Makalah Ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Karakter Da’i
:Dosen Pengampu
Di susun Oleh:
Aqidatul Izzah
Rahmaniah Daka
Yurnela Hendri
JAKARTA
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji bagi Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas limpahan rahmat
serta karunia-Nya. Shalawat serta salam semoga Allah Subhanahu Wa Ta’ala curahkan
kepada Nabi Muhammad ﷺbeserta keluarganya, sahabat-sahabatnya dan orang-orang
yang senantiasa berada dalam sunnahnya.
Program pembuatan makalah adalah salah satu wadah agar Mahasiswi terbiasa dalam
literasi. Supaya pengetahuan yang sudah didapat bisa diaplikasikan dalam bidang keilmuan
maupun da’wahnya.selain itu juga bertujuan untuk membangun dan mengembangkan potensi
Mahasiswi dalam dunia da’wah.
Melihat kemampuan kami yang masih minim dalam pembuatan makalah. Maka dari
itu, kami butuh saran dan kritik yang bersifat membangun dan memotivasi agar menjadi
pelajaran bagi kami untuk belajar lebih banyak lagi dan bisa mencapai tujuan yang menjadi
sasaran dosen pengampu.
penyusun
i
Contents
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................................4
1.1. Latar Belakang............................................................................................................................4
1.2. Rumusan Masalah......................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................................6
2.1. Pengertian Al-Tsabat (Keteguhan)..............................................................................................6
2.2. Pengertian Istiqomah.................................................................................................................7
2.3. Hambatan Dalam Istiqomah.......................................................................................................8
2.4. Kiat- Kiat Istiqomah.....................................................................................................................8
2.5. Contoh Dari Al-Tsabat Wal Istiqomah........................................................................................8
BAB III PENUTUP..................................................................................................................................10
3.1. Kesimpulan...............................................................................................................................10
i
i
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tsabat Istiqomah dan keteguhan diatas agama Allah Ta’ala. Tsabat da Istiqomah
adalah sebuah tuntutan agama sebuah tujuan dan cita-cita yang agung yang setiap muslim
harus berusaha untuk mencapainya dan menepatinya sepanjang hayatnya sampai ia berjumpa
dengan Allah Ta’ala dan dicabut nyawanya dalam keadaan Istiqomah dan Tsabat diatas
agama Allah Ta’ala.
Istiqomah merupakan suatu tindakan dalam bentuk sifat yang bersifat teguh, tetap,
dan kokoh berpijak diatas pendiriannya. Pendirian tersebut di barengi dengan rasa yang kuat
dan kokoh akan kebesaran dan kekuasaan dari Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini ditetapkan dan
ditanamkan di dalam setiap hati sanubari insan manusia, terkadang dalam setiap
perbuatannya selalu dihiasi dengan rasa menerima, syukur, dan sabar. Sebab dalam segala hal
memperjuangkan dan berdiri teguh tetap dalam pendirian itu pasti tak luput dari ujian.1
Dalam keteguhan dan kesabaran selalu terdapat goncangan dan rintangan, maka pantaslah
orang yang mampu tetap dalam keistiqomahan tersebut mendapatkan membuat hatinya tak
pernah takut dan selaluj tegar. Sebagaimana firman Alloh SWT dalam al-Quran, yang
artinya:
Ibn at-Taimiyyah: mengatakan bahwa “Siapapun diantara dari kita yang sanggup atau dapat
beristiqomah konsisten teguh atas pendiriannya dalam mencintai, mengabdi, dengan selalu
mengharap ibadah kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan tanpa terganggu oleh segala apapun
masalah godaan yang harus dihadapi tanpa mengukur berat atau ringannya hal itu. Akan
tetapi ia tetap fokus pada pada jalan yang ditujunya tanpa melihat kanan dan kiri.2
1
Hamka. “Tafsir al-Azhar”. Juz 24. (Jakarta : PT. Pustaka Panji Mas, 1983). Hal : 225
2
Ustman bin Ahmad Hasan Syakiral Koubawi. “Durotun an –Nashihin Fi al-Wa’dzi wa al-Irsyad”. (Bandung
Indonesia, 2011). Hal : 199-200
i
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Al-Tsabat ?
2. Apa Pengertian Al-Istiqomah ?
3. Hambatan-Hambatan Dalam Al-Tsabat Wal Istiqomah ?
4. Kiat-kiat dalam Mencapai Al-Tsabat Wal Istiqomah ?
5. Contoh Al-Tsabat Wal Istiqomah ?
i
BAB II
PEMBAHASAN
Secara terminologi ( ( )الثبتdi jalan iman) berarti; ketetapan dan keteguhan hati
menapaki jalan Ilahi guna meraih tujuan, berkorban demi tersebarnya nilai-nilai iman,
komitmen terhadap prinsip agama dan istiqamah di atas manhaj Rabbani sampai ia menemui
Rabb-nya.
Ats-Tsabat adalah sesuatu karakter/sifat yang mulia dan agung. Ia hanya ada dalam
diri orang yang kokoh pendiriannya sehingga memberi pengaruh baik kepada orang-orang di
sekitarnya dan mendorong mereka menjadi penggerak (muharrik). Keteguhan hati pada
seseorang memiliki sisi penting yang menonjol dalam upaya melakukan tarbiyah
(pendidikan) baik kepada individu maupun masyarakat.
Tsabat, adalah antonim (lawan) dari kata kegoncangan hati dan kebimbangan jiwa.
Keteguhan hati (Ats-Tsabat) adalah hal mutlak yang dibutuhkan oleh manusia, lebih-
lebih dalam menjalani hidup ber-Islam, dan lebih khusus lagi dalam menunaikan tugas
Dakwah. Banyak faktor yang bisa meruntuhkan keteguhan seseorang dalam ber-Islam
maupun dalam berdakwah, baik karena pengaruh Internal maupun Eksternal.
3
DR.Muhammad bin Hasan ‘Aqil Mus.a “At-Tsabat”lMembangun keteguhan seorang mukmin.(Robbani press)
i
Para Nabi dan Rasul adalah teladan dalam hal Ats-Tsabat. Nabi kita
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, jika kita ikuti dengan baik sirahnya, banyak
merekam dengan baik akan besarnya keteguhan dan kuatnya keyakinan beliau. Perkataan
beliau di saat orang-orang kafir menekan beliau dan pamannya agar berdamai dengan mereka
atau bersikap lunak terhadap mereka dapat menjadi pelajaran berharga. Kata beliau, “ Demi
Allah ! Andaikan mereka mampu meletakan matahari di tangan kananku dan bulan di tangan
kiriku agar aku meninggalkan dakwah ini, aku tidak akan pernah meninggalkannya hingga
Allah memenangkan agama-Nya atau aku binasa karenanya.”
Beliau sungguh teguh pendiriannya (Ats-Tsabat) sehingga orang-orang kafir harus
menempuh berbagai macam cara untuk memalingkan beliau dari keteguhannya itu. Namun
beliau tetap tegar dan tidak lemah. Mereka menggunakan cara membujuk beliau dengan
harta, kedudukan, dan pangkat, tetapi beliau tidak mau tunduk. Mereka pun menggunakan
cara pendekatan keluarga dan pengaruh kelompok (kabilah), itu pun tidak berhasil mereka
lakukan.
Mereka mengolok-olok, mengejek, dan menuduh beliau dengan tuduhan keji, tetap saja hal
itu tidak membuat beliau tunduk. Mereka sampai melakukan pemutusan hubungan ekonomi
(embargo) yang menyeluruh terhadap beliau, pengikutnya, dan orang-orang yang membantu
beliau dari Bani Hasyim. Namun, beliau tetap tidak mau tunduk. Akhirnya, mereka pun
melakukan tipu daya untuk membunuh beliau. Tetap saja beliau tidak mau tunduk.
Setelah Allah Subhanahu wa Ta’ala memberi izin untuk hijrah, mereka memerangi beliau
dengan berbagai penyerbuan dan peperangan yang membinasakan agar mereka dapat
memutus jalur dakwah dan pengikut-pengikut beliau sampai ke akar-akarnya. Semua itu tetap
tidak mampu menghentikan beliau dari menyampaikan dakwah dan menyebarkan Islam di
muka bumi Allah ini.
Umar bin khatab radiaulahhu anhu mengatakan: istiqomah adalah bertahan dalam satu
perintah atau larangan dan tidak berpaling dari yang lain. Beliau seolah ingin berkata,
janganlah kita bersikap mencela dalam melaksanakan perintah Allah dan larangan nya.
i
Maksudnya, kalau di perintah sholat yah sholat kalau di larang berzina yah jangan mendekat
kepadanya.4
ُقْل َنَّزَلٗه ُرْو ُح اْلُقُد ِس ِم ْن َّرِّبَك ِباْلَح ِّق ِلُيَثِّبَت اَّلِذ ْيَن ٰا َم ُنْو ا َو ُهًدى َّوُبْش ٰر ى ِلْلُم ْس ِلِم ْيَن
4
Ririn rahayu dan Umar habib.”istiqomah until khusnul khotimah”(agustus 2018 wahyu qolbu)Hal.74
5
Sumber https://rumaysho.com/731-kiat-agar-tetap-istiqomah-seri-1.html
i
2. Ammar bin Yasir
Ammar terlahir dari orang tua kalangan budak, Yasir bin Amir dan Sumayyah
binti Khayath. Keluarga Ammar telah memeluk Islam lebih dulu sebagaimana
orang-orang yang mendapat hidayah dari Allah. Tak heran, keputusan memeluk
Islam membuat mereka mendapat berbagai siksaan dan kesulitan dari kaum
Quraisy di bawah pimpinan Abu Jahal saat itu. Mengetahui Yasir disiksa,
Rasulullah tak tinggal diam meski saat itu Rasulullah belum memiliki kekuatan
besar untuk melawan gangguan dari kelompok Abu Jahal. Pengorbanan luar biasa
dari keluarga Ammar mencerminkan keteguhan sejati pada agama yang
ditegakkan. Sumayyah, Yasir, dan Ammar adalah bagian dari kelompok yang
dipilih oleh takdir Islam untuk membentuk kekukuhan berupa pengorbanan,
keteguhan, serta kesabaran bagi kaum Mukminin berikutnya. Sampai pada suatu
hari Rasulullah menjenguk Ammar dan memanggil beliau, "Wahai Rasulullah,
siksa ini sungguh berat bagi kami." Rasulullah menjawab, "Bersabarlah wahai
Abul Yaqzhan. Bersabarlah wahai keluarga Yasir karena tempat yang dijanjikan
untuk kalian adalah surga!" Banyak hadis yang menggambarkan teror pedih yang
menimpa Ammar lantaran dipaksa menjadi kafir. Tetapi segala teror itu sama
sekali tidak melukai jiwa Ammar. Hanya melukai tubuh dan melemahkan
energinya. Ammar tidak benar-benar merasa dibinasakan, kecuali pada suatu hari
ketika para algojo menjadi semakin beringas. "Penyiksaan itu mulai dari disetrika
dengan api, disalib di atas halaman berpasir yang panas, hingga ditindih di bawah
batu yang membara bahkan ditenggelamkan di dalam air hingga tidak bisa
bernapas pun ia alami," tulis Khalid. Ammar mampu menanggung siksa yang
menimpa tubuhnya karena jiwanya tetap kukuh, berdiri tegak. Namun, sekarang ia
merasa bahwa jiwanya telah kalah. Kesedihan dan ketakutan yang kini
menyelimuti perasaannya itu hampir saja membuatnya mati. Namun Allah
menghendaki agar pemandangan yang mengesankan itu mencapai puncak
keagungannya, dan dibisikkan wahyu: "Bangunlah wahai pahlawan. Tidak ada
celaan maupun kesempitan bagimu!" Ammar kembali tenang. Ia tidak lagi
merasakan siksa yang tertumpah kepadanya sebagai derita. Kini ia tidak lagi
menghiraukannya. Jiwanya telah beruntung begitu juga dengan imannya karena
Alquran telah menjamin memberikan ampunan yang penuh berkah kepadanya.
Begitulah Ammar, Allah telah memberikan hidayah dan nikmat kepadanya
i
dengan takaran besar. Dalam hidayah dan keyakinan, ia telah mencapai tingkatan
yang membuat Rasulullah membersihkan imannya dan menjadikannya sebagai
contoh dan panutan di antara para sahabat.
ِإَّن اَّلِذ يَن َقاُلوا َر ُّبَنا ُهَّللا ُثَّم اْسَتَقاُم وا َتَتَنَّز ُل َع َلْيِهُم اْلَم الِئَك ُة َأال َتَخ اُفوا َو ال َتْح َز ُنوا َو َأْبِش ُروا ِباْلَج َّنِة اَّلِتي
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Rabb kami ialah Allah” kemudian mereka
istiqomah pada pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan
mengatakan): “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan
bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu”.”
(QS. Fushilat: 30)
َثِّبُت ُهَّللا اَّلِذ يَن آَم ُنوا ِباْلَقْو ِل الَّثاِبِت ِفي اْلَحَياِة الُّد ْنَيا َوِفي اآلِخَرِة َو ُيِض ُّل ُهَّللا الَّظاِلِم يَن َو َيْفَع ُل ُهَّللا َم ا َيَش اُء
“Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam
kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang lalim dan
memperbuat apa yang Dia kehendaki.” (QS. Ibrahim: 27)
Tafsiran ayat “Allah meneguhkan orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh …”
dijelaskan dalam hadits berikut.
i
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Tsabat Istiqomah dan keteguhan diatas agama Allah Ta’ala. Tsabat atau
Istiqomah adalah sebuah tuntutan agama sebuah tujuan dan cita-cita yang agung yang
setiap muslim harus berusaha untuk mencapainya dan menepatinya sepanjang
hayatnya sampai ia berjumpa dengan Allah Ta’ala dan dicabut nyawanya dalam
keadaan Istiqomah dan Tsabat diatas agama Allah Ta’ala