
peneliti. Selanjutnya, prinsip preservasi verandah colonial
parameter di atas modern. Unsur merupakan gaya
diberi nilai bobot pokok dalam bangunan sebagai
yang tidak sama, prinsip tersebut di simbol adaptasi
yaitu 1 atau 2. antaranya adalah arsitektural dengan
Pengertian bobot di integritas dan iklim tropis di
sini dibedakan otentisitas atau wilayah Asia
dengan skor dengan kata lain Tenggara, termasuk
(Suharyadi 2005; adalah kesatuan, di Indonesia. Ciri
Putranto et.al , 2015; baik bangunan dikenali
2017). antarkomponen dari bentuk atap yang
Hasil nilai akhir bangunan maupun miring serta adanya
dari perhitungan dengan lingkungan teras (beranda) yang
akan dikelompokkan di sekelilingnya terdapat
secara kelas interval dalam perjalanan
menjadi empat kelas pada bangunan. militer,
dengan urutan a) Bangunan ini lebih pemerintahan,
Istimewa; b) Baik; banyak dibangun oleh industri, dan
c) Cukup; dan d) para teknisi, surveyor, pendidikan.
Kurang bukan oleh ahli atau Bangunan yang
Beberapa arsitek bangunan; 2) termasuk gaya
bangunan yang ada Gaya Imperialis, imperialis ini di
di Kota Gresik yang berkembang dalam antaranya adalah Art
menjadi objek periode 1870--1940, Deco, Art Noveau,
penelitian adalah yang merupakan dan Niuwe Bouwen;
Depot Hidayah simbol kekuasaan 3) Gaya Orientalis,
(Kawasan Kota kaum penjajah. Pada yaitu gaya perpaduan
Lama), Rumah masa ini banyak antara unsur Barat
Merah di Kemasan, bangunan yang dan unsur lokal, yang
bangunan Kantor dibangun berkaitan mencerminkan
Pos, bekas Stasiun dengan prasarana atau ketertarikan bangsa
Kereta Api Lama, infrastruktur penjajah terhadap
bangunan Kafe de pendukung eksotisme daerah
Lodjie di Kawasan imperialisme, seperti jajahan. Gaya ini
Kota Lama, Rumah jalan kereta api, melambangkan suatu
pelabuhan, sarana sifat yang ingin
135
menunjukkan pencarian sebagai pedagang dan perajin. a. Rumah Merah,
bahwa bangsa Barat (Belanda) rumah Gajah
Barat adalah Peta 1. Peta Kawasan
Kota Lama Gresik pada era kolonial Mungkur, dan
bangsa penguasa (sumber peta oleh disebut dengan stasiun lama di
yang memiliki penulis)
Grissee. Hal ini sesuai kawasan
kedudukan lebih dengan topologi kota Kemasan
tinggi daripada yang tercantum pada b. Depot Hidayah,
masyarakat lokal di peta lama. Sebagian Gardu Suling di
daerah besar masyarakatnya Kawasan Bedilan
jajahannya.Gaya ini memiliki mata dan Pekelingan
tidak jarang pencarian sebagai c. Depot Lodjie dan
diadaptasi kembali pedagang dan perajin. Kantor Pos di
di negara asal para Setidaknya Kawasan Kota
penjajah Gresik berkembang Lama
(Muramatsu; Zenno melalui lima tahap
2003: 114 - 118). yang dimulai kurun 3.2 Dokumentasi dan
waktu tahun 1480- Desripsi Data
3.1 Bangunan -1916 (Rizki, et.al 3.2.1 Rumah Merah
Tua di Kota Bangunan
Gresik 2009, 92 - 93). Secara
garis besar wilayah Rumah Merah terletak
Gresik atau di Kawasan Kemasan
Kota Lama Gresik
Gersik merupakan memiliki sejarah yang
dapat dibagi menjadi
salah satu wilayah
beberapa kawasan, cukup signifikan
di Jawa Timur yang
yaitu terkait dengan sejarah
menjadi kota
Lama, Kawasan kepemilikan bangunan
pelabuhan awal
yang menjadi salah
satu pusat
perekonomian di
Jawa. Gresik oleh
bangsa Barat
(Belanda) pada era
kolonial disebut
dengan Grissee.
Hal ini sesuai
dengan topologi
Kemasan, Kawasan tersebut. Rumah
kota yang
Pekelingan dan Merah sebenarnya
tercantum pada
Bedilan, serta tidak terdiri atas satu
peta lama. Sebagian
Kawasan Pecinan yang bangunan saja, tetapi
besar
ditandai oleh ciri beberapa unit
masyarakatnya
arsitektur bangunan bangunan karena
memiliki mata
lama yang berada di sejarahnya berasal dari
dalam setiap kawasan satu pemilik. Rumah
tersebut. Bangunan di Merah
kawasan tersebut di
antaranya: Gambar 2. Peta Lama Kota

136
Gresik (sumber : http// Dian Ariestadi dkk, 2017:
semboyan35.com dalam 3) Zaenudin sebagai ahli walet tersebut. Inilah
waris). yang
di Kawasan wilayah distribusinya
Gaya membedakannya
Kemasan adalah mencakup seluruh
arsitektur dengan bangunan
warisan Haji Umar Jawa, termasuk
bangunan Rumah berarsitektur kolonial
Merah ini serupa lainnya yang benar-
dengan bangunan benar dibuat dan
yang terdapat di dijadikan tempat
Kawasan Kota tinggal oleh orang
Lama, Semarang, Belanda.
yang sering
disebut dengan 3.2.2 Rumah Gajah
gedung Marba. Mungkur
Rumah Merah di Bangunan ini
Kemasan ini terletak di Kawasan
bin Ahmad yang Batavia, ibu kota
dibangun oleh Kemasan dan
pada tahun 1855 Hindia Belanda pada
mulai bermukim di waktu itu (hasil arsitek yang tidak memiliki sejarah
kawasan tersebut. wawancara dengan diketahui yang tidak atau
Sebelumnya adalah narasumber Bapak namanya, tetapi kurang terungkap.
salah seorang tokoh Umar kemungkinan Pemiliknya masih
pengusaha emas hanya mencontoh berkerabat dengan
Foto 1. Fasad Atas Rumah
Cina bernama Bak Merah (Sumber: Putranto) gambar sketsa dan Haji Umar, pendiri
Liong yang dikerjakan oleh NV Kemasan. Secara
Foto 2. Fasad Depan Rumah
mendirikan usahanya Merah (Sumber: Putranto) para tukang Cina. tidak langsung masih
di kawasan tersebut. Motif dekorasi ada keterkaitan
Haji Umar kemudian Foto 3. Lingkungan Rumah
Merah (Sumber: Putranto)
hiasan bagian bangunan ini dengan
pada tahun 1890 interior dan aktivitas
mendirikan eksterior bangunan perdagangan dan
perusahaan berupa simbol perekonomian pada
penyamakan kulit burung walet masa tersebut. Gaya
karena rumah di arsitektur bangunan
sini digunakan ini mirip dengan
sebagai untuk gaya arsitektur
sarang burung Rumah Kalang di
walet yang Kawasan Kotagede
memiliki nilai Yogyakarta dan
ekonomis tinggi mirip juga dengan
pada masa itu. satu bangunan di
Bangunan juga Lasem, Jawa
NV Kemasan dengan dilengkapi dengan Tengah.
jendela dan pintu
semu dengan
tujuan untuk
keamanan dari
sarang burung
137
Foto 4. Fasad Rumah
Gajah Mungkur (Sumber:
Putranto)

138
Foto 5. Fasad Rumah Gajah Mungkur (Sumber: Putranto)
Foto 7. Depot Hidayah & Gardu Suling (Sumber: Putranto)

3.2.3 Bangunan Depot Hidayah


Bangunan Depot Hidayah berupa satu
unit bangunan yang berada di Pekelingan-
Bedilan yang merupakan kawasan pusat
perkantoran dan perniagaan Belanda pada
periode IV dalam tahapan perkembangan Gresik
(Rizki, et.al. 2009, 92 - 93). Bangunan ini
menjadi satu rangkaian deretan dengan
bangunan sejenis dan bangunan Gardu Suling
yang berfungsi sebagai menara gauge yang
digunakan sebagai sirine tanda bahaya.

Foto 6. Fasad Depot Hidayah (Sumber: Putranto)


Foto 8. Interior Depot Hidayah (Sumber: Putranto)
3.2.4 Bangunan Kafe de Lodjie arsitektur empire style yang terletak di kawasan Kota
Bangunan Kafe de Lodjie memiliki gaya Lama Gresik, yakni pusat perniagaan dan
pemerintahan pada era Hindia Belanda dan masa kolonial. Hal ini sejalan dengan kondisi
berkembang pada periode IV. Perkembangan bangunan di sekitarnya yang merupakan
Kota Gresik terlihat dalam kurun waktu 1748- bangunan kolonial dominan bergaya empire
-1916. Bangunan ini sekarang dimanfaatkan style. Letak kawasan Kota Lama Gresik yang
(adaptive-reuse) sebagai rumah makan atau sangat dekat pelabuhan juga mendukung posisi
kafe. Tidak diperoleh informasi tentang sejarah strategisnya. Bangunan Kantor Pos ini telah
pembangunan dan kepemilikannya. Pada mengalami perubahan, terutama pada bagian
bangunan Kafe de Lodjie terdapat beberapa terasnya. Hal ini dilakukan kemungkinan untuk
perubahan terkait dengan penggunaannya Pada menyesuaikan fungsinya saat ini sebagai kantor
bagian halaman belakang ada bangunan baru
pos dan giro. Bagian belakang bangunan relatif
dan sedikit perubahan pada bagian interiornya.
masih dalam kondisi asli, tetapi tampak tidak
terawat.
3.2.5 Bangunan Kantor Pos
Bangunan Kantor Pos terletak di kawasan 3.2.6 Stasiun Lama Gresik
Kota Lama Gresik, satu rangkaian jalan dengan
Stasiun Lama Gresik terletak di dekat
bangunan Kafe De Lodjie. Kantor Pos ini
pelabuhan, masih bertetangga dekat dengan
adalah bekas bangunan gudang VOC pada
Kawasan Kemasan. Stasiun ini dibangun
semasa dengan pertumbuhan Kota Lama di
Gresik sebagai sarana transportasi, baik barang
maupun orang, menuju ke wilayah lain di Pulau
Jawa. Akan tetapi, pada sekitar tahun 1916,

Foto 9. Kafe De Lodjie (Sumber: Putranto) Foto 10. Interior Kafe De Lodjie (Sumber: Putranto)

Foto 11. Halaman Belakang Kafe De Lodjie (Sumber: Putranto) Foto 12. Interior Kafe De Lodjie (Sumber: Putranto)
Foto 14. Fasad Bangunan Foto 15. Fasad Bangunan Foto 13. Fasad Bangunan Foto 16. Samping Bangunan
Kantor Pos Gresik (Sumber: Kantor Pos Gresik (Sumber: Kantor Pos Gresik (Sumber: Kantor Pos Gresik (Sumber:
Putranto) Putranto) Putranto) Putranto)

Foto 17. Fasad Stasiun Lama Gresik (Sumber: Putranto)

ketika pusat perekonomian di Jawa Timur aslinya. Bagian atap emplasemen yang terbuat
bergeser ke Surabaya, peranan stasiun ini mulai dari bahan logam banyak mengalami kerusakan.
berkurang karena distribusi barang di Gresik
Lingkungan di sekitarnya telah menjadi
dialihkan ke Surabaya. Kondisi Stasiun Lama
permukiman padat penduduk.
Gresik ini masih relatif utuh, tetapi tidak
terawat. Fungsinya telah berubah menjadi
warung kopi di bagian peron, sedangkan 3.2.7 Gedung GNI
emplasemen telah menjadi garasi untuk Gedung GNI terletak di luar kawasan
kendaraan masyarakat yang bermukim di yang dahulu merupakan gedung tempat acara
sekitarnya. Rel kereta api sebagai pertanda bukti kesenian atau gedung pertunjukan pada tahun
sebuah stasiun sudah tidak tampak. Lantai khas 1960 an. Gedung ini memiliki beberapa ciri
stasiun kereta api lama di Jawa masih tampak gaya arsitektur Art Deco, seperti bentuk fasad
atau sesuai dengan
Foto 18. Bagian Belakang Foto 19. Lantai Emplasemen Foto 20. Lantai Emplasemen Foto 21. Atap Emplasemen
Bangunan Stasiun Lama Stasiun Lama Gresik Stasiun Lama Gresik Stasiun Lama Gresik
Gresik (Sumber: Putranto) (Sumber: Putranto) (Sumber: Putranto) (Sumber: Putranto)

yang mengesankan bentuk kubus, adanya Selain di kota ini, nama gedung GNI juga
hiasan rooster/angina. Pada tahun 1960-an dijumpai di Surabaya dengan langgam arsitektur
juga sering muncul sebutan era kebangkitan yang berbeda.
kembali gaya Art Deco di dunia. Pada saat
ini gedung GNI tidak lagi difungsikan sebagai 3.3 Penilaian dan Klasifikasi Bangunan
gedung pertunjukan. Kondisi eksterior,
Sesuai dengan metode yang telah
khususnya fasad, relatif terawat dengan baik,
disebutkan di atas, setiap bangunan yang
tetapi bagian interior, tepatnya bagian belakang
menjadi sampel penelitian akan diberi penilaian
(backstage), sangat tidak terawat. Pada beberapa
sesuai dengan parameter penilaian. Parameter
tempat dijumpai kerusakan, seperti dinding yang diamati diberi skor dan setiap parameter
mengelupas, berjamur, dan lembab. Bagian diberi pembobotan. Pembobotan dilakukan
interior dan panggung cukup baik kondisinya. dengan tujuan agar nilai setiap parameter tidak
Lokasi gedung ini sangat strategis karena berada sama dalam menunjukkan kenyataan yang ada
tepat di pertigaan jalan utama di Kota Gresik. di lapangan mengenai kedudukan setiap
parameter

(Searah jarum jam) Foto 22. Fasad Gedung GNI Gresik (Sumber: Putranto); (Foto 23. Fasad Gedung GNI Gresik (Sumber:
Putranto); Foto 24. Interior Gedung GNI Gresik (Sumber: Putranto)
dalam memberikan skor akhir penilaian Istimewa; B = Baik; C = Cukup dan D = Kurang.
bangunan tua. Nilai bobot 2 diberi untuk Hasilnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
parameter arsitektur, kesejarahan, lingkungan
dan integritas karena parameter- tersebut Tabel 4. Nilai Interval Bangunan
memiliki kontribusi yang seimbang dalam No. Nilai Interval Kelas Bangunan
menentukan peringkat bangunan yang layak 1. 116 - 140 A
dikategorikan sebagai bangunan cagar budaya. 2. 89 - 115 B
Parameter pemanfaatan diberi nilai bobot 1 3. 62 - 88 C
karena memiliki kontribusi lebih rendah dalam 4. 35 - 61 D
menentukan peringkat bangunan sebagai cagar
budaya dibandingkan dengan parameter lainnya. Apabila tabel hasil penilaian bangunan
Definisi bobot di sini dapat dijelaskan secara tua tersebut dikelompokkan sesuai dengan
ringkas: parameter dengan bobot 2 memiliki interval kelasnya, akan diperolah hasil akhir
bobot yang lebih besar dari bobot 1. Berikut kelas bangunan tua sebagai berikut:
tabel parameter dan bobot setiap parameternya.
Tabel 5. Kelas Bangunan
Tabel 2. Bobot Parameter No. Nama Bangunan Skor Kelas
No Parameter Bobot Akhir Bangunan
1. Arsitektur 2 1. Rumah Merah 122 A
2. Kesejarahan 2 2. Kantor Pos 117 A
3. Lingkungan 2 3. Gajah Mungkur 109 B
4. Pemanfaatan 1 4. Kafe Lodjie 106 B
5. Integritas 2 5. GNI 99 B
6. Stasiun Lama 92 B
Hasil penilaian akhir terhadap bangunan 7. Depot Hidayah 91 B
tua di Gresik adalah sebagai berikut.
Pengelompokan kelas bangunan di atas
Tabel 3. Hasil Penilaian Akhir menghasilkan jenjang kelas bangunan di Gresik
No Nama Bangunan Skor Akhir dari tujuh sampel bangunan tua yang diamati.
1. Rumah Merah 122 Hasilmya ada dua kelas bangunan, yaitu kelas A
Kemasan dan B. Kelas A adalah kelas bangunan Istimewa,
2. Rumah Gajah 109 yaitu bangunan Rumah Merah di Kemasan dan
Mungkur bangunan Kantor Pos di kawasan Kota Lama.
3. Depot Hidayah 91
Kelas B adalah kelas bangunan Baik, yaitu
4. Kafe Lodjie 106
Gajah Mungkur, Kafe Lodjie, GNI, Stasiun
5. Bangunan Kantor Pos 117
6. Gedung GNI 99
Lama Gresik, dan Depot Hidayah. Secara detail
7. Bangunan Stasiun 92 di bawah ini akan dibahas setiap nilai tertinggi
Lama dan terendah yang diperoleh dari setiap varibel
sebagai hasil penilaian bangunan tua tersebut
Hasil akhir penilaian secara detail dapat sebelum dikalikan bobot.
dilihat pada lampiran penelitian ini. Pada hasil a) Arsitektur: nilai tertinggi diperoleh dari
akhir penilaian dibuat kelas interval untuk bangunan Kantor Pos, yaitu 20. Nilai
menempatkan setiap bangunan pada kelasnya. terendah bangunan Depot Hidayah, yaitu
Kelas tersebut dibagi empat: yaitu kelas A = 16. Bangunan Kantor Pos memperoleh
nilai tertinggi di antara bangunan tua terutama karena nilai subparameter desainnya
lainnya pada parameter arsitektur, bergaya empire style atau Indisch Empire
Style, gaya bangunan pada masa kolonial ketokohan, momentum, dan konteksnya
tahun 1800 –an. Bentuknya bergaya tidak memperlihatkan peranannya dengan
arsitekur yang berasal dan berkembang di jelas.
Prancis (Handinoto, 1994: 2). Skor c) Lingkungan: nilai tertinggi berada pada
terendah adalah gaya yang terdapat pada bangunan Rumah Merah dan Gajah
bangunan Depot Hidayah, yang memang Mungkur di Kawasan Kemasan. Skornya
tidak khas dan tidak merujuk pada gaya adalah 12. Hal ini menunjukkan bahwa
tertentu. Bangunan ini kemungkinan kedua banguan tersebut memiliki
dulu tempat perniagaan yang tidak kontribusi kuat dalam membentuk
didesain secara khusus mengikuti gaya karakter lingkungan di sekitarnya, yang
arsitektur tertentu. memperlihatkan ciri Kawasan Kemasan
b) Kesejarahan: nilai tertinggi dari parameter sebagai permukiman pribumi yang
ini terdapat pada bangunan Kantor Pos bekerja di sektor kerajinan dan
di Kawasan Kota Lama, yaitu 11. Hal perdagangan. Kedua bangunan ini juga
ini bisa terjadi disebabkan oleh aspek menjadi landmark Kota Gresik pada saat
peristiwa dan konteks bangunannya. sekarang ini. Skor terendah jatuh pada
Bangunan Kantor Pos merupakan bangunan GNI, yaitu 7. Nilai ini muncul
bangunan dengan ciri Indische Empire karena memang kelompok bangunan
Style dengan tiang kolom berbentuk pilar tersebut berada di luar Kawasan Lama
pada bagian sekeliling bangunan tersebut. Gresik, yang memiliki fungsi sebagai
Gaya ini sangat khas menunjukkan gedung pertunjukan, tetapi tidak
tren pada tahun 1800-an sebagai gaya berkontribusi pada lingkungan
arsitektur bangunan kolonial yang sekitarnya. Bangunan GNI tidak dapat
identik dengan kepemilikan serta fungsi dikatakan sebagai landmark Kota Gresik.
bangunan terkait dengan sejarah dan d) Pemanfaatan: nilai tertinggi diperoleh
dinamika sosial-ekonomi dan politik di bangunan Rumah Merah, yaitu 18.
Indonesia pada masa tersebut. Selain itu, Parameter pemanfaatan dilihat dari
bangunan Kantor Pos ini menunjukkan sudut kesesuain dengan pemanfaatannya
adanya keselarasan dengan lingkungan sekarang ini. Hasil survei menunjukkan
sekitarnya sebagai pusat pemerintahan bahwa Rumah Merah dan bangunan
dan perniagaan yang menghadap ke arah di sekitarnya masih digunakan sebagai
pelabuhan Gresik. Jika dikaitkan dengan rumah tinggal oleh ahli waris/pendiri
fungsinya yang lama sebagai gudang rumah tersebut.
VOC, hal ini memperkuat identitasnya Dalam kaitannya dengan
sebagai bangunan yang berhubungan pemanfaatannya, tidak dijumpai
dengan bangsa penjajah yang menguasai perubahan yang signifikan terhadap
bidang sosial, ekonomi, dan politik di ciri/karakteristik bangunan tersebut.
Indonesia. Skor terendah jatuh pada Kondisi ini juga memungkinkan
bangunan Depot Hidayah dan Gajah pembiayaan yang tidak terlalu besar
Mungkur, yaitu 6. Hal ini disebabkan dalam pemeliharaannya. Skor
oleh aspek kesejarahan yang berkaitan terendah diperoleh bangunan Stasiun
dengan Lama Gresik, yaitu 10. Pada saat ini
pemanfaatannya jauh dari fungsi aslinya
sebagai tempat perhentian kereta api.
Kini sebagian digunakan untuk warung
kopi dan sebagian ruangan dibiarkan
kosong. Bangunan ini dikelilingi
No Parameter Subparameter
permukiman padat dan tempat parkir
B Kesejarahan Tokoh
kendaraan. Pemulihan kondisi bangunan Momentum/peristiwa
yang tidak terawat tentu membutuhkan Konteks
biaya yang cukup besar. Pengembalian C Lingkungan Keberlanjutan
ke fungsinya sebagai stasiun kereta api Tata Letak
juga sangat bergantung pada perencanaan Landmark
pembangunan wilayah yang lebih makro. D Pemanfaatan Kesesuian
Adaptasi
e) Integritas: yaitu parameter yang terkait Publik
dengan kondisi eksisting bangunan Fasilitas
secara fisik terhadap lingkungannya dan Pembiayaan
kondisi bangunan itu sendiri. Nilai E Integritas Kedudukan
Alterasi
tertinggi diperoleh bangunan Rumah
Kondisi
Merah, yaitu
12 karena masih berada di tempatnya
Keseluruhan parameter dan subparameter
(in situ). Bangunan ini tidak mengalami
di atas dapat diamati langsung di lapangan.
perubahan yang mencolok (relatif tetap)
Selain itu, untuk memukan nilai yang
dan kondisinya sangat terawat. Sifat
komprehensif diperlukan tambahan keterangan,
kepemilikan dan fungsinya masih sama
baik dari narasumber maupun studi pustaka.
sebagai rumah ---tinggal. Nilai terendah
Terkait dengan pembobotan untuk setiap
diperoleh bangunan Stasiun Lama, yaitu
parameter, masih diperlukan riset tersendiri
8. Bangunan ini masih berada pada
tapaknya (in situ) dan tidak banyak dalam menentukan nilai bobot dengan cara
mengalami perubahan, kecuali rel kereta mencari masukan dari para pakar yang
api tidak ada lagi. Kondisinya juga berkompeten.
tidak terawat, beberapa bagian atapnya Pengolahan data hasil penilaian setiap
mengalami penurunan kualitas yang subparameter dilakukan dengan menggunakan
cukup berat. algoritma matematika yang telah baku. Secara
keseluruhan hasilnya cukup komprehensif atau
4. Penutup mendekati kondisi sebenarnya di lapangan.
Hasil penelitian ini diharapkan dsapat
Penelitian ini berfokus pada penilaian
dimanfaatkan sebagai kontribusi positif dalam
bangunan tua melalui parameter fisik, yang juga
mengembangkan metode penilaian terhadap
dijadikan sebagai parameter penilaian. Melalui
bangunan tua di kota lain di Indonesia, baik
pengamatan di lapangan, nilai dari setiap
yang belum maupun sudah ditetapkan sebagai
parameter dapat diketahui hasilnya. Parameter
bangunan cagar budaya dalam konteks
yang diterapkan sebagai dasar penilaian dapat
pelindungan dan pelestarian.
dilihat dalam tabel di bawah ini
Dalam melaksanakan penelitian ini ada
beberapa kendala yang ditemukan di lapangan
Tabel 6. Parameter dan Subparameter
dan dapat dijadikan rekomendasi ke depan bagi
No Parameter Subparameter
A Arsitektur Gaya/style para pemangku kepentingan terkait dengan
Konstruksi aksesibilitas dalam melakukan penilaian
Periodisasi bangunan. Dikatakan demikian karena di
Arsitek
Desain lapangan banyak bangunan yang belum atau
Interior tidak dapat diakses hingga detail interiornya.
Sifat bangunan yang masuk wilayah pribadi
anggota masyarakat setempat juga harus “How to Evaluate, Conserve, and
dihormati. Revitalize Modern Architecture in
Asia”. Identification and Documentation
Ucapan Terima Kasih of Modern Heritage. UNESCO World
Peneliti mengucapkan terima kasih dan Heritage Papers 5. France: UNESCO
penghargaan yang tulus kepada semua pihak- World Heritage Centre. Page. 114--118.
yang telah membantu penyelesaian penelitian
Putranto, Andi. 2015. “Integrasi Foto Udara dan
ini, yaitu segenap staf kantor Pemerintah
Sistem Informasi Geografis (SIG) untuk
Kabupaten Gresik, dalam hal ini Bappeda serta
Evaluasi Penentuan Letak Bangunan
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten
Candi di Wilayah Prambanan, Klaten,
Gresik, Provinsi Jawa Timur.
Jawa Tengah dan DIY”. Tesis.
*****
Yogyakarta: Fakultas Geografi UGM.

Daftar Pustaka Putranto, Andi; Sektiadi; Dwi Pradnyawan; dan


Anonim. 2014. Undang Undang Republik Retno Handini. 2015. “Model Penilaian
Indonesia Nomor 11 Tahun 2010 Kriteria Bangunan Cagar Budaya
tentang Cagar Budaya. Kementerian Berbasis Analisis Kuantitatif Berjenjang
Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat dengan Faktor Pembobot: Kajian
Jenderal Kebudayaan, Balai Konservasi Bangunan Cagar Budaya di Kota Solo”.
Borobudur. Laporan Penelitian. Jakarta: Kemdikbud-
BPP Pusat Penelitian Arkeologi Nasional.
Anonim. 2016. Kajian Teknis Fasad Bangunan
Putranto, Andi dan Dwi Pradnyawan. 2017.
Cagar Budaya di Wilayah Bedilan dan
“Penilaian Bangunan Tua di Kota Lasem
Pekelingan. Dinas Pekerjaan Umum
Berdasarkan Metode Analisis Kuantitatif
Kabupaten Gresik.
Berjenjang dengan Faktor Pembobot”.
Grementieri, Fabio. 2003. “The Preservation Laporan Penelitian. Yogyakarta: Fakultas
of Nineteenth and Twentieth Century Ilmu Budaya UGM.
Heritage”. Identification
Rizky, Cahya dan Antariksa 2009. “Pelestarian
and Documentation of
Kampung Kemasan Kota Lama Gresik”.
Modern Heritage. UNESCO World
hlm. 92-93 diunduh 4/6/2018 dari
Heritage Papers 5. France: UNESCO http://www.academia.edu/7024267/
World Heritage Centre. Page. 82-89. Pelestarian_Kampung_Kemasan_Kota_
Handinoto. 1994. “Indische Empire Style: Gaya Lama_Gresik
Arsitektur Tempo Doeloe yang Sekarang Suharyadi dan Aktiva Primananda. 2005.
Sudah Mulai Punah”. Dalam Majalah “Pemodelan Spasial Tingkat Kerawanan
Dimensi Arsitektur, Volume 20. Kecelakaan Lalu Lintas di Surabaya
Desember 1994. hlm. 1-14 diunduh Pusat dengan Memanfaatkan Foto
14/10/2018 dari Udara”. Pertemuan Tahunan MAPIN
http://http://fportfolio.petra.ac.id/user_ XIV. Surabaya: Institut Teknologi
files/81-005/IESTYLE.pdf Sepuluh Nopember.
Kalman, Harold. 1980. The Evaluation of Sumber Online:
Historic Buildings. Ottawa: Minister of
Esri Press Team. 2018. How To Perform Spatial
The Environment.
Analysis.https://www.esri.com
Muramatsu, Shin dan Yasushi Zenno. 2003.

Anda mungkin juga menyukai