Anda di halaman 1dari 18

BAB II

GAMBARAN UMUM ORGANISASI,


KONSEP NILAI –NILAI DASAR ANEKA, KEDUDUKAN
DAN PERAN ASN
2.1 Sejarah Berdirinya RSUD Buton Tengah
Kabupaten Buton Tengah merupakan salah satu dari 17 kabupaten di Provinsi
Sulawesi Tenggara yang yang merupakan pemekaran dari kabupaten buton dan terbentuk
melalui UU Nomor 15 tahun 2014 tentang Pembentukan Kabupaten Buton Tengah di
Provinsi Sulawesi Tenggara dan diresmikan pada tanggal 24 juli 2014 dengan ibukota
Labungkari. Kabupaten Buton Tengah terdiri dari 7 kecamatan, 10 kelurahan dan 67 desa
dengan luas wilayah 958,31 km2 dan jumlah penduduk sebesar 115.121 Jiwa dengan sebaran
penduduk 120 jiwa/km2. (Wikipedia 2017).

Salah satu alasan pemekaran yakni kesulitan akses . maka didoronglah ketersediaan
fasilitas rumah sakit didaerah kabupaten buton tengah yang mulai dipikirkan pemerintahan
buton tengah sejak tahun 2015 yakni dengan mencari wilayah rumah sakit yang akan
didirikan. Berdasarkan kesepakatan dipilihlah wilayah Bombonawulu yang berdasarkan
keputusan bersama yang dihadiri oleh camat GU, para tokoh adat, tokoh
masyarakat dan para pemilik tanah rumpun Bombonawulu diwakilkan oleh ketua
rumpun Bombonawulu (Muhiddin, S.Ag), m e l e p a s k a n sebidang tanah hak milik
rumpun Bombonawulu seluas ± 100000 m1 yang terletak di kelurahan Bombonawulu
dan desa Walando, dengan penerima hibah dinas kesehatan Kabupaten Buton Tengah
(diwakilakan oleh kepala dinas kabupaten Buton Tengan( H. Saharln, Se. Mm) yang akan
digunakan untuk pembangunan rumah sakit umum daerah (RSUD) kabupaten Buton Tengah
untuk kepentingan umum.

7
2.2 Gambaran Umum Organisasi
Kabupaten Buton Tengah merupakan salah satu dari 17 kabupaten di Provinsi
Sulawesi Tenggara yang yang merupakan pemekaran dari kabupaten buton dan terbentuk
melalui UU Nomor 15 tahun 2014 tentang Pembentukan Kabupaten Buton Tengah di
Provinsi Sulawesi Tenggara dan diresmikan pada tanggal 24 juli 2014 dengan ibukota
labungkari. Kabupaten buton tengah terdiri dari 7 kecamatan, 10 kelurahan dan 67 desa
dengan luas wilayah 958,31 km2 dan jumlah penduduk sebesar 115.121 Jiwa dengan sebaran
penduduk 120 jiwa/km2.
Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Buton Tengah merupakan rumah sakit satu-
satunya di Kabupaten Buton Tengah, yang terletak di Ibukota Kabupaten Buton Tengah
(Labungkari), dimana termasuk Rumah Sakit kategori tipe D sesuai dengan peraturan Bupati
Buton Tengah Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Struktur Organisasi, Tugas Pokok, Fungsi dan
Tata Kerja Rumah Sakit Daerah Kabupaten Buton Tengah. Dan Rumah Sakit ini
memberikan pelayanan rawat jalan, Instalasi Gawat Darurat (IGD), Pelayanan Obstetri
Neonatal Emergency Dasar (PONED) dan juga pelayanan rawat inap. Pelayanan rawat jalan
dilengkapi dengan 4 Poliklinik diantaranya Poliklinik Umum, Poliklinik Gigi, Polklinik
Anak, dan Poliklinik Penyakit Dalam. Selain itu, ditunjang dengan unit penunjang
Laboratorium, Farmasi dan Gizi.
Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Buton Tengah memiliki visi : “Mewujudkan
Rumah sakit Umum Daerah Kabupaten Buton Tengah Sebagai Pilihan Utama dan
Pertama Pelayanan Kesehatan Rujukan Bagi Masyarakat Buton Tengah dan
Sekitarnya”
Untuk mewujudkan visi tersebut Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Buton
Tengah menetapkan 4 (empat) misi, sebagai berikut :
2.2.1 Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang prima dan terjangkau oleh
masyarkat.
2.2.2 Meningkatkan kualitas sumber daya dan profesionalisme petugas rumah sakit
melalui pendidikan dan pelatihan
2.2.3 Mengupayakan peningkatan pembangunan fisik Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Buton Tengah secara terus menerus sesuai kebutuhan masyarakat.
2.2.4 Menyelenggakan sistim pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
Buton Tengah yang berdaya guna serta berhasil guna bagi pengembangan
pelayanan dan petugasnya.

8
Dari Visi dan Misi yang telah disebutkan diatas Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
Buton Tengah menetapkan tujuan sebagai berikut:
1.2.1 Tujuan Umum :
Memberikan pelayanan kesehatan paripurna yang berkualitas, dan memuaskan
kepada pasien/pelanggan serta meningkatkan kesejahteraan seluruh pegawai
Rumah Sakit Umum Daerah
1.2.2 Tujuan Khusus :
1.2.2.1 Meningkatkan kualitas dan mempertahankan standar pelayanan rumah
sakit.
1.2.2.2 Mengembangkan pelayanan rumah sakit seiring perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
1.2.2.3 Penyelenggara kegiatan manajemen rumah sakit secara professional,
efisien dan efektif.
1.2.2.4 Terwujudnya kepuasan bekerja sebagai ibadah dan kesejahteraan seluruh
pegawai.
Jumlah tenaga medis dan non medis Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Buton
Tengah sebagai berikut :
Table 2.1
Jumlah Tenaga medis dan nonmedis RSUD Kabupaten Buton
Tengah
NO NAMA JABATAN JUMLAH YANG ADA
1. Dokter Umum 6
2. Dokter Gigi 1
3. Dokter Spesialis Anak 1
4. Dokter Spesialis PenyakitDalam 1
Tenaga
5. P Paramedis (Perawat dan Bidan) 64
6. Tenaga Kefarmasian 8
7. Petugas Radiografer 1
8. Analis Kesehatan 6
9. Petugas Rekam Medis 1
10. Petugas Ahli Gizi 3
11. Tenaga Kesehatan Masyarakat 6
12. Sarjana Ekonomi 2

9
13. D3 Komputer 1
14. Satpam 2
15 Sopir 1
16. Cleaning Service 8

2.3 Visi dan Misi Organisasi


2.3.1 Visi
Mewujudkan Rumah sakit Umum Daerah Kabupaten Buton Tengah Sebagai
Pilihan Utama dan Pertama Pelayanan Kesehatan Rujukan Bagi Masyarakat
Buton Tengah dan Sekitarnya.
2.3.2 Misi
2.3.2.1 Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang prima dan terjangkau oleh
masyarkat.
2.3.2.2 Meningkatkan kualitas sumber daya dan profesionalisme petugas rumah
sakit melalui pendidikan dan pelatihan
2.3.2.3 Mengupayakan peningkatan pembangunan fisik Rumah Sakit Umum
Daerah Kabupaten Buton Tengah secara terus menerus sesuai kebutuhan
masyarakat.
2.3.2.4 Menyelenggakan sistim pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
Buton Tengah yang berdaya guna serta berhasil guna bagi pengembangan
pelayanan dan petugasnya.
2.4 Filosofi, Motto dan Budaya Kerja
2.4.1 Filosofi
Filosofi Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Buton Tengah adalah “Rumah
Sakit Umum Daerah berorientasi sosial dengan tetap memberikan pelayanan
kesehatan paripurna yang berkualitas, dan memuaskan kepada pasien/pelanggan
serta meningkatkan kesejahteraan seluruh pegawai”.
2.4.2 Motto
Motto Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Buton Tengah adalah
"BAKTIKU UNTUKMU" sebagai wujud pelayanan kepada masyarakat.
2.4.3 Budaya Kerja
Budaya Kerja Pelayanan RSUD Kabupaten Buton Tengah kepada masyarakat
disingkat dengan “BEKERJA KERAS”
2.4.3.1 Bersih Lingkunganku

10
2.4.3.2 Elok Pandanganku
2.4.3.3 Kongkrit Orientasiku
2.4.3.4 Efektif Peralatanku
2.4.3.5 Rapi Ruanganku
2.4.3.6 Jujur Sifatku
2.4.3.7 Aman Tindakanku
2.4.3.8 Komprehensif Pengetahuanku
2.4.3.9 Efisien Biayaku
2.4.3.10 Ramah Sikapku
2.4.3.11 Akurat Diagnosaku
2.4.3.12 Sehat Tujuanku
2.5 Struktur Organisasi Rumah Sakit Umum Derah Kabupaten Buton Tengah

11
2.6 Tugas dan Fungsi Perawat Ahli Pertama
Uraian tugas dan fungsi sebagai perawat ahli pertama menurut Peraturan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia nomor
25 tahun 2014 tentang Jabatan Fungsional Perawat dan Angka Kreditnya sebagai
berikut :
2.6.1 melakukan pengkajian keperawatan dasar pada masyarakat;
2.6.2 melakukan pengkajian keperawatan lanjutan pada individu;
2.6.3 melakukan pengkajian keperawatan lanjutan pada keluarga;
2.6.4 memberikan konsultasi data pengkajian keperawatan dasar/lanjut;
2.6.5 merumuskan diagnosa keperawatan pada individu;
2.6.6 membuat prioritas diagnosa keperawatan;
2.6.7 merumuskan tujuan keperawatan pada individu dalam rangka menyusun
rencana tindakan keperawatan;
2.6.8 merumuskan tujuan keperawatan pada keluarga dalam rangka menyusun
rencana tindakan keperawatan;
2.6.9 menetapkan tindakan keperawatan pada individu dalam rangka menyusun
rencana tindakan keperawatan;
2.6.10 menetapkan tindakan keperawatan pada keluarga dalam rangka menyusun
rencana tindakan keperawatan;
2.6.11 melakukan stimulasi tumbuh kembang pada individu dalam rangka
melakukan upaya promotif;
2.6.12 memfasilitasi adaptasi dalam hospitalisasi pada individu dalam rangka
melakukan upaya promotif;
2.6.13 melaksanakan case finding/deteksi dini/ penemuan kasus baru pada individu
dalam rangka melakukan upaya promotif;
2.6.14 melakukan support kepatuhan terhadap intervensi kesehatan pada individu;
2.6.15 melakukan pendidikan kesehatan pada individu pasien;
2.6.16 mengajarkan keluarga untuk meningkatkan kesehatan anggota keluarganya;
2.6.17 mengajarkan teknik kontrol infeksi pada keluarga dengan penyakit menular;
2.6.18 melakukan pendidikan kesehatan pada kelompok;
2.6.19 melakukan peningkatan/ penguatan kemampuan sukarelawan dalam
meningkatkan masalah kesehatan masyarakat dalam rangka melakukan upaya
promotif;
2.6.20 melakukan pendidikan kesehatan pada masyarakat;

12
2.6.21 melakukan manajemen inkontinen urine dalam rangka pemenuhan kebutuhan
eliminasi;
2.6.22 melakukan manajemen inkontinen faecal dalam rangka pemenuhan kebutuhan
eliminasi;
2.6.23 melakukan upaya membuat pasien tidur;
2.6.24 melakukan relaksasi psikologis;
2.6.25 melakukan tatakelola keperawatan perlindungan terhadap pasien dengan
risiko trauma/injury;
2.6.26 melakukan manajemen febrile neutropeni;
2.6.27 melakukan komunikasi terapeutik dalam pemberian asuhan keperawatan;
2.6.28 memfasilitasi pasien dalam pemenuhan kebutuhan spiritual dalam rangka
tindakan keperawatan yang berkaitan dengan ibadah;
2.6.29 melakukan pendampingan pada pasien menjelang ajal (dying care);
2.6.30 memfasilitasi suasana lingkungan yang tenang dan aman;
2.6.31 mengambil sampel darah melalui arteri, pulmonari arteri, cvp dalam rangka
tindakan keperawatan spesifik terkait kasus dan kondisi pasien;
2.6.32 merawat pasien dengan WSD;
2.6.33 memantau pemberian elektrolit kosentrasi tinggi;
2.6.34 melakukan resusitasi bayi baru lahir;
2.6.35 melakukan tatakelola keperawatan pada pasien dengan kemoterapi (pre, intra,
post);
2.6.36 melakukan perawatan luka kanker;
2.6.37 melakukan penatalaksanaan ekstravasasi;
2.6.38 melakukan rehabilitasi mental spiritual pada individu;
2.6.39 melakukan perawatan lanjutan pasca hospitalisasi/bencana dalam rangka
melakukan upaya rehabilitatif pada keluarga;
2.6.40 memberikan perawatan pada pasien menjelang ajal sampai meninggal;
2.6.41 memberikan dukungan dalam proses kehilangan, berduka dan kematian;
2.6.42 melakukan penatalaksanaan manajemen gejala;
2.6.43 melakukan evaluasi tindakan keperawatan pada individu;
2.6.44 memodifikasi rencana asuhan keperawatan;
2.6.45 melakukan dokumentasi perencanaan keperawatan;
2.6.46 melakukan dokumentasi pelaksanaan tindakan keperawatan;
2.6.47 melakukan dokumentasi evaluasi keperawatan;

13
2.6.48 menyusun rencana kegiatan individu perawat;
2.6.49 melakukan preseptorship dan mentorship;
2.6.50 melaksanakan fungsi pengarahan pelaksanaan pelayanan keperawatan sebagai
ketua tim/perawat primer;
2.6.51 melaksanakan kegiatan bantuan/partisipasi kesehatan;
2.6.52 melaksanakan tugas lapangan di bidang kesehatan;
2.6.53 melaksanakan penanggulangan penyakit/ wabah tertentu; dan
2.6.54 melakukan supervisi lapangan.

2.7 Nilai – nilai Dasar ANEKA


Nilai-nilai dasar ANEKA yaitu Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik,
Komitmen Mutu dan Anti Korupsi harus ada di dalam diri seorang ASN. Indikator-
indikator dan nilai-nilai dasar tersebut yaitu:
2.7.1 Akuntabilitas
Akuntabilitas merupakan kewajiban setiap individu, kelompok atau institusi
untuk memenuhi tanggung jawab yang menjadi amanahnya. Seorang ASN
mempunyai amanah yaitu menjamin terwujudnya nilai-nilai publik. Nilai-nilai
publik sebagai berikut:
2.7.1.1 Mampu mengambil pilihan yang tepat dan benar ketika terjadi
konflik kepentingan
2.7.1.2 Memiliki pemahaman dan kesadaran untuk menghindari dan
mencegah keterlibatan PNS dalam politik praktis;
2.7.1.3 Memperlakukan warga negara secara sama dan adil dalam
penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan publik;
2.7.1.4 Menunjukan sikap dan perilaku yang konsisten dan dapat diandalkan
sebagai penyelenggara pemerintahan.

Seorang PNS harus memiliki sikap tanggung jawab dalam menjalankan setiap
tugasnya. Bofens (dalam LAN RI, 2015:10) menyatakan bahwa akuntabilitas publik
memiliki fungsi utama yaitu: Untuk menyediakan kontrol demokratis (peran demokratis),
untuk mencegah korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan (peran konstitusional) dan untuk
meningkatkan efisiensi dan efektivitas (peran belajar).

14
Menurut Widita (2015) dalam menciptakan lingkungan kerja yang akuntabel, ada
beberapa indikator dari nilai-nilai dasar akuntabilitas yang perlu diperhatikan diperhatikan,
antara lain:
2.7.1.1. Kepemimpinan,
Lingkungan yang akuntabel tercipta dari atas ke bawah dimana pimpinan
memainkan peranan yang penting dalam menciptakan lingkungannya.
2.7.1.2 Transparansi
Keterbukaan atas semua tindakan dankebijakan yang dilakukan oleh individu
maupun kelompok/instansi.
2.7.1.3 Integritas
Konsistensi dan keteguhan yang tak tergoyahkan dalam menjunjung tinggi nilai-
nilai luhur dan keyakinan.
2.7.1.4 Tanggung Jawab
Kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatannya yang di sengaja maupun
yang tidak disengaja. Tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan
kesadaran akan kewajiban.
2.7.1.5 Keadilan
Kondisi kebenaran ideal secara moral mengenai sesuatu hal, baik menyangkut
benda atau orang.
2.7.1.6 Kepercayaan
Rasa keadilan akan membawa pada sebuah kepercayaan. Kepercayaan ini yang
akan melahirkan akuntabilitas.
2.7.1.7 Keseimbangan
Untuk mencapai akuntabilitas dalam lingkungan kerja, maka diperlukan
keseimbangan antara akuntabilitas dan kewenangan, serta harapan dan kapasitas.
2.7.1.8 Kejelasan
Pelaksanaan wewenang dan tanggung jawab harus memiliki gambaran
yang jelas tentang apa yang menjadi tujuan dan hasil yang diharapkan.
2.7.1.9 Konsistensi
Sebuah usaha untuk terus dan terus melakukan sesuatu sampai pada tercapai
tujuan akhir.

15
2.7.2 Nasionalisme
Nasionalisme dalam menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah paham
atau ajaran untuk mencintai bangsa dan negara sendiri. Pengertian Nasionalisme dalam arti
sempit adalah suatu sikap yang meninggikan bangsanya sendiri, tanpa menghargai bangsa
lain sebagaimana mestinya. Sedang dalam arti luas yaitu nasionalisme merupakan pandangan
tentang rasa cinta yang wajar terhadap bangsa dan negara dan menghormati bangsa lainnya.
Nasionalisme sangat penting dimiliki oleh setiap ASN. Nilai-nilai yang berorientasi
pada kepentingan publik menjadi nilai dasar yang harus dimiliki oleh setiap pegawai ASN.
Pegawai ASN dapat mempelajari bagaimana aktualisasi sila demi sila dalam Pancasila agar
memiliki karakter yang kuat dengan nasionalisme dan wawasan kebangsaannya. (Widita,
2015)
Dalam UU No. 5 tahun 2014 tentang ASN, salah satu fungsi ASN adalah menjalankan
kebijakan publik. Kebijakan publik diharapkan dapat dilakukan dengan integritas tinggi
dalam melayani publik sehingga dalam menjadi pelayan publik yang profesional. ASN
adalah aparat pelaksana yang melaksanakan segala peraturan perundang-undangan yang
menjadilandasan kebijakan publik untuk mencapai tujuan-tujuan yang ditetapkan. Sebagai
pelayan publik seorang ASN dituntut menjadi profesional untuk menciptakan pelayanan
yang prima.
Selain profesional dan melayani, ASN juga dituntut harus memiliki integritas tinggi
yang merupakan bagian dari kode etik dan kode etika perilaku yang telah diatur dalam
Undang-Undang ASN. Etika-etika dalam kode etik tersebut harus diarahkan pada pilihan-
pilihan yang benar-benar mengutamakan kepentingan masyarakat luas.

2.7.3 Etika Publik


Etika dapat dipahami sebagai sistem penilaian perilaku serta keyakinan untuk
menentukan perbuatan yang pantas guna menjamin adanya perlindungan hak-hak
individu, mencakup cara-cara pengambilan keputusan untuk membantu membedakan hal-
hal yang baik dan buruk serta mengarahkan apa yang seharusnya dilakukan sesuai nila-nilai
yang dianut, Catalano, 1991 (dalam Widita, 2015).
Etika adalah tujuan hidup yang baik bersama dan untuk orang lain di dalam institusi
yang adil (LAN, 2015:8). Dalam kaitannya dengan pelayanan publik, etika publik adalah
refleksi tentang standar/norma yang menentukan baik/buruk, benar/salah perilaku,
tindakan dan keputusan untuk mengarahkan kebijakan publik dalam rangka menjalankan
tanggung jawab pelayanan publik (LAN, 2015:6).

16
Kode etik adalah aturan-aturan yang mengatur tingkah laku dalam suatu kelompok
khusus, sudut pandangnya hanya ditujukan pada hal-hal prinsip dalam bentuk ketentuan-
ketentuan tertulis (LAN, 2015:9). Kode etik profesi dimaksudkan untuk mengatur
tingkah laku/etika suatu kelompok khusus dalam masyarakat melalui ketentuan-ketentuan
tertulis yang diharapkan dapat dipegang teguh oleh sekelompok profesional tertentu.
Berdasarkan undang-undang ASN, kode etik dan kode perilaku ASN yakni sebagai berikut:
2.7.3.1 Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggung jawab, dan berintegritas
tinggi
2.7.3.2 Melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin
2.7.3.3 Melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan
2.7.3.4 Melaksanakan tugasnya sesuai dengan peraturan perundangan yang
berlaku
2.7.3.5 Melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau pejabat yang
berwenang sejauh tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan dan etika pemerintahan
2.7.3.6 Menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan Negara
2.7.3.7 Menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung jawab,
efektif, dan efisien
2.7.3.8 Menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam melaksanakan
tugasnya
2.7.3.9 Memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada pihak lain
yang memerlukan informasi terkait kepentingan kedinasan
2.7.3.10 Tidak menyalahgunakan informasi intern negara, tugas, status, kekuasaan
dan jabatannya untuk mendapat atau mencari keuntungan atau manfaat bagi
diri sendiri atau untuk orang lain
2.7.3.11 Memegang teguh nilai dasar ASN dan selalu menjaga reputasi dan
integritas ASN
2.7.3.12 Melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai disiplin
pegawai ASN.
Untuk itu pelayanan publik yang profesional membutuhkan tidak hanya kompetensi
teknis dan leadership, namun juga kompetensi etika.

17
2.7.4 Komitmen Mutu
LAN RI (2015: 9) menjelaskan bahwa karakteristik utama yang dapat dijadikan dasar
untuk mengukur tingkat efektivitas adalah ketercapaian target yang telah direncanakan, baik
dilihat dari capaian jumlah maupun mutu hasil kerja, sehingga dapat memberi kepuasan,
sedangkan tingkat efisiensi diukur dari penghematan biaya, waktu, tenaga, dan pikiran dalam
menyelesaikan kegiatan. Ada empat indikator dari nilai-nilai dasar komitmen mutu yang
harus diperhatikan, yaitu:
2.7.4.1 Efektif
Efektif adalah berhasil guna, dapat mencapai hasil sesuai dengan target.
Sedangkan efektivitas menunjukkan tingkat ketercapaian target yang telah
direncanakan, baik menyangkut jumlah maupun mutu hasil kerja.
2.7.4.2 Efisien
Efisien adalah berdaya guna, dapat menjalankan tugas dan mencapai hasil
tanpa menimbulkan keborosan.Sedangkan efisiensi merupakan tingkat
ketepatan realiasi penggunaan sumberdaya dan bagaimana pekerjaan
dilaksanakan sehingga dapat diketahui ada tidaknya pemborosan sumber daya,
penyalahgunaan alokasi, penyimpangan prosedur dan mekanisme yang ke
luar alur.
2.7.4.3 Inovasi
novasi Pelayanan Publik adalah hasil pemikiran baru yang konstruktif,
sehingga akan memotivasi setiap individu untuk membangun karakter sebagai
aparatur yang diwujudkan dalam bentuk profesionalisme layanan publik yang
berbeda dari sebelumnya, bukan sekedar menjalankan atau menggugurkan
tugas rutin.
2.7.4.4 Mutu
Mutu mencerminkan nilai keunggulan produk/jasa yang diberikan kepada
pelanggan sesuai dengan kebutuhan dan keinginannya, bahkan melampaui
harapannya.Mutu merupakan salah satu standar yang menjadi dasar untuk
mengukur capaian hasil kerja. Mutu menjadi salah satu alat vital untuk
mempertahankan keberlanjutan organisasi dan menjaga kredibilitas institusi.
Berdasarkan pendapat beberapa ahli maka dapat disimpulkan bahwa mutu
mencerminkan nilai keunggulan produk/jasa yang diberikan kepada pelanggan sesuai dengan
kebutuhan dan keinginan dan bahkan melampaui harapannya.Manajemen mutu harus
dilaksanakan secara terintegrasi, dengan melibatkan seluruh komponen organisasi, untuk

18
senantiasa melakukan perbaikan mutu agar dapat memuaskan pelanggan. Bill Creech (dalam
LAN, 2015) memperkenalkan lima pilar dalam manajemen mutu terpadu yaitu produk,
proses, organisasi, pemimpin dan komitmen.

2.7.5 Anti Korupsi


Kata korupsi berasal dari bahasa latin yaitu Corruptio yang artinya kerusakan,
kebobrokan dan kebusukan. Korupsi sering dikatakan sebagai kejahatan luar biasa, karena
dampaknya yang luar biasa, menyebabkan kerusakan baik dalam ruang lingkup pribadi,
keluarga, masyarakat dan kehidupan yang lebih luas. (Widita, 2015). Ada 9 (sembilan)
indikator dari nilai-nilai dasar anti korupsi yang harus diperhatikan yaitu :
2.7.5.1 Jujur
Seseorang dituntut untuk bisa berkata jujur dan transparan serta tidak berdusta
baik terhadap diri sendiri maupun orang lain, sehingga dapat membentengi
diri terhadap godaan untuk berbuat curang.
2.7.5.2 Peduli
Kepedulian sosial kepada sesama menjadikan seseorang memiliki sifat kasih
sayang. Pribadi dengan jiwa sosial tidak akan tergoda untuk memperkaya diri
sendiri dengan cara yang tidak benar tetapi ia malah berupaya untuk menyisihkan
sebagian penghasilannya untuk membantu sesama.
2.7.5.3 Mandiri
Kemandirian membentuk karakter yang kuat pada diri seseorang menjadi tidak
bergantung terlalu banyak pada orang lain. Mentalitas kemandirian yang dimiliki
seseorang mengoptimalkan daya pikirnya guna bekerja secara efektif. Pribadi
yang mandiri tidak akan menjalin hubungan dengan pihak-pihak yang tidak
bertanggung jawab demi mencapai keuntungan sesaat
2.7.5.4 Disiplin
Disiplin adalah kunci keberhasilan semua orang. Ketekunan dan konsistensi
untuk terus mengembangkan potensi diri membuat seseorang akan selalu mampu
memberdayakan dirinya dalam menjalani tugasnya. Kepatuhan pada prinsip
kebaikan dan kebenaran menjadi pegangan utama dalam bekerja. Seseorang yang
mempunyai pegangan kuat terhadap nilai kedisiplinan tidak akan terjerumus
dalam kemalasan yang mendambakan kekayaan dengan cara yang mudah.

19
2.7.5.5 Tanggung Jawab
Pribadi yang utuh dan mengenal diri dengan baik akan menyadari bahwa
keberadaan dirinya di muka bumi adalah untuk melakukan perbuatan baik
demi kemaslahatan sesama manusia. Segala tindak tanduk dan kegiatan yang
dilakukannya akan dipertanggungjawabkan sepenuhnya kepada Tuhan Yang
Maha Esa, masyarakat, negara, dan bangsanya. Dengan kesadaran seperti ini
maka seseorang tidak akan tergelincir dalam perbuatan tercela dan nista.
2.7.5.6 Keras
Individu beretos kerja akan selalu berupaya meningkatkan kualitas hasil
kerjanya demi terwujudnya kemanfaatan publik yang sebesar-besarnya. Ia
mencurahkan daya pikir dan kemampuannya untuk melaksanakan tugas dan
berkarya dengan sebaik-baiknya.
2.7.5.7 Sederhana
Pribadi yang berintegritas tinggi adalah seseorang yang menyadari kebutuhannya
dan berupaya memenuhi kebutuhannya dengan semestinya tanpa berlebih-
lebihan. Ia tidak tergoda untuk hidup dalam gelimang kemewahan. Kekayaan
utama yang menjadi modal kehidupannya adalah ilmu pengetahuan.
2.7.5.8 Berani
Seseorang yang memiliki karakter kuat akan memiliki keberanian untuk
menyatakan kebenaran dan menolak kebathilan. Ia tidak akan mentolerir adanya
penyimpangan dan berani menyatakan penyangkalan secara tegas. Ia juga berani
berdiri sendirian dalam kebenaran walaupun semua teman-teman sejawatnya
melakukan perbuatan yang menyimpang dari hal yang semestinya.
Adil
2.7.5.9 Pribadi dengan karakter yang baik akan menyadari bahwa apa yang dia terima
sesuai dengan jerih payahnya. Ia tidak akan menuntut untuk mendapatkan lebih
dari apa yang ia sudah upayakan. Bila ia seorang pimpinan maka ia akan
memberi kompensasi yang adil kepada bawahannya sesuai dengan kinerjanya. Ia
juga ingin mewujudkan keadilan dan kemakmuran bagi masyarakat dan
bangsanya.
Kesadaran anti korupsi yang dibangun melalui pendekatan spiritual, dengan selalu
ingat akan tujuan keberadaannya sebagai manusia di muka bumi, dan selalu ingat bahwa
seluruh ruang dan waktu kehidupannya harus dipertanggungjawabkan sehingga dapat
menjadi benteng kuat untuk antikorupsi.

20
2.8 Kedudukan dan Peran ASN
2.8.1 Manajemen ASN
Manejemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan pegawai ASN yang
profesional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik, bersih dari
praktik korupsi, kolusi dan nepotisme.
2.8.1.1 Kedudukan ASN Dalam UU No. 5 Tahun 2014 tentang ASN Berdasarkan
jenisnya, pegawai ASN terdiri atas Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan Pegawai
Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (P3K). Pegawai ASN berkedudukan
sebagai aparatur negara yang menjalankan kebijakan yang ditetapkan oleh
pimpinan instansi pemerintah serta harus bebas dari pengaruh dan intervensi
semua golongan dan partai politik.
2.8.1.2 Peran ASN Untuk menjalankan kedudukan pegawai ASN, maka
pegawai ASN berfungsi dan bertugas sebagai berikut:
2.8.1.2.1 Pelaksana Kebijakan Publik
Untuk itu ASN harus mengutamakan kepentingan publik dan
masyarakat luas dalam menjalankan fungsi dan tugasnya, serta
harus mengutamakan pelayanan yang berorientasi pada
kepentingan public
2.8.1.2.2 Pelayan Publik
Dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai peraturan
perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas
barang, jasa dan/atau pelayanan administratif yang
diselenggarakan oleh penyelenggara pelayanan publik dengan
tujuan kepuasan pelanggan.
2.8.1.2.3 Perekat dan Pemersatu Bangsa
ASN berfungsi, bertugas dan berperan untuk mempererat
persatuan dan kesatuan NKRI. ASN senantiasa setia dan taat
sepenuhnya kepada Pancasila, UUD 1945, negara dan pemerintah.
ASN senantiasa menjunjung tinggi martabat ASN serta senantiasa
mengutamakan kepentingan negara daripada kepentingan diri
sendiri, seseorang dan golongan.
Dalam menjalankan tugas dan kedudukannya harus memperhatikan Kode Etik dan
Kode Perilaku ASN dalam UU No. 5 Tahun 2014 tentang ASN. Kode etik dan kode perilaku
berisi pengaturan perilaku agar pegawai ASN.

21
2.8.1.1 Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggung jawab, dan
berintegritas tinggi;
2.8.1.2 Melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin;
2.8.1.3 Melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan;
2.8.1.4 Melaksanakan tugasnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
2.8.1.5 Melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau pejabat
yang berwenang sejauh tidak bertentangan dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan dan etika pemerintahan;
2.8.1.6 Menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan;
2.8.1.7 Menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung
jawab, efektif, dan efisien;
2.8.1.8 Menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam melaksanakan
tugasnya;
2.8.1.9 Memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada
pihak lain yang memerlukan informasi terkait kepentingan kedinasan;
2.8.1.10 Tidak menyalahgunakan informasi intern negara, tugas, status,
kekuasaan, dan jabatannya untuk mendapat atau mencari keuntungan
atau manfaat bagi diri sendiri atau untuk orang lain;
2.8.1.11 Memegang teguh nilai dasar asn dan selalu menjaga reputasi dan integritas
asn; dan
2.8.1.12 Melaksanakan ketentuan peraturan perundang undangan mengenai disiplin
pegawai ASN.
2.8.2 Whole of Government (WoG)
2.8.2.1 Pengertian Whole of Government (WoG)
Berdasarkan interpretasi analitis dan manifestasi empiris di lapangan
maka WoG didefinisikan sebagai “suatu model pendekatan integratif
fungsional satu atap” yang digunakan untuk mengatasi wicked problems
yang sulit dipecahkan dan diatasi karena berbagai karakteristik atau
keadaan yang melekat antara lain: tidak jelas sebabnya, multi dimensi,
menyangkut perubahan perilaku.
2.8.2.2 Nilai-nilai dasar Whole of Governmen
Nilai-nilai dasar Whole of Government yang harus dimiliki seorang
Aparatur Sipil Negara yaitu:

22
2.8.2.3 Koordinasi
Kompleksitas lembaga membutuhkan koordinasi yang efektif dan
efisien antar lembaga dalam menjalankan kegiatan kelembagaan.
2.8.2.4 Integrasi
Integrasi dilakukan dengan pembauran sebuah sistem antar lembaga
sehingga menjadi kesatuan yang utuh.
2.8.2.5 Sinkronisasi
Sinkronisasi merupakan penyelarasan semua kegiatan/data yang
berasal dari berbagai sumber , dengan menyingkronkan seluruh
sumber tersebut.
2.8.2.6 Simplifikasi Simplikasi merupakan penyederhanaan segala sesuatu
baik terkait data/proses di suatu lembaga untuk mengefisienkan waktu,
tenaga dan biaya.
2.8.3. Pelayanan Publik
2.8.3.1. Konsep Pelayanan Publik
Menurut Keputusan MENPAN Nomor 63 tahun 2003, mengenai pelayanan
yaitu segala kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh penyelenggara
pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan penerima pelayanan
maupun pelaksanaan sesuai ketentuan peraturan perundang- undangan.
2.8.3.2. Nilai-nilai Dasar Pelayanan Publik
Perhatian pemerintah terhadap perbaikan pelayanan kepada masyarakat,
sebenarnya sudah diatur dalam beberapa pedoman, antara lain adalah
Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara (MENPAN)
Nomor 63 Tahun 2003 yang mengemukakan tentang prinsip-prinsip
pelayanan publik sebagai berikut:
2.8.3.3. Kesederhanaan
Prosedur pelayanan publik tidak berbelit-belit, mudah dipahami dan mudah
dilaksanakan.
2.8.3.4. Kejelasan
Persyaratan teknis dan administratif pelayanan publik harus jelas, unit
kerja/pejabat yang berwenang bertanggungjawab dalam memberikan
pelayanan dan penyelesaian persoalan dan pelaksanaan pelayanan publik
serta kejelasan rincian biaya pelayanan publik dan tata cara pembayaran.

23
2.8.3.5. Kepastian
Waktu Pelaksanaan pelayanan Publik dapat diselesaikan dalam kurun waktu
yang telah ditentukan.
2.8.3.6. Akurasi
Produk pelayanan Publik diterima dengan benar, tepat dan sah.
2.8.3.7. Keamanan
Proses dan produk pelayanan Publik memberikan rasa aman dan kepastian
hukum.
2.8.3.8. Tanggung Jawab
Pimpinan penyelenggara pelayanan publik atau pejabat yang ditunjuk
bertanggungjawab atas penyelengaraan pelayanan dan penyelesaian
keluhan/persoalan dalam pelaksanaan pelayanan publik.
2.8.3.9. Kelengkapan Sarana dan Prasarana
Tersedianya sarana dan prasarana kerja, peralatan kerja dan pendukung
lainnya yang memadai termasuk penyediaan sarana teknologi
telekomunikasi dan informatika (telematika).
2.8.3.10. Kemudahan Akses
Tempat dan lokasi serta sarana pelayanan yang memadai, mudah
dijangkau oleh masyarakat, dan dapat me manfaatkan teknologi
telekomunikasi dan informatika.
2.8.3.11. Kedisiplinan, Kesopanan dan Keramahan
Pemberi pelayanan harus bersikap disiplin, sopan dan santun, ramah, serta
memberikan pelayanan dengan ikhlas
2.8.3.12. Kenyamanan
Lingkungan pelayanan harus tertib, teratur, disediakan ruang tunggu yang
nyaman,bersih, rapi, lingkungan yang indah dan sehat serta dilengkapi
dengan fasilitas pendukung pelayanan, seperti parker, toilet, tempat
ibadah, dan lain-lain.

24

Anda mungkin juga menyukai