Anda di halaman 1dari 21

PEMIKIRAN

EKONOMI
Abu A’la Al-Maududi
(1903 – 1979 M)

Presented by Kelompok 1
Riwayat Hidup
Abu A'la lahir di Aurangabad, sebuah kota di Hyderabad, Delhi, India pada 3 Rajab 1321
H/25 September 1903.
Keluarganya dikenal sebagai keluarga yang sangat religius dan memiliki garis keturunan sufi
yang besar dari tarekat Christiyah yang memainkan peran penting dalam penyebaran Islam
di India.
Pendidikan Abu A'la melibatkan sistem pendidikan modern dengan penekanan pada nalar,
sekaligus memperoleh pendidikan Islam tradisional.
Pada tahun 1920, ia bergabung dengan gerakan khilafat yang terkait dengan tahrik-e-hijrat.
Awal kariernya dimulai sebagai wartawan sebelum akhirnya menjadi editor di surat kabar
regional yang bernama "Taj". Kemudian, ia pindah ke Delhi untuk melanjutkan perjalanan
kariernya.
Abu A'la meninggal dunia pada tanggal 22 September 1979 di Buffalo, New York.
Format Sistem Ekonomi Islam
01 Islam dan Sistem Ekonomi: Islam telah menjelaskan sistem ekonomi Islam, namun tidak memberikan
gambaran sistem yang bersifat permanen dan lengkap.
02 Pandangan Dr. Yusuf Qardhawi: Beliau menyatakan bahwa aturan dalam Islam dapat dibagi menjadi
dua, yaitu yang bersifat global dan yang bersifat rinci. Aturan yang bersifat global umumnya berkaitan
dengan hal-hal yang dapat berubah karena faktor waktu atau tempat.
03 Aspek Global dan Rinci: Aturan global mencakup hal-hal yang mungkin mengalami perubahan seiring
waktu atau perubahan tempat, sementara aturan yang rinci berkaitan dengan hal-hal yang lebih tetap
dan baku.
04 Ketidakpastian dalam Ekonomi dan Politik: Dr. Qardhawi menyoroti bahwa masalah ekonomi dan
politik sering mengalami perubahan, bersifat temporal, dan tergantung pada kondisi ruang dan waktu.
05 Dasar-dasar dalam Islam: Islam, menurut pandangan ini, memberikan dasar-dasar untuk masalah-
masalah ini, tanpa memberikan aturan yang begitu rinci sehingga tidak dapat mengakomodasi
perubahan yang mungkin terjadi.
Tujuan Organisasi
dalam Ekonomi Islam
Kebebasan Individu (individual freedom)
Islam memberikan kebebasan individu dengan pertanggungjawaban kepada Allah SWT,
namun tetap pada batasan tertentu.

Keselarasan dalam Perkembangan Moral dan Materi


Islam tidak hanya menegakkan keadilan sosial pada hukum yang telah ada, tetapi juga
memberikan kesempatan manusia untuk mengamalkan nilai-nilai kebaikan di kehidupan.
Kerjasama, Keserasian, dan Penegakkan Keadilan
Islam tidak mengenal pembagian kelas sosial melainkan menjunjung tinggi persaudaraan
dan persatuan antar manusia.
Merupakan kejahatan
sosial budaya
institusi menyebarkan rasa benci
Merupakan kejahatan dan egois yang merusak semangat
moral dan sopiritual
mengabdi kepada masyarakat dan
memiliki dampak negtaif tidak membantu pertumbuhan
terhadap maslaah psikologis masyarakat.
menjadikan manusia
menjadi maximizer Merupakan kejahatan
melahirkan sikap asosial, ekonomi
antipati, ketamakan, terkumulasinya modal secara sia -
mewariskan kesengsaraan sia karena pemodal menahannya
dengan harapan adanya kenaikan
suku bunga, tidak disalurkan
kepada pelaku bisnis
Prinsip-Prinsip Dasar

01 02
Kepemilikan Pribadidan
Batasannya (Private Property and KeadilanDistribusi
its Limits) (Equitable Distribution)
Dalam Islam, kepemilikan harta tidak dibagi antara Ekonomi Islam memastikan distribusi yang
produsen dan konsumen, atau antara yang adil dengan dua regulasi utama:
menghasilkan dan yang tidak menghasilkan. Namun, pendapatan harus halal, dan pengeluaran
perbedaan terjadi berdasarkan kriteria sebab
tidak boleh merugikan moral individu atau
perolehannya, yaitu apakah diperoleh secara halal
(diperoleh dengan cara yang sah) atau haram
membahayakan masyarakat, termasuk
(diperoleh dengan cara yang tidak sah), dan juga tidak menahan harta dari sirkulasi. Tujuan
berdasarkan bagaimana harta tersebut digunakan, utamanya adalah menciptakan ekonomi
apakah sesuai dengan jalur yang halal atau haram. yang sesuai dengan nilai-nilai etika Islam.
Prinsip-Prinsip Dasar

03 04
Hak-HakSosial
Dalam Islam, hubungan antara kekayaan Zakat
Zakat adalah pungutan yang ditarik dari
individu dan hak sosial tidak dapat
akumulasi harta, perdagangan, berbagai
dipisahkan. Individu yang memiliki kelebihan
bisnis, pertanian, produksi, dan peternakan.
harta memiliki kewajiban untuk membantu
Dana zakat tidak dapat dialokasikan untuk
kerabat yang tidak dapat memenuhi
pembangunan jalan, gedung, dll. Melainkan
kebutuhan hidup. Selain itu, mereka juga
hanya untuk memenuhi hak-hak orang
harus memberikan bantuan kepada mereka
yang telah ditentukan oleh Allah
yang membutuhkan, dengan tetap melakukan
(Mustahiq), seperti fakir miskin, orang-
verifikasi kelayakan penerima bantuan.
orang yang membutuhkan, dan mereka
Semua ini bertujuan untuk membangun moral
yang berhak menerima zakat.
setiap muslim.
Prinsip-Prinsip Dasar

05 06
PeranTenagaKerja, Modal,
HukumWaris (Law of Inheritance)
danPengelolaan (Role of Labour,
Dalam hukum waris Islam, distribusi kekayaan Capital, Management)
almarhum diatur dengan memberikan bagian Sistem sewa-menyewa dan perikatan dalam
pertama kepada ibu, bapak, istri, dan anak- hukum Islam, sebagaimana diuraikan dalam "The
Books of Moslem Fiqh", menyatakan bahwa
anak. Kemudian, saudara-saudara pria dan
tanah dimiliki oleh seseorang dan dapat dikelola
wanita, serta kerabat dekat almarhum,
oleh orang lain. Keduanya menjadi pemegang
mengikuti dalam pewarisan tersebut. Ini saham atas hasil produksi dari tanah tersebut,
mencerminkan prinsip distribusi warisan yang dan mereka akan berbagi dalam keuntungan
diatur untuk memastikan keadilan dan yang dihasilkan. Ini mencerminkan konsep
kesejahteraan keluarga yang ditinggalkan. kerjasama dan pembagian keuntungan yang
sesuai dengan prinsip-prinsip ekonomi Islam.
Prinsip-Prinsip Dasar

07 08
Zakat dan Kesejahteraan Sosial Ekonomi Bebas Riba
(Zakat and Social Welfare) (Interest – Free Economy)
Pendapatan dari zakat dan shadaqah Masalahnya jelas dan praktis, modal tidak
memang diperuntukkan untuk kesejahteraan punya hak untuk memungut bunga yg
sosial dan menyediakan kebutuhan hidup, tetap, meskipun peminjam untung atau
seperti makanan, pakaian, rumah, bantuan rugi. Kreditur tidak punya urusan mengenai
medis, dan pendidikan kepada kelompok risiko yang dijalani oleh industri atau yang
masyarakat yang tidak bisa mencukupi lain mengenai untung rugi.
kebutuhan hidupnya seperti yatim, fakir-
miskin dan yang tidak mampu.
Prinsip-Prinsip Dasar

09
Hubungan Antara Ekonomi,
Politik, dan Aturan Sosial

Ia seperti akar, batang, cabang, dan daun dari suatu pohon. Hal itu
merupakan satu sistem yang timbul dari iman kepada Allah dan utusan-
Nya. Sistem akhlak, ibadah, dan aqidah merupakan satu kesatuan sumber.
Siapapun yang pernah mempelajari Islam dan punya keyakinan tinggi
tidak dapat memisahkan faktor ekonomi dari aturan agama, maka hal itu
tidak bisa disebut Islami.
Zakat & Baitulmaal

Apabila seorang muslim tetap berkeinginan untuk menumpuk kekayaan, sebanyak


2,5% setahun akan diambil dari kekayaan itu dengan kekuatan hukum dan akan
dibelanjakan bagi mereka yang tidak kuat untuk berjuang dalam lapangan ekonomi
atau yang tidak sanggup memperoleh kebutuhan hidupnya. Sedangkan, badan
administratif untuk zakat ini ialah Baitulmaal atau perbendaharaan bersama dari
masyarakat yang memungut zakat itu dan yang membagi-bagikannya di kalangan
kelompok masyarakat yang membutuhkan dan patut mendapat pertolongan.
Lembaga ini adalah penolong yang tetap dan permanen, yang dapat diharapkan
perlindungannya dalam masa-masa sakit, hari tua, musibah-musibah karena bencana
alam, atau keadaan bagaimanapun.
Hukum Waris
Semua hukum lain yang mengatur warisan, mempunyai kecenderungan untuk mengekalkan
konsentrasi kekayaan. Islam mengemukakan cara untuk membagi-bagi kekayaan yang ditumpuk
seseorang dengan mengumpulkannya sedikit demi sedikit dari segenap jurusan segera setelah
orang itu meninggal dunia. Menurut hukum Islam, anak laki-laki maupun perempuan, ibu atau
bapak, isteri, saudara laki-laki dan perempuan, semuanya mempunyai hak atas warisan seseorang,
yang harus dibagi di antara mereka sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.

Dengan ini, biarpun seseorang telah menumpuk harta berjuta-juta atau bermiliar-miliar,
seluruhnya akan disebarkan menjadi bagian-bagian yang kecil setelah dia meninggal dunia di
antara dua atau tiga turunan dan setiap penumpukan kekayaan demikian itu akan disebarkan
sedikit demi sedikit sesuai dengan suatu tata cara hukum.
Peranan Tenaga Kerja, Modal, dan Pengelolaan
(Role of Labour, Capital, Management)
Sewa menyewa menyatakan bahwa tanah dimiliki oleh seseorang dan dipekerjakan oleh orang lain di mana
keduanya merupakan pemegang saham atas produksi dari tanah tersebut. Dengan kata lain, seseorang
yang memiliki modal dan pihak lain menggunakan modal tersebut dalam usaha bisnis akan berbagi dalam
keuntungan.

Dalam transaksi seperti ini, Islam telah mengenali hak pemilik tanah dan pemodal, begitu juga terhadap
pekerja dan pelaku bisnis yang menerangkan secara jelas bahwa Islam menganggap keduanya sebagai
faktor ekonomi. Kemudian dari faktor-faktor tersebut harus adil dalam pembagian keuntungan.

Intinya Islam melepaskan kepada kebiasaan dalam pembagiannya. Jika di antara faktor tersebut saling
berbuat adil, maka hukum tidak bisa mengintervensi dalam urusan mereka. Apabila tidak, hukum
mempunyai hak untuk melakukan intervensi dalam urusan mereka guna menjaga mereka keadilan yang
merata.
RIBA
Abu A'la Maududi memiliki pandangan yang tegas terhadap riba
berdasarkan prinsip-prinsip Islam. Dalam pandangan Maududi,
riba dianggap sebagai sesuatu yang dilarang dalam Islam, dan ia
menilai bahwa praktik riba melanggar prinsip-prinsip keadilan
dan kesejahteraan sosial yang diusung oleh Islam.

Maududi memandang riba sebagai bentuk eksploitasi ekonomi


yang merugikan masyarakat. Ia berpendapat bahwa sistem
ekonomi yang didasarkan pada riba menyebabkan ketidakadilan
dan kesenjangan sosial. Menurut Maududi, Islam mengajarkan
konsep keadilan dalam distribusi kekayaan dan sumber daya,
dan praktik riba bertentangan dengan nilai-nilai tersebut.
Perbedaan Antara Jual Beli
dengan Riba
Jual beli --> penjual memberikan barang dagangan
kepada pembeli kemudian keduanya menetapkan harga
dari barang dagangan itu, dan barang itu diterima
pembeli dengan harga yang telah ditentukan. Bisa jadi
penjual menyiapkan barang dagangan dengan jerih
payahnya, jerih payahnya itu yang disebut dengan
untung.
Riba --> seorang memberikan modal kepada orang lain
dan mengharapkan tambahan yang telah ditentukan
pada awal perjanjian.
Teori Bunga
Pemikiran Al-Maududi tentang bunga mencuat
ketika sebuah surat kabar lokal tgl 22 September
1963 yg memberitakan dihalaman depannya
mengenai opini Fazlur Rahman yg dikemukakan
dihadapan Dewan Penasehat Ideologi Islam bhw
bunga yg ringan adalah halal, sedangkan bunga bank
yg berlipat ganda haram
Teori Piutang Menanggung Risiko
Pelopor teori ini menegaskan bhw kreditor menanggung
risiko krn meminjamkan modalnya dan menangguhkan
keinginannya utk memenuhi keinginan orang lain. Dan
penghutang harus membayar sewa yg merupakan
kompensasi dari menanggung resiko.

-Sesungguhnya kreditor hanya meminjamkan uang yg


berlebihan. Oleh itu, tidak bisa dikatakan sebagai imbalan
karena menahan diri.
- sewa itu hanya dikenakan terhadap barang2 seperti rumah,
perabotan, dsb nya yg digunakan habis, rusak dan
kehilangan sebagaian dari nilainya.
Teori Pinjaman Memperoleh
Keuntungan
Pelopor teori ini mengatakan bhwa ‘waktu’ mempunyai
‘harga’ yg meningkat sejalan dgn periode waktu. Dan
peminjam menginvestasikan modal tadi untuk memperoleh
keuntungan, maka kreditor pun berhak mendapatkan hal
yang sama.

“Bagaimana dan darimana sumber informasi yg menyatakan


bahwa kreditor dapat informasi kalau peminjam rugi
ataupun untung, sehingga kreditor berhak menentukan
bagian keuntungan secara pasti”.
Teori Produktifitas Modal
Menurut teori ini, modal adalah produktif dan bernilai daya
utk menghasilkan barang yg lebih banyak daripada yg
dihasilkan tanpa modal. Sedangkan bunga merupakan
imbalan atas pelayanan produktif tsb atas modal kpd
peminjam dlm proses produksi.

Abu A’la menolak hal itu. Menurutnya, modal hanya akan


mendatangkan keuntungan dan digunakan utk bisnis yg
produktif. Apabila digunakan utk tujuan konsumsi, modal
tdk mempunyai kualifikasi seperti itu
Teori Present Value > Future Value
Keuntungan masa depan diragukan karena
ketidakpastian, sedangkan keuntungan di masa kini jelas
dan pasti
Kepuasan terhadap keinginan di masa kini lebih bernilai
daripada kepuasan di masa depan, karena mungkin tidak
memiliki keinginan seperti itu dimasa depan.
Oleh itu, barang2 pada waktu kini lebih berharga, maka
barang sekarang lebih bernilai dari barang masa depan.
THANK
YOU

Anda mungkin juga menyukai