Anda di halaman 1dari 17

FILSAFAT MODERN

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah


“Pengantar Filsafat”

Dosen Pengampu:
Ali Said, M.HI

Disusun Oleh:

Muhammad Robeth Dinak (2393044070)


Aqil Muhammad (2393044140)
Mahdiyyah I’zzatul Ummah (2393044125)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS HASYIM ASY’ARI
TEBUIRENG JOMBANG
2023

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “FILSAFAT
MODERN”.

Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini tidak lepas dari dukungan berbagai
pihak. Oleh karena itu penulis ucapkan terimakasih kepada Bapak Ali Said, M.HI selaku
dosen pengampu mata kuliah Pengantar Filsafat dan juga semua pihak yang telah
memberikan kontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.

Sebagai penulis, kami menyadai bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari
penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam makalah ini, karena keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman kami. Oleh karena itu, kami dengan rendah hati menerima
saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah kami.

Jombang, 30 Oktober 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................2
C. Tujuan Penelitian.........................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3
A. Pengertian Filsafat Modern..........................................................................3
B. Sejarah Filsafat Modern...............................................................................3
C. Tokoh dan Pemikiran Filsafat Modern........................................................4
1. Rene’ Descartes.....................................................................................4
2. Baruch de Spinoza.................................................................................4
3. Leibniz....................................................................................................5
4. John Locke.............................................................................................5
5. David Hume...........................................................................................5
6. Georg W.F. Hegel..................................................................................6
7. Immanuel Kant.......................................................................................6
8. Soren Kierkegaard.................................................................................7
9. Karl Marx...............................................................................................8
10. Friedrich Nietzsche..............................................................................10
11. Schopenhauer.......................................................................................10
12. Edmund Husserl...................................................................................10

BAB III PENUTUP...............................................................................................12


A. Kesimpulan................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................13

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Nama “Filsafat” dan “Filsuf” berasal dari kata-kata Yunani Philosophia dan
Philosophos. Menurut bentuk kata, seorang Philosophos adalah seorang “pecinta
kebijaksanaan”. Ada tradisi kuno yang mengatakan bahwa nama “filsuf” (Philosophos)
untuk pertama kalinya dalam sejarah dipergunakan oleh Pythagoras (abad ke-6 SM).
Tetapi kesaksian sejarah tentang kehidupan dan aktivitas Pythagoras demikian
tercampur dengan legenda-legenda sehingga sering kali kebenaran tidak dapat
dibedakan dari reka-rekaan saja. Demikian halnya juga dengan hikayat yang
mengisahkan bahwa nama “filsuf” ditemukan oleh Pythagoras. Yang pasti ialah bahwa
dalam kalangan Sokrates dan Plato (abad ke-5 SM) nama “filsafat” dan “filsuf” sudah
lazim dipakai. Dalam dialog Plato yang berjudul Phaidros misalnya kita membaca:
“Nama ‘orang bijaksana’ terlalu luhur untuk memanggil seorang manusia dan lebih
cocok untuk seorang dewa. Lebih baik ia dipanggil Philosophos, pecinta
kebijaksanaan. Nama ini lebih berpatutan dengan makhluk insani.”1

Istilah “Modern” ini muncul bukan tanpa alasan. Kata ini sebetulnya memiliki
sejarah yang panjang dan menggemparkan, muncul sebagai simbol antitesis,
perlawanan, pemberontakan, dan penolakan terhadap apa yang lampau dan tradisional.
Karenanya, tak heran kalau modern selalu vis a vis tradisional.
Dalam sejarah peradaban Yunani dan Arab abad pertengahan ada sebagian
kelompok yang menyebut diri sebagai kelompok modern sebagai simbol resistensi
generasi tua yang didalam tradisi Arab disebut sebagai mutaakhirun tang artinya sama
dengan modern.2
Ada bebrapa kriteria pemikiran yang bisa disebut “Modern”. Pada umumnya
kriteria modern itu adalah apabila ada sesuatu yang baru, lain dengan biasanya, berada
dan bahkan bertentangan dengan kebiasaan-kebiasaan, tradisi atau adat istiadat
termasuk adat keagamaan. Oleh karena itu, sesuatu bisa disebut “Modern” apabila ada
gerakan atau dinamika untuk menolak atau meninggalkan hal-hal yang dianggap
sebagai masa lalu dan menganut hal-hal yang dianggap baru.
Pada zaman modern ada periode yang disebut Renaissance (“kelahiran

1
K. Bertens, Sejarah Filsafat Yunani, (Daerah Istimewa Yogyakarta: PT. Kanisius, 2018), Hal 1-2
2
Ali Maksum, Pengantar Filsafat dari Masa Klasik hingga Postmodernisme, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. 2019), Hal. 95

1
kembali”). Kebudayaan klasik warisan Yunani-Romawi dicermati dan dihidupkan
kembali; seni dan filsafat mencari inspirasi dari sana. Ada tiga filsuf penting hidup di
masa Renaissance ini, yaitu Niccolo Machiavelli, Thomas Hobbes dan Francis Bacon.3

B. RUMUSAN MASALAH
1) Bagaimana pengertian filsafat modern?
2) Bagaimana sejarah filsafat modern?
3) Siapa saja tokoh filsafat modern dan bagaimana model pemikirannya?

C. TUJUAN PENELITIAN
1) Menjelaskan definisi dari filsafat modern
2) Memaparkan sejarah adanya filsafat modern
3) Memaparkan tokoh-tokoh filsafat modern beserta pemikirannya

3
Ibid, Hal. 96

2
BAB II

PEMBAHASAN

A) PENGERTIAN FILSAFAT MODERN

Istilah modern sebuah kata yang memiliki sejarah yang panjang dan
menggemparkan, munculnya sebagai simbol antitesis, perlawanan, pemberontakan, dan
penolakan terhadap apa yang lampau dan tradisional. Kriteria modern adalah apabila ada
sesuatu yang baru, lain dengan biasanya, berada dan bahkan bertentangan dengan kebisaan–
kebiasaan, tradisiaonal adat termasuk adat keagamaan. Oleh karena itu sesuatu yang disebut
“modern” apabila ada gerakan atau dinamika untuk menolak atau meninggalkan hal–hal
yang dianggap sebagai masa lalu dan menganut hal–hal yang dianggap baru.4
Para filsuf zaman modern juga menegaskan bahwa pengetahuan tidak berasal dari
kitab suci atau ajaran agama, tidak juga dari penguasa, tetapi dari diri manusia sendiri. 5
B) SEJARAH FILSAFAT MODERN
Waktu munculnya filsafat modern adalah abad ke-17 hingga awal abad ke-20 di
Eropa Barat dan Amerika Utara. Filsafat Modern ini pun dimulai sejak munculnya
rasionalisme lewat pemikiran Descartes, seorang filsuf terkemuka pada zaman Modern.6
Pada zaman filsafat modern sebagian orang menganggap bahwa filsafat modern
hanyalah perluasan filsafat renaissance. Namun kenyataannya pemikiran ilmiah pada zaman
ini membawa manusia lebih maju. Manusia maju dengan langkah raksasa. Dari zaman uap
sampai zaman listrik, lalu ke zaman atom, elektron, radio, televisi, robot dan zaman ruang
angkasa. Selain itu ada beberapa perbedaan antara masa modern dengan masa pertengahan,
yaitu yang pertama, berkurangnya cengkraman kekuasaan gereja, dan yang kedua bertambah
kuatnya otoritas ilmu pengetahuan.7
Pemahaman terhadap filsafat modern berlangsung sampai kontemporer atau
pascamodern karena tidak mudah untuk membuat penggolongan. Tampaknya, para filosof
modern lebih individualitas dengan menampilkan individualitasnya masing-masing. Hal ini
merupakan hal yang sukar bagi mereka yang baru mengenal dan mempelajarinya. Oleh
karena itu, untuk mempermudah mengenal dan mempelajarinya, filsafat modern dibagi

4
Ali Maksum, Pengantar Filsafat dari Masa Klasik hingga Postmodernisme, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. 2019), Hal. 95 -
96
5
Ibid, Hal. 106
6
Wikipedia.com Filsafat Modern
7
Atang Abdul Hakim dan Beni Ahmad Saebani, Filsafat Umum dari Meteologi sampai Teofilosofi, (Bandung:
Pustaka Media, 2008), Hal. 79

3
menjadi beberapa kelompok, yaitu:
1) Rasionalisme, empirisme, kritisisme;
2) Dialektika, idealisme, dan dialektika materialisme;
3) Fenomenologi, dan eksistensialisme; serta
4) Filsafat kontemporer dan pascamodernisme.8
Pada masa Modern terjadi perkembangan yang pesat pada bidang ekonomi. Hal
ini terlihat dari kota-kota yang berkembang menjadi pusat perdagangan, pertukaran
barang, kegiatan ekonomi monoter, dan perbankan. Kaum kelas menengah melakukan
upaya untuk bangkit dari keterpurukan dengan mengembangkan suatu kebebasan
tertentu. Kebebasan ini berkaitan dengan syarat-syarat dasar kehidupan. Segala macam
barang kebutuhan bisa dibeli dengan uang. Makanisme pasar pun sudah mulai
mengambil peranan penting untuk menuntut manusia untuk rajin, cerdik, dan cerdas.9

C) TOKOH DAN PEMIKIRAN FILSAFAT MODERN


1. Rene’ Descartes (1596-1650 M)
René Descartes lahir di La Haye, Prancis, 31 Maret 1596 dan meninggal di
Stockholm, Swedia, 11 Februari 1650. Descartes biasa dikenal sebagai Cartesius. Ia
adalah seorang filsuf dan matematikawan Prancis. Karyanya yang terpenting ialah
Discours de la méthode (1637) dan Meditationes de prima Philosophia (1641).
Descarres menerima 3 realitas atau substansi bawaan yang sudah ada sejak kita
lahir, yaitu (1) realitas pikiran (res cogitan), (2) realitas perluasan (res extensa, extention
atau materi, dan (3) Tuhan (sebagai wujud yang seluruhnya sempurna, penyebab
sempurna dari kedua realitas itu). Pikiran sesungguhnya adalah kesadaran, tidak
mengambil ruang dan tak dapat dibagi-bagi menjadi bagian yang lebih kecil. Materi
adalah keluasan, mengambil tempat dan dapat dibagi-bagi, dan tak memiliki kesadaran.
Kedua substansi berasal dari Tuhan. sebab hanya Tuhan sajalah yang ada tanpa
tergantung pada apa pun.10
2. Baruch de Spinoza (1632-1677)
Baruch de Spinoza merupakan filsuf Belanda yang fenomenal setelah dia
menggugat salah satu pemikiran Descartes mengenai apa sesungguhnya dunia ini?
Sebagai keturunan Yahudi yang berpikiran bebas, ia kerap ditentang oleh sahabat-
sahabatnya yang berpikiran ortodoks, hingga akhirnya ia dibuang dan dikucilkan. Meski

8
Ibid, Hal. 82
9
Wikipedia.com, Filsafat Modern.
10
Ali Maksum, Pengantar Filsafat dari Masa Klasik hingga Postmodernisme, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. 2019), Hal. 107-
108

4
begitu, buah pikirannya cukup mengagumkan bagi banyak orang yang menaruh
perhatian terhadap kajian filsafat dan ilmu pengetahuan.
Karya utama Spinoza adalah Ethics. Secara umum, buku Spinoza tersebut
menggunakan merode Cartesian dan berusaha membuat hipotesis mengenal kehidupan
ini bahwa ada dan hanya satu substansi dengan banyak sifat yang tak terbatas
jumlahnya. Dalam konteks ini. manusia dan Tuhan adalah satu substansi meski
berbeda.11
3. Leibnis (1646-1716 M)
Leibniz lahir di Jerman. Nama lengkapnya Gottfried Wilhelm von Leibniz. Sama
halnya Spinoza, Leibniz termasuk pengagum sekaligus pengkritik Descartes, Baginya, dia
khawatir tentang kehidupan dan bagaimana menjalani hidup. Tetapi berbeda dengan
Spinoza yang kesepian, ia justru termasuk orang yang kaya raya 123 (jet-setter) dan
dipuja.
Leibniz juga dikenal sebagai penemu kalkulus bersama Newton. Ia adalah
ilmuwan, pengacara, sejarawan, akademisi, ahli logika, ahli bahasa, dan teolog. Bagi
Leibniz, filsafat adalah hobi yang berkesinambungan dan ia terlibat dalam diskusi
filosofis dan melakukan korespondensi sepanjanguuyh hidupnya bersama para filsuf di
zamannya.12
4. John Locke (1632-1704 M)
John Locke adalah tokoh pembawa gerbong aliran empirisme dalam filsafat.
Yakni, sebuah aliran yang mengimani bahwa semua pikiran dan gagasan manusia berasal
dari sesuatu yang didapat melalui indra atau pengalaman. Locke labir di Inggris pada 29
Agustus 1632 dan meninggal pada 28 Oktober 1704 M.
Adapun yang membedakan Locke dengan lainnya adalah karakter pemikirannya
yang empiris dibangun atas dasar tunggal dan serbaguna. Semua pengalaman
(pengetahuan), kata Locke, berawal dari pengalaman. Pengalaman memberi kita sensasi-
sensasi. Dari sensasi ini kita memperoleh berbagai macam ide baru yang lebih kompleks.
Dan pikiran kita terpengaruh oleh perasaan dan refleksi. Kendati Locke berbeda
pandangan dengan filsuf lain, namun Locke juga menerima metafora sentral Cartesian,
pembedaan antara pikiran dan tubuh. Terbukti, dia memandang bahwa pengetahuan
pertama-tama berkenaan dengan pemeriksaan pikiran.13
5. David Hume (1711-1776)

11
Ibid, Hal. 110
12
Ibid, Hal. 111
13
Ibid, Hal. 112

5
Pada David Hume-lah aliran empirisme memuncak. Empiris mendasarkan
pengetahuan bersumber pada pengalaman, bukan rasio. memilih pengalaman sebagai
sumber utama pengetahuan. Pengalaman itu dape bersifat lahiriah (yang menyangkut
dunia) dan dapat pula bersifat batiniah (yang menyangkut pribadi manusia). Oleh karena
itu, pengenalan indriawi merupakan bentuk pengenalan yang paling jelas dan
sempurna.14
Hume adalah pelopor para empirisis, yang percaya bahwa seluruh pengetahuan
tentang dunia berasal dari indra. Menurut Hume, ada batasan- batasan yang tegas
tentang bagaimana kesimpulan dapat diambil melalui persepsi indra kita.15
6. Georg W.F. Hegel (1770-1831 M)
Nama lengkap Hegel adalah Georg Wilhelm Friedrich Hegel. Ia lahir di Jerman
pada 27 Agustus 1770 dan meninggal pada 14 November 1831 M. Di masa kecilnya, ia
sering membaca literatur, surat kabar, esai filsafat, dan tulisan-tulisan tentang berbagai
topik lainnya. Masa kanak-kanaknya yang rajin membaca mungkin disebabkan oleh
ibunya yang luar biasa progresif dan aktif mengasuh perkembangan intelektual anak-
anaknya.
Keluarga Hegel adalah sebuah keluarga yang mapan Stuttgart. Ayahnya adalah
seorang pegawai negeri dalam administrasi pemerintahan di Württemberg. Hegel adalah
seorang anak sakit-sakitan dan hampir meninggal dunia karena cacar sebelum mencapai
usia enam tahun, tetapi akhirnya sembuh dan sehat. Hubungannya dengan kakak
perempuannya, Christiane, sangat erat, dan tetap akrab di sepanjang hidupnya.16
Secara filosofis, Hegel memberi sumbangsih besar melebihi Kant. Ia telah
memperkaya suatu dimensi filsafat baru bagi usaha-usaha pengembangan ilmu filsafat,
yakni tentang sejarahnya. Hingga kini ide tentang filsafat sejarah semua filsuf
belakangan boleh dikatakan berkiblat kepadanya. Buku yang paling membuatnya
dikenal adalah buku pertamanya tersebut. Buku itu berisi tentang perjalanan panjang
yang membawa kita dari konsepsi yang paling dasar hingga yang paling rumit mengenai
ketidaksadaran manusia. Tujuan buku ini adalah untuk mencapai kebenaran absolut.
Lebih dari itu, perhatian buku Phenomenology adalah mengenai hakikat ruh dan geist.
Dan barangkali inilah yang dimaksudkan sebagai kebenaran absolut itu. 17
7. Immanuel Kant (1724-1804 M)
Immanuel Kant lahir di Jerman, tepatnya di wilayah Königsberg pada 22 April
14
Ibid, Hal. 114
15
Ibid, Hal. 116
16
Ibid, Hal. 116
17
Ibid, Hal. 117

6
1724-12 Februari 1804 M. Kant dikenal sebagai salah seorang filsuf eksistensialis
Jerman yang berpengaruh dan produktif menulis banyak buku. Karyanya yang
terpenting adalah Kritik der Reinen Vernunft, 1781. Dalam buku ini ia “membatasi
pengetahuan manusia" atau “apa yang bisa diketahui manusia.” Di dalamnya ia
memberikan tiga pertanyaan: Apa yang bisa kuketahui? Apa yang harus kulakukan? Apa
yang bisa kuharapkan?
Pertanyaan ini dijawab sebagai berikut: Apa-apa yang bisa diketahui hanyalah
yang dipersepsi dengan pancaindra. Lain dari itu merupakan "ilusi” saja, hanyalah ide.
Semua yang harus dilakukan manusia harus bisa diangkat menjadi sebuah peraturan
umum. Hal ini disebut dengan istilah "imperatif kategoris". Contoh: orang sebaiknya
jangan mencuri, sebab apabila hal ini diangkat menjadi peraturan umum, maka apabila
semua orang mencuri, masyarakat tidak akan jalan. Yang bisa diharapkan manusia
ditentukan oleh akal budinya. Inilah yang memutuskan pengharapan manusia. Ketiga
pertanyaan di atas bisa digabung dan ditambahkan menjadi pertanyaan keempat: "Apa
itu manusia?"
Belakangan, Immanuel Kant lebih dikenal sebagai tokoh kritisisme. Filsafat
kritis yang ditampilkannya bertujuan untuk menjembatani pertentangan antar kaum
rasionalisme dengan kaum empirisisme. Bagi Kant, baik rasionalisme maupun
empirisisme belum berhasil membimbing kita untuk memperoleh pengetahuan yang
pasti, berlaku umum dan terbukti dengan jelas. Kedua aliran itu memiliki kelemahan
yang justru merupakan kebaikan bagi kelanjutan masing-masing.18
Bagi Kant, pengetahuan yang dihasilkan oleh kaum rasionalisme tecermin dalam
putusan yang bersifat analistik-apriori yaitu suatu bentuk putusan dimana predikat sudah
termasuk dengan sendirinya ke dalam subjek. Sedangkan di pengetahuan yang
dihasilkan oleh kaum empirisisme itu tecermin dalam putusan yang bersifat sintetik-
aposteriori, yaitu suatu bentuk putusan di mana predikat belum termasuk ke dalam
subjek.
Dengan melihat kebaikan sekaligus kelemahan yang terdapat di antara dua
putusan tersebut, Kant memadukan keduanya dalam suatu bentuk putusan yang sintetik-
apriori, yaitu suatu putusan yang bersifat umum universal dan pasti. Kant menunjuk
pada tiga bidang sebagai tahapan yang harus dilalui yakni bidang indriawi, akal, dan
rasio.19
8. Soren Kierkegaard (1818-1855)
18
Ibid, Hal. 120
19
Ibid, Hal. 120-121

7
Kierkegaard dikenal sebagai kritikus Hegel selain Schopenhauer. la lahir di
Kopenhagen, Denmark pada 1818 M. Kierkegaard terkenal sebagai bapak
eksistensialisme. Ia lahir ketika ayahnya berusia 56 tahun dan ibunya 44 tahun. Masa
kecilnya ia habiskan di perusahaan ayahnya. Ia belajar teologi di Universitas
Kopenhagen.20
Secara umum, Filsafat Kierkegaard mengunggulkan sang individu dan
keberlainan Tuhan yang mendalam. Dalam mendefinisikan kesadaran baru agama
Kristen, Kierkegaard memberi penafsiran agak spektakuler dibanding para pemikir pada
umumnya mengenai eksistensi. Ia juga menegaskan pentingnya hasrat yang kuat, pilihan
bebas, dan ketentuan diri dalam pertentangannya dengan pemikiran filsafat rasionalis
yang popular di daerahnya pada masa itu.
Inti pemikiran filsafat Kierkegaard selain mendasarkan pada individu juga ingin
menegaskan jalan hidupnya pada ajaran agama Kristen yang dibedakannya dengan ironi
yang besar dan kerap menyindir dari keyakinan lunak pegangan sosial umat Kristen.21
9. Karl Marx (1818-1883 M)
Karl Marx lahir di Trier, Jerman pada 1818, dari kalangan keluarga ruhaniwan
Yahudi. Ayahnya, Heinrich Marx, adalah seorang pengacara ternama dan termasuk
golongan menengah di kota itu. Sementara ibunya adalah putri seorang pendeta Belanda
yang juga berbangsa Yahudi. Tahun 1935, saat berusia 17 tahun, Marx menamatkan
sekolah menengah (Gymnasium) di Traves. Kemudian, atas kemauan ayahnya yang
tidak bisa ditolaknya, ia masuk Fakultas Hukum Universitas Bonn selama satu tahun.
Kemudian ia mempelajari filsafat dan sejarah di Universitas Berlin. Periode yang dilalui
tersebut dalam sejarah kefilsafatan lazim dikenal dengan sebutan periode Marx Muda. 22
Pemikiran Marx sangat kompleks, Berikut ini diuraikan beberapa pemikirannya
yang sangat penting;
1) Materialisme historis dan materialisme dialektika
Materialisme historis adalah pandangan ekonomi terhadap sejarah (economic
interpretation of history). Materialisme dialektika adalah sesuatu yang terjadi di dunia
nyata atau dunia materi seperti yang terjadi di dunia abstrak, yaitu pikiran manusia.
Prinsip dasar teori materialisme adalah “bukan kesadaran manusia yang menentukan
keadaan sosial, tetapi sebaliknya keadaan sosiallah yang menentukan kesadaran
manusia.23
20
Ibid, Hal. 125
21
Ibid, Hal. 126
22
Ibid, Hal. 129-130
23
Ibid, Hal. 130

8
2) Teori kelas
Marx berpandangan bahwa sejarah masyarakat manusia merupakan sejarah
perjuangan kelas. Menurut Marx, perkembangan pembagian kerja dalam kapitalisme
menumbuhkan 2 kelas yang berbeda: 1. kelas yang terdiri atas orang yang menguasai
alat produksi, yang dinamakan kaum borjuis. 2. kelas sosial gejala khas masyarakat
pasca–feodal.24
3) Teori nilai
Teori yang terdiri dari empat subteori, yaitu: 1. Teori tentang nilai pekerjaan, 2.
Teori tentang nilai tenaga kerja, 3. Teori tentang nilai lebih, dan 4. Teori tentang laba. 25
4) Mode of production
Mode of production adalah kombinasi kekuatan–kekuatan produksi (tenaga buruh,
mesin, bangunan, materi, dan tanah), relasi sosial dan teknik produksi (kepemilikan,
kekuasaan, aset-aset produktif masyarakat), dan relasi antara kelas–kelas sosial.26
5) bangunan bawah dan bangunan atas (base and superstructure)
Basis ditentukan oleh 2 faktor: tenaga–tenaga produktif, dan hubungan-
hubungan produksi. Tenaga-tenaga produktif adalah kekuatan-kekuatan yang dipakai
oleh masyarakat untuk mengerjakan dan mengubah alam.
Sementara superstructure (bangunan atas) terdiri dari dua unsur, yaitu tatanan
institusional dan tatanan kesadaran kolektif, yang dalam bahasa Marxisme disebut
"bangunan atas ideologis". Tatanan institusional adalah segala macam lembaga yang
mengatur kehidupan bersama masyarakat di luar bidang produksi seperti sistem
pendidikan, sistem kesehatan masyarakat, sistem hukum, dan negara. Sedangkan tatanan
kesadaran kolektif memuat segala macam sistem kepercayaan, norma-norma dan nilai
yang memberikan kerangka pengertian, makna, dan orientasi spiritual.27
6) Alienasi
Alienasi merupakan proses konkretisasi hakikat batin manusia yang kemudian
menjadi barang mati, dan menceraikan manusia yang satu dari yang lain. Menurut Marx,
bekerja seharusnya merupakan perealisasian diri manusia sehingga bekerja pasti
menggembirakan. Bagi kebanyakan orang, dan khususnya bagi para buruh industri
dalam sistem kapitalis, pekerjaan tidak merealisasikan hakikat manusia melainkan justru
mengasingkan manusia.28

24
Ibid, Hal. 131-132
25
Ibid, Hal. 133
26
Ibid, Hal. 134
27
Ibid, Hal. 134
28
Ibid, Hal. 135

9
10. Friedrich Nietzche (1844-1900 M)
Nietzsche memiliki nama lengkap Friedrich Wilhelm Nietzsche. la lahir di
Röcken, Jerman pada 15 Oktober 1844 dan meninggal di Weimar, 25 Agustus 1900 M.
Orangtuanya adalah pendeta Lutheran yang bernama Carl Ludwig Nietzsche (1813-
1849). Ia diberi nama tersebut untuk menghormati kaisar Prusia Friedrich Wilhelm IV
yang memiliki tanggal lahir yang sama dengannya. Setelah kematian ayahnya pada 1849
dan adik laki-lakinya, Ludwig Joseph (1848-1850), keluarga ini pindah ke Naumburg
dekat Saale. Nietzsche dikenal sebagai seorang filsuf Jerman dan seorang ahli ilmu
filologi yang meneliti teks-teks kuno.
Filsafat Nietzsche adalah filsafat cara memandang 'kebenaran’ atau dikenal
dengan istilah filsafat perspektivisme. Nietzsche juga dikenal sebagai "sang pembunuh
Tuhan" (dalam Also Sprach Zarathustra). Ia memprovokasi dan mengkritik kebudayaan
Barat di zamannya (dengan peninjauan ulang semua nilai dan tradisi atau Umwertung
aller Werten) yang sebagian besar dipengaruhi oleh pemikiran Plato dan tradisi
kekristenan (keduanya mengacu kepada paradigma kehidupan setelah kematian,
sehingga menurutnya anti dan pesimis terhadap kehidupan).29
11. Schopenhauer (1788-860 M)
Filsuf yang dikenal sebagai romantikus filsafat barat tetapi bertemu filsafat
Timur adalah Schopenhauer. Ia juga dikenal sebagai pesimisme dan gayanya yang
kurang ramah. Schopenhauer mamakai pembedaan Kant antara dunia noumena dengan
fenomena untuk menjelaskan sumber ketidaktahuan manusia.
Bagi Schopenhauer, dunia fenomena itu adalah dunia ilusi. Sejauh kita
menganggap diri kita sebagai bagian dunia tersebut, kita tidak mengetahui realitas
mendalam yang mendasarinya, realitas noumena, benda dalam dirinya sendiri.30
12. Edmund Husserl (1859-1938)
Edmund Husserl lahir pada 1859 di Prossnitz dan meninggal pada 1938 di
Freiburg, Breisgau. Ia adalah filsuf Jerman keturunan Yahudi. Masa muda dilaluinya
antara lain dengan belajar astronomi dan matematika di Leipzig dan Berlin tempat ia
memperoleh gelar doktor dalam bidang matematika. Dari tahun 1884 sampai 1886 ia
mengikuti kuliah Brentano di Wina. Di situ ia bertekad untuk menekuni filsafat.
Akhirnya ia menjadi dosen di Halle, Goetingen, dan Freiburg.31
Edmund Husserl menjadi pelopor filsafat fenomenologi. Fenome atau

29
Ibid, Hal. 143
30
Ibid, Hal. 159-160
31
Ibid, Hal. 161

10
fenomenologi memiliki arti "gejala semua atau lawan bendanya sendi (penampakan)".
Menurut para pengikut fenomenologi, satu fenomena tidak selalu harus dapat diamati
dengan indra. Sebab, fenomena dapat juga dilihat atau ditilik secara ruhani, tanpa
melewati indra, fenomena tidak perlu suatu peristiwa. Menurut para pengikut filsafat
fenomenologi, fenomena adalah "apa yang menampakkan diri lawan dirinya sendiri".32

32
Ibid, Hal. 162

11
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Istilah modern sebuah kata yang memiliki sejarah yang panjang dan
menggemparkan, munculnya sebagai simbol antitesis, perlawanan, pemberontakan, dan
penolakan terhadap apa yang lampau dan tradisional. Waktu munculnya filsafat modern
adalah abad ke-17 hingga awal abad ke-20 di Eropa Barat dan Amerika Utara. Filsafat
Modern ini pun dimulai sejak munculnya rasionalisme lewat pemikiran Rene’ Descartes,
seorang filsuf terkemuka pada zaman Modern. Tokoh Filsafat Modern lainnya adalah
Baruch de Spinoza, Leibnis, John Locke, dan David Hume.

12
DAFTAR PUSTAKA

Bertens K. Sejarah Filsafat Yunani. Daerah Istimewa Yogyakarta: PT. Kanisius, 2018.

Maksum, Ali. Pengantar Filsafat dari Masa Klasik hingga Postmodernisme. Yogyakarta:
Ar-Ruzz Media, 2019.

Abdul Hakim, Atang. dan Ahmad Saebani, Beni. Filsafat Umum dari Meteologi sampai
Teofilosofi, Bandung: Pustaka Media, 2008.

Wikipedia.com Filsafat Modern.

13
14

Anda mungkin juga menyukai