Anda di halaman 1dari 28

CRITICAL BOOK REVIEW

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
Disusun Sebagai Tugas Matakuliah Pendidikan PKN Kelas Tinggi di SD
Dosen Pengampu : Nurhalimah Siahaan S.Pd.,M.Pd.

Disusun Oleh :

Farah Maisya Khair 1902090005

VI E PGSD PAGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji Syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat

serta karuniaNya saya dapat menyelesaikan Tugas ini sebagaimana kemampuan yang saya

miliki. Saya sangat berharap tugas ini dapat berguna sebagai penambah wawasan serta

pengetahuan mengenai Mata kuliah Pendidikan PKN Kelas Tinggi di SD. Saya juga

menyadari bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang

saya harapkan. Untuk itu, saya berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di

masa yang akan datang, mengingat bahwa tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana

yang membangun.

Semoga tugas ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya tugas

ini dapat berguna bagi saya sendiri maupun orang yang membacanya. Akhir kata semoga

tugas ini dapat memberikan mafaaat kepada kita sekalian.

Medan, 19 Juni 2022

Farah Maisya Khair

NPM : 1902090005
BAB I
PENDAHULUAN
a) Informasi Bibliografi
Judul : Pendidikan Kewarganegaraan
Penulis : Drs. Payerli Pasaribu, M.Si
Penerbit : Unimed Press
Tahun Terbit : 2016
Urutan Cetakan : Cetakan Ketiga (edisi revisi)
Dimensi Buku :-
Tebal Buku : 194 halaman
BAB II
PEMBAHASAN SECARA UMUM BUKU

BAB I (PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI MATA KULIAH


PERGURUAN TINGGI)
A. Pengertian dan Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan
1. Sejarah Pendidikan Kewarganegaraan
Berkenaan dengan pendidikan kewarganegaraan di Indonesia telah dikenal berbagai
macam istilah yang pernah timbul dalam Kurikulum Sekolah yaitu : Istilah Kewarganegaraan
pada tahun 1957, Civics pada tahun 1961, Pendidikan Kewarganegaraan pada tahun 1968,
Pendidikan Moral Pancasila pada tahun 1975.
2. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan
Pada dasarnya pendidikan kewarganegaraan merupakan salah satu mata pelajaran
yang inovatif untuk membuka jalan kea rah penyiapan warga negara yang cerdas, kritis,
kreatif dan rasional.Pendidikan ini diberikan kepada peserta didik dalam wujud ilmu
pengetahuan dan kemampuan dasar yang berkenaan dengan hubungan antara warga negara
dengan negara, warga negara dengan sesame warga negara.Pendidikan kewarganegaraan
bertujuan mendidik peserta didik agar menjadi warga negara yang dapat diandalkan oleh
bangsa dan negara dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
3. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan
Matakuliah Pendidikan Kewarganegaraan bertujuan untuk membentuk warga negara
yang cerdas, terampil, dan berkarakter serta setia kepada bangsa dan negara Indonesia yang
berdasarkan pada Pancasila dan UUD 1945. Matakuliah pendidikan kewarganegaraan
diharapkan mampu menjadi pengikat untuk menyatukan peserta didik yang beragam dari segi
agama, sosio-kultural, bahasa, usia, profesi dan suku bangsa sekaligus membangun budaya
kebersamaan atau persatuan yang dapat menopang tetap berdirinya Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
B. Landasan Pendidikan Kewarganegaraan
1. Landasan Ilmiah
Untuk dapat hidup berguna dan bermakna bagi bangsa dan negara diperlukan
penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni (IPTEKS) yang berlandaskan nilai-nilai
agama, moral, kemanusiaan dan budaya bangsa Indonesia yang tercermin dalam falsafah
Pancasila dan UUD 1945.
2. Objek Pembahasan Pendidikan Kewarganegaraan
Keputusan Dirjen Pendidikan Tinggi No. 43/DIKTI/Kep/2006, menetapkan objek
pembahasan Pendidikan Kewarganegaraan meliputi pokok-pokok bahasan yang mengkaji (1)
Filsafat Pancasila, (2) Identitas Nasional, (3) Negara dan Konstitusi yang mencakup Hak dan
Kewajiban Warga Negara (4) Demokrasi Indonesia, (5) Rule of Law dan Hak Asasi Manusia,
(6) Hak dan Kewajiban Warga Negara, (7) Geopolitik Indonesia/Wawasan Nusantara (8)
Geostrategi Indonesia/Ketahanan Nasional.
3. Landasan Hukum
a. UUD 1945
b. Ketetapan MPR No. II/MPR/1999 tentang Garis-garis Besar Haluan Negara
c. Undang-undang No. 20 tahun 1982 tentang ketentuan-ketentuan pokok pertahanan
keamanan Negara Republik Indonesia (Jo. UU No. 1 tahun 1988)

BAB 2 (FILSAFAT PANCASILA)


A. Filsafat Sebagai Produk dan Proses
1. Pengertian Filsafat
Pada dasarnya filsafat adalah suatu bidang ilmu yang senantiasa ada dan menyertai
kehidupan manusia.Menurut pengertian umum, filsafat adalah ilmu pengetahuan yang
menyelidiki hakekat segala sesuatu untuk memperoleh kebenaran. Filsafat adalah ilmu
pengetahuan tentang hakikat yang menanyakan apa hakikat atau sari atau inti atau esensi
segala sesuatu (Soetriono & Hanafie, 2007: 20).
2. Filsafat Sebagai Produk
Para ahli menerangkan bahwa objek filsafat itu dibedakan menjadi dua, yaitu objek
material dan formal. Objek material ini banyak yang sama dengan objek material sains. Sains
memiliki objek material yang empiris. Filsafat menyelidiki objek filsafat itu juga tetapi bukan
bagian yang empiris melainkan bagian yang abstrak. Sedang objek formal filsafat ialah
mencari keterangan yang sedalam-dalamnya tentang objek materi filsafat (yakni segala
sesuatu yang ada dan yang mungkin ada).
Dari uraian yang tertera diatas, maka:
 Objek material filsafat adalah yang ada dan mungkin ada, baik materiil konkret,
psikis maupun nonmaterial abstrak psikhis.
 Objek formal filsafat ialah usaha mencari keterangan secara radikal (sedalam-
dalamnya sampai ke akhirnya). Atau mengerti objek filsafat materill secara hakiki
dan mendalam.
3. Filsafat Sebagai Proses
Filsafat sebagai suatu proses diartikan sebagai suatu bentuk suatu aktifitas berfilsafat,
dalam proses pemecahan suatu permasalahan dengan menggunakan suatu cara dan metode
tertentu yang sesuai dengan objek. Dalam pengertian ini filsafat merupakan suatu system
pengetahuan yang bersifat dinamis. Filsafat tidakhanya menjadi sekumpulan dogma yang
diyakini, ditekuni, dan dipahami sebagai suatu sistem nilai tertentu,melainkan lebih
merupakan suatu aktivitas berfilsafat. Atau dengan kata lain diartikan sebagai aktivitas
pemecahan masalah dengan menggunakan metode tertentu yang sesuaidengan objek
permasalahannya.
B. Pancasila Sebagai Sistem Filsafat; Ideologi Bangsa dan Negara Republik
Indonesia
1. Pancasila Sebagai Sistem
Pancasila sebagai suatu sistem memiliki usur-unsur yang berbeda, hal ini dapat kita
lihat dalam sila-sila pancasila yang memiliki ragam makna yang berbeda, namun system
dalam pancasila mempunyai suatu kesatuan yang utuh dan bulat. Sila-sila dalam pancasila
saling berhubungan satu dengan yang lain untuk mencapai tujuan tertentu. Diantaranya
pancasila sebagai dasar Negara mempunyai fungsi sebagai pedoman di dalam berbangsa dan
bernegara juga sebagai moral bangsa Indonesia dalam membentuk suatu Negara.
2. Kesatuan Sila-Sila Pancasila Sebagai Suatu Sistem Filsafat
Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia tercantum dalam pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945 pada alinea keempat,merupakan kesatuan yang utuh secara
sistematis. Pancasila sebagai dasar falsafah negara ditegaskan dalam Pembukaan Undang-
Undang 1945, yaitu :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa, sila ini mengandung pengertian pengakuan bangsa
Indonesia terhadap adanya Tuhan.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab menempatkan manusia sesuai dengan harkatnya
sebagai makhluk Tuhan.
3. Persatuan Indonesia, mengandung arti prinsip nasionalisme, cinta bangsadan tanah
air.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, tidak lain adalah demokrasi Indonesia.
5. Keadilan sosial bagi sluruh rakyat Indonesia, menghendaki adanya kemakmuran yang
merata diantara seluruh rakyat; bukan merata statia, melainkan merata dinamis yang
meningkat.
3. Filsafat Pancasia Sebagai Nilai Dasar Fundamental bagi Bangsa dan Negara
Republik Indonesia
Nilai-nilai Pancasila yaitu, nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai persatuan, nilai
kerakyatan dan nilai keadilan sesungguhnya adalah nilai dasar fundamental yang bersifat
objektif, positif, intrinsik dan transenden. Nilai-nilai pancasila besifat objektif karena semua
ciri-ciri objektif nilai-nilai pancasila itu terpenuhi, seperti aseperti abstrak, umum, universal
dan abadi.
Nilai –nilai pancasila bersifat objektif, maksudnya :
1. Rumusan dari pancasila itu sendiri memiliki makna yang terdalam menunjukkan
adanya sifat umum universal dan abstrak
2. Inti dari nilai pancasila akan tetap ada sepanjang masa dalam kehidupan bangsa
Indonesia
3. Pancasila dalam pembukaan UUD 1945 merupakan sumber dari segala sumber
hukum di Indonesia
4. Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa dan Negara Indonesia
Idiologi berasal dari kata idea, yaitu berarti gagasan, konsep pengertian dasar, cita-cita
dan logos yang artinya ilmu secara harafiah idiologi berarti ilmu yang mempelajari tentang
ide-ide atau ajaran-ajaran tentang pengertian dasar (kodhi dan soejadi 1998:49).
Pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara Indonesia yang tak lain adalah ideologi
terbuka. Pancasila sebagai ideologi terbuka artinya nilai-nilai dasar Pancasila bersifat tetap,
namun dapat dijabarkan menjadi nilai instrumental yang berubah dan berkembang secara
dinamis dan kreatif sesuai dengan kebutuhan perkembangan masyarakat Indonesia .
5. Makna Nilai – Nilai Setiap Sila – Sila Pancasila
Berikut penjelasannya :
a. Sila Pertama : “Ketuhanan Yang Maha Esa”
Berikut nilai-nilai yang terkandung dalam sila pertama antara lain :
 Keyakinan terhadap adanya Tuhan yang Maha Esa dengan sifat-sifatnya yang
Mahasempurna.
 Kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya.
b. Sila Kedua : “Kemanusiaan yang Adil dan Beradab”
Terkandung nilai-nilai sebagai berikut :
 Pengakuan terhadap adanya harkat dan martabat manusia.
 Pengakuan terhadap keberadaan manusia sebagai makhluk yang paling mulia diciptakan
Tuhan.
c. Sila Ketiga : “Persatuan Indonesia”
Adapun nilai-nilai yang terkandung dalam sila ketiga, antara lain sebagai berikut.
 Menempatkan persatuan, kesatuan, kepentingan, dan keselamatan bangsa dan negara di
atas kepentingan pribadi dan golongan.
 Pengakuan terhadap keragaman suku bangsa dan budaya bangsa dan sekaligus
mendorong ke arah pembinaan persatuan dan kesatuan bangsa.
d. Sila Keempat : “Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan dan Perwakilan”
Adapun nilai-nilai yang terkandung dalam sila keempat, antara lain sebagai berikut.
 Kedaulatan negara ada di tangan rakyat.
 Manusia Indonesia sebagai warga masyarakat dan warga negara mempunyai kedudukan,
hak, dan kewajiban yang sama.
e. Sila Kelima “Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia”
Adapun nilai-nilai yang tercermin dalam sila kelima, antara lain sebagai berikut.
 Mewujudkan keadilan dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, terutama meliputi
bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial, kebudayaan, dan pertahanan keamanan
nasional.
 Bersikap adil dan suka memberi pertolongan kepada orang lain.
 Cinta akan kemajuan dan pembangunan bangsa, baik material maupun spiritual.
6. Fungsi Filsafat Pancasila
Untuk mengetahui lebih lanjut lagi tentang fungsi filsafat Pancasila perlu dikaji
tantang ilmu-ilmu yang erat kaitannya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Fungsi
filsafat secara umum, sebagai berikut
i. Memberi jawaban atas pernyataan yang bersifat fundamental atau mendasar dalam
kehidupan bernegara.
ii. Mencari kebenaran yang bersifat substansi tentang hakikat negara, ide negara atau
tujuan negara; dan
iii. Berusaha menempatkan dan menjadi perangkat dari berbagai ilmu pengetahuan yang
berkaitan dengan kehidupan bernegara.
BAB 3 (IDENTITAS NASIONAL)
Pendahuluan
Pada era globalisasi dewasa ini ideologi kapitalis bisa saja menguasai dunia.
Kapitalisme dapat mengubah masyarakat dan menjadi sistem internasional yang menentukan
nasib ekonomi sebagian besar bangsa-bangsa didunia. Merujuk pendapat Toyenbee setiap
bangsa yang memiliki ciri khas tersendiri akan menghadapi tantangan dari pengaruh budaya
asing.
Demikian halnya dengan bangsa Indonesia, agar dapat tetap eksis menghadapi
globalisasi, maka harus tetap meletakkan jati diri dan identitas nasional yang merupakan
kepribadian Indonesia sebagai dasar pengembangan kreatifitas budaya dalam pergaulan
internasional. Identitas nasional Indonesia yang diharapkan tidak cukup hanya dipahami
secara statis, tetapi juga dalam konteks dinamis. Karena pengembangan identitas nasional
secara dinamis lebih memungkinkan suatu bangsa diperhitungkan dalam pergaulan antar
bangsa didunia.
Sehubungan dengan identitas nasional secara dinamis, bangsa Indonesia harus
memiliki visi yang jelas. Terlebih dalam melakukan reformasi identitas nasional Indonesia
haruslah dikembangkan melalui dasar filosofi bangsa dan negara yaitu Bhinneka Tunggal Ika,
yang terkandung dalam filosofi Pancasila.
A. PENGERTIAN DAN KARAKTERISTIK IDENTITAS NASIONAL
1. Pengertian Identitas Nasional
Istilah “identitas nasional” secara termologis adalah suatu ciri yang dimiliki
oleh suatu bangsa yang secara filosofis membedakan bangsa tersebut dengan bangsa
lain (Kaelan & Zubaidi, 2007:43) merujuk pada pengertian ini, dapat dipastikan
bahwa setiap bangsa memiliki identitas yang menjadi keunikan tersendiri, yang
tercermin dalam sifat, ciri-ciri serta karakter dari bangsa bersangkutan. Bangsa
adalah sekelompok besar manusia yang dalam proses sejarahnya mengalami
persamaan nasib, dan oleh karenanya mempunyai persamaan watak atau karakter
yang kuat untuk bersatu dan hidup bersama mendiami suatu wilayah tertentu sebagi
suatu “kesatuan nasional”.
Linton juga mengemukakan pengertian tentang status personality, yaitu watak
individu yang ditentukan oleh statusnya yang didapatkan dari kelahiran maupun dari
segala daya upayanya. Berdasarkan uraian diatas, maka pengertian kepribadian
sebagai suatu identitas nasional suatu bangsa, adalah keseluruhan atau totalitas dari
kepribadian individu-individu sebagai unsur yang membentuk bangsa tersebut.
Namun demikian, identitas nasional suatu bangsa tidak cukup hanya dipahami
secara statis mengingat bangsa adalah kumpulan manusia-manusia yang senantiasa
berinteraksi dengan bangsa lain di dunia dengan segala hasila budayanya. Oleh
karena itu, identitas nasional suatu bangsa termasuk identitas nasional Indonesia juga
harus dipahami dalam konteks dinamis. Oleh karena itu, identitas nasional bangsa
Indonesia juga harus dipahami dalam arti dinamis, yaitu bagaimana bangsa Indonesia
melakukan akselerasi dalam pembangunan, termasuk proses interaksinya secara
global dengan bangsa-bangsa lain didunia internasional.
2. Karakteristik Identitas Nasional
a. Unsur-Unsur Identitas Nasional
Identitas nasional pada hakikatnya merupakan manifestasi nilai-nilai budaya
yang tumbuh dan berkembang dalam berbagai aspek kehidupan suatu nation
(bangsa) dengan ciri-ciri khas, dimana dengan ciri-ciri yang khas tersebut suatu
bangsa berbeda dengan bangsa lain dalam hidup dan kehidupannya.
b. Pelaksanaan Unsur-Unsur Identitas Nasional
Pada hakikatnya identitas nasional Indonesia sebagai bangsa didalam hidup
dan kehidupan berbangsa dan bernegara adalah Pancasila yang aktualisasinya
tercermin dalam berbagai penataan kehidupan kita dalam arti luas. Perlu
dikemukakan bahwa nilai-nilai budaya yang tercermin sebagai identitas nasional
Indoensia bukanlah barang jadi yang sudah selesai “mandheg” dalam kebekuan
normatif dan dogmatis, melainkan sesuatu yang “terbuka” cenderung terus
menerus bersemi sejalan dengan hasrat menuju kemajuan yang diimplikasinya
adalah bahwa identitas nasional adalah juga sesuatu yang terbuka, dinamis dan
dialektis untuk ditafsir dengan diberi makna baru agar tetap relevan dan
fungsional dalam kondisi aktual yang berkembang dalam masyarakat.
Untuk mendukung tetap tumbuh dan berkembangnya identitas nasional bagi
bangsa Indonesia diperlukan adanya :
a) Nasionalisme yang kuat menjadi pilar terhadap pengaruh buruk
perkembangan teknologi yang cukup pesat.
b) Implementasi norma dan agama yang menjadi landasan untuk dapat memilih
dan memilah informasi yang dapat digunakan.
c) Pelestarian nilai budaya bangsa yang dapat dijadikan filter terhadap berbagai
pengaruh negatif serta pilar pendukung penguruh budaya asing yang
berdampak positif bagi kehidupan berbangsa dan bernegara.
B. PANCASILA SEBAGAI KEPRIBADIAN DAN IDENTITAS NASIONAL
INDONESIA
1. Pancasila Sebagai Sumber Kepribadian dan Identitas Nasioanal Indonesia
Bangsa Indonesia sebagai salah satu bangsa dari masyarakat Internasional,
memiliki sejarah serta prinsip dalam hidupnya yang berbeda dengan bangsa-bangsa
lain didunia. Prinsip-prinsip dasar hidup berbangsa dan bernegara ditemukan oleh
founding fathers dari filsafat hidup atau pandangan hidup bangsa Indonesia, yang
diabstaraksikan menjadi filsafat negara yaitu Pancasila.
Dapat pula dikatakan bahwa Pancasila sebagai dasar filsafat bangsa dan
negara Indonesia pada hakikatnya bersumber kepada nilai-nilai budaya dan
keagamaan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia sebagai kepribadian bangsa.
2. Sejarah Budaya Bangsa Sebagai Akar Identitas Nasional
Nilai-nilai esensial yang terkandung dalam Pancasila, yaitu: Ketuhanan,
Kemanusiaan, Perstuan, Kerakyatan serta Keadilan, dalam kenyataannya secara
objektif dimiliki oleh bangsa Indonesia sejak zama dahulu kala sebelum mendirikan
negera. Proses terbentuknya bangsa dan negara Indonesia melalui suatu proses
sejarah yang cukup panjang yaitu sejak zaman kerajaan-kerajaan pada abad ke-IV,
ke-V kemudian dasar-dasar kebangsaan Indonesia telah mulai nampak pada abad ke-
VII, yaitu ketika timbulnya kerajaan Sriwijaya dibawah wangsa Syailendra di
Palembang, kemudian kerajaan Airlangga dan Majapahit di Jawa Timur serta
kerajaan-kerajaan lainnya. Proses terbentuknya nasionalisme yang berakar pada
budaya ini menurut Yamin diistilahkan sebagai fase terbentuknya nasionalisme lama,
dan oleh karena itu secara objektif sebagai dasar identitas nasionalisme Indonesia.
Akhirnya titik kulminasi sejarah perjuangan bangsa Indonesia untuk
menemukan identitas nasionalnya sendiri, membentuk suatu bangsa dan negara
Indonesia tercapai pada tanggal 17 Agustus 1945 yang kemudian diproklamasikan
sebagai suatu kemerdekaan bangsa Indonesia.

BAB 4 : (NEGARA DAN KONSTITUSI)


Pendahuluan
A. PENGERTIAN NEGARA DAN KONSTITUSI
1. Negara
Untuk menunjukkan negara teritorial pertama kali di Italia dikenal istilah “lo
stato”. Lo stato adalah sistem fungsi dan segenap organ umum yang tersusun rapi
yang mendiami suatu wilayah tertentu. Miriam Budiardjo menyatakan bahwa
negara merupakan integrasi dari kekuasaan politik. Negara merupakan organisasi
pokok darri ekuaasaan politik. Negara adalah alat dari masyarakat yang
mempunyai kekuasaan untuk mengatur hubungan-hubungan manusia dalam
masyarakat dan menertibkan gejala-gejala kekuasaan dalam masyarakat.
Negara adalah organisasi yang dalam sesuatu wilayah dapat memaksakan
kekuasaannya secara sah terhadap semua golongan kekuasaan lainnya dan dapat
menetapkan tujuan-tujuan dari kehidupan bersama itu (Budiardjo, 1999:38).
Hukum tidak boleh dilepaskan dari negara, dan negara juga tidak boleh dilepaskan
dari hukum. Karena hukum adalah pernyataan kemauan negara yang dicantumkan
dalam undang-undang, dan hukum memperkuat kedudukan negara.
Fungsi negara yang lebih terperinci dikemukakan oleh Miriam Budiardjo,
yaitu : (1). Mengendalikan dan mengatur gejala-gejala kekuasaan yang asosial (2).
Mengorganisir dan mengintegrasikan kegiatan manusia dan golongan-golongan
kearah tercapainya tujuan-tujuan dari masyarakat seluruhnya.
2. Negara Republik Indonesia
Bangsa dan negara Indonesia tumbuh dan berkembang dengan
dilatarbelakangi oleh kekuasaan dan penindasan bangsa asing dalam masa
penjajahan. Latar belakang terbentuknya negara Republik Indonesia tercermin
dalam Pembukaan UUD 1945. Ditinjau dari ketatanegaraan negara adalah suatu
organisasi yang merupakan tata aturan kerja alat-alat perlengkapan negara.
3. Konstitusi
Konstitusi berasal dari bahasa Inggris “Constitution” atau dari bahasa Belanda
“Constitutie”, yang terjemahannya adalah Undang-Undang Dasar. Lasalle
berpendapat bahwa konstitusi yang sesungguhnya menggambarkan hubungan
antara kekuasaan yang terdapat dalam masyarakat. Konstitusi merupakan sumber
pokok dari kelahiran pemerintah. Dengan demikian, konstitusi adalah merupakan
de hooghste politieke beslissing, yang berisi segala sistem dan struktur politik
berikut serta tata hidup masyarakat negara. Fungsi dari konstitusi adalah
mengantarkan cita-cita manusia dalam hidup bernegara.
Menurut Kaelan dan Zubaidi, (2007:81-82) konsensus yang menjamin
tegaknya konstitusi dizaman modern dewasa ini pada umumnya dipahami
berdasarkan pada tiga elemen kesepakatan atau consensus, yaitu :
1. Cita-cita bersama yang sangat menentukan tegaknya konstitusialisme dan
konstitusi dalam suatu negara.
2. Kesepakatan bahwa basis pemerintahan didasarkan atas aturan hukum dan
konstitusi.
3. Berkenaan dengan (a) bangunan organ negara dan prosedur-prosedur yang
mengatur kekuasaan, (b) hubungan-hubungan antar organ negara itu satu sama
lain, serta (c) hubungan antar organ-organ negara itu dengan warga negara.
B. KONSTITUSI INDONESIA
1. Hukum Dasar Tertulis (Undaang-Undang Dasar)
Menurut Budiarjo (1999) secara umum Undang-Undang Dasar menentukan
bagaimana kekuasaan bekerja sama. Selain itu Undang-Undang Dasar juga
mengatur hubungan-hubungan kekuasaan dalam satu negara. Setiap UUD memuat
ketentuan-ketentuan mengenai soal-soal sebagai berikut :
a) Organisasi negara
b) Hak-hak asasi manusia
c) Prosedur mengubah UUD
d) Adakalanya memuat larangan untuk mengubah sifat tertentu dari UUD.

Menurut Kaelan & Zubaidi (2007:85) hal ini mengandung makna:


a) Telah cukup jikalau UUD hanya memuat aturan-aturan pokok, hanya memuat
garis-garis besar instruksi kepada pemerintah pusat dan lain-lain
penyelenggara negara untuk menyelenggarakan kehidupan negara dan
kesejahteraan negara.
b) Sifatnya yang supel (elastic) dimaksudkan bahwa kita senantiasa harus ingat
bahwa masyarakat itu harus terus berkembang, dinamis.
2. Hukum Dasar Tidak Tertulis (Convensi)
Convensi mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
a) Merupakan kebiasaan yang berulang kali dan terpelihara dalam praktek
penyelenggara negara
b) Tidak bertentangan dengan UUD dan berjalan sejajar.
c) Diterima oleh seluruh rakyat
d) Bersifat sebagai pelengkap, sehingga memungkinkan sebagai aturan-aturan
dasar yang tidak terdapat dalam UUD.
3. Sistem Pemerintahan Negara Menurut UUD 1945 Hasil Amandemen 2002
Sebelum amandemen sistem pemerintahan negara kesatuan Republik Indonesia
diuraikan dalam penjelasan UUD 1945. Berdasarkan penjelasan tersebut terdapat
7 sistem pemerintahan sebagai pewujud nyata kedaulatan rakyat. Tetapi setelah
reformasi, dengan adanya amandemen UUD 1945 tujuh kunci pokok pemerintah
yang dikenal sebelum amandemen tidak lagi menjadi dasar yuridis. Merujuk
Kaelan & Zubaidi (2007: 91-93) sistem pemerintahan NKRI menurut UUD 1945
hasil amandemen adalah sebagai berikut :
a) Indonesia ialah negara yang berdasarkan atas hukum
b) Sistem konstitusional
c) Kekuasaan negara yang tertinggi di tangan rakyat
d) Presiden ialah penyelenggara pemerintah negara yang tertinggi disamping
MPR dan DPR
e) Presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR
f) Menteri negara ialah pembantu presiden, menteri negara tidak bertanggung
jawab kepada DPR
g) Kekuasaan kepala negara tidak tak terbatas
4. Negara Indonesia Adalah Negara Hukum
Menurut penjelasan UUD 1945, negara Indonesia adalah negara hukum,
negara hukum yang berdasarkan Pancasila dan bukan berdasarkan atas kekuasaan.
Ciri-ciri negara hukum, yaitu :
a) Pengakuan dan perlindungan hak-hak asasi yang mengandung persamaan
dalam bidang politik, hukum, sosial, ekonomi dan kebudayaan
b) Peradilan yang bebas dari suatu pengaruh kekuasaan atau kekuatan lain dan
tidak memihak
c) Jaminan kepastian hukum, yaitu jaminan bahwa ketentuan hukumnya dapat
dipahami dan aman dalam melaksanakannya.

Untuk menjamin penegakan hukum, sejak era reformasi bangsa Indonesia


berupaya dengan sungguh-sungguh mengembalikan peran hukum, aparat penegak
hukum beserta seluruh sistem peraturan perundang-undangan sesuai dengan
tuntutan Pancasila dan UUD 1945. Sebagai negara hukum yang menganut
demokrasi Pancasila, pembangunan huku di Indonesia diarahkan pada
terwujudnya sistem hukum yang mengabdi pada kepentingan nasional.

BAB 5 (DEMOKRASI INDONESIA)


1. Demokrasi Normatif Dan Demokrasi Empirik

Dalam ilmu politik, dikenal dua macam pemahaman tentang demokrasi, yaitu pemahaman
normatif dan pemahama secara empirik. Untuk pemahaman empiric disebut juga sebagai procedural
democracy, Dalam pemahaman normatif, demokrasi merupakan sesuatu yang secara idiil hendak
dilakukan atau diselenggarakan oleh sebuah Negara, misalnya kita mengenal ungkapan
“Pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat”.
Kalangan ilmuwan politik, setelah mengamati praktek demokrasi diberbagai Negara,
merumuskan demokrasi secara empirik dengan menggunakan sejumlah indicator tertentu.
Berdasarkan defenisi yang diajukan Julian Linz, demokrasi secara empiric menekankan apakah dalam
suatu sistem politik pemerintah memberikan ruang gerak yang cukup tinggi bagi masyarakatnya untuk
melakukan partisipasi guna memformulasikan prefensi politik mereka melalui organisasi politik yang
ada.
2. Arti dan Perkembangan Demokrasi
Demokrasi mempunyai arti yang penting bagi masyarakat yang menggunakannya, sebab
dengan demokrasi hak masyarakat untuk menentukan sendiri jalannya organisasi Negara dijamin.
Oleh sebab itu, hampir semua pengertian yang diberikan untuk istilah demokrasi selalu memberikan
posisi penting bagi rakyat kendati secara operasional implikasinya diberbagai Negara tidak selalu
sama.
Meskipun dari berbagai penelitian itu terlihat bahwa rakyat diletakkan pada posisi sentral
“rakyat berkuasa” (government or role by the people) tetapi dalam prakteknya oleh UNESCO
disimpulkan bahwa ide demokrasi itu dianggap ambiguous atau mempunyai arti ganda, sekurang-
kurangnya ada ambiguity atau ketaktentuan mengenai lembaga-lembaga atau cara-cara yang dipakai
untuk melaksanakan ide, atau mengenai keadaan cultural atau histories yang mempengaruhi istilah ide
dan praktek demokrasi (Budiardjo, 1982 : 50). Hal ini bisa dilihat betapa Negara-negara yang sama-
sama menganut asas-asas demokrasi ternyata mengimplementasikan secara tidak sama.
Ketidaksamaan tersebut bahkan bukan hanya pada pembentukan lembaga-lembaga atau aparatur
demokrasi, tetapi juga menyangkut pertimbangan porsi yang terbuka bagi kepentingan maupun
peranan rakyat.
3. Demokrasi konstitusional dalam Abad ke 19

Teori-teori kontrak sosial yang dicetuskan John locke dari inggris (1632-1704) dan
Montesquieu dari perancis (1689-1755) adalah merupakan usaha untuk mendobrak dasar dari
pemerintahan absolut dan menetapkan hak-hak politik rakyat. Ide-ide yang memunculkan hak-hak
politik inilah yang kemudian mendorong terjadinya revolusi Perancis pada akhir dan revolusi
Amerika melawan Inggris.
Pergolakan-pergolakan yang ditimbul akibat dari ide-ide hak politik rakyat, pada abad 19
gagasan mengenai demokrasi mendapat wujud yang knkrit sebagai program dan sistem politik. Pada
masa ini demokrasi semata-mata bersifat politik yang menonjolkan kemerdekaan individu, kesamaan
hak dan serta hak pilih untuk semua warga Negara.
Dalam abad ke-19 dan permulaan abad ke-20 gagasan mengenai perlunya pembatasan
mendapat perumusan yang yuridis. Namun demikian perumusannya hanya menyangkut bidang
hukum saja dalam arti yang sempit. Sebab gagasan-gagasan itu hanya membatas Negara dan
pemerintah untuk tidak campur tangan dalam urusan warga negaranya.
4. Demokrasi Konstitusional pada abad ke-20

Pada abad 20 gagasan yang melarang pemerintah campur tangan dlam urusan warga Negara,
secara gradual berubah menjadi gagasan bahwa pemerintah bertanggung jawab atas kesejahteraan
rakyat. Perubahan-perubahan ini didorong oleh adanya perubahan sosial dan ekonomi sesudah perang
dunia II.
Demokrasi abad 20 ini menekankan disamping hak-hak politik, juga hak-hak sosial dan
ekonomi harus diakui dan dipelihara, dalam arti bahwa harus ada standart-standart dasar sosial
ekonomi yang diatur dalam konstitusi.
Selain adanya gagasan baru tentang Rule of Law pada perkembangan demokrasi International
Commission of Jurists dalam koonferensinya di Bangkok juga merumuskan demokrasi sebagai sistem
politik.
5. Bentuk-bentuk Demokrasi

Sistem Presindensial : Sistem ini menenkankan pentingnya pemilihan presiden secara


langsung, sehingga presiden terpilih mendapatkan mandat secara langsung dari rakyat.
Sistem Parlementer : Sistem ini menerapkan model hubungan yang menyatu antara
kekuasaan eksekutif dan legislative.
Selain bentuk demokrasi sebagaimana dipahami diatas terdapat beberapa sistem demokrasi
yang mendasarkan prinsip filosofi Negara.
1. Demokrasi Perwakilan Liberal

Prinsip demokrasi ini didasarkan pada suatu filsafat kenegaraan bahwa manusia adalah
sebagai makhluk individu yang bebas. Dalam sistem demokrasi ini kebebasan individu menjadi dasar
fundamental dalam pelaksanaan demokrasi.
2. Demokrasi satu partai dan komunisme

Demokrasi satu partai pada umumnya dilaksanakan dinegara-negara komunis, karena itu
demokrasi ini sering diidentikkan dengan demokrasi komunis.

PERKEMBANGAN DEMOKRASI DI INDONESIA


1. Demokrasi Pemerintahan Masa Revolusi Kemerdekaan (1945-1949)

Pada awal kemerdekaan para penyelenggara Negara mempunyai komitmen mewujudkan


demokrasi politik di Indonesia. Beberapa hal yang fundamental yang merupakan peletakan dasar bagi
demokrasi di Indonesia untuk masa-masa selanjutnya.
Pertama, political fancihise yang menyeluruh. Para pembentuk Negara sudah sejak semula,
mempunyai komitmen yang sangat besar terhadap demokrasi, sehingga sejak Indonesia menyatakan
kemerdekaan, semua warga Negara yang dianggap dewasa memiliki hak-hak politik yang sama, tanpa
ada diskriminasi yang bersumber dari ras, agama, suku dan kedaerahan.
Kedua, Presiden yang secara konstitusional ada kemungkinan untuk menjadi dictator,
dibatasi kekuasaannya ketika KNIP dibentuk menggantikan parlemen.
Ketiga, dengan maklumat Wakil presiden, maka dimungkinkan terbentuknya sejumlah partai
politik, yang kemudian menjadi peletak dasar bagi sistem kepartaian diindonesia untuk masa-masa
selanjutnya dalam sejarah kehidupan politik Indonesia.
2. Demokrasi Parlementer (1950-1959)

Periode ini menggunakan Undang-Undang Dasar Sementara (UUDS) sebagai landasan


konstitusionalnya.

Masa demokrasi parlementer merupakan masa kejayaan demokrasi Indonesia, karena hampir
semua elemen demokrasi dalam perwujudannya dalam kehidupan politik di Indonesia dapat
ditemukan, antara lain : Pertama, lembaga perwakilan rakyat atau parlemen memainkan peranan
yang sangat tinggi dalam proses politik yang berjalan. Kedua, akuntabilitas pemegang jabatan dan
politisi pada umumnya sangat tinggi. Ketiga, kehidupan kepartaian boleh dikatakan memperoleh
peluang yang sebesar-besarnya untuk berkembang secara maksimal. Keempat, sekalipun pemilihan
umum hanya sekali dilakukan ( yaitu pada tahun 1955) tetapi benar-benar dilaksanakan dengan
prinsip demokrasi. Kelima, masyarakat dapat merasakan bahwa hak-hak dasar mereka tidak dikurangi
sama sekali. Keenam, pada masa ini daerah-daerah memperoleh otonomi yang cukup bahkan
otonomi yang seluas-luasnya dengan azas desentralisasi sebagai landasan untuk berpijak dalam
mengatur hubungan kekuasaan antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah.

3. Periode Demokrasi Terpimpin (1959-1965)

Dalam periode ini boleh dikatakan pewujudan demokrasi hampir tidak tampak dalam
pemerintahan. Dengan alasan bahwa demokrasi parlementer tidak sesuai dengan kepribadian bangsa
Indonesia yang dijiwai oleh semangat gotong royong dan kekeluargaan, serta mengingat besarnya
peranan pemimpin dalam proses politik Indonesia, Soekarno kemudian mengusulkan agar dibentuk
pemerintahan yang bersifat gotong royong.

4. Demokrasi dalam pemerintahan Orde Baru (1968-1998)

Era baru dalam pemerintahan dimulai setelah masa transisi antara tahun 1965 sampai tahun
1968 ketika jendral soeharto dipilih menjadi Presiden RI. Era ini kemudian dikenal sebagai orde baru.
Periode ini memberi pengharapan baru, terutama yang berkaitan dengan perubahan-perubahan politik
yang otoriter menjadi lebih demokratik. Demokrasi pada periode ini disebut denga label Demokrasi
Pancasila

5. Demokrasi Pada Masa Reformasi (1999-Sekarang)

Kegagalan pemerintah orde baru membangun demokratisasi di Indonesia, mendorong seluruh


elemen masyarakat mengusulkan perlunya reformasi pemerintahan Indonesia. Dengan reformasi ini
diharapkan munculnya sebuah pemerintahan yang bersih dan berwibawa, sebuah pemerintahan yang
demokratik, yang diharapkan mampu mewujudkan citacita keadilan sosial.
BAB 6 (RULE OF LAW DAN HAK ASASI MANUSIA)
Sehubungan dengan masalah Rule of Law dan negara hukum, Symposium Fakultas
Hukum UI pada tanggal 8 Mei tentang Indonesia Negara Hukum, telah berkesimpulan
sebagai berikut:
1. Negara Republik Indonesia adalah suatu negara hukum yang berdasarkan Pancasila.
Pancasila sebagai dasar negara, yang mencermikan jiwa bangsa Indonesia, harus
menjiwai semua peraturan hukum dan pelaksanaannya. Dalam negara Indonesia
dimana falsafah Pancasila begitu meresap, hingga negara kia dapat dinamakan negara
Pancasila, asas kekeluargaan merupakan titik tolak dari kehidupan kamasyarakatan.
2. Ciri-ciri khas bagi suatu negara hukum adalah:
- Pengakuan dan perlindungan hak-hak asasi, yang mengandung persamaan dalam
bidang politik, hukum,sosial, ekonomi, kultural,dan pendidikan.
- Peradilan yang bebas dan tidak memihak, tidak dipengaruhi oleh sesuatu
kekuasaan/kekuatan apapun.
- Legalitas, dalam arti hukum dan semua bentuknya.
3. Memuat beberapa penyimpangan-penyimpangan di masa yang lampau di dalam
bidang ketatanegaraan, hukumpidana dan pelanggaran-pelanggaran hak-hak asasi.
4. Usul-usul untuk mengembalikan kewibawaan negara Republik Indonesia sebagai
negara hukum, antaranya yang kini belum seluruhnya terlaksana :diadakannya
jaminan yang cukup terhadap pengakuan hak-hak asasi manusia, dalam pnciptaan dan
penegakan hukum.

Mengenai hak asasi manusia di Indonesia semakin besar tuntutan tentang


perlindungan HAM dalam rangka menegakkan masyarakat yang demokratis, maka UUD
1945 hasil amandemen 2002 telah memberikan jaminan secara ekplisit tentang hak-hak
asasi manusia yang tertuang dalam BAB X A, Pasal 28 A sampai Pasal 28 J.

BAB 7(GEOPOLITIK INDONESIA)


Geopolitik adalah pengembangan geografi politik yang memandang negara sebagai
organisasi hidup yang berevolusi untuk memenuhi hidup warganya.Geopolitik Indonesia
berkaitan dengan kepentingan nasional.Kepentingan nasional harus dipertahankan agar
tercapai cita – cita bangsa dan negara dengan dilandasi atas ketentuan politik, kekuatan
ekonomi, politik atau militer.
A. Geopolitik dan Wawasan Nusantara

Geopolitik diartikan sebagai system politik atau peraturan – peraturan dalam wujud
kebiajksanaan dan strategi nasional yang didorong oleh aspirasi nasional geografik suatu
negara, yang apabila dilaksanakan dan berhasil akan berdampak langsung atau tidak langsung
terhadad ap system politik suatu negara. Dan politik negara itu akan berdampak langsung
pada geografi negara yang bersangkutan. Geopolitik Indonesia adalah wawasan
nusantara.Wawasan nusantara adalah budaya politik mengenai kesatuan dan persatuan yang
menjadi budaya bangsa Indonesia.
Masalah dalam geopolitik berkaitan dnegan kesatuan antara negara dengan wilayahnya
dan hubungannya dengan wilayah negara lain. Indonesia sebagai negara kepulauan
menggunakan konsep archipelago state dengan azas pengukuran ZEE yang membuat adanya
batas yang jelas bagi negara Indonesia, sehingga wilayah Indonesia dapat menjadi satu
kesatuan.
Wawasan nasional yang dimiliki suatu bangsa merupakan visi bangsa yang
bersangkutan dalam mencapai cita – citanya.Wawasan nusantara sebagai wawasan nasional
Indonesia, berperan untuk membimbing bangsa Indonesia dalam penyelenggaraan hidupnya
serta sebagai rambu – rambu dalam perjuangan mengisi kemerdekaanya. Wawasan nusantara
sebagai cara pandang mengajarkan pentingnya membina persatuan dan kesatuan dalam
segenap aspek kehidupan bangsa dan negara dalam mencapai tujuan dan cita – cita.
Terdapat faktor – faktor yang mempengaruhi wawasan nusantara, yaitu :
1. Wilayah (geografi), terdapat 4 hal yang mempengaruhi wawasan nuasantara
berkenaan dengan wilayah. Yaitu Archipelagic State, kepulauan Indonesia, konsepsi
tentang wilayah lautan dan karakteristik wilayah nusantara.
2. Pandangan geopolitik dan geostrategic, prinsip – prinsip yang ada dalam geopolitik
menjadi perkembangan suatu wawasan nasional.
B. Geopolitik Bangsa Indonesia

Geopolitik berkaitan dengan upaya untuk mewujudkan manusia dengan wilayahnya


menjadi kesatuan negara yang kokoh serta mampu memenuhi dan mempertahankan
kelangsungan hidupnya.Geopolitik bangsa Indoneia didasarkan pada nilai – nilai Ketuhanan
dan Kemanusiaan yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945. Dalam pandangan bangsa
Indonesia setiap warga negara memiliki martabat, hak dan kewajiban yang sama berdasarkan
nilai Ketuhanan dan Kemanusiaan. Maka dari itu wawasan nusantara menolak paham
ekspansionisme dan adu kekuatan yang pernah berkembang di negara barat.Bansa Indonesia
berpijak pada paham Nasionalisme (kebangsaan).
Untuk mendukung kegiatan ekonomi yang aman, bangsa Indonesia perlulah mendapat
pengakuan akan ruang tempat berlangsung kegiatan ekonomi dari lingkungan sekitar. Maka
dari itu Pemerintah Negara Indonesia mengumumkan mengenai Zona Ekonomi Ekslusif pada
21 Maret 1980.Besar wilayah ZEE adalah selebar 200 Mil dari garis pantai Indonesia.
Unsur – unsur dasar wawasan nusantara adalah sebagai berikut :
1. Wadah, yang meliputi tiga komponen yaitu wujud wilayah, tata inti organisasi, dan
tata kelengkapan organisasi.
2. Isi wawasan nusantara
3. Tata laku wawasan nusantara, mencakup batiniah dan lahiriah

Sementara itu, implementasi wawasan nusantara dijabarkan menjadi :


1. Wawasan nusantara sebagai pancaran falsafah Pancasila
2. Diwujudkan dalam kesatuan politik, ekonomi, sosial budaya, kesatuan pertahanan
keamanan,

Winarno (2014:203) mengemukakan bahwa wawasan nusantara memiliki dua tujuan pokok,
yakni tujuan kedalam yang menjamin perwujudan persatuan kearuan segenap aspek
kehidupan nasional, yaitu politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahana keamanan.Dan
tujuan keluar, yakni terjaminnya kepentingan nasional dalam dunia yang serba berubah dan
ikut serta melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan
keadilan sosial serta mengembangkan suatu kerjasama dan saling menghormati.
Tantangan yang dihadapi dalam usaha implementasi wawasan nusantara, yakni :
1. Pemberdayaan masyarakat
2. Perkembangan dunia yang semakin maju dan tak terbatas
3. Era baru kapitalisme
4. Kesadaran warga negara.

BAB 8 (GEOSTRATEGI INDONESIA)


GEOSTRATEGI DAN KETAHANAN NASIONAL
1. Pengertian Geostrategi
Pada hakikatnya Geostrategi adalah geopolitik dalam wujud pelaksanaan. Geostrategi
diartikan sebagai etode atau aturan-aturan untuk mewujudkan cita-citan dan tujuan melalui proses
pengembangan yang memberikan arahan tentang bagaimana membuat strategi pembangunan dan
keputusan yang terukur dan terimajinasi guna mewujudkan masa depan yang lebih baik, lebih aman
dan bermartabat.
Bagi bangsa indonesia sendiri geostrategi adalah metode untuk mewujudkan cita-cita
proklamasi, sebgai mana tercantum dalam pembukaan UUD 1945, melalui proses pembangunan
nasional. Sehubungan dengan tujuan ini maka strategi yang dikembangan diindonesia adalah dalam
mewujudkan ketahanan nasioanal.

2. Ketahanan Nasional Sebagai Geostrategi Indonesia


Geopolitik indonesia dirumuskan dalam konsep wawasan nusantara, sedangkan geostrategi
bangsa indonesia dirumuskan dalam konsep ketahanan nasional. Bagi bangsa indonesia geostraegi
lebih difokuskan pada cara atau pendekatan dalam memanfaatkan kondisi lingkungan untuk
mewujudkan cita-cita prolamasi dan tujuan nasiona. Ketahanan nasioanal sebagai geostrategi bangsa
memiliki pengertian bahwa konsep ketahanan nasioanal merupakan pendekatan yang digunakan
bangsa indonesia dalam melaksanakan pembangunandalam rangka mencapai cita-cita nasionalnya.
Ketahanan nasional sebagai suatu pendekatan merupakan salah satu pegertian dari konsepsi kestauan
tersebut.
Ketahanan nasioanal terdiri dari kualitas keuletan dan kualitas ketangguhan. Keuletan
hakekatnya adalah suatu kualitas integratif yang mewujudkan adanya kebersamaan diatara sesama
warga dan komponen bangsa yang dijiwai oleh semangat kekeluargaan. Ketangguhan merupakan
kemampuan untuk bertumbuh dan berkembangkearah tata kehidupan yang lebih baik di masa depan.
Semakin tinggi kaulitas ketangguhan maka semakin besar tekanan yang dapat ditahan dan dilawan.

3. Konsepsi Ketahanan Nasional


Secara antologi ketahanan nasional adalah kondisi dinamik dari tat kehidupan nasional yang
amat menetukan kemampuan masyarakat bangsa didalam manangkal atau menghadapi berbagai
ancaman, tantangan , hambatan dan ganguan (Sunardi, 2004 : !7).
Pada dasarnya rumusan idiologi negara berisi cita-cita nasional sekaligus menjadi amanat
bagi yang harus diemban pemerintah dan seluruh warga bangsa dan warga indonesia. Cita-cita
nasional menjadi suatu never ending goal yang dalam upaya mewujudkan ditempu secara holistik,
dimana setiap sila tidak diwujudkan secara terpisah tetapi dalam keutuhan menyeluruh. Konsepsi
tentang kesatuan ini secara implisit telah mengandung kesadaran akan ruang karena setiap ancaman
terhadap salah satu pulau atau setiap jengkal daratan ditafsirkan
sebaai ancaman terhadap seluruh kesatuan negara.

4. Ketahanan Nasional Sebagai Kondisi


Sesuai dengan ketahanan nasional, maka kondisi dinamis bangsa negara indonesia
mengandung suatu kemampuan untuk menyusun kekuatan yang dimiliki oleh bangsa indonesia.
Kekuatan itu diperlukan untuk mengatasi dan menanggulangi berbagai bentuk ancaman yang
ditujukan terhadap bangsa dan negara indonesia.Sehubungan dengan ketahanan bangsa negara
indonesia dengan memoerhatikan berbagai macam bahaya, gangguan yang mengancam serta situasi
dan kondisi dalam negara indonesia
.
5. Ketahanan Nasional Sebagai Strategi

Sejarah mencatat bahwa sejak indonesia diploklamirkan sebagai negara merdeka langsung
ditetapkan pada berbagai tantangan dan ancaman. Makin lama tantangan dan ancaman itu bukannya
berkurang, malah dari tahun ke tahun pasca indonesia merdekan semakin memuncak. Memperhatikan
tantangan dan ancaman iyang dihadapi kala itu, banyak negara memprediksi Negara Kesatuan
Republik Indonesia tidak mungkin mampu mempertahankan kedaulatannya. Bentuk dan macam
tantangan dan ancaman serta situasi dan kondisi yang berbeda pada masing-masing negara, sudah
barang tentu membuat cara yang dipilih untuk mempertahankan kelangsungan hidup tiap-tiap sama.
PENGARUH ASPEK KETAHANAN NASIONAL TERHADAP KEHIDUPAN BERBANGSA
DAN BERNEGARA
1. Pengaruh Aspek Idiologi
Idiologi dapat diartikan sebagai prinsip pengarahan yang dijadikan dasar, serta memberikan
arah dan tujuan untuk dicapai dalam melangsungkan dan mengembangkan hidup dan kehidupan
nasioanal suatu negara(Suryadinata & Dinuth, 2001:267) karenan itu bagi suatu negara idiologi adalah
cita-cita negara yang dituangkan dalam sistem ketatanegaraan yang dianut seluruh rakyat dan bangsa
yang bersangkutan. Sebagaimana diketahui dewasa ini pengembangan politik dunia, banyak
dipengaruhi diologi liberalisme, komunisme serta idiologi yang bernafaskan keagamaan. Pandangan
idologi-idiologi dunia banyak hal idiologi-idiologi tersebut tidak sesuai dengan nilai-nilai yang dianut
masyarakat indonesia. Walaupun NKRI tidak menganut salah satu idiologi tersebut, indonesia tetap
dihadapkan pada benturan kepentingan yang saling tarik menarik diantara idiologi-idiologi itu.
2. Pengaruh Aspek Politik
Sesuai dengan asas demokrasi, permasalahan yang utama dalam politik adalah bagiman
kebijaksanaa pemerintah dapat sesuai dengan keinginan dan tuntutan rakyat. Sistem politk
menentukan bagaimana kehidupan politik dilaksanakan ddan interaksi antar masyarakat dengan
pemerintah. Aspek politik menyangkut beragam kegiatan dalam sistem politik (negara). Didalamnya
menyangkut proses menentukan tujuan, kebijakan yang diambil untuk melaksanakan tujuan,
menyangkut alokasi dan distribusi resources. Selain itu politik juga berkaitan dengan legalitas
kekuasaan dan kewenangan untuk melaksanakan kebijakan.
Tidak bertumbuhnya kesadaran bernegara mengakibatkan kepentingan nasional menjadi
kepentingan rakyat bersama menjadi terabaikan. Justru yang terjadi masing-masing kelompok/
golongan kekuatan politik lebih beorientasi kepada kepentinga kelompok/ maupun pribadi.
Berdasarkan pengalaman bangsa indonesia sejak era reformasi, sebaik apapun sistem politik yang
terjamin dalam aturan perundang-undangan, tidaklah sepenuhnya dapat menjamin terwujudnya
ketahanan politik, jika tidak diimbangi denga perasaan kesadaran nasional yang tinggi.

3. Pengaruh Aspek Ekonomi

Merujuk pengertian ketahanan nasional, maka ketahanan nasional pada aspek ekonomi
diartikan sebagai kondisi dinamik suatu bangsa, berisi keuletan dan ketangguhan mengandung
kemampuan mengembangkan kekuatan nasional didalam menghadapi dan mengatasi segala
tantangan, ancaman hambatan, dan gangguan baik yang datang dari dalam maupun dari luar yang
langsung dan tidak langsung membahayakan kelangsungan kehidupan ekonomi bangsa dan negara.
Dalam rangka pembinaan ketahanan ekonomi, kegiatan ekonomi memerlukan proses
demokratisasi. Namun demikian dalam pembinaan faktor produksi dan pengolahannya tidaklah berarti
berbuat aturanya sendiri-sendiri, tetapi harus mentaati perturan yang disepakati bersama. Kegiatan
ekonomi dengan ruang yang cukup kepada daerah harus dijaga kesatuannya diseluruh wilayah negara.
Utamanya dengan memastikan berlakunya satu mata uang tunggal sebagai alat tukar wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Dalam pembinaan ketahanan nasioanal di bidang ekonomi, globalisasi
menjadi tantangan yang tidak bisa dinafikan.
4. Pengaruh Aspek Sosial Budaya
Istiah sosial budaya dialam ilmu pengetahuan menunjukan kepada dua aspek utama dalam
kehidupan bersama manusia, yaitu aspek kemasyarakatan dan berkaitan dengan keharusan manusia
untuk bekerjasama demi kelangsungan hidupnya. Kerja sama dalam kehidupan bermasyarakat
berjalan lancar dan tertib jika pengaturannya didalsari nilai budaya yang hidup dalam alam pikiran
yang merupakan produk budaya sekaligus wadah dimana kebudayaan tumbuh.
Didalam organisasi sosial manusia mengembangkan norma-norma yang menjadi tata aturan
hidup bermasyarakat. Norma-norma tersebut meliputi status sosial, kelompok dan institusi. Demikian
pula terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara penghayatan dan pengalaman terhadap nilai-nilai
luhur budaya merupakan syarat mutlak dalam rangka kehidupan sosial budaya bangsa. Beekenaan
dengan pembinaan ketahanan nasional, kondisi sosial budaya di indonesia dapat dikatakan cukup
menantang. Bangsa indonesia yang terdiri dari berbagai suku dan sub suku bangsa memiliki
kebudayaan sendiri-sendiri yang dalam konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia sering disebut
kebudayaan daerah.
5. Pengaruh Aspek Pertahanan dan Keamanan
Pertahanan dan keamanan menunjuk pada dua aspek yaitu pertahanan dan keamanan.
Pramono (1995) mengatakan pertahanan mengandung makna suatu kemampuan bangsa untuk
membina dan menggunakan kekuatan nasional guna menghadapi ataupun menangkal rongrongan,
gangguan, ancaman, maupun tekanan dari luar. Menurut Suradinata & Dinuth (2001 : 291-292)
ketahanan nasional pada aspek pertahanan dan keamanan merupakan asas dan pedoman keamanan itu
sendiri. Doktrin pertahanan keamanan merupakan azas dan pedoman perwujudan pertahanan
keamanan yang berkaitan dengan masalah keamanan dalam negeri: masalah subversi, infiltrasi,
sabotase dan spionase. Bagi bangsa indonesia pertahanan dan keamanan lebih berorientasi terhadap
upaya untuk menjaga dan mempertahankan kedaulatan bangsa dan negara dari berbagai ancaman.
Dan gangguan baik yang berasal dari dalam maupun dari luar Negara Kesatuan Republik Indonesia.
BAB III
PEMBAHASAN

A. Latar Belakang Masalah Yang Akan Dikaji


Buku Pendidikan Kewarganegaraan ini adalah buku panduan yang digunakan dalam
proses pembelajaran mata kuliah umum di perguruan tinggi, buku ini adalah buku edisi revisi
ketiga dari edisi yang sebelumnya. Buku ini berisi mengenali materi pembelajaran pendidikan
kewarganegaraan bagi mahasiswa-mahasiwi diperguruan tinggi. Disesuaikan dengan
kurikulum yang berlaku dan yang berjalan, yakni surat keputusan Ditjen Dikti No.
43/Dikti/Kep/2006. Tentang peraturan yang harus diikuti dan dilaksanakan pada setiap mata
kuliah untuk pengembangan kepribadian di perguruan tingi dan mengacu pada UU No. 12
Tahun 2012 tentang pendidikan tinggi.
B. Permasalahan Yang Dikaji
1) Bagaimana Pendidikan kewarganegaraan pada mahasiswa?
2) Bagaimana cara pandang mahasiswa terhadap Pendidikan Kewarganegaraan?
C. Kajian Teori
Dalam kajian teori ini dipaparkan oleh Darji Darmodiharjo (1981:19-20) mengatakan
bahwa pancasila merupakan dasar negara dan pendidikan kewarganegaraan adalah salah satu
cara agar mendidik peserta didik mengenai rasa kewarganegaraan. Dalam hal ini, pancasila
dipergunakan sebagai dasar mengatur pemerintahan negara, atau denan kata lain, pancasila,
pancasila digunakan sebagai dasar untuk mengatur penyelenggaraan negara. Kedudukan
pancasila sebagai dasar negara sekaligus merupakan fungsi pokok dan utama pancasila.
D. Metode Yang Digunakan
Metode yang digunakan dalam critical book report ini adalah metode deksriptif-
evaluatif dimana dalam metode ini melakukan penilaian terhadap suatu karya. Tidak hanya
menggambarkan, tetapi menilai sebuah karya secara keseluruhan dengan argumentatif,
sehingga ada kesimpulan pada akhir resensi, bagaimana tanggapan saya setelah membaca
buku tersebut dan pada akhirnya saya mampu menyampaikan kelebihan dan kekurangan yang
ada dalam tiap buku.
E. Analisis Buku
Kelebihan Buku :
 Pada buku Pendidikan Kewarganegaraan Drs. Payerli Pasaribu. M.Si ini
dilengkapi dengan katalog seperti judul buku, pengarang, cetakan, penerbit,
tahun terbit dan lain-lain.
 Buku ini juga di beri sampul yang menari dengan warna di dominasi warna
merah darah
 Dilengkapi juga dengan kata pengantar dan kata pengantar edisi revisi
 Memiliki susunan daftar isi yang rapi dan sistematis
 Pada buku revisi pendidikan kewarganegaraan karangan Drs.Payerli Pasaribu.
M.Si ini memiliki pembahasan tentang pentingnya mata kliah pendidikan
kewarga negaraan di sebuah perguruan tinggi, sedang kan pada buku
pembanding yang dikarang oleh Prof. Dr. Azyumardi Azra ini tidak memiliki
pembahasan tentang topik tersebut
 Pada buku utama dan buku pembanding sama-sama memiliki pembahasan
tentang pancasila dan sama-sama terletak pada bab yang kedua dan pada buk
utama pancasila yang dibahas lebih lemngkap dibanding pada buku
pembanding.
 Pada buku utama memiliki pembahasan tentang wawasan nusantara , yang
dimana pada buku pembanding pembahsan ini tidak dilampirkan.
 Buku utama juga memiliki pembahasan tentang geopolitik indonesi yang tidak
dibahas pada buku pembanding

Kelemahan Buku :
Buku ini tidak membahas secara keseluruhan tentang belajar
Pada buku utama kurang membahas lengkap materi-materi tentang
kewarganegaraan seperti pada buku pembanding yang contoh salah satu
pmbahasan buku pembanding yang tidak dibahas pada buku utama konstitusi
dan tata perundangan indonesia
Dalam buku karangan Drs. Abu Ahmadi dan Drs. Widodo Supriyono memiliki
bebrapa kata yang urutan atau susunan katanya tidak sesuai dalam suatu
kalimat.
Dalam buku ini juga memiliki kata-kata yang sulit untuk di mengerti oleh
pembaca.
Serta kurang memberikan gambar-gambar yang dapat membantu menjelaskan
tentang pembahasn materi.
BAB IV
PENUTUP/KESIMPULAN

a) Kesimpulan
Dengan melakukan kegiatan kritikan pada buku pendidikan kewarga negaraan
ini menjadi sebuah manffat karen melalui kritikan buku ini penulis dapat memahami
apa-apa saja kekurangan yang ada pada buku ini dengan membandingkan nya dengan
buku yang lain, mealui tugas ini penulis juga dapa berkarya memliki sebuah karya
dari hasil usaha yang memiliki kepuasan tersendiri.
Pada buku PKN ini membahas tetang pentingnya mata kuliah ini pada setiap
perguruan tinggi dan merupakan mata kuliah wajib, karena mata kuliah PKN
merupakan subuah mata kuliah pengembangan keribadian, yang bertujuan
mengembangkan kepribadian setiap mahasiswa dan menanamkan sifat nasionalisme,
patriotis dan lain-lain.
b) Saran
Setelah penulis selesai mengkritik buku ini yaitu buku pendidikan
kewarganegaraan yang dikarang oleh Drs. Payerli Pasaribu, M.Si seharusnya
pengarang lebih teliti dalam menyusun kata-kata agar mudah di mengerti serta lebih
memikirkan untuk memuat gambar yang dapat membantu penjelasan dari materi yang
di bahas agar lebih mudah untuk di pahami oleh pembaca, pengarang juga harusnya
lebih memuat lengkap tentang pembelajaran.
Pembaca juga di harapkan agar lebih bijak dan mencari sumber materi dari
buku lain yang berkaitan dengan materi belajar dan mengajar, agar pembaca memiliki
referensi yang lebih banyak lagi dalam penambahan dan pengembangan wawasannya.
DAFTAR PUSTAKA

Pasaribu Payerli. 2016. Pendidikan Kewarganegaraan. Medan : Unimed Press.

Anda mungkin juga menyukai