Laporan Kasus - COPD
Laporan Kasus - COPD
Oleh:
Afkar Muzakki, S. Ked 04084822326035
Pembimbing:
dr. Diah Syafriani, Sp.PD, K-P, FINASIM
Laporan Kasus
Chronic Obstructive Pulmonary Disease
Oleh:
Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat dalam mengikuti
Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya/RSUD Siti Fatimah Az-Zahra Sumatera Selatan Periode 27
Maret – 18 Juni 2023.
i
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karenaberkah dan
rahmat-Nya laporan kasus berjudul “Chronic Obstructive Pulmonary Disease” ini dapat
diselesaikan dengan baik. Laporan kasus ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat dalam
mengikuti ujian kepaniteraan klinik di Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUD Siti Fatimah Az-
Zahra, Sumatera Selatan, Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya periode 27 Maret – 18 Juni
2023.
Penulis juga ingin menyampaikan terima kasih kepada dr. Diah Syafriani, Sp.PD, K-P,
FINASIM, karena bimbingannya laporan kasus ini menjadi lebih baik. Penulis juga ingin
menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu hingga selesainya
laporan kasus ini. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan laporan kasus
ini, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan untuk penulisan
yang lebih baik di masa yang akan datang.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN…..………………………………………………..i
KATA PENGANTAR .………………………………………………………….ii
DAFTAR ISI …………………………...………………………………………..iii
DAFTAR GAMBAR …………..…………………………………………….….iv
BAB I PENDAHULUAN……..…………………………………………………3
BAB II STATUS PASIEN…..……….…………………………………………..4
2.1. Identifikasi……………………..……………………………………………4
2.2. Anamnesis………………...…………………………………………………4
2.3 Pemeriksaan Fisik………………...…………………………………………6
2.4 Pemeriksaan Penunjang……………………………………………………..9
2.5 Diagnosis..…………………………………………………………………11
2.6 Diagnosis Banding…...…………………………………………………….11
2.7 Tatalaksana...………………………………………………………………12
2.8 Prognosis…………………………………………………………………..12
2.9 Rencana Pemeriksaan……………………………………………………...12
2.10 Follow Up…………………………………………………...……………..12
BAB III TINJAUAN PUSTAKA..…………………………………………….15
3.1 PPOK…………...………………………………………………………15
BAB IV ANALISIS KASUS.………………………………………………….29
DAFTAR PUSTAKA.…………………………………………………………31
i
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kerusakan pada alveolus ....................................................................17
Gambar 2. Kerusakan pada jalan nafas ................................................................17
Gambar 3. Patofisiologi PPOK.............................................................................18
Gambar 4. Penilaian hambatan saluran nafas dengan FEV1................................19
Gambar 5. Skor dispnea mMRC ..........................................................................21
Gambar 6. Uji penilaian CAT...............................................................................23
Gambar 7. Penilaian gejala atau risiko eksaserbasi PPOK...................................21
Gambar 8. Terapi non farmakologi PPOK ...........................................................23
Gambar 9. Terapi farmakologi PPOK ..................................................................21
Gambar 10. Follow up terapi PPOK .....................................................................23
Gambar 11. SNPPDI PPOK .................................................................................21
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit paru obstruksi kronis (PPOK) adalah penyakit paru-paru yang
ditandai dengan keterbatasan aliran udara secara progresif dan kerusakan jaringan.1
PPOK adalah kondisi paru yang ditandai dengan gejala pernapasan kronis yaitu dispnea
(sesak), batuk, produksi sputum akibat kelainan dari saluran nafas (bronkitis, bronkiolitis)
dan/atau kerusakan pada alveolus (emfisema) yang berlangsung menetap, progresif, dan
terjadi kerusakan pada aliran udara. Peradangan kronis menyebabkan penyempitan saluran
napas dan penurunan rekoil paru.2 PPOK disebabkan karena paparan partikel atau gas
berbahaya.3
Menurut WHO, PPOK merupakan penyebab kematian terbanyak ketiga di dunia,
menyebabkan 3,23 juta kematian pada tahun 2019. 90% kematian PPOK terjadi pada
seorang yang telah berusia kurang dari 70 tahun yang terjadi di negara berkembang. PPOK
menjadi penyebab morbiditas dan mortalitas ketiga terbanyak di dunia.4
Diagnosis PPOK diperoleh dari anamnesis dengan gejala sesak yang progresif, sesak
terus menerus, sesak memberat saat aktivitas, batuk lama, produksi sputum berlebih,
riwayat infeksi, riwayat paparan polutan berbahaya, dan riwayat merokok. Pemeriksaan
yang diperlukan untuk menegakkan PPOK adalah spirometri. Ketika diperoleh FEV/FVC
<0,7 atau FEV1 <12% menandakan adanya keterbatasan aliran udara persisten.5
Prinsip pengobatan PPOK adalah mencegah sebelum terjadi perburukan, yaitu
berhenti merokok menghindari polusi zat-zat berbahaya.6 Karena PPOK adalah penyakit
kronis, pengobatan PPOK untuk mengurangi gejala dan menurunkan risiko kekambuhan.5
Standar kompetensi dokter umum pada PPOK stabil dan PPOK eksaserbasi adalah 3B yaitu
yaitu lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan hasil pemeriksaan penunjang dan memberikan terapi pendahuluan
pada keadaan darurat demi menyelamatkan nyawa atau mencegah keparahan dan/atau
kecacatan pada pasien. Lulusan dokter mampu menentukan usulan rujukan yang paling
tepat bagi penanganan pasien selanjutnya.7
3
BAB II
STATUS PASIEN
2.1 Identifikasi
Nama : Tn. S
Tanggal Lahir : 8 Maret 1957
Umur : 66
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Lubuk Keliat
Pekerjaan : Petani
Agama : Islam
Status pernikahan : Menikah
Suku Bangsa : Indonesia
Bangsal : Paviliun Meranti
MRS : 2 Mei 2023
2.2 Anamnesis
Informasi diperoleh secara autoanamnesis dan alloanamnesis dari pasien
dan istri pasien sejak tanggal 10 Mei 2023.
Keluhan Utama:
Sesak nafas yang memberat sejak 2 hari SMRS.
Riwayat Perjalanan Penyakit:
Sejak 1 tahun yang lalu, pasien mengeluhkan sesak yang terjadi secara
terus-menerus. Sesak terjadi saat melakukan aktivitas kecil dan menghilang
saat istirahat. Sesak dirasakan seperti terhimpit. Sesak tidak dipengaruhi oleh
posisi. Pasien juga mengeluhkan batuk. Batuk dirasakan hilang timbul. Batuk
disertai dengan dahak berwarna jernih. Pasien juga mengeluhkan demam
yang hilang timbul. Pasien mengobati demam dengan minum obat
paracetamol. Pasien tidak mengeluhkan masalah makan dan minum. Pasien
4
5
tidak mengeluhkan saat BAK dan BAB. Pasien pernah dirawat selama 4 hari
karena keluhan sesak yang dialami. Saat pulang, pasien diresepkan obat dan
setiap bulan harus mengambil obat yang sudah diresepkan dari dokter, namun
resep yang diberikan hilang sehingga pasien tidak berobat lagi.
Sejak 2 bulan SMRS, pasien mengeluhkan sesak dirasakan semakin
memberat. Sesak masih dirasakan walaupun sudah beristirahat. Pasien
mengeluhkan batuk dengan dahak berwarna putih. Pasien memutuskan untuk
pergi ke bidan dekat rumah untuk diberikan pengobatan. Pasien mendapatkan
pil grafalin. Pasien mengkonsumsi pil tersebut saat sesak. Sesak berkurang
dengan pil yang diberikan.
Sejak 2 hari SMRS, pasien mengeluh sesak napas yang semakin
memberat, sesak masih dirasakan saat beristirahat. Pasien juga mengeluhkan
batuk disertai dahak berwarna putih. Karena sesak dan batuk tidak
menghilang walaupun telah minum obat akhirnya pasien berobat ke IGD
RSUD Siti Fatimah.
Riwayat Penyakit Dahulu
• Riwayat sakit paru setahun yang lalu
• Riwayat darah tinggi tidak ada
• Riwayat kencing manis tidak ada
• Riwayat batuk darah tidak ada
• Riwayat penyakit asma tidak ada
Riwayat Penyakit pada Keluarga
• Keluhan yang sama dengan keluarga tidak ada
• Riwayat darah tinggi tidak ada
• Riwayat penyakit asma tidak ada
• Riwayat kencing manis tidak ada
• Riwayat keluhan batuk darah pada keluarga disangkal
Riwayat Kebiasaan
• Riwayat merokok selama 27 tahun, 18 batang/hari (Indeks
Brinkman=486, perokok sedang)
6
Pemeriksaan Khusus
Kepala
Bentuk : Normocephali
7
Ekspresi : Wajar
Rambut : Hitam, tidak mudah dicabut.
Alopecia : tidak ada
Deformitas : tidak ada
Perdarahan temporal : tidak ada
Nyeri tekan : tidak ada
Wajah sembab : tidak ada
Mata
Eksoftalmus : tidak ada
Endoftalmus : tidak ada
Palpebral : Edema (-/-)
Konjungtiva palpebral : Pucat (+/+)
Konjungtiva bulbi : injeksi (-/-)
Sklera : Ikterik (-/-)
Kornea : Jernih
Pupil : Bulat, isokor, 3mm/3mm, refleks cahaya (+/+)
Hidung
Deformitas : tidak ada
Sekret : tidak ada
Epistaksis : tidak ada
Napas cuping hidung : tidak ada
Septum : deviasi tidak ada
Telinga
Meatus akustikus eksternus : lapang
Nyeri tekan : processus mastoideus (-), tragus (-)
Nyeri tarik : aurikula (-/-)
8
Mulut
Bibir : sianosis sentral (+) cheilitis (-), pucat (-), stomatitis(-),
ulkus (-) pursed lip breathing (-)
Gigi-geligi : lengkap normal
Gusi : hipertrofi (-), berdarah (-)
Lidah : sianosis sentral (+), oral thrush (-), atrofi papil (-)
Leher
Inspeksi : simetris, scar (-), trakea deviasi (-)
Palpasi : pembesaran kelenjar tiroid/struma (-), pembesaran
KGB (-), tekanan vena jugularis: (5-2) cmH2O
Thoraks
Paru-paru (Anterior)
Inspeksi : bentuk dada (barrel chest), sela iga melebar (+), retraksi
dinding dada (+), spider nevi (-), venektasi (-),
Palpasi : stem fremitus kanan dan kiri menurun, nyeri tekan (-),
krepitasi (-)
Paru-Paru (Posterior)
9
Inspeksi : bentuk dada barrel chest (+), sela iga melebar (+), retraksi
dinding dada (+), Pergerakan dinding dada statis dan dinamis
simetris, spider nevi (-), venerktasi (-)
Palpasi : Stem fremitus kiri dan kanan menurun, nyeri tekan (-),
krepitasi (-)
Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat, voussure cardiaque (-)
Palpasi : Iktus cordis tidak teraba, thrill (-)
Perkusi : Batas jantung atas ICS II linea parasternalis sinistra
Batas jantung kanan ICS IV linea sternalis dextra
Batas jantung kiri ICS V linea midclavicularis sinistra
Auskultasi : HR 102 Bunyi jantung I-II (reguler), M1>M2, T1>T2,
A2>A1, P2>P1, murmur (-), gallop (-), ejection click (-),
opening snap (-), friction rub (-)
Abdomen
Inspeksi : datar, lemas, venektasi (-), striae (-)
Auskultasi : bising usus (+) normal, bruit (-)
Palpasi : nyeri tekan suprapubic (-), hepar teraba (+) , lien tidak
teraba, nyeri ketok CVA (-), ginjal kanan dan kiri
ballotement (-)
Perkusi : timpani, shifting dullness (-)
Ekstremitas
Lengan : gerakan baik ke segala arah, eutonia
10
Hematokrit : 47,8% (N : 40 - 52 %)
MCH : 31 pg (N : 26 - 34 pg)
Hitung Jenis :
Basofil : 0% (N : 0 - 1 %)
Eosinofil : 1% (N : 2 - 4 %)
Neutrofil : 73% (N : 50 - 70 %)
Limfosit : 13% (N : 25 - 40 %)
Monosit : 14% (N : 2 - 8 %)
11
Kimia Klinik
Sinus takikardia
Axis ke kiri
P Pulmonal
12
2.7 Tatalaksana
Non Farmakologis:
Farmakologis:
2.8 Prognosis
Quo ad Vitam : Dubia ad malam
Quo ad Functionam : Dubia ad malam
Quo ad Sanationam : Dubia ad malam
14
2.10 Follow up
S : Sesak ada muncul saat beraktivitas, batuk ada, berdahak, demam tidak
ada
O : Sens = Compos Mentis
RR = 27 x/menit T = 36,6º C NRS = 2
TD = 120/70mmHg N = 92 x/menit SpO2= 99%
Kepala = Konj. Palpebra pucat (+/+), Sklera Ikterik (-/-)
Leher = JVP (5-2) cmH2O, pembesaran KGB (-), pembesaran tiroid(-)
Thorax = Cor = BJ I/II Reguler. Murmur (-), Gallop (-)
Pulmo = Bentuk dada barrel chest, sela iga melebar (+), hipersonor saat
dilakukan perkusi, Vesikuler lapang paru menurun, Ronkhi (-/-), Wheezing (-
/-)
Abdomen = datar, lemas, BU (+) normal, nyeri tekan (-), hepar tidak teraba,
lien tidak teraba, shifting dullness (-), timpani
Ekstremitas = palmar pucat tidak ada, edema pretibial (-/-), akral hangat (+)
clubbing finger pada tangan (+)
A :
● PPOK
● Efusi Pleura
P :
Nonfarmakologis Farmakologis
Hindari ● Pemberian oksigen dititrasi dengan taget
pencetus saturasi oksigen hingga 88-92%.
15
A :
● PPOK
● Efusi pleura
P :
Nonfarmakologis Farmakologis
Hindari ● Pemberian oksigen dititrasi dengan taget
pencetus saturasi oksigen hingga 88-92%.
eksaserbasi,
● Bronkodilator: inhalasi SABA (salbutamol,
berhenti merokok,
fenoterol 100 μg) tanpa SAMA
aktivitas fisik,
perbaiki status ● Kotrtikosteroid: prednisone PO 40 mg
5.1 PPOK
3.1.1 Definisi
Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) adalah penyakit paru-
paru yang ditandai dengan keterbatasan aliran udara progresif dan
kerusakan jaringan.1 PPOK adalah kondisi paru yang ditandai dengan
gejala pernapasan kronis yaitu dispnea (sesak), batuk, produksi
sputum) akibat kelainan dari saluran nafas (bronkitis, bronkiolitis)
dan/atau kerusakan pada alveolus (emfisema) yang berlangsung
menetap, progresif, dan terjadi kerusakan pada aliran udara.
Peradangan kronis menyebabkan penyempitan saluran napas dan
penurunan rekoil paru.2 PPOK disebabkan karena paparan partikel
atau gas berbahaya.3
3.1.2 Epidemiologi
Menurut WHO, PPOK merupakan penyebab kematian terbanyak
ketiga di dunia, menyebabkan 3,23 juta kematian pada tahun 2019.
90% kematian PPOK terjadi pada seorang yang telah berusia kurang
dari 70 tahun yang terjadi di negara berkembang.4 Prevalensi PPOK
meningkat pada perokok (70% kasus PPOK terjadi karena perokok)
dan seseorang yang berusia lebih dari 60 tahun. PPOK menjadi
penyebab morbiditas dan mortalitas ketiga terbanyak di dunia.1
Prevalensi pada pria lebih tinggi dibandingkan wanita. Penelitian
tahun 2013 pada perokok >40 tahun menunjukkan prevalensi PPOK
di DKI Jakarta, Banten dan Jawa Barat adalah 5,4% di perkotaan dan
7,2% di pedesaan. 3
3.1.3 Faktor Risiko
Terdapat beberapa kelompok orang yang memiliki risiko lebih
tinggi untuk mengalami PPOK, kelompok tersebut adalah :3,8
18
19
19
20
20
21
3.1.5 Patofisiologi
PPOK terjadi karena paparan zat rokok dan polutan berbahaya
lainnya dalam jangka panjang yang menyebabkan terjadinya respon
pada sistem imun pada saluran nafas. Respon ini menyebabkan
inflamasi pada saluran nafas. Inflamasi memicu datangnya neutrofil
ke bronkiolus dan alveolus sehingga meningkatkan enzim neutrophil
etalase dan matrix metalloproteinase yang mendegradasi. Akibatnya
elastisitas pada paru hilang. Karena elastisitas berkurang, compliance
paru meningkat. Akibatnya akan terjadi peningkatan volume residu
dan terjadi air trapping (udara tidak dapat keluar karena hilangnya
elastisitas pada paru sehingga saluran udara tidak dapat terbuka) dan
gangguan difusi gas (kerusakan pada dinding alveolus).2
21
22
3.1.6 Klasifikasi
PPOK diklasifikasikan berdasarkan penilaian hambatan saluran
nafas menggunakan persentase FEV1 terhadap FEV1 prediksi untuk
menentukan klasifikasi GOLD 1, 2, 3, 4.5
22
23
23
24
24
25
25
26
26
27
27
28
28
29
29
30
3.1.10 Prognosis
Beberapa yang menjadi indikator prognosis PPOK adalah FEV1,
tingkat respons jalan nafas, IMT rendah, infeksi HIV, penurunan
30
31
31
32
BAB IV
ANALISIS KASUS
Sejak 1 tahun yang lalu, pasien mengeluhkan sesak yang terjadi secara
terus-menerus. Sesak terjadi saat melakukan aktivitas kecil dan menghilang
saat istirahat. Sesak dirasakan seperti terhimpit. Sesak tidak dipengaruhi oleh
posisi. Pasien juga mengeluhkan batuk. Batuk dirasakan hilang timbul. Batuk
disertai dengan dahak berwarna jernih. Pasien juga mengeluhkan demam
yang hilang timbul. Pasien mengobati demam dengan minum obat
paracetamol. Pasien tidak mengeluhkan masalah makan dan minum. Pasien
tidak mengeluhkan saat BAK dan BAB. Pasien pernah dirawat selama 4 hari
karena keluhan sesak yang dialami. Saat pulang, pasien diresepkan obat dan
setiap bulan harus mengambil obat yang sudah diresepkan dari dokter, namun
resep yang diberikan hilang sehingga pasien tidak berobat lagi.
Sejak 2 bulan SMRS, pasien mengeluhkan sesak dirasakan semakin
memberat. Sesak masih dirasakan walaupun sudah beristirahat. Pasien
mengeluhkan batuk dengan dahak berwarna putih. Pasien memutuskan untuk
pergi ke bidan dekat rumah untuk diberikan pengobatan. Pasien mendapatkan
pil grafalin. Pasien mengkonsumsi pil tersebut saat sesak. Sesak berkurang
dengan pil yang diberikan. Namun, efeknya hanya sebentar karena pasien
masih merasakan sesak walaupun saat beristirahat, akhirnya pasien berobat
ke IGD RSUD Siti Fatimah.
Sejak 27 tahun yang lalu, pasien memiliki riwayat kebiasaan merokok
dan sudah berhenti saat pasien mulai sakit. Pasien juga memiliki pekerjaan
petani yang sehari-hari menggunakan mesin uap yang selalu terhirup setiap
harinya. Pasien bekerja menjadi petani selama 20 tahun.
Dari pemeriksaan fisik, didapatkan kesadaran compos mentis, dengan
tanda vital dalam batas normal, tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 102 denyut
per menit, laju pernapasan 24x/menit, SpO2 97% dan temperature 37,1⁰C,
IMT 18,36 kg/m² (underweight). Pada pemeriksaan fisik kepala didapatkan
sklera ikterik (-), konjungtiva pucat (+), lidah sianosis (+). Pada pemeriksaan
32
33
thoraks didapatkan bentuk dada abnormal (barrel chest), sela iga melebar,
terdapat retraksi dinding dada dan tipe pernapasan abdominal torakal. Pada
perkusi diperoleh hipersonor pada seluruh lapang paru. Batas paru lambung
linea aksilaris anterior ICS VII. Batas paru hepar linea aksilaris anterior ICS
VII. Pada auskultasi didapatkan bunyi vesikular lapang paru menurun, rhonki
tidak ada. Jantung dalam batas normal dan pada pemeriksaan abdomen
didapatkan datar, bising usus normal (+), nyeri tekan (-), shifting dullness (-
). Pada ekstremitas atas didapatkan akral hangat dengan clubbing finger pada
jari. Pada ekstremitas bawah akral hangat, CRT <2 detik.
Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang
disimpulkan bahwa pasien PPOK, dengan efusi pleura.
Dari anamnesa pasien mengalami sesak yang tidak dipengaruhi oleh
aktivitas. Sesak terjadi akibat obstruksi saluran nafas dan parenkim paru
karena inflamasi kronis. Inflamasi kronis pada saluran nafas menyebabkan
dinding pada bronkus menjadi merah, bengkak dan berlendir. Lendir ini yang
menyumbat saluran napas dan membuat bernapas menjadi lebih sulit. Lendir
yang banyak ini akan menyebabkan batuk. Kerusakan pada parenkim paru
membuat alveolus semakin sedikit di dalam paru-paru. Akibatnya oksigen
yang harusnya bergerak ke alveolus dan bertukar dengan karbon dioksida
tidak berjalan dengan lancar. Hal ini menyebabkan difusi oksigen tidak
berjalan dengan baik.
Pada pemeriksaan fisik paru, dada pasien tampak seperti tong (barrel
chest). Hal ini terjadi karena kerusakan pada paru sehingga udara yang masuk
ke paru sulit untuk keluar karena penyempitan saluran napas dan gangguan
difusi pada parenkim paru. Akibatnya udara akan terperangkap di paru dan
terbentuk gambaran barrel chest pada dada pasien. Udara yang terperangkap
pada paru membuat paru menjadi besar dan sela iga akan melebar. Sianosis
sentral pada lidah, konjungtiva palpebra pucat dan clubbing finger pada
tangan merupakan tanda oksigen pada jaringan yang rendah dikarenakan
kurangnya suplai oksigen.
33
DAFTAR PUSTAKA
1. Agarwal AK, Raja A, Brown BD. Chronic obstructive pulmonary disease (COPD).
PubMed. Published online August 8, 2022.
2. GOLD. Gobal Initiative For COPD Global Strategy For The Diagnosis,
Management, And Prevention of COPD (2023 REPORT).; 2022.
www.goldcopd.org
3. Liwang F, Yuswar PW, Wijaya E, Sanjaya NP. Kapita Selekta Kedokteran Jili 1
Edisi Ke-5.; 2020.
4. WHO. Chronic obstructive pulmonary disease (COPD). Published 2023. Accessed
May 14, 2023. https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/chronic-
obstructive-pulmonary-disease-(copd)
5. GOLD. Pocket Guide To COPD Diagnosis, Management, and Prevention A Guide
for Health Care Professionals.; 2020. www.goldcopd.org
6. Chronic obstructive pulmonary disease (COPD): Overview - InformedHealth.org -
NCBI Bookshelf. Published 2022. Accessed May 14, 2023.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK315789/
7. Kedokteran Indonesia K. Standar Nasional Pendidikan Profesi Dokter Indonesia.;
2019.
8. COPD - Causes and Risk Factors. NHLBI. Published 2022. Accessed May 14, 2023.
https://www.nhlbi.nih.gov/health/copd/causes
9. Mayo Clinic. COPD Diagnosis and treatment. Published 2020. Accessed May 13,
2023. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/copd/diagnosis-
treatment/drc-20353685
10. Hikichi M, Mizumura K, Maruoka S, Gon Y. Pathogenesis of chronic obstructive
pulmonary disease (COPD) induce by cigarette smoke. Published online 2019.
3
4