Lomba musikalisasi puisi ini diadakan antar kelas
Peserta lomba terdiri dari satu tim. Satu tim maksimal 5 orang. Satu kelas diperkenankan mengirim satu tim (maksimal). Peserta menampilkan satu puisi yang sudah ditentukan oleh panitia. Pilihan puisi tersebut antara lain : 1) Aku Ingin karya Sapardi Djoko Damono 2) Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono 3) Sajak Putih karya Chairil Anwar. Naskah puisi terlampir dalam ketentuan ini. Durasi maksimal penampilan 10 menit (sudah termasuk persiapan). Penampilan peserta akan dinilai berdasarkan pemaknaan puisi, musikalitas, dan penampilan. Alat musik yang digunakan untuk membawakan musikalisai puisi harus menggunakan alat akustik kecuali gitar bass. Setiap tim membawa sendiri perlengkapan yang akan digunakan saat lomba. Panitia hanya menyiapkan microphone, kabel jack dan sound system. Penampilan peserta berdasarkan urutan nomor undi yang diambil sebelum lomba dimulai Jika ada hal-hal yang belum dipahami berkenaan dengan lomba ini silakan menghubungi panitia. Lampiran: Pilihan Puisi
Aku Ingin Karya Sapardi Djoko Damono
Aku ingin mencintaimu
Dengan sederhana Dengan kata yang tak sempat Diucapkan kayu kepada api Yang menjadikannya abu..
Aku ingin mencintaimu
Dengan sederhana Dengan isyarat yang tak sempat Disampaikan awan kepada hujan Yang menjadikannya tiada
Hujan Bulan Juni
Karya Sapardi Djoko Damono
Tak ada yang lebih tabah dari hujan bulan Juni
dirahasiakannya rintik rindunya kepada pohon berbunga itu
Tak ada yang lebih bijak dari hujan bulan Juni
dihapusnya jejak-jejak kakinya yang ragu-ragu di jalan itu
Tak ada yang lebih arif dari hujan bulan Juni
dibiarkannya yang tak terucapkan diserap akar pohon bunga itu
Sajak Putih Karya Chairil Anwar
Bersandar pada tari warna pelangi
Kau depanku bertudung sutra senja Di hitam matamu kembang mawar dan melati Harum rambutmu mengalun bergelut senda
Sepi menyanyi, malam dalam mendoa tiba
Meriak muka air kolam jiwa Dan dalam dadaku memerdu lagu Menarik menari seluruh aku
Hidup dari hidupku, pintu terbuka
Selama matamu bagiku menengadah Selama kau darah mengalir dari luka, Antara kita mati datang tidak membelah