Anda di halaman 1dari 28

PENGARUH METODE DISKUSI DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

PESERTA DIDIK PADA PEMBELAJARAN PAI DI SMKN 3


KOTA SORONG

PROPOSAL

Diajukan untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar


Sarjana Pendidikan (S.Pd.) pada Program Studi
Pendidikan Agama Islam

Oleh:

SAID HARDIANZA
NIM. 410121022

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SORONG
2024
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu bentuk perwujudan manusia yang dinamis karena mengalami
perkembangan, perubahan dan perbaikan yang sejalan dengan tuntutan masyarakat modern. 1
Pendidikan dalam lingkungan sekolah memiliki tujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.2
Sejauh ini, pendidikan masih memegang peranan yang sangat penting. Dengan adanya
pendidikan, sumber daya manusia dapat berkembang menuju ke arah yang lebih baik. Salah satunya
dapat dilihat dari hasil belajar yang telah dicapai oleh peserta didik. Dalam perkembangannya,
guru harus memiliki keahlian untuk memilih dan menggunakan strategi pembelajaran yang sesuai
dengan pembelajaran.
Salah satu mata pelajaran yang harus disampaikan pada anak didik yaitu Pendidikan Agama
Islam (PAI). PAI merupakan mata pelajaran yang wajib diberikan di tingkat sekolah menengah
pertama (SMP) dan sekolah menengah atas (SMA). Karena pada jenjang itulah terjadi pembentukan
kepribadian, pembiasaan untuk menguasai konsep-konsep Islam dan mengamalkannya dalam
kehidupan.” PAI sangat kompleks, sehingga dalam proses pembelajarannya diperlukan metode
pembelajaran agar ilmu agama Islam dapat dipahami, dimengerti, dan dapat diaplikasikan dalam
kehidupan sehari-hari.3
Keberhasilan suatu proses pembelajaran dapat dilihat dari ketercapaian peserta didik dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran. Keberhasilan pendidikan tidak hanya tergantung pada pendidik
yang selalu dituntut dapat mengajar secara profesional dengan metode dan kurikulum yang bagus
saja, melainkan peran aktif peserta didik dalam proses belajar yang juga sangat menentukan
keberhasilan pendidikan. Pada umumnya guru cenderung menggunakan metode pembelajaran
konvensional yang lebih menitikberatkan pada kegiatan pengajaran ceramah, karena sederhana dan
mudah dilaksanakan, metode ini juga tidak memakan banyak waktu. Akan tetapi, metode ini
memberikan kesan peserta didik cenderung hanya sebagai objek dan membatasi peserta didik untuk
berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran.
Setelah melakukan pengamatan dilanjutkan melakukan observasi dari permasalahan tersebut,
peneliti memilih untuk menggunakan metode diskusi kelompok kecil pada proses pembelajaran.
Menggunakan metode diskusi memiliki kelebihan yakni berfungsi untuk merangsang peserta didik
berpikir dan berani mengeluarkan pendapatnya sendiri. penggunaan metode diskusi yang efektif,
efisien dan menarik perhatian peserta didik dengan mengangkat permasalahan yang hangat dalam
pembelajaran Pendidikan Agama Islam memiliki hubungan yang erat. Metode diskusi diperhatikan
oleh Al-Qur’an dalam mendidik dan mengajar manusia dengan tujuan lebih memantapkan
pengertian dan sikap pengetahuan mereka terhadap masalah. Diharapkan dengan menggunakan
metode diskusi dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam, akan menarik minat peserta
didik mengikuti kegiatan belajar sehingga dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar.
1
Amri, Sofyan, Pengembangan & Model Pembelajaran dalam Kurikulum 2013, (Jakarta: PT. Prestasi
Pustakaraya, 2013), h. 89.
2
Anggraini, D., & Nuraini, H, Hubungan Persepsi Siswa terhadap Kompetensi Pedagogik Guru dengan Hasil
Belajar Biologi Siswa Kelas X SMA Swasta Sinar Husni Medan Tahun Pembelajaran 2014/2015, ( Jurnal Pelita
Pendidikan, 4(1), 009-106, 2016).
3
Gunawan, Heri, Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi, (Bandung: Alfabeta, 2017), h. 76.
Metode diskusi adalah salah satu cara mendidik yang berupaya memecahkan masalah yang
dihadapi, baik dua orang atau lebih yang masing-masing mengajukan argumentasinya untuk
memperkuat pendapatnya.4 Metode diskusi diperhatikan oleh Al-Qur‟an dalam mendidik dan
mengajar manusia dengan tujuan lebih memantapkan pengertian dan sikap pengetahuan mereka
terhadap masalah. Perintah Allah dalam hal ini adalah agar mengajak ke jalan yang benar dengan
hikmah dan maulidah yang baik dan membantah dengan berdiskusi dengan cara yang paling baik.
Allah berfirman dalam surat An-Nahl: 125, yaitu:

Artinya : Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan
berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah
yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih
mengetahui siapa yang mendapat petunjuk.

Berdasarkan observasi awal yang penulis lakukan pada peserta didik kelas X SMKN 3 Kota
Sorong untuk mengamati kegiatan peserta didik, ternyata peserta didik kurang aktif dalam
mengikuti pembelajaran, peserta didik terlihat bosan dan kurang merespon penjelasan guru, peserta
didik juga tidak menunjukkan ekspresi gembira dan tidak bersemangat, mungkin hanya coba patuh
dan berusaha mengikuti perintah guru saja, akan tetapi semua ingatan tentang materi akan berakhir
bersamaan dengan berakhirnya pembelajaran hari itu.
Saat tanya jawab peserta didik hanya menjawab saja, tanpa dipikir apakah jawabannya tepat
atau tidak, dan jika guru marah peserta didik hanya diam dan tidak mau menjawab lagi, akhirnya
pembelajaran hanya terjadi satu arah yaitu guru bicara peserta didik hanya mendengarkan. Saat
evaluasi dilakukan tentu saja hasilnya pun tidak akan memuaskan, walaupun guru sudah
memberikan jadwal ulangan harian, berdasarkan wawancara yang telah dilakukan ternyata hanya
beberapa anak yang belajar di rumah untuk persiapan ulangan, itu pun mungkin karena dorongan
atau perintah orang tua mereka Hal ini terjadi bukan sepenuhnya salah peserta didik yang tidak
dapat mengikuti pembelajaran dengan baik, tetapi sebagai guru yang merupakan agen perubahan
kita harus selalu intropeksi diri dan mencoba melakukan berbagai inovasi baik itu dalam metode
pembelajaran ataupun penggunaan metode diskusi, dan dalam menghadapi masalah ini penulis
ingin mencoba menggunakan metode yang tepat untuk mendorong motivasi belajar peserta didik.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti sangat tertarik untuk melakukan penelitian
tentang “Penerapan Metode Diskusi dalam Meningkatkan Hasil Belajar Peserta didik pada
Pembelajaran PAI di SMKN 3 Kota Sorong”.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Bagaimana pengaruh metode diskusi pada pembelajaran pendidikan agama Islam (PAI) dalam
meningkatkan hasil belajar peserta didik SMKN 3 Kota Sorong?

C. Tujuan Penelitian

4
Fathurrohman Pupuh, M. Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar; Strategi Mewujudkan Pembelajaran
Bermakna Melalui Penanaman Konsep Umum & Konsep Islami, (Bandung: PT Refika Aditama, 2015), h. 56.
Berdasarkan rumusan masalah yang diuraikan di atas maka tujuan yang ingin dicapai
dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh metode diskusi pada pembelajaran
pendidikan agama Islam (PAI) dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik SMKN 3 Kota
Sorong.

BAB II
KERANGKA TEORITIS

A. Metode Diskusi
1. Pengertian Metode Diskusi
Kata diskusi berasal dari bahasa latin yaitu discussus yang berarti to examine. Discussus
terdiri dari akar kata dis dan cuture. Dis artinya terpisah sedangkan cuture artinya
menggoncangkan atau memukul. Secara etimologi discuture berarti suatu pukulan yang
memisahkan sesuatu atau dengan kata lain membuat sesuatu menjadi jelas dengan cara
memecahkan atau menguraikan.5
Diskusi adalah metode pembelajaran yang menghadapkan peserta didik pada suatu
permasalahan. Tujuan utama metode ini adalah untuk memecahkan masalah, menjawab
pertanyaan, menambah dan memahami pengetahuan peserta didik serta untuk membuat suatu
keputusan.6 Diskusi adalah percakapan ilmiah yang berisikan pertukaran pendapat,
pemunculan ide, serta pengujian pendapat yang dilakukan oleh beberapa orang yang
tergabung dalam kelompok untuk mencari kebenaran.7
Diskusi adalah suatu kegiatan kelompok untuk memecahkan suatu masalah dengan
maksud untuk mendapat pengertian bersama yang lebih jelas dan lebih teliti tentang sesuatu,
atau untuk merampungkan keputusan bersama. 8 Diskusi adalah suatu proses yang melibatkan
dua individu atau lebih, berintegrasi secara verbal dan saling berhadapan saling tukar
informasi (information sharing), saling mempertahankan pendapat (self maintenance) dalam
memecahkan sebuah masalah tertentu (problem solving).9
Ramayulis juga mengemukakan dalam Armai Arief pengertian yang hampir sama
bahwa metode diskusi dalam pendidikan adalah suatu cara penyajian atau penyampaian bahan
pelajaran di mana guru memberikan kesempatan pada para peserta didik atau kelompok untuk
mengadakan pembicaraan ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau
menyusun berbagai alternatif pemecahan masalah.10 Dalam Islam diskusi atau musyawarah
sebagai mana dijelaskan dalam Firman Allah SWT dalam Al-Qur’an 42: 38
‫َو ا َّلِذ ي َن ا ْس َت َج ا ُبوا ِلَر ِّبِه ْم َو َأَقا ُم وا ال َّصاَل َة َو َأْم ُر ُه ْم ُش و َر ٰى َبْيَنُه ْم َو ِم َّم ا َر َز ْقَن ا ُه ْم ُيْن ِف ُق و َن‬
Terjemahannya: “Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan
mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat
antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami
berikan kepada mereka”.

Metode diskusi merupakan metode pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan


kualitas interaksi antara peserta didik. Tujuannya ialah untuk memperoleh pengertian bersama
yang lebih jelas dan lebih teliti tentang sesuatu, di samping untuk mempersiapkan dan
menyelesaikan keputusan bersama.11
Berdasarkan pendapat dari beberapa para ahli di atas maka dapat penulis simpulkan
bahwa metode diskusi adalah salah satu alternatif metode atau cara yang dapat dipakai oleh
5
Arief Armai, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2012), h. 145.
6
Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013), h. 200.
7
Arief Armai, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2012), h. 145.
8
Ahmad Sabri, Strategi Belajar Mengajar dan Micro Teaching, (Padang: Quantum Teaching, 2015), h. 56.
9
Arief Armai, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2012), h. 145.
10
Arief Armai, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2012), h. 146.
11
Ahmad Munjin Nasih, dkk, Metode dan Teknik Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Malang: PT Refika
Aditama, 2013), h. 57.
seorang guru di kelas dengan tujuannya untuk dapat memecahkan suatu masalah berdasarkan
pendapat para peserta didik.
2. Jenis-jenis Metode Diskusi
Macam-macam jenis diskusi yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran antara
12
lain:
a. Diskusi kelas
Diskusi kelas atau disebut juga diskusi kelompok adalah proses pemecahan masalah
yang dilakukan oleh seluruh anggota kelas sebagai peserta diskusi.
b. Diskusi kelompok kecil
Diskusi kelompok kecil dilakukan dengan membagi peserta didik dalam kelompok-
kelompok. Jumlah anggota kelompok antara 3-5 orang. Pelaksanaannya dimulai dengan
guru menyajikan permasalahan secara umum, kemudian masalah tersebut dibagi-bagi ke
dalam sub masalah yang harus dipecahkan oleh setiap kelompok kecil.

c. Simposium
Simposium adalah metode mengajar dengan membahas suatu persoalan dipandang
dari berbagai sudut pandang berdasarkan keahlian. Simposium dilakukan untuk
memberikan wawasan yang luas kepada peserta didik. Setelah para penyaji memberikan
pandangannya tentang masalah yang dibahas, simposium diakhiri dengan pembacaan
kesimpulan hasil kerja tim perumus yang telah ditentukan sebelumnya.
d. Diskusi Panel
Diskusi panel adalah pembahasan suatu masalah yang dilakukan oleh beberapa orang
panelis yang biasanya terdiri dari 4-5 orang dihadapan pendengar. Diskusi panel berbeda
dengan jenis diskusi lainnya. Dalam diskusi panel pendengar tidak terlibat secara langsung
tetapi berperan hanya sekedar peninjau para panelis yang sedang melaksanakan diskusi.
e. Seminar
Seminar merupakan bentuk pertemuan yang dihadiri oleh sejumlah orang untuk
melakukan kajian dan pembahasan suatu masalah (topik/tema) melalui gagasan pikiran dan
tukar pendapat yang dipandu oleh orang ahli.
f. Lokakarya
Lokakarya adalah bentuk pertemuan yang membahas masalah praktis atau
teknis/operasional yang biasanya merupakan tindak lanjut dari hasil seminar sehingga hal-
hal yang bersifat konseptual dapat diturunkan ke dalam suatu produk yang siap untuk
dikembangkan atau dilaksanakan.13
Dapat disimpulkan dari beberapa jenis-jenis diskusi peneliti mangambil jenis diskusi
kelompok kecil karna sangat efektif dan efesien dan dapat di terapakan di dalam kelas x di
SMKN 3 kota sorong.

3. Langkah-langkah Metode Diskusi

12
Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013), h. 201-203.
13
Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013), h. 203.
Menurut Supriyanto dalam Ahmad Munjin Nasih dkk (2013 : 61-62) menyatakan ada
hal-hal yang perlu diperhatikan oleh guru dalam menggunakan metode diskusi mulai dari
perencanaan sampai tindak lanjut diskusi tersebut.
a. Perencanaan diskusi
1) Tujuan diskusi harus jelas agar arah diskusi lebih terjamin.
2) Peserta diskusi harus jelas memenuhi persyaratan tertentu dan jumlahnya disesuaikan
dengan sifat diskusi itu sendiri.
3) Penentuan dan perumusan masalah yang akan didiskusikan harus jelas.
4) Waktu dan tempat diskusi harus tepat, sehingga tidak akan berlarut-larut.
b. Pelaksanaan diskusi
1) Membuat struktur kelompok (pemimpin, sekretaris, dan anggota).
2) Membagi-bagi tugas dalam diskusi.
3) Merangsang seluruh peserta untuk berpartisipasi.
4) Mencatat ide-ide dan saran-saran yang penting.
5) Menghargai setiap pendapat yang diajukan peserta.
6) Menciptakan situasi yang menyenangkan.
c. Tindak lanjut diskusi
1) Membuat hasil-hasil atau kesimpulan dari diskusi.
2) Membacakan kembali hasilnya untuk diadakan korelasi sepenuhnya.
3) Membuat penilaian terhadap pelaksanaan diskusi tersebut untuk dijadikan bahan
pertimbangan dan perbaikan pada diskusi- diskusi yang akan datang.
Agar pelaksanaan diskusi berhasil dengan efektif, perlu dilakukan langkah-langkah
sebagai berikut:14
1) Langkah persiapan
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam persiapan diskusi di antaranya:
a) Merumuskan tujuan yang ingin dicapai, baik tujuan yang bersifat umum maupun tujuan
khusus.
b) Menentukan jenis diskusi yang dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang ingin
dicapai.
c) Menetapkan masalah yang akan dibahas.
d) Mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan teknis pelaksanaan diskusi,
misalnya ruang kelas dengan segala fasilitasnya, petugas-petugas diskusi seperti
moderator, notulis, dan tim perumus jika diperlukan.
2) Pelaksanaan diskusi
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan diskusi adalah sebagai berikut:
a) Memeriksa segala persiapan yang dianggap dapat memengaruhi kelancaran diskusi.
b) Memberikan pengarahan sebelum dilaksanakan diskusi.
c) Melaksanakan diskusi sesuai dengan aturan main yang telah ditetapkan. Dalam
pelaksanaan diskusi hendaklah memerhatikan suasana atau iklim belajar yang
menyenangkan misalnya tidak tenang, tidak saling menyudutkan dan lain sebagainya.
d) Memberikan kesempatan yang sama kepada setiap peserta diskusi untuk mengeluarkan
gagasan atau ide-idenya.
e) Mengalihkan pembicaraan kepada pokok persoalan yang sedang dibahas.

14
Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013), h. 203-204.
f) Hal ini sangat penting karena tanpa pengendalian biasanya arah pembahasan menjadi
melebar dan tidak fokus.
3) Menutup diskusi
Akhir dari proses pembelajaran dengan menggunakan diskusi hendaklah dilakukan
hal-hal sebagai berikut:
a) Membuat pokok-pokok pembahasan sebagai kesimpulan sesuai dengan hasil diskusi.
b) Me-review jalannya diskusi dengan meminta pendapat dari seluruh peserta sebagai
umpan balik untuk perbaikan selanjutnya.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, maka dapat penulis simpulkan secara
umum mengenai langkah-langkah metode diskusi di antaranya:
1) Merumuskan tujuan yang ingin dicapai.
2) Menentukan dan merumuskan masalah.
3) Membuat kelompok diskusi.
4) Memberikan arahan sebelum diskusi dimulai.
5) Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengeluarkan gagasannya.
6) Memaparkan hasil diskusi.
7) Menyimpulkan hasil diskusi.
4. Kelebihan dan Kekurangan Metode Diskusi
Metode diskusi mempunyai kelebihan dan kekurangan, di antaranya sebagai berikut :15
a. Kelebihan
1) Suasana di kelas lebih hidup, sebab peserta didik mengarahkan perhatian atau
pikirannya kepada masalah yang sedang didiskusikan.
2) Dapat menaikan prestasi kepribadian individu, seperti : sikap toleransi, demokrasi,
berfikir kritis, sistematis, sabar dan sebagainya.
3) Kesimpulan hasil diskusi mudah dipahami peserta didik, karena mereka mengikuti
proses berfikir sebelum sampai kepada suatu kesimpulan.
4) Peserta didik dilatih belajar untuk mematuhi peraturan-peraturan dan tata tertib
layaknya dalam suatu musyawarah.
5) Membantu murid untuk mengambil keputusan yang lebih baik.
6) Tidak terjebak ke dalam pikiran individu yang kadang-kadang salah, penuh prasangka
dan sempit.
b. Kekurangan
1) Kemungkinan ada peserta didik yang tidak ikut aktif, sehingga diskusi baginya hanyalah
merupakan kesempatan untuk melepaskan tanggungjawab.
2) Sulit menduga hasil yang dicapai, karena waktu yang dipergunakan untuk diskusi cukup
panjang.
3) Sering terjadi pembicaraan dalam diskusi dikuasai oleh 2 atau 3 orang peserta didik
yang memiliki keterampilan berbicara.
4) Kadang-kadang pembahasan dalam diskusi meluas sehingga kesimpulan menjadi kabur.
5) Memerlukan waktu yang cukup panjang, dan kadang-kadang tidak sesuai dengan yang
direncanakan.
Ada beraga kelebihan dan kekurangan dari pelaksanaan metode diskusi sebagai
berikut:16
15
Arief Armai, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2012), h. 148-149.
16
Ahmad Munjin Nasih, dkk, Metode dan Teknik Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Malang: PT Refika
Aditama, 2013), h. 59-60.
1) Sisi Positif
a) Suasana belajar mengajar di kelas akan berkembang. Hal itu dapat diketahui karena
konsentrasi peserta didik akan terfokus kepada masalah yang sudah didiskusikan,
sehingga partisipasi peserta didik dalam metode ini sangat dibutuhkan.
b) Memberikan pelajaran bersikap toleran, demokrat kritis, dan berpikir sistematis kepada
peserta didik.
c) Kesimpulam-kesimpulan dari masalah yang sedang didiskusikan dapat secara mudah
diingat peserta didik. Hal itu disebabkan karena peserta didik mengikuti alur berpikir
diskusi.
d) Memberikan pengalaman kepada peserta didik tentang etika bermusyawarah.
2) Sisi Negatif
a) Jalannya diskusi seringkali didominasi oleh peserta didik yang pandai sehingga
mengurangi peluang peserta didik yang lain untuk berpartisipasi.
b) Jalannya diskusi sering dipengaruhi oleh pembicaraan yang menyimpang dari topik
pembahasan masalah, sehingga pembahasan melebar kemana-mana.
c) Diskusi biasanya lebih banyak memboroskan waktu, sehingga tidak sejalan dengan
prinsip efisiensi.
Berdasarkan pendapat dari beberapa para ahli di atas, maka dapat penulis simpulkan
secara umum mengenai kelebihan dan kekurang metode diskusi di antaranya:
1) Berfikir untuk lebih kritis.
2) Memecahkan masalah bersama-sama.
3) Menghargai adanya perbedaan pendapat.
4) Suasana kelas menjadi lebih hidup.
5) Adanya peserta didik yang tidak berpartisipasi dalam diskusi.
6) Lebih dikuasai dengan orang-orang yang pandai.
7) Memerlukan waktu yang banyak.
B. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah penilaian akhir yang diperoleh peserta didik selama mengikuti
kegiatan pembelajaran, yang akan menunjukan tingkat pemahaman peserta didik. Menurut
Hamalik bahwa hasil belajar menunjukan kepada prestasi belajar, sedangkan prestasi belajar itu
merupakan indikator adanya derajat perubahan tingkah laku siswa. 17 Menurut Nasution hasil
belajar adalah hasil dari suatu interaksi tindak belajar mengajar dan biasanya ditunjukan dengan
nilai tes yang diberikan guru.18 Sedangkan menurut Dimyati dan Mudjiono hasil belajar adalah
hasil yang ditunjukan dari suatu interaksi tindak belajar dan biasanya ditunjukan dengan nilai tes
yang diberikan guru.19
Berdasarkan simpulan dari pengertian hasil belajar yang telah dikemukakan diatas bahwa
hasil belajar adalah perubahan perilaku siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran, yang
mencangkup aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan untuk menjadikan ke arah yang lebih
baik. Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil belajar dari mata pelajaran
PAI.
Secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan, yaitu perubahan tingkah
laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

17
Hamalik, Oemar, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2017), h. 70
18
Nasution, Metode Penelitian Naturalistik-kualittaif, (Bandung: Tarsito, 2016), h. 50
19
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2016), h. 35
Pengertian belajar dapat didefinisikan sebagai berikut : “Belajar ialah suatu proses usaha yang
dilakukan sseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.”
Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar ada dua, yaitu faktor ekstern dan intern.
1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki seorang siswa setelah menerima
pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai pengaruh dalam kegiatan pembelajaran,
salah satunya untuk memberikan informasi kepada guru mengenai perkembangan dirinya
dalam mengikuti proses pembelajaran apakah siswa sudah mencapai tujuan pembelajaran atau
belum.
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar meliputi faktor internal dan eksternal,
sebagai berikut:20
a. Faktor internal; faktor internal merupakan faktor yang bersumber dari dalam diri peserta
didik, yang mempengaruhi kemampuan belajarnya.
b. Faktor internal ini meliputi: kecerdasan, minat dan perhatian, motivasi belajar, ketekunan,
sikap, kebiasaan belajar, serta kondisi fisik dan kesehatan. Faktor eksternal; faktor yang
berasal dari luar diri peserta didik yang mempengaruhi hasil belajar yaitu keluarga,
sekolah, dan mayarakat.
Simpulan dari beberapa pendapat diatas bahwa faktor yang mempengaruhi hasil belajar
ada dua yaitu dari dalam diri siswa (faktor internal) dan faktor dari luar yaitu lingkungan
sekitar (faktor eksternal). Sebagai guru harus memahami faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi hasil belajar siswa, agar tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai.
2. Macam-macam Pengukuran Hasil Belajar
Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler
maupun tujuan instruksional, menggunakan pengukuran hasil belajar dari Benyamin Bloom
yang sudah direvisi membaginya menjadi tiga ranah, yaitu:
a. Hasil Belajar Kognitif
Kognitif adalah kawasan yang membahas tujuan pembelajaran yang berkenaan
dengan proses mental yang berawal dari tingkat pengetahuan sampai ketingkat yang lebih
tinggi yakni evaluasi. Kemampuan yang termasuk ranah kognitif ini terdiri dari 6 tingkatan
menurut jenjang kognitif Taksonomi Bloom, yaitu :
1) Mengingat adalah mengambil pengetahuan dari memori jangka panjang.
2) Memahami adalah mengkontruksi makna dari materi pembelajaran, apa yang
diucapkan, ditulis dan digambarkan oleh guru.
3) Mengaplikasikan adalah menerapkan atau menggunakan suatu prosedur dalam keadaan
tertentu.
4) Menganalisis adalah memecah-mecah materi jadi bagian-bagian penyusunannya dan
menentukan hubungan-hubungan antara bagian itu dan hubungan antara bagian-bagian
tersebut dan keseluruhan struktur atau tujuan.
5) Mengevaluasi adalah mengambil keputusan berdasarkan kriteria standar.
6) Mencipta adalah memadukan bagian-bagian untuk membentuk sesuatu yang baru
dan koheren atau untuk membuat suatu produk yang orisinal.
b. Hasil Belajar Afektif
20
Susanto, Ahmad, Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar, (Jakarta: Kencana
Prenadamedia Group, 2016), h. 60
Afekif adalah satu domain yang berkaitan dengan sikap, apresiasi (penghargaan).
Tingkatan afektif ini yaitu:
1) Kemauan menerima, yakni keinginan memperhatikan suatu gejala atau rancangan
tertentu.
2) Kemauan menaggapi, yakni keinginan yang menunjuk pada partisipasi aktif dalam
kegiatan tertentu, seperti menyelesaikan tugas dan manaati peraturan.
3) Penerapan karya, yakni penerimaan terhadap berbagai sistem nilai yang berbeda-
beda berdasarkan pada suatu sistem nilai yang lebih tinggi.
4) Ketekunan dan ketelitian, pada paraf ini individu yang telah memiliki sistem nilai
selalu menyelaraskan perilakunya sesuai dengan sistem nilai yang dipegangnya.
c. Hasil Belajar Psikomotor
Psikimotor adalah tujuan yang berkaitan dengan keterampilan (skill) yang bersifat
manual atau motorik. Adapun tingkatan-tingkatannya yaitu :
1) Persepsi, yakni penggunaan indra dalam melakukan kegiatan.
2) Mekanisme, yakni penampilan respons yang sudah dipelajari dan menjadi kebiasaan.
3) Respon terbimbing, yakni meniru atau mengikuti dan mengulangi perbuatan yang
diperintahkan atau ditunjukan oleh orang lain.
4) Adaptasi, yakni keterampilan yang sudah berkembang pada diri individu sehingga
yang bersangkutan mampu memodifikasi pada pola gerakan sesuai dengan situasi
dan kondisi tertentu.
C. Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Agama Islam (PAI) merupakan salah satu mata pelajaran yang terdapat di
setiap jengjang pendidikan mulai dari SD,SMP maupun SMA. Pendidikan Agama Islam di
sekolah bertujuan agar terbentuknya peserta didik yang memiliki akhlakul karimah dan
menumbuhkan keimanan di dalam sanubarinya melalui pemberian pengetahuan yang
berdasarkan kepada Al-Qur’an dan Hadits sehingga menjadi peserta didik yang memegang
teguh ajaran agama Islam.
Pendapat di atas sejalan dengan pandangan Dasim Budimansyah yang mengatakan
bahwa Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta
didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga mengimani, bertaqwa dan berakhlak
mulia dalam mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya kitab suci Al-Qur’an
dan Hadits, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, serta penggunaan pengalaman.
Di barengi tuntunan untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan
kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat hingga terwujud kesatuan dan persatuan
bangsa.21
Dari definisi di atas, Pendidikan Agama Islam sejatinya menyerukan kepada setiap
muslim agar senantiasa bertaqwa dengan beribadah kepada Allah swt. agar menjadi hamba
Allah swt. yang sholeh dalam seluruh aspek kehidupan. Seperti dalam Firman Allah swt.
dalam surat Adz Dzariyat (56) yang berbunyi :

{56{ ‫َو َم ا َخ َلْقُت اْلِج َّن َو اِإْل ْنَس ِإاَّل ِلَيْعُبُدوِن‬

Artinya : Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah
kepada-ku.( Adz Dzariyat: 56).
21
Dasim Budimansnyah, Model Pembelajaran PAI, (Bandung: PT Genesindo, 2015), h. 50.
Pendidikan Agama Islam adalah, suatu usaha sadar untuk membina dan mengasuh
peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran Islam secara menyeluruh (kaffah). Lalu
menghayati tujuan yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai
pandangan hidup.22
Dalam pengertian yang lain dikatakan oleh Al-Syaibaniy dalam Ramayulis bahwa:
Pendidikan Agama Islam adalah proses mengubah tingkah laku peserta didik pada kehidupan
pribadi, masyarakat, dan alam sekitarnya. Proses pertumbuhan tersebut dilakukan dengan cara
pendidikan dan pengajaran sebagai suatu aktifitas asasi dan profesi diantara sekian banyak
profesi asasi dalam masyarakat.23
Dari penjabaran pengertian tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa, Pendidikan Agama
Islam di sekolah, diharapkan mampu membentuk kesalehan pribadi (individu) dan kesalehan
sosial sehingga terbentuknya peserta didik yang berakhlak mulia dengan mengamalkan
ajaran-ajaran Agama Islam yang telah diyakini secara menyeluruh serta menjadikan ajaran
Agama Islam itu sebagai suatu pandangan hidup demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di
dunia dan di akhirat.
2. Fungsi dan Tujuan Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Agama Islam memiliki peran yang demikian strategis dalam menciptakan
kondisi masyarakat yang sejahtera, adil, dan makmur. artinya Pendidikan Agama Islam akan
membimbing dan memproses sumber daya manusia melalui pembelajaran dan pengajaran
yang bersumber dari wahyu (Al-Qur’an) sehingga terbentuk individu yang memiliki
kompetensi yg memadai.24
Budimansyah dalam bukunya menjelaskan fungsi dan tujuan Pendidikan Agama Islam
adalah sebagai berikut :25
a. Fungsi Pendidikan Agama Islam di sekolah
1) Pengembangan Keimanan dan ketakwaa kepada Allah swt. serta akhlak mulia peserta
didik seoptimal mungkin, yang telah ditanamkan terlebih dahulu dalam lingkungan
keluarga.
2) Penanaman nilai ajaran Islam sebagai pedoman mencapai kebahagiaan hidup didunia
dan di akhirat.
3) Penyesuaian mental pserta didik tehadap lingkungan fisik dan sosial melalui pendidikan
agama Islam.
4) Perbaikan kesalahan-kesalahan, kelemahan-kelamahan peserta didik dalam keyakinan,
pengamalan ajaran agama Islam dalam kehidupan sehari-hari.
5) Pencegahan peserta didik dari hal-hal negatif buaya asing yang akan dihadapinya
sehari-hari.
6) Pengajaran tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum (alam nyata dan nir-
nyata) sistem dan fungsionalnya.
7) Penyaluran peserta didik untuk mendalami pendidikan agama kejenjang yang lebih
tinggi.
8) Untuk mencerdaskan anak bangsa yang berakhlak yang berpegang teguh pada Al-
Qur’an dan Sunnah.
22
Heri Gunawan, Kurikulum dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Bandung: Alvabeta, 2015), h. 150.
23
Ramayulis, & Nizar, S, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2019), h. 50.
24
Heri Gunawan, Kurikulum dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Bandung: Alvabeta, 2015), h. 155.
25
Dasim Budimansnyah, Model Pembelajaran PAI, (Bandung: PT Genesindo, 2015), h. 60.
9) Memberikan pemahaman tentang Al-Qur’an dan Sunnah
10) Mampu menjadi pemimpin yang betul-betul adil.
b. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Bedasarkan fungsinya diatas, maka tujuan Pendidikan Agama Islam di sekolah
adalah untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan, melalui pemberian dan
pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman peserta didik
tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal
keimanan, ketakwaan kepada Allah swt. serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi,
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan kejenjang
pndidikan yang lebih tinggi.26
Menurut peneliti tujuan Pendidikan Agama Islam ialah usaha berupa bimbingan dan
asuhan terhadap anak didik agar kelak setelah selesai pendidikannya dapat memahami dan
mangamalkan ajaran agama islam serta menjadikannya sebagai pandangan hidup.
3. Karakteristik Pendidikan Agama Islam
Karakteristik pendidikan Agama Islam pada hakikatnya tidak terlepas dari sejarah
Islam. Pendidikan Agama Islam memiliki karekteristiknya tersendiri yang memiliki sifat
tersendiri yang khas dan berbeda dari pendidikan umum lainnya. Seperti yang dikutip oleh
Tafsir bahwa, “Pendidikan Agama Islam sebagai bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan
hukum-hukum Agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut
ukurann Agama Islam.”27
Pendidikan Agama Islam merupakan bidang ajaran kajian yang sangat penting dan
fundamental dalam pembentukan manusia secara utuh, dan memiliki peranan yang sangat
penting dalam kehidupan manusia sebagai tata nilai, pedoman, pembimbing dan pendorong
atau penggerak untuk mencapai kualitas hidup yang lebih baik. Pendidikan Agama Islam
(PAI) yang merupakan bagian dari pendidikan agama di Indonesia mempunyai tempat yang
sangat strategis dalam penyelenggaraan pendidikan di Indonesia.
Berikut karakteristik Pendidikan Agama Islam (PAI) di SMP menurut Nisma, sebagai
berikut:28
a. PAI merupakaan mata pelajaran yang dikembangkan dari ajaran-ajaran pokok yang
terdapat dalam agama Islam, sehingga PAI merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan
dari ajaran Islam.
b. Ditinjau dari segi muatan pendidikannya, PAI merupakan mata pelajaran pokok yang
menjadi satu komponen yang tidak dapat dipisahkan dengan mata pelajaran lain yang
bertujuan untuk pengembangan moral dan kepribadian peserta didik.
c. PAI di SMP bertujuan terbentuknya peserta didik yang beriman dan bertaqwa kepada
Allah swt., berakhlak mulia, dan memiliki pengetahuan yang cukup tentang Islam,
sehingga dapat dijadikan bekal untuk mempelajari berbagai bidang ilmu tanpa harus
terbawa oleh pengaruh-pengaruh negative yang mungkin ditimbulkan oleh ilmu tersebut.
d. PAI tidak hanya menekankan pada aspek kognitif saja, tetapi yang lebih penting adalah
pada aspek afektif dan psikomotornya. Peserta didik dapat menguasai berbagai kajian
keIslaman sekaligus mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

26
Dasim Budimansnyah, Model Pembelajaran PAI, (Bandung: PT Genesindo, 2015), h. 65.
27
Heri Gunawan, Kurikulum dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Bandung: Alvabeta, 2015), h. 160.
28
https://nismakhoiri.blogspot.com/2018/12/analisis-kurikulum-2018-pai-smp.html. (diakses pada 7 Desember
2022).
e. Secara umum mata pelajaran PAI didasarkan pada ketentuan-ketentuan yang ada pada Al-
Qur’an dan Hadits Nabi melalui metode Ijtihad (dalil aqli) para ulama mengembangkan
prinsip-prinsip PAI tersebut dengan lebih rinci dan mendetail dalam bentuk Fiqih dan
hasil-hasil Ijtihad lainnya.
f. Prinsip-prinsip dasar PAI tertuang dalam aqidah, syaria’ah dan akhlak. Aqidah :
penjabaran dari konsep iman, Syariah : penjabaran dari konsep Islam berupa ibadah dan
muamalah, dan akhlak: merupakan penjabaran dari konsep ihsan.
g. Tujuan akhir dari mata pelajaran PAI di SMP adalah terbentuknya peserta didik yang
memiliki akhlak mulia yang merupakan misi utama diutusnya Nabi Muhammad saw. di
dunia. Dengan demikian, pendidikan akhlak adalah jiwa Pendidikann Agama Islam (PAI).
Mencapai akhlak karimah (mulia) adalah tujuan sebenarnya dari pendidikan.
h. PAI adalah mata pelajaran wajib yang harus di ikuti oleh setiap peserta didik, terutama
yang beragama Islam, atau bagi yang beragama lain yang didasari dengan kesadaran yang
tulus dalam mengikutinya.
4. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam
Dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar tingkat SMA/SMK mata pelajaran
PAI, Ruang lingkupnya meliputi aspek-aspek sebagai berikut :
a. Al-Qur’an
b. Hadits
c. Aqidah
d. Akhlak
e. Fiqih
f. Sejarah Kebudayaan Islam (Kurikulum PAI k13 SMA).
D. Hipotesis
H0 : Tidak terdapat mengetahui pengaruh metode diskusi pada pembelajaran pendidikan agama
Islam (PAI) dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik SMKN 3 Kota Sorong.
H1 : Terdapat mengetahui pengaruh metode diskusi pada pembelajaran pendidikan agama Islam
(PAI) dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik SMKN 3 Kota Sorong.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan menggunakan
penelitian asosiatif kausal dengan metode survei sehingga data yang digunakan termasuk data
primer. Penelitian pendekatan kuantitatif adalah penelitian yang menggunakan analisis data berupa
angka.29 Berdasarkan tingkat penjelasan kedudukan variabel, penelitian ini juga bersifat asosiatif
kausal. Penelitian kausal asosiatif adalah penelitian yang mencari hubungan sebab akibat atau
pengaruh, yaitu hubungan atau pengaruh variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y). 30
Penelitian dengan metode survey merupakan penelitian yang menggunakan kuesioner sebagai
instrumen penelitian. Dalam melakukan survei, kondisi penelitian tidak dimanipulasi oleh peneliti.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian


Lokasi atau obyek dalam penelitian ini adalah SMK 3 Kota Sorong yang beralamat di km 12
Kota Sorong. Waktu pelaksanaan penelitian direncanakan pada bulan Januari 2024.

C. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Menurut Sugiyono, populasi adalah suatu wilayah generalisasi yang terdiri dari subjek atau
objek yang memiliki ciri dan kualitas tertentu yang ditentukan oleh seorang peneliti untuk
dipelajari, yang kemudian ditarik suatu kesimpulan. 31 Populasi dalam penelitian ini adalah semua
siswa SMK 3 Kota Sorong yang berjumlah 72 siswa.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan sifat-sifat yang dimiliki oleh populasi. Sampel yang
diambil dari suatu populasi harus benar-benar representatif, karena hasil penelitian akan
digeneralisasikan untuk populasi tersebut.32 Sampel dalam penelitian ini adalah siswa SMK 3 Kota
Sorong yang berjumlah 23 siswa.
D. Jenis dan Sumber Data
Data terdiri dari 2 (dua) jenis, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah data
yang diperoleh secara langsung dengan terjun ke lapangan sedangkan data sekunder adalah data
yang diperoleh secara tidak langsung yaitu melalui jurnal, website, dan lain-lain. 33
E. Variabel Penelitian
Menurut Suharsini Arikunto Variabel adalah objek suatu penelitian atau apa yang
menjadi titik perhatian suatu penelitian. Pada penelitian ini terdapat dua variabel yaitu :
1. Variabel Bebas (X)
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahan atau
timbulnya variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah metode diskusi.
2. Variabel Terikat (Y)
Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena adanya
variable bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar.

29
Suryani & Hendryadi. 2015. Metode Riset Kuantitatif Teori dan Aplikasi pada Penelitian Bidang Manajemen
dan Ekonomi Islam. Jakarta: Prenada Media Group, h. 109
30
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta, h. 55
31
Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Pendidikan. Alfabeta, Bandung, hal.117
32
Ibid, hal. 119
33
Mohammad Mulyadi, “Penelitian Kuantitatif Dan Kualitatif Serta Pemikiran Dasar Menggabungkannya
[Quantitative and Qualitative Research and Basic Rationale to Combine Them],” Jurnal Studi Komunikasi Dan Media
15, no. 1 (2019): 128.
F. Teknik Pengumpulan Data
Agar penelitian ini berhasil dengan menggunakan metode yang valid dan dengan segala
keterbatasan yang ada dalam penelitian ini, maka teknik pengumpulan data yang digunakan oleh
peneliti adalah: 34
1. Metode Observasi
Teknik observasi adalah pengamatan yang dilakukan secara langsung pada saat pengambilan
data aktivitas belajar siswa. Observasi tersebut dilakukan dengan melihat, mengamati sendiri dan
mencatat perilaku peserta didik dalam kegiatan belajar. Melakukan pengamatan atau observing,
peneliti bertugas mengajar menggantikan posisi guru mata pelajaran dan dibantu seorang observer,
yang bertugas mengamati aktivitas belajar siswa yang berlangsung. Pengamatan dilakukan dengan
lembar aktivitas siswa.
2. Pretest
Pada pertemuan pertama peneliti menmberikan soal pre-test terdiri dari 20 butir soal. Pre-test
diberikan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan dan pengetahuan siswa mengenai materi
membaca dalam mata pelajaran PAI.
3. Pos-test
Pemberian tes dilakukan setelah adanya perlakuan. Pemberian soal test pada post-test sama
dengan pre-test. Hal ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan siswa setelah
adanya perlakuan yang diberikan oleh peneliti. Hasil tes pada post-test ini untuk mengetahui
apakah metode pembelajaran problem based introduction berpengaruh terhadap hasil belajar
siswa dengan materi tema/sub benda-benda di lingkungan sekitar/berbagai wujud benda.
4. Dokumentasi
Dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh data langsung dari tempat
penelitan, laporan kegiatan, foto –foto, dari data tes tertulis yang telah dilakukan, selain itu juga
untuk menunjukan bukti secara visual yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan.
Dokumentasi yang dilakukan peneliti ini adalah pengumpulan dokumen yang diperlukan dan
pemotretan kondisi kegiatan pembelajaran selama pelaksanaan penelitian berlangsung di SMK 3
Kota Sorong.
F. Teknik Analisis Data
Penelitian ini menggunakan analisis kuantitatif, yaitu dengan menggabungkan semua data yang
diperoleh dari hasil penelitian di lapangan serta semua informasi yang diperoleh dari orang dan
literatur yang ada, kemudian dilakukan analisis kuantitatif berdasarkan interpretasi sesuai dengan
bukti-bukti yang ada di lapangan. perintah untuk menjawab masalah. yang ada. Sehubungan dengan
itu Moh. Nasir mengatakan bahwa: Analisis data merupakan bagian yang sangat penting dari
metode ilmiah karena dengan analisis, data diberi arti dan makna yang berguna dalam memecahkan
masalah penelitian, data mentah yang telah dikumpulkan perlu dipecah menjadi kelompok-
kelompok. Kategori dipegang, dimanipulasi dan diperas sedemikian rupa. Sehingga data tersebut
memiliki arti untuk menjawab masalah dan berguna untuk menguji hipotesis.35 Analisis data yang
digunakan adalah:

1. Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk menguji sejauh mana keakuratan atau kebenaran suatu
instrumen sebagai instrumen untuk mengukur variabel pencarian yang digunakan. Jika alat ukur itu
34

35
Nazir, Moh, Metode Penelitian, C etakan Kelima, (Jakarta, Ghalia Indonesia, 2011), 105
valid atau benar, maka hasil pengukurannya pasti benar, atau dengan kata lain validitas bagaimana
alat ukur yang digunakan benar-benar mengukur apa yang ingin diukur. Dengan mengkorelasikan
antara skor elemen dan skor total jika korelasi R di atas 0,30, dapat disimpulkan bahwa instrumen
ini valid jika korelasi R tidak kurang dari 0,30, dapat disimpulkan bahwa elemen instrumen tidak
valid, sehingga harus dikoreksi atau dibuang.

¿¿
Keterangan:
X = Skor item
Y = Skor Total
XY = Skor Pertanyaan
N = Jumlah responden untuk diuji coba
R = Korelasi product moment
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah sejauh mana hasil pengukuran suatu instrumen mewakili karakteristik yang
diukur. Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang apabila digunakan beberapa kali untuk
mengukur objek yang sama akan menghasilkan data yang sama/konsisten. Untuk mencari koefisien
reliabilitas instrumen, dicoba pada subjek yang sama berulang kali tetapi hasilnya tetap sama.
Untuk mencari koefisien reliabilitas instrumen tes, peneliti menggunakan rumus K-R-21 (Sugiyono,
2016:102) sebagai berikut:

r
i=
k
(k−1 ) {
1−
M (k−M )
k (S t 2) }
Keterangan:
r = Reliabilitas tes secara keseluruhan
k = Banyak intern
M = Rata-rata skor
St2 = Varian total.

3. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang diambil dalam penelitian
berdistribusi normal atau tidak. Untuk uji normalitas data dengan melihat nilai akan dilakukan
dengan bantuan program computer IBM SPSS Statistics v.20. Dalam hal ini berlaku ketentuan
bahwa Ho ditolak apabila nilai signifikan (Sig) < 0,05, berarti sampel berdistribusi normal.
4. Uji t
Pengujian hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu uji t-test dengan sampel
independen. Pengujian hipotesis ini dilakukan untuk mengetahui dugaan sementara yang
dirumuskan oleh penulis.
H0 : μ1 = μ2
Ha : μ1 ≠ μ2
Keterangan :
H0 : Tidak terdapat mengetahui pengaruh metode diskusi pada pembelajaran pendidikan agama
Islam (PAI) dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik SMKN 3 Kota Sorong.
H1 : Terdapat mengetahui pengaruh metode diskusi pada pembelajaran pendidikan agama Islam
(PAI) dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik SMKN 3 Kota Sorong.
.

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Data hasil penelitian ini adalah data yang diperoleh dari tes hasil belajar PAI siswa sebelum
dan sesudah penerapan metode diskusi.

Tabel 4.1 Data Hasil Belajar


No Nama Siswa Nilai
Pretest Posttest
1. C1 65 75
2. C2 70 85
3. C3 55 80
4. C4 50 75
5. C5 55 65
6. C6 80 80
7. C7 70 80
8. C8 50 70
9. C9 75 70
10. C10 80 80
11. C11 45 85
12. C12 60 85
13. C13 60 80
14. C14 40 65
15. C15 50 60
16. C16 45 60
17. C17 60 65
18. C18 35 80
19. C19 70 90
20. C20 70 70
21. C21 20 70
22. C22 70 90
23. C23 40 70

Dari hasil pengumpulan data tabel 4.1, maka untuk mengetahui daya serap siswa dapat
dilihat sebagai berikut:

a) Pretest
Hasil analisis statsitik deskriptif untuk hasil belajar PAI siswa setelah dilakukan
pretest adalah sebagai berikut:
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa Pretest

No. Nama Siswa Nilai Pretest (X) x x²

1 C1 65 7,826 61,248

2 C2 70 12,826 164,509

3 C3 55 -2,174 4,726

4 C4 50 -7,174 51,465
5 C5 55 -2,174 4,726

6 C6 80 22,826 521,030

7 C7 70 12,826 164,509

8 C8 50 -7,174 51,465

9 C9 75 17,826 317,769

10 C10 80 22,826 521,030

11 C11 45 -12,174 148,204

12 C12 60 2,826 7,987

13 C13 60 2,826 7,987

14 C14 40 -17,174 294,943

15 C15 50 -7,174 51,465

16 C16 45 -12,174 148,204

17 C17 60 2,826 7,987

18 C18 35 -22,174 491,682

19 C19 70 12,826 164,509

20 C20 70 12,826 164,509

21 C21 20 -37,174 1381,900

22 C22 70 12,826 164,509

23 C23 40 -17,174 294,943

23 1315 0,000 5191,304

Variansi (S²) SD Mx

225,7088847 15,0236 57,1739

Dari Tabel 4.2 dapat disimpulkan bahwa rata-rata nilai pretest adalah 57,1739 dengan
variansi S2 yaitu 225,7088 dan standar deviasi yaitu 15,0236.

b) Posttest
Hasil analisis statsitik deskriptif untuk hasil belajar PAI siswa setelah dilakukan
posttest adalah sebagai berikut:
1. Membuat Tabel Distribusi Frekuensi
Untuk membuat tabel distribusi frekuensi digunakan langkah-langkah sebagai
berikut:
a. Menentukan banyak kelas interval

K = 1 + 3,3 log n

K = 1 + 3,3 log 23

K = 1 + 3,3 (1,3617)

K = 5,85 dibulatkan menjadi 6


b. Menentukan rentang kelas

R = Data Terbesar – Data Terkecil

R = 90 – 60

R = 30

c. Menghitung panjang kelas


R
P=
K
30
P=
6
P=5
d. Dengan P = 5,dimulai data terkecil, maka diambil 60 sebagai ujung bawah kelas
pertama.
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa Posttest

Interval Frekuensi (Fi)


60 – 64 2
65 – 69 3
70 – 74 5
75 – 79 2
80 – 84 6
85 – 89 3
9094 2

2. Menghitung Nilai Rata-rata


Tabel 4.4 Distribusi Nilai Rata-rata Kelas Posttest

Interval Frekuensi (Fi) Titik tengah (Xi) Fi . Xi


60 – 64 2 62 124
65 – 69 3 67 201
70 – 74 5 72 360
75 – 79 2 77 154
80 – 84 6 82 492
85 – 89 3 87 261
90 − 94 2 92 184
23 1776

Berdasarkan tabel 4.4, maka nilai rata-rata kelas posttest adalah:


k

∑ xi
i=1
x= k

∑ fi
i=1

1776
¿
23
= 77,217
Berdasarkan perhitungan diatas diperoleh nilai rata-rata hasil belajar PAI siswa
SMK 3 Kota Sorong setelah penerapan metode diskusi adalah 77,217.
3. Menghitung Standar Deviasi
Tabel 4.5 Standar Deviasi Prosttest

Interval Fi Xi Fi . Xi Xi - x ( Xi−x )
2
Fi( Xi−x)
2

60 – 64 2 62 124 -15,217 231,557 463,114

65 – 69 3 67 201 -10,217 104,387 313,161

70 – 74 5 72 360 -5,217 27,217 136,085

75 – 79 2 77 154 -0,217 0,0470 0,094

80 – 84 6 82 492 4,783 22,877 137,262

85 – 89 3 87 261 9,783 95.707 287,121

90 − 94 2 92 184 14,783 218,537 437,074

23 1776 1773,911

2=
∑ f i ( x i−x ) 2
∑ fi
S

1773,911
=
23

= 77,1266

SD =
√ ∑ f i (x i−x )2
∑ fi
=

1773,911
23
= √ 77,1266

= 8,7821

Tabel 4.6 Nilai Statistik Deskriptif Hasil Pretest dan Posttest

Statistik Nilai Statistik

Pretest Posttest

Nilai Terendah 20 60

Nilai Tertinggi 80 90

Nilai Rata-rata x 57,17 77,21

Variansi (S2) 225,708 77,1266

Standar Deviasi (SD) 15,023 8,7821

Berdasarkan tabel 4.6, maka dapat diketahui bahwa:


a. Pretest
Nilai terendah yang diperoleh pada Pretest adalah 20 dan nilai tertinggi
adalah 80. Nilai rata-rata yang diperoleh adalah 57,17 dengan standar deviasinya
adalah 15,023.
b. Posttest
Nilai terendah yang diperoleh pada Posttest adalah 60 dan nilai tertinggi
adalah 90. Nilai rata-rata yang diperoleh adalah 77,21 dengan standar deviasinya
adalah 8,7821 .
Berdasarkan hasil pretest dan posttest pada siswa SMK 3 Kota Sorong
diperoleh nilai rata-rata hasil belajar PAI meningkat, yakni nilai rata-rata pretest
adalah 57,17 sedangkan nilai rata-rata posttest adalah 77,21 dengan selisih sebanyak
20,04.
Jika hasil belajar siswa dikelompokkan dalam kategori sangat rendah, rendah,
sedang, tinggi, sangat tinggi akan diperoleh frekuensi dan persentase setelah
dilakukan pretest dan posttest maka didapatlah hasil seperti di bawah ini:
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi dan Persentase Tingkat Penguasaan Materi Siswa

Tingkat Kategori Pretest Posttest


Penguasaan
Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
(%) (%)

0 – 39 Sangat 2 8,69 0 0
rendah
40 – 54 Rendah 8 34,78 2 8,69

55 – 74 Sedang 11 47,83 12 52,17

75 – 89 Tinggi 2 8,69 6 26,08

90 – 100 Sangat 0 0 3 13,4


tinggi

Jumlah 23 100 23 100

f
P= 100%
N

2 0
P= x 100% = 8,69% P= x 100% = 0%
23 23

8 2
P= x 100% = 34,78% P= x 100% = 8,69%
23 23

11 12
P= x 100% = 47,83% P= x 100% = 52,17%
23 23

2 6
P= x 100% = 8,69% P= x 100% = 26,08%
23 23

0 3
P= x 100% = 0% P= x 100% = 13,4%
23 23

Berdasarkan tabel 4.7, maka dapat diketahui bahwa tingkat pengusaan materi
siswa pada pretest dan posttest sebagai berikut.

a) Pada pretest terdapat 2 siswa (8,69%) berada pada katergori sangat rendah, 8 siswa
(34,78%) berada pada kategori rendah, 11 siswa (47,83%) berada pada kategori
sedang, 2 siswa (8,69%) berada pada kategori tinggi, sedangkan (0%) .berada pada
ketegori sangat tinggi.
b) Pada Posttest terdapat 0% siswa berada pada katergori sangat rendah, 2 siswa
(8,69%) berada pada kategori rendah, 12 siswa (52,17%) berada pada kategori
sedang, 6 siswa (26,08%) berada pada kategori tinggi, dan 3 siswa (13,4%) berada
pada kategori sangat tinggi.
Selanjutnya, penulis menyajikan persentase nilai rata-rata kenaikan hasil belajar
PAI siswa SMK 3 Kota Sorong yang dilihat dari hasil pretest dan posttest untuk
mengetahui tingkat kemampuan siswa sebagai berikut:
Tabel 4.8 Nilai Rata-rata Kelas Pretest dan Posttest
Statistik Nilai Statistik

Pretest Posttest

Nilai Rata-rata x 57,17 77,21

Y −X
P= x 100%
X

77 ,21−57 , 17 20 , 04
P= x 100% = x 100% = 11,78%
57 , 17 57 , 17

Jadi, selisih rata-rata kenaikan hasil belajar siswa adalah 20,04 dengan persentase
11,78%.

Dari tabel 4.8, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar PAI SMK 3 Kota
Sorong yang diajar menggunakan metode diskusi meningkat dengan persentase rata-rata
kenaikan hasil belajar yaitu 22,80 %.

4.2 Deskripsi Analisis Data


Pada bagian ini digunakan untuk menjawab rumusan masalah yang ketiga, dimana pada
bagian ini akan dijawab dengan menggunakan statistik inferensial. Pada analisis ini ada 3 tahap
untuk mengetahui apakah penerapan metode diskusi efektif terhadap hasil belajar PAI siswa. Tahap
yang dimaksud adalah pengujian normalitas, homogenitas, dan pengujian hipotesis dengan t-test.
Ketiga pengujian ini dilakukan secara menggunkan SPSS. Berikut hasil pengolahan data dengan
tahap yang dimaksud:

1. Uji Normalitas
Pengujian normalitas data digunakan untuk mengetahui apakah data tersebut
berdistribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas dilakukan pada hasil dari kedua
sampel tersebut, yaitu hasil belajar pretest dan hasil belajar posttest.
Pengujian normalitas data digunakan untuk mengetahui apakah data tersebut normal
atau tidak. Jika data tersebut berdistribusi normal maka sig > α dan jika data tersebut tidak
berdistribusi normal maka sig < α. Pengujian normalitas pada data kelas eksperimen dapat
dilihat pada output SPSS dibawah ini !

Tabel 4.9 Pengujian Normalitas terhadap Kelas Pretest Posttest

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnov(a) Shapiro-Wilk

Kelas Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Hasil Belajar Prestes


,146 23 ,200(*) ,959 23 ,436
PAI t

Postest ,181 23 ,049 ,942 23 ,201

* This is a lower bound of the true significance.


a Lilliefors Significance Correction

Pengujian normalitas dilakukan pada data pretest posttest siswa SMK 3 Kota Sorong,
taraf signifikan yang ditetapkan adalah 0,05.Setelah dilakukan pengolahan data pada SPSS
maka diperoleh output nilai sign untuk kelas pretest sebesar 0,436 berarti nilai sig lebih
besar dari nilai α (0,436 > 0,05). Jadi, dapat disimpulkan bahwa data pretest berdistribusi
normal. Dan setelah dilakukan pengolahan data pada SPSS untuk posttest sebesar 0,201
berarti nilai sig lebih besar dari nilai α ( 0,201 > 0,05), jadi dapat disimpulkan bahwa data
pretest juga berdistribusi normal.
2. Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu uji t-test dengan
sampel independen. Pengujian hipotesis ini dilakukan untuk mengetahui dugaan sementara
yang dirumuskan oleh penulis.
H0 : μ1 = μ2
H1 : μ1 ≠ μ2
Tabel 4.10 Hasil Uji t
Paired Samples Test

Paired Differences
95% Confidence
Interval of the
Std. Error Difference
Mean Std. Deviation Mean Lower Upper t df Sig. (2-tailed)
Pair 1 Pretest - Postest -18,04348 14,36055 2,99438 -24,25344 -11,83351 -6,026 22 ,000

Berdasarkan tabel 4.10 diketahui bahwa hasil uji t diperoleh thitung 6,026 dan ttabel
pada signifikasi 0,05 sebesar 1,68, maka dapat disimpulkan bahwa H1 diterima dan Ho ditolak
yang berarti hipotesis penelitian terjawab karena dapat hasil yang signifikan terhadap hasil
belajar PAI sesudah diberi perlakuan metode diskusi.
Dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode diskusi berpengaruh terhadap hasil
belajar PAI SMK 3 Kota Sorong.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data, maka akhirnya dapat disimpulkan bahwa:
Hasil belajar PAI SMK 3 Kota Sorong yang diajar menggunakan metode diskusi pada kelas
posttest diperoleh nilai rata-rata 77,21 dan lebih tinggi dari pada nilai rata-rata sebelum penerapan
metode diskusi pada kelas pretest dengan nilai rata-rata 57,17 dengan selisih 20,04 dengan
persentase 11,78 %. Berdasarkan hasil analisis inferensial diperolah t hitung = 6,026 dan harga ttabel
dengan α = 0,05 dan dk = (23+23-2) = 44 adalah 1,68. Karena t hitung > ttabel (6,026 > 1,68) maka dapat
disimpulkan bahwa Ho ditolak. Jadi hasil belajar PAI siswa yang diajar menggunakan metode
diskusi lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar PAI siswa yang tidak diajar menggunakan
metode diskusi, ini berarti bahwa metode diskusi berpengaruh terhadap hasil belajar PAI siswa
SMK 3 Kota Sorong.
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Majid. Belajar dan Pembelajaran PAI. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013.
Ahmad Munjin Nasih, dkk. Metode dan Teknik Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Malang :
PT Refika Aditama, 2013.
Ahmad Sabri. Strategi Belajar Mengajar dan Micro Teaching. Jakarta: PT. Ciputat Press, 2015.
Amir Daien Indra Kusuma. Pengantar Ilmu Pendidikan. Malang : Usaha Nasional, 2012.
Arief, Armai. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta: PT. Intermasa, 2012.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan. Jakarta: Rineka Cipta, 2019.
Dasim Budimansnyah. Model Pembelajaran PAI. Bandung : PT Genesindo, 2015.
Djamarah, Syaiful Bahri. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta, Rineka Cipta, 2016.
Eveline Siregar. Teori Belajar Dan Pembelajaran. Bogor: Ghalia Indonesia, 2015.
Hasibuan dan Moedjiono. Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2019
Heri Gunawan. Kurikulum dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Bandung: Alvabeta, 2015.
Heri Gunawan. Pendidikan Karakter. Bandung: CV. Alfabeta, 2017.
Muhammad Fathurrohman dan Sulistyorini. Implementasi Manajemen Peningkatan Mutu
Pendidikan Islam Peningkatan Lembaga Pendidikan Islam Secara Holistik. Yogyakarta:
Teras, 2012.
Mulyasa. Menjadi Guru profesional Menciptakan Pembelajaran Yang Kreatif Dan Menyenangkan.
Bandung; PT. Remaja Rosdakarya, 2018.
Nuraini, Yuliani Sujiono, dkk. Metode Pengembangan Kognitif. Tangerang Selatan: Universitas
Terbuka, 2016.
Pupuh Fathurrahman dan M. Sobry Sutikno. Strategi Belajar Mengajar. Bandung : Refika Aditama,
2015.
Ramayulis, & Nizar, S. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia, 2019.
Sulistyorini. Belajar dan Pembelajaran Meningkatkan Mutu Pembelajaran Sesuai Standar
Nasional. Yogyakarta: Teras, 2012.
Suryabrata, Sumadi. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali, 2015.
Udan Syaefuddin. Pengembangan Profesi Keguruan. Bandung; Alfabeta, 2019.
Uno, H. B. Profesi Kependidikan: Problema, Solusi dan Reformasi Pendidikan di Indonesia.
Jakarta: Bumi Aksara, 2016.
Yamin, M. Strategi dan Metode dalam Model Pembelajaran. Jakarta: Referensi (GP Press Group),
2016.
Zuhairini. Metodik Khusus Pendidikan Agama. Surabaya: Usaha Nasional, 2016.

Anda mungkin juga menyukai