Anda di halaman 1dari 4

Pendahuluan

Terdapat tiga tugas pokok seorang guru dalam melaksanakan pembelajaran, yaitu menyampaikan
materi (what to teach), menentukan cara yang relevan dalam menyampaikan materi (how to teach),
dan memutuskan apa yang harus dievaluasi (what to evaluate).

Sebuah materi pembelajaran akan mampu dipahami oleh peserta didik dengan cepat dan mudah
tergantung pada relevansi cara yang digunakan dalam mengajar dengan materi yang diajarkan dalam
proses pembelajaran. Dengan demikian, guru dituntut untuk selalu mempersiapkan rencana
pembelajaran yang di dalamnya mengandung cara mengajar (how to teach) yang disesuaikan dengan
materi yang akan diajarkan.

Di samping itu, kemampuan memahami kondisi peserta didik menjadi salah satu aspek yang wajib
dipertimbangkan, karena tingkat kompetensi peserta didik yang berbeda juga menghendaki
pemanfaatan cara mengajar yang berbeda pula. Kompetensi guru dalam menentukan cara mengajar
yang mempertimbangkan tingkat kompetensi peserta didik serta kondisi mereka. Ada beberapa
metode yng dapat digunakan seperti GTM dan DM yang akan kami bahas.

Grammar Translation Method (GTM)

Menurut Larsen-Freeman (2010), GTM dikenal dengan metode klasik Karena metode ini mengadopsi
teknik dalam mengajar bahasa Latin dan Yunani. GTM merupakan sebuah metode dalam pengajaran
bahasa asing Yang memiliki tujuan untuk membantu siswa agar dapat membaca dan Menghargai
karya sastra bahasa asing. Metode ini lebih menekankan Pada pengajaran aturan-aturan kebahasaan
dalam membaca dan menulis, Dibandingkan dengan keterampilan mendengarkan dan berbicara.

Beberapa karakteristik utama GTM (Richards & Rodgers, 2003; Larsen-Freeman, 2010) adalah:

1. Tujuan utama adalah membantu siswa untuk membaca, karya sastranya.


2. Kemampuan dalam berkomunikasi tidak menjadi penekanan pembelajaran
3. Tata bahasa diajarkan secara deduktif, yang berarti bahwa penjelasan rinci mengenai rumus
atau pola-pola bahasa aturan bahasa diajarkan oleh guru dengan memberikan sebelum
contoh-contoh penggunaannya.
4. Pendekatan yang digunakan berpusat pada guru (guru- pendekatan terpusat). Oleh karena
itu, sebagian besar interaksi di dalam kelas berasal dari guru kepada siswa.
5. Penggunaan bahasa ibu siswa diperbolehkan dan bahasa ibu juga digunakan sebagai alat
interaksi utama di kelas

Menurut Larsen-Freeman (2010), beberapa teknik mengajar yang Dapat diimplementasikan


menggunakan metode GTM sebagai berikut:

1. Translation of a literary passage


Teknik ini merupakan teknik mengajar, yakni siswa diminta untuk menerjemahkan sebuah
teks sastra dari bahasa target ke dalam bahasa ibu.
2. Reading comprehension questions
Setelah diberikan teks untuk dibaca, siswa akan diberikan pertanyaan untuk dijawab lebih
lanjut.
3. Deductive application of rule
Teknik ini digunakan untuk memperkenalkan siswa dengan aturan tata bahasa dalam bahasa
target. Kegiatan ini dilakukan oleh guru dengan menjelaskan aturan tata bahasa, dan diikuti
dengan contoh-contoh.

Kekuatan dari GTM dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Metode ini merupakan cara paling sederhana untuk menjelaskan dari kata-kata dan frasa
dari suatu bahasa ke bahasa yang lain.
2. Metode ini dapat mengurangi tingkat kepenatan seorang guru. Guru yang tidak lancar
berbahasa Inggris dapat menggunakan metode untuk mengajar, karena penekanan
pengajaran ini lebih berpusat pa bahasa tulis.
3. Karena GTM fokus pada aplikasi tata bahasa dan struktur kalim yang benar, hal ini membantu
siswa untuk menguasai tata bahasa dengan baik.
4. Siswa belajar untuk membaca dan menulis dalam bahasa target secara akurat.

Kelemahan dalam menggunakan GTM dapat dijabarkan sebagai Berikut:

1. Metode ini dianggap kurang natural, karena dalam GTM pengajar bahasa target dimulai
dengan membaca. Urutan yang sepatu dilalui dalam pengajaran bahasa adalah
mendengarkan, berbica membaca dan menulis.
2. Terjemahan merupakan tugas yang cukup sulit, karena tidak ada terjemahan yang pasti dan
paling benar dari satu bahasa ke dalam bahasa yang lain.
3. Siswa belajar banyak tentang bahasa daripada belajar bagaimana menggunakan bahasa
tersebut.

Direct Method (DM)

Richards & Rodgers (2003) mengungkapkan bahwa metode ini bertujuan untuk mengarahkan siswa
dalam berkomunikasi menggunakan bahasa target yang mereka pelajari mulai dari tingkat awal
pembelajaran. Metode ini mengadaptasi cara orang belajar bahasa pertama (bahasa ibu) mereka.
Siswa tidak diperbolehkan untuk menggunakan bahasa ibu mereka di dalam kelas bahasa. DM juga
dinamakan Natural Method, yang dikembangkan oleh Berlitz sekitar akhir abad ke-19 di Jerman dan
Prancis. Sebagai reaksi dari GTM, metode ini menjadi populer, karena tujuan dari penggunaan
metode ini adalah belajar bagaimana menggunakan bahasa asing dalam berkomunikasi, dan GTM
tidak efektif dalam menyiapkan siswa dalam menggunakan bahasa target secara komunikatif.

Karakteristik utama dari DM adalah:

1. Metode ini bertujuan untuk memfasilitasi siswa dengan pengetahuan Riil dari bahasa target.
2. Metode ini memiliki satu peraturan dasar, yaitu menerjemahkan sama sekali tidak
diperbolehkan di dalam kelas.
3. Tata bahasa patut diajarkan secara induktif. Di awal pelajaran, guru Akan memberikan contoh
kalimat daripada aturan dari bahasa itu sendiri. Selanjutnya, siswa diharapkan membangun
pengetahuan mereka tentang bahasa dengan menganalisis struktur kalimat.
4. Kosakata sebaiknya diajarkan dalam kalimat penuh, daripada Mengingat daftar kata.
5. Siswa diharapkan terlibat dan berpartisipasi secara aktif dalam menggunakan bahasa target
pada situasi kehidupan sehari-hari.
6. Metode ini lebih mengarah kepada pendekatan yang berpusat pada siswa (learner-centered
approach), karena siswa dituntut untuk belajar menggunakan bahasa dari awal pembelajaran.
Guru membimbing siswa agar dapat menggunakan bahasa target dalam komunikasi.

Terdapat beberapa teknik mengajar yang dapat digunakan dalam mengaplikasikan Direct Method
(Larsen-Freeman, 2010). Teknik tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Reading aloud
Dalam teknik pembelajaran ini, siswa diberikan sebuah teks atau dialog untuk dibaca
nyaring. Di akhir sesi membaca, guru membantu siswa untuk memahami arti yang jelas
dengan menggunakan gerak tubuh, gambar, realitas, contoh- contoh, atau media lainnya.
2. Question and answer exercise
Setelah membaca teks, siswa diberikan pertanyaan pemahaman untuk dijawab dalam
kalimat lengkap. Dengan strategi pembelajaran ini, siswa mampu berlatih kata-kata baru
dan struktur gramatikal dari suatu kalimat. Siswa juga diberikan waktu untuk bertanya
dan menjawab pertanyaan tersebut.
3. Getting students to self-correction
Pengucapan atau pelafalan kata ditekankan dari awal pembelajaran. Ketika siswa
membuat kesalahan dalam latihan menggunakan bahasa lisan, guru memperbolehkan
mereka untuk membuat pilihan antara apa yang telah mereka katakan dengan apa yang
guru contohkan.

Terdapat beberapa kekuatan yang dimiliki oleh DM, seperti:

1. Metode ini merupakan metode alami yang mengajarkan bahasa target dengan cara serupa
ketika siswa belajar bahasa ibu. Mereka dapat mendengar dan berbicara menggunakan
bahasa target dari awal Pembelajaran. Oleh karenanya, mereka dapat menguasai bahasa
targer tersebut dengan cepat.
2. Bahasa Inggris diajarkan sebagai medium pembelajaran, sehingga Tersebut dengan
cepat.Dapat membuat siswa terbiasa dalam menggunakan bahasa target.
3. Siswa mendapatkan kesempatan untuk mendengarkan bahasa Inggris secara lisan. Hal ini
sangat penting dalam bahasa, khususnya dalam meningkatkan kemampuan berbicara dan
pengucapan.
4. Metode ini dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mengekspresikan diri. Hal ini
membantu siswa untuk berpikir secara langsung dalam bahasa Inggris tanpa bantuan dari
bahasa ibu mereka

Selain itu, terdapat beberapa kelemahan dari metode ini, di antaranya

1. Terdapat bagian-bagian kosakata yang tidak dapat diajarkan melalui terjemahan secara
langsung ke bahasa target, sehingga guru dapat menghabiskan banyak waktu untuk
menjelaskan makna suatu kata.
2. Metode ini membutuhkan guru yang memiliki kelancaran dalam menggunakan bahasa
Inggris. Namun faktanya, tidak banyak guru di Indonesia yang memiliki kemampuan ini dalam
bahasa target, karena mereka dibesarkan dan dididik dengan bahasa Inggris pada tataran
konteks lokal, yang biasanya mendapatkan sedikit kesempatan menggunakan bahasa target di
luar konteks kelas.
3. Metode ini kurang tepat digunakan untuk mengatur kelas dengan jumlah siswa yang banyak,
misalnya 40-50, oleh karena metode ini menuntut siswa untuk banyak berlatih menggunakan
bahasa target.

Anda mungkin juga menyukai