Anda di halaman 1dari 4

Materi 7:

Mengidentifikasi Masalah dan


Menyusun Agenda
Inventarisasi Permasalahan
Banyak hal yang mempengaruhi kesuksesan mediator. Tiga hal berikut ini merupakan kunci kesuksesan
mediator:

• Mengidentifikasi permasalahan

• Membuat opsi-opsi

• Urun pendapat (brainstorming) untuk menghasilkan alternatif/opsi solusi.

Pada tahap inventarisasi permasalahan, dengan dibantu oleh mediator, para pihak:

1. mengidentifikasi topik/isu yang luas; bedakan mana yang menjadi isu, posisi dan kepentingan
para pihak. Isu dapat dibagi berdasarkan kepentingan atau posisinya;

2. menyepakati sub-topik yang merupakan perhatian para pihak;

3. menentukan agenda atau urutan pembahasan sub-topik tersebut.

Berikut ini tips yang dapat diterapkan mediator pada tahap inventarisasi masalah:

Box 1: Tips Menginventarisasi Masalah

1. Terus menerus tampilkan sikap “ingin tahu” terkait kepentingan para pihak sehingga dapat
melihat ruang untuk “trade off” atau “saling bertukar”. Pada saat brainstorming inventarisasi
masalah gunakan salah satu atau kombinasi beberapa teknik komunikasi interpersonal
(misalnya seni bertanya, menggali lebih jauh/probing dan seterusnya).

2. Bayangkan kira-kira alasan yang tidak terlihat mengapa salah satu pihak akan mengatakan
tidak pada penawaran pihak lainnya. Lalu pada tahapan proses selanjutnya, uji asumsi Anda
dengan bertanya kepada para pihak. Pertanyaan ‘mengapa’ akan membantu dalam hal ini
(misalnya: mengapa Bapak tidak menyetujui usulan tersebut?) i.

3. Bagi permasalahan/isu dalam kelompok yang sama (hampir sama) dan beri nama tiap
kelompok tersebut.
4. Gunakan beberapa pertanyaan berikut:

• Mari kita menjauh sedikit dari jumlah yang dituntut dan lebih membicarakan, alasan
mengapa angka-angka tersebut timbul.

• Apakah kira-kira permasalahan yang harus kita bahas dalam mediasi ini sehingga
Bapak/Ibu merasa kita akan melaksanakan mediasi yang kooperatif?

• Bagaimanakah Bapak/Ibu mengidentifikasi alasan kebutuhan ataupun kekhawatiran dari


apa yang baru Bapak/Ibu sampaikan?

• Apakah ini cara yang fair untuk menggambarkan permasalahan?

• Jika kita membahas permasalahan ini, apakah ini dapat membantu menyelesaikan
perbedaan diantara Bapak/Ibu?

Penyusunan Agenda Permasalahan


Penyusunan agenda yang tepat merupakan titik krusial dari suatu proses mediasi. Bagaimana suatu isu
akan dibahas selama mediasi dan penyelesaian dari isu tersebut akan menentukan kemajuan mediasi.
Mediator harus memastikan pendekatan dalam menangani isu dapat memperkecil sengketa dan tidak
menimbulkan sengketa baru.

Ada beberapa cara dalam menyusun agenda mediasi dan mediator harus benar-benar
mempertimbangkan cara yang paling tepat untuk diterapkan dan mencoba cara mana yang akan
menghasilkan proses mediasi yang baik. Ada 8 pendekatan yang sering digunakan dalam menyusun
agenda, yaitu:

a. Adhoc
Dengan pendekatan adhoc, satu pihak mengajukan usulan mengenai satu bahasan/isu,
pihak atau para pihak lainnya menyetujui dan hal tersebut dibahas secara keseluruhan
sampai suatu kesimpulan disepakati. Para pihak lalu menyetujui untuk membahas bahasan
selanjutnya, dan proses tersebut terus berlanjut, sampai mereka menyelesaikan semua hal-
hal yang menjadi masalah.

b. Agenda Sederhana

Pada pendekatan agenda sederhana, semua masalah dibahas pada satu waktu yang sama
dalam suatu susunan/aturan yang ditetapkan oleh satu pihak atau lebih. Biasanya para pihak
mengajukan agenda yang di dalamnya sudah tersusun hal-hal yang akan menguntungkan
mereka. Pada umumnya, tiap masalah akan diselesaikan secara terpisah. Gulliver (1979)
memberi catatan, cara agenda sederhana memang berhasil dalam pengambilan keputusan
di tingkat komite dan konferensi, namun jarang sekali berhasil dalam negosiasi pada mediasi.
Alasan utamanya ialah bahwa pendekatan ini mengabaikan hal yang esensial, yaitu
masalah/isu seringkali terkait satu sama lain dan bahwa isu selalu terkait konteks dari
negosiasi yang sedang berjalan.

c. Menentukan Isu secara Selang-seling


Pada pendekatan ini, para pihak bergantian dalam memilih topik pembicaraan. Solusi
struktural ini memungkinkan para pihak untuk terus mengupayakan penyelesaian dan
mengurangi risiko terjadinya jalan buntu. Namun, proses ini jarang berhasil untuk jangka
panjang, karena biasanya satu atau beberapa pihak akan cenderung melanggar prosedur.

d. Urutan Berdasarkan Permasalahan yang Paling Penting


Pada pendekatan ini, para pihak harus memilih satu atau dua masalah yang dianggap
sebagai masalah paling besar dan menempatkannya pada prioritas di agenda. Asumsinya
adalah ketika mereka mencapai kesepakatan dengan masalah-masalah yang penting, maka
mereka akan lebih mudah untuk sepakat pada masalah-masalah yang kurang penting.

e. Urutan Berdasarkan Prinsip


Pendekatan ini adalah untuk mendefinisikan isu ke dalam prinsip-prinsip. Prinsip-prinsip ini
yang akan memandu keputusan atas masalah tertentu. Para pihak secara bersama-sama
menentukan prinsip-prinsip dan kemudian mengupayakan bagaimana prinsip-prinsip ini
dijalankan pada masalah yang sudah diagendakan. Prosedur ini hanya bekerja dengan
syarat para pihak bersedia dan mampu bernegosiasi pada tingkat tinggi yang general dan
abstrak, dan juga mereka bersedia serta mampu menunda pengambilan keputusan atas isu-
isu yang lebih kecil.

f. Urutan Berdasarkan Permasalahan yang Paling Mudah


Tujuan metode ini ialah mengidentifikasi masalah yang tampaknya mudah bagi para pihak
untuk sepakat dan mungkin tidak akan banyak memakan waktu. Masalah-masalah ini
biasanya masalah kecil, tidak bergantung pada masalah lain, sedikit terbebani emosi dan
tidak bersifat simbolis dibandingkan dengan masalah lain yang akan dibahas.

g. Teknik “Menyusun Bangunan” (Building Block)


Dalam proses ini, para pihak mengidentifikasi persetujuan mana yang harus dibuat terlebih
dulu, sebab kesepakatan ini akan menjadi landasan dari keputusan-keputusan berikutnya.
Pengurutan agenda bergantung pada persetujuan-persetujuan mana yang menjadi patokan
sebelumnya. Pengelompokan dapat didasarkan pada prinsip-prinsip, waktu, jadwal
pembayaran dan sebagainya.

h. Pertukaran atau Pengemasan


Pada umumnya, para pihak enggan untuk memutuskan mengagendakan masalah-masalah
sekaligus pada satu waktu karena mereka takut akan kehilangan pengaruh atas satu isu, jika
mereka telah menyelesaikan satu isu lainnya lebih awal. Untuk menghindari masalah ini,
para pihak ingin untuk menghubungkan dan memformulasikan kombinasi masalah-masalah
yang akan dibahas. Ini berarti mereka membahas sejumlah masalah secara simultan.
Pemenuhan kepentingan-kepentingan dapat ditukarkan nanti, melalui cara tersebut di mana
keseimbangan pertukaran dicapai.

Pengemasan suatu usulan yang berisi beragam solusi masalah memiliki keuntungan sebagai
alat pembentukan agenda. Pendekatan ini dapat mendorong para pihak untuk menyusun
agenda alternatif. Kekurangan dari pendekatan ini adalah dapat dilihat sebagai upaya
memaksakan kesepakatan yang tidak diinginkan atau menghilangkan kesempatan salah satu
pihak untuk berpartisipasi dalam konsensus atau penyelesaian masalah. Cara untuk
mengatasi kekurangan ini adalah dengan membuat beberapa kemasan kecil yang tidak
terlalu komprehensif dan menimbulkan resistensi.

Daftar Pustaka
Kimberlee K. Kovach. (1994). Mediation: Principles and Practice. St. Paul, Minnesotta: West Publishing
Co.

Christopher W. Moore. (2003). The Mediation Process. 3rd edition. San Fransisco: Jossey-Bass.

Dudley Braun, Keys to Mediator Success: Issue Identification, Exploring Options, Brainstorming, dapat
diakses per 8 Juni 2015 melalui tautan http://www.mediate.com/articles/BraunD4.cfm

Anda mungkin juga menyukai