OLEH:
TINGKAT : II (DUA)
Puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa, atas berkat Tuhan saya dapat
menyusun Makalah saya ini dengan sebaik-baiknya, dan berkat arahan dari dosen saya, saya
mampu memahami dan mengerti bagaimana strategi dari para penginjil untuk membritakan
kabar baik. Saya juga bertrimakasih kepada rekan-rekan saya yang selalu membantu saya dan
mendukung saya untuk membuat makalah ini dengan baik.
Dari setiap penginjil di dunia saya sangat tertarik menyusun bagaimana William D.
Hackett merancangkan strategi nya di burma. Baru-baru ini Asia telah menjadi pusat
perhatian dunia. hal itu mungkin tidak dapat dielakan, dengan berdiamnya dua pertiga dari
seluruh penduduk dunia didalam kawasan itu.
Saya berharap makalah ini bisa menjadi sesuatu hal yang dapat dipelajari kepada
orang-orang yang membacanya dimana setiap para penginjil, memiliki cara tertentu untuk
membritakan kabar baik.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. GEREJA PADA SAAT INI
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesempatan-kesempatan dan kebutuhan-kebutuhan dalam penginjilan saat ini
B. Pertumbuhan gereja di Burma
C. Negara dan bangsa
D. Sejarah Kristen
BAB III PENUTUP
KESIMPULAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dikenal dalam sejarah Misionaris sebagai kubu sigagah berani judson di Asia (Judson
adalah Misionaris asing pertama di Amerika Utara). Burma terus berada dalam keadaan
rusuh sejak pendudukan jepang pada tahun 1942. Walaupun akhir dari perang pasifik
membawa kemerdekaan dari pendudukan jepang dan juga dari kolonalisme inggris,
perang itu membuat negara tersebut menjalin perebutan kekuasaan yang pahit antara
golongan-golongan dari para pemimpin nasional.
1. Biografi Williaam D. Hackett
William D. Hackett adalah seorang Misionaris generasi kedua ke burma di bawah
American Baptist Foreign Mission Society. Setelah memperoleh gelar Baghelor
of Arts B.A )-nya dari drury college (springfilde, Mo.), gelar Master of Arts
(M.A.)-nya dari kenndy school of missions, dan gealr Doctor of Philosophy
(Ph.D)dari Universitas cornell, Dr. Haccket memulai karirnya di antara kaum shan
di burma timur laut sebagai seorang penginjil dan pengembang gereja pedesaan
pada tahun 1937. Dia telah melayani pada sejumlah besar badan di seluruh nrgri
itu sambil mengajar dan membantu mendirikan perkebunan perkebunan
percontohan. Istrinya, yaitu Merionn Shaw Hackket, telah menerejamahkan bagian
utama dari perjanjian baru kedalam bahasa karen, dengan di alek Pa,o. Setelah
pengusiran dari burma pada tahun 1955, Dr. Hackett melayani di Chung Chi
College di hongkong, dengan mengadakan empat kunjungan ke burma dalam
masa empat tahun.
Konflik ini secara paksa di akhiri oleh sebuah kudeta militer pada tahun 1965
dan di tetapkannya “burma menuju soialisme” hal ini membuat pada Tahun 1966
terjadi pengusiran bukan hanya terhadap semua misionaris asing, tetapi juga
terhadap senua orang asing, dengan demikan menutup kesempatan bagi negara dan
gerejanya untuk berhubungngan dengan dunia luar.
Bagaimana gereja disana berjalan di bawah sosialisme sayap kiridalam sebuah
negara Budha? Apakah orang-orang kristen bebas atau dianiaya? Sedikit saja
berita yang bocor dari burma sejak tahun 1966, ada semula ada ketakutan untuk
melaporkan aktifitas gereja ke luar negeri kalau kalau terjadi tindakan-tindakan
balasan terhadapudha? Apakah orang-orang kristen bebas atau dianiaya? Sedikit
saja berita yang bocor dari burma sejak tahun 1966, ada semula ada ketakutan
untuk melaporkan aktifitas gereja ke luar negeri kalau kalau terjadi tindakan-
tindakan balasan terhadap gereja. tetapi akhirnya pada bulan juni 1970 saya bisa
mengunjungi suatu penyelidikan mendalam mengenai pekerjaan Allah selama
empat tahun yang tanpa berita.
Herman Tegenfeldt, seorang veteran misionaris Babtis untuk burma, mengulas dengan
tepat pelajaran-pelajaran yang diperoleh dari pungusiran misionaris.
1. Gereja-gereja nasional yang bertanggung jawap harus didirikan sejak permulaan.
2. Perbedaan-perbedaan kebudayaan harus dikenal dan upaya-upaya harus dibuat
untuk menjembatani hal tersebut. Walaupun judson melayani hanya di antara orang-
orang burma, belakangan para misionaris menemuakan kelompok suku karen dan
kachin lebih responsif, lalu memusatkan perhatian pada mereka. Hasilnya ialah
gereja-gereja kelompok minoritas yang besar sering kali terpisah dari mayoritas
kebudayaan dan nasional yang besar.
3. Pintu-pintu terbuka dan tertuutp;para misionaris harus masuk kapan saja mereka
dapat.
D. Sejarah Kristen
Agama terjalin secara kuat dengan struktur masyarakat burma; kepercayaan
dan praktik-praktik keagaamaan menyatu dengan kehidupan, keluarga, masyarakat,
suku, dan bangsa. Hal ini berlaku baik untuk kepercayaan tradisional, agama budha
maupun aninisme.
“orang- orang kristen” pertama yang tentang mereka kami mempunyai catatan
cataan adalah tentara protugis yang tertawan dan beberapa pedagang serta para
petualang. Pada tahun 1554 imam katolik yang pertama, yaitu dua biarawaan ordo
dominikan, datang sebagai pendeta untuk melayani orang-orang Kristen pertama itu,
tetapi setelah tiga tahunmereka pergi karena mereka tidak diteima dengan baik oleh
para penjajah portugis; imam-imam ini menyatakan bahwa mereka lebih baik
berkhotbah kebapa babi! Kemudian para tentara yang tertawan di bawa ke burma
tengah, di mana mereka menikahi para wanita burma dan mengabdi sebagai anggota
infantri dan penembak di dalam pasukan kerajaan. Pada permulaaan tahun 1600-an
dua orang dari ordo yesuit melayani mereka sebagai pendeata. Beberapa ratus orang
keturunan komunitas ini masih hidup di burma.
Upaya-upaya pengabaran injil dari para imam Roma Katolik mula-mula
tersebut sepenuhnya di tolak oleh penduduk beragama budha. Rasa takut dan tidak
percaya pada orang-orang asing sudah sedemikian umum sehingga setiap bawahan
dari raja burma yang bergaul dengan mereka kemungkinan diancam. Barangsiapa
yang mendengar doktrin suatu agama baru dianggap penghianat sang raja, yang di
hormati sebagai pelindung tertinggi dari segala sesuatu. Di antara beberapa
misionaris mula-mula tercatat bahwa dua naggota mission estarngeres”dianiaya dan
ditenggelamkan” pada tahun 1693; bahwa uskup pertama di burma, yaitu bapa
gallizia, dan dua imam dari ordo barnabas dibunuh pada tahun 1746, dan uskup
nerini dihukum mati pada tahun 1756. Sikap permusuhan dari para biksu budha dan
perasaan kebencian terhadap orang-orang asing dalam pengadilan buram berarti
tidak ada orang yang tercatat masuk agama kristen sebelum misionaris protestan
dari Amerika tiba di burma tahun 1813.Ann dan adoniram judson meninggalkan
Amerika serikat sebagai misionari dari Congregational churches, tetapi setelah
memepelajari kitab suci dengan teliti semasa perjalanan mereka selama empat puluh
bulan ke india, judson memutuskan bahwa doktrin babtis tentang babtis selam
merupakan doktrin yang tepat, lalu mereka kemudian di babtis dengan babtis selam.
BAB III
PENUTUP
Judson adalah gabungan yang luar biasa dari seorang sarjana yang cermat dan
penginjil yang benaar-benar realistis. Dalam beberapa hari setelah kedatangannya dia mulai
belajar bahasa burma. Setelah mengetahui bahwa banyak pemikiran agama budha
diungkapkan dalam istilah -istilah pali, dia segera menyusun sebuah kamus pali-burma. Pada
tahun 1817 jduson mempublikasikan tarktat-traktat dan injil matius; pada tahun 1823 dia
menyelesaikan kitab perjanjian baru an pada tahun 1834 Alkitab yang lengkap.
Judson memutuskan sejak semula bahwa dia akan membritkan injil dan bukan anti-
budha, lalu dia membuka sebuah zayat (rumah peristrahan ) kecil di pinggir jalan dimana dia
meghabiskan banyak waktu berbicara dengan setiap orang yang singgah beberapa menit saja.
Sesudah lebih dari enam tahun baru orang pertama yang ia bawa bertobat, yang bernama
uNaw, di babtis. Tidak lama setelah ini, judson pergi ke ava untu berusaha mendapat
persetujuan raja agar dia bisa menerbitkan injil, tetapi dia di tolak dengan penghinaan,
walaupun demikian, pelayanannya berlanjut dengan pembukaan sekolah pertama oleh Ny.
Judson pada tahun 182 dan kedatangan misionaris medis pertama dalam tahun yang sama.
KESIMPULAN
Para misioner yang masuk keburma kadang kala mendapat tantangan yang sangat
berat, respon terhadap injil di burma sangat sekali, sehingga para misioner mengunakan
berbagai metode lalu di kembangkan di dalam pelayanan, berbagai organisasi-organisasi di
bangun, memfasilitasi gereja, mendidik sejumlah besar anak-anak muda, membuka sekolah-
sekolah Alkitab, dan seminar-seminar teologi. Itulah metode dan strategi misi para misioner
di burma. Dan saya sebagai penulis sangat mengapresiasikan kesetian para penginjil kepada
Tuhan, seperti yang di sampai kan Yesus “karna itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-
Ku dan babtislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus,”Matius 28:19.
Demikan Makalah saya Tuhan Yesus memberkati