Anda di halaman 1dari 14

Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume VI, No 2, Juli 2017

KETELADANAN TOKOH PEWAYANGAN DALAM


PENERAPAN PRINSIP BAWALAKSANA SEBAGAI
IMPLEMENTASI NILAI-NILAI KARAKTER BANGSA
Anton Suwito
antonswt@gmail.com

ABSTRAK

Prinsip bawalaksana mempunyai arti atau makna menepati janji apa yang telah
dikatakannya. Istilah lain yang maknanya hampir sama dengan bawalaksana adalah adanya
ungkapan yang berbunyi “sabda pandhita ratu tan kena wola-wali”. Secara harfiah artinya
adalah “Ucapan pendeta dan raja, tidak boleh diulang-ulang. Maknanya adalah bahwa
seorang pemimpin haruslah konsekwen untuk melaksanakan atau mewujudkan apa yang
telah diucapkannya.. Dalam bahasa Indonesia yang disebut dengan “satunya kata dan
perbuatan”. Disisi yang lain pula seorang pemimpin harus memiliki sifat ambeg paramarta,
dermawan, sopan dan santun terhadap orang lain, peka dan peduli terhadap lingkungan,
serta cerdik dan pandai. Dalam konsep islam disamping seorang pemimpin harus bisa
menepati janjinya, juga harus mempunyai sifat sidiq, tabligh, amanah dan fatonah.
Dalam penerapan nilai-nilai karakter bangsa yang berpendidikan budaya,
bawalaksana merupakan salah satu contoh implementasi pendidikan karakter yang harus di
pegang oleh para penguasa, para pemimpin atau raja dalam memimpin negara. Disamping
itu pula juga ada sisi dalam konteks karakter bangsa yang berbudaya pendidikan,
bawalaksana itu tidak cukup sekedar menepati janji yang telah diucapkannya, tetapi yang
lebih penting juga harus ada cara-cara dan metode lain untuk menutupi segala kekurangan
dan kelemahan yang mungkin muncul dari prinsip bawalakasana, yaitu prinsip musyawarah
untuk mencapai mufakat serta keterbukaan dan jaminan keadilan dalam perspektif
Pendidikan Kewarganegaraan.
Dalam hal ini janji apapun yang diutarakan harus dipenuhi atau ditepati. Semakin
sifat bawalaksananya rapuh, tingkat kepercayaan masyarakat atau rakyat akan semakin
merosot atau menurun bahkan kepercayaan itu bisa hilang. Pemenuhan janji terhadap
siapapun hukumnya wajib, apalagi sebagai seorang ksatria ataupun pemimpin dan
raja/penguasa. walaupun terkadang benturan dengan nilai, norma ataupun kebiasaan yang
tumbuh dan berkembang dalam kehidupan masyarakat pada umumnya .

Kata kunci : tokoh pewayangan, bawalaksana , karakter bangsa

A. PENDAHULUAN meskipun pada dasarnya juga tidak


Dunia pewayangan telah menghasilkan menolaknya.
dan menyimpan dengan baik satu nilai Dalam etika masyarakat Jawa
filsafat yang disebut dengan dikenal suatu ungkapan “Sabda
bawalaksana, yang dulu kala telah pandhita ratu tan keno wola-wali.”
dijunjung tinggi oleh masyarakat jawa Maknanya adalah seorang pemimpin
masa lalu. Namun saat ini masyarakat haruslah konsekwen untuk
jawa nampaknya kurang dan bahkan melaksanakan apa yang telah
tidak menghargai lagi, meskipun pada diucapkannya, apapun akibatnya.
dasarnya juga tidak menolaknya. Dalam Bahasa Indonesia disebut dengan

Keteladanan Tokoh Pewayangan Dalam Penerapan Prinsip Bawalaksana


Sebagai Implementasi Nilai-Nilai Karakter Bangsa
41
Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume VI, No 2, Juli 2017

satu kata satu perbuatan. prinsip bawalaksana dalam kehidupan


Dari dunia pewayangan kita sehari-hari dalam menjalankan amanah
mengetahui bahwa sifat bawalaksana itu dari rakyat.
dianggap mempunyai nilai yang sangat B. B. Hasil dan Pembahasan
tinggi, sehingga harus dimenangkan C. 1. Pengertian Tokoh Pewayangan
apabila terpaksa berbenturan dengan Yang dimaksud dengan istilah tokoh
nilai-nilai yang lain. Termasuk nilai- pewayangan disini adalah sosok yang
nilai kebenaran dan keadilan. dijadikan contoh atau teladan dalam
Situasi dan kondisi saat ini cerita pewayangan, dalam hal ini
banyak para pemimpin yang tidak wayang purwa (Ramayana dan
konsisten untuk memegang Mahabharata), yaitu peristiwa-peristiwa
janji.walaupun pada tataran berat yang menggambarkan betapa berat dan
maupun ringan. Sehingga melihat besarnya konsekwensi dari suatu janji
keadaan yang demikian inilah sangat yang telah diucapkannya yang sering
perlu dibutuhkan sifat bawalaksana kali ditebus dengan pengorbanan yang
yang melekat pada diri seorang tiada tara. Kasus-kasus di bawah ini
pemimpin. Justru bahkan cenderung yang saya kemukakan adalah yang
ditinggalkan karena kurangnya menyangkut konsekwensi pemenuhan
pendalaman terhadap nilai-nilai budaya janji atau ikrar, bahkan ada kalanya
jawa dalam hal ini penokohan dalam hanya berupa kata-kata biasa yang tidak
pewayangan. Ketika seseorang bercerita bersifat janji atau pun ikrar. yang
dan membahas tentang penokohan pernah diucapkannya oleh :
pewayangan saat ini kadang malah 1. Prabu Dasarata
dianggap kuno dan tidak modern. 2. Sri Rama
Mengapa harus wayang yang 3. Prabu Sentanu
menjadi contoh-contoh dalam 4. Dewi Durgandhini
penokohan. dan tidak dari dunia nyata. 5. Dewabrata(Bisma)
baik yang sedang kita alami maupun 6. Puntadewa(Pandhawa)
dari sejarah masa silam. Dalam hal ini 7. Bambang Kumbayana (Resi Durna)
karena dalam dunia pewayangan 8. Adipati Karna.
memang sangat kaya dengan nuansa. 9. Patih Suwanda
Berbagai sifat, watak, karakter dan 10. Arjuna
model perangai manusia banyak kita Beberapa tokoh pewayangan di
jumpai di dalamnya baik yang rendah atas adalah merupakan contoh atau
maupun yang luhur. Tokoh-tokoh teladan dalam dunia pewayangan yang
bawalaksana tak ada habisnya kalau kita merupakan tokoh yang mampu
tampilkan semuanya. Sebaliknya dari memegang teguh prinsip bawalaksana.
kehidupan nyata amat sulit untuk
mencari tokoh bawalaksana yang bisa 2. Pengertian Prinsip Bawalaksana
ditampilkan. Maka berpijak dari hal Bawalaksana mengandung arti
tersebut sangatlah perlu bagi seorang netepi kang dadi oedjare yang
pemimpin untuk mempelajari, terjemahnya dalam bahasa Indonesia
memahami dan bahkan mengamalkan adalah : „bawa-laksana”, menepati janji
Keteladanan Tokoh Pewayangan Dalam Penerapan Prinsip Bawalaksana
Sebagai Implementasi Nilai-Nilai Karakter Bangsa
42
Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume VI, No 2, Juli 2017

apa yang telah dikatakannya. Istilah lain seorang pemimpin juga harus
yang maknanya hampir sama dengan mempunyai sifat sidiq, tabligh, amanah
bawalaksana adalah adanya ungkapan dan fatonah.
yang berbunyi “sabda pandhita ratu Dari sekian banyak sifat-
tan kena wola-wali”. Secara harfiah sifat pemimpin itu yang harus dipegang
artinya adalah “Ucapan pendeta dan teguh, dihormati dan dijunjung tinggi
raja, tidak boleh diulang-ulang. adalah sifat atau prinsip bawalaksana,
Maknanya adalah bahwa seorang karena selama ini hal ini paling sulit
pemimpin haruslah konsekwen untuk dilakukan dan dikerjakan oleh para
melaksanakan atau mewujudkan apa pemimpin baik dikalangan bawah,
yang telah diucapkannya.. Dalam menengah maupun kalangan atas atau
bahasa Indonesia yang disebut dengan elit. Semakin kuat prinsip bawalaksana
“satunya kata dan perbuatan”. Sisi yang dimiliki seorang pemimpin,
lain ungkapan tersebut memberikan semakin besar kepercayaan masyarakat
petunjuk dan mengajarkan kepada kita kepada pemimpin tersebut, begitu
sebagai seorang pemimpin sudah sebaliknya semakin lemah sifat atau
semestinya harus konsekwen dengan prinsip bawalaksana yang dimiliki
apa yang dikatakan atau diucapkannya seorang pemimpin atau pemuka maka
atau dengan kata lain seorang pemimpin semakin lemah kepercayaan dari
semestinya tidak ingkar janji yang telah masyarakat. Maka sangatlah penting
diucapkan. Bahasa yang umum yang bagi seorang pemimpin memegang
sering dipakai oleh masyarakat pada nilai-nilai luhur budaya bangsa
umumnya adalah bahwa seorang Indonesia dalam hal ini nilai-nilai
pemimpin harus dapat menepati janji budaya jawa yang sangat dekat dengan
dengan apa yang dikatakan atau nuansa sifat bawalaksana.
diucapkannya. Yang perlu diketahui dan Dalam pagelaran pewayangan
dipahami juga oleh seorang pemimpin apapun cerita atau lakonnya seorang
adalah prinsip bawalaksana bukan satu- dalang kadang berkata “
satunya sifat yang harus dimiliki oleh “ Dene utamaning nata, berbudi
seorang pemimpin tapi sisi lain bawalaksana, lire ber budi
pemimpin juga harus mempunyai sifat mangkana, lila legawa ing driya,
agung dennya paring dana,
yang dicerminkan dalam Astha brata
anggeganjar saben dina, lire
atau delapan sifat kepemimpinan. kang bawalaksana, anetepi
Bahwa seorang pemimpin haruslah bisa pangandika”.
seperti Bagaskara, Candra, Kartika,
Samirana,, Baruna, Kisma, Tirta dan Hal tersebut dikandung maksud
Agni. bahwa sebaik-baiknya sifat yang harus
Disisi yang lain pula seorang dimiliki oleh seorang raja atau
pemimpin maupun ksatria adalah
pemimpin harus memiliki sifat ambeg
mempunyai sifat bermurah hati dan
parama arta, dermawan, sopan dan teguh memegang janji serta menjaga
santun terhadap orang lain, peka dan nilai- nilai luhur budaya bangsa.
peduli terhadap lingkungan, serta cerdik
dan pandai. Dalam konsep islam bahwa
Keteladanan Tokoh Pewayangan Dalam Penerapan Prinsip Bawalaksana
Sebagai Implementasi Nilai-Nilai Karakter Bangsa
43
Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume VI, No 2, Juli 2017

3. Kajian Prinsip Bawalaksana dari Dasarata diingatkan oleh seorang


Masing-Masing Tokoh istrinya, yakni Dewi Kekeyi (Ibu
Pewayangan Bharata), bahwa Prabu Dasarata pernah
berjanji kepadanya bahwa anak Dewi
a). Prabu Dasarata Kekeyi-lah yang kelak akan diangkat
menjadi raja menggantikan dirinya.
Dengan hati yang hancur luluh di
malam penobatan itu Prabu Dasarata
memanggil putranya Raden Rama. Dan
memberitahukan masalah janji ini. Dan
sebagai seorang anak yang berbakti
kepada orang tua, Sri Rama dengan
tulus menyarankan kepada ayahnya
untuk memenuhi janji itu. Sebagai
seorang Raja yang baik kemudian Prabu
Dasarata kemudian mengangkat Bharata
Kisah diusirnya Sri Rama dari sebagai raja di Ayodya, dan
Kerajaan Ayodya menjelang saat-saat membatalkan Sri Rama yang semula
penobatannya sebagai Raja akan diangkat sebagai Raja. Apa yang
menggantikan ayahnya Prabu Dasarata, diputuskan oleh Prabu Dasarata tersebut
adalah akibat etika bawalaksana yang adalah dalam rangka melaksanakan
harus dijunjung tinggi oleh Prabu prinsip bawalaksana atau prinsip
Dasarata sebagai seorang raja yang memegang janji, walau disertai dengan
baik. Tak seorangpun sebenarnya yang perasaan dan hati yang sangat pilu.
meragukan ketepatan dan kearifan
Prabu Dasarata sebagai seorang Raja b) Sri Rama
yang berniat menunjuk Sri Rama
menggantikan dirinya sebagai raja
Ayodya. Ditinjau dari segala segi,
keputusan itu adalah yang paling baik.
Sri Rama bukan saja sebagai anak tertua
diantara keempat anak Prabu
Dasarata(Rama, Bharata, Laksamana,
dan Satrugna), tetapi ia juga yang paling
pandai, paling bijaksana dan paling
banyak pengalamannya serta lahir dari
istri pertama Prabu Dasarata, yakni
Dewi Ragu atau Dewi Sukasalya. Ia Setelah penobatan Bharata sebagai
bahkan diyakini sebagai avatara wisnu Raja di kerajaan Ayodya, Dewi Kekeyi
(dalam pewayangan jawa disebut (Ibu Bharata) meminta kepada Prabu
sebagai titising Bathara Wisnu). Akan Dasarata agar Sri Rama meninggalkan
tetapi pada malam hari menjelang kerajaan Ayodya dan hidup di hutan
penobatan Rama, tiba-tiba Prabu Dandaka selama 14 tahun lamanya. Sri
Keteladanan Tokoh Pewayangan Dalam Penerapan Prinsip Bawalaksana
Sebagai Implementasi Nilai-Nilai Karakter Bangsa
44
Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume VI, No 2, Juli 2017

Rama tanpa pikir panjang menyanggupi


permintaan Dewi kekayi tersebut untuk
kemudian berangkat ke hutan Dandaka.
Setelah beberapa tahun kemudian
Bharata menyusul Sri Rama ke hutan
Dandaka dan dengan sungguh-sungguh
memaksanya agar mau kembali ke
Ayodya sebagai Raja. Sri Rama tidak
dapat memenuhi permintaan adiknya itu
karena ia telah menyanggupi, yang
berarti juga telah berjanji, untuk hidup
di hutan Dandaka 14 tahun lamanya. Syarat itu disanggupi oleh Prabu
Jadi apabila Sri Rama memenuhi Sentanu.
permintaan Bharata, hal itu berarti Beberapa waktu kemudian Dewi
bahwa ia telah ingkar janji dan bahkan Gangga mengandung dan akhirnya lahir
secara tidak langsung telah seorang anak yang sangat bagus
menyebabkan ayahnya pun tidak parasnya. Tentu saja Prabu Sentanu
memenuhi janjinya kepada Dewi sangat bersuka cita karenanya. Tetapi
kekeyi. Pengingkaran janji seorang raja kesukaan itu itu ternyata hanya
adalah bencana bagi rakyatnya. Bagi Sri berlangsung sesaat. Prabu sentanu
Rama pantang untuk kembali ke menyaksikan bayi itu oleh ibunya
Ayodya sebelum masa 14 tahun itu dibuang ke sungai Gangga segera
terpenuhi. setelah ia dilahirkan. Barulah Prabu
Untuk meringankan beban lahir dan Sentanu menyadari betapa berat
batin bagi Bharata dalam memimpin konsekwensi yang harus ditanggungnya
kerajaan Ayodya, maka secara simbolik akibat kesanggupan atau janji yang
Sri Rama memberikan trumpahnya telah ia ucapkan pada waktu melamar
sebagai manifestasi dirinya Dewi Gangga dahulu. Meskipun hati
disinggasana kerajaan Ayodya dan beliau terasa pedih, ia tak dapat berbuat
secara realistik ia memberikan petuah- apa-apa. Karena sebagai seorang raja
petuah dan ajaran kepemimpinan yang yang baik ia harus konsekwen dengan
dikenal dengan istilah Astha Brata. apa yang telah dijanjikannya dan ia
harus menjunjung tinggi prinsip
c) Prabu Sentanu bawalaksana.
Pada waktu Prabu Sentanu, Setahun kemudian Dewi Gangga
Seorang Raja yang masih muda usia mengandung lagi. Akan tetapi lagi-lagi
dari Astina, melamar Dewi Gangga harapan Prabu Sentanu untuk
(seorang bidadari) untuk menjadi memperoleh seorang putra berakhir
permaisurinya, Dewi Gangga dengan penderitaan yang menyedihkan,
menyanggupi dengan satu syarat bahwa karena bayi laki-laki yang kedua ini
apapun yang akan dilakukan oleh Dewi juga harus di buangke Sungai Gangga
Gangga, Prabu Sentanu tidak boleh beberapa saat setelah ia dilahirkan.
mencampuri, apalagi mencegahnya.
Keteladanan Tokoh Pewayangan Dalam Penerapan Prinsip Bawalaksana
Sebagai Implementasi Nilai-Nilai Karakter Bangsa
45
Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume VI, No 2, Juli 2017

Pada waktu Dewi Gangga (putri raja Wiratha). Pada saat Dewi
mengandung yang kesembilan, luka, Durgandini menderita penyakit berbabu
derita serta rasa iba terhadap anaknya amis, telah diadakan sayembara dan
yang selalu dibuang oleh Dewi Gangga akhirnya yang bisa menyembuhkan
tidak dapat lagi dibendung. Prabu adalah Bambang Palasara. Telah
Sentanu mulai ragu, tidak mempunyai disepakati oleh keduanya, bahwa dalam
anak tetapi menerjang janji yang telah sayembara pilih itu Bambang Palasara
diucapkan. Prabu Sentanu memilih akan muncul dengan menggendong
mempunyai keturunan dan merobohkan anak bayi hasil hubungan merka berdua.
nilai bawalaksana yang selama ini Oleh karena itu pada saat Prabu Sentanu
dijunjung tinggi oleh setiap pemimpin (yang wajah dan penampilan mirip
atau raja yang baik. Sebagai akibatnya dengan Bambang Palasara) muncul
Dewi Gangga kembali ke Kayangan, digelanggang sayembara menggendong
karena tak mau lagi menjadi istri bayi Dewa Brata, Dengan serta merta
seorang raja yang tak kuat memegang Dewi Durgandini, menjatuhkan pilihan
janji. Kemudian Dewi Gangga kembali kepadanya. Akan tetapi setelah peserta
ke Kayangan dan meninggalkan Prabu itu mendekat untuk memperoleh
Sentanu bersama anak laki-lakinya yang kalungan bunga (tanda terpilih), Dewi
diberi nama Dewa Brata. Yang perlu Durgandhini terperanjat bukan main
dicermati dan dicatat adalah, semula karena peserta itu ternyata bukan
Prabu Sentanu dapat memegang dan Bambang Palasara. Dan berbarengan
mempertahankan prinsip bawalaksana, dengan itu muncullah Bambang
namun pada penghujungnya prinsip Palasara yang menggendong bayi, anak
bawalaksana itu runtuh dan tidak dapat mereka berdua yang diberi nama
dipertahankan lagi, lantaran hasrat atau Bambang Abiyasa atau Wiyasa. Tetapi
keinginannya yang besar untuk kata telah diucapkan dan sebagai Putri
mendapatkan putra atau keturunan. raja yang baik. Dewi Durgandini harus
bawalaksana. Ia tak dapat menarik
d) Dewi Durgandini kembali kesanggupan untuk menjadi
istri Prabu Sentanu. Akan tetapi ia
belum diboyong ke Astina dan
mengajukan permintaan agar kelak ia
dijemput oleh anak laki-laki yang dalam
gendongan Prabu Sentanu itu. Berarti
Prabu Sentanu masih harus menunggu
bertahun-tahun lamanya.

e) Raden Dewa Brata (Bisma)


Setelah beberapa selang waktu
setelah Dewi Gangga kembali ke
Dewi Durgandini disebut juga sebagai kayangan, Prabu Sentanu melamar putri
Dewi Lara Amis. Dewi Durgandini cantik dari kerajaan Wiratha yang
Keteladanan Tokoh Pewayangan Dalam Penerapan Prinsip Bawalaksana
Sebagai Implementasi Nilai-Nilai Karakter Bangsa
46
Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume VI, No 2, Juli 2017

f) Puntadewa (Pandhawa)

bernama Dewi Durgandini. Akhir


cerita Dewi Durgandini bersedia
menjadi Istri Prabu Sentanu dengan Yudistira atau Puntadewa adalah
syarat Dewa Brata yang harus putra tertua pasangan Pandu dan Kunti,
menjemputnya. Permintaan itu raja dan ratu dari kalangan Dinasti
disanggupi oleh Prabu Sentanu hingga Kuru, dengan pusat pemerintahan di
saatnya Raden Dewa Brata menjemput Hastinapura. Kitab Mahabharata bagian
ibunya dari kerajaan Wiratha pindah ke pertama (Adiparwa) mengisahkan
kerajaan Astina. Dewi Durgandini tentang kutukan yang dialami Pandu
mengajukan syarat kepada Dewa Brata setelah membunuh brahmana bernama
(Bisma), ia mau diboyong saat itu ke Resi Kindama tanpa sengaja. Brahmana
Astina asal Dewa Brata berjanji bahwa itu terkena panah Pandu ketika ia dan
ia merelakan tahta kerajaan Astina istrinya sedang bersanggama dalam
kepada anak-anak yang akan lair dari wujud sepasang rusa. Menjelang ajalnya
Dewi Durgandini. Di sini situasi yang tiba, Resi Kindama sempat mengutuk
dihadapi Bisma hampir sama dengan Pandu bahwa kelak ia akan mati ketika
yang dihadapi Sri Rama. Bedanya bersetubuh dengan istrinya. Dengan
adalah bahwa Rama telah terikat oleh penuh penyesalan, Pandu meninggalkan
janji yang pernah diucapkan ayahnya. takhta Hastinapura dan memulai hidup
Sedangkan Dewa Brata sebenarnya sebagai pertapa di hutan untuk
masih bebas, belum terikat janji apapun. mengurangi hawa nafsu. Kedua istrinya,
Akan tetapi sebagai anak yang berbakti yaitu Kunti dan Madri dengan setia
kepada orang tua ( dan itu memang mengikutinya. Setelah lama tidak
salah satu nilai luhur yang dijunjung dikaruniai keturunan, Pandu
tinggi dalam budaya jawa yang terpateri mengutarakan niatnya untuk memiliki
dalam ungkapan ” mikul dhuwur anak. Kunti yang menguasai mantra
mendhem jero”. Ia merelakan haknya Adityahredaya segera mewujudkan
itu kepada Dewi Durgandini. keinginan suaminya. Mantra tersebut
adalah ilmu pemanggil dewa untuk
mendapatkan putera. Dengan
menggunakan mantra itu, Kunti berhasil
mendatangkan Dewa Dharma dan
Keteladanan Tokoh Pewayangan Dalam Penerapan Prinsip Bawalaksana
Sebagai Implementasi Nilai-Nilai Karakter Bangsa
47
Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume VI, No 2, Juli 2017

mendapatkan anugerah putra darinya (modifikasi dari kata dehra-dron, guci


tanpa melalui persetubuhan. Putra tanah liat), yang berarti bahwa ia
pertama itu diberi nama Yudistira. (Drona) berkembang bukan di dalam
Dengan demikian, Yudistira menjadi rahim, namun di luar tubuh manusia,
putra sulung Pandu, sebagai hasil yakni dalam Droon (tong atau
pemberian Dharma, yaitu dewa keadilan guci).Kisah kelahiran Drona diceritakan
dan kebijaksanaan. Kisah dalam secara dramatis dalam Mahabharata.[1]
pewayangan Jawa agak berbeda. Bharadwaja pergi bersama
Menurut versi ini, Puntadewa rombongannya menuju Gangga untuk
merupakan anak kandung Pandu yang melakukan penyucian diri. Di sana ia
lahir di istana Hastinapura. Kedatangan melihat bidadari yang sangat cantik
Bhatara Dharma hanya sekadar datang untuk mandi. Sang pendeta
menolong kelahiran Puntadewa dan dikuasai nafsu, menyebabkannya
memberi restu untuknya. Berkat mengeluarkan air mani yang sangat
bantuan dewa tersebut, Puntadewa lahir banyak. Ia mengatur supaya air mani
melalui ubun-ubun Kunti. Dalam tersebut ditampung dalam sebuah pot
pewayangan Jawa, nama Puntadewa yang disebut drona, dan dari cairan
lebih sering dipakai, sedangkan nama tersebut Drona lahir kemudian dirawat.
Yudistira baru digunakan setelah ia Drona kemudian bangga bahwa ia lahir
dewasa dan menjadi raja. Versi ini dari Bharadwaja tanpa pernah berada di
melukiskan Puntadewa sebagai seorang dalam rahim. Drona menghabiskan
manusia berdarah putih, yang masa mudanya dalam kemiskinan,
merupakan kiasan bahwa ia adalah namun belajar agama dan militer
sosok berhati suci dan selalu bersama-sama dengan pangeran dari
menegakkan kebenaran. Kerajaan Panchala bernama Drupada.
Drupada dan Drona kemudian menjadi
g) Resi Durna teman dekat dan Drupada, dalam masa
kecilnya yang bahagia, berjanji untuk
memberikan setengah kerajaannya
kepada Drona pada saat menjadi Raja
Panchala.Drona menikahi Krepi, adik
Krepa, guru di keraton Hastinapura.
Krepi dan Drona memiliki putera
bernama Aswatama.

h) Adipati Karna
(Dewanagari) alias Radeya
(Dewanagari: Rādheya) adalah nama
Raja Angga dalam wiracarita
Dilahirkan dalam keluarga brahmana Mahabharata. Ia menjadi pendukung
(kaum pendeta Hindu). Ia merupakan utama pihak Korawa dalam perang
putera dari pendeta Bharadwaja, lahir di besar melawan Pandawa. Karna
kota yang sekarang disebut Dehradun merupakan kakak tertua dari tiga di
Keteladanan Tokoh Pewayangan Dalam Penerapan Prinsip Bawalaksana
Sebagai Implementasi Nilai-Nilai Karakter Bangsa
48
Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume VI, No 2, Juli 2017

Karna dan Arjuna kemudian bersama-


sama menumpas pemberontakan
Kalakarna raja Awangga, seorang
bawahan Duryodana. Atas jasanya itu,
Duryodana merelakan Surtikanti
menjadi istri Karna, bahkan Karna pun
diangkat sebagai raja Awangga
menggantikan Kalakarna. Dari
perkawinan itu lahir dua orang putra
bernama Warsasena dan Warsakusuma.
Adapun versi Mahabharata menyebut
nama putra Karna adalah Wresasena,
antara lima Pandawa: Yudistira, sedangkan nama istrinya adalah
Bimasena, dan Arjuna. Dalam bagian Wrusali. Perbedaan selanjutnya ialah
akhir perang besar tersebut, Karna pusaka Konta yang diperoleh Karna
diangkat sebagai panglima pihak bukan anugerah Batara Indra,
Korawa, dan akhirnya gugur di tangan melainkan dari Batara Guru. Menurut
Arjuna. Dalam Mahabharata versi ini Senjata Konta disebut dengan
diceritakan bahwa Karna menjunjung nama Kuntawijayadanu, sebenarnya
tinggi nilai-nilai kesatria. Meski akan diberikan kepada Arjuna yang saat
angkuh, ia juga seorang dermawan yang itu sedang bertapa mencari pusaka
murah hati, terutama kepada fakir untuk memotong tali pusar
miskin dan kaum brahmana. Menurut keponakannya, yaitu Gatotkaca putra
legenda, Karna merupakan pendiri kota Bimasena. Dengan bantuan Batara
Karnal, terletak di negara bagian Surya, Karna berhasil mengelabui
Haryana, India Utara. Dalam Batara Narada yang diutus Batara Guru
pewayangan Jawa, terdapat beberapa untuk menemui Arjuna. Surya yang
perbedaan mengenai kisah hidup Karna menciptakan suasana remang-remang
dibandingkan dengan versi aslinya. membuat Narada mengira Karna adalah
Menurut versi ini, Karna mengetahui Arjuna. Ia pun memberikan
jati dirinya bukan dari Kresna, Kuntawijaya kepadanya. Setelah
melainkan dari Batara Narada. menyadari kekeliruannya, Narada pun
Dikisahkan bahwa, meskipun Karna pergi dan menemukan Arjuna yang asli.
mengabdi pada Duryodana, namun ia Arjuna berusaha merebut Kuntawijaya
berani menculik calon istri pemimpin dari tangan Karna. Setelah melewati
Korawa tersebut yang bernama pertarungan, Arjuna hanya berhasil
Surtikanti putri Salya. Keduanya merebut sarung pusaka itu saja.
memang terlibat hubungan asmara. Meskipun demikian, sarung tersebut
Orang yang bisa menangkap Karna terbuat dari kayu Mastaba yang bisa
tidak lain adalah Arjuna. Pertarungan digunakan untuk memotong tali pusar
keduanya kemudian dilerai oleh Narada Gatotkaca. Anehnya, sarung Kunta
dengan menceritakan kisah kemudian masuk ke dalam perut
pembuangan Karna sewaktu bayi dulu. Gatotkaca menambah kekuatan bayi
Keteladanan Tokoh Pewayangan Dalam Penerapan Prinsip Bawalaksana
Sebagai Implementasi Nilai-Nilai Karakter Bangsa
49
Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume VI, No 2, Juli 2017

tersebut. Kelak, Gatotkaca tewas di Namun versi Jawa tidak berakhir begitu
tangan Karna. Kuntawijaya musnah saja. Keris pusaka Karna yang bernama
karena masuk ke dalam perut Kaladite tiba-tiba melesat ke arah leher
Gatotkaca, sebagai pertanda bersatunya Arjuna. Arjuna pun menangkisnya
kembali pusaka dengan sarung menggunakan keris Kalanadah,
pembungkusnya. Menurut versi Jawa, peninggalan Gatotkaca. Kedua pusaka
pusaka pemberian Indra bukan bernama itu pun musnah bersama. Surtikanti
Konta, melainkan bernama Badaltulak. datang ke Kurusetra bersama Adirata.
Sama dengan versi aslinya, pusaka ini Melihat suaminya gugur, Surtikanti pun
diperoleh Karna setelah pakaian bunuh diri di hadapan Arjuna. Adirata
perangnya diminta oleh Indra.Karna sedih dan berteriak menantang Arjuna.
versi Jawa sudah mengetahui bahwa ia Bimasena muncul menghardik ayah
adalah kakak tiri para Pandawa sejak angkat Karna tersebut sehingga lari
awal, yaitu menjelang perkawinannya ketakutan. Namun malangnya, Adirata
dengan Surtikanti. Jadi, kedatangan terjatuh dan meninggal seketika.
Kresna menemuinya sewaktu menjadi
duta ke Hastinapura bukan untuk i) Patih Suwandha
membuka jati dirinya, namun hanya
untuk memintanya agar bergabung
dengan Pandawa. Karna menolak
dengan alasan sebagai seorang kesatria,
ia harus menepati janji bahwa ia akan
selalu setia kepada Duryodana. Kresna
terus mendesak bahwa dharma seorang
kesatria yang lebih utama adalah
menumpas angkara murka. Dengan
membela Duryodana, berarti Karna
membela angkara murka. Karena terus
didesak, Karna terpaksa membuka
rahasia bahwa ia tetap membela Korawa Patih Suwanda atau Bambang
supaya bisa menghasut Duryodana agar Sumantri (nama ketika waktu kecil )
berani berperang melawan Pandawa. Ia yaitu tokoh pewayangan dari epos
yakin bahwa angkara murka di Arjuna Sasrabahu. Berdasarkan carita
Hastinapura akan hilang bersama padhalangan, Bambang Sumantri itu
kematian Duryodana, dan yang bisa anak dari Begawan Suwandageni di
membunuhnya hanya para Pandawa. pertapaan Adi Sekar. Bambang
Karna yakin bahwa jika perang meletus, Sumantri itu wujudnya satriya bagus,
dirinya pasti ikut menjadi korban. lincah dalam menggunakansenjata, sakti
Namun, ia telah bertekad untuk mandra guna. Dia punya adik satu
menyediakan diri sebagai tumbal demi yang jelek parasnya tapi kesaktiannya
kebahagiaan adik-adiknya, para luar biasa, yang bernama Bambang
Pandawa. Dalam perang tersebut Karna Suka Srana. Bambang Sumantri ingin
akhirnya tewas di tangan Arjuna. sekali mengabdi kepda Raja di Maespati
Keteladanan Tokoh Pewayangan Dalam Penerapan Prinsip Bawalaksana
Sebagai Implementasi Nilai-Nilai Karakter Bangsa
50
Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume VI, No 2, Juli 2017

yang bernama Arjuna Sasrabau. Yang menjadi murid Resi Drona di


terakhir keinginannya bisa terwujud Padepokan Sukalima, ia juga menjadi
dari pertolongan adiknya yaitu murid Resi Padmanaba dari Pertapaan
Bambang Suka Srana yang bisa Untarayana. Arjuna pernah menjadi
memutari Taman Sriwedari pergi ke brahmana di Goa Mintaraga, bergelar
Kraton Maespati dengan tujuan mau Bagawan Ciptaning. Ia dijadikan
mengabdi tadi. Arti cerita, selama kesatria unggulan para dewa untuk
mengabdi di Maespati, Bambang membinasakan Prabu Niwatakawaca,
Sumantri itu tidak mengingakari perkara raja raksasa dari negara Manimantaka.
apapun sehingga pengabdiannya bisa Atas jasanya itu, Arjuna dinobatkan
berhasil dan terlaksana. Satu, sebagai raja di Kahyangan Dewa Indra,
kepandaian dan pengabdian terhadap bergelar Prabu Karitin. dan mendapat
negara dan keahlian menggunakan anugrah pusaka-pusaka sakti dari para
senja. Dua, harta dan kekayaan yang dewa, antara lain: Gendewa (dari
dimiliki ketika mengabdi kepada raja. Bhatara Indra), Panah Ardadadali (dari
Tiga, Mau yang berarti Bambang Bhatara Kuwera), Panah Cundamanik
Sumantri memilikikeberanian untuk (dari Bhatara Narada). Setelah perang
membela yang baik dan benar. yang Bharatayuddha, Arjuna menjadi raja di
dijalankan tanpa rasa malu-malu. Negara Banakeling, bekas kerajaan
Jayadrata. Arjuna memiliki sifat cerdik
j) Arjuna dan pandai, pendiam, teliti, sopan-
santun, berani dan suka melindungi
yang lemah. Ia memimpin Kadipaten
Madukara, dalam wilayah negara
Amarta. Ia adalah petarung tanpa
tanding di medan laga, meski bertubuh
ramping berparas rupawan sebagaimana
seorang dara, berhati lembut meski
berkemauan baja, kesatria dengan
segudang istri dan kekasih meski
mampu melakukan tapa yang paling
berat, seorang kesatria dengan kesetiaan
terhadap keluarga yang mendalam tapi
Arjuna merupakan seorang kemudian mampu memaksa dirinya
tokoh ternama dalam dunia pewayangan sendiri untuk membunuh saudara
dalam budaya Jawa Baru. Beberapa ciri tirinya. Bagi generasi tua Jawa, dia
khas Arjuna versi pewayangan mungkin adalah perwujudan lelaki seutuhnya.
berbeda dengan ciri khas Arjuna dalam Sangat berbeda dengan Yudistira, dia
kitab Mahābhārata versi India dengan sangat menikmati hidup di dunia.
bahasa Sanskerta. Dalam dunia Petualangan cintanya senantiasa
pewayangan, Arjuna digambarkan memukau orang Jawa, tetapi secara
sebagai seorang kesatria yang gemar aneh dia sepenuhnya berbeda dengan
berkelana, bertapa, dan berguru. Selain Don Juan yang selalu mengejar wanita.
Keteladanan Tokoh Pewayangan Dalam Penerapan Prinsip Bawalaksana
Sebagai Implementasi Nilai-Nilai Karakter Bangsa
51
Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume VI, No 2, Juli 2017

Konon Arjuna begitu halus dan tampan N Nama Sikap Bawa Laksana
O Tokoh Positif Negatif
sosoknya sehingga para puteri begitu, Pewayanga
juga para dayang, akan segera n
1 Prabu Memegang Melanggar
menawarkan diri mereka. Merekalah Dasarata prinsip bawa prinsip
laksana
yang mendapat kehormatan, bukan keadilan dan
kemanusiaan
Arjuna. Ia sangat berbeda dengan Keluarga dan
rakyat
Wrekudara. Dia menampilkan tenteram

keanggunan tubuh dan kelembutan hati 2 Raden Sri Memegang -


yang begitu dihargai oleh orang Jawa Rama prinsip bawa
laksana
berbagai generasi. Arjuna juga memiliki
rakyat
pusaka-pusaka sakti lainnya, atara lain: tenteram
Keris Kiai Kalanadah diberikan pada Berkorban
Gatotkaca saat mempersunting Dewi untuk
kemuliaan
Pergiwa (putra Arjuna), Panah Sangkali orang tua,
rakyat dan
(dari Resi Drona), Panah Candranila, negara
Panah Sirsha, Panah Kiai Sarotama,
3 Prabu Semula Konflik
Panah Pasupati (dari Batara Guru), Sentanu memegang keluarga dan
Panah Naracabala, Panah prinsip bawa terjadi
laksana, perceraian
Ardhadhedhali, Keris Kiai Baruna, karena tergoda
Keris Pulanggeni (diberikan pada oleh rasa ingin
punya
Abimanyu), Terompet Dewanata, Cupu keturunan
berisi minyak Jayengkaton (pemberian akhirnya
ingkar janji.
Bagawan Wilawuk dari pertapaan 4 Dewi Memegang
Pringcendani) dan Kuda Ciptawilaha Durgandhini prinsip bawa -
laksana
dengan Cambuk Kiai Pamuk.
Sedangkan ajian yang dimiliki Arjuna 5 Raden Dewa Memegang -
Brata prinsip bawa
antara lain: Panglimunan, (Bisma) laksana
Tunggengmaya, Sepiangin, Mayabumi, rakyat
Pengasih dan Asmaragama. Arjuna tenteram
Berkorban
juga memiliki pakaian yang untuk
kemuliaan
melambangkan kebesaran, yaitu orang tua,
rakyat dan
Kampuh atau Kain Limarsawo, Ikat negara
Pinggang Limarkatanggi, Gelung 6 Puntadewa Berhati suci -
(Yudhistira) atau
Minangkara, Kalung Candrakanta dan bersih/baik
hati
Cincin Mustika Ampal (dahulunya
milik Prabu Ekalaya, raja negara Selalu
menegakkan
Paranggelung). kebenaran

Berdasarkan pada keterangan dan Seorang yang


penyabar dan
paparan tersebut di atas, kiranya dapat bawalaksan
diklasifikasikan sikap positif dan negatif 7 Bambang Menepati janji -
Kumbayana dan
dari masing-masing tokoh pewayangan (Resi Durna) menjunjung
tinggi kata-
di bawah ini : kata yang
diucapkannya

Keteladanan Tokoh Pewayangan Dalam Penerapan Prinsip Bawalaksana


Sebagai Implementasi Nilai-Nilai Karakter Bangsa
52
Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume VI, No 2, Juli 2017

berpegang
pelaksanaannya ke delapan belas nilai
teguh pada karakter tersebut adalah :
janji dan
prinsip yang 1. Religius 10.Semangat kebangsaan
diucapkan
8 Adipati Pemberani Tega terhadap
2. Jujur 11. Cinta tanah air
Karna saudaranya 3. Toleransi 12. Menghargai prestasi
Dedikasi dan sendiri gara-
komitmen atas
gara
4. Disiplin 13. Bersahabat
apa yang dia
ucapkan dan kekuasaan 5. Kerja keras 14. Cinta damai
mengemban diangkat jadi
tugas sebagai senapati
6. Kreatif 15. Gemar membaca
pemmpin andalan 7. Mandiri 16. Peduli lingkungan
perang kurawa
8. Demokrastis17. Puduli sosial
Jujur.
9 Patih Pandai dan Mengingkari
9. Rasa ingin tahu18. Tanggung jawab
Suwanda memiliki janji terhadap
(Raden kemampuan adiknya
Sumantri)
sifat Dalam penerapan nilai-nilai
pemberani Adanya
pamrih besar karakter bangsa yang berpendidikan
Memiliki yang budaya, bawalaksana merupakan salah
keterampilan menyebabka
yang luar n mudah lupa satu contoh implementasi pendidikan
biasa dalam terhadap
pengembanga prinsip- karakter yang harus di pegang oleh para
n karakter prinsip yang
mendasar penguasa, para pemimpin atau raja
dalam memimpin negara. Disamping itu
10 Arjuna cerdik dan -
pula juga ada sisi dalam konteks
pandai, karakter bangsa yang berbudaya
pendiam, teliti,
sopan-santun, pendidikan, bawalaksana itu tidak
berani.
cukup sekedar menepati janji yang telah
suka diucapkannya, tetapi yang lebih penting
melindungi
yang lemah juga harus ada cara-cara dan metode
lain untuk menutupi segala kekurangan
dan kelemahan yang mungkin muncul
2. Bawalaksa sebagai dari prinsip bawalakasana, yaitu prinsip
Implementasi Nilai-Nilai musyawarah untuk mencapai mufakat
Karakter Bangsa serta keterbukaan dan jaminan keadilan
dalam perspektif Pendidikan
Bangsa yang berkarakter adalah
Kewarganegaraan. Namun dalam
sebuah bangsa yang memegang teguh
pelaksanaannya di lapangan terkadang
nilai-nilai karakter baik dalam konteks
terjadi kesalah pahaman dalam
pembahasan dalam Bahasa Indonesia
prosesnya, walaupun hasil akhirnya
maupun bahasa jawa. Nilai-nilai
harus tetap menghormati dan
karakter bangsa dalam kajian umum
menjunjung tinggi segala bentuk
bahasa indonesia, dalam hal ini
keputusan yang disepakati bersama
dituangkan ada 18 Nilai karakter yang
secara terbuka. Prinsip bawalaksana
perlu diintegrasikan dan di laksanakan
dalam penekanan prinsip
dalam kehidupan bermasyarakat,
pengembangan karakter bangsa yang
berbangsa dan bernegara. Dalam
berpendidikan budaya lebih ditekankan
pada teguh memegang janji yang
Keteladanan Tokoh Pewayangan Dalam Penerapan Prinsip Bawalaksana
Sebagai Implementasi Nilai-Nilai Karakter Bangsa
53
Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume VI, No 2, Juli 2017

diucapkan oleh para pemimpin, para penguasa, para pemimpin atau


penguasa atau raja. Dalam hal ini janji raja dalam memimpin negara
apapun yang diutarakan harus dipenuhi 5. Dalam penerapan nilai-nilai
atau ditepati. Semakin sifat karakter bangsa yang berbudaya
bawalaksananya rapuh, tingkat pendidikan, bawalaksana itu tidak
kepercayaan masyarakat atau rakyat cukup sekedar menepati janji yang
akan semakin merosot atau menurun telah diucapkannya, tetapi yang
bahkan kepercayaan itu bisa hilang. lebih penting juga harus ada cara-
Pemenuhan janji terhadap siapapun cara dan metode lain untuk
hukumnya wajib, apalagi sebagai menutupi segala kekurangan dan
seorang ksatria ataupun pemimpin dan kelemahan yang mungkin muncul
raja/penguasa. walaupun terkadang dari prinsip bawalakasana, yaitu
benturan dengan nilai, norma ataupun prinsip musyawarah untuk
kebiasaan yang tumbuh dan mencapai mufakat serta
berkembang dalam kehidupan keterbukaan dan jaminan keadilan
masyarakat pada umumnya. dalam perspektif Pendidikan
Kewarganegaraan.
C. Kesimpulan
Berdasarkan pada uraian dan kajian
di atas, kiranya dapat saya kemukakan DAFTAR PUSTAKA
kesimpulan sebagai berikut :
1. Prinsip bawalaksana berarti Sujamto, Sabda Pandhita Ratu,
menepati janji apa yang telah Semarang:Effhar dan Dahara Prize,
dikatakannya, dalam bahasa jawa 1990
dikenal dengan istilah netepi apa Http://digilib.uinsuka.ac.id/8223/1/MA
kang dadi oedjare. RDJOKO%20IDRIS%20BAWA%20LA
2. Prinsip bawalaksana merupakan KSANA%20DALAM
prinsip atau sifat yang dijunjung %20PERSPEKTIF%20ISLAM pdf
tinggi oleh para raja dan ksatria, dikunjungi tanggal 29 April 2016
utamanya dalam menjaga https://id.wikipedia.org/wiki/Drona
kehormatan dan harga diri dalam dikunjungi tanggal 09 Juni 2016
kehidupan bermasyarakat, https://id.wikipedia.org/wiki/Karna,
berbangsa dan bernegara. dikunjungi tanggal 09 Juni 2016
3. Di dalam implementasinya di https://id.wikipedia.org/wiki/Yudhistira,
lapangan prinsip bawalaksana, dikunjungi tanggal 09 Juni 2016
terkadang berbenturan dengan nilai- https://id.wikipedia.org/wiki/Arjuna,
nilai keadilan dan kebenaran. dikunjungi tanggal 09 Juni 2016
4. Dalam penerapan nilai-nilai
karakter bangsa yang
berpendidikan budaya, *) Anton Suwito, S.Pd.
bawalaksana merupakan salah satu Guru PPKn SMA Negeri 1 Lasem
contoh implementasi pendidikan
karakter yang harus di pegang oleh
Keteladanan Tokoh Pewayangan Dalam Penerapan Prinsip Bawalaksana
Sebagai Implementasi Nilai-Nilai Karakter Bangsa
54

Anda mungkin juga menyukai