Anda di halaman 1dari 107

I

DAFTAR ISI
PENDAHULUAN...................................................................................
DEFINISI SATPAM...................................................................................
I. TUGAS POKOK, FUNGSI DAN PERANAN SATPAM......................
A. TUGAS POKOK SATPAM........................................2
B. FUNGSI SATPAM.....................................................2
C. PERANAN SATPAM.................................................2
D. WEWENANG SATPAM............................................2
PENGATURAN LALU LINTAS................................................................
A. Pengertian...........................................................................3
B. Pelaksanakan pengatuaran lalu lintas................................3
PENJAGAAN.............................................................................................
A. Bentuk – bentuk penjagaan................................................5
B. Obyek penjagaan................................................................5
C. Pelaksanaan kegiatan penjagaan........................................5
PELAYANAN PRIMA...............................................................................
1. PELANGGAN........................................................................5
2. PELAYANAN.........................................................................6
3. KETRERAMPILAN DASAR DALAM PELAYANAN
PELANGGAN..................................................................................6
INTER PERSONAL SKILL (IPS)..............................................................
KETERAMPIAN MENGAMATI...................................................................................
PELATIHAN KETERAMPILAN MENGAMATI..............................................................
II. TINDAKAN PERTAMA DI TEMPAT KEJADIAN
PERKARA (TPTKP)...............................................................................
PENGERTIAN...........................................................................................
PELAKSANAAN TPTKP...........................................................................
TUGAS SATPAM DITEMPAT KEJADIAN PERKARA
(TKP)..........................................................................................................

II
TEKNIK PENANGKAPAN & PENGGELEDAHAN................................
A. PENGANGKAPAN.................................................................................................
B. PENGGELEDAHAN................................................................................................

III. KEMAMPUAN KEPOLISIAN TERBATAS.....................................


A. FUNGSI KEPOLISIAN TERBATAS DAN
PENGGOLONGAN KEMAMPUAN.........................................................
B. LINGKUP KUASA TEMPAT..............................................................
C. KEMAMAPUAN BIDANG PREVENTIF...........................................
D. KEMAMPUAN PELAYANAN............................................................
E. KEMAMAPUAN PENINDAKAN........................................................
IV. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR........................................
Kegiatan Pokok Satpam..............................................................................
A. Tata Tertib dan Pelaksanaan Tugas Satpam/Security...........................
B. Tata Cara Serah Terima Tugas Penjagaan............................................
C. Peraturan Tata Tertib Satpam/Security................................................
Janji Satuan Pengamanan (Satpam/Security)............................................................
Prinsip – Prinsip Penuntun Satuan Pengamanan
(Satpam/Security).....................................................................................................
D. Contoh : SOP Security Penerimaan Tamu (Security
SOP for Visitors).........................................................................................
V. TEORI, PRAKTIK, DAN DRILL PBB...............................................
Maksud dan tujuan baris berbaris.............................................................
Gerakan pada baris berbaris......................................................................
Sikap Dasar dalam Peraturan Baris-Berbaris............................................
Macam-macam Langkah dan Perubahan Arah dalam
Peraturan Baris berbaris............................................................................
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................
PERATURAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2020..................................................
III
IV
PENDAHULUAN

Keamanan merupakan kunci dalam setiap pelaksanaan


pembangunan yang akan dilaksanakan, apabila keamanan benar-benar
kondusif, maka pelaksanaan roda perekonomian dan pembangunan akan
berjalan dan terlaksana dengan baik dan tepat waktu sesuai dengan yang
direncanakan. Keamanan masyarakat bukan hanya tugas dan
tanggungjawab pihak Kepolisian saja, melainkan seluruh lapisan
masyarakat juga mempunyai peran dan andil yang sangat besar. Apabila
dirunut dari keterbatasan aparat Kepolisian yang tidak mungkin mampu
melayani semua tugas-tugas yang menjadi kewajibannya dan juga
jumlahnya yang belum bisa untuk melayani seluruh tugas-tugas yang
menjadi tanggungjawabnya, serta apabila diperhatikan dari wilayah
negara Indonesia yang sangat luas dan terdiri dari beribu-ribu pulau
disertai dengan jumlah penduduk Indonesia yang terus mengalami
pertambahan dari tahun ke tahun sedangkan jumlah aparat kepolisian
tidak sebanding dengan keadaan tersebut. Untuk itu tugas dan fungsi
tersebut dapat diambil alih oleh masyarakat itu sendiri di dalam
lingkungannya,
Keamanan juga dapat dilakukan oleh masyarakat dengan
keahlian khusus yang telah dibentuk dan dilatih sebagai petugas satpam
pada waktu bertugas di lingkungan tempat kerjanya untuk membantu
peran fungsi Polri agar tempat kerjanya tercipta rasa aman dari segala
gangguan kamtibmas. Peran dan fungsi petugas satpam dalam
melaksanakan tugas di lingkungan tempat kerjanya apabila dilihat dari
dimensi kepolisian merupakan bentuk sosiologis fungsi kepolisian yang
tumbuh dan berkembang dalam tata kehidupan masyarakat akan
pentingnya keamanan dan ketertiban di lingkungan masing-masing, juga
dapat dipandang sebagai refleksi masyarakat dalam mewujudkan
mempolisikan dirinya dan diharapkan mengarah kepada pemolisian
masyarakat yang dilandasi akan kesadaran di daerah lingkungannya,
“Sebagai warga juga diharapkan untuk menerapkan sistem Swakarsa
agar kita tidak mudah terhasut di dalam issuissu yang mengakibatkan
tindakan yang merugikan sambil terus berupaya menciptkan keamanan
dengan hidup yang penuh kesadaran dengan sistem “polisi bagi diri
sendiri” (Majalah (AMSI) Edisi 01 Oktober 2002:7).

DEFINISI SATPAM

1
Satuan pengamanan atau yang sering kita sebut sebagai SATPAM:
adalah Satuan kelompok petugas yang dibentuk oleh instansi/ badan/
proyek/ badan usaha untuk melaksanakan pengamanan phisik dalam
rangka menyelenggarakan keamanan swakarsa dilingkungan/ kawasan
kerjanya. Satpam sendiri pertama kali ditetapkan oleh kepala kepolisian
Negara Republik Indonesia Jenderal Polisi Prof DR. Awaloedin
Djamin.MPA melalui surat keputusan Kapolri No pol :
Skep/126/XII/1980 tanggal 30 desember 1980 tentang POLA
PEMBINAAN SATPAM, Berawal dari skep itulah setiap tanggal 30
Desember diperingati menjadi hari Satpam. Atas jasa-jasa beliau itulah,
berdasarkan surat rekomendasi dari badan pengurus pusat Asosiasi
Profesi Satpam Swakarsa Indonesia (APSSI) No 21/ APSSI/ XI / 1993
tanggal 24 desember 1993 kepada KAPOLRI yang saat itu dijabat oleh
Letnan Jenderal Polisi Drs BANURUSMAN ASTROSEMITRO .
Petugas Satpam pada saat ini sangat efektif sebagai tenaga keamanan di
lingkungan tempat kerjanya, disebabkan pada akhir-akhir ini banyak
sekali terjadi gangguan kamtibmas di Kota maupun di Desa yang sering
mengganggu dan meresahkan masyarakat. Rasa aman merupakan suatu
kebutuhan pada setiap lapisan masyarakat baik di Kota maupun di Desa,
di tempat umum maupun di tempat khusus, di perusahaan negara
maupun swasta, perorangan maupun kelompok, di Rukun Tetangga,
Rukun Warga, Kelurahan atau Desa, Kecamatan, Kabupaten atau Kota,
Propinsi maupun Negara, sebuah perusahaan agar bisnis atau usaha yang
dikelola bisa terus berlangsung. Petugas Satpam sebagai salah satu
bentuk kepedulian dari perusahaan untuk membantu fungsi Polri sebagai
tenaga keamanan untuk melakukan pengamanan di perusahaan agar bisa
menjalankan usaha atau bisnisnya dengan lancar tanpa adanya hambatan
dan rintangan dari segala situasi dan kondisi yang bisa merugikan
perusahaan, maka keberadaan petugas satpam di perusahaan sangat
penting dan sangat diutamakan sebagai ujung tombak perusahaan untuk
menunjang semua kegiatan yang ada di perusahaan baik yang bersifat
umum; menjaga di dalam lingkungan perusahaan, menjaga ketertiban
para pekerja/ buruh perusahaan, mengawasi alat-alat vital perusahaan,
maupun yang bersifat khusus; mendampingi petugas perusahaan untuk
mengambil atau mengantarkan uang ke atau dari Bank; “Satpam sebagai
pembantu pengemban fungsi kepolisian di lingkungan kerjanya
diarahkan untuk melaksanakan kegiatan pelayanan keamanan bagi
kepentingan suatu perusahaan agar tidak terjadi resiko yang merugikan
perusahaan, ….” (A. Hasan, Majalah (AMSI), Edisi 01 Oktober
2002:27).
2
3
I. TUGAS POKOK, FUNGSI DAN PERANAN SATPAM

A. TUGAS POKOK SATPAM


Tugas pokok satpam adalah meneyelenggarkan keamanan ketertiban
dilingkungan kawasan kerjanya khusunya pengamana phisik,
( physical satpam), personil informasi dan pengamanan teknis lainya.
Dalam pelaksanan tugas pokok tersebut seorang satpam harus
berperan sebagai pelindung. Pengayom dan pelayan bagi masyrakat
yang berada dilingkungan kawasan kerjanya.
1. SEBAGAI PELINDUNG:
Maka setiap anggota satpam harus memilkin kemampuan
memberikan pelindung agar masyrakat dilingkungan / kawasan
kerjanya bebas dari rasa takut, bebas dari ancaman/bahaya dan
selalau bersedia memberikan bantuan tanpa membedakan
setatusnya.
2. SEBAGAI PENGAYOM:
Setiap anggota satpam harus memiliki kemampuan memberikan
petunjuk, arahan, bimbingan dan pesan yang bermanfaat bagi
masyrakat dilingkungan kawasan kerjanya, sehingga tercipta
suasana yang aman, tertib dan masyarakat merasa tentram dan
terayomi.
3. SEBAGAI PELAYAN:
Anggota satpam dalam setiap kegiatanya selalu dilandasi rasa
pengabdian dengan etika dan tatakrama serta tutur kata yang
santun dan keramahan yang wajar, seorang petugas satpam harus
selalu memberikan pelayanan kepada masyrakat dilingkungan
kawasan kerjanya secara mudah, cepat tanpa membebani dengan
biyaya tidak semestinya.

B. FUNGSI SATPAM
Satpam adalah salah satu pengemban fungsi kepolisian terbatas dan
fungsinya adalah meliputi segala kegiatan melindungi dan
mengamankan lingkungan / kawasan kerjanya dari setiap gangguan
keamanan, ketertiban dan pelanggaran hukum. Satpam memiliki
kewenanagan terbatas ialah “ dalam lingkungan kuasa tempat” dalam
arti di luar tempat yang di tentukan tidak memiliki kewenangan.
Yang ditentukan dalam batas kewenangannya ialah lingkungan
kawasan kerjanya. Dalam undang-undang kepolisian disebutkan
bahwa dalam melaksanakan fungsi kepolisian maka polri dibantu
oleh bentuk pengamanan swakarsa yang mempunyai kewenangan
4
terbatas sesuai tempat ialah; lingkungan kerja, lingkungan
pemukiman dan lingkungan pendidikan ini adalah tugas satpam.
Pengamanan swakarsa adalah bentuk pengamanan atas kemauan,
kesadran dan kepentingan masyarakat sendiri yang kemudian
mendapat pengukuhan dari polri. Contoh fungsi kepolisian terbatas
yang lain adalah posus ( polisi khusus).

C. PERANAN SATPAM
Dalam melaksanakan tugasnya satpam mempunyai peranan sebagai :
1. Unsur membantu pimpinan instansi / proyek / badan usaha
tempat ia bertugas di bidang keamanan dan ketertiban di
lingkungan / kawasan kerjanya.
2. Unsur pembantu polri dalam pembinaan keamanan dan
ketertiban terutama di bidang penegakan hukum
dan satpam mindedness dalam lingkungan kawasan kerja.
3. Keamanan dan ketertiban masyarkat adalah tanggung jawab
seluruh masyarakat dan polri adalah selaku Pembina teknisnya.
Setiap orang bertanggung jawab atas keamanan dan ketertiban
dalam lingkungan masing-masing baik lingkungan pekerjaan,
pemukiman dan pendidikan dan lain-lain.

D. WEWENANG SATPAM
Anggota satpam harus memahami wewenang satpam sehingga tidak
ragu-ragu dalam melaksanakan tugasnya. Secara universal wewenang
pengemban kepolisian terbatas terbagi atas bagian yaitu wewenang
bidang preventif dan represif sesuai dengan undang – undang yang
mengaturnya.
1. Wewenang satpam bidang perventif
a. Menerima laporan, setiap anggota satpam berkewajiban
menerima laporan dari anggota masyarakat dilingkungan /
kawasan kerjanya dan wajib memberikan pelayanan dan
bantuan yang di perlukan.
b. Tindakan pertama di tempat kejadian. Petugas satpam
harus melakukan tindakan pertama ditempat kejadian antara
lain : penutupan TKP, menangani korban / saksi dan tersangka,
mengatur lalu lintas serta tindakan lain-lain yang di perlukakan
dan segera melaporkan ke polri terdekat.
c. Meminta identitas, petugas satpam wajib meminta identitas
seseorang di lingkungan / kawasan kerjanya misalnya KTP,
SIM dan lain-lain
5
d. Mencari keterangan dan informasi, yang di perlukan bagi
kepentingan tugasnya dalam memelihara keamana dan
ketertiban dilingkungan / kawasan kerjanya.
e. Mencegah dan menangulangi, timbulnya gangguan baik
kriminal maupun non kriminal serta mencegah timbulnya
penyakit masyarakat di kawasan kerjanya antara lain :
pelacuran, perjudian, kenakalan remaja dan lain-lain.
f. Membantu menyelesaikan perselishan warga, kawasan
kerjanya yang dapat mengganggu ketertiban umum.
g. Memberikan bantuan pengamanan, atas kegiatan- kegiatan
yang dilakukan di kawasan kerjanya, misalnya pengaturan
parkir, pengaturan lalu lintas dan lain-lain.

2. Wewenang satpam dalam hal tertangkap tangan


a. Pengertian tertangkap tangan adalah tertangkapnya seorang
pada waktu sedang melakukan tindak pidana, atau dengan
segera sesudah beberapa saat tindak pidana itu di laksanakan
atau sesaat kemudian diserukan oleh khalayak ramai sebagai
orang yang melakukannya, atau apabila saat kemudian
padanya ditemukan barang bukti hasil dari kejahatan, benda
yang diduga keras telah dipegunakan untuk melakukan tindak
pidana itu, yang menunjukan bahwa ia adalah pelaku atau
membantu melakukan tindak pidana itu.
b. Untuk kasus tertangkap tangan ini tidak hanya pengemban
fungsi kepolisian yang memiliki kewenangan untuk bertindak
namun juga kewajiban setiap warga Negara dengan catatan
segera menyerahkan tersangka berikut barang bukti ke
penyidik yang berwenang.
c. Dalam hal tertangkap tangan, pada dasarnya setiap orang
yang diperbolehkan melakukan tindakan tertentu asal segera
diserahkan kepada pihak yang berwenang sesegera mungkin,
misalnya dalam hal penangkapan:
 Dalam hal tetangkap tangan tangan penangkapan dilakukan
tanpa surat perintah penangkapan, dengan ketentuan bahwa
penangkap harus segera menyerahkan tertangkap beserta
barang bukti yang ada kepada penyidik / penyidik pembantu
yang terdekat ( pasal 18 ayat (2) KUHAP).
 Dalam hal tertangkap tangan, setiap orang berhak, sedang
setiap orang mempunyai wewenang dalam tugas ketertiban,

6
ketentraman dan keamanan umum wajib menangkap
tersangka guna diserhkan beserta atau barang bukti kepada
pihak yang berwenang.

TURJAWALI
PENGATURAN LALU LINTAS
A. Pengertian
1. Pengaturan lalu lintas adalah pemberitauan kepada pemakai
jalan, bagaimana dan di mana mereka dapat bergerak atau
berhenti terutama pada waktu ada kemacetan atau keadaan
darurat.
2. Mengatur lalu lintas adalah mengisyartkan dan memberitauhkan
kepada pemakai jalan dengan menggunakan gerakan tangan atau
alat lain sebagai isyarat kepada pemakai jalan yang dapat atau
tidak dapat bergerak, berhenti atau berubah arah pada waktu ada
kemacetan atau hambatan serta gangguan lalu lintas lainya.
3. Pengaturan lalu lintas ini merupakan tindakan awal yang harus
dilaksanakan sedini mungkin sebelum situasi lalu lintas berubah
atau meningkat menjadi kurang lancar, macet atau terjadi
kecelakaan lalu lintas.

B. Pelaksanakan pengatuaran lalu lintas


1. Cara mengambil posisi
a. Sikap dasar mengatur lalu lintas adalah sikap siap
b. mengambil posisi sedemikan rupa sehingga mudah
mengatur gerakan tangan dalam mengatur lalu lintas
c. berusaha mengambil posisi ditempat yang lebih tinggi agar
supaya mudah melihat dan dilihat oleh pemakai jalan
d. selalu memperhatikan factor keamana yang cukup untuk
menjamin keamanan bagi petugas yang bersangkutan
e. pada waktu mengatur lalu lintas dengan SIKAP
ISTIRAHAT, kewaspadaan harus tetap jaga

2. Cara mengatur lalu lintas


a. Isyarat dengan pluit
 Bunyi satu kali panjang artinya berhenti
 Bunyi dua kali pendek artinya jalan

7
 Bunyi lebih dari dua kali pendek, berturut-turut minta
perhatian
b. Isyarat dengan tangan ( ada 12 gerakan)
Rincian gerakan – gerakan tidak digambarkan dengan
kalimat, tetap diberikan petunjuk dengan gambaran peraga
terlampir dan dipraktekan dengan model DRIL.
a) Isyarat berhenti / stop
• Kendaran dari depan
• Kendaran dari belakang
• Kendaran dari depan dan belakang
• Kendaran dari semua jurusan
• Kendaran dari jurusan tertentu
b) Isyarat jalan
• Kendaran dari kanan
• Kendaran dari kiri
• Kendaran dari kanan dan kiri
3. Sarana dan perlengkapan petugas mengatur lalu lintas
a. Pluit
b. Sarung tangan khusus lalu lintas
c. Handset khusus lalu lintas
d. Radio komunikasi ( HT )
e. Megaphone
f. Rambu lalu lintas yang dapat berpindah-pindah
g. Tanda rambu lalu lintas yang dibuat sedemikian rupa yang
dapat dipegang dengan tangan untuk digunakan dalam
mengatur lalu lintas pada saat menyebrangkan orang atau
mengatur kendaraan
h. Perlengkapan perorangan lapangan anggota satpam

4. Tempat –tempat khusus pengaturan lalu lintas ( bagi satpam)


a. Jalan keluar dan masuk kearea perusahaan / kantor
b. Tempat penyebrangan karyawan
c. Persimpangan jalan yang menuju kearea perusahaan /
kantor
d. Tempat –tempat parkir area perusahan / kantor
e. Tempat-tempat lain seusai dengan kebutuhan

5. Petunjuk khusus bagi anggota satpam dalam mengatur lalu lintas


a. Penampilan yang baik dengan berpakaian yang rapih
b. Harus berwajah cerah dan bersikap hormat
8
c. Jangan membuat gerakan-gerakan yang membingungkan
pemakai jalan
d. Dalam megatur penyebrangan jalan.harus tanda khusus
e. Singkirkan kendaran mogok yang mengganggu arus lalu
lintas baik yang keluar maupun masuk keperusahaan /
kantor
f. Melarang kendaran yang parkir tidak ada tempatnya,
terutama dipersimpangan atau tikungan jalan yang sangat
sempit
g. Dilarang menerima uang pemberian dari siapapun juga,
pada waktu melaksanakan tugas mengatur lalu lintas
h. Bila terjadi kecelakaan lalu lintas atau pelanggran berat
didalam area tugas maka secara otomatis kasusnya
ditangani oleh petugas yang berwenang yaitu kepolisian
atau lebih khususnya lagi polantas setempat.

PENJAGAAN

PENJAGAAN adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh


seseorang atau lebih untuk menjaga agar obyek pengamanan tindak
terganggu,hilang atau rusak
A.Bentuk – bentuk penjagaan
Untuk berhasilnya tugas pengamanan seperti tersebut diatas maka
dibuat pos-pos jaga seperti berikut ini:
1. Pos utama adalah pos dimana pelaksanaan tugas penjagaan
dilaksankan secara terus menerus ditempat yang tetap dan
merupakan posko untuk mengendalikan semua kegiatan
penjagaan
2. Pos tambahan adalah pos yang dibentuk berdasarkan
kepentingan yang memerlukan kehadiran secara fisik petugas
satpam ditempat itu, pos ini sebagai pos pengawasan.
3. Pos sementara adalah pos penjagaan yang diadakan dalam
rangka menghadapi beban tugas penjagaan secara insidentil
dan bersifat tidak tetap atau sementara dan dalam waktu
tertentu dengan kebutuhan

B.Obyek penjagaan
1. Barang atau seluruh asset perusahaan
Contoh : gedung perkantoran, sarana dan prasarana perusahaan
dll
9
2. Manusia
Contoh :
 Pimpinan  Tamu
 Karyawan perusahaan  Buruh harian
3. Kegiatan perusahaan
Contoh : seluruh kegiatan perusahaan yang dilakukan selama
24 jam diarea perusahaan atau obyek pengamanan dari mulai
pagi hari sampai dengan jam pulang kerja atau lembur, bentuk
kegiatan antara lain : kegiatan produksi, administrasi,
pengadaan bahan produksi, pengiriman/distribusi hasil
produksi dll.
4. Informasi
Contoh : segala sesuatu yang menjadi rahasia perusahaan
apakah berbentuk dokumen tertulis atau pun bentuk proses
kegiatan produksi, harus diamankan jangan sampai diketahui
orang lain yang tidak berkepentingan.

C.Pelaksanaan kegiatan penjagaan


Serah terima penjagaan. Adapun tata cara serah terima
penjagaan sebagai berikut:
1. Ka jaga lama beserta anggotanya dan ka jaga baru beserta
anggotanya masing – masing membentuk barisan bersaf dan
saling berhadapan
2. Koordinator jaga lama beserta anggotanya dan ka jaga baru
beserta anggotanya masing – masing membentuk barisan bersaf
satu dan saling berhadapan
3. Ka jaga lama memberikan aba – aba sebagai berikut : “kepada
coordinator saptam ,……. Hormat…… gerak”’ setelah
penghormatan dibalas “tegak…. Gerak”,
Catatan : Semua pasukan melaksanakan penghormatan

PELAYANAN PRIMA
PELAYANAN PELANGGAN
1. PELANGGAN
Pada dasarnya dikenal dua pelanggan yaitu :
a. Pelanggan internal
Dalam satisfaction dibahas bahwa “prosese selanjutnya adalah
pelanggan’. Jadi seluruh bagian dari perusahaan yang terkait

10
dalam masalah satpam adalah pelanggan satpam Guard yang
berada dalam yunit kerja satpam harus mampu melayani seluruh
bagian yang ada sesuai tugas dan tanggung jawabnya. Demikian
pula sebaiknya bahwa seluruh unit kerja harus dapat melayani
satpam guard, dengan demikian diperlukan komunikasi dan
iklim kerja sama yang baik dan saling perhatian
b. Pelanggan external
Pelanggan eksternal merupakan pihak luar yang berhubungan
dengan perusahaan, baik pemakai jasa / produk perusahan
maupun sekedar tamu. Satpam guard wajib berperan ganda
dalam memberi pelayanan kepada kedua pelanggan tersebut dan
tidak boleh lebih mementingkan salah satu pihak. Kepuasan
pelanggan internal “mutlak” diperlukan untuk memenuhi
kepuasan pelanggan external yang merupakan tujuan kita,
sehingga kedua pelanggan menjadi sangat penting. Hal yang
perlu ditanamkan dalam diri satpam guard tentang pelanggan
external adalah :

1) Pelanggan bukanlah orang luar bagi usaha kita, ia


merupakan bagian diri usaha kita (mitra)
2) Pelanggan bukan merupakan penghalang bagi pekerjaan
kita, ia merupakan sasaran kerja kita.
3) Pelanggan bukanlah barang mati, ia adalah manusia yang
mempunyai perasaan dan emosi seperti kita.
4) Pelanggan bukalah orang yang harus dibantah atau disaingi,
ia berhak memperoleh perlakuan sopan serta penuh
perhatian.
5) Pelanggan tidak bergantung kepada kita, tetapi kitalah yang
bergantung kepadanya.
6) Pelanggan mengajukan keinginan kepada kita, tugas kitalah
untuk mematuhi keinginan tersebut sebaik-baiknya dengan
harapan diperoleh keuntungan bagi kedua pihak.
7) Pelanggan adalah pencipta CITRA baik buruknya
perusahaan kiita.
8) Pelanggan adalah petugas humas terbaik jika ia merasa
puas.
9) Pelanggan itu sensitife, tangani secara hati hati, karena
mereka dapat mehidupkan atau mengahancurkan usaha kita.

11
2. PELAYANAN
Pelayanan merupakan kata kerja yang berarti bahwa setiap orang
yang berhubungan dengan kata pelayanan berarti kita harus
melakukan tindakan.
Tindakan melayani adalah : Memberi bantuan kepada orang lain
yang mempunyai kebutuhan atau harapan.
Dalam memberi pelayanan harus memperhatikan :
a. Siapa mereka dan ingin merka temui
b. Apa yang merka kehendaki
c. Bilamana / kapan mereka mengendaki
d. Dimana merka menginginkan
e. Bagimana mereka menghendaki pelayanan kita
f. Mengapa mereka mengingikan

3. KETRERAMPILAN DASAR DALAM PELAYANAN


PELANGGAN
a. Komunikasi adalah suatu proses pemberian pesan, amanat
atau perintah yang sinyalnya bergerak, dan pengirim dan
penerima, pada saat bersamaan, umpan balik atau pesan yang
sama sekali berbeda dengan pesan si pengirimdapat
disampaikan dari si penerima kepada pengirim, proses
komunikasi ini akan mengalami kesulitan apabila ada
gangguan dari pihak ketiga, suara atau kekuatan dari luar,
sebagi satpam guard sangat mutlak mampu berkomunikasi
dengan baik dan harus memperhatikan bahasa yang di gunakan
serta bahasa tubuh.
b. Penggunaan telpon
Pada umumnya satpam guard juga dituntut untuk menerima
telpon masuk pada saat hari libur atau jam istirahat kantor
c. Menerima telpon
“ ……, selamat pagi/siang/malam…..” ( permintaan untuk
dapat berhubungan dengan sesorang)
“ mohon ditunggu sebentar pak/ibu……” ( langsung
dihubungkan ke yang bersangkutan)
Jika yang bersangkutan berhalangan:
“bapak/ibu …… sedang tidak ada ditempat, apakah ada
sesuatu yang dapat kami bantu ?”
“ terima kasih pak/ibu”

INTER PERSONAL SKILL (IPS)


12
KETERAMPIAN MENGAMATI
Merupakan keterampilan yang dimilki seseorang, untuk mampu melihat
dan memperhatikan suatu obyek tertentu yang dilakukan secara teliti dan
seksama, dengan menganalisa.
1. Keterampilan mengamati merupakan salah satu bentuk keterampilan
yang mutlak harus dimiliki oleh seorang anggota satpam terutama
apabila hal ini dikaitkan dengan tugasnya.
a. Bentuk observasi (pengamatan) obeservasi dengan jalan tidak
turut serta. Pengamat mengambil sikap/posisi sebagai orang
luar dimana kehadiranya tidak mengganggu kelompok yang
sedang diamati.
b. Observasi dengan jalan turut serta. Dalam hal ini berbagai
macam peranan yang dapat dimainkan oleh penyelidik dalam
mengamati situasi – situasi sosial tertentu, dengan berbagai
macam perbedaan derajat partisipasi / turut serta. Penyelidik
tidaklah perlu untuk memainkan peranan atau berpartisipasi
secara lengkap.

2. Beberapa keuntungan / keunggulan partisipasi observasi


a. Penyidik dapat merumuskan kembali maslahnya selama
observasi berlangsung terus.
b. Hubunganya yang erat dengan situasi yang sebenarnya,
memeberikan kemungkinan baginya untuk menghindari
pertanyaan pertanyaan tidak berguna
c. Secara teratur ia dapat merubah kategori-kategori yang di
perlukakan bagi penyelidikan
d. Memberikan kemungkinan baginya untuk memeproleh
bahan-bahan yang lebih mendalam
e. Dapat mengumpulkan bahan-bahan yang pada saat itu
kelihatanya tidak berhubungan dengan masalah
penyelidikanya, akan tetapi mungkin akan berguna
dikemudian hari.

PELATIHAN KETERAMPILAN MENGAMATI


Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian dalam melaksanakan
pengamatan ini antara lain :
1. Untuk dapat melakukan pengamatan yang baik, harus betul-betul
dilaksanakan secara sistematis, dalam arti dilakukan mulai

13
melihat dari hal-hal yang bersifat umum, kepada hal-hal yang
bersifat khusus.
2. Dalam hal ataupun memeprhatikan suatu obyek, tidak mungkin
dilakukan tanpa adanya konsentrasi yang penuh terhadap obyek
tersebut. Harus disadari bahwa pada saat seseorang melakukan
pengamatan akan senantiasa adanya pengaruh yang dapat
mengganggu konsentrasi sipengamat. Untuk itu seorang
pengamat yang baik harus mamapu menangulangi pengaruh
yang dapat mengganggu konsentrasi tersebut.
3. Dalam rangka pengamatan kita menyadari bahwa kemampuan
seseorang untuk melihat atau memperhatikan suatu obyek
terbatas, sehingga dalam pelaksanaanya harus dapat
menempatkan diri pada posisi yang tepat.

KETERAMPILAN MENJELASKAN
Merupakn ketrampilan dari seseorang untuk membanyakan melukiskan,
atau menceritakan tentang suatu obyek, maupun peritiwa (kejadian),
yang merupakan hasil dari pengamatanya, yang disampaikan dalam
bahasa lisan, tulisan ataupun symbol-simbol, sehingga orang lain
jelas/mengerti tentang apa yang disampaikan”

KETERAMPILAN MENDENGARKAN
Merupakan keterampilan yang dimiliki oleh seseorang untuk menangkap
atau menyerap suara (bunyi) dengan menggunakan indra telinga secara
teliti dan cermat, sehingga mampu menyampaikan secara benar

KETERAMPILAN BERTANYA
Merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang untuk meminta
keterangan atau penjelasan kepada seseorang untuk mendapat informasi
tentang apa yang belum diketahui ataupun belum dimengerti.

KETERAMPILAN MERINGKAS
Merupakan keterampilan yang dimilki oleh seseorang untuk
memendekan cerita pembicaran, berita/informasi, laporan dan
sebagainya dengan cara mengambil intisarinya saja, tanpa mengurangi
arti dan maksud dari pada cerita, pembicaraan, berita/informasi ataupun
laporan tersebut.

KETERAMPILAN MEMEBERIKAN UMPAN BALIK

14
Merupakan kemampuan / keterampilan yang dimilki oleh seseorang
untuk menyampaikan sesuatu hal kepada orang lain, tentang apa yang
dilihat atau didengarkan dari tindakan orang tersebut, sehingga apa yang
disampaikan itu dapat dijadikan perangsang atau pendorong bagi orang
tersebut, untuk melakukan tindakan yang lebih baik di waktu yang akan
datang.

15
II. TINDAKAN PERTAMA DI TEMPAT KEJADIAN
PERKARA (TPTKP)

PENGERTIAN
a. TPTKP ADALAH tempat di mana suatu tindakan pidana
dilakukan atau terjadi atau akibat yang ditimbulkan atau tempat-
tempat lain yang berhubungan dengan tindak pidana tersebut
dimna barang bukti korban atau bagian tubuh korban ditemukan.
b. Tidakan pertama adalah serangkaian tindakan tersebut sesuai
dengan prosedur yang telah ditentukan.

PELAKSANAAN TPTKP
Bila terjadi tindak pidana dilingkungan tempat kerjanya satpam, maka
langkah pertama yang harus dilakukan adalah : SEGERA
MELAPORKAN KEJADIAAN TERSEBUT PADA PIMPINANAN
PERUSAHAAN DAN MENGAMANKAN TKP. Langkah selanjutnya
segera melakukan kegiatan tindakan pertama di TKP dengan terencana
dan terinci sebagai berikut:
a) Tahap persiapan
1. Mempersiapkan peralatan TPTKP
2. Membawa catatan dan alat tulis
3. Menyiapkan personil satpam yang akan bertugas di TKP
4. Meminta petunjuk arahan dari pimpinan satpam
5. Segera mendatangi TKP
b) Di tempat kejadian
1. Menutup area tempat kejadian
Segera memasang police line, atau tali dari apa saja( rapiah,
tambang) sebagai tanda bahwa semua orang dilarang
memasuki area TKP dan menempatkan beberapa anggota
satpam di tempat yang strategi agar supaya massa menonton
tindak mendekati TKP
2. Bila ada korban segera teliti apakah masih hidup atau sudah
mati
a. Jika sudah mati biarkan korban ditempatnya dan jangan
disentuh
b. Jika masih hidup segera adakan pertolongan pertama
atau segera mungkin dikirim kerumah sakit terdekat,
yang belum diangkat beritanda dengan kapur tulis
dimana korban tergeletak.

16
3. Satu orang atau dua orang anggota satpam, masuk ke areal
TKP dengan cara sebagai berikut :
a. Beri tanda bekas langkah kaki petugas, pada saat
maupun keluar TKP usahkan jalur yang sama
b. Bawa alat tulis untuk mencatat apa yang dilihat diare
TKP dengan ketentuan : DILARANG MEMEGANG
APAPUN JUGA serta DILARANG
MEMINDAHKAN / MERUBAH KEDUDUKAN
SETIAP BENDA YANG ADA DI TKP.

Tindakan Satpam bila ada TKP


1) Menerima laporan dan mendata pelapor.
2) Mendatangi, Menutup, Menjaga dan Melindungi TKP
dengan memberikan pagar/ batas ( Status Quo).
3) Melarang orang yang tidak berkepentingan memasuki TKP.
4) Melarang/ dilarang mengambil/ memindahkan atau
mengubah keadaan sebelum diteliti oleh pihak berwenang.
5) Mengabadikan TKP dengan kamera dan sebagainya.
6) Mendata dan mengamati TKP.
7) Melaporkan kepada pimpinan guna menindak lanjuti.
8) Apabila kejadian tidak dilaporkan kepada pihak Kepolisian
maka dapat melakukan pencarian barang bukti dengan
menggunakan metode sistematis untuk mencari dan
menyimpulkan barang bukti yang tertinggal atau ditinggalkan
oleh pelaku/ korban termasuk tetesan darah, dan sidik jari
laten.
9) Barang bukti yang ada diberi tanda, disimpan dan disegel
untuk menjaga keasliannya sampai penyerahan kepada yang
berwenang (Polisi).

TPTKP, ada dua tahap adalah :


1. Penjagaan & Pengamanan TPTKP :
b. Perlindungan terhadap TKP, jangan sampai rusak
oleh masyarakat atau karyawan dengan maksud
untuk membantu petugas POLRI (penyidik/ penyidik
pembantu) dalam rangka melakukan tugas
Penyelidikan dan Penyidikan.
c. Pengamanan dan penutupan TKP dari kemungkinan
orang yang tidak bertanggung jawab masuk kedalam
TKP dan sekitarnya sehingga dikawatirkan bisa
17
merusak bukti – bukti yang ada di TKP dan
sekitarnya.
d. Memperhatikan status Quo, artinya mempertahankan
supaya situasi TKP tetap/ tidak berubah sebagaimana
pada saat ditinggal oleh pelaku.
e. Apa bila dalam keadaan memaksa buat jalan setapak
untuk masuk dan keluar TKP (tanpa merusak TKP)
serta memberi tanda perubahan/ tambahan jejak baru
bila ada.

2. Pengolahan TKP
Pengolahan TKP adalah Tindakan Penyidi untuk:
a. Mengecek kebenaran laporan/ pengaduan atau
informasi yang telah diterima.
b. Mencari, mengmpulkan dan menganalisa barang
bukti, fakta dan informasi untuk mengetahui apa
yang sebenarnya terjadi, siapa korban, saksi dan
pelakunya untuk kepentingan pembuktian.

TUGAS SATPAM DITEMPAT KEJADIAN PERKARA


(TKP)
Terdapat 2 tugas satpam Ketika berapa ditempat kejadian
perkara (TKP) yaitu Penjagaan dan pengamanan.
Yang dimaksud dengan penjagaan :
1. Mendata saksi – saksi/ korban barang yang dilaporkan.
2. Mendatangi TKP, tutup TKP dengan garis/ tali, pancangkan
tulisan “AWAS TKP”.
3. Perhatikan barang – barang yang ada di TKP jangan sampai
hilang, kemudian TKP harus (Status Quo).
4. Orang yang tidak berkepentingan supaya tidak mendekat
TKP.
5. Bila di TKP ada korban manusia sudah meninggal agar
dibiarkan saja dan langsung laporkan kepada pihak yang
berwajib (Polisi).
6. Membuat laporan hasil pengecekan TKP kepada pimpinan.

Yang dimaksud dengan Pengamanan yaitu:


1. Amankan jejak dan barang bukti yang ditinggalkan oleh
pelaku di TKP.
18
2. Jangan menyentuh barang – barang di TKP.
3. Amankan para saksi untuk diwawancarai/ diintrogasi.
4. Cata barang yang hilang dan pemilikan
5. Perhatikan TKP yang dirusak oleh pelaku dan amati.

TEKNIK PENANGKAPAN & PENGGELEDAHAN


A. PENGANGKAPAN
1. Dasar hukum dan pengertian
Penangkapan adalah suatu tindakan penyidik berupa
pengengkahan sementara waktu kebebasan tersangka / terdakwa
apabila terdapat cukup bukti guna kepentingan penyidikan ( pasal
1 butir 20 KUHP).
Perintah penangkapan dilakukan terhadap seseorang yang diduga
melakukan tindak pidana berdasarkan bukti permulaan yang
cukup ( pasal 17 KUHP)
Penjelasan pasal 17 KUHP: “Bukti permulaan yang cukup adalah
bukti permulaan untuk menduga adanya tindak pidana sesuai
dengan bunyi pasal 1 butir 14 KUHP.”
Yang di maksud cukup bukti ( bukti permulaan) :Menurut
kapori :
Berdasrkan surat keputusan kapolri No.Pol : SKEP/04/II/1982
tanggal 18 februari 1982 bahwa bukti permulaan yang cukup itu
adalah bukti yang merupakan keterangan dan data yang
terkandung di dalam 2 diantaranya:
 Laporan polisi  Keterangan saksi /
 Berita acara saksi ahli
pemeriksaan di TKP  Barang bukti
 Laporan hasil
penyelidikan

Menurut rapat kerja “MAKERHJAPOL” tanggal 21 maret 1984


Bukti permulaan yang cukup adalah seyogyaya minimal laporan
polisi ditambah satu alat bukti lainya. Adapun yang dimaksud alat
bukti adalah pasal 184 KUHP “alat bukti yang sah” adalah :
 Keterangan saksi  Petunjuk
 Keterangan ahli  Keterangan terdakwa
 Surat
2. Yang Berwenang Melakukan Penangkapan
 Penyidik (pasal 1 ayat (1) huruf d KUHP)
19
 Penyidik pembantu ( pasal 7 ayat (1) huruf d kecuali
penahanan KUHP)
 Penyidik atas perintah penyidik (pasal 7 ayat (1) HURUF
B perintah penyidik butir 1 KUHP)
 Setiap orang (pasal 111 ayat (1) KUHP) pasal 1 butir 19
KUHP
3. Tata Cara Penangkapan
Tata cara penangkapan mengacu pada:
a. PASAL 18 (1), yaitu:
 Pelaksananya di lakukan oleh pori
 Memperlihatkan surat perintah tugas
 Memberikan surat perintah pengkapan kepada tersangka
 Surat perintah mencantumkan identitas tersangka
 Menyebutkan alasan penangkapan
 Tembusan surat perintah penangkapan diberikan kepada
keluarganya segera setelah penangkapan
 Buat berita acara penangkapan
b. Pasal 19 (1) KUHP
“penangkapan dapat dilakukan paling lama 1 (satu) hari”

B. PENGGELEDAHAN
Penyelidikan merupakan salah satu cara atau metode atau sub
daripada fungsi penyidikan yang mendahului tindakan lain, yaitu
penindakan yang berupa penangkapan, penahanan,
penggeledahan, penyitaan, pemeriksaan surat, pemanggilan,
tindakan pemeriksaan, dan penyerahan berkas kepada penuntut
umum.
Penggeledahan adalah tindakan penyidik yang dibenarkan
undang-undang untuk memasuki dan melakukan pemeriksaan di
rumah tempat kediaman seseorang atau untuk melakukan
pemeriksaan terhadap badan dan pakaian seseorang. Pada
dasarnya menurut KUHAP, penggeledahan itu terbagi menjadi
dua, yaitu:
1. Penggeledahan rumah Penggeledahan rumah adalah tindakan
penyidik untuk memasuki rumah tempat tinggal dan tempat
tertutup lainnya untuk melakukan tindakan pemeriksaan dan
atau penyitaan dan atau penangkapan dalam hal dan menurut
cara yang diatur dalam KUHAP.

20
2. Penggeledahan badan Penggeledahan badan adalah tindakan
penyidik untuk mengadakan pemeriksaan badan dan atau
pakaian tersangka untuk mencari benda yang didup keras ada
pada badannya atau dibawanya serta untuk disita.

1. Tata Cara Penggeledahan


Penggeledahan dilakukan dengan cara-cara yang diatur dalam
Pasal 33 KUHAP, yang berbunyi:
a. Dengan surat izin ketua pengadilan negeri setempat penyidik
dalam melakukan penyidikan dapat mengadakan
penggeledahan yang diperlukan.
b. Dalam hal yang diperlukan atas perintah tertulis dari
penyidik, petugas kepolisian negara Republik Indonesia dapat
memasuki rumah.
c. Setiap kali memasuki rumah harus disaksikan oleh dua orang
saksi dalam hal tersangka atau penghuni menyetujuinya.
d. Setiap kali memasuki rumah harus disaksikan oleh kepala
desa atau ketua lingkungan dengan dua orang saksi, dalam
hal tersangka atau penghuni menolak atau tidak hadir.
e. Dalam waktu dua hari setelah memasuki dan atau
menggeledah rumah, harus dibuat suatu berita acara dan
turunannya disampaikan kepada pemilik atau penghuni
rumah yang bersangkutan.

Dengan demikian pada dasarnya menurut Pasal 33 ayat (1)


KUHAP, penggeledahan itu dapat dilakukan dengan surat izin
Ketua Pengadilan Negeri setempat. Sebelum melakukan
penggeledahan, penyidik lebih dahulu meminta surat izin Ketua
Pengadilan Negeri dengan menjelaskan segala sesuatu yang
berhubungan dengan kepentingan penggeledahan bagi keperluan
penyelidikan atau penyidikan sesuai dengan penjelasan Pasal 33
ayat (1) KUHAP.
Tujuan keharusan adanya surat izin Ketua Pengadilan Negeri
dalam tindakan penggeledahan rumah, dimaksudkan untuk
menjamin hak asasi seseorang atas rumah kediamannya, juga agar
penggeledahan tidak merupakan upaya yang dengan gampang
dipergunakan penyidik tanpa pembatasan dan pengawasan. Demi
untuk membatasi laju penggeledahan yang kurang dapat
dipertanggungjawabkan serta tidak dipergunakan secara semau

21
sendiri, pembuat undang-undang membebani syarat, yaitu harus
lebih dulu ada surat izin Ketua Pengadilan Negeri setempat.

Penggeledahan dalam Keadaan Mendesak


Selanjutnya Pasal 34 KUHAP mengatur mengenai penggeledahan
dalam keadaan mendesak, yaitu berbunyi sebagai berikut:
1. Dalam keadaan yang sangat perlu dan mendesak bilamana
penyidik harus segera bertindak dan tidak mungkin untuk
mendapat surat izin terlebih dahulu, dengan tidak
mengurangi ketentuan Pasal 33 ayat (5) penyidik dapat
melakukan penggeledahan:
 Pada halaman rumah tersangka bertempat tinggal,
berdiam atau ada dan yang ada di atasnya;
 Pada setiap tempat lain tersangka bertempat tinggal,
berdiam atau ada;
 Di tempat tindak pidana dilakukan atau terdapat
berkasnya;
 Di tempat penginapan dan tempat umum lainnya.
2. Dalam hal penyidik melakukan penggeledahan seperti
dimaksud dalam ayat (1)41 penyidik tidak diperkenankan
memeriksa atau menyita surat, buku dan tulisan lain yang
tidak merupakan benda yang berhubungan dengan tindak
pidana yang bersangkutan atau yang diduga telah
dipergunakan untuk melakukan tindak pidana tersebut dan
untuk itu wajib segera melaporkan kepada ketua pengadilan
negeri setempat guna memperoleh persetujuannya.

Berdasarkan uraian tersebut dapat kita simpulkan bahwa dalam


keadaan mendesak penyidik dapat melakukan penggeledahan
tanpa surat izin dari Ketua Pengadilan Negeri setempat. Hal
mendesak ini dilakukan jika di tempat yang akan digeledah diduga
keras terdapat tersangka atau terdakwa yang patut dikhawatirkan
segera melarikan diri atau mengulangi tindak pidana atau benda
yang dapat disita dikhawatirkan segera dimusnahkan atau
dipindahkan.
Adapun tujuan penggeledahan yang dilakukan oleh penyidik
adalah untuk mendapatkan barang bukti sehubungan dengan
adanya tindak pidana. Oleh sebab itu dalam Pasal 32 KUHAP
menjelaskan mengenai tujuan dilakukanya penggeledahan adalah

22
untuk kepentingan penyidikan, penyidik dapat melakukan
penggeledahan rumah atau penggeledahan pakaian atau
penggeledahan badan menurut tatacara yang ditentukan dalam
undang-undang ini.

23
III. KEMAMPUAN KEPOLISIAN TERBATAS

A. FUNGSI KEPOLISIAN TERBATAS DAN


PENGGOLONGAN KEMAMPUAN
Pertama-tama, perlu dipahami bahwa berdasarkan Pasal 3
ayat (1) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang
Kepolisian Negara Republik Indonesia (“UU
2/2002”) pengemban fungsi kepolisian adalah Kepolisian
Negara Republik Indonesia yang dibantu oleh:
a. kepolisian khusus;
b. penyidik pegawai negeri sipil; dan/atau
c. bentuk-bentuk pengamanan swakarsa.
Sebagaimana disebutkan dalam Penjelasan Pasal 3 ayat (1)
huruf c UU 2/2002, yang dimaksud dengan “bentuk-bentuk
pengamanan swakarsa” adalah suatu bentuk pengamanan yang
diadakan atas kemauan, kesadaran, dan kepentingan
masyarakat sendiri yang kemudian memperoleh pengukuhan
dari Kepolisian Negara Republik Indonesia, seperti satuan
pengamanan (satpam) lingkungan dan badan usaha di
bidang jasa pengamanan.
Dalam pelaksanaan tugasnya sebagai pengemban fungsi
kepolisian terbatas, Satpam berperan sebagai:
1. unsur pembantu pimpinan organisasi, perusahaan dan/atau
instansi/ lembaga pemerintah, pengguna Satpam di bidang
pembinaan keamanan dan ketertiban lingkungan/tempat
kerjanya;
2. unsur pembantu Polri dalam pembinaan keamanan dan
ketertiban masyarakat, penegakan peraturan perundang-
undangan serta menumbuhkan kesadaran dan kewaspadaan
keamanan (security mindedness dan security awareness) di
lingkungan/tempat kerjanya.
Mengenai tindakan satpam melakukan pemeriksaan/penggeledahan
kepada pengunjung tempat kerjanya menurut hemat kami hal ini
tidak menyalahi hukum karena pada dasarnya tugas satpam adalah
untuk menjaga keamanan dan ketertiban.

B. LINGKUP KUASA TEMPAT


Saptam memilki kewenangan terbatas ialah “dalam lingkungan
kuasa tempat” dalam arti diluar tempat yang ditentukan tidak

24
memilki kewenangan yang ditentukan dalam batas kewenanganya
adalah lingkungan, kawasan kerjanya, dalam undang-undang
kepolisian.

CONTOH FUNGSI KEPOLISIAN TERBATAS yang lain adalah :


1. “kepolisian khusus “ ialah instansi atau badan pemerintahan
yang oleh untuk melaksanakan fungsi kepolisian dibidang
teknisnya masing-masing wewenang bersifat khusus dan
terbatas dalam “lingkungan kuasa soal-soal” yang ditentukan
oleh peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar
hukumnya contoh “ kepolisian khusus “ yaitu balai
pengawsan obat dan makanan ( Ditjen POM depkes). Polsus
kehutanan, polsus dilingkungan imigrasi dan lain lain.
2. Penyidik pegawai negeri sipil (PPNS) : adalah pejabat
pegawai negeri sipil tertentu yang di beri wewenang khusus
oleh undang undang yang menjadi dasar hukumnya masing-
masing.

C. KEMAMAPUAN BIDANG PREVENTIF


Satpam sebagai pengemban fungsi kepolisian terbatas mempunyai
wewnang bidang preventif secara terbatas, hanya berwenang
dilingkungan kawasan kerjanya. Kemampuan yang diperlukan
antara lain:
1. Menerima laporan dari masyarakat. Setiap petugas security
berwenang / berkewajiban menerima laporan dari anggota
masyarakat di lingkungan / kawasan kerjanya dan wajib
memberikan pelayanan dan bantuan yang di perlukan
2. Melakukan tindakan pertama ditempat kejadian antara lain :
penutupan TKP, menangani korban / saksi dan tersangka,
mengatur lalu lintas serta tindakan lain-lain yang diperlukan
dan segera melaporkan ke polri terdekat
3. Mengambil identitas seseorang dilingkungan / kawasan
kerjanya.
4. Mencari keterangan dan informasi tentang sesuatu yang
diperlukan dan segera melaporkan ke polri terdekat.
5. Mencari keterangan dan informasi tentang sesuatu yang
diperlukan dalam pelakasanaan tugas.
6. Mencegah dan menangani gangguan- gangguandikawasan
kerjanya baik criminal dan non criminal serta penyakit

25
masyarakat antara perjudian, pelacuran, kenakalan remaja
dan lain lain.
7. Memberikan bantuan pengamanan terhadap kegiatan-
kegiatan yang diadakan dikawasan kerjanya.
8. Menerima dan menyimpan barang-barang temuan untuk
sementara waktu sampai jelas siapa pemilik yang benar.

D. KEMAMPUAN PELAYANAN
Dalam pelaksanaan tugas pokok, satpam harus mampu
melaksanakan peran sebagai pelindung, pengayom dan pelayanan
masyarakat di lingkungan kawasan kerjanya. Hal tersebut harus
dilandasi rasa pengabdian, dengan etika dan tatakrama serta tutur
kata dan keramahan, selalu memberikan bimbingan, petunjuk,
dorongan dan ajakan kepada masyarakat dilingkungan /kawasan
kerjanya.
Kemampuan pelayanan adalah kemampuan untuk memahami
harapan dan aspirasi masyarakat, sebagai petugas keamanan di
suatu lingkungan / kawasan kerjanya perlu memahami aspirasi dan
harapan masyarakat di situ. Harapan dan aspirasi masyarakat antara
lain terwujudnya suasana yang aman, tentram dan tertib, dapat
mencegah terjadinya gangguan terhadap masyarakat, merespon
cepat panggilan masyarakat tanpa meminta imbalan apapun.
Hubungan yang harmonis antara petugas dengan masyarakat dapat
menimbulkan kerjasama dan saling bantu dengan sukarela
meskipun keamanan dan ketertiban di lokasi lingkungan / kawasan
kerja adalah tanggung jawab petugas keamanan. Kerjasama dan
bantuan dari masyarakat dan pada giliranya akan memungkinkan
terwujudnya keamanan dan ketertiban di lingkungan / kawasan
kerja tersebut.

E. KEMAMAPUAN PENINDAKAN
Seorang satpam perlu menguasi kemampuan penindakan ( secara
terbatas) oleh karena dalam tugasnya sering menghadapi keadaan
khusus. seorang satpam harus mampu melakukan penidakan dengan
penggunaan kewenangan sesuai ketentuan perundang-undangan dan
bila perlu tindakan keras yang proporsional dengan ancaman yang
dihadapi, dalam hal tertangkap tangan yaitu tertangkapnya
seseorang pada waktu sedang melakukan tindakan pidana atau
dengan segera sesudah beberapa saat tindak pidana itu dilakukan,

26
atau sesaat kemudian diserukan oleh khalayak ramai sebagai orang
yang melakukanya, atau apabila sesaat kemudian padanya
ditemukan benda yang diduga keras telah dipergunakan untuk
melakukan tindakan pidana yang menunjukan bahwa ia adalah
pelakunya atau turut melakukan atau membantu melakukan tindak
pidana itu, untuk kasus tertangkap tangan ini tidak hanya
pengemban tugas kepolisian yang memiliki kewenangan untuk
bertindak namun juga kewajiban bagi setiap warga Negara, dengan
catatatan segera meyerahkan tersangka berikut barang buktinya
kepada penyidik yang berwenang.

27
IV. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

Standar Operasional Prosedur (SOP) Satuan Pengamanan


Satpam adalah suatu kelompok petugas yang dibentuk oleh
instansi/badan usaha untuk melaksanakan pengamanan fisik
dalam rangka menyelenggarakan keamanan
dilingkungan/kawasan kerjanya. Pengamanan fisik yaitu segala
usaha dan kegiatan mencegah/mengatasi timbulnya ancaman dan
gangguan keamanan dan ketertiban dilingkungan instansi terkait
secara fisik melalui kegiatan pengaturan, penjagaan dan
perondaan serta kegiatan lain yang disesuaikan dengan kebutuhan
perusahaan. Pelaksanaan pengamanan dilakukan oleh satpam
yang dikoordinir langsung oleh chief security yang dibantu oleh
komandan regu dalam melaksanakan tugas pengamanan selama
24 jam dengan kekuatan personil yang disusun dalam sistem jaga
shift.
Kegiatan Pokok Satpam
1. Mengadakan peraturan dengan maksud menegakkan tata
tertib yang berlaku dilingkungan kerja, khusus yang
menyangkut keamanan dan ketertiban atau tugas-tugas lain
yang diberikan oleh pimpinan Perusahaan seperti :
2. Pengaturan Tanda Pengenal pegawai /karyawan
3. Pengaturan penerimaan Tamu
4. Pengaturan parkir kendaraan
5. Melaksanakan penjagaan dengan maksud mengawasi
keadaan atau hal-hal yang mencurigakan disekitar lokasi
kerja dan sekitar tempat tugasnya.
6. Melakukan perondaan sekitar kawasan kerjanya menurut
rute dan waktu yang ditentukan dengan maksud
mengadakan penelitian dan pemeriksaaan terhadap segala
sesuatu yang tidak wajar dan tidak pada tempatnya yang
dapat atau diperkirakan menimbulkan ancaman dan
gangguan serta mengatur kelancaran lalu lintas diluar
kawasan atau sekitar lingkungan Perusahaan.
7. Mengadakan pengawalan uang/barang apabila diperlukan.
8. Mengambil langkah-langkah dan tindakan sementara bila
terjadi tindak pidana, antara lain seperti :
 Mengamankan Tempat Kejadian Perkara (TKP)
28
 Menangkap dan memborgol pelakunya (apabila
tertangkap basah)
 Menolong korban
 Melaporkan/meminta bantuan POLRI setempat
secepatnya
 Memberikan tanda-tanda bahaya atau keadaan
darurat melalui alat-alat alarm atau kejadian lain
yang membahayakan jiwa, badan atau harta benda
orang banyak disekitar Perusahaan serta
memberikan pertolongan dan bantuan
penyelamatan.

A. Tata Tertib dan Pelaksanaan Tugas Satpam/Security


1. Sikap tampan dan perilaku anggota Satpam/Security :
Anggota Satpam diwajibkan memelihara kebersihan badan
dan pakaian seperti:
a. Rambut harus dicukur rapi dan bersih
b. Dilarang memelihara jenggot dan jambang
c. Berpakaian rapi bersih dan lengkap sesuai dengan
ketentuan seragam satpam
d. Bertindak sopan, ramah tetapi tegas luhur, berani
adil dan bijaksana
e. Ulet, tabah, sabar dan percaya diri dalam
mengemban tugasnya
f. Memegang teguh rahasia yang dipercayakan
kepadanya
g. Cepat tanggap (Responsive) dalam memberikan
perlindungan dan pengamanan
h. Mentaati peraturan dan menghormati norma yang
berlaku di perusahaan
i. Dilarang bersikap acuh tak acuh, tidak sopan baik
kepada tamu, penghuni maupun masyarakat
sekitarnya
j. Dapat menciptakan suasana lingkungan kerja yang
bersih, aman, nyaman dan tentram

2. Tugas-Tugas Satpam :
a. Mengawasi dan mencatat nama-nama staf kantor
yang keluar –masuk kantor
29
b. Mencatat nomor dan nama kendaraan serta dokumen
pengiriman yang dibawa
c. Memeriksa barang/sisa angkutan yang masih
terbawa oleh kendaraan tanpa dokumen pengiriman
d. Memeriksa dan menjaga keamanan barang
dilingkungan Perusahaan setiap jam dengan
peralatan ceklok control
e. Memeriksa dan mengawasi tenaga kerja yang
melakukan ceklok absensi
f. Melakukan tindakan darurat pengamanan apabila
terjadi kerusakan alat mesin yang menyebabkan
kebakaran
g. Melarang orang-orang yang tidak berkepentingan
mendekati tempat-tempat yang
membahayakan/dilarang dimasuki kecuali petugas
h. Membukakan pintu gerbang pada saat ada kendaraan
yang akan masuk atau keluar dari conditioning plant
i. Memberikan buku tamu untuk diisi oleh tamu yang
diteruskan kepada yang dituju
j. Melakukan body chek kepada semua tenaga kerja
yang akan meninggalkan kantor dan conditioning
plant kecuali pimpinan dan tamu penting
k. Menegur mengingatkan dan melaporkan pengguna
kendaraan (tenaga kerja dan Staf kantor) yang tidak
menggunakan peralatan keselamatan (helm untuk
sepeda motor, sabuk pengaman untuk pengemudi
dan penumpang depan di mobil) kecuali tamu kantor
l. Melarang tenaga kerja conditioning plant keluar
pada saat jam kerja kecuali ada ijin dari supervisor
m. Mengkoordinir penggunaan radio komunikasi guna
kepentingan kantor maupun kepentingan lapangan
n. Meminta dokumen pengiriman kepada semua
kendaraan yang masuk dan keluar dari conditioning
plant untuk kemudian dicatat dan distempel yang
kemudian diserahkan kepada bagian yang
berkepentingan

B. Tata Cara Serah Terima Tugas Penjagaan

30
Setiap pergantian tugas dan penjagaan dari shif satu ke shif
berikutnya diwajibkan adanya acara”serah terima” tugas
penjagaan.
Adapun tata cara penyerahan tersebut adalah sebagai berikut :
1. 15 menit sebelum acara serah terima dimulai harus sudah
berada ditempat jaga
2. Tidak dibolehkan masuk kedalam ruang jaga agar petugas
jaga yang lama dapat menyelesaikan pekerjaannya
dengan tertib
3. Petugas jaga yang lama wajib membersihkan ruang
penjagaan sebelum serah terima dilakukan
4. Serah terima dilakukan tepat pada waktu yang telah
ditentukan (jam pergantian shif)
5. Satu orang petugas jaga dari shif jaga lama dengan orang
petugas jaga dari shif yang akan menggantikan
melakukan :
 Pemeriksaan buku-buku/regester yang harus ada
dipenjagaan apakah dalam keadaan lengkap dan
telah ditandatangani oleh petugas jaga yang lama
 Pemeriksaan barang-barang inventaris diruang
penjagaan apakah telah sesuai dengan daftar yang
ada (diserahterimakan)
 Pemeriksaan apakah ada pengumuman/instruksi
yang dilanjutkan
 Setelah hal-hal tersebut dilakukan, segera diadakan
“apel serah terima tugas “, yang dipimpin oleh
seorang penjaga
 Dalam apel serah terima tersebut, petugas jaga shif
yang lama melaporkan kejadian-kejadian penting
pada saat meriksa bertugas (apa bila ada) dan
menyerahkan tugas selanjutnya kepada petugas yang
baru
 Petugas jaga yang baru menyatakan menerima
penyerahan tersebut

C. Peraturan Tata Tertib Satpam/Security


Semua anggota SATPAM/SECURITY diharap untuk :

31
1. Menghapal semua Nama dan orangnya di suatu
perusahan untuk mempermudah dalam penyampaian
informasi apabila diperlukan
2. Dilarang mengosongkan Pos SATPAM, jika ada telepon
atau radio panggil agar bisa diterima
3. Memberikan stempel pada surat keluar masuknya barang
4. Mengambil arsip untuk pengeluaran semua barang –
barang dari conditioning
5. Menegur dan menganjurkan pemakaian sabuk pengaman
pengendera mobil dan helm bagi yang membawa sepeda
motor
6. Dilarang tidur waktu tugas
7. Mengatur parkir, antrian dijembatan timbang dalam loket
8. Melaksanakan serah terima penjagaan
9. Melaksankan tugas sebagai pengaman dan penertib
dilingkungan kerja
10. Melaksanakan kegiatan dan pelatihan PBB dan beladiri
11. Menindak lanjuti setiap laporan yang masuk
12. Siap siaga dalam melaksanakan tugas
13. Melaksanakan check lock absensi
14. Pelarangan dan lain-lain yang merupakan tindakan
pertama pencegahan tindakan kriminal
15. Loyal pada pimpinan dan melaksanakan setiap tugas
dengan sebaik-baiknya atas instruksi (Danru dan Chief
Security) serta melaksanakan semua peraturan yang
berlaku di PT. Multi Perkasa Abadi Semesta dan
Perusahaan dimana ditempatkan

Larangan –larangan satpam/security selama bertugas :


1. Dilarang merokok selama bertugas
2. Dilarang membuka seragam selama bertugas
3. Dilarang memakai baju bebas selama bertugas
4. Dilarang melepas sepatu dan memakai sandal selama
bertugas
5. Dilarang meminum minuman keras dan obat terlarang
selama bertugas

32
6. Dilarang main judi pakai uang maupun tidak selama
bertugas
7. Dilarang main catur selama bertugas
8. Dilarang meninggalkan pos selama bertugas tanpa
sepengetahuan
9. Dilarang memakai telepon yang tidak perlu selama
bertugas
10. Dilarang mengucapkan kata-kata makian meskipun
dengan bahasa daerah
11. Dilarang bertindak tidak sopan
12. Dilarang berkelahi sesama rekan kerja
13. Dilarang menyebar isu sara
14. Dilarang berambut panjang minimal 1 ½ cm

Janji Satuan Pengamanan (Satpam/Security)


1. SETIA DAN MENJUNJUNG TINGGI PANCASILA
DAN UUD 1945
2. MEMEGANG TEGUH DISIPLIN, PATUH DAN TAAT
KEPADA PIMPINAN SERTA BERTANGGUNG
JAWAB TERHADAP PELAKSANAAN TUGAS
3. MENJAGA KEHORMATAN DIRI DAN
MENJUNJUNG TINGGI KEHORMATAN SATPAM
4. MEMELIHARA KESATUAN DAN PERSATUAN
SATPAM SERTA APARAT KEAMANAN LAINNYA
5. SENANTIASA MEMELIHARA DAN
MENINGKATKAN KEWASPADAAN SERTA
KEMAMPUAN TUGAS, DEMI TERCAPAINYA
KEAMANAN LINGKUNGAN

Prinsip – Prinsip Penuntun Satuan Pengamanan


(Satpam/Security)
1. KAMI ANGGOTA SATUAN PENGAMANAN
MEMEGANG TEGUH DISIPLIN, PATUH DAN TAAT
PADA PIMPINAN, JUJUR DAN BERTANGGUNG
JAWAB
2. KAMI ANGGOTA SATUAN PENGAMANAN
SENANTIASA MENJAGA KEHORMATAN DIRI
DAN MENJUNJUNG TINGGI KEHORMATAN
SATUAN PENGAMANAN
33
3. KAMI ANGGOTA SATUAN PENGAMANAN
SENANTIASA WASPADA DALAM
MELAKSANAKAN TUGAS SEBAGAI PENGAMAN
DAN PENERTIB DILINGKUNGAN KERJA
4. KAMI ANGGOTA SATUAN PENGAMANAN
SENANTIASA BERSIKAP TERBUKA, TIDAK
MENGANGGAP REMEH SESUATU YANG TERJADI
DILINGKUNGAN KERJA
5. KAMI ANGGOTA SATUAN PENGAMANAN
ADALAH PETUGAS YANG TANGGUH DAN
SENANTIASA BERSIKAP ETHIS DALAM
MENEGAKKAN PERATURAN

JOB DESCRIPTION SECURITY/ SATPAM, TUGAS DAN


TANGGUNG JAWAB CHIEF SECURITY, ASST CHIEF, DANRU
DAN ANGGOTA
Chief Security : Tugas dan Tanggung Jawab
Memanager operational dan sistem pengamanan agar keamanan,
ketertiban dan keselamatan terwujud sesuai tugas pokok, fungsi,
peranan dan mempertanggung jawabkan ke pihak management
Klien :
1. Membuat perencanaan operational dan sistem pengamanan
lokasi
2. Menyusun rencana kerja tahunan, bulanan dan mingguan
3. Membuat jadwal operational keseluruh pengamanan dan
penertiban Lokasi
4. Membuat rencana pengembangan/ modifikasi/ upgrading
&penyempurnaan sistem pengamanan dan penempatan
anggota
5. Merencanakan SDM dalam mendukung operational
keamanan dan ketertiban lingkungan
6. Merencanakan pengelolaan dana yang diperlukan untuk
mendukung tugasnya
7. Melakukan pengorganisasian operational
8. Melakukan koordinasi dengan aparat setempat (Pemda, Polisi
dan tokohmasyarakat).
9. Menerapkan prosedur tetap / sistem prosedur dengan efektif
10. Membuat analisa laporan kerja bulanan
11. Mengkomunikasikan kebijakan yang ditetapkan oleh
management ke internal bagian
34
12. Mengevaluasi laporan hasil pengusutan kejadian dan
interogasi sampai penyerahan tersangka ke polisi setempat.
13. Mengendalikan operasional dan sistem pengamanan
14. Mengarahkan dan mengevaluasi kegiatan operasional dan
sistem pengamanan.
15. Memastikan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan K3
16. Membaca situasi secara tepat dan cermat dan memberikan
respon terhadapkemungkinan gangguan yang timbul
17. Melaksanakan kegiatan sesuai dengan jadwal operasional.
18. Melakukan pembinaan terhadap seluruh bawahannya.
19. Menjadi panutan, memotivasi bawahan serta melakukan
pembinaan maupun pengembangan terhadap bawahan.
20. Bertanggung jawab terhadap keadilan dan kesesuaian
anggota terhadap kontrak / plotingan yang telah ditetapkan.
21. Menegakkan disiplin kerja bawahan dengan memberikan
instruksi kerja dengan jelas.

Assist Chief Security : Tugas dan Tanggung jawab


Bertanggung jawab kepada Chief Security terhadap keamanan,
ketertiban dankeselamatan serta mengendalikan operasional dan
sistem pengamanan:
1. Melaksanakan SOP
2. Membuat perencanaan operasional keamanan dan ketertiban
3. Melakukan pengorganisasian operasional
4. Mengendalikan operasional dan sistem pengamanan
5. Melakukan pembinaan terhadap anggotanya
6. Menjadi panutan, memotivasi bawahan serta melakukan
pembinaanmaupunpengembangan terhadap anggota
7. Membuat catatan tentang pelanggaran anggota
8. Memberikan masukan/ usulan kepada Chief Security
berkaitan denganmutasi, penambahan personil dan
pengembangan pengamanan pada lokasiyang menjadi
tanggung jawabnya.
9. Mengambil langkah-langkah awal dalam mengatasi masalah
di lapangan yang muncul serta melaporkan kepada chief
security jika ada hal-hal yang tidak dapat di atasi secara
langsung untuk mendapatkan petunjuk langkah-langkah yang
harus dilakukan.

35
10. Mengevaluasi anggota Security yang menjadi tanggung
jawabnya, baik penampilan, seragam, kehadiran serta sikap
anggota secara berkala.
11. Mengatur, membagi, mengawasi dan mengendalikan anggota
dalammelaksanakan tugasnya.
12. Memberikan penilaian terhadap anggota baik disiplin morall
maupun kinerja
13. Bertanggung jawab terhadap kehadiran anggota
14. Menjadi tauladan terhadap anggotanya.

Komandan Regu : (Danru)


Tugas dan Tanggung jawab, Bertanggung jawab terhadap Supervisor,
terhadap keamanan, ketertiban dan keselamatan serta mengendalikan
operasional dan sistem pengamanan:
1. Menjadi panutan, memotifasi bawahan serta melakukan
pembinaan maupun pengembangan terhadap anggota
2. Mengatur pembagian tugas anggota dalam regunya dan
melakukan pengawasan serta pengendalian.
3. Memiliki komitmen yang tinggi terhadap tujuan pelaksanaan
tugas yang menjadi tanggung jawabnya
4. Memimpin apel masuk tugas maupun apel selesai tugas
sesuai jadwal pelaksanaan tugasnya
5. Memeriksa kerapihan dan kelengkapan seragam anggotanya
6. Memberikan pengarahan / instruksi kepada anggotanya
tentang tugas – tugas yang harus dilaksanakan.
7. Menyusun plotingan anggota dan mengawasi pelaksanaannya
8. Memberi tindakan / hukuman kepada anggota yang
melanggar aturan yang telah ditetapkan
9. Bertanggung jawab terhadap absensi anggota
10. Mengecek buku mutasi anggota setiap hari dan melakukan
serah terima laporan kepada shief lain
11. Melakukan pelaporan sebelum dan setelah melaksanakan
tugas
12. Mengadakan patroli keseluruh area yang merupakan
tanggung jawabnya, serta pemeriksaan mendadak untuk
mencegah hal-hal yang tidak diinginkan.

Jabatan: Anggota Security


1. Bertanggung jawab kepada DanRu terhadap keamanan,
ketertiban dan keselamatan User.
36
2. Mengadakan penjagaan dan Perondaan – Patroli Penjagaan:
a. Mengawasi/ memperhatikan orang-orang yang dicurigai
dan Mencurigakan
b. Mengawasi dan melaksanakan ketertiban, keamanan
danperaturan perusahaan.
c. Mengawasi parkir.
d. Mengawasi benda-benda yang dicurigai dan
mencurigakan.
e. Mengawasi / menjaga inventaris yang menjadi tanggung
jawabnya

Perondaan/ Patroli :
1. Melaksanakan pengontrolan secara periodik ke seluruh area
2. User Memeriksa kelengkapan alat peralatan yang ada
ditempatperondaan.
3. Mencatat adanya mutasi alat peralatan dari tempatnya
disepanjang route perondaan.
4. Mampu melaksanakan sistem dan prosedur keamanan
dankeadaan darurat.
5. Mampu melaksanakan sistem dan prosedur komunikasi
RadioHT.
6. Mampu mengatasi komplin dari tenant, tamu dan karyawan
secara porposional.
7. Mampu membuat jurnal/ laporan kejadian secara kronologis
8. Senantiasa menjaga disiplin pribadi.
9. Loyal terhadap perintah kedinasan.
10. Mempunyai kebanggaan dan semangat (jiwa Korsa) terhadap
kesatuannya.
11. Menegakkan tata tertib perusahaan agar dapat dilaksanakan
oleh seluruh karyawanUser
12. Merawat, menyiapkan dan memelihara inventaris yang
menjadi tanggung jawabnya.
13. Pengontrolan terhadap pelaksanaan / kelangsungan renovasi
unit lokasi / User.
14. Melaksanakan pengawasan terhadap keluar masuk barang
15. Memberikan laporan sebelum dan sesudah melaksanakan
tugas kepada atasan

37
D. Contoh : SOP Security Penerimaan Tamu (Security SOP
for Visitors)
Format Standar Operasional Prosedur Security (security SOP
format)
Berikut ini contoh format SOP Securtiy tentang penerimaan tamu
perusahaan:
01: Latar Belakang dan Tujuan:
 Standar Operasional Prosedur (SOP) ini disusun dengan
tujuan untuk memandu dalam melakukan aktivitas
menerima tamu di perusahaan.
02: Ruang Lingkup:
 Standar Operasional Prosedur – SOP Security tentang
penerimaan tamu ini mencakup penyambutan awal
hingga tamu meninggalkan perusahaan.
 Standar Operasional Prosedur ini berlaku sejak
ditetapkan dan akan selalu di-update dari waktu ke
waktu.

03: Tanggung Jawab:


 Direktorat SDM dan Umum
 Jabatan tertentu yang bertanggung jawab menyusun SOP
Security
 Pelaksana SOP Security; menjalankan dan memberikan
masukan
04: Definisi:
 Security: kelompok petugas yang dibentuk oleh
perusahaan untuk menyelenggarakan keamanan di
lingkungan perusahaan.
05: Dokumen yang digunakan:
 Buku Tamu
06: Alat dan Perlengkapan:
 Alat tulis
 Telpon/Alat komunikasi
 Kartu identitas
07: Prosedur Pelaksanaan:
 Menyapa terlebih dahulu dengan sikap ramah, sopan
santun, simpatik, pada sikap berdiri dengan

38
mengucapkan “ Selamat pagi/siang/sore, bisa dibantu
Pak/Bu?”
 Setelah tamu memberitahukan tujuan dan identitasnya,
selanjutnya mempersilahkan tamu duduk di ruang
tunggu yang telah disediakan.
 Segera menghubungi melalui telepon orang yang dituju
tersebut dengan mengucapkan: “Selamat pagi/siang/sore,
petugas jaga disini ada tamu yang ingin menemui
bapak/ibu…dari…”
 Bila staf yang dituju mempunyai sekretaris, maka
sekretaris tersebut harus dihubungi dan diberitahukan
adanya tamu.
 Bila sudah ada konfirmasi orang yang dituju akan
diterima di ruang kerja, ruang tamu, atau masih disuruh
menunggu segera konfirmasikan kepada tamu tersebut.
 Antar atau berilah petunjuk tentang lokasi yang harus
dituju tempat tamu diterima dan mintalah tamu untuk
mengisi buku tamu dan berilah tanda visitor kepada
tamu tersebut.
 Dalam keadaan tertentu yang disebut oleh pimpinan,
petugas jaga wajib mengantar/ mengawal tamu sampai
dengan resepsionis, misal:
 Tamu tersebut adalah pejabat tinggi dari suatu instansi
pemerintah.
 Tamu tersebut adalah karyawan yang pempunyai
masalah kepegawaian.
 Ucapkan terima kasih ketika tamu akan meninggalkan
kantor dan mintalah kembali kartu visitor.

39
V. TEORI, PRAKTIK, DAN DRILL PBB
Pengertian
Baris berbaris adalah suatu wujud latihan fisik yang dipergunakan
untuk menanamkan kebiasaan disiplin dalam tata cara hidup Polri
yang diarahkan kepada terbentuknya suatu perwatakan tertentu.

Maksud dan tujuan baris berbaris


untuk menumbuhkan sikap jasmani yang tegap dan tangkas, rasa
kesatuan, disiplin, sehingga dengan demikian senantiasa dapat
mengutamakan kepentingan tugas di atas kepentingan individu dan
secara tidak langsung juga menanamkan rasa tanggung jawab.
a. Yang di maksud dengan menumbuhkan sikap jasmani yang
tegap dan tangkas adalah mengarahkan pertumbuhan tubuh
yang diperlukan oleh tugas pokok tersebut dengan sempurna,
b. Yang di maksud dengan rasa persatuan adalah adanya rasa
senasib dan sepenanggungan serta ikatan batin yang sangat
diperlukan dalam menjalankan tugas,
c. Yang di maksud dengan disiplin adalah mengutamakan
kepentingan tugas di atas kepentingan individu yang hakekatnya
tidak lain daripada keikhlasan menyisihkan pilihan hati sendiri,
d. Yang di maksud dengan rasa tanggung jawab adalah keberanian
untuk bertindak yang mengandung resiko terhadap dirinya tetapi
menguntungkan tugas dan sebaliknya tidak mudah melakukan
tindakan yang akan dapat merugikan kesatuan.

Gerakan pada baris berbaris


Aba-aba adalah perintah yang diberikan oleh seorang komandan
kepada pasukan untuk dilaksanakan pada waktunya secara serentak
atau berturut-turut. Ada beberapa sikap dasar dalam peraturan baris
berbaris diantaranya :
a. Bentuk Dasar Pasukan
b. Sikap Sempurna
c. Istirahat di Tempat
d. Lencang Kanan/Kiri
e. Perubahan Arah
f. Cara Berhitung
g. Cara melatih berkumpul
h. Bubar Barisan i. Periksa Kerapihan
i. Jalan di tempat
j. Berhenti
40
k. Membuka / Menutup Barisan
l. Cara Meninggalkan Barisan
m. Cara Melatih Berhimpun

a. Macam aba-aba terdiri atas 3 bagian dengan urut-urutan :


1) Aba-aba petunjuk. Aba-aba petunjuk dipergunakan hanya jika
perlu untuk menegaskan maksud daripada aba-aba
peringatan/pelaksanaan. Contoh :
a) Untuk perhatian - istirahat di tempat = GERAK.
b) Untuk istirahat - Bubar = JALAN.
c) Jika aba-aba ditunjukkan khusus terhadap salah satu
bagian dari suatu keutuhan pasukan : Peleton - Siap =
GERAK. Kecuali di dalam upacara :aba-aba petunjuk pada
penyampaian penghormatan terhadap seseorang, cukup
menyebutkan jabatan orang yang diberi hormat tanpa
menyebutkan eselon satuan yang lebih tinggi.
Contoh :
 Kepada Komandan Korps Brimob - Hormat =
GERAK.
 Kepada Kapolri – Hormat = GERAK.

2) Aba-aba peringatan Aba-aba peringatan adalah inti perintah


yang cukup jelas, untuk dapat dilaksanakan tanpa ragu-ragu.
a) Lencang kanan = GERAK dan bukan LENCANG =
KANAN.
b) Duduk Siap = GERAK dan bukan ditempat duduk siap =
GERAK.
c) Istirahat di tempat = GERAK dan bukan istirahat ditempat
= GERAK.
3) Aba-aba pelaksanaan Aba-aba pelaksanaan adalah ketegasan
mengenai saat untuk melaksanakan aba-aba petunjuk/peringatan
dengan cara serentak atau berturut-turut. Aba-aba pelaksanaan
yang dipakai ialah :
a) GERAK.
b) JALAN.
c) MULAI.
GERAK : adalah untuk gerakan-gerakan tanpa
meninggalkan tempat yang menggunakan kaki dan gerakan-

41
gerakan yang memakai anggota tubuh lain, baik dalam
keadaan berjalan maupun berhenti. Contoh :
a) Jalan ditempat = GERAK,
b) Siap = GERAK,
c) Hormat kanan = GERAK,
d) Pundak kiri bersenjata = GERAK (sedang berjalan dari
sandang senjata),
e) Hormat = GERAK

JALAN : adalah untuk gerakan-gerakan kaki yang dilakukan


dengan meninggalkan tempat.
Contoh :
 Haluan kanan/kiri = JALAN,
 Dua langkah kedepan = JALAN,
 Tiga langkah kekiri = JALAN,
 Satu langkah kebelakang = JALAN.
Catatan : Apabila gerakan meninggalkan tempat itu tidak
dibatasi jaraknya, maka aba-aba pelaksanaan harus didahului
dengan aba-aba peringatan, maju. Contoh :
 Maju = JALAN,
 Haluan kanan/kiri maju = JALAN,
 Hadap kanan/kiri maju = JALAN,
 Melintang kanan/kiri maju = JALAN
MULAI : adalah untuk dipakai pada pelaksanaan perintah
yang harus dikerjakan berturur-turut. Contoh :
 Hitung = MULAI,
 Berbanjar/bersaf kumpul = MULAI

b. Cara menulis aba-aba


1) Aba-aba petunjuk dimulai dengan huruf besar dan ditulis
seterusnya dengan huruf kecil atau semuanya huruf besar.
2) Aba-aba peringatan dimulai dengan huruf besar dan ditulis
seterusnya dengan huruf kecil yang satu dengan yang lain
agak jarang atau semuanya huruf besar.
3) Aba-aba pelaksanaan semuanya ditulis dengan huruf besar.
4) Semua aba-aba ditulis lengkap, walaupun ucapannya dapat
dipersingkat.

42
5) Diantara aba-aba petunjuk dan aba-aba peringatan terdapat
garis penyambung/koma, antara aba-aba peringatan dan aba-
aba pelaksanaan terdapat dua garis bersusun/koma.

c. Cara memberi aba-aba


1) Waktu memberikan aba-aba, pemberi aba-aba pada dasarnya
harus berdiri dalam sikap sempurna dan menghadap
pasukan.
2) Apabila aba-aba yang diberikan itu berlaku juga untuk si
aba-aba, maka pada saat memberikan aba-aba tidak
menghadap pasukan.
Contoh :
 Waktu komandan upacara memberikan aba-aba
penghormatan kepada Irup : “Hormat Senjata =
GERAK”.
 Pelaksanaannya : pada waktu memberi aba-aba
komandan upacara menghadap kearah Irup sambil
melakukan gerakan penghormatan bersama-sama
dengan pasukan,
 Setelah penghormatan selesai dijawab/dibalas oleh Irup
maka dalam sikap sedang memberi Hormat komandan
upacara memberikan aba-aba “Tegak Senjata” =
GERAK dan setelah aba-aba itu komandan upacara
bersama-sama pasukan kembali ke sikap sempurna,
 Dalam rangka menyiapkan pasukan pada saat Irup
memasuki lapangan upacara dan setelah amanat Irup
selesai, Komandan Upacara tidak menghadap pasukan,
 Pada taraf permulaan latihan aba-aba yang ditujukan
kepada pasukan yang sedang berjalan/berdiri, aba-aba
pelaksanaannya selalu harus diberikan bertepatan
dengan jatuhnya salah satu kaki tertentu yang
pelaksanaan gerakannya dilakukan dengan tambahan : 1
langkah pada waktu berjalan 1/3 langkah pada waktu
berlari. Sedangkan pada taraf selanjutnya aba-aba
pelaksanaan yang dapat diberikan bertepatan dengan
jatuhnya kaki yang berlawanan yang pelaksanaan yang
pelaksanaan gerakannya dilakukan dengan ditambah 2
langkah pada waktu berjalan ¼ langkah pada waktu

43
berlari, kemudian berhenti atau maju dengan merubah
bentuk dan arah pada pasukan.
 Semua aba-aba diucapkan dengan nyaring, tegas dan
bersemangat,
 Pemberian aba-aba petunjuk yang dirangkaikan dengan
aba-aba peringatan dan pelaksanaan, pengucapannya
tidak diberi nada,
 Pemberian aba-aba peringatan wajib diberi nada pada
suku kata pertama dan terakhir, nada suku kata terakhir
diucapkan lebih panjang menurut besar kecilnya
pasukan. Aba-aba pelaksanaan senantiasa diucapkan
dengan cara yang “Hentakkan”.
 Waktu antara aba-aba peringatan dan aba-aba
pelaksanaan diperpanjang sesuai besar kecilnya pasukan
dan atau tingkatan perhatian pasukan (konsentrasi
perhatian). Dilarang memberikan keterangan-keterangan
lain di sela-sela aba-aba pelaksanaan,
 Bila ada suatu bagian aba-aba diperlukan pembetulan,
maka dikeluarkan perintah “ulangi”.
Contoh :
o Hormat senjata = “Ulangi pundak kiri senjata =
GERAK” gerakan yang tidak termasuk aba-aba
tetapi harus dijalankan pula, dapat diberikan
petunjukpetunjuk dengan suara yang nyaring, tegas
dan bersemangat,
o Biasanya dipakai pada waktu di lapangan, seperti
“MAJU, BERHENTI, LURUSKAN, LURUS”

Sikap Dasar dalam Peraturan Baris-Berbaris


a. Bentuk Dasar Pasukan
1) Saf bersaf. Tiap-tiap peleton bersaf dan berdampingan satu
sama lain antara 6 (enam) langkah.
2) Saf berbanjar. Tiap-tiap peleton dan deretan ke belakang
dengan jarak satu sama lain sepanjang satu peleton ditambah 6
(enam) langkah.
3) Banjar bersaf. Tiap-tiap peleton berbanjar dan berdampingan
satu sama lain dengan panjang satu peleton ditambah 6 (enam)
langkah.
44
4) Banjar berbanjar. Tiap-tiap peleton berbanjar dan berdempet
ke belakang dengan jarak satu sama lain 6 (enam) langkah.
Catatan : para komandan peleton senantiasa menempati/berdiri
di samping kanan penjuru dari peletonnya masing-masing.

b. Sikap Sempurna.
Aba-aba : “Siap = GERAK”. Pelaksanaan : pada aba-aba
pelaksanaan badan/tubuh berdiri tegap, kedua tumit rapat, kedua kaki
membentuk sudut 450 , lutut lurus dan paha dirapatkan, berat badan
dititik beratkan pada kedua kaki.
Perut ditarik sedikit dan dada dibusungkan, pundak ditarik ke
belakang sedikit dan tidak dinaikkan. Lengan rapat pada badan,
pergelangan tangan lurus, jari-jari tangan menggenggam tidak
terpaksa dirapatkan pada paha, punggung ibu jari menghadapkan ke
depan merapat pada jahitan celana, leher lurus, dagu ditarik sedikit
ke belakang, mulut ditutup, mata memandang lurus menghadap ke
depan, bernafas sewajarnya.

c. Istirahat di Tempat
Aba-aba : “Istirahat - di - tempat = GERAK”.
Pelaksanaan :
1) Pada aba-aba pelaksanaan kaki kiri dipindahkan kesamping
kiri dengan jarak sepanjang telapak kaki (lebih kurang 30
Cm).
2) Kedua belah tangan dibawa kebelakang dibawah pinggang,
punggung tangan kanan di atas telapak tangan kiri, tangan
kanan dikepalkan dengan dilemaskan, tangan kiri memegang
pergelangan tangan kanan diantara ibu jari dan telunjuk serta
kedua lengan dilemaskan, badan dapat bergerak.
3) Pada aba-aba : “Siap = GERAK”, setelah aba-aba
pelaksanaan, kaki dirapatkan dan kedua belah tangan tangan
kembali membentuk sikap sempurna
Catatan :
 Dalam keadaan parade di mana diperlukan pemusatan
pikiran dan kerapihan istirahat dilakukan atas aba-aba
“Parade Istirahat di – tempat = GERAK”. Pelaksanaan:
sama dengan tersebut di atas, hanya tangan ditarik
keatas sedikit (dipinggang), tidak boleh bergerak,
berbicara dan pandangan tetap ke depan.

45
 Dalam keadaan parade maupun bukan parade apabila
akan diberikan sesuatu amanat oleh atasan, maka
istirahat dilakukan atas aba-aba :
 Untuk perhatian Istirahat - di - tempat = GERAK.
 Pelaksanaan : sama dengan tersebut dalam titik a, dan
pandangan ditujukan kepada pemberi perhatian/amanat.
 Pada akhir perhatian/amanat, pasukan secara serentak
mengambil sikap sempurna kemudian kembali ke sikap
istirahat.

d. Lencang Kanan/Kiri.
1) Lencang kanan/kiri (hanya dalam bentuk bersaf).
Aba-aba : “Lencang kanan/kiri = GERAK”.
Pelaksanaan : gerakan ini dijalankan dalam sikap sempurna.
Pada aba-aba pelaksanaan saf depan mengangkat lengan
kanan/kiri kesamping kanan/kiri, jarijari tangan kanan/kiri
menggenggam, punggung tangan menghadap ke atas.
Bersamaan dengan ini kepala dipalingkan ke kanan/kiri dengan
tidak terpaksa kecuali penjuru kanan/kiri tetap menghadap ke
depan. Masing-masing meluruskan diri hingga dapat melihat
dada orangorang yang ada di sebelah kanan/kiri sampai kepada
penjuru kanan/kiri jarak ke samping harus demikian rupa,
hingga masing-masing jari-jari menyentuh bahu kiri orang yang
berada di sebelah kanannya.
Kalau lencang kiri maka masing-masing tangan kirinya
menyentuh bahu kanan orang yang berada di sebelah kirinya.
Penjuru kanan/kiri tidak berubah tempat.
Catatan :
 Kalau bersaf tiga, maka mereka yang berada di saf tengah
dan belakang kecuali penjuru, setelah meluruskan ke depan
dengan pandangan mata, ikut pula memalingkan muka ke
samping kanan/kiri dengan tidak mengangkat tangan.
 Penjuru pada saf tengah dan belakang mengambil antara ke
depan sepanjang satu lengan ditambah dua kepal dan
setelah lurus menurunkan tangan. Setelah masing-masing
dirinya sendiri lurus dalam barisan, maka semua berdiri di
tempatnyadan kepala tetap dipalingkan ke kanan/kiri. c)
Semua gerakan dikerjakan dengan badan tegak seperti
dalam sikap sempurna. Pada aba-aba : ”Tegak = GERAK”

46
semua anggota dengan serentak menurunkan lengan dan
memalingkan muka kembali ke depan dan berdiri dalam
sikap sempurna.
 Pada waktu komandan pasukan/barisan memberikan aba-
aba “Lencang kanan/kiri” dan barisan sedang meluruskan
safnya, komandan pasukan yang berada dalam barisan itu
memeriksa kelurusan saf dari sebelah kanan/kiri pasukan,
dengan menitikberatkan kepada kelurusan kepada
kelurusan tumit (bukan ujung depan sepatu).
2) Setengah lengan lencang kanan/kiri. Tangan kanan/kiri
dipinggang (bertolak pinggang) dengan siku menyentuh lengan
orang yang berdiri di sebelah kanan/kirinya, pergelangan tangan
lurus, ibu jari disebelah belakang dan empat jari lainnya rapat
satu dengan yang lainnya yang disebelah depan. Pada aba-aba
"Tegak = GERAK" semua serentak menurunkan lengan
memalingkan muka kembali ke depan dan berdiri dalam sikap
sempurna.
3) Lencang depan (hanya dalam bentuk berbanjar). Aba-aba :
“Lencang Depan = GERAK”. Pelaksanaan : penjuru tetap sikap
sempurna, banjar kanan nomor satu dan seterusnya meluruskan
ke depan dengan mengangkat tangan. Bila berbanjar tiga maka
saf terdepan mengambil antara satu lengan/setengah lengan
disamping kanan, setelah lurus menurunkan tangan, serta
menegakkan kepala kembali dengan serentak.
Anggotaanggotanya yang ada di banjar tengah dan kiri
melaksanakannya tanpa mengangkat tangan.

e. Perubahan Arah.
1) Hadap kanan/kiri.
Aba-aba : “Hadap kanan/kiri = GERAK”.
Pelaksanaan :
 Kaki kiri/kanan diajukan melintang di depan kaki kanan/kiri,
lekuk kaki kiri/kanan berada ujung di kaki kanan/kiri, berat
badan berpindah ke kiri/kanan.
 Tumit kaki kanan/kiri dengan badan diputar ke kanan/kiri
900 .

47
 Kaki kiri/kanan dirapatkan kembali ke kaki kanan/kiri seperti
dalam keadaan sikap sempurna.
2) Hadap serong kanan/kiri.
Aba-aba : “Hadap serong kanan/kiri = GERAK”.
Pelaksanaan :
 Kaki kiri/kanan diajukan ke muka berjajar dengan kaki
kanan/kiri.
 Berputar arah 450 ke kanan/kiri.
 Kaki kiri/kanan dirapatkan kembali ke kaki kanan/kiri.
3) Balik kanan.
Aba-aba : “Balik kanan = GERAK”.
Pelaksanaan : pada aba-aba pelaksanaan kaki kiri diajukan
melintang (lebih dalam dari hadap kanan) didepan kaki kanan.
Tumit kaki kanan beserta dengan badan diputar ke kanan 1800 .
Kaki kiri dirapatkan pada kaki kanan.

f. Cara Berhitung.
Aba-aba : “Hitung = MULAI”.
Pelaksanaan : jika bersaf, maka pada aba-aba penjuru tetap melihat
ke depan, sedangkan anggota lainnya pada saf depan memalingkan
muka ke kanan. Pada aba-aba pelaksanaan, berturut-turut tiap
anggota mulai dari penjuru kanan menyebutkan nomornya sambil
memalingkan muka kembali ke depan.
Jika berbanjar maka pada aba-aba peringatan semua anggota tetap
dalam sikap sempurna. Pada aba-aba pelaksanaan tiap anggota mulai
penjuru kanan depan berturut-turut ke belakang menyebutkan
nomornya masing-masing. Penyebutan nomor diucapkan penuh.

g. Cara melatih berkumpul.


1. Komandan/pelatih menunjuk seorang anggota untuk berdiri
kurang lebih 6 langkah di depannya, orang ini dinamakan
penjuru.
2. Komandan/pelatih memberikan perintah, Brigadir Badu
sebagai penjuru (bila penjuru bernama Badu dan berpangkat
Brigadir).
3. Penjuru mengambil sikap sempurna dan menghadap penuh
kepada yang memberi perintah, selanjutnya mengulangi
perintah sebagai berikut : “Siap Brigadir Badu sebagai
penjuru”.

48
4. Penjuru mengambil sikap untuk lari, kemudian lari menuju
komandan/pelatih yang memberikan perintah.
5. Apabila bersenjata, mengambil sikap dengan senjata
kemudian lari menuju ketempat komandan/pelatih yang
memberi perintah, langsung pundak kiri senjata.
6. Pada waktu aba-aba peringatan “Bersaf/berbanjar kumpul”,
maka anggota lainnya mengambil sikap sempurna dan
menghadap penuh pada komandan/pelatih.
7. Pada aba-aba pelaksanaan anggota lainnya dengan serentak
mengambil sikap lari kemudian menuju disamping kiri/di
belakang penjuru secara berturut-turut, meluruskan diri.
8. Bila bersenjata, mengambil sikap depan senjata kemudian
lari menuju disamping kiri/belakang penjuru dan
berturutturut meluruskan diri.
9. Cara meluruskan diri ke samping (bila saf) sebagai berikut :
 Meluruskan lengan ke samping dengan tangan kanan
digenggam, punggung tangan menghadap ke atas,
kepala dipalingkan ke kanan dan meluruskan diri,
hingga dapat melihat dada orang-orang yang sebelah
kanannya. Penjuru yang ditunjuk pada waktu berkumpul
melihat ke kiri, setelah barisan terlihat lurus maka
penjuru memberikan isyarat dengan perkataan
“LURUS”.
 Pada isyarat ini penjuru melihat ke depan serta yang lain
serentak menurunkan lengan kanan, melihat ke depan
dan kembali sempurna. Bila bersenjata, maka senjata
dipundak kiri dan ditegakkan serentak.

10. Cara meluruskan diri ke depan (bila berbanjar) sebagai


berikut :
 Meluruskan tangan kanannya ke depan, tangan
digenggam, punggung tangan menghadap ke atas, dan
mengambil jarak satu lengan ditambah dua kepal dari
orang yang ada di depannya dan meluruskan diri ke
depan.2) Setelah orang yang paling belakang/banjar
kanan yang paling belakang melihat barisannya sudah
lurus, maka ia memberikan isyarat dengan
mengucapkan “LURUS” pada saat ini serentak

49
menurunkan lengan kanan dan kembali ke sikap
sempurna.
 Apabila bersenjata, maka setelah menegakkan tangan
kanannya kemudian dengan serentak tegak senjata.
Catatan :
o Bila lebih dari 9 (sembilan) orang selalu berkumpul
salam saf tiga atau berbanjar tiga, kalau kurang 9
orang menjadi bersaf berbanjar satu.
o Meluruskan kedepan hanya digunakan dalam
bentuk berbanjar.
o Penunjuk penjuru tidak berdasarkan kepangkatan.
Pada dasarnya berkumpul selalu dilakukan dengan saf
kecuali jika keadaan ruang tidak memungkinkan.
(1) Berkumpul bersaf.
Aba-aba : “Bersaf Kumpul = MULAI”.
(a) Sebelum aba-aba peringatan, komandan/
pelatih yang memimpin pasukan menunjuk
salah seorang anggota sebagai penjuru.
Contoh : Brigadir Badu sebagai penjuru.
(b) Yang ditunjuk sebagai penjuru mengambil
sikap sempurna dan menghadap penuh kepada
Komandan/pelatih yang memberi perintah,
selanjutnya mengucapkan : “Siap Brigadir
Badu sebagai penjuru “.
(c) Penjuru mengambil sikap untuk lari, kemudian
lari menuju kedepan Komandan/pelatih yang
memberi perintah pada jarak + 6 langkah di
depan Komandan/pelatih yang memberi
perintah.
(d) Pada waktu aba-aba peringatan, maka anggota
lainnya mengambil sikap sempurna dan
menghadap penuh kepada Komandan/pelatih
yang memberi perintah.
(e) Pada aba-aba pelaksanaan, seluruh anggota
(kecuali penjuru) secara serentak mengambil
sikap lari, kemudian lari menuju samping kiri
penjuru, selanjutnya penjuru mengucapkan
“Luruskan”.

50
(f) Anggota lainnya secara berturut-turut
meluruskan diri dengan mengangkat lengan
kanan ke samping kanan, tangan kanan
digenggam, punggung tangan menghadap ke
atas. Kepala dipalingkan ke kanan dan
meluruskan diri, hingga dapat melihat dada
orang-orang yang di sebelah kanannya sampai
ke penjuru kanan, tangan kanan menyentuh
bahu kiri dari orang yang di sebelah kanan.
(g) Penjuru melihat ke kiri, setelah barisan terlihat
lurus maka penjuru mengucapkan “Lurus”.
Pada isyarat ini penjuru melihat ke depan dan
kembali ke sikap sempurna. Bila bersenjata
maka senjata dipundak kiri dan diturunkan
secara serentak.
(2) Berkumpul berbanjar
Aba-aba : “B e r b a n j a r – K u m p u l =
MULAI”.
Pelaksanaan :
(a) Sama dengan berkumpul bersaf a sampai
dengan d.
(b) Pada aba-aba pelaksanaan, seluruh anggota
(kecuali penjuru) secara serentak mengambi
sikap lari, kemudian lari menuju belakang
selanjutnya penjuru mengucapkan
“Luruskan”.
(c) Anggota lainnya secara berturut-turut
meluruskan diri dengan mengangkat lengan
kanannya ke depan, tangan di genggam,
punggung kanan menghadap ke atas dan
mengambil jarak satu lengan ditambah dua
kepal dari orang-orang yang ada di depannya
dan meluruskan diri kedepan. Setelah orang
yang paling belakang / banjar kanan paling
belakang melihat barisannya sudah lurus,
maka ia memberikan isyarat dengan
mengucapkan “Lurus”.
(d) Pada isyarat ini, seluruh anggota yang dibanjar
kanan serentak menurunkan lengan kanan dan
kembali bersikap sempurna. Bila bersenjata,
51
maka setelah menurunkan lengan kanan,
seluruh anggota secara serentak tegak senjata.

h. Bubar Barisan.
Aba-aba : “Bubar = JALAN”
Pelaksanaan : pada aba-aba pelaksanaan setiap anggota
menyampaikan penghormatan kepada komandan, sesudah dibalas
kembali dalam sikap sempurna kemudian melakukan “Balik kanan”
dan setelah menghitung dua hitungan dalam hati, melaksanakan
gerakan seperti langkah pertama dalam gerakan pertama maju jalan.
Selanjutnya bubar menuju tempat masing-masing.

i. Periksa Kerapihan
Aba-aba : “Periksa Kerapihan = MULAI”.
1) Tanpa senjata
Periksa kerapihan di maksudkan untuk merapikan perlengkapan
yang dipakai anggota pada saat itu dan pasukan dalam keadaan
istirahat.
Pelaksanaan :
 Pada aba-aba peringatan, pasukan secara serentak
mengambil sikap sempurna.
 Pada saat aba-aba pelaksanaan dengan serentak
membungkukkan badan masing-masing, mulai memeriksa
atau membetulkan perlengkapan-nya dari bawah (ujung
kaki) ke atas sampai ke tutup kepala.
 Setelah yakin sudah rapih, masing-masing anggota pasukan
mengambil sikap sempurna.
 Setelah Komandan/Pelatih pasukan melihat semua anggota
pasukannya sudah selesai (sudah dalam keadaan sikap
sempurna) maka pelatih/komandan pasukan memberikan
aba-aba = SELESAI.
 Pasukan dengan serentak mengambil sikap istirahat.
2) Bersenjata Periksa di maksudkan untuk merapikan
perlengkapan yang dipakai anggota pada saaat itu, pasukan dalam
keadaan istirahat.
Pelaksanaan :
 Pada aba-aba peringatan, pasukan secara serentak
mengambil sikap sempurna.

52
 Saat aba-aba pelaksanaan pasukan dengan serentak
membungkukkan badan, kedudukan senjata tetap tegak dan
dikepit antara lengan atas dengan badan, masing-masing
mulai memeriksa/membetulkan perlengkapan berturut dari
bawah ke atas mulai dari sepatu sampai tutup kepala. Pada
saat badan mulai tegak, senjata dipegang tangan kanan,
tangan kiri melanjutkan memeriksa perlengkapan sampai
tutup kepala.
 Setelah yakin sudah rapi masing-masing anggota pasukan
mengambil sikap sempurna.
 Setelah pelatih/komandan pasukan melihat semua anggota
pasukannya sudah selesai (sudah dalam keadaan sikap
sempurna) maka pelatih/komandan pasukan memberikan
aba-aba = SELESAI.
 Pasukan dengan serentak mengambil sikap istirahat di
tempat.

j. Jalan di tempat.
1) Dari sikap sempurna. Aba-aba : “Jalan di tempat = GERAK”.
Pelaksanaan : gerakan dimulai dengan kaki kiri, lutut berganti-
ganti diangkat sesuai dengan tempo langkah biasa. Badan
tegak pandangan mata tetap ke depan, lengan tetap lurus
dirapatkan pada badan (tidak dilenggangkan).
2) Dari langkah biasa. Aba-aba : “Jalan di tempat = GERAK”.
Pelaksanaan : aba-aba pelaksanaan dijatuhkan pada waktu
kaki kiri/kanan jatuh di tanah, kemudian ditambah satu
langkah di tempat dan mulai berjalan dengan menghentakkan
kaki kiri satu langkah ke depan dan selanjutnya berjalan
langkah biasa.
3) Dari jalan ditempat ke jalan BIASA. Aba-aba = ”JALAN”
Pelaksanaan : aba-aba pelaksanaan dijatuhkan pada waktu
kaki kanan/kiri jatuh di tanah, kemudian ditambah satu
langkah di tempat dan mulai berjalan dengan menghentakkan
kaki kiri satu langkah ke depan dan selanjutnya berjalan
langkah biasa.
4) Dari jalan di tempat ke berhenti. Aba-aba : ”Henti = Gerak”.
Pelaksanaan : aba-aba pelaksanaan dijatuhkan pada waktu
kaki kiri/kanan jatuh di tanah lalu ditambah satu langkah
selanjutnya kaki kanan/kiri dirapatkan kemudian mengambil
sikap sempurna.
53
k. Berhenti.
Aba-aba : “Henti = Gerak”.
Pelaksanaan : aba-aba pelaksanaan diberikan pada waktu kaki
kanan/kiri jatuh di tanah. Setelah ditambah satu langkah selanjutnya
kaki kanan/kiri dirapatkan kemudian mengambil sikap sempurna.

l. Membuka / Menutup Barisan.


1) Buka barisan.
Aba-aba : “Buka barisan = JALAN”.
Pelaksanaan : pada aba-aba pelaksanaan regu kanan dan kiri
masing-masing membuat satu langkah ke samping kanan/kiri,
sedangkan regu tengah tetap di tempat.
2) Tutup barisan.
Aba-aba : “Tutup Barisan = JALAN”.
Pelaksanaan : pada aba-aba pelaksanaan regu kanan dan kiri
masing-masing membuat satu langkah kembali ke samping
kiri dan kanan, sedangkan regu tengah tetap di tempat.

m. Cara Meninggalkan Barisan.


Apabila pendidik memberikan perintah kepada seseorang dari
barisannya, terlebih dahulu ia memanggil orang itu keluar barisan
dan memberikan perintahnya apabila orang tersebut telah berdiri
dalam sikap sempurna. Orang yang menerima perintah ini harus
mengulangi perintah tersebut sebelum melaksanakannya dan
mengerjakan perintah itu dengan bersemangat.
1) Tata cara keluar barisan
 Bila keluar bersaf :
o Untuk saf depan. Tidak perlu balik kanan tetapi
langsung menuju ke arah yang memanggil.
o Untuk saf tengah dan belakang, balik kanan
kemudian melalui belakang saf paling belakang
selanjutnya memilih jalan yang terdekat menuju
kearah yang memanggil.
o Bagi orang yang berada di ujung kanan maupun
kiri tanpa balik kanan, melaksanakan hadap serong

54
kanan/kiri langsung menuju ke arah yang
memanggil (termasuk saf 2 dan 3).
 Bila pasukan berbanjar :
o Untuk saf depan tidak perlu balik kanan, langsung
menuju kearah yang memanggil.
o Untuk banjar tengah, setelah balik kanan
melaksanakan hadap serong kanan/kiri melalui
belakang banjar sendiri terus memilih jalan yang
terdekat.
o Untuk banjar kanan/kiri melaksanakan hadap
serong kanan/kiri terus memilih jalan yang terdekat
menuju kearah memanggil.
2) Cara menyampaikan laporan dan penghormatan Apabila
anggota yang dipanggil sedang dalam barisan sebagai berikut :
 Komandan/atasan memanggil “Brigadir Badu tampil
kedepan”, setelah selesai dipanggil anggota tersebut
mengucapkan kata-kata “Siap Brigadir Badu ke depan”,
kemudian keluar dari barisan sesuai dengan tata cara
keluar barisan dan menghadap lebih kurang 6 langkah di
depan komandan/atasan yang memanggil.
 Kemudian mengucapkan kata-kata : Lapor “Siap
menghadap” selanjutnya menunggu perintah.
 Setelah mendapat perintah/petunjuk mengulangi
perintah tersebut.
 Contoh : “Berikan aba-aba di tempat”. Mengulangi:
“Berikan aba-aba di tempat”.
 Selanjutnya melaksanakan perintah yang diberikan oleh
komandan/atasan (memberikan aba-aba di tempat).
 Setelah selesai melaksanakan perintah/ petunjuk
kemudian menghadap lebih kurang 6 langkah di depan
Komandan/Atasan yang memanggil dan mengucapkan
kata-kata : “Memberikan aba-aba di tempat telah
dilaksanakan, laporan selesai”.
 Setelah mendapat perintah “Kembali ketempat”,
anggota tersebut mengulangi perintah, selanjurnya
kembali ke tempat.
Catatan :
o Bunyi/cara pemanggilan kedepan oleh
komandan/atasan dapat disesuaikan dengan

55
kehendak/kemauan komandan/atasan. Namun
demikian anggota yang dipanggil ke depan, selalu
menjawab : “Siap (sebutan pangkat dan namanya)
….Tampil ke depan”.
o Jika pada waktu dalam barisan salah seorang
meninggalkan barisannya, maka terlebih dahulu
harus mengambil sikap sempurna dan minta ijin
kepada komandan dengan cara mengangkat tangan
kirinya ke atas (tangan dibuka jari-jari dirapatkan).

n. Cara Melatih Berhimpun.


1) Apabila seorang pelatih/komandan ingin mengumpulkan
anggota bawahannya secara bebas, maka pelatih/komandan
memberikan aba-aba berhimpun = “MULAI”.
2) Yang dimaksud dengan berhimpun semua anggota datang di
depan komandan dengan berdiri bebas, dengan jarak tiga
langkah.
Pelaksanaan :
 Pada waktu aba-aba peringatan seluruh anggota
mengambil sikap sempurna dan menghadap kepada
yang memberi aba-aba.
 Pada aba-aba pelaksanaan seluruh anggota mengambil
sikap untuk lari, selanjurnya lari menuju ke depan
pelatih/komandan di mana ia berada dengan jarak 3
langkah dan membentuk huruf “V” dengan saf bebas.
 Pada waktu datang di depan pelatih/komandan
mengambil sikap sempurna kemudian langsung
mengambil sikap istirahat.
 Setelah ada aba-aba “SELESAI”.
 Pada saat datang di depan pelatih/komandan serta
kembali tidak menyampaikan penghormatan.
 Bila bersenjata pada aba-aba peringatan seluruh anggota
mengambil sikap sempurna dan pada saat aba-aba
pelaksnaan terlebih dahulu melakukan depan senjata lari
menuju kedepan pelatih/komandan yang memberikan
aba-aba.

56
Macam-macam Langkah dan Perubahan Arah dalam
Peraturan Baris berbaris
1. Macam-Macam Langkah dalam Peraturan Baris-Berbaris
Macam langkah dan panjang tempo
Langkah dapat dibeda-bedakan sebagai berikut :

No Macam Langkah Panjang Tempo


1. Langkah Biasa 65 cm 102 Tiap menit
2. Langkah Tegap 65 cm 102 Tiap menit
3. Langkah Pertahan 40 cm 30 Tiap menit
4. Langkah Kesamping 40 cm 70 Tiap menit
5. Langkah Kebelakang 40 cm 70 Tiap menit
6. Langkah kedepan 60 cm 70 Tiap menit
7. Langkah di Waktu Lari 80 cm 165 Tiap menit

2. Perubahan Arah dalam Peraturan Baris Berbaris


a. Langkah Kesamping
Aba-aba : ……….. “Langkah ke kanan/kiri = JALAN”
Pelaksanaan : pada aba-aba pelaksanaan kaki kanan/kiri
dilangkahkan ke samping kanan/kiri sepanjang + 40 cm.
Selanjutnya kaki kanan/kiri dirapatkan pada kaki
kanan/kiri, sikap akan tetap seperti sikap sempurna.
Sebanyak-banyaknya hanya boleh dilakukan empat
langkah.
b. Langkah Kebelakang
Aba-aba : ……. “ Langkah ke belakang = JALAN”
Pelaksanaan : pada aba-aba pelaksanaan melangkah
kebelakang mulai dengan kaki kiri menurut panjangnya
langkah dan sesuai dengan tempo yang telah ditentukan ,
menurut jumlah langkah yang diperintahkan. Lengan tidak
boleh dilenggangkan dan sikap badan seperti sikap
sempurna. Sebanyak-banyak hanyak boleh dilakukan
empat langkah.
c. Langkah Kedepan
Aba-aba : ………. “ Langkah ke depan = JALAN”
Pelaksanaan : pada aba-aba pelaksanan anggota melangkah
ke depan mulai dengan kaki kiri, panjang langkah 60 cm,
tempo langkah 70 tiap menit, menurut jumlah langkah yang
diperhatikan. Gerakan seperti gerakan langkah yang

57
diperhatikan. Gerakan seperti langkah tegap dan hentakan
terus menerus. Lengan tidak boleh dilenggangkan dan
sikap seperti sikap sempurna. Sebanyak-banyak hanya
boleh dilakukan empat langkah.

3. Langkah Biasa dan Langkah Tegap


a. Langkah biasa.
 Pada waku berjalan, kepala dan badan seperti pada
waktu sikap sempurna. Waktu mengayunkan kaki ke
depan lutut dibengkokkan sedikit (kaki tidak boleh
diseret). Kemudian diletakan ke tanah menurut jarak
yang telah ditentukan.
 Cara melangkah kaki seperti pada waktu berjalan
biasa. Pertama tumit diletakan di tanah selanjutnya
seluruh kaki. Lengan dilenggangkan dengan
sewajarnya lurus ke depan dan ke belakang di
samping badan. Ke depan 45o ke belakang 30o jari-
jari tangan digenggam dengan tidak terpaksa,
punggung ibu jari menghadap ke atas.
 Bila berjalan dalam hubungan pasukan agar
menggunakan hitungan irama langkah (untuk kendali
kesamaan langkah).
b. Langkah tegap.
 Dari sikap sempurna.
Aba-aba : “Langkah Tegap Maju = JALAN”
Pelaksanaan : mulai berjalan dengan kaki kiri, langkah
pertama selebar satu langkah, selanjutnya seperti jalan
biasa (panjang dan tempo) dengan cara kaki kiri rapat
dan sejajar dengan tanah, lutut lurus dan kaki tidak
boleh diangkat tinggi. Bersamaan dengan langkah
pertama tangan menggenggam, punggung tangan
menghadap ke samping luar, ibu jari tangan
menghadap ke atas. Lenggang lengan 90o ke depan
dan 30o ke belakang.
 Dari langkah biasa (sedang berjalan). Aba-aba:
“Langkah Tegap = JALAN”. Pelaksanaan : aba-aba
dilaksanakan diberikan pada waktu kaki jatuh di
tanah, ditambah satu langkah dan mulai berjalan
langkah tegap.

58
 Kembali ke langkah biasa (sedang berjalan). Aba-aba:
“Langkah Biasa = JALAN”. Pelaksanaan : aba-aba
pelaksanaan diberikan pada waktu kaki kanan/kiri
jatuh di tanah ditambah satu langkah dan mulai
berjalan dengan langkah biasa, hanya langkah pertama
dihentakkan kemudian berjalan langkah biasa.
Catatan :
Dalam keadaan sedang berjalan cukup menggunkan
abaaba peringatan, langkah tegap/langkah biasa =
JALAN pada tiap-tiap perubahan langkah (tanpa kata
maju).

4. Maju Jalan
Dari sikap sempurna, aba-aba : “Maju = JALAN”
Pelaksanaan :
a. Pada aba-aba pelaksanaan kaki kiri diajukan ke depan,
lutut lurus, telapak kaki dingkat rata sejajar dengan tanah
setinggi +20 cm, kemudian dihentikan ke tanah dengan
jarah satu langkah, dan selanjutnya berjalan dengan
langkah biasa.
b. Langkah pertama dilakukan dengan melenggangkan
lengan kanan ke depan 90o , lengan kiri 30o ke belakang
dengan tangan menggenggam. Pada langkah-langkah
selanjutnya lengan atas dan bawah lurus dilenggangkan
ke depan 45o dan belakang 30o , tangan kanan depan
mengambil dua titik yang terletak dalam satu gris sebagai
arah barisan.
c. Seluruh anggota meluruskan barisan ke depan dengan
melihat pada belakang leher.
d. Dilarang keras : berbicara dan melihat ke kiri/kanan.
e. Pada waktu melenggangkan lengan supaya jangan kaku.

5. Haluan Kiri/kanan
Gerakan ini hanya dilakukan dalam bentuk bersaf, guna
merubah arah tanpa merubah bentuk.
a. Berhenti ke berhenti. Aba-aba: “Haluan kanan/kiri =
JALAN”. Pelaksanaan : setelah aba-aba pelaksanaan
penjuru kanan/kiri berjalan ditempat dengan memutar
arah secara perlahan-lahan hingga merubah arah sampai
sebesar 90o . bersamaan dengan masing-masing saf mulai
59
maju jalan dengan rapi (dengan tidak melenggang) sambil
meluruskan safnya sehingga merubah arah sebesar 90o ,
kemudian berjalan di tempat. Setelah penjuru kanan/kiri
depan melihat safnya lurus memberi isyarat : “LURUS”.
Kemudian Komandan memberi aba-aba: “Henti =
GERAK”, yang diucapkan pada waktu kaki kanan/kiri
jatuh di tanah setelah ditambah satu langkah kemudian
seluruh pasukan berhenti.
b. Berhenti ke jalan. Aba-aba : ”Haluan kanan/kiri maju =
JALAN”. Pelaksanaan : seperti haluan kanan/kiri dari
berhenti ke berhenti kemudian setelah aba-aba “Maju =
JALAN”, pasukan maju jalan yang geraknya sama
dengan langkah biasa.
c. Berjalan ke berhenti. Aba-aba: “Haluan kanan/kiri =
JALAN”. Pelaksanaan : dalam keadaan sedang berjalan,
aba-aba pelaksanaan dijatuhkan pada waktu kaki
kanan/kiri jatuh di tanah kemudian ditambahkan satu
langkah. Selanjutnya barisan melakukan gerakan seperti
haluan kanan kiri dari berhenti ke berhenti.
d. Berjalan ke berjalan. Aba-aba: “Haluan kanan/kiri maju =
JALAN”. Pelaksanaan : dalam keadaan sedang berjalan,
aba-aba pelaksanaan dilanjutkan barisan melakukan
gerakan seperti haluan kanan/kiri dari berhenti ke
berjalan. Catatan : pada pelaksanaan haluan lengan tidak
melenggang.

6. Melintang Kanan/kiri
Gerakan ini hanya dilakukan dalam bentuk berbanjar, guna
merubah bentuk pasukan menjadi bersaf dengan arah tetap.
a. Berhenti ke berhenti.
Aba-aba: “Melintang kanan/kiri = JALAN”.
Pelaksanaan : setelah aba-aba pelaksanaan melakukan
gerakan “Hadap kanan/kiri kemudian barisan membuat
gerakan “Haluan kanan/kiri” dari berhenti ke berhenti
kemudian setelah penjuru menyatakan lurus barisan
dihentikan.
b. Berhenti ke berjalan.
Aba-aba : “Melintang kanan/kiri = JALAN”. Pelaksanaan
: pada aba-aba pelaksanaan, anggota pasukan melakukan
gerakan “Hadap Kanan/kiri“. kemudian barisan membuat
60
gerakan haluan kanan/kiri, setelah lurus penjuru
kiri/kanan memberikan isyarat “LURUS”, selanjutnya
Komandan memberi aba-aba “Maju = JALAN”. Setelah
aba-aba pelaksanaan, ditambah satu langkah, barisan
maju dengan langkah biasa.
c. Untuk melintang melaksanakan hadap kanan/kiri sesuai
aba-aba dan melaksanakan haluan kebalikan dari aba-aba
(untuk melintang kanan = hadap kanan haluan kiri)
Berjalan ke berjalan. Aba-aba: “Maju=JALAN”. Setelah
aba-aba pelaksanaan ditambah satu langkah, barisan
melakukan gerakan seperti gerakan melintang kanan/kiri
dari berhenti ke berjalan.

7. Perubahan Arah dari Berhenti ke Berjalan


a. Ke hadap kanan/kiri maju jalan.
Aba-aba: “Hadap kanan/kiri maju = JALAN”.
Pelaksanaan : membuat gerakan hadap kanan. Pada
hitungan ketiga kaki kiri/kanan tidak dirapat tetapi
dilangkahkan seperti gerak maju jalan.
b. Ke hadap serong kanan/kiri maju jalan.
Aba-aba: “ Hadap serong kanan/kiri maju = JALAN”.
Pelaksanaan : Hadap serong kanan/kiri, selanjutnya pada
hitungan ketiga kaki kiri/kanan dihentakkan seperti
langkah pertama.
c. Kebalik kanan maju jalan.
Aba-aba: “Balik kanan maju = JALAN”.
Pelaksanaan : gerak dilakukan seperti balik kanan. Gerak
selanjutnya pada hitungan ketiga mulai melangkah
dengan kaki kiri dan selanjutnya dengan langkah biasa.
d. Kebelok kanan/kiri maju jalan.
Aba-aba: “Belok kanan/kiri maju = JALAN”
Pelaksanaan : setelah aba-aba pelaksanaan mulai berjalan
ke arah tertentu. Anggota lainnya mengikuti gerakan-
gerakan ini setibanya pada tempat belokan tersebut
(tempat penjuru berbelok).
Catatan : Aba-aba : dua kali belok kanan/kiri maju =
JALAN. Dan tiap-tiap banjar dua kali belok kanan/kiri
maju = JALAN.

8. Perubahan Arah dari Berjalan ke Berjalan


61
a. Ke hadap kanan/kiri maju jalan.
Aba-aba: “Hadap kanan/kiri maju = JALAN”.
Pelaksanaan : aba-aba pelaksanaan dilanjutkan pada
waktu kaki kiri/kanan jatuh ditanah, kemudian ditambah
satu langkah, gerakan selanjutnya seperti pada gerakan
perubahan arah dari berhenti ke berjalan pada angka 1.
b. Ke hadap serong kanan kanan/kiri maju jalan.
Aba-aba: “Hadap serong kanan/kiri maju = JALAN”.
Pelaksanaan : aba-aba pelaksanaan dijatuhkan pada waktu
kaki kiri/kanan jatuh di tanah, gerakan selanjutnya seperti
pada gerakan perubahan arah dari berhenti ke berjalan
pada angka 2.
c. Ke balik kanan maju jalan.
Aba-aba : “Balik kanan = JALAN”.
Pelaksanaan : aba-aba pelaksanaan dijatuhkan pada waktu
kaki kiri jatuh di tanah setelah ditambah satu langkah,
kemudian penjuru depan merubah arahnya 90o ke kanan
mulai berjalan kearah yang baru. Anggota lainnya
mengikuti gerakan ini setibanya pada tempat belokan
tersebut (tempat penjuru belok).
Catatan :
 Aba-aba : dua kali belok kanan/kiri = JALAN.
Pelaksanaan : seperti tersebut di atas yang
selanjutnya setelah dua langkah berjalan
kemudian melakukan gerakan belok kanan/kiri
jalan lagi.
 Aba-aba : tiap-tiap banjar dua kali belok
kanan/kiri = JALAN.
Pelaksanaan : seperti tersebut di atas tetap tiap-
tiap banjar membuat dua kali langsung belok
kanan/kiri pada empat dimana aba-aba
pelaksanaan diberikan. Perubahan arah memutar
ke kanan/kiri sebesar 180o . Tujuan dari gerakan
catatan 1) dan 2) guna membelokkan pasukan di
ruang/lapangan yang sempit.

9. Perubahan Arah dari Berjalan ke Berhenti


a. Kehadap kanan/kiri berhenti.
Aba-aba : “Hadap kanan/kiri henti = GERAK”.

62
Pelaksanaan : aba-aba pelaksanaan dijatuhkan pada waktu
kaki kiri/kanan jatuh ditanah, kemudian ditambah satu
langkah, gerakan selanjutnya seperti gerakan hadap
kanan/kiri.
b. Kehadap serong kanan/kiri berhenti.
Aba-aba : “ Hadap serong Kanan/kiri = GERAK”.
Pelaksanaan : aba-aba pelaksanaan dijatuhkan pada waktu
kaki kiri/kanan jatuh ditanah kemudian ditambah satu
langkah, gerak selanjutnya seperti hadap serong
kanan/kiri.
c. Kebalik kanan berhenti.
Aba-aba : “ Balik kanan henti = GERAK”.
Pelaksanaan : aba-aba pelaksanaan diberikan pada waktu
kaki kiri jatuh di tanah kemudian ditambah satu/dua
langkah, gerakan selanjutnya kaki kiri melintang di depan
kanan, tumit kaki kanan dan badan diputar 180o ,
selanjutnya kaki kiri dirapatkan dengan kaki kanan (sikap
sempurna).

10. Hormat Kanan


a. Gerakan hormat kanan/kiri. Aba-aba : “Hormat kanan =
GERAK”.
Pelaksanaan : gerakan ini dilakukan pada waktu barisan
berjalan kaki kanan jatuh ditanah, kemudian ditambah
satu langkah, langkah berikutnya kepala dipalingkan 45o
dan pandangan mata diarahkan kepada yang diberi
hormat sampai ada aba-aba “Tegak=Gerak”, banjar
kanan/kiri tetap melihat ke depan untuk memelihara arah.
Setelah arah pandangan yang diberi hormat mencapai
sudut 45o daripada pandangan lurus ke depan, maka
kepala dan pandangan mata tetap pada arah tersebut
sehingga dapat aba-aba “Tegak = GERAK”
Catatan :
Pada saat penghormatan apabila bersenjata
panjang/pundak kiri senjata tangan kanan tetap
melenggang. Apabila tidak bersenjata, lengan kiri tidak
melenggang tangan kanan menyampaikan penghormatan.
b. Gerakan selesai menghormat, aba-aba: “Tegak =
GERAK”.

63
Pelaksanaan : aba-aba pelaksanaan diberikan pada waktu
kaki kanan jatuh di tanah, setelah ditambah satu langkah,
lengan dilenggangkan (kembali ke langkah tegap).

64
DAFTAR PUSTAKA

M Yahya Harahap, 2016. Pembahasan Permasalahan dan Penerapan


KUHAP: Penyidikan dan Penuntutan, Jakarta: Sinar
Grafika.
Khairunnisa Eka, 2020. PENANGKAPAN, PENAHANAN,
PENGGELEDAHAN, PENYITAAN DAN
PEMERIKSAAN SURAT DALAM SISTEM
PEMIDANAAN (Menurut Pandangan Hukum
Pidana Positif Dan Qanun No. 7 Tahun 2013
Tentang Hukum Acara Jinayah). Skripsi.
Medan.UIN Sumatra Utara.
Sudahan, (2011). Kewenangan Satpam Sebagai Tenaga Keamanan
Di Perusahaan. Volume XVI No. 3 Tahun 2011
Edisi Mei.
Suhamri, 2015. Kumpulan Materi Pelatihan Kwalifikasi Gada
Pratama. http://saptamrsudclgn.blogspot.com/p/blog-
page_22.html. Di Akses Pada 20 November 2020.
Pukul 10.45 WIB.
Widiyo, 2021. 7 Contoh SOP Security Satpam Perusahaan
Berbasis Pelayanan.
https://manajemenkeuangan.net/accounting-tools-
sop/sop-security-satpam/. DI Akses Pada 23
November 2021. Pukul 1.27 WIB.
Putra Indonesia Solusi PT, 2020. TPTKP, Tindakan Pertama
Tempat Kejadian Perkara Security Satpam.
https://standar-operasional-
prosedur.blogspot.com/2020/10/tptkp-tindakan-
pertama-tempat-kejadian.html. Di Akses Pada 20
November 2020. Pukul 10.45 WIB.
Indonesia. PERATURAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2020 TENTANG
PENGAMANAN SWAKARSA. Polisi Negaara
Republik Indonesia. Jakarta.
Indonesia. Peraturan Panglima Tentara Nasional Indonesia Nomor
46 Tahun 2014 tanggal 31 Desember 2014 tentang
Peraturan Baris–berbaris Tentara Nasional
Indonesia. Jakarta.

65
66
PERATURAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2020
T
E
N
T
A
N
G

P
E
N
G
A
M
A
N
A
N

67
W
A
K
A
R
S
A
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
ESA

KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK


INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan keamanan


dalam negeri yang meliputi
terpeliharanya keamanan dan
ketertiban masyarakat, tertib dan
tegaknya hukum, terselenggaranya
perlindungan, pengayoman, dan
pelayanan kepada masyarakat,
perlu melibatkan dan
meningkatkan potensi
pengamanan swakarsa untuk
membantu salah satu tugas
Kepolisian Negara Republik
Indonesia;
b. bahwa satuan pengamanan,
keamanan lingkungan dan bentuk
lain merupakan bentuk
pengamanan swakarsa yang
bertugas membantu Kepolisian
Negara Republik Indonesia di
bidang penyelenggaraan
keamanan dan ketertiban
masyarakat, terbatas pada
68
lingkungan atau wilayah yang
menjadi lingkup tugasnya;
c. bahwa pengaturan mengenai
bentuk pengamanan swakarsa
merupakan kewenangan Kepala
Kepolisian Negara Republik
Indonesia dan pengelolaannya
dilakukan secara profesional
dalam suatu sistem pengamanan
swakarsa;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan
sebagaimana dimaksud pada
huruf a, huruf b, dan huruf c,
perlu menetapkan Peraturan
Kepolisian Negara Republik
Indonesia tentang Pengamanan
Swakarsa;

Mengingat : Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002


tentang Kepolisian Negara Republik
Indonesia (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2002 Nomor 2,
Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4168);

MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN KEPOLISIAN
NEGARA REPUBLIK INDONESIA
TENTANG PENGAMANAN
SWAKARSA.

BAB I KETENTUAN UMUM


Pasal 1
Dalam Peraturan Kepolisian ini, yang dimaksud
dengan:

69
1. Pengamanan Swakarsa yang selanjutnya
disebut dengan Pam Swakarsa adalah suatu
bentuk pengamanan oleh pengemban fungsi
kepolisian yang diadakan atas kemauan,
kesadaran, dan kepentingan masyarakat
sendiri yang kemudian memperoleh
pengukuhan dari Kepolisian Negara Republik
Indonesia.
2. Satuan Pengamanan yang selanjutnya disebut
Satpam adalah satuan atau kelompok profesi
pengemban fungsi kepolisian terbatas non
yustisial yang dibentuk melalui perekrutan
oleh badan usaha jasa pengamanan atau
pengguna jasa Satpam untuk melaksanakan
pengamanan dalam menyelenggarakan
keamanan swakarsa di lingkungan kerjanya.
3. Satuan Keamanan Lingkungan yang
selanjutnya disebut Satkamling adalah satuan
masyarakat yang pengemban fungsi
kepolisian yang dibentuk oleh warga
masyarakat atas kemauan, kesadaran, dan
kepentingan untuk mengamankan
lingkungannya.
4. Anggota Satpam adalah petugas pengamanan
swakarsa yang direkrut, dilatih, memiliki
kartu tanda anggota dan status
ketenagakerjaan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
5. Badan Usaha Jasa Pengamanan yang
selanjutnya disingkat BUJP adalah perusahaan
yang berbentuk Perseroan Terbatas yang
bergerak di bidang jasa penyediaan tenaga
profesi Satpam, pelatihan Satpam, kawal
angkut uang dan/atau barang berharga,
konsultasi jasa pengamanan, penerapan
peralatan pengamanan, usaha jasa penyediaan
satwa dan usaha lain jasa keamanan.
6. Pengguna Jasa Satpam adalah perorangan,
organisasi, perusahaan dan/atau
instansi/lembaga pemerintah yang
70
membutuhkan dan menggunakan jasa
Anggota Satpam.
7. Surat Izin Operasional yang selanjutnya
disingkat SIO adalah surat yang berisi
keterangan bahwa BUJP pemegang surat
diberi izin untuk melakukan kegiatan
operasional di bidang jasa pengamanan.
8. Badan Usaha adalah badan hukum yang
merupakan persekutuan modal, didirikan
berdasarkan perjanjian, melakukan usaha
dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi
dalam saham, dan memenuhi persyaratan
yang ditetapkan dalam undang-undang, baik
perusahaan lokal maupun perusahaan penanaman
modal asing, yang menggunakan anggota Satpam.
9. Pelatihan Gada Pratama adalah pelatihan bagi
calon anggota Satpam untuk membentuk
keterampilan dan kemampuan dasar yang
berkualifikasi gada pratama.
10. Pelatihan Gada Madya adalah pelatihan bagi
calon anggota Satpam atau anggota Satpam
untuk membentuk keterampilan dan
kemampuan menengah yang berkualifikasi
gada madya.
11. Pelatihan Gada Utama adalah pelatihan bagi
calon anggota Satpam atau anggota Satpam
untuk membentuk keterampilan dan
kemampuan manajerial yang berkualifikasi
gada utama.
12. Kartu Tanda Anggota Satpam yang
selanjutnya disingkat KTA Satpam adalah
kartu tanda pengenal sebagai anggota Satpam
yang diterbitkan dan diregistrasi oleh Polri.
13. Pos Satkamling adalah tempat atau bangunan
sebagai salah satu sarana dalam
penyelenggaraan sistem keamanan
lingkungan, yang berfungsi sebagai pusat
kegiatan pelaksanaan Satkamling
14. Kepolisian Negara Republik Indonesia yang
selanjutnya disebut Polri merupakan alat negara
71
yang berperan dalam memelihara keamanan
dan ketertiban masyarakat, menegakkan
hukum, serta memberikan perlindungan,
pengayoman dan pelayanan kepada
masyarakat dalam rangka terpeliharanya
keamanan dalam negeri.
15. Tentara Nasional Indonesia yang selanjutnya
disingkat TNI, terdiri atas Angkatan Darat,
Angkatan Laut, dan Angkatan Udara, adalah
alat negara yang bertugas mempertahankan,
melindungi, dan memelihara keutuhan dan
kedaulatan negara.
16. Kepolisian Daerah yang selanjutnya disebut
Polda adalah pelaksana tugas dan wewenang
Polri di wilayah provinsi yang berada di
bawah Kapolri
17. Badan Pemelihara Keamanan Polri yang
selanjutnya disebut Baharkam Polri adalah
unsur pelaksana tugas pokok Polri di bidang
pembinaan dan pemeliharaan keamanan pada
tingkat Mabes Polri yang berada di bawah
Kapolri.
18. Korps Pembinaan Masyarakat Baharkam Polri
yang selanjutnya disebut Korbinmas
Baharkam Polri adalah unsur pelaksana utama
yang bertugas menyelenggarakan fungsi pembinaan
masyarakat dan dalam batas kewenangan yang
ditetapkan menyelenggarakan fungsi pembinaan
masyarakat pada tingkat pusat dalam
memelihara keamanan guna terwujudnya
situasi dan ketertiban masyarakat yang
kondusif.
19. Direktorat Pembinaan Potensi Masyarakat
Korbinmas Baharkam Polri yang selanjutnya disebut
Ditbinpotmas Korbinmas Baharkam Polri adalah
unsur pelaksana di bawah Korbinmas
Baharkam Polri yang bertugas menyusun dan
mengembangkan sistem dan metode di bidang
pembinaan potensi masyarakat,
melaksanakan pembinaan keamanan
72
swakarsa, koordinasi, pengawasan, pembinaan
kepolisian khusus, sertifikasi kompetensi
Satpam dan kepolisian khusus serta
melaksanakan kegiatan lintas sektoral dalam
rangka meningkatkan potensi masyarakat.
20. Direktorat Pembinaan Masyarakat Polda yang
selanjutnya disebut Ditbinmas Polda adalah
unsur pelaksana tugas yang berada di bawah
Kapolda bertugas menyelenggarakan
pembinaan masyarakat yang meliputi kegiatan
Polmas, ketertiban masyarakat dan kegiatan
koordinasi pengawasan dan pembinaan
terhadap bentuk pengamanan Swakarsa,
kepolisian khusus, serta satuan keamanan
lingkungan dalam memelihara keamanan dan
ketertiban masyarakat.
21. Kepala Polri yang selanjutnya disebut Kapolri
adalah pimpinan Polri dan penanggung jawab
penyelenggara fungsi kepolisian
22. Kepala Polda yang selanjutnya disebut
Kapolda adalah pimpinan Polri di daerah dan
bertanggung jawab kepada Kapolri.
23. Kepala Baharkam Polri yang selanjutnya
disebut Kabaharkam Polri adalah unsur
pimpinan pada Baharkam Polri yang
berkedudukan di bawah dan bertanggung
jawab kepada Kapolri dan dalam
melaksanakan tugas sehari-hari berada di
bawah kendali Wakapolri
24. Kepala Korbinmas Baharkam Polri yang
selanjutnya disebut Kakorbinmas Baharkam
Polri adalah unsur pimpinan pada Korbinmas
Baharkam Polri yang berada di bawah
Kabaharkam Polri.
25. Direktur Pembinaan Potensi Masyarakat
Korbinmas Baharkam Polri yang selanjutnya disebut
Dirbinpotmas Korbinmas Baharkam Polri adalah
unsur pimpinan pada Ditbinpotmas
Korbinmas Baharkam Polri yang berada di
bawah Kakorbinmas Baharkam Polri.
73
26. Direktur Pembinaan Masyarakat Polda yang
selanjutnya disebut Dirbinmas Polda adalah
pimpinan Ditbinmas Polda yang bertanggung
jawab kepada Kapolda dan dalam
pelaksanaan tugas sehari-hari di bawah
kendali Wakapolda.
27. Bhayangkara Pembina Keamanan dan
Ketertiban Masyarakat yang selanjutnya disebut
Bhabinkamtibmas adalah anggota Polri yang
berpangkat paling rendah Brigadir Polisi Satu
dan paling tinggi setingkat Perwira dalam
jabatan Kanit Binmas di Polsek setempat
sebagai pembina Kamtibmas di
desa/kelurahan, yang diangkat berdasarkan
keputusan Kapolres.

P
asal 2
P
am Swakarsa
bertujuan untuk:
a. memenuhi kebutuhan rasa aman dan
nyaman di lingkungan perusahaan, kawasan
dan/atau permukiman;
b. mewujudkan kesadaran warga masyarakat di
lingkungan kawasan dan/atau permukiman guna
penanggulangan terhadap setiap kemungkinan
timbulnya gangguan keamanan dan ketertiban
masyarakat; dan
c. meningkatkan pembinaan penyelenggara dan
kemampuan Pam Swakarsa dalam
mengemban fungsi kepolisian terbatas di
lingkungan masing-masing.

Pasal 3
(1) Pam Swakarsa bertugas menjaga keamanan
dan ketertiban di lingkungannya secara
swakarsa guna mencegah terjadinya gangguan
keamanan dan ketertiban.
74
(2) Pam Swakarsa sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), terdiri atas:
a. Satpam; dan
b. Satkamling.
(3) Selain Pam Swakarsa sebagaimana dimaksud
pada ayat (2), terdapat Pam Swakarsa yang
berasal dari pranata sosial/kearifan lokal.
(4) Pam Swakarsa yang berasal dari pranata
sosial/ kearifan lokal sebagaimana dimaksud
pada ayat (3), dapat berupa:
a. Pecalang di Bali;
b. Kelompok Sadar Keamanan dan
Ketertiban Masyarakat;
c. Siswa Bhayangkara; dan
d. Mahasiswa Bhayangkara.
(5) Pam Swakarsa sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) dan ayat (4), memperoleh
pengukuhan dari Kakorbinmas Baharkam
Polri atas rekomendasi Dirbinmas Polda.

BAB II SATPAM
Bagian Kesatu Pembentukan
P
asal 4
Satpam
dibentuk
melalui
tahapan:
a. perekrutan;
b. pelatihan; dan
c. pengukuhan.

Pasal 5
(1) Perekrutan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4 huruf a, merupakan kegiatan
pendaftaran bagi calon anggota Satpam untuk
menjadi anggota Satpam.
75
(2) Calon anggota Satpam sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), meliputi:
a. orang perseorangan; dan
b. purnawirawan Polri dan purnawirawan
TNI.

Pasal 6
Calon anggota Satpam orang perseorangan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2)
huruf a, harus memenuhi syarat, meliputi:

a. Warga Negara Indonesia;


b. lulus tes kesehatan;
c. lulus kesamaptaan;
d. lulus psikotes;
e. bebas Narkoba;
f. menyertakan Surat Keterangan Catatan
Kepolisian;
g. melampirkan surat pernyataan tidak
pernah dijatuhi hukuman pidana;
h. berpendidikan paling rendah Sekolah
Menengah Umum atau sederajat;
i. tinggi badan paling rendah 160 (seratus
enam puluh) centimeter untuk pria dan
paling rendah 155 (seratus lima puluh
lima) centimeter untuk wanita; dan
j. pada saat mendaftar berusia minimal 18
(delapan belas) tahun dan maksimal 50
(lima puluh) tahun.

Pasal 7
Calon anggota Satpam purnawirawan Polri
dan purnawirawan TNI sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) huruf b,
harus memenuhi syarat, meliputi:
a. sehat jasmani dan rohani; dan
b. memiliki surat keputusan pangkat
76
terakhir.

Pasal 8
(1) Perekrutan calon anggota Satpam
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5,
dilakukan oleh:
a. BUJP; atau
b. Pengguna Jasa Satpam.
(2) BUJP yang akan merekrut calon anggota
Satpam sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a, harus memiliki SIO jasa penyedia
tenaga pengamanan atau SIO jasa pelatihan
keamanan.
(3) Untuk mendapatkan SIO jasa penyedia tenaga
pengamanan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2), BUJP harus memenuhi persyaratan,
meliputi:
a. surat rekomendasi dari Polda setempat;
akte pendirian badan usaha dalam
bentuk perseroan terbatas yang telah
mencantumkan jasa pengamanan
sebagai salah satu bidang usahanya;
b. memiliki struktur organisasi badan usaha;
c. melampirkan riwayat hidup pimpinan,
staf dan tenaga ahli dari organisasi
BUJP;
d. pimpinan dan tenaga ahli memiliki
ijazah Pelatihan Gada Utama;
e. surat keterangan domisili badan usaha
dari pemerintah daerah setempat dan
mencantumkan jasa pengamanan
sebagai salah satu bidang usahanya;
f. melampirkan fotokopi Nomor Pokok
Wajib Pajak;
g. melampirkan bukti laporan pajak
tahunan terakhir jika SIO diperpanjang;
h. tanda daftar perusahaan dari dinas
perindustrian dan perdagangan

77
setempat;
i. surat izin usaha perusahaan dari dinas
perindustrian dan perdagangan
setempat;
j. surat izin usaha tetap dari Badan
Koordinasi Penanaman Modal dan
badan/instansi terkait;
k. melampirkan fotokopi dokumen
keimigrasian yang sah bagi tenaga kerja
asing;
l. melampirkan surat keterangan sebagai
anggota asosiasi yang bergerak di
bidang pengamanan yang terdaftar di
Polri;
m. melampirkan fotokopi Kartu Tanda
Penduduk pimpinan badan usaha; dan
n. melampirkan sertifikat dan bukti
pembayaran iuran dari Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial
Ketenagakerjaan.
(4) Untuk mendapatkan SIO jasa pelatihan
keamanan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2), BUJP harus memenuhi persyaratan,
meliputi:
a. surat rekomendasi dari Polda setempat;
b. akte pendirian badan usaha dalam
bentuk perseroan terbatas yang telah
mencantumkan jasa pengamanan
sebagai salah satu bidang usahanya;
c. memiliki struktur organisasi badan usaha;
d. melampirkan riwayat hidup pimpinan,
staf dan tenaga ahli dari organisasi
BUJP;
e. memiliki sarana dan prasarana pelatihan
jasa pengamanan;
f. melampirkan riwayat hidup instruktur
pelatihan jasa pengamanan;
g. surat keterangan domisili badan usaha
78
dari pemerintah daerah setempat dan
mencantumkan jasa pengamanan
sebagai salah satu bidang usahanya;
h. melampirkan fotokopi Nomor Pokok
Wajib Pajak;
i. melampirkan bukti laporan pajak
tahunan terakhir jika SIO diperpanjang;
j. tanda daftar perusahaan dari dinas
perindustrian dan perdagangan
setempat;
k. surat izin usaha perusahaan dari dinas
perindustrian dan perdagangan
setempat;
l. surat izin usaha tetap dari Badan
Koordinasi Penanaman Modal dan
badan/instansi terkait; dan
m. melampirkan fotokopi Kartu Tanda
Penduduk pimpinan badan usaha.
(5) Pengguna Jasa Satpam yang akan merekrut
calon anggota Satpam sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b, harus berkoordinasi
dengan Kapolri melalui pejabat pengemban
fungsi pembinaan masyarakat.
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai BUJP dan
pengguna jasa Satpam sebagaimana dimaksud
pada ayat (2), diatur dengan Peraturan Polri.

Pasal 9
(1) Pelatihan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf
b, merupakan proses peningkatan kemampuan
bagi calon anggota Satpam yang telah lulus
persyaratan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7 dan Pasal 8.
(2) Pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), diselenggarakan oleh:
a. Polri; atau
b. BUJP yang memiliki SIO jasa pelatihan
keamanan.

79
(3) Pelatihan bagi calon anggota Satpam yang
berasal dari pengguna jasa Satpam atau BUJP
yang memiliki SIO jasa penyedia tenaga
pengamanan, dilakukan dengan mengajukan
permohonan kepada penyelenggara pelatihan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2).
(4) Dalam hal BUJP yang memiliki SIO jasa
penyedia tidak melakukan pelatihan terhadap
calon Anggota Satpam yang direkrut, maka
SIO penyedia BUJP dicabut oleh Kapolri.
(5) BUJP yang memiliki SIO pelatihan dapat
melakukan sendiri pelatihan terhadap calon
anggota Satpam yang telah direkrut.

Pasal 10
Pelatihan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
9, terdiri atas:
a. Pelatihan Gada Pratama;
b. Pelatihan Gada Madya; dan
c. Pelatihan Gada Utama.

Pasal
11
Pelatihan Gada Pratama sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 10 huruf a,
diperuntukkan untuk calon anggota Satpam
orang perseorangan serta purnawirawan Polri
dan purnawirawan TNI golongan Tamtama
dan Bintara.

Pasal 12
Pelatihan Gada Madya sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 10 huruf b,
diperuntukkan untuk calon anggota Satpam
purnawirawan Polri dan purnawirawan TNI
golongan perwira pertama sampai dengan
perwira menengah setingkat Ajun Komisaris
Besar Polisi.

80
Pasal 13
Pelatihan Gada Utama sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 10 huruf c, diperuntukkan untuk
calon anggota Satpam purnawirawan Polri dan
TNI golongan perwira menengah setingkat
Komisaris Besar Polisi sampai dengan perwira
tinggi.

Pasal 14
Calon Anggota Satpam yang telah lulus
pelatihan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
10, diberikan:
a. ijazah Pelatihan Gada Pratama bagi
calon Anggota Satpam sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 11;
b. ijazah Pelatihan Gada Madya bagi
calon Anggota Satpam sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 12; dan
c. ijazah Pelatihan Gada Utama bagi
calon Anggota Satpam sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 13.

Pasal 15
(1) Pengukuhan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4 huruf c, dilakukan terhadap calon
anggota Satpam yang telah lulus pelatihan.
(2) Pengukuhan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), dilakukan oleh Kapolri melalui:
a. Kakorbinmas Baharkam Polri, untuk
calon anggota Satpam yang telah lulus
Pelatihan Gada Pratama, Pelatihan
Gada Madya, dan Pelatihan Gada
Utama dari Korbinmas Baharkam
Polri dan BUJP yang memiliki SIO
jasa pelatihan keamanan; dan
b. Dirbinmas Polda, untuk anggota
Satpam yang telah lulus Gada
Pratama, dan Gada Madya dari
Sekolah Kepolisian Negara dan BUJP
81
yang memiliki SIO jasa pelatihan
keamanan.
(3) Anggota Satpam yang telah dikukuhkan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
diberikan:
a. Keputusan Kepangkatan Satpam;
b. KTA Satpam; dan
c. Buku Riwayat Anggota Satpam.

Pasal 16
(1) Anggota Satpam yang telah dikukuhkan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15,
memiliki tugas dan peran.
(2) Tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
meliputi:
a. menyelenggarakan keamanan dan
ketertiban di tempat kerja dan
lingkungannya yang meliputi aspek
pengamanan fisik, personel, informasi
dan pengamanan teknis lainnya; dan
b. melindungi dan mengayomi
terhadap warga di tempat kerja dan
lingkungannya.
(3) Peran sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
meliputi:
a. pendukung utama pimpinan organisasi,
perusahaan dan/atau instansi/lembaga
pemerintah, pengguna Satpam di bidang
pembinaan keamanan dan ketertiban
lingkungan kawasan/tempat kerjanya;
dan
b. mitra Polri dalam pembinaan
keamanan dan ketertiban masyarakat,
penegakan peraturan perundang- undangan
serta menumbuhkan kesadaran dan
kewaspadaan keamanan di lingkungan
kawasan/ tempat kerjanya.

82
Pasal 17
(1) Anggota Satpam dalam melaksanakan tugas
dan peran sebagaimana dimaksud dalam Pasal
16 wajib:
a. membawa KTA Satpam;
b. menggunakan pakaian dinas Satpam
dan atribut Satpam; dan
c. bertugas sesuai dengan wilayah
tugasnya.
(2) Pakaian dinas Satpam dan atribut Satpam
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b,
tercantum dalam Lampiran yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Kepolisian ini.

Pasal 18
(1) Anggota Satpam yang bekerja pada BUJP
atau pengguna jasa Satpam dapat
berpindah kerja ke BUJP atau pengguna jasa
Satpam lain.
(2) Anggota Satpam yang akan berpindah kerja
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus
sesuai dengan perjanjian kontrak kerja yang
disepakati.
(3) Anggota Satpam yang tidak bekerja pada
BUJP dan pengguna jasa Satpam tidak
menghapuskan keanggotaan sebagai anggota
Satpam selama KTA Satpam masih berlaku.
(4) Masa kerja anggota Satpam yang habis
kontrak kerja dengan BUJP atau pengguna
jasa Satpam tetap dihitung untuk kenaikan
pangkat anggota Satpam pada tempat kerja
yang baru.

Bagian Kedua
Golongan Kepangkatan, Pelatihan dan
Kompetensi
Pasal 19
Golongan kepangkatan Anggota Satpam
83
meliputi:
a. manajer;
b. supervisor; dan
c. pelaksana;
Pasal 20
(1) Golongan kepangkatan manajer sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 19 huruf a, meliputi
jenjang kepangkatan:
a. manajer utama;
b. manajer madya; dan
c. manajer.
(2) Golongan kepangkatan supervisor
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf
b, meliputi jenjang kepangkatan:
a. supervisor utama;
b. supervisor madya; dan
c. supervisor.
(3) Golongan kepangkatan pelaksana
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf
c, meliputi jenjang kepangkatan:
a. pelaksana utama;
b. pelaksana madya; dan
c. pelaksana.
(4) Golongan kepangkatan merupakan tanda
kepangkatan anggota Satpam sebagaimana
tercantum dalam Lampiran yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Kepolisian ini.

Pasal 21
(1) Untuk menduduki golongan kepangkatan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 19, anggota Satpam
harus mengikuti pelatihan:
a. Pelatihan Gada Pratama, untuk tingkatan
pelaksana;
b. Pelatihan Gada Madya, untuk tingkatan
supervisor; dan

84
c. Pelatihan Gada Utama, untuk tingkatan
manajer.
(2) Pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), diselenggarakan oleh:
a. Polri; atau
b. BUJP yang memiliki SIO jasa pelatihan.

Pasal 22
(1) Kenaikan pangkat untuk per jenjang
kepangkatan manajer sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 20 ayat (1), berdasarkan masa kerja paling
cepat per 2 (dua) tahun.
(2) Kenaikan pangkat untuk jenjang kepangkatan
manajer ke jenjang kepangkatan manajer
madya dapat dilaksanakan dalam jangka
waktu setelah 1 (satu) tahun masa kerja
sebagai manajer dan lulus uji kompetensi
tingkat gada utama.
(3) Kenaikan pangkat untuk jenjang kepangkatan
manajer ke jenjang kepangkatan manajer
utama dapat dilaksanakan dengan memenuhi
persyaratan:
a. diusulkan oleh pengguna jasa Satpam
berdasarkan kebutuhan;
b. lulus uji kompetensi gada utama; dan
c. memiliki keahlian khusus sistem
manajemen pengamanan.

Pasal 23
(1) Kenaikan pangkat untuk per jenjang
kepangkatan supervisor sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 20 ayat (2), berdasarkan
masa kerja paling cepat per 4 (empat) tahun.
(2) Kenaikan pangkat untuk jenjang kepangkatan
supervisor ke jenjang kepangkatan supervisor
madya dapat dilaksanakan dalam jangka
waktu setelah 2 (dua) tahun masa kerja
sebagai supervisor dan lulus uji kompetensi

85
tingkat gada madya.
(3) Kenaikan pangkat untuk jenjang kepangkatan
supervisor madya ke jenjang kepangkatan
manajer dapat dilaksanakan dengan
persyaratan:
a. kebutuhan pengguna jasa Satpam;
b. lulus uji kompetensi tingkat gada madya;
c. memiliki keahlian khusus; dan
d. lulus pelatihan Gada Utama.

Pasal
24
(1) Kenaikan pangkat untuk per jenjang
kepangkatan pelaksana sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 20 ayat (3), berdasarkan masa kerja
paling cepat per 4 (empat) tahun.
(2) Kenaikan pangkat untuk jenjang kepangkatan
pelaksana ke jenjang kepangkatan pelaksana
madya dapat dilaksanakan dalam jangka
waktu setelah
2 (dua) tahun masa kerja dan lulus uji
kompetensi tingkat gada pratama.
(3) Kenaikan pangkat untuk jenjang kepangkatan
pelaksana madya ke jenjang kepangkatan
supervisor dapat dilaksanakan dengan
persyaratan:
a. kebutuhan pengguna jasa Satpam;
b. lulus uji kompetensi tingkat gada
pratama;
c. memiliki keahlian khusus; dan
d. lulus pelatihan Gada Madya.

Pasal
25
(1) Pelatihan Gada Madya sebagaimana dimaksud Pasal 21
ayat (1) huruf b, dilaksanakan untuk
menghasilkan anggota Satpam yang memiliki
sikap mental kepribadian, kesamaptaan fisik,

86
dan memiliki pengetahuan serta keterampilan
manajerial dengan kualifikasi supervisor
anggota Satpam.
(2) Untuk mengikuti Pelatihan Gada Madya
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), anggota
Satpam harus memenuhi persyaratan:
a. lulus Pelatihan Gada Pratama;
b. memiliki sertifikat kompetensi gada
pratama;
c. lulus tes kesehatan dan kesamaptaan;
d. surat keterangan bebas Narkoba;
e. menyertakan Surat Keterangan Catatan
Kepolisian;
f. memiliki pangkat terakhir pelaksana
utama dengan masa kerja 4 (empat)
tahun atau memenuhi persyaratan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24
ayat (3) huruf a, sampai dengan huruf c;
dan
g. surat rekomendasi dari BUJP atau
pengguna jasa Satpam tempat anggota
Satpam bekerja.

Pasal 26
(1) Pelatihan Gada Utama sebagaimana dimaksud Pasal
21 ayat (1) huruf c, dilaksanakan untuk
menghasilkan anggota Satpam yang memiliki sikap
mental kepribadian, kesamaptaan fisik, dan
memiliki pengetahuan serta keterampilan
manajerial dengan kualifikasi manajer
Anggota Satpam dan memiliki kemampuan
melakukan analisis tugas dan kegiatan,
kemampuan mengelola sumber daya serta
kemampuan pemecahan masalah dalam
lingkup tugas dan tanggung jawabnya.
(2) Untuk mengikuti Pelatihan Gada Utama
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), anggota
Satpam harus memenuhi persyaratan:

87
a. lulus Pelatihan memiliki sertifikat
kompetensi Gada Madya;
b. surat keterangan sehat;
c. surat keterangan bebas Narkoba;
d. menyertakan Surat Keterangan Catatan
Kepolisian;
e. memiliki pangkat terakhir supervisor
utama dengan masa kerja 4 (empat)
tahun atau memenuhi persyaratan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23
ayat (3) huruf a, sampai dengan huruf c;
f. surat rekomendasi dari BUJP atau
pengguna jasa Satpam tempat anggota
Satpam bekerja; dan
g. lulus tes wawancara.

Pasal 27
(1) Anggota Satpam harus memiliki kompetensi,
meliputi:
a. kompetensi gada utama;
b. kompetensi gada madya; dan
c. kompetensi gada pratama.
(2) Kompetensi gada utama sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a, meliputi
kemampuan:
a. menentukan tingkat risiko keamanan area
kerja;
b. menentukan tingkat kerawanan area
kerja;
c. menyusun rencana pengamanan;
d. menyusun standar operasional prosedur;
e. melaksanakan manajemen tanggap
darurat;
f. menangani konflik di lingkungan kerja;
dan
g. menyusun desain simulasi pengamanan.
(3) Kompetensi gada madya sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b, meliputi
88
kemampuan:
a. memimpin pelaksanaan tugas;
b. melakukan sosialisasi prosedur
pengamanan;
c. melakukan penanganan kerawanan di
tempat kerja;
d. melakukan penanganan keadaan darurat;
e. melakukan tindakan pertama di tempat
kejadian perkara;
f. melakukan pengawasan dan evaluasi
pelaksanaan tugas; dan
g. melakukan penegakan hukum secara
terbatas.
(4) Kompetensi gada pratama sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf c, meliputi
kemampuan:
a. melaksanakan persiapan pelaksanaan
tugas;
b. melaksanakan pengaturan;
c. melaksanakan penjagaan;
d. melaksanakan pengawalan;
e. melaksanakan patroli;
f. melaksanakan pengamanan di tempat
kejadian perkara; dan
g. menangani barang berbahaya dan
kejadian perkara.

Pasal
28
(1) Untuk menentukan kompetensi anggota
Satpam sebagaimana dimaksud dalam Pasal
27, dilakukan uji kompetensi.
(2) Uji kompetensi anggota Satpam sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), diselenggarakan
oleh:
a. lembaga sertifikasi profesi lembaga
pendidikan dan pelatihan Polri; atau
b. lembaga sertifikasi profesi yang
89
memiliki lisensi dari Badan Nasional
Sertifikasi Profesi dan mendapatkan
rekomendasi dari Polri.

Pasal 29
Uji kompetensi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 28 dapat dilaksanakan paling cepat 2
(dua) tahun setelah menduduki jenjang
kepangkatan pelaksana, jenjang kepangkatan
supervisor, dan jenjang kepangkatan manajer.

Bagian
K
e
t
i
g
a

P
e
n
g
a
k
h
i
r
a
n
Pasal 30
Pengakhiran tugas anggota Satpam disebabkan
karena:
a. mencapai batas usia pensiun;
b. mengundurkan diri atas permintaan
sendiri sebagai Anggota Satpam;
c. meninggal dunia;
d. melanggar kode etik;
e. memberikan pernyataan tidak benar
90
pada saat pendaftaran; atau
f. melakukan tindak pidana yang
ancamannya di atas 5 (lima) tahun dan
dijatuhi hukuman yang telah berkekuatan
hukum tetap.

Pasal 31
(1) Batas usia pensiun sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 30 huruf a, untuk anggota Satpam
yang berasal dari orang persorangan yaitu:
a. 56 (lima puluh enam) tahun bagi
pelaksana;
b. 58 (lima puluh delapan) tahun bagi
supervisor; dan
c. 70 (tujuh puluh) tahun bagi manajer.
(2) Batas usia pensiun sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 30 huruf a, untuk Anggota
Satpam yang berasal dari purnawirawan Polri
atau TNI yaitu:
a. 60 (enam puluh) tahun bagi pelaksana;
b. 65 (enam puluh) tahun bagi supervisor;
dan
c. 70 (tujuh puluh) tahun bagi manajer.
(3) Mengundurkan diri atas permintaan sendiri
sebagai anggota Satpam sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 30 huruf b,
dilakukan secara sukarela dengan
mengajukan permohonan tertulis.
(4) Meninggal dunia sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 30 huruf c, ditetapkan
berdasarkan surat keterangan kematian.

Bagian Keempat Asosiasi Anggota Satpam


Pasal 32
(1) Anggota Satpam dapat membentuk asosiasi
anggota Satpam.
(2) Asosiasi anggota Satpam sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), merupakan

91
perhimpunan yang menampung aspirasi dan
kepentingan anggota Satpam.
(3) Asosiasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
wajib diregistrasi pada Korbinmas Baharkam
Polri melalui Dirbinpotmas Korbinmas
Baharkam Polri.
(4) Asosiasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3),
wajib menyusun kode etik.
(5) Dalam menyusun kode etik, asosiasi
membentuk tim formatur yang
keanggotaannya terdiri dari perwakilan
asosiasi dan Polri.
(6) Kode etik yang disusun oleh asosiasi
disampaikan kepada Kapolri untuk ditetapkan.

Bagian Kelima Pengawasan dan Pengendalian


Pasal 33
(1) Kapolri melakukan pengawasan dan
pengendalian terhadap anggota Satpam.
(2) Pengawasan dan pengendalian terhadap
anggota Satpam sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), dilaksanakan oleh:
a. Ditbinpotmas Korbinmas Baharkam
Polri, untuk tingkat Markas Besar Polri;
dan/atau
b. Ditbinmas Polda, untuk tingkat Polda.

Pasal 34
(1) Pengawasan dan pengendalian sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 33, meliputi:
a. supervisi;
b. asistensi;
c. monitoring; dan
d. evaluasi.
(2) Supervisi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf a, merupakan kegiatan pengawasan
dan pengendalian untuk memastikan yang
dilakukan oleh anggota Satpam sesuai dengan
92
tugas dan perannya.
(3) Asistensi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf b, merupakan kegiatan membantu
Anggota Satpam dalam melaksanakan tugas
agar sesuai dengan tugas dan perannya
sebagai anggota Satpam.
(4) Monitoring sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf c, merupakan kegiatan mendapatkan
informasi terhadap kegiatan yang dilakukan
oleh anggota Satpam.
(5) Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf d, merupakan kegiatan penilaian
terhadap pelaksanaan tugas dan peran anggota
Satpam.

B
A
B

I
I
I

S
A
T
K
A
M
L
I
N
G
Ba
gia
n
Ke
sat
u

93
Pe
mb
ent
uk
an
Pasal
35
(1) Satkamling dibentuk oleh warga masyarakat.
(2) Satkamling sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), terdiri atas:
a. ketua Satkamling; dan
b. pelaksana Satkamling.
(3) Satkamling yang telah dibentuk sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), dilaporkan kepada
Polri melalui Kepolisian Sektor untuk
melaksanakan pendataan dan pembinaan.

Pasal 36
(1) Ketua Satkamling sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 35 huruf a, diemban oleh Ketua
Rukun Tetangga, Ketua Rukun Warga atau
Tokoh Masyarakat yang dipilih berdasarkan
kesepakatan dalam musyawarah warga
masyarakat setempat.
(2) Ketua Satkamling bertugas memimpin
penyelenggaraan sistem keamanan lingkungan
dan bertanggung jawab atas pelaksanaan
tugasnya kepada warga masyarakat.

Pasal 37
Pelaksana Satkamling sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 35 huruf b, merupakan warga
dalam lingkungan setempat atau warga yang
ditunjuk oleh masyarakat setempat.

Bagian Kedua Tugas dan Peran


Pasal 38
(1) Satkamling memiliki tugas:
94
a. menyelenggarakan keamanan dan
ketertiban masyarakat di
lingkungannya;
b. melindungi dan mengayomi masyarakat di
lingkungannya.
(2) Dalam pelaksanaan tugasnya, Satkamling
berperan untuk:
a. membantu Kepala Desa/Lurah, di
bidang pembinaan keamanan dan
ketertiban masyarakat di
lingkungannya;
b. membantu Polri dalam pembinaan
keamanan dan ketertiban masyarakat;
dan
c. menegakkan peraturan tata tertib serta
menumbuhkan kesadaran dan
kewaspadaan keamanan di
lingkungannya.

Pasal 39
(1) Ketua Satkamling bertugas
a. merumuskan perencanaan sistem
pengamanan di lingkungannya;
b. memberdayakan potensi pengamanan di
lingkungannya;
c. meningkatkan
kemampuan
pengamanan dan
patrol di lingkungannya; dan
d. mengontrol dan mengawasi
pelaksanaan kegiatan Satkamling.
(2) Pelaksana Satkamling bertugas:
a. melakukan penjagaan;
b. melaksanakan kegiatan patroli atau
perondaan;
c. memberikan peringatan-peringatan untuk
mencegah terjadinya kejahatan,
kecelakaan, kebakaran, banjir, dan
95
bencana alam;
d. memberikan keterangan atau informasi
yang berkaitan dengan keamanan dan
ketertiban lingkungan;
e. memberikan bantuan dan pelayanan
kepada masyarakat yang mempunyai
masalah sosial serta keamanan dan
ketertiban masyarakat yang dapat
mengganggu ketenteraman warga sekitarnya
serta membantu Ketua Rukun
Tetangga/Rukun Warga dalam
menyelesaikan masalah warga;
f. melakukan koordinasi kegiatan dengan
anggota Polri atau aparat pemerintah
lainnya yang bertugas di wilayahnya;
g. melaporkan setiap gangguan keamanan
dan ketertiban masyarakat yang terjadi
kepada Bhabinkamtibmas atau Satuan
Kepolisian terdekat;
h. melakukan tindakan kepolisian non
yustisial sesuai petunjuk teknis Polri dan pada
kesempatan pertama menyerahkan
penanganannya kepada satuan
kepolisian terdekat; dan
i. melakukan tindakan lain untuk
keselamatan warganya atas izin dan
perintah dari ketua Satkamling.

Pasal 40
(1) Satkamling dalam melaksanakan tugas
menggunakan seragam Satkamling.
(2) Seragam Satkamling sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Kepolisian ini.

Bagian Ketiga Pos Satkamling


Pasal 41

96
(1) Pos Satkamling dilengkapi dengan:
a. struktur organisasi Satkamling,
dan prosedur tuntunan praktis;
b. daftar dan jadwal penugasan yang
ditetapkan oleh ketua Satkamling;
c. panel rencana kegiatan mingguan dan
harian berupa matriks yang berisi
kolom:
 nomor;
 waktu kegiatan;
 kegiatan;
 uraian kegiatan;
 petugas pelaksana; dan
 keterangan;
d. jadwal pembagian tugas jaga/ronda;
e. buku catatan/mutasi kegiatan tugas
jaga/ronda;
f. sistem alarm dan komunikasi yang
disediakan sesuai kemampuan warga;
dan
g. perlengkapan pertolongan pertama pada
kecelakaan, penanggulangan bahaya
dan bencana serta peralatan lain.
(2) Prosedur tuntunan praktis sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a, meliputi:
a. petunjuk perlengkapan pertolongan
pertama pada kecelakaan;
b. petunjuk dalam menghadapi
bencana alam, kebakaran dan
bahaya lainnya;
c. penanganan pertama gangguan
kejahatan dan tertangkap tangan;
d. penggunaan sistem alarm dan
komunikasi yang dimiliki; dan
e. petunjuk koordinasi dan permintaan
bantuan kepada Polri, unit pemadam
kebakaran, pusat kesehatan masyarakat
dan instansi lain terkait.
97
(3) Pos Satkamling didirikan dan ditetapkan oleh
masyarakat berdasarkan musyawarah warga
yang dipimpin oleh Ketua Satkamling.

Bagian Keempat Pembinaan Satkamling


Pasal 42
(1) Pembinaan Satkamling terdiri dari:
a. pembinaan struktural; dan
b. pembinaan teknis dan taktis operasional.
(2) Pembinaan struktural Satkamling sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a, dilaksanakan
oleh ketua Rukun Tetangga/Rukum Warga
setempat.
(3) Pembinaan teknis dan taktis operasional
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b,
dilaksanakan oleh Bhabinkamtibmas dari
Satuan Kepolisian setempat.

BAB IV SANKSI
Pasal 43
(1) Anggota Satpam yang tidak memperpanjang
KTA Satpam yang telah habis masa
berlakunya sebelum 1 (satu) tahun diberikan:
a. peringatan tertulis pertama; dan
b. peringatan tertulis kedua.
(2) Anggota Satpam yang tidak memperpanjang
KTA Satpam yang habis masa berlakunya
lebih dari 1 (satu) tahun dikenakan sanksitidak
dapat melaksanakan tugas sebagai
anggota Satpam.
(3) Sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dan ayat (2), diberikan oleh:
a. Kakorbinmas Baharkam Polri, untuk
tingkat Mabes Polri; dan
b. Dirbinmas Polda, untuk tingkat Polda.
(4) Format peringatan tertulis pertama dan kedua
sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
tercantum dalam Lampiran yang merupakan
98
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Kepolisian ini.

Pasal 44
(1) Anggota Satpam yang tidak menggunakan
pakaian dinas Satpam dan atribut Satpam
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat
(1) huruf b, dikenakan sanksi administratif
berupa:
a. peringatan tertulis pertama; dan
b. peringatan tertulis kedua.
(2) Dalam hal sanksi sebagaimana dimaksud
pada ayat
(1) diindahkan, Kapolri mencabut KTA Satpam.
(3) Peringatan tertulis dan pencabutan KTA
Satpam sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan ayat (2), dilakukan oleh:
a. Kakorbinmas Baharkam Polri, untuk
tingkat Mabes Polri; atau
b. Dirbinmas Polda, untuk tingkat Polda.
(4) Format peringatan tertulis pertama dan kedua
dan pencabutan KTA Satpam sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2),
tercantum dalam Lampiran yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Kepolisian ini.

B
A
B

K
E
T
E

99
N
T
U
A
N

P
E
R
A
L
I
H
A
N
Pasal
45
Pada saat Peraturan Kepolisian ini mulai
berlaku, seragam dan atribut Anggota Satpam
yang diatur dalam Peraturan Kepala
kepolisian Nomor 24 Tahun 2007 tentang
Sistem Manajemen Pengamanan Organisasi,
Perusahaan dan/atau Instansi/Lembaga
Pemerintah (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 50) tetap dapat
digunakan dan wajib menyesuaikan dengan
Peraturan Kepolisian ini paling lambat 1
(satu) tahun terhitung sejak Peraturan
Kepolisian ini diundangkan.

BAB VI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 46
Ketentuan mengenai persyaratan untuk
mendapatkan SIO jasa pelatihan keamanan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (4),
diberlakukan 5 (lima) tahun setelah Peraturan
Kepolisian ini diundangkan.

100
P
asal 47
Pada saat
Peraturan ini
mulai berlaku:
a. Peraturan Kepala Kepolisian Negara
Republik Indonesia Nomor 23 Tahun
2007 tentang Sistem Keamanan
Lingkungan (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 49); dan
b. Ketentuan mengenai Satpam yang
diatur dalam Peraturan Kepala
Kepolisian Negara Republik Indonesia
Nomor 24 Tahun 2007 tentang Sistem
Manajemen Pengamanan Organisasi,
Peusahaan dan/atau Instansi/Lembaga
(Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 50) dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 48
Peraturan Kepolisian ini mulai berlaku
pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya,


memerintahkan pengundangan
Peraturan Kepolisian ini dengan
penempatannya dalam Berita Negara
Repubhk Indonesia.

Dite
tapk
an
di
Jaka
rta
pad
a
tang
101
gal
5
Agu
stus
202
0

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 5 Agustus 2020
DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN
PERUNDANG-
UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM
DAN HAK ASASI
MANU8IA

102
Catatan :

Anda mungkin juga menyukai