Pembimbing:
Rini Hartini Rinda A., M.Pd., Ph.D
Oleh:
Rifanza Rachadian Putra
NRP. 20.02.097
2023
LEMBAR PENGESAHAN
Judul : Penanganan Perilaku Malas Klien “WAD” melalui Terapi
Realitas dan Teknik Pengubahan Perilaku di Sentra Handayani Jakarta
NRP : 20.02.097
Pembimbing
Mengetahui
bimbingan, arahan, dukungan serta bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
Bandung.
Institusi.
Timur.
5. Orang Tua dan seluruh keluarga besar yang selalu memberikan doa dan
dukungan.
6. Rekan-rekan anggota kelompok 5 Andi, Adisti, Sara, Saskia, Salma, Eki, Nia,
dan Dimas.
i
Penulis berharap semoga laporan praktikum laboratorium ini secara langsung atau
tidak langsung dapat berguna. Penulis menyadari laporan praktikum institusi ini
masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan masukan
Penulis
ii
DAFTAR ISI
v
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Tabel Identitas Keluarga ....................................................................... 63
vi
BAB I
PENDAHULUAN
langsung dengan landasan teori dan nilai praktik yang telah dipelajari
Rehabilitasi Sosial.
1
pada lembaga milik Kementrian Sosial yaitu Unit Pelaksana Teknis
praktik berbasis institusi dalam dimensi dan perspektif secara lebih luas
Jam yang terdiri dari tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap
2
Selama kegiatan praktikum berbasis institusi akan dilakukan
melaksanakan praktikum.
yang dihadiri oleh jajaran pihak lembaga tempat praktikum dan para
supervisor.
3
permasalahan sosial yang dilaksanakan oleh lembaga layanan
rehabilitasi sosial.
2. Tujuan Khusus
4
i. Meningkatnya pengetahuan, keterampilan dan sikap
3. Manfaat
sosial.
5
1) Menjadi sarana implementasi kurikulum sekaligus menguji
pengembangan kurikulum.
rehabilitasi sosial.
di Jakarta.
atau wali dalam lingkungan sekolah, guru, wali kelas serta dalam
6
D. Waktu dan Lokasi Praktikum
1. Waktu Praktikum
2. Lokasi Praktikum
Jakarta.
E. Pelaksanaan Praktikum
Tahapan pelaksanaan praktikum laboratorium yang dilaksanakan oleh
1. Tahap Persiapan
7
2. Tahap Pra Praktikum
b. Pemebentukan Kelompok
supervisor/dosen pembimbing.
c. Pembekalan Praktikum
8
untuk memahami konten atau isi praktikum laboratorium, juga
3. Tahap Pelaksanaan
sebagai berikut ;
a. Penerimaan
b. Supervisi
c. Kontrak
d. Asesmen
e. Rencana Intervensi
f. Case Conference I
9
g. Pelaksanaan Intervensi
h. Case Conference II
4. Tahap Pengakhiran
a. Terminasi
F. Sistematikan Laporan
BAB I PENDAHULUAN, yang berisi deskripsi praktikum, tujuan dan
manfaat praktikum, sasaran kegiatan praktikum, waktu dan
lokasi praktikum, pelaksanaan praktikum, dan sitematika
Laporan
BAB II TINJAUAN TEORITIS/KONSEPTUAL SASARAN
PELAYANAN/ PERMASALAHAN, yang berisi
pengertian/definisi, karakteristik, masalah sasaran pelayanan
(faktor penyebab, akibat yang ditimbulkan), pelayanan sosial
dalam penanganan masalah
BAB III DESKRIPSI PROGRAM REHABILITASI SOSIAL yang
berisi nama program, tujuan, sasaran program, aktivitas
layanan, metode/teknik yang digunakan, evaluasi layanan,
indikator keberhasilan, hasil asesmen program rehabilitasi
sosial, usulan pengembangan program rehabilitasi sosial
BAB IV DESKRIPSI KASUS, yang berisi menggambarkan identitas
klien, identitas keluarga, menggambarkan pernyataan
rujukan/referral, riwayat masa lalu (social history) klien,
keberfungsian klien (bio, psiko, sosial dan spiritual), kondisi
dan situasi sosial keluarga, gejala masalah dan jenis
permasalahan yang dihadapi, fokus masalah, rumusan
konstelasi dan fakta dominan masalah yang mencakup sebab-
akibat, kemungkinan perkembangan masalah, potensi/sumber
10
dan di akhiri dengan rumusan kebutuhan perubahan dalam
mengatasi fokus masalah klien.
11
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
12
hilang yang dipolakan untuk membetulkan hasil-hasil dari masalah-
masalah emosional dan mengembalikan kemampuan yang hilang.
2. Tujuan Rehabilitasi
Menurut Undang-undang No. 4 Tahun 1997 tentang penyandang
sumber-sumber lainnya.
3. Fungsi Rehabilitasi
Menurut Syafitri (2013), secara medis terdapat empat fungsi
rehabilitasi yaitu kuratif, rehabilitatif, promotif, dan preventif. Adapun
penjelasan fungsi-fungsi tersebut adalah sebagai berikut:
13
b. Rehabilitatif, memberikan layanan yang berfungsi sebagai pemulihan
atau memberi kemampuan pada individu yang mengalami gangguan
koordinasi, gerak motorik, komunikasi, psiko-sosial, Pendidikan.
c. Promotif, memberikan layanan yang berfungsi sebagai upaya
peningkatan kemampuan yang sudah dimiliki dengan harapan
individu yang membutuhkan layanan khusus mengalami peningkatan
menuju kondisi normal secara optimal.
d. Preventif, memberikan layanan pencegahan dari kondisi kecacatan,
agar tidak terjadi kondisi yang lebih parah atau lebih berat. Dengan
adanya fungsi pencegahan terhadap gangguan melalui rehabilitasi
diharapakan individu yang membutuhkan layanan khusus dapat
terhindar dari kecacatan yang lebih berat.
14
5) Pengawasan penyelenggaraan rehabilitasi sosial bagi anak
nakal, korban napza, penyandang cacat dan tuna sosial.
5. Jenis-jenis Rehabilitasi
15
kehidupan masyarakat. Adapun jenis-jenis rehabilitasi tersebut adalah
sebagai berikut:
a. Rehabilitasi Medis
b. Rehabilitasi Pendidikan
c. Rehabilitasi Sosial
16
d. Rehabilitasi Berbasis Masyarakat
e. Rehabilitasi Vokasional
17
Sistem Peradilan Pidana Anak (UU SPPA), yang memuat keseluruhan
proses penyelesaian perkara ABH mulai dari tahap penyelidikan sampai
dengan tahap pembimbingan setelah menjalani pidana. Pada prinsipnya
ABH adalah sebagai korban dari sistem kehidupan manusia itu sendiri.
Apabila proses penanganan ABH tidak dilaksanakan dengan baik dan
benar serta tidak berorientasi pada upaya pemenuhan hak anak menuju
pada kepentingan terbaik baginya, maka masa depan peradaban kehidupan
manusia akan datang sia-sia, karena anak sebagai penerus cita-cita dan
peradaban masa depan telah mengalami cidera kepentingan terbiknya.
19
tentang Pemasyarakatan menyebutkan.“Anak Sipil yaitu anak yang
atas permintaan orang tua atau walinya memperoleh penetapan
pengadilan untuk dididik di LAPAS Anak paling lama sampai
berumur 18 (delapan belas) tahun”.
20
1) Perlakuan secara manusiawi dengan memperhatikan
kebutuhan sesuai dengan umurnya;
2) Pemisahan dari orang dewasa;
3) Pemberian bantuan hukum dan bantuan lain secara efektif;
4) Pemberlakuan kegiatan rekreasional;
5) Pembebasan dari penyiksaan, penghukuman, atau perlakukan
lain yang kejam, tidak manusiawi serta merendahkan
martabat lain yang kejam, tidak manusiawi serta
merendahkan martabat dan derajatnya;
6) Penghindaran dari penangkapan, penahanan atau penjara,
kecuali sebagai upaya terakhir dan dalam waktu yang paling
singkat;
7) Penghindaran dari penjatuhan pidana mati dan/atau pidana
seumur hidup;
8) Pemberian keadilan di muka pengadilan anak yang objektif,
tidak memihak, dan dalam siding yang tertutup untuk umum;
9) Penghindaran dari publikasi atas identitasnya;
10) Pemberian pendampingan Orang Tua/Wali dan orang yang
dipercayai oleh Anak;
11) Pemberian advokasi sosial;
12) Pemberian kehidupan pribadi;
13) Pemberian aksesibilitas, terutama bagi Anak Penyandang
Disabilitas;
14) Pemberian pendidikan;
15) Pemberian pelayanan kesehatan; dan
16) Pemberian hak lain sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Terkait dengan kasus hukum, seperti halnya orang dewasa dan anak-
anak bisa berkedudukan sebagai pelaku (tersangka, terdakwa) maupun
21
sebagai korban. Di dalam kedudukannya sebagai korban, anak bisa
sebagai korban langsung, misalnya sebagai korban pemerkosaan, juga
sebagai korban tidak langsung, contohnya adalah anak terlantar karena
orang tua masuk penjara terlibat kasus narkoba. Di dalam kasus anak
sebagai pelaku, penelitian yang ada menunjukan bahwa kebanyakan anak
yang terlibat sebagai pelaku kejahatan, terutama kriminal memiliki orang
tua yang kurang memiliki keterampilan pengasuhan yang baik (Feldman,
1993). Faktor yang ditemukan beresiko memperbesar kemungkinan
seorang anak terkait dengan tindakan kriminal:
Jenis yang akan ditimbulkan dari Anak Berhadapan dengan Hukum, akan
dijelaskan dibawah ini:
b. Kepolisian
c. Kejaksaan
d. Hakim
e. Pengadilan
24
maupun melangsungkan persidangan pada ruangan khusus bagi
persidangan perkara/tindak pidana anak.
f. Pemasyarakatan
25
potensi yang seseorang dimiliki dan merasa senang (puas) dengan potensi
yang seseorang raih di tempat kerja maupun dalam kehidupan pribadi
(aktualisasi).
Suryati dan Ika menyatakan bahwa saat kita semakin mengenal diri
kita, kita memahami apa yang kita rasakan dan lakukan. Pemahaman itu
akan memberikan kita kesempatan atau kebebasan untuk mengubah hal-
hal yang ingin kita ubah mengenai diri kita dan menciptakan kehidupan
yang kita inginkan. Kesadaran diri memungkinkan kita unuk berhubungan
dengan emosi, pikiran, dan tindakan.
a. Mengenali emosi
26
3) Mengetahui bagaimana perasaan mereka mempengaruhi
kinerja.
4) Mempunyai kesadaran yang menjadi pedoman untuk nilai-
nilai dan sasaran-sasaran mereka.
c. Kepercayaan diri
27
Aspek-aspek tersebut merupakan upaya untuk mengurangi variansi dalam
pendefinisian pengalaman subjektif yang kita sebut dengan kesadaran.
Dari kelima aspek tersebut, ada satu aspek yakni arsitektur yang terlibat
dalam proses fisiologis. Aspek-aspek lainnya terlibat dalam proses-proses
psikologis, semua aspek-aspek ini saling berhubungan antara satu sama
lain dalam menggambarkan kesadaran diri.
c. Arsitektur (Architecture)
28
otomatis sebagai hasil dari pengalaman. Tindakan-tindakan lain
memerlukan intervensi sadar dan kompleks.
1) Kebaruan (Novelty)
2) Kemunculan (Emergency)
Menurut Buss dalam bukunya Tri Dayakisni dan Hudaniah yang berjudul
Psikologis Sosial mengatakan bahwa ada dua jenis kesdaran diri yakni :
30
a. Kesadaran Diri Pribadi
Orang yang memiliki ciri khas kesadaran diri pribadi yang tinggi secara
terus-menerus memusatkan perhatian pada identitas diri mereka dan sangat
perhatian dengan pikiran dan perasaan.
31
keterampilan dalam hubungan kemanusiaan yang membantu individu-
individu, baik-baik secara perorangan maupun kelompok untuk mencapai
kepuasan dan kebebasan sosial dan pribadi. Pelayanan ini biasanya
dikerjakan oleh suatu lembaga sosial atau suatu organisasi yang saling
berhubungan. Sedangkan definisi Allan Pincus dan Anne Minahan dalam
bukunya yang berjudul Social Work Practice, Model and Methode, Allan
Pincus dan Anne Minahan (1973), mengemukakan bahwa pekerjaan sosial
menitikberatkan pada permasalah interaksi manusia dengan lingkungan
sosialnya sehingga mereka mampu melaksanakan tugas-tugas kehidupan,
mengurangi ketegangan, serta mewujudkan aspirasi dan nilai-nilai mereka.
Fokus dari pekerjaan sosial menurut Sllan Picus dan Anne Minahan
sebagaimana tersebut di atas adalah interaksi orang dengan lingkungan
sosial sehingga mampu menyelesaikan tugas kehidupan mereka, mengatasi
kesulitan-kesulitan yang dihadapi, serta mewujudkan aspirasi dan nilai-
nilai mereka. Jadi, pekerja sosial dalam konteks ini melihat masalah yang
dihadapi orang dengan melihat situasi sosial tempat orang tersebut berada
atau terlibat. Artinya, jika dari bagaimana cara orang berinteraksi dengan
lingkungan sosialnya.
32
a. Enabler atau Fasilitator
b. Broker
c. Mediator
33
d. Pendidikan
e. Konselor
Tahap awal, yaitu kontak awal antara pekerja sosial dengan klien
yang berakhir dengan kesepakatan untuk terlibat dalam
keseluruhan proses.
34
c. Planning Intervention (Rencana Intervensi)
d. Intervention (Intervensi)
e. Evaluation (Evaluasi)
f. Termination (Terminasi)
a. Metode Casework
b. Terapi Realitas
36
pengondisian operan yang tidak ketat. Terapi Realitas berlandaskan
premis bahwa ada suatu kebutuhan psikologis tunggal yang hadir
sepanjang hidup, yaitu kebutuhan akan identitas yang mencakup suatu
kebutuhan untuk merasakan keunikan, keterpisahan, dan ketersendirian.
Kebutuhan akan identitas menyebabkan dinamika-dinamika tingkah
laku, dipandang sebagai universal pada semua kebudayaan.
1) Suatu program tersusun secara langkah kecil atau pendek dari tugas
yang dapat dilakukan siswa menuju kepada tugas yang sukar atau
belum dikenal siswa.
2) Belajar yang paling efektif dan efisien bila berperan dalam proses
pengajaran.
37
3) Positive Reinforcement harus segera diberikan untuk mengikuti
tanggapan-tanggapan atau respon yang tepat. Hal ini sebagai
penguat ekstrinsik, misalnya hadiah, pujian, dan ganjaran.
4) Program harus menyediakan bagi pengajaran yang bersifat
individual sehingga siswa mampu belajar sesuai dengan
kemampuannya. Siswa hendak diberi waktu yang cukup sesuai
kebutuhannya untuk dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
5) Evaluasi dilakukan unutk menentukan cara siswa belajar pada
setiap materi pengajaran sehingga menghasilkan suatu catatan
tentang keefektifan dan keefisienan materi tersebut.
Pekerja Sosial yang bekerja pada bidang anak dan keluarga harus
memiliki kompetensi pekerjaan sosial secara umum yang diperoleh dari
Pendidikan tinggi, juga harus memiliki kompetensi khusus untuk bekerja
dengan anak (O’Hagan, 2007; Webb, 2009). Standar kecakapan yang
harus dimiliki diantaranya mengetahui:
38
2. Undang-undang dan kebijakan yang berlaku berkaitan dengan
penanganan anak dan keluarga;
3. Memahami tentang tahapan perkembangan anak dan memiliki
keterampilan;
4. Komunikasi dan improvisasinya;
5. Asesmen, sesuai dengan frame work assessment;
6. Safeguarding, child protection dan bagaimana membedakannya;
7. Melakukan keterampilan analisis kritis secara efektif;
8. Melakukan perencanaan yang efektif;
9. Pencatatan (recording);
10. Bekerja disekitar organisasi; dan
11. Bagaimana menjaga diri sebagai pekerja sosial. (Unwin & Hogg,
dalam Susilowati, E, 2017).
Manual praktik Pekerjaan Sosial dan Hak Anak ini untuk memberikan
stimulasi dan bimbingan kepada pekerja sosial dalam rangka memenuhi
39
Konvensi Hak Anak. Tujuan manual khusus untuk melatih pekerja sosial
yang bekerja pada bidang anak untuk:
40
oleh pengadilan atau proses hukum. Kekuasaan seperti itu harus
dijalankan sesuai dengan kepentingan terbaik anak;
4. Hak anak-anak untuk mengekspresikan pandangan, pendapat
mereka dalam pertimbangan penempatan anak pada pengasuhan
alternatif.
4. Advokasi
5. Kolaborasi
42
6. Menjaga Catatan dan Kerahasiaan Informasi Klien
7. Kompetensi Budaya
8. Asesmen
43
9. Intervensi
13. Supervisi
14. Administrasi
45
keluarganya, dan menciptakan lingkungan bagi dilaksanakannya
supervisi dan aktivitas-aktivitas profesional.
46
2. Faktor-faktor penyebab Malas Belajar
a. Faktor Internal
b. Faktor Eksternal
47
3. Aspek-aspek Perilaku Malas pada Anak
48
BAB III
A. Nama Program
B. Tujuan
1. Meningkatkan Kemandirian
2. Mengurangi Ketergantungan
C. Sasaran Program
1. Individu
2. Keluarga
3. Kelompok dan/atau
4. Komunitas
50
Sasaran ATENSI Memiliki Kriteria:
1. Kemiskinan
2. Ketelantaran
3. Disabilitas
4. Keterpencilan
5. Ketunaan Sosial dan Penyimpangan Perilaku
6. Korban Bencana
7. Korban Tindak Kekerasan, Eksploitasi dan Diskriminasi
D. Aktivitas Layanan
1. ATENSI Residensial
a. Terapi Psikososial
b. Terapi Fisik
c. Terapi Mental Spiritual
d. Keterampilan/Kewirausahaan (Las, Otomotif, Handycraft,
Salon, Sablon, Desain Grafis, Kuliner, Mix Farming dan
Pendingin)
e. SLB-E Handayani
f. Kegiatan Ekstrakurikuler (Band, Menari)
g. Pendampingan dan Advokasi Sosial
2. ATENSI Komunitas
51
d. Komunitas Peduli Anak
3. ATENSI Keluarga
a. Foster Care
b. Dukungan Keluarga
c. Respon Kasus Individu
52
F. Evalusi Layanan
1. Evalusi Proses
layanan, dan apakah ada kecukupan sumber daya yang tersedia untuk
mendukung program.
2. Evaluasi Hasil
53
3. Evaluasi Kepuasan Peserta
4. Evaluasi Keberlanjutan
G. Indikator Keberhasilan
1. Jumlah Peserta
2. Tingkat Pastisipasi
yang ditawarkan. Jika peserta secara aktif terlibat dalam program dan
54
mengambil bagian dalam kegiatan yang direncanakan, itu
3. Peningkatan Keterampilan
4. Peningkatan Kemandirian
keberhasilan program.
55
apakah mereka berhasil memperbaiki perumahan mereka,
1. Strenghts (Kekuatan)
56
mereka dalam mengatasi masalah sosial dan
2. Weakness (Kelemahan)
3. Opportunities (Peluang)
57
meningkatkan program ini. Hal ini dapat berdampak positif
4. Threats (Ancaman)
asesmen).
58
a. Tujuan
b. Manfaat
asri.
tumbuhan tersebut.
c. Sasaran
59
d. Pelaksanaan
60
BAB IV
DESKRIPSI KASUS
Pada bab ini menggambarkan identitas klien, identitas keluarga,
menggambarkan pernyataan rujukan/referral, riwayat masa lalu (Social History)
klien, keberfungsian klien, (Bio, Psiko, Sosial, dan Spiritual). Kondisi dan situasi
sosial keluarga, gejala masalah dan jenis permasalahan yang dihadapi, fokus
masalah, rumusan konstelasi dan fakta dominan masalah yang mencakup sebab-
akibat, kemngkinan perkembangan masalah, potensi/sumber dan di akhiri dengan
rumusan kebutuhan perubahan dalam mengatasi fokus masalah klien.
Praktikkan juga memaparkan terkait hasil asesmen dari proses pelayanan yang
dilakukan kepada klien “WAD” dan juga Significant Other terkait. Asesmen yang
dilakukan oleh praktikan menggunakan Teknik wawancara dan observasi. Dimana
informasi yang dikumpulkan melalui beberapa alat asesmen (Tools Asesment)
seperti BPSS (Bio, Psiko, Sosial, dan Spiritual dan Skalan ESQ (Emotional State
Questionare).
Asesmen yang dilakukan kepada klien bertujuan untuk menggali berbagai
informasi yang ada pada diri klien, mengenai masalah, kebutuhan, potensi sumber
dan kekuatan klien serta dinamika keberfungsian sosial klien yang mampu
diidentifikasikan baik secara fisik, psikologis, sosial dan spiritual yang dimiliki
oleh klien sehingga praktikan mampu menindaklanjuti kasus tersebut untuk
ditemukan beberapa langkah penyelesaian yang akan diidentifikasikan pada
Rencan Intervensi dan diteruskan pada Proses Intervensi. Berikut merupakan hasil
deskripsi kasus yang didapatkan oleh praktikan :
A. Identitas Klien
Klien WAD merupakan anak laki-laki yang berusia 15 tahun anak
pertama dari 3 bersaudara, WAD merupakan siswa sekolah paket A. WAD
hidup dengan kedua orang tuanya dan ke dua adiknya, Ayah WAD berasal
dari ambon dan hidup merantu di Jakarta sedangkan Ibu nya merupakan
orang Jakarta asli dan tinggal disebuah kontrakan. WAD masih duduk
61
dibangku kelas 6 SD dan sedang mengejar paket A yang seharusnya sudah
kelas 1 SMP.
WAD merupakan salah satu penerima manfaat di Sentra
Handayani yang merupakan Anak Berhadapan dengan Hukum sebagai
Pelaku Tawuran dengan kasus pengeroyokan atau kekerasan yang
menyebabkan korban meninggal dunia, sekarang WAD tinggal di Asrama
Soekarno Bersama dengan pengasuhnya yaitu Pak Untung. Penerima
manfaat WAD diberikan kesempatan untuk memperoleh pelayanan di
Sentra Handayani sejak tanggal 24 Agustus 2023 untuk menjalani proses
rehabilitasi selama 6 bulan yang berdasarkan putusan Polsek Kalideres.
Nama : WAD
Umur : 15 Tahun
Tempat, Tgl Lahir : Jakarta, 18 November 2007
Pendidikan : Sekolah Paket A (Kelas 6 SD)
Asal : Jakarta
Suku : Ambon
Anak ke : 1 dari 3 bersaudara
62
Tabel 4.1 Tabel Identitas Keluarga
No Nama L/P Umur Hubungan Agama Pendidikan Pekerjaan
Keluarga
1 ZJD L 52 th Ayah Protestan SMA Freelancer
2 ES P 50 th Ibu Protestan - Tidak
Bekerja
3 EYD P 10 th Adik Protestan SD Belum
Bekerja
4 KGD P 7 th Adik Protestan TK Belum
Bekerja
63
praktikan lainnya dan langsung memilih penerima manfaat yang
nantinya akan melakukan proses pelayanan dengan
mempertimbangkan kriteria permasalahan dan kebutuhan penerima
manfaat yang berbeda-beda.
Dari hasil rujukan, klien “WAD” merupakan penerima manfaat
dengan kasus pelaku tawuran yang mengakibatkan orang meninggal
dunia, klien “WAD” telah dibina atau sedang menjalani masa
rehabilitasi sosial selama satu bulan di Sentra Handayani dan juga
memerlukan asesmen mendalam serta beberapa intervensi lanjutan
guna mampu mencapai keberfungsian sosialnya. Klien “WAD”
tergolong sebagai anak yang periang, selalu bercanda untuk menutupi
kesedihannya, gampang bergaul dengan teman yang lainnya,
kurangnya menangkap pelajaran dikarenakan selalu bolos pada saat
sebulum di Sentra Handayani dan mampu bersosialisasi dengan para
pegawai, pengasuh, dan pekerja sosialnya.
Dengan keberadaan praktikan maka pihak Pekerja Sosial berharap
sekiranya praktikan mampu menjalin kedekatan dengan klien “WAD”,
sehingga klien “WAD” termotivasi oleh praktikan dan mampu
merubah perilakunya untuk belajar lebih baik lagi di SLB-E
Handayani di Jakarta.
64
kepada klien “WAD”, R mengajak “WAD” tawuran dikarenakan R diajak
oleh A (Pelaku sebagai Admin) di tanah kosong. Pada saat tawuran
pertama di tanah kosong tersebut tidak terdapat korban, lalu besoknya
melakukan tawuran lagi di tempat yang sama, dan terdapat korban
sehingga klien “WAD” langsung lari kabur ke taman, klien “WAD”
mengira korban tidak meninggal, tetapi saat “WAD” pulang satpam dekat
rumah nya berkata bahwa di menceng ada orang meninggal karena
tawuran disitu klien “WAD” panik bersama dengan R, mereka langsung
pergi ke rumah R untuk bersembunyi. Pada saat di rumah R, klien “WAD”
sudah merasa sangat panik, dan ingin cepat pulang tetapi R menahan
“WAD” untuk tidak pulang pada saat jam setengah 6 pagi tetapi menyuruh
“WAD” pulang pada jam 6 pagi, tetapi sebelum jam 6 pas rumah R sudah
di dobrak oleh buser dan “WAD” pun dibawa ke polsek untuk dimintai
keterangan lalu terdapat putusan 6 Bulan di Sentra Handayani di Jakarta.
1. Keberfungsian Biologis
“WAD” merupakan anak yang berusia 15 tahun, secara fisik
“WAD” memiliki berat 52kg dan tinggi 165cm, memiliki rambut pendek
dikarenakan baru dipotong setelah masuk rumah antara. Untuk kondisi
fisik “WAD” cukup kuat untuk berlari sprint, bermain bola, dan bisa
dikatakan “WAD” ini cukup sehat, namun terlihat dari bibirnya
menghitam dikarenakan “WAD” adalah perokok aktif.
2. Keberfungsian Psikologis
“WAD” memiliki emosi yang stabil, hal ini dapat dibuktikan
bahwa saat mengobrol “”WAD berbicara seperti biasanya, seperti dia
mengobrol bersama teman-temannya, namun “WAD” merubah cara
bicaranya ketika kami sedang mengobrol mengenai keluarganya dan kedua
adiknya. “WAD” terlihat seperti terbata-bata saat berbicara dan ingin
menangis tetapi dia bisa menahannya sehingga tidak jadi menangis,
65
memang saat “WAD” sudah di Sentra Handayani dia selalu
mengkhawatirkan kedua orang tuanya dan menyesali perbuatannya
dikarenakan dia selalu menghiraukan nashiat orang tuanya untuk tidak
melakukan tawuran, bolos sekolah, dan bolos gereja. Setiap malam hari
pada saat di rumah antara “WAD” selalu mengalami kesulitan untuk tidur
dikarenakan dia selalu memikirkan banyak hal termasuk kedua orang
tuanya, sehingga dia merasa stress akan pikiran yang menghantuinya
terus-menerus, tetapi saat sudah turun asrama “WAD” sudah bisa tidur
dengan nyenyak.
3. Keberfungsian Sosial
a. Hubungan klien dengan keluarga
Klien memiliki hubungan dekat dengan keluarganya yaitu Ayah,
Ibu, dan kedua adiknya, diantara keluarga nya klien sangat akrab
dengan adik yang terakhir dikarenakan masih kecil dan selalu bisa
diajak bercanda bersama dengan ayah nya, maka dari itu klien saat
seminggu pertama di Sentra Handayani selalu memikirkan
keluarganya dan menjadikan adiknya motivasi agar dia berperilaku
baik di Sentra Handayani.
b. Hubungan klien di lingkungan Sentra Handayani
Dari hasil asesmen dan pendekatan dengan klien, klien memiliki
hubungan yang baik di lingkungan Sentra Handayani karena klien
memiliki sifat diri yang mudah bergaul dengan lingkungan sekitar,
karena klien selalu bercanda dengan orang sekitar dan selalu menyapa
pegawai di lingkungan Sentra Handayani
4. Keberfungsian Spiritual
Keberfungsian spiritual dari sisi kerohanian klien cukup baik,
meskipun pada saat sebelum di Sentra Handayani klien selalu bolos gereja,
disini klien selalu beribadah dengan hikmat setiap hari jumat siang, dan
pada saat di rumah antara teman-teman muslim yang lain beribadah sholat
wajib, klien selalu menyempatkan untuk membaca Alkitab seorang diri.
66
Dalam menjalankan proses Rehabilitasi Sosial di Sentra Handayani
klien “WAD” merasa semangat dikarenakan “WAD” termotivasi dengan
kedua orang tuanya dan adiknya yang berusia 7 tahun agar dia bisa
berperilaku baik di Sentra Handayani.
G. Gejala Masalah
Berdasarkan asessmen dan pengamatan praktikan pada klien “WAD”
selama menjadi penerima manfaat berbasis residensial di Sentra
Handayani di Jakarta, terdapat beberapa gejala masalah yang ditemukan
yaitu :
1. Malasnya bersekolah dan beribadah
2. Selalu bolos sekolah
3. Belum mengetahui perannya sebagai siswa sehingga dia selalu
menyepelakan belajar dan bolos sekolah
H. Fokus Masalah
Berdasarkan gejala masalah yang nampak dari klien “WAD”, praktikan
menetapkan Fokus Masalah yang akan ditangani yaitu mengubah perilaku
malas pada klien “WAD”.
67
I. Rumusan Konstelasi dan Fakta Dominan Masalah
Berdasarkan wawancara prakitkan kepada pengasuh dan pekerja sosial
bahwa klien “WAD” memiliki keterbatasan dalam pembelajaran di
sekolah nya tetapi klien mampu untuk beradaptasi di kelas.
Dalam wawancara praktikan dengan klien pada saat intervensi klien selalu
menanyakan beberapa kata yang klien tidak mengerti seperti komitmen,
konsisten, dan reward.
68
BAB V
PENANGANAN MASALAH
A. Rencana Intervensi
Rencana Intervensi yang dirumuskan akan dijadikan bahan dasar
dan acuan dalam pelaksanaan proses intervensi. Rencana intervensi harus
dapat terukur dan sesuai dengan kapasitas yang dimiliki oleh praktikan.
Hasil dari rencana intervensi mencakup segala hal yang akan dicapai dan
dilakukan oleh praktikan dan klien dalam proses pertolongan praktik
pekerja sosial. Dari beberapa proses yang sudah dilaksanakan praktikan
dalam menyusun rencana intervensi, praktikan membuat rencana
intervensi untuk menangani permasalahan mengetahui peran klien “WAD”
sebagai siswa dan perubahan perilakunya.
Pada tahap penyusunan rencana intervensi praktikan merumuskan
tujuan intervensi, sasaran intervensi, proses pelaksanaan, program
intervensi atau kegiatan intervensi, metode dan teknik yang digunakan,
serta sistem dasar praktik. Praktikan juga memaparkan indikator
keberhasilan dan yang memerlukan perhatian lebih, seperti resiko
perkembangan masalah atau gejalan masalah lainnya yang timbul.
Proses yang dilakukan dalam menyusun rencana intervensi dilakukan
setelah didapatkan hasil asesmen bahwa ditemukan gejala-gejala masalah
yang timbul tidak menganggu keberfungsian sosial klien. Sehingga
praktikan merumuskan untuk menangani permasalahan perilaku malas
pada klien.
Hal ini praktikan berdiskusi dengan pekerja sosial klien, pekerja
sosial menerima hasil asesmen dan mendukung terhadap rencana
intervensi yang dibuat oleh praktikan.
69
1. Tujuan Intervensi
a. Tujuan Umum
Tujuan umum dari kegiatan intervensi yang akan dilakukan terhadap
klien “WAD” adalah untuk mengetahui perannya sebagai siswa dan
membentuk perilaku yang baik.
b. Tujuan Khusus
Tujuan secara khusus yang ingin dicapai dalam pelaksanaan
intervensi ini yaitu sebagai berikut :
1) Klien aktif saat pembelajaran di kelas.
2) Klien mampu mengejar sekolah paket A agar bisa sekolah sesuai
dengan teman seusianya.
3) Klien mampu menjadi lebih baik dalam segi perilakunya.
2. Sasaran Intervensi
Proses intervensi dilakukan oleh praktikan melibatkan berbagai pihak
yang dijadikan sasaran perubahan agar tujuan dapat tercapai. Sistem
sasaran dalam intervensi untuk menangani agar klien “WAD” mengetahui
perannya sebagai siswa dan mengubah perilakunya yang meliputi :
a. Klien “WAD” yang merupakan sasaran utama, secara langsung akan
diintervensi oleh praktikan untuk permasalahannya terhadap perilaku
malas pada klien “WAD”
b. Guru SLB-E Handayani yakni praktikan bersama guru bekerja sama
untuk memonitor betapa aktifnya klien “WAD” saat berada di kelas.
c. Praktikan bekerja sama dengan teman sekelasnya yang akrab dengan
klien untuk menanyakan seberapa aktifnya klien “WAD” di kelas.
70
Atas gambaran masalah yang dihadapi klien, praktikan
merumuskan beberapa rencana penanganan untuk mengatasi klien untuk
mengetahui perannya sebagai siswa dan perilaku yang kurang baik.
Beberapa program rencana intervensi ini praktikan rancang dengan tujuan
meningkatkan kesadaran dirinya untuk mengetahui perannya sebagai
siswa dan memperbaiki perilaku yang sering bolos sekolah.
Atas gambaran masalah yang dihadapi klien, Praktikan
merumuskan beberapa rencana penanganan untuk mengatasi masalah klien
“WAD”. Beberapa program rencan intervensi ini praktikan merancang
dengan tujuan menyadarkan dirinya mengenai peran klien “WAD” sebagai
siswa dan memperbaiki perilaku klien “WAD” yang selalu bolos sekolah.
Rencana intervensi yang disusun oleh praktikan telah secara formal
disetujui oleh pekerja sosial dan supervisor dan dapat segera diterapkan
sesuai dengan jadwal yang dibuat oleh praktikan. Adapun beberapa
program penanganan untuk permasalahn klien “WAD” ialah sebagai
berikut :
Tabel 5. 1 Tabel Pelaksanaan Intervensi
No Waktu Intervensi Sasaran Tujuan
1 24 September Terapi Klien Membangkitkan
2023 (Pukul Realitas “WAD” kesadaran klien akan
16.30 WIB) realitas dirinya serta
potensi yang dimilikinya.
2 24 September Positive Klien Agar klien dapat menjadi
2023 (Pukul Reinforcement “WAD” lebih baik dalam
16.30) perilakunya.
1. Metode Intervensi
Metode yang digunakan dalam intervensi ini menggunakan metode
Casework. Metode Casework dinilai cocok dengan permasalahan klien
“WAD” agar ia mampu untuk memecahkan masalah yang dihadapi oleh
klien “WAD”. Penerapan metode ini diharapkan klien “WAD” dan
71
Praktikan dapat Bersama-sama mencari jalan keluar dari fokus masalah
yang dimiliki klien “WAD” berdasarkan asesmen.
2. Teknik Intervensi
Tabel 5. 2 Tabel Teknik Intervensi
No Intervensi Teknik
1 Terapi Realitas • Small Talk
(WEDPC/ Want, Doing • Active Listening
and Direction, • Komunikasi Verbal dan Non
Evaluation, Planning, Verbal
Commitment) • Empati
2 Modifikasi Tingkah Laku • Positive Reinforcement
D. Pelaksanaan Intervensi
Menjelaskan tentang kegiatan intervensi/ proses intervensi yang
dilakukan sesuai dengan tujuan penanganan masalah dan rencana
intervensi. Penjelasan proses intervensi harus rinci setiap tahapan yang
dilakukan dalam penerapan metode/ Teknik yang digunakan (jelas
bagaimana teknik tersebut dalam penerapannya)
1. Terapi Realitas
Praktikan melakukan intervensi yang pertama kepada klien “WAD”
dengan melalui terapi realitas, terapi ini suatu upaya dalam
membangkitkan semangat untuk menjalani rehabilitasi sosial sesuai
dengan realitasnya dan juga menggali potensi dirinya sehingga menjadi
nilai bagi dirinya maupun orang lain.
a. Proses
1) Tahap Persiapan
Dalam tahap persiapan praktikan melakukan dan
menyepakati waktu agar tidak bentrok dengan kegiatan klien di
Sentra Handayani, praktikan mempelajari dan mencari referensi
terkait praktek pelaksanaan terapi realitas melalui internet.
72
2) Tahap Pelaksanaan
Dalam tahap pelaksanaan praktikan melakukan intervensi
melalui terapi realitas kepada klien “WAD” pada tanggal 24
September 2023 yang dilaksanakan gazebo minat bakat, praktikan
mulai melakukan terapi realitas kepada klien dengan fokus
WEDPC, Want yaitu dengan mengungkapkan keinginan/ harapan
klien, Doing and Direction yaitu dengan mengungkapkan apa yang
sedang klien lakukan sekarang ini dalam proses rehabilitasi sosial,
Evaluation yaitu dengan mengungkapkan mengevaluasi dan
menilai hal-hal apa saja yang telah dilakukan baik positif maupun
negatif, Planning yaitu klien mengungkapkan rencana atau tujuan
yang akan dicapai dan Commitment yaitu dengan klien
mengungkapkan janji agar semangat dan tidak akan melakukan
kesalahan.
3) Hasil
Dari hasil yang telah dilakukan klien “WAD”, klien
menyadari akan kesalahan yang diperbuat selama ini, klien akan
terus semangat dalam menjalankan tugas atau proses rehabilitasi
sosial, klien mulai belajar untuk tidak melanggar aturan, klien
mulai untuk aktif dikelas dan rajin belajar.
4) Refleksi
Adapun refleksi yang praktikan alami selama proses
pertolongan kepada “WAD”, yaitu klien selalu bercanda disaat
terapi realitas dimulai sehingga praktikan dan klien tidak terlalu
fokus pada saat terapi dimulai, klien selalu bercerita yang diluar
hal terapi realitas sehingga waktu terapi terpotong dan dilanjutkan
esok hari, praktikan selalu meminta klien mengulang perkataannya
dikarenakan praktikan kurang jelas mendengar apa yang dikatakan
oleh klien “WAD”.
73
2. Positive Reinforcement
Praktikan melakukan intervensi yang kedua kepada klien “WAD”
dengan melalui positive reinforcement, modifikasi tingkah laku ini suatu
upaya dalam merubah perilaku malas pada klien, sehingga klien mampu
kembali aktif dalam kelas saat belajar di SLB-E Handayani.
a. Proses
1) Tahap Persiapan
Dalam tahap persiapan praktikan melakukan dan
menyepakati waktu agar tidak bentrok dengan kegiatan
klien di Sentra Handayani, praktikan mempelajari dan
mencari referensi terkait praktek pelaksanaan positive
reinforcement.
2) Tahap Pelaksanaan
Dalam tahap pelaksanaan praktikan melakukan
positive reinforcement kepada klien “WAD” pada
tanggal 24 september, praktikan memberikan semangat
kepada klien berupa kata-kata semangat, praktikan
memberikan tugas kepada klien “WAD” untuk kembali
aktif pada kegiatan belajar mengajar, apabila klien
“WAD” mulai aktif dikelas saat belajar dengan jangka
waktu satu minggu maka praktikan akan memberikan
hadiah kepada klien “WAD” berupa kaos sesuai
permintaannya. Praktikan melakukan pendampingan
pada saat di kelas dan terlihat aktif di kelas dengan
menanyakan pelajaran yang klien “WAD” tidak
mengerti, tetapi praktikan tidak melakukan
pendampingan secara full sehingga praktikan
menanyakan progress pembelajaran kepada gurunya di
SLB-E Handayani.
74
3) Hasil
Dari hasil yang telah dilakukan klien “WAD”, klien
telah berhasil menjuarai cerdas cermat dengan tim nya,
dan dia bisa mengerjakan soal matematika dengan
cepat dan benar semua dibandingkan dengan teman
lainnya. Tak hanya itu, klien “WAD” mampu lebih
rajin bersih-bersih dibandingkan dengan teman
asramanya.
4) Refleksi
Adapun refleksi yang praktikan alami selama proses
pertolongan kepada klien “WAD”, yaitu praktikan tidak
bisa mendampingi proses pembelajaran sampai akhir
kelas.
E. Evaluasi
Tahap evaluasi dilakukan untuk melihat perkembangan klien
dalam mengatasi permasalahan klien “WAD”. Dalam evaluasi, praktikan
melakukan pembahasan atau pengkajian kembali proses intervensi serta
menganalisis keberhasilan atau kegagalan dari kegiatan intervensi yang
telah dilakukan. Evaluasi terbagi menjadi dua, yaitu evaluasi proses dan
evaluasi hasil. Evaluasi proses yaitu bentuk evaluasi untuk melihat apakah
seluruh tahapan kerja atau prosedur pelayanan yang telah direncanakan
dapat dilaksanakan secara lengkap. Evaluasi hasil yaitu bentuk evaluasi
untuk melihat dampak atau manfaat dari intervensi yang dilakukan.
Berdasarkan praktik yang telah dilaksanakan oleh praktikan selama kurang
lebih 6 minggu, terdapat beberapa hal yang dapat dijadikan evaluasi bagi
diri praktikan, yaitu:
1. Evaluasi Proses
Hal yang menjadi evaluasi dalam pelaksanaan proses intervensi adalah
sebagai berikut:
a. Klien selalu bercanda saat sedang melakukan intervensi terapi realitas.
75
b. Pada saat intervensi klien juga selalu ingin bercerita diluar terapi
realitas sehingga terapi realitas dilanjutkan di esok hari karena
terpotong oleh waktu yang telah menunjukkan jam 17.30
c. Praktikkan selalu meminta klien untuk mengulang perkataannya
dikarenakan praktikan kurang jelas mendengarkan.
2. Evaluasi Hasil
Hal yang menjadi evaluasi dalam pelaksanaan proses intervensi adalah
sebagai berikut:
a. Klien telah menunjukkan semangatnya di dalam kelas dengan cara
aktif di kelas yaitu mengerjakan soal matematika dengan cepat dan
benar semua.
b. Klien telah menjuarai cerdas cemat di SLB-E dengan tim nya.
c. Klien melakukan bersih-bersih saat pagi hari disaat temannya belum
bangun untuk tidur.
1. Terminasi
Terminasi dilakukan pada tanggal 30 September 2023, menandai
berakhirnya pemberian intervensi dari praktikan. Kondisi klien “WAD”
saat terminasi berjalan dengan baik sesuai dengan kontrak diawal. Dalam
terminasi ini terjadi suatu kondisi dimana klien “WAD” merasa sedih saat
melakukan penandatangan format terminasi yang praktikan berikan,
karena telah berakhirnya proses pertolongan yang diberikan kepada klien
“WAD”. Setelah praktikan melakukan terminasi kepada klien, praktikan
melakukan juga terminasi dengan pekerja sosial “WAD” dengan
memberikan format terminasi dan penandatanganan berakhirnya proses
pertolongan terhadap klien “WAD”.
2. Rujukan
Agar klien “WAD” dapat lebih rajin dalam melakukan tugas dari
SLB-E Handayani, hal yang menjadi rujukan dari praktikan khususnya
76
pada pekerja sosial pengampu dari klien “WAD” maka klien harus selalu
diberikan Positive Reinforcement agar klien dapat berubah signifikan dari
sebelumnya.
77
BAB VI
A. Kesimpulan
Dalam kegiatan Praktikum II Praktik Rehabilitasi Sosial Berbasis
Institusi Mahasiswa Politeknik Kesejahteraan Sosial Bandung
dilaksanakan mulai pada tanggal 28 Agustus 2023 sampai dengan 06
Oktober 2023 di Sentra Handayani di Jakarta yang merupakan dibawah
naungan Kementerian Sosial Republik Indonesia. Melalui pelaksanaan
Praktikum II ini, praktikan dituntut untuk bisa menerapkan ilmu yang
sudah dipelajari dikelas kedalam pemberian layanan kepada individu yang
memerlukan pertolongan, yakni anak-anak dan remaja yang memerlukan
perlindungan khusus, yang telah ditetapkan sebagai penerima manfaat di
Sentra Handayani.
Proses pelaksanaan Praktikum II ini meliputi pengumpulan
informasi atau asesmen, Case Conference I untuk membahas hasil
asesmen yang dilakukan oleh praktikan dan penyetujuan rencana
intervensi, pelaksanaan program intervensi/pelayanan untuk membantu
klien menyelesaikan permasalahannya, Case Conference II untuk
membahas hasil pelaksanaan intervensi, terminasi kepada klien, dan
pengakhiran Prakikum II berupa pelaksanaan Ujian Lisan Praktikum II.
Praktikan melakukan pendampingan kepada salah satu klien di
Sentra Handayani dengan kasus tawuran. Praktikan melakukan
pendampingan dan penanganan masalah klien dengan menggunakan
metode Case Work dengan terapi realitas dan positive reinforcement.
Fokus permasalahn yang ditangani, yaitu merubah perilaku malas pada
klien “WAD”. Dari pelaksanaan intervensi yang sudah dilakukan terdapat
perubahan-perubahan yang sebelumnya klien tuliskan di tahap Wants pada
terapi realitas. Perubahan perilaku juga diperkuat oleh positive
reinforcement untuk mencapainya harapan yang klien sudah tulis.
78
Perubahan yang terlihat klien mampu aktfi di kelas dan menjuarai cerdas
cermat bersama temannya. Selain itu klien juga mampu menjadi rajin
dalam hal membersihkan halaman.
B. Rekomendasi
Setelah kegiatan praktikum laboratorium dilaksanakan, maka praktikan
memberikan beberapa saran, masukan, dan rekomendasi untuk
meningkatkan kualitas pelayanan dan penanganan permasalahan di Sentra
Handayani. Berikut beberapa saran, masukan, dan rekomendasi dari
praktikan :
1. Pekerja Sosial dapat melakukan visit kepada penerima manfaat
setiap seminggu sekali untuk menanyakan kabar atau kepentingan
lainnya yang penerima manfaat ketika sedang membutuhkan
sesuatu.
2. Pekerja Sosial dapat mengoptimalkan sarana dan prasarana
dikarenakan banyak sarana dan prasarana yang tidak terpakai.
79
DAFTAR PUSTAKA
80
LAMPIRAN
81
Gambar 1 4 Dokumentasi Case Conference
1
Gambar 1 5 Memberikan Positive Reinforcement
82
Gambar 1 9 Dokumentasi bersama Case Conference 2
83
Gambar 1 12 Tanda tangan form terminasi dengan Pekerja Sosial
84