Anda di halaman 1dari 8

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA


BENIGN PROSTATIC HYPEROLASIA (BPH)

DI SUSUN OLEH :
FENI SABRINA
1810201101

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA
2021/2022
1. DATA DEMOGRAFI
Nama (Initial) : Tn.W
Usia/Tanggal lahir : 58 Tahun/14-06-1962
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : -
Suku : Jawa
Status perkawinan : Kawin
Agama : Islam
Pekerjaan : Sol sepatu
Diagnose medic : Benign Prostatic Hyperolasia (BPH)
No. RM : 1035.xxxx
Tanggal masuk RS : 24 Juli 2020
Tanggal pengkajian : 25 Juli 2020
Keluhan utama : Pasien mengatakan nyeri dan terasa panas saat BAK
2. RIWAYAT KESEHATAN
a) Riwayat Kesehatan Sekarang
Sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluh sakit saat BAK sejak hari kamis tanggal
23 Juli 2020, pasien mengatakan nyeri dan terasa panas saat BAK, kemudian pasien
pergi ke Rumah Sakit PKU Bantul bersama anaknya untuk mencari pengobatan.
Pasien masuk ke Rumah Sakit PKU Bantul pada tanggal 24 Juli 2020 jam 13.04 WIB.
Pasien dilakukan operasi pada tanggal 25 Juli 2020 pukul 12.00 WIB
P: Post operasi TURP
Q: di tusuk-tusuk
R: Saluran kencing
S: Skala 6 (rentang skala 1-10)
T: Hilang timbul
b) Riwayat Kesehatan Lalu
Pasien mengatakan dahulu pernah operasi 4 kali.
1. Pada tahun 2013 pasien melakukan 2 sekaligus dalam satu waktu operasi batu
ginjal dan operasi hernia di Rumah Sakit Jebukan RSUD Bantul.
2. Pada tahun 2019 pada bulan Agustus pasien melakukan operasi 2 sekaligus dalam
satu waktu operasi hernia sebelah kiri dan sebelah kanan di Rumah Sakit PKU Bantul.
3. Pada tahun 2020 tanggal 25 Juli pukul 12.00 WIB pasien melakukan operasi
Benign Prostatic Hyperplasia.
c) Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit keluarga seperti: Diabetes,
hipertensi, kolestrol, asam urat, dan tidak memiliki penyakit yang sama diderita oleh
pasien atau penyakit lainnya.
3. RIWAYAT PSIKOSOSIAL
a) Kehidupan Sosial
Hubungan peran pasien dengan mertua kurang harmonis, pasien mengatakan
kalau mertuanya sangat galak dan tidak adil dalam pembagian warisan pasien
mengatakan kalau dahulu pasien pernah di lempar batu oleh mertuanya karena tidak
mendapat uang untuk makan, pasien mengatakan masih tinggal bersama mertuanya
karena tidak di berikan rumah oleh mertuanya sedangkan adik dari istrinya diberikan
rumah. Tetangga pasien baik, komunikasi sehari-hari dengan bahasa Jawa, selama
pasien di RS pasien selalu ditemani oleh suami dari anak yang sudah dirawatnya sejak
kecil. Selama di RS pasien bersikap baik dengan teman tetangga kamarnya, dan
tenaga kesehatan.
b) Riwayat Spiritual
Pasien mengatakan selalu menjalankan sholat saat di rumah tetapi saat di RS
pasien tidak melakukan kewajiban sholat 5 waktu.
4. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum pasien : Keadaan baik, kesadaran composmetis , GCS
E4V5M6, pasien berpakaian rapi, pasien berbicara dengan intonasi yang lemah
mrintih kesakitan karena merasakan nyeri.
Tanda-tanda vital :
TD : 110/70 mmHg
N : 82 x/menit
RR : 20 x/menit
S : 36,7 0C
Sistem pernafasan
Hidung : Hidung simetris, tidak terdapat secret, tidak terdapat jejas, tidak
terdapat nafas cuping hidung.
Leher : Teraba kuat nadi karotis, Tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid,
tidak terdapat lesi, bentuk leher simetris.
Dada :
Paru:
I : Terlihat simetris, pengembangan dada tampak simstris, tidak ada
jejas/memar, tidak ada tarikan dinding dada, RR: 20 x/menit
P : taktil fremitus simetris
P : suara paru sonor
A : suara nafas vesikuler
Jantung:
I : pengembangan dada simetris, tidak tampak adanya ictus cardis
P : tidak ada nyeri tekan
P : suara pekak
A : bunyi jantung terdengar lup dub, tidak ada suara tambahan
Bentuk dada : Simetris
Gerakan dada : Tidak terdapat retraksi dinding dada
Suara nafas tambahan : Tidak terdapat suara nafas tambahan
Sistem kardiovaskuler
Konjungtiva : Tidak anemis, bibir pucat
Arteri carotis : Arteri carotis teraba
Capillary retiling time : <2 detik
Sistem pencernaan
Bibir : Tampak kering, pucat
Mulut : Masih mampu untuk menelan, gigi tampak kotor
Abdomen
I : perut tampak datar
A : peristaltic usus 18 x/menit
P : terdapat nyeri tekan
P : timpani
Indera
Mata : Konjungtiva anemis, sclera mata ikterik, tidak terdapat luka ataupun
bengkak
Hidung : Hidung tampak simetris, tidak terdapat secret, tidak terdapat polip
Telinga : Kedua telinga tampak simetris, tidak terdapat luka, tidak ada nyeri
tekan, kedua telinga tampak bersih, pendengaran pasien baik
Sistem saraf
Fungsi cerebral : Orientasi waktu, tempat, dan orang masih baik, pasien masih
bisa dengan jelas menyebutkan waktu, tempat dan orang yang berada disekitarnya.
Daya ingat pasien masih baik
Fungsi cranial
- Test nervus 1 (olfactory): fungsi penciuman pasien masih normal, pasien bisa
mencium bau
- Test nervus II (opticus): penglihatan pasien masih baik, pasien mampu
membedakan macam-macam warna
- Test nervus III,V,VI (Oculomotorus Troclear dan Abducens): pupil masih
mampu merespon cahaya, pasien masih mampu menggerakan bola mata
- Test nervus V (Trigeminus): mampu melakukan reflek kornea
- Test nervus VII (Faclalis): sensasi rasa normal, pasien mampu melakukan
gerakan mengkerutkan dahi, menutup mata, tersenyum
- Test nervus VIII (Acusticus): pendengaran pasien masih baik
- Test nervus IX (Glosopharingeal) dan
- nervus X (Vagus): reflek menelan dan pengecap pasien normal, pada saat
menguap tampak simetris
- Test nervus XI (Accessorius): pasien masih mampu menganggkat bahu dan
mampu menoleh kesamping
- Test nervus XII (Hypoglosus): pasien masih mampu menggerakan lidah saat
menelan normal, tampak simetris
Fungsi motorik : Pasien masih bisa bergerak bebas
Fungsi sensorik : Fungsi sensorik pasieh masih baik, pasien masih dapat
merasakan rangsangan nyeri, getaran, panas atau dingin
Fungsi cerebellum : Fungsi cerebellum pasien tidak terganggu, keseimbangan
dan koordinasi pasien tidak ada masalah, pasien mampu mengangkat kedua
tangannya
Reflek : Reflek anggota tubuh pasien bagian atas, bawah, kanan dan kiri masih
baik.
Sistem integmen
Rambut : Warna hitam terdapat sedikit uban putih
Kulit
Temperature kuli: kulit lembab tidak terdapat luka, tidak ada kemerahan
Kuku : Warna kuku pasien tampak pucat, kuku tampak bersih, capillary revil
kembali <2 detik
5. PATHWAYS

USIA LANJUT

Produksi hormon estrogen & testosteron tdk seimbang

Testosterone Kadar estrogen

Mempengaruhi RNA dlm inti sel Hyperplasia sel stoma pd jaringan

Proliferasi sel2 prostat BPH

Operasi/pembedahan

Insisi prostatektomi

RESIKO
Terputusnya kontinuitas jaringan
INFEKSI

Pelepasan mediator kimiawi


nyeri

NYERI AKUT
NO DIAGNOSA TUJUAN & INTERVENSI RASIONAL
. KEPERAWATAN KRITERIA HASIL
1. Nyeri berhubungan Diharapkan setelah - Lakukan pengkajian nyeri - berguna dalam
dengan gangguan diberikan terapi, nyeri pada pasien pengawasan kemajuan
pada kulit jaringan, klien berkurang bahkan - ajarkan teknik non penyembuhan
traumapembedahan. hilang dengan kriteria farmakologi teknik relaksasi - berguna untuk
hasil skala nyeri 6-3 progresif (PMR) pengurangan nyeri
dan kllien tidak - evaluasi keefektifan dari - mengetahui apakah
gelisah. tindakan PMR selama terapi yang diberikan
pengkajian nyeri dilakukan efektif atau tidak
- beri tahu dokter bila -untuk mengetahui
tindakan tidak berhasil atau tindakan yang akan
jika keluhan pasien berubah dilakukan dalam
signifikan dari nyeri menangani terapi yang
sebelumnya. tidak berhasil.
2. Resiko infeksi b.d Diharapkan resiko - cuci tangan sebelum dan - mencegah perpindahan
insisi post op terjadinya infeksi sesudah kegiatan perawatan bakteri atau virus
tidak terjadi dengan pasien penyebab infeksi
kriteria hasil : - pastikan teknik perawatan - agar mempercepat
-Berkurangnya anda- luka yang tepat penyembuhan dan
tanda peradangan - ajarkan pasien dan mencegah terjadinya
seperti Kemeraha keluarga cara menghindari infeksi
merahan, gatal, panas, infeksi - untuk menghindari
perubahan fungsi, - ajarkan mengenai tanda infeksi
dan gejala infeksi serta -agar mengetahui segera
kapan harusmelaporkannya apabila terjadinya infeksi
kepada perawat. dan mencegah infeksi
bertambah parah.
Nyeri merupakan keluhan tersering yang dialami pasien post Operasi dimana
klien yang mengalami nyeri kurang mampu berpartisipasi dalam aktivitas sehari-hari
dan nyeri yang berat dapat menghambat gaya hidup seseorang apabila tidak segera
diatasi dan teknik relaksasi progresif (PMR) merupakan salah satu teknik yang
digunakan dalam menurunkan nyeri pada pasien khususnya pasien pasca bedah.
Penelitian pada tahun 2019 yang dilakukan oleh Sitti Maryam Bachtiar yang
meneliti tentang pengaruh PMR pada pasien post op BPH mendapatkan hasil bahwa
terdapat perbedaan rata-rata intensitas nyeri sebelum dan sesudah terapi relaksasi
progresif (PMR) pada post operasi BPH (Benigna Prostat Hyperplasia). Hasil
penelitian tersebut menunjang untuk melakukan intervensi yang sama pada pasien
tn.W.

Anda mungkin juga menyukai