Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PELAKSANAAN TARI TORTOR

TAHUN AJARAN 2023/2024

DISUSUN OLEH
TATYANA RAMADHIFFIA
KELAS : VIII . 7

MTSN I PESISR SELATAN

1
2
A. Latar Belakang
Tor-tor merupakan tari tradisi masyarakat Mandailing yang disajikan

dalam berbagai upacara adat salah satunya upacara perkawinan yang

diiringi oleh beberapa alat musik yang disebut dengan Gordang.1 Secara fisik

Tor-tor merupakan tarian yang unik karena gerak yang menciri terletak pada

jari yang selalu digerakan. Gerak jari tersebut pada zaman dahulu digunakan

sebagai media komunikasi untuk menyampaikan pesan-pesan kepada

masyarakat sesuai dengan tor-tor yang ditarikan.

Tor-tor Raja-raja merupakan salah satu Tor-tor yang ada di Nagari

Silayang, Kecamatan Ranah Batahan, Kabupaten Pasaman Barat. Tor-tor Raja-

raja ini khusus ditarikan oleh pemimpin dan tidak boleh ditarikan oleh

masayarakat secara umum. Raja yang dimaksud dalam Tor-tor ini ialah

seorang petingggi atau pemimpin dalam satu daerah suku Mandailing yang

telah menyesuaikan dengan tempat mereka bermigrasi yaitu Minangkabau.

Dalam wilayah Minangkabau seorang pemimpin atau petinggi daerah

disebut sebagai Penghulu.2 Tor-tor ini dipandang lebih tinggi oleh

masyarakat setempat dari tor-tor lainnya. Tor-tor Raja-raja ini biasanya

3
ditarikan pada upacara pernikahan dan penyambutan tamu penting bagi

masyarakat Mandailing. Dalam upacara pernikahan Tor-tor Raja-raja

dipertunjukkan sebagai pembuka acara pernikahan ketika pukulan Gondang

pertama dibunyikan. Tor-tor Raja-raja ditarikan oleh tujuh petinggi dari

masing-masing kampung suku Mandailing yang berbeda marganya.3

Upacara perkawinan masayarakat Mandailing dilaksanakan dengan

serangkaian upacara adat dirumah pengantin wanita (boru na di oli).

Masyarakat Mandailing sangat meyakini bahwa pernikahan adat Mandailing

sangat sakral dan semua keturunannya harus menaati ketentuan tersebut.

Pernikahan adat Mandailing memiliki rangkaian upacara adat yang sangat

panjang yaitu mangalehaen mangan pamunan (acara makan bersama keluarga),

marpokat haroan boru (diskusi antara kedua keluarga), horja haroan boru (pesta

adat), mangalo-alo boru dan manjagit boru (acara arak-arakan kedua mempelai),

panaek gondang (permainan gordang sambilan), mata ni horja (pertunjukan Tor-

tor) dalam rangkaian acara mata ni horja inilah pertunjukan Tor-tor Raja-raja

ditampilkan, kemudian mengalehen gogar (memberikan gelar adat kepada

2
Wawancara dengan Silvianti (31) selaku masayarakat di Nagari Silayang, Ranah
Batahan, 17 Maret 2021
3
Wawancara dengan bapak Jahidin (72), selaku ketua kesenian Gondang Matama
Mandailing di Silayang, Ranah Batahan, 26 Desember 2020

4
mempelai pria), dan terakhir mangupa (memberi pesan adat kepada kedua

mempelai).

Tor-tor Raja-raja ini dapat ditampilkan pada upacara pernikahan di

semua kalangan masyarakat Mandailing Nagari Silayang mulai dari

masyarakat golongan bawah, golongan menengah dan golongan atas yang

melakukan upacara pernikahan (horja haroan boru). Peran Penghulu dalam

suku Mandailing ini tidak membeda-bedakan masyarakat sesuai dengan QS.

An-Hahl : 90 yang artinya : “Sesungguhnya Allah memerintahkan (kamu

pemimpin) berlaku adil dan memberi kasih sayang kepada kaum kerabat dan

Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia

memberi pelajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran”.

Pertunjukan Tor-tor Raja-raja ini sama dengan tor-tor lainya dengan

gerak menciri yang terletak pada jari. Dalam rangkaian bentuk

pertunjukanya tor-tor Raja-raja memiliki beberapa nama gerak pokok, yaitu

gerak sombah (sembah) dan gerak mangayapi (melindungi). Musik pengiring

tor-tor menggunakan instrument yang terdiri dari Seruling, Terompet Batak,

Topot, Tambur, Gong, Atak-atak, Saleot, dan Talempong. Kumpulan alat musik

inilah yang disebut dengan Gordang. Kostum yang digunakan yaitu baju

kemeja, celana hitam, peci dan selendang.

5
Tor-tor Raja-raja merupakan pertunjukan yang dilakukan sebagai

pembuka upacara pernikahan yang memiliki ketentuan keunikan tersendiri

yang hidup dan berkembang sebagai budaya dalam masyarakat Silayang.

Hal inilah yang menjadi ketertarikan bagi penulis untuk meneliti Tor-tor Raja-

raja yang ada di Nagarai Silayang.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah diatas, maka penulis

merumuskan masalah dalam bentuk pertanyaan: Bagaimana Tor-tor Raja-raja

yang ditarikan oleh Penghulu pada upacara perkawinan di Nagari Silayang

Kecamatan Ranah Batahan Kabupaten Pasaman Barat.

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menjawab rumusan masalah yaitu

untuk mengetahui Tor-tor Raja-raja yang ditarikan oleh Penghulu pada

upacara perkawinan di Nagari Silayang Kecamatan Ranah Batahan

Kabupaten Pasaman Barat.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang didapatkan setelah melakukan penelitian ini

diantaranya sebagai berikut:

6
a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan serta pengetahuan

bagi peneliti tentang keanekaragaman budaya terkhusus pada tari Tor-tor

di suku Mandailing Pasaman Barat.

b. Terwujudnya dokumentasi Tor-tor Raja-raja dalam upacara perkawinan

suku Mandailing yang dapat menjadi apresiasi bagi masayrakat.

c. Mendorong generasi muda daerah Pasaman Barat maupun luar Pasaman

Barat untuk melestarikan kesenian tradisi.

d. Menambah wawasan ilmu pengetahuan dan pengalaman dalam

penelitian ilmiah serta dapat menimbulkan motivasi bagi peneliti lain

dalam melakukan penelitian lebih lanjut.

E. Tinjauan Pustaka

Sebelum melakukan penelitian ke lapangan penulis melakukan studi

kepustakaan yang bertujuan untuk mencari data-data dan buku-buku yang

berhubungan dengan objek yang akan diteliti, agar tidak ada kesamaan dari

peneliti sebelumnya. Selain itu untuk memperoleh informasi awal sebelum

melakukan penelitian tentang objek yang akan diteliti. Berdasarkan tinjauan

pustaka yang dilakukan ada beberapa skripsi yang terkait dengan objek

penelitian tentang Tor-tor dan juga topik pembahasan yang sama dengan

kajian pada tulisan ini, yaitu:

7
Defi Eka Putri (2012) dengan skripsi yang berjudul “Perubahan Tor-tor

Dalam Kehidupan Masyarakat Binubu Baru Kecamatan Panti Kabupaten

Pasaman Barat” Institut Seni Indonesia Padangpanjang. Defi Eka Putri

membahas tentang Manortor dalam upacara perkawinan pada masyarakat

suku Batak di Panti Kabupaten Pasaman. Defi Eka Putri mengatakan bahwa

Tor-tor untuk upacara perkawinan merupakan penghormatan kepada orang

tua kedua mempelai, yang telah melahirkan dan membesakanya sampai

ketingkat perkawinan.

Pesta perkawinan merupakan satu upacara adat dalam masyarakat

Binubu, upacara perkawinan dilaksanakan oleh pihak keluarga mempelai

pengantin laki-laki maupun pihak mempelai pengantin perempuan.

Pelaksaan pesta perkawinan ini berlaku bagi masyarakat Binubu Baru, baik

perkawinan dengan masayarakat asli maupun masyarakat pendatang.

Faktor penyebab terjadinya perubahan Tor-tor seperti faktor teknologi,

teknologi komunikasi mempunyai pengaruh yang kuat terhadap

perkembangan kesenian didalam masyarakat pendukungnya. faktor

pariwisata, dengan adanya faktor pariwisata Tor-tor dikemas dalam

pertunjukan hiburan dengan pengemasan jangka waktu yang singkat. Faktor

ekonomi, bagi masayarakat yang berpenghasilan cukup bahkan lebih mereka

menampilkan Tor-tor dalam upacara pernikahan namun bagi mereka yang

8
memiliki penghasilan yang kurang maka dapat ditunda pelaksanaan Tor-tor

sampai mereka mampu melaksanakanya. Terakhir faktor pendidikan, dunia

pendidikan semakin maju, pendidikan akan mendorong masyarakat untuk

mengadakan perubahan terhadap Tor-tor baik secara langsung maupun tidak

langsung.

Perubahan Tor-tor pada masyarakat Binubu juga dapat dilihat dari

bentuk gerak, musik, properti, penari, dan busana. Perubahan pada Tor-tor

ini juga terjadi pada fungsi dalam tari yang dilihat dari bentuk penyajiannya

pada masa lampau, yang berfungsi sebagai upacara adat yang mempunyai

rangkaian urutan tertentu dalam pelaksanaannya. Tulisan ini memberikan

reverensi bagi penulis untuk mengetahui sejarah Tor-tor yang berasal dari

suku batak dimana Tor-tor ini juga di tampilkan pada upacara pernikahan

namun penari dari masing-masing Tor-tor ini berbeda. Sehingga bisa

dijadikan sebagai bahan panduan dalam penulisan penelitian. Perkembangan

Tor-tor juga terdapat pada upacara pernikahan di Nagari Binubu dan

perkembangan Tor-tor juga terjadi. Sehingga tulisan ini bisa dijadikan

panduan untuk melanjutkan tulisan peneliti karena Tor-tor yang di teleti juga

terdapat dalam upacara pesta perkawinan pada Nagari Silayang, Kecamatan

Ranah Batahan.

9
Desi Rahmasari (2020) skripsi yang berjudul ” Perkembangan Tor-tor

Sombah Di Kabupaten Simalungun Provinsi Sumatera Utara” Institut Seni

Indonesia Padangpanjang. Membahas tentang perubahan yang dapat

dipahami dalam pengertian dasar-dasar estetis yaitu suatu penciptaan,

pembaharuan dengan kreativitas menambah maupun memperkaya tanpa

meinggalkan nilai-nilai tradisi yang telah ada seperti pada gerak-gerak pada

Tor-tor Sombah perubahan yang terjadi pada gerak marsombah unduk (sembah

duduk) yang berubah pada level gerak pada penarinya namun tetap

menggambarkan rasa hormat kepada orang yang disembah.

Perubahan fungsi Tor-tor Sombah yang berfungsi sebagai sarana

penyembahan kepada raja atau penyambutan tamu-tamu raja yang

berkunjung ke rumah adat masyarakat Simalungun. Tor-tor Sombah pada

saat ini dipertunjukan sebagai tari penyambutan maupun sebagai tari

hiburan namun tidak menghilangkan nilai-niali tradisi yang ada.

Perkembangan Tor-tor Sombah saat ini tidak terlepas dari pengaruh yang

dating dari dalam (internal) maupun dari daerah luar (eksternal) daerah

Simalungun.

Perkembangan yang terjadi sebab internal yang dimaksud adalah

penyebab perkembangan Tor-tor Sombah yang berasal dari dalam lingkungan

tari maupun masyarakat Simalungun yaitu dijadikan sebagai fungsi

10
pertunjukan. Faktor eksternal yang dimaksud adalah pengaruh yang terjadi

dari luar pelaku dan tradisinya. Sebab ini dapat dilihat dari perjalanan Tor-

tor Sombah yang dari awal tari ini dipertunjukan hanya untuk raja dan

selanjutnya mengalami kemunduran atau tidak pernah dipertunjukan lagi

karena penjajahan Jepang sehingga menyebabkan sistem kerajaan

dihapuskan.

Sejak sistem kerajaan ini dihapuskan Tor-tor Sombah beralih menjadi

tarian yang dipertunjukan ketika upacara adat seperti marhajabuan

(perkawinan), marujung goluh (kematian), rondang bintang (suka cita

purnama), pariama (suka cita waktu panen) maupun marsombah sihol (suka

cita melepas rindu). Skripsi Desi Rahmasari ini memiliki keasamaan dengan

Tor-tor Raja-raja yang di teliti yaitu sama-sama merupa rangkaian dari

upacara pernikahan dan di tampilkan pada saat upacara pernikahan.

Suci Rahmadani (2019) tesis yang berjudul “Tor-tor Toping Huda-

huda Dalam Upacara Sayur Matua Pada Masyarakat Dalig Raya Di

Kabupaten Simalungun Sumatera Utara Dalam Kajian Estetika Purbawi”

Intitud Seni Indonesia Padangpanjang. Tulisan ini membahasa tentang Tor-

Tor Toping Huda-huda yang ada di daerah Simalungun, Sumatera Utara, yang

dilaksankan pada upacara Sayur Matua. Sayur Matua merupakan orang yang

meninggal dunia disaat telah memiliki anak yang semuanya sudah mandiri

11
dan semua anaknya sudah bekeluarga. Upacara ini dilakukan sebagai

penghormatan terakhir untuk orang yang telah meninggal tersebut karena

tugas-tugas dan tanggung jawab sebagai orang tua telah selesai.

Tor-tor Toping Huda-huda merupakan tarian yang bersifat religius, yang

dihadirkan dalam upacara kematian. Tari ini berfungsi untuk menghibur

keluaraga yang ditinggalkan dan untuk menyambut (mangolo-ngolo) keluarga

tondong. Tarian ini ditarikan oleh tiga orang penari yang terdiri dari toping

dahali (topeng laki-laki), toping naboru (penari perempuan) dan toping huda-

huda (orang yang menyerupai bentuk kuda). Iringan musik Tor-tor Toping

Huda-huda diiringi dengan Gongrang Simalungun, Gongrang merupakan

seperangkat alat musik tabuh yang terbuat dari kayu.

Estetika purbawi merupakan bagian dari budaya mistis yang bersifat

religio-magis, seni adalah mediasi penting untuk menghadirkan daya-daya

keilahian sesuai dengan sistem kepercayaan sukunya. Tor-tor Toping Huda-

huda mengandung makna dan nilai yang berhubungan dengan komunikasi

spiritual hubungan antara manusia dengan manusia, manusia dengan Tuhan

dan manusia dengan alam semesta. Hubungan manusia dengan Tuhan

digambarkan pada saat penari Tor-tor Toping Huda-huda melakukan gerak

sembah sambil membungkuk hingga kelantai sembari melakukan gerakan

12
tangan mengayunkan ke samping dan kedua tangan diletakkan di depan

badan.

Suci Rahmadani mengatakan konsep estetika purbawi yang terdapat

dalam Tor-tor Toping Huda-huda pada upacara sayur matua terlihat dalam

kehidupan masyarakat Dalig Raya Simalungun yang masih mempercayai

sistem animisme yaitu percaya terhadap roh-roh yang telah meninggal

dunia. Dari nilai-nilai religi yang dimiliki masyarakat Simalungun yang

beragama Kristen diaplikasikan kedalam sebuah seni yang didalamnya

terdapat tari-tarian dan musik atau nyanyi-nyanyian. Tulisan Suci

Rahmadani ini memiliki perbedaan yang sangat jauh dengan Tor-tor Raja-raja

yang akan di tulis yaitu perbedaan pada fungsi dari masing-masing Tor-tor,

namum dalam maknanya, antar Tor-tor Toping Huda-huda dengan Tor-tor

Raja-raja sama-sama memiliki makna komunikasi.

F. Landasan Teori

Landasan teori dijadikan sebagai pisau pembedah dalam melakukan

sebuah penelitian. Landasan teori dapat berupa pemikiran-pemikiran dari

para ahli yang yang akan di pergunakan untuk membahas masalah yang

dikaji. Pemecahan masalah tersebut mengunakan teori-teori yang bekaitan

dengan penerimaan masyarakat terhadap Tor-tor Raja-raja pada upacara

13
pernikahan di Nagari Silayang Kecamatan Ranah Batahan Kabupaten

Pasaman Barat.

Kebudayaan yang dimiliki oleh suku Mandailing yang ada di Pasaman

Barat menjadi suatu keunikan dan ikon bagi masyarakat itu sendiri.

Masyarakat suku Mandailing dapat dikenali oleh suku lainya dengan cara

melihat kesenian yang dimilikinya.

E.B. Tylor dalam buku Sarjono Soekanto mengatakan bahwa budaya

adalah suatu keseluruhan kompleks yang meliputi pengetahuan,

kepercayaan, kesenian, moral, keilmuan, hukum, adat sitiadat dan

kemampuan yang lain, serta kebiasaan yang diadapat oleh manusia sebagai

anggota masyarakat.4 Pemikiran teoritis ini digunakan untuk membahas

tentang kesenian Tor-tor Raja-raja sebagai budaya masyarakat Silayang.

Bagong Suyanto mengatakan bahwa kedudukan merupakan tempat

atau posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial, sehubungan dengan

orang lain dalam kelompok tersebut.5 Kedudukan sering diartikan sebagai

tempat seseorang dalam suatu pola atau kelompok sosial, maka seseorang

dapat mempunyai beberapa kedudukan sekaligus. Konsep pikir ini di rujuk

4
Dalam Soerjono Soekanto. Kamus Sosiologi. Jakarta:PT.Raja Grafindo Persada. 1993.
p,27
J. Dwi Narwoko-Bagong Suyanto.. Sosiologi Teks Pengantar Dan Terapan. Jakarta:
5

Kencana Prenada Media Group. 2004P:156

14
untuk mengkaji kedudukan penghulu sebagai penari dalam pertunjukan Tor-

tor Raja- raja dalam upacara pernikahan di Nagari Silayang.

G. METODE PENELITIAN

Edi Sedyawati mengatakan bahwa metode penelitian adalah

bagaimana cara mengumpulkan data dan mengolah data. Jenis penelitian

yang digunakan adalah penelitian kualitatif yaitu penelitian berdasarkan

analisis dan deskripsi yang datanya berupa kata-kata tertulis.6 Terkait

dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis untuk mendapatkan data

terkait dengan objek yaitu Tor-tor Raja-raja.

Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini:

a. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini di lakukan pada masyarakat yang ada di Nagari

Silayang, Kecamatan Ranah Batahan Kabupaten Pasaman Barat. Lokasi

penelitian ini dapat dijangkau dari kediaman peneliti yaitu dapat di tempuh

dalam waktu lebih kurang 1 jam 30 menit. Begitu juga, peneliti dapat hadir

langsung di lokasi penelitian yang sudah dilakukan sebanyak tiga kali yaitu

tanggal 26 Desember 2020 di Nagari Rura Patontang Kecamatan Koto

Balingka, tanggal 3 Januari 2021 untuk mengumpulkan dokumentasi dan

tanggal 16 Mei 2021 untuk menyempurnakan data-data yang kurang di

6
Sugiono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R dan D. Bandung: Alfabeta.
2008.p.2

15
Nagari Silayang Kecamatan Ranah Batahan Kabupaten Pasaman Barat.

Selama melakukan penelitian

b. Data Peneltian

Data penelitian adalah suatu fakta atau kenyataan-kenyataan atau

informasi yang didapatkan dari hasil pengukuran sesuatu, bisa dalam bentuk

angka-angka atau kata-kata, yang akan digunakan sebagai bahan analisis

sebuah penelitian. data penelitian adalah hasil informasi fakta yang murni

tanpa ada manipulasi atau campur tangan dari manusia.7

Kajian terhadap tari dapat dilakukan dalam bentuk berbagai

pendekatan. Pada umumnya, kajian tari menggunakan pendekatan kualitatif.

Hal ini disebabkan karena tari sebagai bentuk seni banyak terkait dengan

makna simbolik. Tor-tor Raja-raja merupakan tari suku Mandailing yang ada

di Nagari Silayang, alasan penulis menggunakan pendekatan kualitatif

karena penulis membahas tentang kedudukan Tor-tor Raja-raja dalam

upacara pernikahan di Nagari Silayang Kecamatan Ranah Batahan

Kabupaten Pasaman Barat yang merupakan salah satu rangkaian penting

dalam upacara pernikahan suku Mandailing. Namun bukannya tidak

mungkin pula seorang peneliti mengkaji tari dengan pendekatan kuantitatif.

7
Nanang Martono. Metode Penelitian Kuantitatif: Analisis Isi dan Analisis Data Sekunder.
Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2010. P.75

16
Data penelitian yang digunakan adalah data penelitian kualitatif yang

dinyatakan dalam bentuk kata-kata, kalimat, narasi, ungkapan dan gambar.

Dalam tulisan ini data penelitian yang digunakan adalah data penelitian

kualiatif yaitu data primer sebagai dasar untuk memecahkan suatu

permasalahan. Data primer ini berupa data-data yang bersifat otentik

(pembaharuan dari sebuah ide), objektif (bersifat ilmiah atau nyata) dan

reliable (keandalan berupa pengukuran). Data primer digunakan karena

penelitian berupa hasil wawancara untuk mendapatkan informasi tentang

objek yang akan dibahas.8

c. Teknik Pengumpulan Data

Sebagai alat pengumpulan data yang penting, kuisioner dan

wawancara tidak sepenuhnya memuaskan. Teknik pengumpulan data

dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:

1. Menentukan topik

Rancangan awal yang dilakukan adalah dengan menentukan topik

yang akan dikaji secara mendalam yang berbeda dengan peneliti lainnya

topik yang dikaji yaitu Kedudukan Tor-tor Raja-raja pada upacara pernikahan

di Nagari Silayang Kecamatan Ranah Batahan Kabupaten Pasaman Barat.

Kajian terhadap Tor-tor Raja-raja dilakukan dengan metode penelitian

8
Sandu Siyoto. Dasar Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Literasi Media Publishing.
2015. P. 79

17
kualitatif. Metode kualitatif adalah suatu penelitian yang bertujuan untuk

memahami bentuk dan alasan dijadikan kedudukan Tor-tor Raja-raja dalam

upacara pernikahan di Nagari Silayang Kecamatan Ranah Batahan

Kabupaten Pasaman Barat yang mana akan membahas pentingnya Tor-tor

Raja-raja dalam masyarakat Mandailing di Nagari Silayang Kecamatan Ranah

Batahan.

2. Studi Pustaka

Studi pustaka ini dilakukan bertujuan untuk mengumpulkan data-data

yang berkaitan dengan objek yang di teliti berupa tulisan tulisan seperti

jurnal, tesis dan skripsi. Untuk membantu peneliti sebelum turun kelapangan

yang dijadikan sebagai bahan reverensi.9 Buku-buku dan skripsi yang

digunakan adalah tulisan yang berkaitan dengan objek dan topik yang akan

di bahas dalam tulisan, yaitu tulisan skripsi yang membahas Tor-tor dan

buku-buku yang membahas tentang tari dan starta sosial.

3. Studi lapangan

Studi lapangan adalah suatu sistem kerja yang secara langsung turun

kelapangan untuk mencari kebenaran dan validitas dari data yang didapat,

sehingga studi lapangan ini menjadi sangat penting dalam usaha

menyimpulkan data dan mendapat penjelasan untuk menjawab

9
James A. Black. Metode dan Masalah Penelitian Sosial. Bansung: PT. Revika Aditama.
1999. P. 296

18
permasalahan dalam penelitian. Berkaitan dengan penelitian ini lokasi yang

merupakan tempat penelitian bagi peneliti adalah Kecamatan Ranah Batahan

Kabupaten Pasaman Barat. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu:

a. Observasi

Observasi adalah suatu teknik pengumpulan data yang digunakan

secara langsung mengamati Tor-tor Raja-raja yang ada di Kecamatan Ranah

Batahan. Observasi dengan terjun langsung kelapangan berguna untuk

mencari informasi atau data-data tentang Tor-Tor Raja-raja dengan menemui

narasumber (informan kunci).10 Dalam hal ini peneliti tidak terlibat dalam

tarian namun peneliti lebih sebagai pengamat dan memperhatikan Tor-tor

Raja-raja.

Observasi pertama kali di lakukan di Nagari Rura Patontang,

Kecamatan Koto Balingka, Kabupaten Pasaman Barat pada tanggal 26

Desember 2020. Kemudian observasi kedua dilakukan pada upacara

pernikahan di Nagari Silayang, Kecamatan Ranah Batahan, Kabupaten

Pasaman Barat pada tanggal 03 Januari 2021.

b. Wawancara

Wawancara adalah bentuk komunikasi antar dua orang, melibatkan

seseorang yang ingin memperoleh informasi dari sorang lainnya dengan

10
Ibid. p.286

19
mengajukan pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan tujuan tertentu.11

Wawancara dilakukan secara langsung menanyakan kepada narasumber

ataupun informan yang terkait dengan Tor-tor Raja-raja. Memberikan

pertanyaan-pertanyaan kepada informan dengan menggunakan peralatan

seperti handpon untuk merekam percakapan dengan narasumber, buku

catatan untuk mencatat hasil wawancara dengan narasumber dilapangan

sehingga mendapatkan informasi yang dibutuhkan untuk kelengkapan dari

tulisan yang akan dibuat.

Wawancara dilakukan kepada masyarakat Silayang yang dianggap

mengetahui dan memahami tentang Tor-tor Raja-raja seperti seniman tradisi,

budayawan, tokoh masyarakat dan pemain atau penari Tor-tor Raja-raja.

beberapa informan yang telah diwawancarai yaitu: Jahidin selaku seniman

sekaligus ketua Gondang Mandailing Matama, beliau adalah pelatih dari Tor-

tor di kecamatan Ranah Batahan. Fahri Lubis selaku kepala adat dari

kampung Rura Patontang, Juliani sebagai salah satu penghulu dan penari Tor-

tor Raja-raja, Silvianti dan Ismidar selaku masyarakat mandailing yang tahu

tentang budaya mandailing. Selama melakukan wawancara peneliti tidak

mendapatkan kendala karena peneliti sebelunya sudah membuat janji

dengan narasumber. Sebelum langsung mengajukan pertanyaan kepada

11
Deddy Mulyadi. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.2010. p.180

20
narasumber, peneliti terlebih dahulu melakukan keakraban dengan

narasumber.

c. Dokumentasi

Membuat dokumentasi terhadap objek yang diteliti untuk

mendokumentasikan dengan foto dan video sebagai bukti akurat dalam

penelitian. alat dokumentasi yang digunakan seperti kamera sebagai alat

untuk mengambil foto dan video, serta buku tulis sebagai dokumentasi

tertulis. Selama mengambil dokumentasi peneliti sedikit kewalahan karena

penonton yang berdesakan menonton pertunjukan.

d. Analisis Data

Analsis data yaitu tahap dimana data yang didapat dilapangan pada

saat studi lapangan dipilih dan disaring untuk kemudian diolah dan

dianalisis dengan menggunakan teori-teori pendukung yang didapat pada

studi pustaka. Analisis data berisikan hal yang sama dengan yang

diungkapkan pada usulan penelitian, dan dimungkinkan untuk

disempurnakan dengan uraian tambahan yang diperoleh pada saat

pengolahan data.12 Analisis data digunakan untuk mencocokan dan

mengoreksi benar atau tidaknya data-data yang diperoleh. Setelah itu

dilakukan studi banding antara kedua data tersebut sehingga keduanya

12
Azril Azahari. Karya Tulis Ilmiah. Jakarta : Universitas Trisakti. 1998, p.36

21
dihubungkan dan mendapatkan fakta yang telah teruji kebenaranya dan bisa

dipertanggung jawabkan berupa laporan penelitian dalam bentuk skripsi.

22

Anda mungkin juga menyukai