Anda di halaman 1dari 12

Mencegah informasi Hoax demi Kenyamanan Kemasyarakatan

Oleh :
ALIF FIRMANSYAH

Kata hoaks sudah tidak asing lagi untuk kita. Jika ada seseorang yang mengatakannya,
pasti kita dapat memahaminya. Dalam bahasa Inggris, hoaks merupakan adaptasi dari kata
“hoax” yang memiliki arti berita palsu. Maka bisa disimpulkan bahwa hoaks adalah sebuah
berita berisi informasi yang fakta atau kebenarannya sudah diubah sehingga menjadi berita
yang tidak benar.

1. Menurut KBBI
Menurut KBBI, hoaks adalah sebuah informasi bohong. Menurut KBBI para pelaku
penyebaran hoaks mengumpulkan berita yang lalu lala di banyak milis.

2. Menurut Septiaji Eko Nugroho


Ketua Komunitas Masyarakat Indonesia Anti Fitnah, Septiaji Eko Nugroho menjelaskan
bahwa hoaks adalah sebuah informasi yang direkayasa. Informasi tersebut dibuat untuk
menutup-nutupi informasi yang sebenarnya. Selain itu, hoaks juga merupakan upaya
untuk memutar balikan fakta. Fakta tersebut akan diganti dengan informasi-informasi
yang meyakinkan tetapi tidak dapat diverifikasi kebenarannya.

Lebih lanjut, Septiaji mengartikan bahwa hoaks adalah tindakan mengaburkan sebuah
informasi yang benar. Caranya yaitu dengan membanjiri suatu media, melalui pesan-
pesan yang salah. Hal tersebut mengakibatkan pesan yang benar akan tertutupi.

3. Menurut Profesor Muhammad Alwi Dahlan


Ahli komunikasi dari Universitas Indonesia, Profesor Muhammad Alwi Dahlan yang
juga merupakan mantan Menteri Penerangan mengungkapkan pendapatnya mengenai
hoaks dan berita bohong biasa. Letak perbedaan diantara keduanya yaitu hoaks adalah
sebuah sesuatu yang disengaja atau sudah direncanakan.

Menurutnya hoaks adalah manipulasi berita yang sengaja dilakukan dan bertujuan untuk
memberikan pengakuan atau pemahaman yang salah. Di dalam berita hoaks terdapat

1
penyelewengan fakta yang membuatnya menjadi menarik perhatian. Sesuai dengan
tujuannya, untuk mendapat perhatian.

Buku ini memberikan informasi utuh mengenai masalah hoaks. Seperti pencemaran
nama baik dan ujaran kebencian. Sering kali kita menganggap remeh masalah-masalah
tersebut, terutama di ranah media sosial. Dengan memahami konsep tindak pidana ini,
kamu dapat lebih berhati-hati ketika bersosialisasi di era teknologi, sekaligus mampu
bertindak cerdas sesuai hukum yang berlaku, ketika kamu sendiri menjadi korbannya.

Sejarah Hoaks
Sudah ada sejak abad ke-16 Dilansir dari Britannica, 3 Maret 2017, kasus hoaks
pertama kali tercatat setidaknya sekitar abad ke-16. Dalam perkembangannya, kebanyakan
kasus informasi keliru di masa itu disajikan melalui berita-berita surat kabar, tanpa ada
verifikasi dari pihak terkait. Pembaca dibiarkan menentukan validitas kebenaran atas apa
yang tampak masuk akal bagi mereka, tentu saja berdasarkan kebijaksanaan konvensional,
keyakinan agama, atau penemuan ilmiah. Di masa itu, hoaks yang menyebar berupa
publikasi yang dibangun di atas dasar spekulasi, bukan berdasarkan penyelidikan ilmiah.

Contohnya, pada laporan Pennsylvania Gazette edisi 17 Oktober 1745, ketika Benjamin
Franklin menyebut bahwa obat yang dibuat dari zat "Batu China" dapat menyembuhkan
rabies, kanker, dan sejumlah penyakit lainnya. Pernyataannya tentang obat tersebut
diterbitkan dan hanya didasarkan pada kesaksian pribadi, tanpa ada verifikasi ilmiah.
Namun, sebuah surat pembaca dilayangkan kepada terbitan The Gazette seminggu
setelahnya, mengungkapkan bahwa batu-batu itu terbuat dari tanduk rusa dan tidak
memiliki kemanjuran sebagai obat. Namun, kebohongan serupa terlanjur beredar meluas,
baik dalam bentuk berita hingga iklan di Amerika Serikat (AS). Hingga akhirnya, setelah
pembentukan Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA), lembaga itu meluruskan
informasi keliru tentang "Batu China".1
Hoaks dan parodi Hoaks tidak hanya tercipta dari kekeliruan yang tidak disengaja.
Penulis-penulis kawakan di abad ke-18 kerap juga menggunakan hoaks sebagai ajang
parodi. Contohnya, penulis Jonathan Swift yang dikenal dengan karya Perjalanan ke
Beberapa Negara Terpencil di Dunia (1726), yang lebih dikenal sebagai Gulliver's Travel
1
Sejarah Hoaks, Sudah Ada sejak Abad Ke-16, dari Kekeliruan hingga Parodi Halaman 2 - Kompas.com Dibuat pada tanggal
31 jenuari 2024 Pukul 11:07

2
atau Perjalanan Gulliver. Kisah itu menjadi semakin terkenal karena diklaim Swift sebagai
kisah nyata perjalanan Lemuel Gulliver. Pada 1708, penulis kondang ini meramalkan
kematian seorang peramal atau praktisi astrologi terkenal, dengan menggunakan nama fiktif
Isaac Bickerstaff. Pada hari yang ditentukan, Swift mencetak kabar duka tentang sang
astronom yang terkenal dalam berbagai almanak.

Dua hari kemudian, dia menerbitkan sebuah pamflet yang memuji ramalan itu. Swift
kemudian mengatakan bahwa dia sengaja menciptakan hoaks ini untuk mendiskreditkan
peramal atau praktisi astrologi tersebut. Hoaks Swift diterbitkan bertepatan dengan April
Mop. Sejak saat itu, tipuan Swift ini mulai ditiru media jelang April Mop, tetapi dalam
batas yang tidak membahayakan masyarakat. Editor sekaligus penyair Edgar Allan Poe
juga sering menggunakan hoaks sebagai alat untuk mendongeng.

Sebagai editor Southern Literary Messenger di Richmond, Virginia, ia secara khusus


menerbitkan Petualangan Tak Tertandingi Hans Pfaall (1835) di mana ia menyajikan artikel
tentang seorang pria yang, katanya, telah terbang dengan balon udara panas ke bulan dan
tinggal di sana selama lima tahun. Selanjutnya, cerita tentang keanehan manusia mulai
marak pada abad ke-18 dan ke-19. Pada 1765 beredar cerita tentang kemungkinan
keberadaan raksasa yang mampu menyapu Inggris dan koloni Amerika. Kisah itu bahkan
muncul di Maryland Gazette, ketika surat kabar itu menerbitkan artikel tentang sebuah
makam di Perancis berisi kerangka manusia raksasa yang panjangnya 25,5 kaki dan lebar
10 kaki.2

Jenis-jenis Hoaks
Banyak sekali informasi yang bis akita dapatkan. Akan tetapi, perlu adanya ketelitian
sebelum menerimanya. Jangan sampai tertipu oleh informasi yang banyak didapat oleh
orang lain. Berikut ini adalah jenis-jenis hoaks yang banyak beredar, yaitu:

1. Satir atau parody

Satir merupakan konten yang dibuat sebagai sindiran pada pihak tertentu. Konten yang
dimuat dikemas dalam unsur parodi, ironi bahkan sarkasme. Umumnya, satir dibuat sebagai
bentuk kritik pada individu atau kelompok atas berbagai masalah yang sedang terjadi. Satir
2
https://www.kompas.com/cekfakta/read/2022/01/06/142550182/sejarah-hoaks-sudah-ada-sejak-abad-ke-16-dari-
kekeliruan-hingga-parodi?page=2. Dibuat pada tanggal 31 jenuari 2024 Pukul 11:10

3
termasuk dalam konten yang tidak membahayakan. Namun, tak jarang pembaca justru
menganggapnya sebagai sebuah hal seirus. Alhasil, banyak yang tertipu dan meyakini konten
satir adalah suatu kebenaran.

2. Misleading Content (Konten Menyesatkan)

Misleading content atau konten menyesatkan adalah penggunaan informasi untuk


membingkai suatu isu atau pihak. Konten semacam ini dibuat secara sengaja dan diharapkan
dapat menggiring opini sesuai dengan kehendak pembuat informasi. Misleading content
terjadi dengan cara memanfaatkan informasi asli seperti gambar, pernyataan resmi atau
statistik namun diedit dan tidak dihubungkan dengan konteks aslinya.

Kasus anak kejang-kejang di Magelang adalah contohnya. Video yang beredar memang
menunjukkan seorang anak yang sedang berada di puskesmas. Namun, dokter yang ketika itu
menangani tidak mengeluarkan rujukan dengan diagnosa kecanduan game. Hal ini berbeda
dengan postingan salah satu akun Facebook yang memakai video tersebut. Alhasil, pihak
puskesmas melalui surat resmi mengimbau untuk tidak menyebarkan informasi tidak benar
tersebut.

3. False Context (Informasi Salah Konteks)

Sesuai dengan namanya, false context menggunakan informasi asli namun disebar dalam
konteks yang keliru. Umumnya, informasi yang dipakai adalah pernyataan, foto atau video
peristiwa yang pernah terjadi pada suatu tempat namun konteks yang ditulis tidak sesuai
dengan realita. Ini terjadi lantaran karena jurnalistik yang buruk atau untuk mendorong opini
khalayak.

Sebagai contoh, dalam cuitan salah satu akun Twitter tertulis narasi yang mempertanyakan
kesiapan Brimob untuk mengamankan kondisi di Papua dilengkapi dengan video. Namun,
penelusuran Turn Back Hoax justru menemukan fakta bahwa video yang digunakan adalah
kejadian bentrokan antara polisi dan pengunjuk rasa pada 2006 di halaman kampus
Universitas Cendrawasih. Jelas berbeda dari narasi yang ditulis oleh akun tersebut.

4. False Connection (Salah Koneksi)


dm-player Selain false context, ada pula false connection yang memakai caption, judul, atau sumber
visual yang tidak sesuai dengan konten tulisan. Berita bohong semacam ini biasanya dimanfaatkan
untuk memperoleh keuntungan berupa profit atau ekspos berlebih dari konten sensasional. Kasus
domba ini jadi salah satunya.

Didasarkan pada temuan Turn Back Hoax, cuitan salah satu akun Twitter terbukti
melakukan false connection dengan menggunakan video domba Beltex yang dicukur bulunya
sebagai hewan kloning bernama Khanzarof. Sangat berbeda dari fakta bahwa domba Beltex
berasal dari Selandia Baru dan mendapatkan suntikan otot ganda texel dari Belgia. Duh, ada-
ada saja!

5. Imposter Content (Konten Tiruan)

Sesuatu yang berbau tiruan juga merambah pada ranah informasi. Konten tiruan
atau imposter content mendompleng ketenaran suatu pihak. Mereka membuat tiruan yang

4
terlihat seolah asli agar dapat menipu masyarakat. Sudah banyak kasus semacam ini mencatut
lembaga atau perusahaan resmi. Salah satunya dialami GOJEK.

Startup layanan transportasi ini dicatut namanya oleh pihak tak bertanggung jawab dalam
layanan berbagi pesan. Peniru mengatasnamakan GO-JEK mengirimkan pesan berupa tautan
voucher Gopay. Pihak GO-JEK sendiri telah membantah sedang mengadakan event bagi-bagi
voucher dan meminta masyarakat waspada terhadap akun tiruan.

6. Manipulated Content (Konten Manipulasi)

Kecanggihan teknologi memungkinkan sebuah informasi asli dimanipulasi untuk mengelabui


bahkan memprovokasi pembaca agar percaya pada konten yang dibuat. Peristiwa semacam
ini sering menimpa media-media besar yang beritanya disunting oleh tangan-tangan usil.

Penelusuran Turn Back Hoax lagi-lagi menemukan hal tersebut. Sebuah akun Facebook
mengunggah potongan gambar judul berita beserta penulisnya. Setelah diselidiki, ternyata itu
merupakan hasil edit dari artikel asli salah satu portal berita. Waduh, meresahkan sekali ya?

7. Fabricated Content (Konten Palsu)

Di antara jenis berita bohong lain, fabricated content termasuk konten dengan menciptakan
informasi baru yang sama sekali tidak dapat dipercaya. Fabricated content berbahaya bila
pembaca tidak cermat ketika mengakses informasi tersebut. Ada banyak contoh dari
fabricated content. Informasi lowongan pekerjaan jadi salah satunya. Mengatasnamakan
salah satu PT Timah, oknum nakal memberikan informasi lowongan pekerjaan lengkap
dengan posisi yang dibutuhkan serta alamat e-mail instansi. Namun, pihak perusahaan
membantah informasi tersebut dan menekankan bahwa informasi resmi bisa didapat melalui
situs serta sosial media resmi perusahaan milik negara tersebut. Penyebaran hoax yang kian
masif perlu jadi perhatian kita. Sudah sewajarnya kita lebih cermat dalam memilah informasi.
Manfaatkan pula sarana cek informasi melalui situs resmi seperti Turn Back Hoax agar kamu
terhindar dari kabar yang tidak jelas kebenarannya. 3

Contoh Hoaks di Indonesia

Di Indonesia, hoaks bisa muncul dalam keadaan apa saja. Informasi yang terkandung di
dalamnya juga bermacam-macam. Mulai dari bidan pendidikan, bidang kebudayaan, bidang
politik, bidang keagamaan, dan lain lain. Tentunya hoaks dibuat dengan tujuan tertentu.

Contohnya dalam bidang politik, saat situasi pemilihan kepala pemerintahan maka
banyak hoaks yang beredar dengan maksud menjatuhkan lawan. Contoh lain dalam bidang
agama, hoaks sengaja dibuat dan disebarkan untuk memecah belah kerukunan antar agama.
Selain contoh-contoh di atas, masih banyak lagi jenis hoaks yang biasa ditemui. Beberapa
contoh hoaks yang marak di Indonesia

3
https://www.idntimes.com/life/education/dewa-putu-ardita/7-jenis-hoax-ini-bertebaran-di-sekitar-kita-pintar-pintarlah-
memilah. Dibuat pada tanggal 31 jenuari 2024 Pukul 11:22

5
1. Hoaks virus
Hoaks ini berkaitan tentang teknologi. Berisi tentang penyebaran virus di smartphone,
komputer, atau laptop.

2. Hoaks kirim pesan berantai


Hoaks ini berisi tentang sesuatu yang harus diteruskan ke orang lain. Ada perintah dan
mitos-mitos yang ditambahkan dalam pesan-pesan ini. Jika seseorang yang mendapat
pesan ini tidak menyebarkannya, maka akan mendapat kesialan. Biasanya terjadi di
aplikasi chatting seperti WhatsApp atau BBM.

3. Hoaks urban legend


Hoaks ini berisi tentang berita yang mengandung informasi seram di dalamnya.
Contohnya seperti tempat-tempat yang berbau mistis atau terkesan kramat. Lebih lanjut,
informasi yang tertera dalam berita tersebut adalah melarang pembaca untuk
mengunjunginya. Hal ini akan mengakibatkan kerugian secara ekonomi bagi yang
bersangkutan tersebut.

4. Hoaks mendapat hadiah


Contoh lain yaitu hoaks berisi tentang berita penerimaan hadiah gratis. Hoaks ini sudah
sering terjadi. Terkadang meskipun pembaca tidak mengalami kerugian materi tetapi
mereka bisa tertipu dengan mengisi survey tertentu. Dampaknya akan semakin besar jika
korban mengisi identitasnya secara lengkap.

5. Hoax kisah menyedihkan


Hoaks ini berisi tentang kisah menyedihkan seseorang yang mengalami nasib buruk.
Biasanya mengenai seseorang yang sedang sakit atau kecelakaan. Kemudian meminta
bantuan berupa dana.

6. Hoax pencemaran nama baik


Hoaks ini banyak beredar di media sosial. Berisi tentang fakta-fakta mengenai seseorang
yang diputar balikan. Dampak dari hoaks ini adalah tercemarnya nama seseorang.

6
Penyebab Banyak Berita Hoaks

Berita hoaks adalah berita yang sengaja dibuat oleh orang-orang yang tidak
bertanggung jawab. Banyak faktor yang menjadi penyebab kenapa banyak berita hoaks.
Salah satu penyebabnya adalah terbatasnya pengetahuan mengenai dunia luar. Hal ini juga
memiliki banyak faktor seperti keterbatasan berita yang didapat dan keterbatasan media
untuk menerima berita tersebut.

Penyebab lainnya adalah seringkali saat mendapat sebuah berita pembaca hanya
membaca sebagian dari informasi. Bahkan banyak yang hanya membaca judul beritanya
saja. Itu akan menyebabkan pembaca tidak berpikir ulang mengenai berita yang didapat dan
menganggapnya benar. Terkadang juga berkaitan dengan dari siapa berita tersebut didapat.
Tidak bisa dikatakan salah bahwa setiap orang memiliki pemikiran sendiri yang
dianggapnya benar. Jika menemukan sesuatu yang memiliki persamaan dengan pemikiran
tersebut, maka hal itu akan membuat kita memberikan tingkat kepercayaan yang sedikit
lebih besar terhadap hal tersebut. Akibatnya adalah kita hanya bisa mempercayai sesuatu
yang dianggap memiliki persamaan.

Terkadang hal ini akan berlaku saat menerima berita dari seseorang atau sumber
tertentu. Itu akan membuat kita langsung percaya bahwa informasi-informasi yang ada di
dalam berita tersebut adalah sebuah kebenaran. Dengan kata lain, tidak terbuka untuk
sumber informasi lain. Banyak masyarakat yang sulit membedakan berita hoaks dengan
berita benar juga disebabkan karena sering melihat berita tersebut muncul di media sosial
sehingga malas untuk mencari kebenarannya lagi.

Cara Menghindari Hoaks


Cara-cara yang bisa dilakukan untuk mengidentifikasi berita yang diterima benar atau
tidak adalah sebagai berikut:

1. Cermati baik-baik judul berita tersebut


Hal yang pertama dibaca dalam sebuah berita pasti adalah judulnya. Maka dari itu,
cermati judul dari berita yang di dapat. Apakah sesuai dengan informasi yang ada di
dalam berita tersebut atau tidak.

7
2. Hati-hati jika mengandung unsur provokasi
Salah satu unsur yang ada di dalam berita hoaks adalah adanya unsur provokasi.
Provokasi merupakan perbuatan untuk membangkitkan kemarahan, tindakan menghasut
atau tindakan memancing. Jika sebuah berita atau konten berisi hal-hal yang
mengandung unsur provokasi, maka berita itu harus diwaspadai.

3. Lihat darimana sumber berita


Memang betul bahwa informasi bisa didapatkan melalui mana saja. Akan tetapi, melihat
sumber informasi yang didapat juga penting. Sebagai pembaca, kita harus selalu jeli dan
melihat keaslian sumber berita yang kita terima.

4. Periksalah fakta informasi dalam berita tersebut


Jika informasi dalam berita yang didapat mengandung sebuah fakta, maka kita perlu
untuk memeriksa kembali fakta itu. Periksalah fakta yang terdapat dalam informasi
tersebut. Caranya dengan mencari sumber lain yang pastinya terpercaya.

5. Periksa kembali foto atau video


Dalam sebuah berita, terkadang ada yang menyisipkan sebuah foto atau video. Foto atau
video tersebut juga perlu untuk diverifikasi Kembali. Apakah foto atau video yang
ditampilkan dapat dipercaya keasliannya, atau hanya sebagai pemanis berita saja.

6. Berpikir secara kritis


Ketika mendapatkan sebuah berita atau informasi, cobalah untuk berpikir kritis. Jangan
langsung menelan mentah-mentah berita yang ada. Cermati dulu isi berita serta
kelogisan dari beritanya.

7. Jangan langsung membagikan


Ketika menerima suatu informasi atau berita, jangan langsung membagikannya. Terlebih
jika belum mengetahui apakah berita yang didapat benar atau tidak. Jika sudah ada
kepastian bahwa berita yang didapat mengandung informasi yang benar, maka tidak
masalah jika ingin membagikannya.

8
8. Ikut bergabung dalam grup diskusi anti hoaks
Saat ini, untuk mendapatkan informasi sangatlah mudah. Baik informasi hoaks maupun
yang benar. Salah satunya adalah melalui grup-grup di media sosial. Akan tetapi, ada
juga grup yang berisi pembahasan atau diskusi terbuka mengenai hoaks. Jika diperlukan,
bergabunglah ke dalam grup itu. Sehingga kamu bisa berdiskusi apakah berita atau
informasi yang kamu dapat adalah sebuah hoaks atau bukan.4

A. Apa Penyebab Hoaks?


Terjadinya hoaks tentunya ada faktor penyebabnya. Faktor-faktor tersebut terjadi karena
banyak hal, yang terutama adalah karena perkembangan teknologi pada saat ini di mana setiap
orang mudah untuk menerima informasi dari mana saja. Berikut adalah faktor-faktor penyebab
hoaks.

1. Rasa Ingin Tahu


Rasa ingin tahu manusia ini dapat menyebabkan tersebarnya berita hoaks. Sesuatu yang
menarik perhatian akan membuat rasa ingin tahu semakin tinggi. Seseorang yang memiliki
rasa ingin tahu yang tinggi tidak ada salahnya, namun jika rasa ingin tahu itu membuatnya
dapat menyebar hoaks maka hal tersebut memiliki dampak negatifnya.

Contohnya seperti penyebaran teori konspirasi. Teori konspirasi awalnya disebabkan oleh
rasa ingin tahu, ketika mencari hal-hal terkait konspirasi lalu seseorang menyebarkan kepada
orang lain hingga orang lain yang mendapat informasi tersebut ikut percaya. Hal ini yang
membuat hoaks dapat tersebar dengan cepat.

2. Teknologi Modern
Ada banyak hal yang memicu dalam penyebaran hoaks, terutama karena teknologi yang
sudah modern ini. Hal-hal tersebut meliputi gawai, internet, jaringan seluler, dan lain-lain.
Semua itu memudahkan penyebaran informasi berlangsung cepat dengan alat komunikasi.

4
Pengertian Hoaks: Sejarah, Jenis, Contoh, Penyebab dan Cara Menghindarinya - Gramedia Literasi Dibuat pada tanggal
26 jenuari 2024 pukul 22:37

9
Walaupun memiliki kelebihan dengan mudah menyampaikan informasi. Semua orang dapat
mudah mengemas informasi dan menyebarkannya melalui sosial media. Namun, dampak
negatifnya siapa pun dapat membuat dan menyebarkan informasi yang salah. Hal tersebut
berpotensi tersebarnya hoaks yang dibuat oleh oknum tertentu.

Tidak seperti media massa yang memiliki kode etik dan aturannya sendiri dalam membuat
berita. para wartawan hingga editor harus melakukan verifikasi berita yang akan diunggah
ke suatu portal berita untuk meminimalkan terjadinya persebaran hoaks. Tentunya sosial
media tidak memiliki penjaga untuk mencegah terjadinya persebaran hoaks.

Oleh karena itu kita sebagai pengguna sosial media tentunya harus sangat berhati-hati
dengan penyebaran hoaks. Di mana penyebaran hoaks di media sosial ini mudah sekali
terjadi. Kita harus tetap berpikir logis dan kritis agar dapat terhindar dari hoaks yang tersebar
melalui teknologi modern.

3. Bias Informasi
Mudahnya mengakses internet karena ada teknologi yang modern ini membuat orang hanya
membaca dan menyebarkan informasi tanpa mengecek informasi tersebut sudah benar atau
belum. Bahkan informasi yang didapat akan sangat banyak dan kesulitan dalam
mengolahnya. Bias informasi ini sebuah fenomena di mana para pembaca hanya condong
pada apa yang mereka yakini saja. Jika ada informasi lain yang lebih faktual maka seseorang
yang bias informasi ini akan lebih percaya dengan informasi lain yang sesuai dengan apa
yang ia yakini.

Bias informasi ini bisa dengan mudah berkembang di sosial media. Informasi bohong dan
tipuan atau hoaks adalah suatu hal yang mudah tersebar di sosial media. Sosial media yang
biasa menerima hoaks seperti Whatsapp. Sosial media tersebut menjadi sarang
penyebarluasan hoaks. Target hoaks dalam aplikasi Whatsapp adalah para kaum tua yang
sulit mengerti teknologi dan tidak mencari informasi lain seputar berita yang mereka
temukan. Dengan demikian, hoaks tersebut akan terus tersebar luas.

Orang-orang yang memiliki aplikasi Whatsapp dan menerima berita hoaks biasanya
langsung percaya begitu saja. Opini dan informasi yang kurang kredibel akan mudah sekali
diterima oleh orang-orang yang tidak berpikir kritis. Bahkan informasi palsu tersebut

10
didukung dan sulit bagi mereka untuk menerima perspektif lain untuk mendapat kebenaran
informasi.

B. Apa Dampak Hoaks?


Hoaks memiliki dampak negatif yang dapat terjadi jika informasi palsu tersebar luas tanpa
adanya pikiran kritis dari seseorang untuk mencari sumber berita yang kredibel. Dalam hal ini
hoaks akan meracuni pemikiran setiap orang yang membacanya dan menimbulkan beberapa
dampak buruk. Berikut adalah dampak yang ditimbulkan dari hoaks.

1. Menimbulkan Perpecahan
Berita hoaks atau berita bohong dapat menimbulkan perpecahan individu atau antar
kelompok. Hal ini terjadi karena kesalahan informasi yang didapat dan tidak mencari sumber
informasi yang lebih kredibel. Perpecahan ini bisa ditimbulkan karena seseorang
membenarkan informasi yang salah namun orang lain tidak percaya akan kebenaran tersebut
karena ia memiliki bias informasi. Selain itu perpecahan juga dapat terjadi karena suatu
kelompok yang dijadikan sebagai objek dalam berita hoaks. Hal ini dapat terjadi keributan
karena suatu kelompok tersebut merasa dirugikan karena berita hoaks. Mereka yang tidak
terima akan mencari seseorang yang menulis berita dan tentunya akan protes sehingga
berpotensi terjadinya perpecahan.
2. Tidak Percaya Fakta
Masyarakat yang terlalu sering menerima berita hoaks lama kelamaan akan bingung
membedakan berita faktual dan hoaks. Bahkan masyarakat tidak akan lagi percaya dengan
situs berita yang benar dan lebih mempercayai hoaks. Hal ini terjadi karena paparan berita
hoaks yang terlalu sering terkena pada pembaca. Dengan demikian masyarakat akan terus
terprovokasi oleh berita-berita palsu itu.
3. Menimbulkan Opini Negatif
Berita bisa saja membuat masyarakat geram terhadap seseorang yang dibicarakan dalam
berita jika ia merugikan masyarakat. Hal tersebut akan memiliki dampak negatif jika berita
tersebut adalah bohong. Masyarakat akan memiliki sudut pandang negatif terhadap objek
yang diberitakan, padahal yang diberitakan itu salah. Opini negatif ini tentunya akan
menjatuhkan pihak tertentu karena kesalahpahaman masyarakat karena berita hoaks ini.
Biasanya oknum yang membuat berita ini memiliki rencana untuk menjatuhkan pesaing agar
masyarakat membenci suatu pihak tertentu dan tidak mempercayainya lagi.
4. Merugikan Masyarakat
Hoaks sama saja dengan penipuan, dengan hoaks masyarakat bisa saja rugi dalam hal materi.
11
Banyak terjadi kasus penipuan mengenai undian berhadiah yang diterima oleh masyarakat
dari suatu merek atau perusahaan tertentu yang menjanjikan hadiah kepada pemenang yang
dipilih. Tidak hanya dalam hal merek ternama, namun juga perusahaan yang membuat
promosi untuk penerimaan karyawan baru di suatu perusahaan. Mereka yang terkena hoaks
seperti ini tentu akan sangat rugi dalam hal materi. Dalam undian berhadiah biasanya hoaks
diterima melalui telepon. Penipu akan menghubungi korban dan menjanjikan bahwa akan
mendapat hadiah yang menggiurkan, namun korban harus membayar sejumlah uang untuk
administrasi. Hal tersebut lah yang menimbulkan kerugian karena pembayaran yang tidak
masuk akal.

Lalu dalam penipuan perusahaan dalam mencari karyawan biasanya suatu perusahaan
meminta pelamar untuk membayar biaya pendataran dalam proses lamaran kerja. Jika
pelamar menyetujui maka ia akan dirugikan karena perusahaan tersebut adalah penipu.
Perusahaan tentunya tidak akan meminta uang sepeserpun jika ingin melakukan pencarian
karyawan untuk perusahaannya. Hal-hal tersebut sangat merugikan masyarakat yang menjadi
korban hoaks tersebut.5

5
Cara Mengatasi Hoaks Beserta Penyebab dan Dampaknya (gramedia.com) Dibuat pada tanggal 29 jenuari 2024 pukul
12:32

12

Anda mungkin juga menyukai