• Mengidentifikasi permasalahan
• Membuat opsi-opsi
Pada tahap inventarisasi permasalahan, dengan dibantu oleh mediator, para pihak:
1. mengidentifikasi topik/isu yang luas; bedakan mana yang menjadi isu, posisi dan kepentingan
para pihak. Isu dapat dibagi berdasarkan kepentingan atau posisinya;
Berikut ini tips yang dapat diterapkan mediator pada tahap inventarisasi masalah:
1. Terus menerus tampilkan sikap “ingin tahu” terkait kepentingan para pihak sehingga dapat
melihat ruang untuk “trade off” atau “saling bertukar”. Pada saat brainstorming inventarisasi
masalah gunakan salah satu atau kombinasi beberapa teknik komunikasi interpersonal
(misalnya seni bertanya, menggali lebih jauh/probing dan seterusnya).
2. Bayangkan kira-kira alasan yang tidak terlihat mengapa salah satu pihak akan mengatakan
tidak pada penawaran pihak lainnya. Lalu pada tahapan proses selanjutnya, uji asumsi Anda
dengan bertanya kepada para pihak. Pertanyaan ‘mengapa’ akan membantu dalam hal ini
(misalnya: mengapa Bapak tidak menyetujui usulan tersebut?) i.
3. Bagi permasalahan/isu dalam kelompok yang sama (hampir sama) dan beri nama tiap
kelompok tersebut.
4. Gunakan beberapa pertanyaan berikut:
• Mari kita menjauh sedikit dari jumlah yang dituntut dan lebih membicarakan, alasan
mengapa angka-angka tersebut timbul.
• Apakah kira-kira permasalahan yang harus kita bahas dalam mediasi ini sehingga
Bapak/Ibu merasa kita akan melaksanakan mediasi yang kooperatif?
• Jika kita membahas permasalahan ini, apakah ini dapat membantu menyelesaikan
perbedaan diantara Bapak/Ibu?
Ada beberapa cara dalam menyusun agenda mediasi dan mediator harus benar-benar
mempertimbangkan cara yang paling tepat untuk diterapkan dan mencoba cara mana yang akan
menghasilkan proses mediasi yang baik. Ada 8 pendekatan yang sering digunakan dalam menyusun
agenda, yaitu:
a. Adhoc
Dengan pendekatan adhoc, satu pihak mengajukan usulan mengenai satu bahasan/isu,
pihak atau para pihak lainnya menyetujui dan hal tersebut dibahas secara keseluruhan
sampai suatu kesimpulan disepakati. Para pihak lalu menyetujui untuk membahas bahasan
selanjutnya, dan proses tersebut terus berlanjut, sampai mereka menyelesaikan semua hal-
hal yang menjadi masalah.
b. Agenda Sederhana
Pada pendekatan agenda sederhana, semua masalah dibahas pada satu waktu yang sama
dalam suatu susunan/aturan yang ditetapkan oleh satu pihak atau lebih. Biasanya para pihak
mengajukan agenda yang di dalamnya sudah tersusun hal-hal yang akan menguntungkan
mereka. Pada umumnya, tiap masalah akan diselesaikan secara terpisah. Gulliver (1979)
memberi catatan, cara agenda sederhana memang berhasil dalam pengambilan keputusan
di tingkat komite dan konferensi, namun jarang sekali berhasil dalam negosiasi pada mediasi.
Alasan utamanya ialah bahwa pendekatan ini mengabaikan hal yang esensial, yaitu
masalah/isu seringkali terkait satu sama lain dan bahwa isu selalu terkait konteks dari
negosiasi yang sedang berjalan.
Pengemasan suatu usulan yang berisi beragam solusi masalah memiliki keuntungan sebagai
alat pembentukan agenda. Pendekatan ini dapat mendorong para pihak untuk menyusun
agenda alternatif. Kekurangan dari pendekatan ini adalah dapat dilihat sebagai upaya
memaksakan kesepakatan yang tidak diinginkan atau menghilangkan kesempatan salah satu
pihak untuk berpartisipasi dalam konsensus atau penyelesaian masalah. Cara untuk
mengatasi kekurangan ini adalah dengan membuat beberapa kemasan kecil yang tidak
terlalu komprehensif dan menimbulkan resistensi.
Daftar Pustaka
Kimberlee K. Kovach. (1994). Mediation: Principles and Practice. St. Paul, Minnesotta: West Publishing
Co.
Christopher W. Moore. (2003). The Mediation Process. 3rd edition. San Fransisco: Jossey-Bass.
Dudley Braun, Keys to Mediator Success: Issue Identification, Exploring Options, Brainstorming, dapat
diakses per 8 Juni 2015 melalui tautan http://www.mediate.com/articles/BraunD4.cfm