Anda di halaman 1dari 3

Hama seperti mahluk hidup lainnya perkembangannya dipengaruhi oleh faktor faktor iklim

baik langsung maupun tidak langsung. Temperatur, kelembaban udara relatif dan
foroperiodisitas berpengaruh langsung terhadap siklus hidup, keperidian, lama hidup, serta
kemampuan diapause serangga. Sebagai contoh hama kutu kebul (Bemisia tabaci)
mempunyai suhu optimum 32,5º C untuk pertumbuhan populasinya. Contoh yang lain adalah
pertumbuhan populasi penggerek batang padi putih berbeda antara musim kemarau dan
musim hujan, sementara itu panjang hari berpengaruh terhadap diapause serangga penggerek
batang padi putih (Scirpophaga innotata) di Jawa. Umumnya serangga-serangga hama yang
kecil seperti kutu-kutuan menjadi masalah pada musim kemarau atau rumah kaca karena
tidak ada terpaan air hujan. Pada percobaan dalam ruang terkontrol peningkatan kadar CO2
pada selang 389- 749µl/L meningkatkan reproduksi tungau Tetranychus urticae

Tanaman adalah salah satu komponen penting dalam keberlanjutan sistem ekologi dan
pertanian. Salah satu tantangan besar dalam upaya mempertahankan produktivitas tanaman
adalah serangan hama dan penyakit. Beberapa unsur-unsur iklim memegang peranan kunci
dalam menentukan tingkat eksplosifnya hama dan penyakit tanaman. Berikut ini merupakan
unsur-unsur iklim yang menentukan ekspolosifnya hamma dan penyakit tanaman

1. Suhu:

Suhu memainkan peran sentral dalam perkembangan hama dan penyakit tanaman.
Contohnya, serangga seperti kutu daun (Aphids) cenderung berkembang pesat pada suhu
yang hangat. Sebaliknya, beberapa penyakit tanaman seperti jamur tepung (Powdery
Mildew) lebih aktif pada suhu yang lebih dingin. Suhu yang ekstrem, entah terlalu panas
atau terlalu dingin, dapat menghambat pertumbuhan hama dan penyakit tertentu.

2. Kelembaban Udara:

Kelembaban udara menjadi faktor penting terutama dalam penyebaran penyakit tanaman
oleh jamur. Contohnya, penyakit karat (Rust) pada tanaman biasanya lebih merajalela
dalam kondisi kelembaban yang tinggi. Jamur seperti Phytophthora infestans, penyebab
penyakit busuk late blight pada kentang, juga sangat dipengaruhi oleh tingkat kelembaban
yang tinggi.

3. Curah Hujan:

Curah hujan yang berlebihan dapat menciptakan lingkungan yang mendukung


pertumbuhan jamur dan bakteri penyebab penyakit. Sebagai contoh, penyakit layu bakteri
pada tomat dapat berkembang biak lebih baik saat tanah lembab akibat hujan berlebih. Di
sisi lain, kurangnya hujan dapat menciptakan kondisi kering yang mengurangi risiko
penyakit seperti penyakit busuk akar (Root Rot).

4. Intensitas Cahaya Matahari:

Intensitas cahaya matahari memengaruhi aktivitas fotosintesis dan daya tahan tanaman
terhadap penyakit. Tanaman yang tumbuh di tempat teduh mungkin lebih rentan terhadap
serangan jamur. Sebagai contoh, penyakit antraknosa (Anthracnose) pada beberapa
tanaman lebih sering terjadi dalam kondisi yang teduh.

5. Angin:

Angin dapat mempengaruhi penyebaran spora penyakit dan hama yang terbawa oleh
udara. Contohnya, hama kutu putih dapat dengan mudah menyebar dari satu tanaman ke
tanaman lainnya melalui angin. Begitu juga dengan spora penyakit seperti yang terlihat
pada penyakit karat daun (Leaf Rust) pada tanaman gandum.

6. Perubahan Iklim:

Perubahan iklim global dapat menciptakan kondisi baru yang mendukung pertumbuhan
dan penyebaran hama serta penyakit tanaman. Contohnya, peningkatan suhu global dapat
memperluas area sebaran beberapa hama yang sebelumnya terbatas pada wilayah tertentu.

7. Musim:

Musim tanam dan musim panen juga memengaruhi dinamika populasi hama dan
penyakit tanaman. Sebagai contoh, serangan hama ulat Grayan (Grayan Cutworm)
biasanya mencapai puncaknya pada awal musim tanam dan dapat merugikan tanaman
padi.

Kesimpulan: Unsur-unsur iklim memainkan peran krusial dalam menentukan tingkat


eksplosifnya hama dan penyakit tanaman. Pemahaman mendalam tentang bagaimana
unsur-unsur ini saling berinteraksi dapat membantu dalam merancang strategi
pengelolaan yang efektif untuk melindungi tanaman dan meningkatkan hasil pertanian
secara berkelanjutan. Contoh-contoh di atas memberikan gambaran nyata tentang
kompleksitas hubungan antara iklim dan kesehatan tanaman. Dengan memahami
dinamika ini, kita dapat lebih baik menghadapi tantangan dalam menjaga ketahanan
pangan global.

Anda mungkin juga menyukai