Anda di halaman 1dari 33

DINAS LINGKUNGAN HIDUP

KOTA MALANG

RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT (RKS)

NAMA PEKERJAAN :
REKONSTRUKSI GERBANG KOTA BALEARJOSARI

LOKASI :
KOTA MALANG

TAHUN ANGGARAN :

2023

i
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL..............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I URAIAN TEKNIS UMUM..........................................................................................1
Pasal 1 Data Proyek........................................................................................................1
Pasal 2 Tenaga Kerja dan Peralatan................................................................................1
Pasal 3 Jaminan dan Keselamatan Kerja.........................................................................2
Pasal 4 Peralatan Kerja....................................................................................................3
Pasal 5 Prosedur Pengadaan Bahan Bangunan...............................................................3
Pasal 6 Pemeriksaan Bahan Bangunan...........................................................................3
Pasal 7 Mutu Bahan Bangunan.......................................................................................4
BAB II PERATURAN TEKNIS..............................................................................................5
Pasal 1 Umum.................................................................................................................5
Pasal 2 Penjelasan Gambar.............................................................................................5
Pasal 3 Penjelasan Spesifikasi Teknis.............................................................................6
Pasal 4 Pengawasan........................................................................................................6
BAB III LINGKUP PEKERJAAN..........................................................................................8
Pasal 1 Lingkup Pekerjaan..............................................................................................8
Pasal 2 Pekerjaan Pendahuluan.......................................................................................8
Pasal 3 Rencana Kerja.....................................................................................................9
Pasal 4 Pekerjaan Lembur...............................................................................................9
Pasal 5 Penjagaan..........................................................................................................10
Pasal 6 Bahan Yang Digunakan....................................................................................10
Pasal 7 Pedoman Pelaksanaan Pekerjaan......................................................................12
Pasal 8 Penutup.............................................................................................................30

ii
BAB I
URAIAN TEKNIS UMUM
SPESIFIKASI TEKNIS

Pasal 1
Data Proyek

Ayat 1 Nama Pekerjaan : Rekonstruksi Gerbang Kota Balearjosari

Ayat 2 Lokasi : Kota Malang

Ayat 3 Tahun Anggaran : 2023

Pasal 2
Tenaga Kerja dan Peralatan

Ayat 1 Tenaga kerja yang dilibatkan dalam pelaksanaan harus memakai tenaga yang sesuai
dengan tingkat keahlian, pengalaman, serta tidak melanggar ketentuan – ketentuan
perburuhan yang berlaku di Indonesia.

Ayat 2 Kontraktor harus menggunakan tenaga yang ahli dalam bidang pelaksanaan (Skiller
Labour), baik tenaga site manager, pelaksana, mandor maupun tukang.

Ayat 3 Tenaga kerja pelaksana sub kontraktor harus dipilih yang sudah berpengalaman dan
mampu menangani pekerjaan yang disub-kontrakkan dengan aman, kuat, rapi dan
memenuhi persyaratan teknis.

Ayat 4 Hubungan kontraktor dengan sub-kontraktor dalam menyangkut secara keseluruhan


pekerjaan tetap menjadi tanggung jawab kontraktor.

Ayat 5 Klasifikasi Tenaga Ahli adalah sebagai berikut :

 Site Manager
Disyaratkan memiliki latar belakang pendidikan sekurang – kurangnya Sarjana
Teknik Sipil. Pengalaman kerja pada bidang yang sesuai minimal 5 (lima) tahun,
dengan memiliki Sertifikat Keahlian (SKA) Ahli Teknik Bangunan Gedung.

1
 Pelaksana Sipil
Disyaratkan memiliki latar belakang pendidikan SMA/SMK Bangunan.
Pengalaman kerja pada bidang yang sesuai minimal 3 (tiga) tahun dengan
memiliki Sertifikat Keterampilan Kerja (SKT) Pelaksana Lapangan Pekerjaan
Gedung.
 Logistik
Disyaratkan memiliki latar belakang pendidikan SMA/SMK Bangunan.

Pasal 3
Jaminan dan Keselamatan Kerja

Ayat 1 Apabila terjadi kecelakaan pada tenaga kerja pada waktu melaksanakan pekerjaan,
kontraktor harus segera mengambil tindakan yang perlu untuk keselamatan korban.
Biaya pengobatan dan lain-lain menjadi tanggung jawab Kontraktor dan harus segera
melaporkan kepada instansi yang berwenang dan Konsultan Pengawas /Direksi.
Ayat 2 Pada lokasi pekerjaan harus disediakan kotak obat-obatan untuk PPPK yang selalu
tersedia dalam saat dan berada ditempat kantor lapangan (direksi keet).
Ayat 3 Membuat dokumen RK3K/RKK sederhana dan dipresentasikan pada rapat persiapan
pelaksanaan pekerjaan konstruksi/ Pre Contruction Meeting (PCM) oleh Kontraktor
untuk disahkan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari dokumen kontrak
pekerjaan konstruksi dan menjadi acuan penerapan SMK3 pada pelaksanaan
konstruksi.
Dokumen Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK) sebagai berikut :
 Pakta komitmen yang ditandatangani oleh pimpinan tertinggi perusahaan peyedia
jasa. Pernyataan komitmen Keselamatan Konstruksi memenuhi ketentuan
keselamatan konstruksi sebagai berikut :
 Memenuhi ketentuan Keselamatan Konstruksi.
 Menggunakan tenaga kerja kompeten bersertifikat.
 Menggunakan peralatan yang memenuhi standar kelaikan.
 Menggunakan material yang memenuhi standar mutu.
 Menggunakan teknologi yang memenuhi standar kelaikan.

2
 Melaksanakan Standar Operasi Prosedur (SOP).
 Memenuhi 9 (Sembilan) komponen biaya penerapan SMKK.

Pasal 4
Peralatan Kerja

Ayat 1 Alat – alat untuk melaksanakan pekerjaan harus disediakan oleh Kontraktor sebelum
pekerjaan secara fisik dimulai dalam keadaan baik dan siap pakai dalam jumlah
cukup.
Ayat 2 Guna kelancaran pekerjaan, alat – alat mekanis/mesin, harap disiapkan tenaga
operator yang mampu mengoperasikan dan memperbaiki bila mengalami gangguan
operasional.

Pasal 5
Prosedur Pengadaan Bahan Bangunan

Ayat 1 Secepatnya Kontraktor melalui Site Manager/ Pelaksana mengajukan contoh bahan
yang akan didatangkan sesuai dengan spesifikasi, pada saat rapat lapangan pertama
kali.
Ayat 2 Contoh bahan yang telah disetujui harus dipasang di dalam Direksi keet sebagai
pedoman mutu bahan.
Ayat 3 Apabila tanpa mengajukan contoh atau pengajuannya bersamaan dengan datangnya
bahan tersebut, maka Konsultan Lapangan/Direksi Teknis berhak menolak dan
memberi perintah untuk mengeluarkan bahan tersebut dari lokasi pekerjaan.

Pasal 6
Pemeriksaan Bahan Bangunan

Ayat 1 Secara umum Konsultan Pengawas/Direksi Teknis berhak memeriksa semua jenis
bahan bangunan yang dipergunakan kontraktor dan menolaknya apabila bahan tidak
sesuai serta tidak memenuhi persyaratan.

Ayat 2 Bahan bangunan yang telah didatangkan oleh Kontraktor di lapangan tetapi oleh
Konsultan Pengawas/Direksi Teknis ditolak untuk dipergunakan harus segera

3
dikeluarkan dari lapangan selambat-lambatnya dalam waktu 2 x 24 jam terhitung
sejak jam penolakan.

Ayat 3 Apabila Konsultan Pengawas/Direksi Teknis merasa perlu memeriksakan bahan


bangunan yang diragukan spesifikasinya, maka Konsultan Pengawas berhak
mengirimkannya kepada Balai Penelitian Bahan-bahan Bangunan atau Lembaga lain
yang ditetapkan bersama Pengelola Kegiatan untuk diteliti.

Ayat 4 Semua biaya untuk hal ini menjadi tanggungan Kontraktor, apapun hasil dari
penelitian tersebut. Semua bahan bangunan yang digunakan selain harus memenuhi
syarat-syarat yang ditentukan dalam RKS, juga harus memenuhi pesyaratan yang
ditentukan dalam A.V. dan Peraturan Umum Bahan Bangunan (PUBB).

Ayat 5 Konsultan Pengawas/Direksi Teknis berwenang meminta keterangan mengenai asal


bahan dan Kontraktor harus memberitahukannya.

Pasal 7
Mutu Bahan Bangunan

Ayat 1 Sebelum Kontraktor melaksanakan pekerjaan secara massal, terlebih dahulu meminta
persetujuan kepada Konsultan Pengawas /Direksi Teknis.

Ayat 2 Agar tidak terjadi bongkar/pasang pekerjaan, apabila terdapat gambar yang tidak
jelas, maka Kontraktor diwajibkan menanyakan kepada Konsultan Pengawas/Direksi
Teknis untuk menyamakan presepsi, atau apabila perlu dapat meminta Konsultan
Perencana untuk mendapatkan jawaban yang pasti tentang perencanaannya.

Ayat 3 Bagian pekerjaan yang telah dimulai tetapi masih digunakan bahan-bahan yang
ditolak oleh Konsultan Pengawas/Direksi Teknis atau tanpa ijin, harus segera
diberhentikan dan selanjutnya pekerjaan tersebut harus dibongkar.

4
BAB II
PERATURAN TEKNIS

Pasal 1
Umum

Ayat 1 Pedoman pelaksanaan yang diatur oleh Peraturan Pembangunan yang sah dan
berlaku di Indonesia sepanjang tidak ditetapkan lain dalam Rencana Kerja dan
Syarat-syarat yang harus ditaati selama pelaksanaan, yaitu :

 Perpres Nomor 12 tahun 2021 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.


 Perpres Nomor 22 tahun 2020 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi.
 Algemene Voorwarden (A.V) yang diisahkan dengan Keputusan Pemerintah
Nomor 9 tanggal 28 Mei 1941 dan tambahan Lembaran Negara Nomor 1457, dan
perubahannya apabila tidak ada ketentuan lain dalam RKS ini.
 Serta UU Nomor 13 tahun 2003 dan perubahannya apabila tidak ada ketentuan
lain dalam RKS ini.
 Peraturan Umum Pemeriksaan Bahan Bangunan (PUBB) 1983 N.I.3.
 Peraturan Semen Portland Indonesia 1972 N.I.8.
 Peraturan Perburuhan di Indonesia dan Peraturan Umum Dinas Keselamatan
Kerja Nomor 1 tahun 1970 dan Undang-Undang Nomor 23 tahun 1992 tentang
Keselamatan Kerja.
 Keputusan Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI).
 Peraturan-peraturan lain yang dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah Setempat yang
berkaitan dengan permasalahan bangunan.

Pasal 2
Penjelasan Gambar

Ayat 1 Bila terdapat perbedaan antara gambar rencana dan gambar detail, maka yang harus
diikuti adalah gambar detail.

5
Ayat 2 Bila terdapat skala gambar dan ukuran yang tertulis dalam gambar berbeda, maka
ukuran dalam gambar yang berlaku.

Ayat 3 Bila rekanan meragukan tentang perbedaan antara gambar yang ada, baik konstruksi
maupun ukurannya, maka rekanan berkewajiban untuk menanyakan kepada
Konsultan Pengawas secara tertulis.

Ayat 4 Dalam hal terjadi penyimpangan detail antara gambar bestek dan keadaan di
lapangan, kontraktor dapat mengajukan gambar kerja (shop drawing) yang sesuai
dengan kondisi di lapangan dan mempergunakannya dalam pelaksanaan dengan
persetujuan tertulis Konsultan Pengawas.

Ayat 5 Didalam semua hal, bila terjadi pengambilan ukuran yang salah adalah sepenuhnya
menjadi tanggung jawab kontraktor.

Ayat 6 Apabila dalam gambar disebutkan lingkup pekerjaan atau ukuran, sedangkan RKS
tidak disebutkan, maka gambar yang harus dilaksanakan.

Pasal 3
Penjelasan Spesifikasi Teknis

Ayat 1 Pada RKS tentang Syarat-syarat Teknis, termuat lingkup pekerjaan, spesifikasi bahan
yang digunakan dan syarat -syarat Pelaksanaan.

Ayat 2 Apabila dalam gambar tidak tercantum lingkup pekerjaan, ukuran dan jumlah
sedangkan dalam RKS pada lingkup pekerjaan tercantum, maka Kontraktor terikat
untuk melaksanakannya.

Pasal 4
Pengawasan

Ayat 1 Kontraktor dalam melaksanakan pekerjaan diawasi oleh Konsultan Pengawas/Direksi


Teknis.

Ayat 2 Kontraktor wajib meyediakan buku harian di lapangan sesuai dengan petunjuk
Konsultan Pengawas/Direksi Teknis.

6
Ayat 3 Kontraktor wajib membuat laporan harian konstruksi yang menyebutkan pekerjaan
yang dilaksanakan setiap hari, bahan-bahan dan alat-alat yang didatangkan, prestasi
pekerjaan yang telah diselesaikan, jumlah pekerjaan, keadaan cuaca dan lain-lain.

Ayat 4 Perintah dan penugasan dari Konsultan Pengawas ditulis dalam buku harian/ surat
dan dibubuhi tanda tangan dan nama jelas petugas Konsultan Pengawas/ tim teknis
yang ditugaskan oleh Pejabat Pembuat Komitmen (PPK).

7
BAB III
LINGKUP PEKERJAAN

Pasal 1
Lingkup Pekerjaan

Ayat 1 Pekerjaan Rekonstruksi Gerbang Kota Balearjosari.

Pasal 2
Pekerjaan Pendahuluan

Ayat 1 Sebelum pekerjaan dimulai, Kontraktor harus mengadakan persiapan ijin dan
melakukan koordinasi dengan Pihak Pengelola Kegiatan dan Konsultan Pengawas.
Beberapa pekerjaan yang akan dilakukan pada tahap pendahuluan sebagai berikut :
 Mengadakan pengamanan lokasi kegiatan dari segala gangguan.
 Mengadakan komunikasi dengan instansi yang terkait dalam rencana
pembangunan ini.
 Mengadakan atau membuat Direksi keet, Gudang dan barak kerja.
 Mengadakan persiapan tempat penimbunan dan penyimpanan bahan.
 Menyediakan peralatan, fasilitas dan mesin-mesin pembantu.
 Melaksanakan pengukuran guna menentukan duga lapangan dan ukuran -ukuran
lainnya yang berhubungan dengan pekerjaan pembangunan ini.
 Menyediakan kotak PPPK dan perlengkapannya yang ditempatkan di dalam
Direksi keet.
Ayat 2 Sebelum pekerjaan dimulai, kontraktor harus membuat foto dari 4 (empat) sisi
pengambilan pada kondisi fisik bangunan 0%.
Ayat 3 Apabila kontraktor akan mendirikan bangunan sementara (Direksi keet dan Gudang)
maupun tempat penimbunan bahan, maka kontraktor harus merundingkan terlebih
dahulu kepada Pengola Kegiatan tentang penggunaan halaman ini.
Ayat 4 Semua biaya untuk prasarana, fasilitas untuk memasuki daerah pekerjaan, serta
akomodasi tambahan diluar daerah kerja menjadi tanggungan Kontraktor.

8
Ayat 5 Apabila terjadi kerusakan pada jalan kompleks, saluran air atau bangunan lainnya
yang disebabkan adanya pembangunan ini, Kontraktor berkewajiban untuk
memperbaiki kembali selambat-lambatnya dalam masa pemeliharaan.

Pasal 3
Rencana Kerja

Ayat 1 Rencana kerja dibuat oleh Konsultan Perencana DED, Engineer’s Estimate secara
terinci setiap jenis pekerjaan dan dengan persetujuan dari Pemberi Tugas.
Ayat 2 Kontraktor wajib menggandakannya sebanyak 3 (tiga) copy yang masing-masing
diserahkan kepada Pengola Administrasi Kegiatan, Konsultan Pengawas dan
ditempelkan pada bangsal kerja.
Ayat 3 Selanjutnya Kontraktor harus berusaha mengikuti Rencana Kerja tersebut yang
menjadi dasar bagi Pengelola kegiatan untuk menilai prestasi Kontraktor dan sesuatu
persoalan yang berhubungan dengan kelambatan pekerjaan.
Ayat 4 Pelaksana diharuskan membuat Rencana Kerja Mingguan pada setiap tahap
pekerjaan paling tidak 3 (tiga) hari sebelum dimulainya pelaksanaan pekerjaan
tersebut kepada Pengelola kegiatan.

Pasal 4
Pekerjaan Lembur

Ayat 1 Apabila kontraktor bekerja diluar jam kerja (lembur), diharuskan membuat Surat
Pemberitahuan kepada Konsultan Pengawas maksimum 1 (satu) hari sebelum
pekerjaan lembur dilaksanakan.

Ayat 2 Apabila tanpa pemberitahuan Kontraktor melakukan pekerjaan lembur, maka


Pengawas Lapangan akan memberikan teguran tertulis dan melaksanakan perintah
pembongkaran pada pekerjaan yang dilaksanakan pada jam lembur tersebut.

9
Pasal 5
Penjagaan

Ayat 1 Kontraktor harus melakukan pengamanan barang-barang di seluruh halaman


pekerjaan bangunan, baik selama pekerjaan berlansung maupun pada waktu tidak
dilakukan pekerjaan.
Ayat 2 Barang-barang dan bahan-bahan bangunan yang hilang, baik yang belum maupun
yang sudah dipasang, tetap menjadi tanggungan Kontraktor dan tidak diperkenankan
untuk diperhitungkan dalam biaya borongan tambahan.
Ayat 3 Kontraktor diharuskan melaporkan personil yang tinggal di proyek diluar jam kerja
pada petugas keamanan setempat.

Pasal 6
Bahan Yang Digunakan

Ayat 1 Pekerjaan Rekonstruksi Gerbang Kota Balearjosari meliputi :

No. Uraian Pekerjaan Bahan Yang Digunakan


A Pekerjaan Umum
1. Instrumen K3 -
B Pekerjaan Gapura Balearjosari
I Pekerjaan Persiapan
1 Pembersihan Lokasi Pekerjaan -
2 Pasang Bongkar Scaffolding -
II Pekerjaan Tanah
1 Menggali 1 M3 tanah keras -
sedalam 1 m
2 Pengurugan 1 M3 dengan pasir Pasir Urug
urug
3 Pengurugan kembali 1 M3 galian Tanah
tanah
4 Pembuangan galian/bongkaran -
No Uraian Pekerjaan Bahan Yang Digunakan

10
III Pekerjaan Pondasi
1 Pekerjaan Footplate 60 x 60 cm Pasir, Kerikil, Portland Semen, Besi
a. Membuat 1 m3 Beton Polos dan Besi Ulir
mutu f’c = 16,9 Mpa
b. Pembesian 1 kg dengan
Besi Polos atau Besi Ulir
2 Pekerjaan Kolom Uk. 30 x 30 cm Pasir, Kerikil, Portland Semen, Besi
a. Membuat 1 m3 Beton Polos, Besi Ulir dan Bekisting 1 m2
mutu f’c = 16,9 Mpa
b. Pembesian 1 kg dengan
Besi Polos atau Besi Ulir
c. Pemasangan 1 m2
Bekisting untuk Kolom
IV Pekerjaan Instalasi Listrik
1 Pemasangan Kabel NYY 2 x 1,5 Kabel NYY 2 x 1,5 mm
mm
2 Pasang Lampu LED Strip Lampu LED
V Pekerjaan Pasangan
1 Pemasangan Ornament PVC Oornament PVC Board 9 mm, Rangka
Board 9 mm + Rangka Besi Besi Hollow
Hollow + Jasa Cutting +
Finishing
2 Pemasangan ACP + Rangka Aluminium Composite Panel, Rangka
3 Pemasangan 1 m2 Acian Semen
4 Pemasangan Akrilik + Stiker Akrilik, Stiker
VI Pekerjaan Besi
1 Pemasangan Pipa Schedule 40 ø Pipa Schedule 40ø8", Plat Plendes, Cat
8" + Plat Plendes Beserta Meni
Finishing Cat Meni
2 Pemasangan Baja Siku 50.50.5 Baja Siku, 50.50.5, Cat Meni
(Rangka) Beserta Finishing Cat

11
Meni
3 Angkur Baseplate dia 22,P -
=50cm
4 Baut Angkur Baut
VII Pekerjaan Pengecatan
1 Pengecatan Dinding Eksterior Cat Tembok Eksterior

Pasal 7
Pedoman Pelaksanaan Pekerjaan

Ayat 1 Pekerjaan Rekonstruksi Gerbang Kota Balearjosari meliputi :

A. Pekerjaan Umum
Kontraktor melakukan arahan kepada tenaga kerja untuk menerapkan prosedur K3
dalam pekerjaan agar terhindar dari bahaya – bahaya yang timbul selama pekerjaan
berlansung.
1. Instrumen K3
 Pengendalian Resiko
Potensi bahaya adalah sesuatu yang berpotensi untuk terjadi insiden yang
berakibat pada kerugian. Resiko adalah kombinasi dan konsekuensi suatu
kejadian yang berbahaya dan peluang terjadinya kejadian tersebut. Jenis-
jenis kecelakaan yang sering terjadi pada proyek konstruksi adalah jatuh,
tertimpa benda jatuh, menginjak, terantuk, terbentur, terjepit dan
terperangkap, kontak suhu tinggi/terbakar, kontak aliran listrik, kontak
dengan bahan berbahaya (kimia/radiasi). Untuk itu Kontraktor wajib
melakukan rencana pemantauan keselamatan dengan melakukan hal-hal
berikut :
 Mempersiapkan rencana kerja dengan metode kerja dan rencana cara
bekerja yang memperhatikan resiko yang mungkin timbul dari setiap
jenis pekerjaan yang akan dilaksanakan, jenis-jenis kecelakaan yang
sering terjadi pada kegiatan tersebut, adanya alat-alat konstruksi
yang bergerak, untuk lokasi-lokasi kritis atau tindakan yang akan
menimbulkan bahaya bagi pekerja maka Kontraktor wajib

12
menyediakan seorang petugas yang membantu mengingatkan pekerja
saat melakukan pekerjaannya.
 Kontraktor wajib menyediakan peralatan safety yang sesuai dengan
jenis dan lokasi pekerjaan yang akan dilaksanakan.
 Bilamana terdapat pekerjaan yang akan menimbulkan percikan api
atau sumber api maka Kontraktor wajib menyediakan petugas siaga
dengan pemadam api portable.
 Alat Pelindung Diri
Kontraktor wajib menyediakan alat pelindung diri bagi para pekerja maupun
tamu yang datang ke lokasi proyek dengan menyediakan peralatan
keselamatan kerja yang berfungsi untuk mencegah dan melindungi pekerja
maupun pengunjung proyek dari kemungkinan mendapatkan kecelakaan
kerja.
 Rambu-rambu dan Tanda Bahaya
Safety Sign/ Rambu Keselamatan/ Rambu K3 adalah sebuah media visual
berupa gambar piktogram untuk ditempatkan diarea pekerjaan yang memuat
pesan-pesan agar setiap pekerja selalu memperhatikan aspek-aspek
kesehatan dan keselamatan kerja.
 Pengoperasian Alat Berat/Mekanis
Kontraktor wajib menyediakan dan memperhatikan kelaikan peralatan berat
mekanis, jika bekerja pada jalur lalu lintas dimana ada pengguna jalan lain,
maka Operator harus bekerja/bergerak searah (tidak berlawan) supaya tidak
terperanjat, kaget, Kontraktor tidak boleh menggunakan kendaraan-
kendaraan yang memancarkan suara sangat keras (gaduh).
 Pencegahan Kebakaran
Kebakaran merupakan kejadian yang dapat menimbulkan kerugian pada
jiwa, peralatan dan pencemaran lingkungan kerja. Khususnya pada kejadian
kebakaran yang besar dapat melumpuhkan bahkan menghentikan proses
konstruksi, sehingga ini memberikan kerugian yang sangat besar. Untuk
mencegah hal ini kontraktor wajib melakukan upaya-upaya penanggulangan
kebakaran.

13
B. Pekerjaan Persiapan
I. Pekerjaan persiapan meliputi :
1. Pembersihan Lokasi Pekerjaan
 Pembersihan Lokasi
Sebelum memulai pekerjaan pembongkaran, pemborong wajib
membersihkan lokasi dari puing-puing, tumbuh-tumbuhan, batu-batuan
serta benda lainnya yang dianggap dapat mengganggu pelaksanaan
pembangunan.
 Pembuatan Papan Nama Proyek.
Papan nama proyek diletakkan pada tempat yang mudah dilihat oleh umum.
Papan nama proyek memuat :
 Nama Proyek
 Pemilik Proyek
 Lokasi Proyek
 Jumlah Biaya (Kontrak)
 Nama Pelaksana (Kontraktor)
 Proyek dimulai bulan, tanggal dan tahun
 Nama Konsultan Pengawas
 Peralatan Kerja dan Mobilisasi
 Kontraktor harus mempersiapkan dan mengadakan peralatan-
peralatan kerja dan peralatan bantu yang akan digunakan di lokasi
proyek sesuai lingkup pekerjaan serta memperhitungkan segala biaya
pengangkutan.
 Kontraktor harus menjaga ketertiban dan kelancaran selama
perjalanan alat-alat yang menggunakan jalanan umum agar tidak
mengganggu lalu lintas.
 Konsultan Pengawas atau Direksi Teknis berhak memerintahkan
untuk menambah peralatan atau menolak peralatan yang tidak sesuai
atau tidak memenuhi persyaratan.

14
 Bila pekerjaan telah selesai, Kontraktor diwajibkan untuk segera
menyingkirkan alat-alat tersebut, memperbaiki kerusakan yang
diakibatkannya dan membersihkan bekas-bekasnya.
 Disamping untuk menyediakan alat-alat yang diperlukan, kontraktor
harus menyediakan alat-alat bantu sehingga dapat bekerja pada
kondisi apapun seperti tenda-tenda untuk bekerja pada waktu hujan,
perancah (scaffolding) pada sisi luar bangunan atau tempat lain yang
memerlukan, serta peralatan lainnya.
 Pengukuran
 Kontraktor harus sudah memperhitungkan biaya untuk pengukuran
dan penelitian ukuran tata letak atau ketinggian bangunan
(Bouwplank), termasuk penyediaan Back Mark atau Line Offset
Mark pada masing-masing lantai bangunan.
 Pengukuran harus dilakukan oleh tenaga ahli dalam bidangnya dan
berpengalaman.
 Hasil pengukuran harus dilaporkan kepada Konsultan Pengawas agar
dapat ditentukan sebagai pedoman atau referensi dalam
melaksanakan pekerjaan sesuai dengan gambar rencana dan
persyaratan teknis.
 Jika pada saat pengukuran terjadi keraguan, maka hal ini harus
ditanyakan kepada Konsultan Pengawas.
 Sarana Air Kerja dan Penerangan
 Untuk kepentingan pelaksanaan pekerjaan selama proyek
berlansung, kontraktor harus memperhitungkan biaya penyediaan air
bersih guna keperluan air kerja, air minum untuk pekerja dan air
kamar mandi.
 Air yang dimaksud adalah air bersih, baik berasal dari PAM atau
sumber air.
 Pengadaan atau pemasangan pipa distribusi air tersebut bagi
keperluan pelaksanaan pekerjaan dan untuk keperluan direksi keet,
kantor kontraktor, kamar mandi/ WC atau tempat-tempat lain yang

15
dianggap perlu. Air harus memenuhi syarat tercantum dalam PBI-
NI-2.
 Kontraktor juga harus meyediakan sumber tenaga listrik untuk
keperluan pelaksanaan pekerjaan, kebetuhan direksi keet dan
penerangan proyek pada malam hari sebagai keamanan proyek
selama 24 jam penuh dalam sehari.
 Pengadaan penerangan dapat diperoleh dari sambungan PLN atau
pengadaan generator set dan semua perijinan tersebut menjadi
tanggung jawab kontraktor. Pengadaan fasilitas penerangan tersebut
termasuk pengadaan dan pemasangan instalasi dan armature, stop
kontak serta saklar/panel.
2. Pasang Bongkar Scaffolding
Scaffolding merupakan komponen atau alat konstruksi yang sangat penting dan
dibutuhkan mulai dari proyek kecil hingga proyek besar. Scaffolding adalah
suatu konstruksi penopang yang terbuat dari batang bambu, kayu, atau pipa
baja yang didirikan dan digunakan ketika saat sebuah bangunan sedang
dibangun untuk menjamin tempat kerja yang aman bagi pekerja, memasang
sesuatu, atau untuk mendukung pekerjaan bekisting pada pekerjaan beton.
Seiring perkembangan teknologi konstruksi, saat ini perancah yang dibuat dari
bahan kayu dan bambu mulai ditinggalkan oleh orang-orang. Apalagi didasari
dengan alasan kekuatannya dan kepedulian manusia terhadap lingkungan,
mereka mulai beralih menggunakan perancah yang terbuat dari besi/baja
karena lebih praktis, mudah didapat, serta dapat digunakan berulang kali dan
digunakan untuk bangunan yang lebih tinggi.
 Persyaratan Umum Prosedur Pemasangan dan Pembongkaran Scaffolding
 Scaffolding diperlukan ketika pekerjaan dilakukan di atas dan tidak
aman apabila menggunakan tangga.
 Scaffolding dan komponen-komponennya mampu menopang
setidaknya 4 kali maksimum yang diizinkan beban kerja.
 Material dari scaffolding yang digunakan harus dalam kondisi baik
dan diperiksa secara berkala.

16
 Dilarang menghilangkan bagian komponen perancah tanpa
persetujuan terlebih dahulu.
 Tangga dan perangkat lain untuk mendapatkan ketinggian tidak
boleh digunakan di atas cat walk scaffolding.
 Scaffolding harus didirikan di atas permukaan yang datar sehingga
mampu mendukung berat maksimum.
 Pemasangan dan pembongkaran scaffolding yang benar harus
dilakukan hanya dengan disetujui scaffolders yang memiliki
sertifikat yang sah.
 Scaffolding harus dilengkapi dengan pegangan tangan untuk
memastikan keamanan saat pekerja berada di ketinggian.
 Prosedur Pemasangan Scaffolding
 Menentukan letak scaffolding atau mengatur jarak main frame
scaffolding.
 Memasang base plat atau jack base diatas landasan yang stabil.
 Menyetel kerangka main frame.
 Memasang cross brace pada dua sisi agar elemen scaffolding dapat
berdiri dengan tegak dan tidak goyang.
 Menyusun frame vertical berikutnya sampai ketinggian scaffolding
dianggap cukup, gunakan jack dan u-head untuk mengatur
ketinggiannya.
 Ketinggian scaffolding diatur sesuai dengan ketinggian bekisting
atau disesuaikan dengan desain dan kondisi yang telah direncanakan.
 Prosedur Pembongkaran Scaffolding
 Langkah awal yang perlu dilakukan untuk membongkar scaffolding
adalah dengan menurunkan u-head atau cat walk scaffolding.
 Dilanjutkan dengan pembongkaran frame scaffolding.
 Saat pembongkaran bekisting cetak, maka susunan frame pertama
tidak perlu dibongkar.
 Selanjutnya melepas join pin dan cross brace.
 Dokumentasi

17
 Kontraktor harus memperhitungkan biaya pembuatan dokumentasi
serta pengirimannya ke pemberi tugas serta pihak-pihak yang
diperlukan. Yang dimaksudkan dengan dokumentasi adalah foto
proyek.

II. Pekerjaan Tanah


 Ketentuan Umum
 Sebelum melakukan pekerjaan tanah, kontraktor harus
membersihkan daerah yang akan dikerjakan dari sisa-sisa bongkaran,
akar pohon maupun semak-semak serta segala perintang yang ada
dalam daerah kerja, kecuali ditentukan oleh Konsultan Pengawas.
 Kontraktor harus menjamin terjaganya keutuhan barang/benda atau
bangunan yang telah selesai dikerjakan dari segala macam kerusakan
dan berhati-hati untuk tidak mengganggu patok pengukuran atau
tanda-tanda yang lain.
 Perbaikan kerusakan pada barang/benda atau bangunan yang harus
dijaga akibat pelaksanaan pekerjaan akan menjadi tanggung jawab
Kontraktor.
 Kontraktor harus melakukan pengukuran dan pematokan terlebih
dahulu dan melaporkannya kepada Konsultan Pengawas serta
meminta ijin untuk memulai pekerjaan.
 Pemindahan material akibat bongkaran puing-puing dan semua yang
merintangi pekerjaan harus dilakukan menurut peraturan.
 Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi Penggalian 1 m3 Tanah Keras sedalam 1 m,
Pengurugan 1 m3 dengan Pasir Urug, Pengurugan kembali 1 m 3 Galian
Tanah serta Pembuangan Galian/Bongkaran.
1. Menggali 1 m3 Tanah Keras Sedalam 1 m
 Syarat dan pelaksanaan

18
 Pekerjaaan galian dilakukan pada daerah galian sebagai yang
tercantum dalam gambar rencana. Dasar dari semua galian harus
sesuai gambar, bilamana pada dasar galian masih terdapat akar-akar
tanaman atau bagian-bagian gembur, maka harus digali keluar. Pada
Rokonstruksi Gerbang Kota ini dilakukan penggalian 1 m3 tanah
keras sedalam 1 m.
 Terhadap kemungkinan adanya air pada dasar galian, baik pada
waktu penggalian maupun pada waktu pekerjaan pondasi harus
disediakan pompa air atau pompa lumpur yang jika diperlukan dapat
bekerja untuk menghindari tergenangnya air pada dasar galian.
 Kontraktor harus melakukan perlindungan dan perawatan yang
cukup untuk bagian-bagian pekerjaan diatas maupun dibawah tanah,
drainase, saluran-saluran pembuangan dan rintangan yang dihadapi
dalam pelaksanaan pekerjaan.
2. Pengurugan 1 m3 Dengan Pasir Urug
Pada pekerjaan Pengurugan 1 m3 Dengan Pasir Urug, pasir yang digunakan
harus jenis pasir pasang yang bersih/bebas dari lumpur, kotoran-kotoran,
sampah dan benda-benda organis lainnya yang dapat menyebabkan tidak
sempurnanya pemadatan.
3. Pengurugan Kembali 1 m3 Galian Tanah
Pada pekerjaan Pengurugan Kembali 1 m3 Galian Tanah, tanah yang
digunakan adalah tanah yang bersih tanpa potongan-potongan bahan yang bisa
lapuk, serta bahan batuan yang telah dipecahkan (pecahan batuan tersebut
maksimal 15 cm).
4. Pembuangan Galian
Tanah hasil galian yang tidak dipakai/terpakai untuk urugan dibuang ke tempat
yang akan ditetapkan oleh Konsultan Pengawas /Direksi Teknis. Apabila
terdapat penurunan pada timbunan, maka akan dilakukan penimbunan yang
tidak lebih dari 30 cm, maka bagian atas tersebut harus digaruk sebelum
material timbunan dihamparkan untuk selanjutnya dipadatkan sampai mencapai
elevasi dan sesuai persyaratan.

19
III. Pekerjaan Pondasi
 Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi pekerjaan Footplate 60 x 60 cm, dan pekerjaan
Kolom ukuran 30 x 30 cm. Galian tanah untuk pondasi harus sesuai dengan
gambar pelaksanaan, baik kedalaman, lebar maupun tingginya. Apabila
kedalaman galian sudah tercapai, kondisi tanah masih diragukan,
Kontraktor wajib melaporkan kepada Konsultan Pengawas /Direksi Teknis.
Mutu beton yang digunakan dalam pekerjaan footplate dan pekerjaan kolom
adalah 16,9 Mpa.
1. Pekerjaan Footplate 60 x 60 cm
 Syarat pelaksanaan dan bahan yang digunakan
 Kedalaman harus memadai untuk menghindari pergerakan tanah
lateral dari bawah pondasi telapak bila tanah keras berada pada
kedalaman 1-2 meter.
 Sistem harus aman terhadap penggulingan, rotasi, penggelinciran
atau pergeseran tanah dan korosi atau kerusakan yang disebabkan
oleh bahan berbahaya yang terdapat didalam tanah.
 Sistem harus mampu beradaptasi terhadap beberapa perubahan
geometri konstruksi atau lapangan selama proses pelaksanaan.
 Metode pelaksanaan harus seekonomis mungkin.
 Portland Semen
Digunakan Portland Semen dari jenis I menurut NI type I menurut
ASTM dan memenuhi standart semen Portland. Semen harus
disimpan dalam gudang yang kedap air dan berventilasi baik.
Kantong-kantong berisi semen tidak boleh ditumpuk lebih dari 10
lapis, atau ditumpuk lansung diatas lantai, tempat penyimpanan
semen harus ditinggikan 30 cm. Kontraktor harus memberitahukan
kepada Konsultan Pengawas kapan dan dimana semen itu
dihasilkan. Untuk mencegah semen dalam zak disimpan terlalu lama
sesudah penerimaan, Kontraktor hendaknya memakai semen

20
menurut urutan kronologis yang diterima dalam gudang
penyimpanan.
 Aggregate (Pasir, Kerikil atau Batu Pecah)
Untuk bahan agregat (halus dan kasar) dapat dipakai agregat alami
atau buatan asal memenuhi syarat menurut PBI-1971. Bila dianggap
perlu dapat dilakukan pengujian butiran dengan memperhatikan
persyaratan PUBI-1982.
Agregat halus harus bersih, keras dan berbutir tajam, bebas dari
lumpur, gumpalan tanah/lumpur, bahan organik lainnya yang dapat
mengurangi atau merusak mutu beton.
Agregat kasar harus bersih dan bebas dari bahan-bahan yang halus,
mudah pecah, keropos, tipis atau panjang-panjang, bebas dari bahan
organik atau dari substansi yang merusak.
 Air Adukan Beton
Air untuk campuran dan pemeliharaan beton harus air yang bisa
diminum, tidak mengandung zat-zat yang merusak atau mengurangi
kualitas beton seperti minyak, asam, alkali, garam, dan bahan
organik.
 Besi Beton
Besi penulangan beton harus disimpan dengan cara-cara sedemikian
rupa sehingga bebas dari hubungan langsung dengan tanah lembab
ataupun basah. Juga besi penulangan harus disimpan rata (Round
Bars) maupun besi-besi penulangan bergelombang (Deformed Bars)
harus sesuai dengan persyaratan dalam NI-2 Pasal 3.7.
Besi yang akan digunakan harus bebas dari karat dan kotoran lain.
Apabila terdapat karat pada bagian permukaan besi, maka besi harus
dibersihkan dengan cara disikat atau digosok tanpa mengurangi
diameter penampang besi, atau menggunakan bahan cairan sejenis
“Vikaoxy Off” produksi yang telah memenuhi SII atau yang setaraf
dan disetujui Konsultan Pengawas. Konsultan Pengawas dapat
memerintahkan untuk diadakan pengujian terhadap beton cor di

21
tempat yang akan digunakan, dan bahan yang akan diakui serta yang
disetujui Konsultan Pengawas. Semua biaya sehubungan dengan
pengujian tersebut di atas sepenuhnya menjadi tanggungan
Pemborong.
 Kawat Pengikat harus berukuran minimal diameter 1 mm seperti
yang disyaratkan dalam PBI NI-2 Pasal 3.7.

 Bahan Campuran Tambahan


Pemakaian bahan tambahan kimiawi (concrete admixture), kecuali
yang disebutkan tegas didalam RKS dan gambar harus mendapat
izin tertulis dari Konsultan Pengawas. Penggunaan additive harus
sesuai dengan petunjuk pabrik. Pemakaian additive ini tidak boleh
menyebabkan dikuranginya volume semen dalam adukan. Bahan
tambahan yang mempercepat pengerasan awal sama sekali tidak
boleh dipakai, sedangkan untuk beton kedap air dibawah tanah tidak
boleh mempergunakan waterproofer yang mengandung garam.
2. Pekerjaan Kolom Uk. 30 x 30 cm
 Syarat pelaksanaan dan bahan yang digunakan
 Portland Semen
Digunakan Portland Semen dari jenis I menurut NI type I menurut
ASTM dan memenuhi standart semen Portland. Semen harus
disimpan dalam gudang yang kedap air dan berventilasi baik.
Kantong-kantong berisi semen tidak boleh ditumpuk lebih dari 10
lapis, atau ditumpuk lansung diatas lantai, tempat penyimpanan
semen harus ditinggikan 30 cm. Kontraktor harus memberitahukan
kepada Konsultan Pengawas kapan dan dimana semen itu dihasilkan.
Untuk mencegah semen dalam zak disimpan terlalu lama sesudah
penerimaan, Kontraktor hendaknya memakai semen menurut urutan
kronologis yang diterima dalam gudang penyimpanan.
 Aggregate (Pasir, Kerikil atau Batu Pecah)

22
Untuk bahan agregat (halus dan kasar) dapat dipakai agregat alami
atau buatan asal memenuhi syarat menurut PBI-1971. Bila dianggap
perlu dapat dilakukan pengujian butiran dengan memperhatikan
persyaratan PUBI-1982.
Agregat halus harus bersih, keras dan berbutir tajam, bebas dari
lumpur, gumpalan tanah/lumpur, bahan organik lainnya yang dapat
mengurangi atau merusak mutu beton.
Agregat kasar harus bersih dan bebas dari bahan-bahan yang halus,
mudah pecah, keropos, tipis atau panjang-panjang, bebas dari bahan
organik atau dari substansi yang merusak.
 Air Adukan Beton
Air untuk campuran dan pemeliharaan beton harus air yang bisa
diminum, tidak mengandung zat-zat yang merusak atau mengurangi
kualitas beton seperti minyak, asam, alkali, garam, dan bahan
organik.
 Besi Beton
Besi penulangan beton harus disimpan dengan cara-cara sedemikian
rupa sehingga bebas dari hubungan langsung dengan tanah lembab
ataupun basah. Juga besi penulangan harus disimpan rata (Round
Bars) maupun besi-besi penulangan bergelombang (Deformed Bars)
harus sesuai dengan persyaratan dalam NI-2 Pasal 3.7.
Besi yang akan digunakan harus bebas dari karat dan kotoran lain.
Apabila terdapat karat pada bagian permukaan besi, maka besi harus
dibersihkan dengan cara disikat atau digosok tanpa mengurangi
diameter penampang besi, atau menggunakan bahan cairan sejenis
“Vikaoxy Off” produksi yang telah memenuhi SII atau yang setaraf
dan disetujui Konsultan Pengawas. Konsultan Pengawas dapat
memerintahkan untuk diadakan pengujian terhadap beton cor di
tempat yang akan digunakan, dan bahan yang akan diakui serta yang
disetujui Konsultan Pengawas. Semua biaya sehubungan dengan

23
pengujian tersebut di atas sepenuhnya menjadi tanggungan
Pemborong.
 Kawat Pengikat harus berukuran minimal diameter 1 mm seperti
yang disyaratkan dalam PBI NI-2 Pasal 3.7.
 Bahan Campuran Tambahan
Pemakaian bahan tambahan kimiawi (concrete admixture), kecuali
yang disebutkan tegas didalam RKS dan gambar harus mendapat
izin tertulis dari Konsultan Pengawas. Penggunaan additive harus
sesuai dengan petunjuk pabrik. Pemakaian additive ini tidak boleh
menyebabkan dikuranginya volume semen dalam adukan. Bahan
tambahan yang mempercepat pengerasan awal sama sekali tidak
boleh dipakai, sedangkan untuk beton kedap air dibawah tanah tidak
boleh mempergunakan waterproofer yang mengandung garam
 Bekisting
Type bekisting yang digunakan dapat dalam bentuk baja atau kayu.
Pekerjaan lain- lain yang dikerjakan, harus dengan persetujuan
Konsultan Pengawas.
Bekisting harus direncanakan sedemikian rupa, sehingga tidak ada
perubahan bentuk yang nyata dan cukup dapat menampung beban-
beban sementara sesuai dengan jalannya kecepatan pembetonan.
Semua bekisting harus diberi penguat datar dan silang, sehingga
kemungkinan bergeraknya bekisting selama pelaksanaan dapat
ditiadakan, juga harus cukup rapat untuk menghindari keluarnya
adukan (mortal). Susunan bekisting dengan penunjang-penunjang
harus teratur, hingga pengawasan atas kekurangannya dapat mudah
dilakukan. Kayu penyangga dan silangan-silangan adalah menjadi
tanggung jawab Kontraktor, begitu pula dengan dimensi dari
bekisting tersebut.
Pada bagian terendah dari setiap phase pengecoran dari bekisting
kolom atau dinding, harus ada bagian yang mudah dibuka untuk
inspeksi dan pembersihan. Cetakan untuk pekerjaan kolom dan

24
pekerjaan beton lainnya harus menggunakan papan tebal minimal
2,5 cm atau multiplek 18 mm, balok 5/7, 6/10, 8/10 dan dolken dia.
8-12 cm, dapat digunakan dari mutu kayu Kelas II. Kayu bekisting
harus bersih dan dibasahi terlebih dahulu sebelum pengecoran.
Adakan tindakan untuk menghindarkan pengumpulan air pembasah
tersebut pada sisi bawah. Pembongkaran cetakan harus dilaksanakan
dengan hati-hati sehingga tidak menyebabkan cacat pada
permukaan beton. Dalam hal terjadi bentuk beton yang tidak sesuai
dengan gambar rencana, pemborong wajib mengadakan perbaikan
atau pembetulan kembali.
IV. Pekerjaan Instalasi Listrik
 Lingkup Pekerjaan
Lingkup Pekerjaan Instalasi Listrik meliputi Pemasangan Kabel dan Pasang
Lampu.
 Pemasangan instalasi listrik baru disesuaikan dengan kebutuhan dan
sesuai dengan gambar rencana.
 Kabel yang digunakan untuk instalasi penerangan adalah kabel yang
telah memenuhi SPLN. Jenis kabel yang digunakan adalah Kabel
NYY 2 x 1,5 mm.
 Lampu yang digunakan adalah lampu LED Strip.
 Saklar, stop kontak, dan fitting yang digunakan harus mendapatkan
persetujuan dari Konsultan Pengawas.
 Syarat dan pelaksanaan
 Komponen-komponen panel yang digunakan adalah produksi dalam
negeri yang telah memenuhi SPLN & LMK.
 Untuk pemasangan kabel-kabel dan komponen-komponen lainnya
yang harus tertanam di dalam dinding/plesteran, maka
pelaksanaannya harus dilakukan sebelum pekerjaan plesteran
dilaksanakan.
V. Pekerjaan Pasangan
 Lingkup Pekerjaan

25
Lingkup pekerjaan pasangan meliputi Pemasangan Ornament, Pemasangan
ACP, Pemasangan Acian, Pemasangan Aklirik dan Stiker.
1. Pemasangan Ornament
 Syarat dan pelaksanaan
Kontraktor harus melaksanakan semua pekerjaan yang tertera dalam
gambar-gambar yang berupa jaringan dalam dan luar bangunan, pengadaan/
pemasangan fixtures masing-masing sistem sebagaimana jenis pekerjaan
tersebut pada RKS ini, dan segala sesuatu yang diperlukan sehingga seluruh
sistem dapat berfungsi dengan sempurna. Bila dalam uraian berikut tidak
secara lengkap menguraikan persyaratan-persyaratan atas pekerjaan-
pekerjaan seperti pada butir-butir berikut, maka persyaratan teknisnya
dianggap telah diuraikan pada pasal-pasal sebelumnya.
2. Pemasangan ACP + Rangka
 Syarat dan pelaksanan
 Pemasangan rangka untuk ACP
ACP (Aluminium Composite Panel) dipasang pada rangka yang
telah dipersiapkan secara khusus. Dalam pembuatan rangkanya,
Kontraktor harus memperhatikan struktur yang dibutuhkan sesuai
kondisi lokasi proyek pekerjaan atau spesifikasi yang sudah
ditentukan. Pembuatan rangka untuk ACP memerlukan material-
material seperti hollow galvanis atau hollow aluminium, yang
berfungsi untuk ambangan dan penyangga dan braket siku yang
berfungsi untuk memperkuat rangka hollow.
 Perakitan rangka untuk pemasangan ACP harus dilaksanakan
dengan akurat sesuai ukuran model ACP menurut spesifikasi dan
gambar teknis.
 Setelah modul ACP selesai dibenting, pekerjaan selanjutnya adalah
menekuk bendingan tersebut serta memberikan braket aluminium.
Braket berguna untuk mengunci ACP pada rangka memakai system
sekrup. Jumlah braket yang perlu dipasang dapat disesuaikan
menurut ukuran modul ACP.

26
 Memasang modul ACP pada rangka yang sudah kita buat yaitu
dengan mengikat ACP menggunakan sekrup dari braket rangka.
Disarankan pada proses pemasangan ACP ini dibantu dengan benang
agar posisinya benar-benar lurus.
3. Pemasangan 1 m2 Acian
 Syarat dan pelaksanaan
 Pekerjaan acian dilakukan setelah plesteran beton berumur 7 hari.
 Bersihkan permukaan dinding plesteran atau permukaan beton dari
noda debu, minyak cat, bahan-bahan lain yang dapat mengurangi
daya ikat acian.
 Lakukan pembasahan penyiraman dengan air terhadap plesteran
beton yang akan di aci, tebal acian tidak boleh lebih dari 3 mm.
 Gunakan jidar aluminium untuk meratakan acian.
 Setelah acian setengah kering gunakan kasut kecil untuk merapikan
dan menghaluskan acian secara merata dan tidak bergelombang.
 Bidang acian harus tetap dibasahi dengan air minimal 7 hari, dan
setelah itu acian baru dikeringkan.
 Setelah acian benar-benar kering dan atas persetujuan Konsultan
Pengawas /Direksi, pekerjaan pengecatan baru dilaksanakan.
4. Pasang Akrilik + Stiker
 Syarat dan pelaksanaan
 Kontraktor harus melaksanakan semua pekerjaan yang tertera dalam
gambar-gambar yang berupa jaringan dalam dan luar bangunan,
pengadaan/ pemasangan fixtures masing-masing sistem sebagaimana
jenis pekerjaan tersebut pada RKS ini, dan segala sesuatu yang
diperlukan sehingga seluruh sistem dapat berfungsi dengan
sempurna. Bila dalam uraian berikut tidak secara lengkap
menguraikan persyaratan-persyaratan atas pekerjaan-pekerjaan
seperti pada butir-butir berikut, maka persyaratan teknisnya dianggap
telah diuraikan pada pasal-pasal sebelumnya.
VI. Pekerjaan Besi

27
 Lingkup Pekerjaan
Lingkup Pekerjaan Besi meliputi Pemasangan Pipa Schedule + Plat Plendes
beserta Finishing Cat Meni, Pemasangan Baja Siku beserta Finishing Cat
Meni, Angkur Baseplate.
 Syarat dan pelaksanaan
 Contoh bahan yang akan digunakan harus diperlihatkan kepada
Konsultan Pengawas untuk disetujui. Contoh itu harus
memperlihatkan kualitas pengelasan dan penghalusan untuk
standar dalam pekerjaan ini.
 Pengerjaan di bengkel maupun di lapangan harus mendapat
persetujuan Konsultan Pengawas. Semua pengelasan harus
memakai las listrik. Tenaga kerja yang melakukan hal ini harus
benar-benar ahli dan berpengalaman.
 Semua bagian yang di las harus diratakan dan finish sehingga sama
dengan permukaan sekitarnya.
 Pemasangan (penyambungan dan pemasangan accesorise) harus
dilakukan oleh tukang yang ahli dan berpengalaman.
 Semua untuk pekerjaan ini harus mengacu pada gambar rencana,
kecuali ditentukan lain.
VII. Pekerjaan Pengecatan
 Lingkup Pekerjaan
Bagian ini meliputi, bahan cat, peralatan, dan perlengkapan lainnya untuk
melaksanakan pekerjaan pengecatan pada seluruh detail yang disebutkan
dalam gambar dan sesuai petunjuk Konsultan Pengawas.
 Syarat dan pelaksanaan
 Sebelum dikerjakan, semua bahan harus ditunjukan kepada
Konsultan Pengawas beserta ketentuan, persyaratan, jaminan pabrik
untuk mendapatkan persetujuan.
 Bahan yang tidak disetujui harus diganti tanpa biaya tambahan.

28
 Jika dipandang perlu diadakan penukaran/penggantian bahan
pengganti harus disetujui oleh Konsultan Pengawas berdasarkan
contoh yang diajukan Kontraktor.
 Untuk pekerjaan cat di daerah terbuka, jangan dilakukan dalam
keadaan cuaca lembab dan hujan atau keadaan angin berdebu, yang
akan mengurangi kualitas pengecatan. Bilamana waktu mendesak,
harap dilakukan pengecatan dalam keadaan terlindung dari basah dan
lembab ataupun debu.
 Permukaan bahan yang akan dicat harus benar-benar sudah
dipersiapkan untuk pengecatan, permukaan yang akan dicat harus
benar-benar kering, bersih dari debu, lemak/minyak, dan noda-noda
yang melekat.
 Setiap pengecatan yang akan dimulai pada suatu bidang, harus
mendapat persetujuan Konsultan Pengawas.
 Kontraktor tidak diperkenankan memulai suatu pekerjaan bila ada
kelainan/perbedaan ditempat itu sebelum kelainan tersebut
diselesaikan.
 Bila terdapat kelainan dalam hal apapun antara gambar dan lain-
lainnya, maka Kontraktor harus segera melaporkannya kepada
Konsultan Pengawas/Direksi Teknis.
 Teknis
 Lakukan pengecatan dengan cara terbaik, yang umum dilakukan
kecuali spesifikasi lain. Urutan pengecatan, penggunaan lapisan -
lapisan dasar dan tebal lapisan penutup minimal sama dengan syarat
pabrik. Pengecatan harus rata, tidak ditumpuk, tidak bercucuran atau
ada bekas-bekas yang menunjukan tanda-tanda sapuan, semprotan
dan roller.
 Sapuan semua dasar dengan cat memakai kuas, penyemprotan hanya
diizinkan dilakukan bila disetujui Konsultan Pengawas.
 Pengecatan kembali dilakukan bila ada cat dasar atau cat akhir yang
kurang menutupi atau lepas. Pengulangan pengecatan dilakukan

29
sebagaimana ditunjukan oleh Konsultan Pengawas, serta harus
mengikuti petunjuk dan spesifikasi yang dikeluarkan pabrik yang
bersangkutan.
 Kerapian pekerjaan cat ini dituntut untuk tidak mengotori dan
mengganggu pekerjaan finishing lain, atau pekerjaan lain yang sudah
terpasang. Pekerjaan yang tidak sempurna diulang dan diperbaiki
atas tanggungan kontraktor.

Pasal 8
Penutup

Ayat 1 Sebelum penyerahan pertama, kontraktor wajib meneliti semua bagian pekerjaan
yang belum sempurna dan harus diperbaiki, semua ruangan (direksi keet) harus
bersih, halaman harus ditata rapi dan semua barang yang tidak berguna harus
disingkirkan dari proyek.
Ayat 2 Meskipun telah ada pengawas dan unsur-unsur lainnya, semua penyimpangan dari
ketentuan bestek dan gambar menjadi tanggungan pelaksana, untuk itu pelaksana
harus menyelesaikan pekerjaan sebaik mungkin.
Ayat 3 Selama masa pemeliharaan, pemborong wajib merawat, mengamankan dan
memperbaiki segala cacat yang timbul sehingga sebelum penyerahan II
dilaksanakan pekerjaan benar-benar telah sempurna.
Ayat 4 Semua yang belum tercantum dalam peraturan ini (RKS) akan ditentukan
kemudian dalam rapat penjelasan (Aanwijzing).
Ayat 5 Apabila dalam gambar maupun RKS belum disebutkan suatu detail komponen
bangunan, tetapi dari segi fungsi maupun konstruksi harus ada, maka menjadi
kewajiban kontraktor untuk menyelenggarakannya.
Ayat 6 Untuk hal tersebut diatas tidak diterima permohonan untuk menambah harga
Borongan. Dengan demikian harus dianggap bahwa penawaran adalah untuk
melaksanakan sesuatu pekerjaan yang secara teknis maupun fungsinya dapat
dipertanggung jawabkan.
Ayat 7 Hal-hal yang belum tercantum dalam Peraturan dan syarat-syarat ini akan diatur
secara musyawarah berdasarkan A.V.1941 dan Peraturan-peraturan lain yang
lazim dipergunakan dalam suatu Pekerjaan pemborongan bangunan sepanjang
tidak bertentangan dengan Rencana Kerja dan Syarat-syarat ini.

30
Malang, 2023
CV.AKA DESIGN & ENGINEERING

KHOIRUL IRFANI S.P.d


Direktur

31

Anda mungkin juga menyukai