Anda di halaman 1dari 4

Nama : Diah Rai Wardhani

NIM : 042452646
Prodi : S1 Akuntansi

Tugas Tutorial 3
Pengantar Ekonomi Mikro
(ESPA4111)

Jawaban No 1

Tenaga kerja yang digunakan (L) = 16 unit


Kapital yang digunakan (K) = 9 unit

Fungsi produksi Cobb-Douglas:


Q = F(K,L)
= K1/2L1/2
= (9)1/2(16)1/2
= (3) (4)
= 12 unit

Rata-rata produktivitas tenaga kerja = Jumlah output (Q) .


Jumlah tenaga kerja (L)
= 12 unit
16 unit
= 0,75 unit output/tenaga kerja

Jadi, rata-rata produktivitas tenaga kerja adalah 0,75 unit output per tenaga
kerja.

Referensi:
Kwatiah, N. The Cobb-Douglas Production Function.
https://www.economicsdiscus
sion.net/production-function/the-cobb-douglas-production-function/18519

1
Jawaban No 2

Perilaku kurva-kurva permintaan pasar dapat dijelaskan sebagai berikut.


1) Kurva-kurva permintaan output (output demand curve) berlereng
menurun dari kiri atas ke kanan bawah karena berlakunya hukum nilai
guna marjinal yang menurun (law of diminishing marginal utility).
Konsumen akan membeli lebih banyak pada saat harga turun.
2) Kurva-kurva penawaran output (output supply curve) berlereng
menanjak karena berlakunya hukum biaya marjinal yang meningkat
karena dalam jangka pendek berlaku hukum penambahan hasil yang
semakin berkurang. Jika setiap unit faktor variabel dibeli pada harga
yang sama dan memberikan tambahan output dengan jumlah semakin
kecil, maka biaya tambahan satu output akan semakin tinggi.
3) Kurva permintaan input (input demand curve) didasarkan pada hukum
produktivitas marjinal fisik yang semakin berkurang ( law of diminishing
marginal physical product) atau hukum penambahan hasil yang semakin
berkurang (law of diminishing return).
4) Kurva penawaran input (input supply curve) atau faktor produksi
variabel tenaga kerja mencerminkan preferensi individu untuk
bermalas-malasan atau bekerja. Perusahaan harus membayar tingkat
upah yang lebih tinggi agar bisa mempekerjakan lebih banyak tenaga
kerja.

Referensi:
Nasir, M. & Arifin. (2021). Pengantar Ekonomi Mikro. Penerbit Universitas
Terbuka.
Hal 8.5.

Jawaban No 3

Sumber daya energi bisa dibedakan berdasarkan berbagai kriteria, yaitu


berdasarkan komersialisasi, berdasarkan ketersediaan, dan berdasarkan
pemakaian. Ketiga kriteria tersebut dapat dibedakan sebagai berikut.

2
1) Kriteria Komersialisasi
Berdasarkan kriteria komersialisasi, sumber daya energi dapat
dibedakan menjadi komoditi energi komersial, nonkomersial, dan energi
baru.
a) Komoditi energi komersial, contohnya adalah minyak bumi, batubara,
dan gas alam.
b) Komoditi energi nonkomersial, contohnya adalah kayu bakar dan
limbah pertanian.
c) Komoditi energi baru, contohnya adalah tenaga surya, tenaga angin,
dan bio massa padat.

2) Kritedia Ketersediaan
Berdasarkan kriteria ketersediaannya, sumber daya energi dapat
dibedakan menjadi sumber daya energi yang dapat diperbarui dan yang
tidak dapat diperbarui. Kriteria ini memberikan konsekuensi yang
berbeda dalam pengelolaan sumber daya secara ekonomis agar
pemanfaatan sumber energi bisa dilakukan secara optimal dan
berkelanjutan.
a) Sumber daya yang dapat diperbarui, contohnya adalah tenaga air,
tenaga matahari, dan tenaga angin.
b) Sumber daya yang tidak dapat diperbarui, contohnya adalah minyak
bumi, gas alam, dan batubara.

3) Kriteria Pemakaian
Berdasarkan kriteria pemakaiannya, sumber daya energi dapat
dibedakan menjadi energi primer dan energi sekunder.
a) Energi primer adalah sumber daya energi yang bisa digunakan
secara langsung, contohnya adalah kayu bakar dan panas bumi.
b) Energi sekunder adalah sumber daya energi yang harus diolah
terlebih dulu sebelum digunakan, contohnya adalah daya listrik dan
BBM.

Referensi:
Nasir, M. & Arifin. (2021). Pengantar Ekonomi Mikro. Penerbit Universitas
Terbuka.
Hal 9.4-9.5 dan 9.9-9.10.

3
Jawaban No 4

Kebijakan pengelolaan dan distribusi tenaga listrik di Indonesia berbeda


dengan beberapa negara lain di dunia, seperti di Eropa dan Amerika Serikat.
Di Indonesia industri daya listrik merupakan bentuk monopoli pemerintah,
sedangkan di beberapa negara industri daya listrik dapat dikelola pihak
swasta. Industri daya listrik tidak selalu berbentuk monopoli di semua negara
dan sepanjang waktu. Pada awal perkembangannya, industri daya listrik
merupakan monopoli lokal. Seiring dengan perkembangannya, banyak
pemerintah negara yang mulai meregulasi industri ini. Tetapi sejak tahun
1980-an mulai banyak dilakukan deregulasi pada persaingan pasar pembangkit
daya listrik. Di Indonesia sendiri, industri ini masih dimonopoli oleh
pemerintah dalam hal pemilihan, operasional, dan integrasi bidang pembangkit,
transmisi, distribusi, penentuan tarif, dan subsidi.

Referensi:
Nasir, M. & Arifin. (2021). Pengantar Ekonomi Mikro. Penerbit Universitas
Terbuka.
Hal 9.19.

Anda mungkin juga menyukai