Anda di halaman 1dari 35

Di susun oleh :

Bidang Idaroh Dewan Kemakmuran


Masjid Agung Karawang
DAFTAR ISI
Halaman

1. PEMBUKAAN ...................................................................... i
2. PENDAHULUAN ................................................................. ii
3. SEJARAH SINGKAT MASJID AGUNG KARAWANG .... 1
4. SILSILAH RINGKAS ............................................................ 3
5. MASJID AGUNG BARU ...................................................... 4
6. MASJID AGUNG BARU, TAMPAK DEPAN, KANAN
DAN KIRI .............................................................................. 5
7. PERLENGKAPAN DALAM MASJID AGUNG ................. 6
8. DATA MASJID AGUNG KARAWANG ............................. 7
9. SILSILAH SYEH HASANUDDIN
( SYEH QURO – KARAWANG ) ........................................ 8
10. MASJID AGUNG SEBELUM DIPUGAR ........................... 9
11. MASJID AGUNG LAMA DILIHAT DARI SEBELAH
SELATAN .............................................................................. 10
12. PELABUHAN KARAWANG .............................................. 11
13. PENINGGALAN SEJARAH PELABUHAN KARAWANG. 13
14. PETA PELABUHAN KARAWANG ABAD VIII-XVI ....... 14
15. RUTE PERJALANAN SYEH QURO .................................. 15
16. MAKAM KERAMAT ........................................................... 16
17. HUBUNGAN SILSILAH SYEH ABDURAHMAN DENGAN
SYARIF HIDAYAT (SUSUHUNAN JATI CIREBON) ...... 17
18. BENDA-BENDA PENINGGALAN MASJID AGUNG
LAMA .................................................................................... 18
19. BENDA-BENDA PENINGGALAN MASJID AGUNG
LAMA : JAM DUDUK DAN PODIUM ............................... 19
20. CATATAN TAMBAHAN .................................................... 20
21. DAFTAR KEPUSTAKAAN
22. LAMPIRAN
PEMBUKAAN

Bismillahirrohmaanirrohiim
Alhamdulillah washolatu wassalamu ‘ala rosulillah
Wa ‘ala alihi wa shohbihi wa man walah
Ama ba’du
Mengingat masa lalu berarti kita sadar akan sejarah yang kadang-kadang kita larut
dalam suasana hati emosi, romantisme dan nostalgia.
Dalam sejarah perkembangan Agama Islam ke Pulau Jawa, khusus ke daerah
Karawang, sedikit sekali bukti-bukti peninggalan yang tersisa. Walaupun demikian para
penyusun sejarah telah berusaha keras menguak misteri yang dibutuhkan.
Kronologi Sejarah Masjid Agung Karawang disusun untuk memberikan informasi
kepada masyarakat, agar selain bangga memiliki Masjid Agung, juga diharapkan
tumbuhnya rasa bertanggung jawab dalam melestarikan dan memelihara bangunan
Masjid Agung sebagai aset umat Islam dalam meningkatkan peranannya sebagai
pembina keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT.
Sejarah telah mencatat didirikannya pesantren oleh Syeh Hasanuddin (Syeh Quro)
kemudian berkembang menjadi sebuah masjid tempat beribadah umat Islam, yang
selanjutnya dipelihara oleh Ulama, Umaro dan Masyarakat sampai sekarang. Mulai dari
Bupati Pertama Adipati Singaperbangsa sampai Bupati seterusnya.
Kronologi Sejarah Masjid Agung Karawang ini merupakan kumpulan informasi
Humas DKM yang dihimpun menjadi sebuah buku agar mudah dibaca dan tidak hilang
tercecer.
Kami sadari banyak kekurangan yang belum kami ungkap karena keterbatasan
kemampuan dan dana penelitian. Oleh karena itu kami terima kritik dan saran yang
membangun. Semoga bermanfaat. Amiin.

Karawang 10 Nopember 2006


Mengetahui, Penyususn

DRS. H. MA’MUN THOYIB.MM H. YAYA SUPRIADI


KETUA DKMA KARAWANG HUMAS DKM 2006 – 2009

i
PENDAHULUAN

Telah lama adanya anggapan, bahwa Masjid Agung Karawang


didirikan oleh seorang ulama besar, yang bernama Syeh Hasanuddin.
Beliau lebih dikenal dengan panggilan Syeh Quro, sebab di samping
ilmunya yang dalam, beliau seorang Hafidh Al Qur’an serta Qori yang
merdu suaranya.
Semula ia membangun musholla yang juga digunakan sebagai
pesantren tahun 1418 M, sebagaimana angka tahun itu tertera pada papan
nama masjid.
Di pesantren inilah beberapa waktu kemudian dilangsungkan
pernikahan santrinya yang bernama Nyi Subang Larang (dalam versi lain;
Subang Karancang) dengan Raden Pamanah Rasa Putra Mahkota Raja
Pajajaran (setelah menjadi raja bergelar Prabu Siliwangi).
Anggapan tersebut menjadi kebanggaan bagi umat Islam khususnya
dan bagi masyarakat Karawang pada umumnya. Betapa tidak, karena
merupakan tempat yang pertama dipakai untuk mengagungkan Asma
Allah, tempat pernikahan agung Raja Pajajaran Prabu Siliwangi.
Namun banyak hal yang perlu diungkap antara lain, bagaimana Syeh
Hasanuddin dapat sampai di Karawang pada masa pemerintahan Pajajaran
yang umumnya menganut agama Hindu, dan mengapa membangun
musholla yang menjadi cikal bakal Masjid Agung Karawang.
Mengapa pesantren Quro tidak berkembang? Justru pesantren di luar
Karawang yang berkembang.
Kita tentunya berharap agar Masjid Agung yang didirikan enam abad
yang lalu menjadi panutan bagi Masjid-masjid lainnya, dalam rangka
mewujudkan Baldah yang Toyyibah penuh Magfiroh Allah SWT.

ii
SEJARAH SINGKAT
MASJID AGUNG KARAWANG

Syeh Hasanudin putra Syeh Yusup Sidik Ulama Besar dari Campa
mendarat di Cirebon, diterima oleh Ki Gedeng Tapa untuk menyebarkan
Agama Islam.
Karena tidak disukai oleh Raja Pajajaran Prabu Angga Larang, maka
Syeh Hasanudin kembali ke Malaka. Nyi Subang Larang, putri Ki Gedeng
Tapa yang berumur 12 tahun, dititipkan untuk menuntut ilmu Agama
Islam.
Kedatangan kedua Syeh Hasanudin dari Malaka ke Pulau Jawa,
beserta muridnya Nyi Subang Larang, menyusuri Sungai Citarum,
mendarat di Pelabuhan Bunut Karawang ( Kampung Bunut sekarang ).
Atas izin penguasa setempat, maka didirikan bangunan tempat
tinggal dan tempat bangunan untuk mengaji, yang kemudian dikenal
dengan nama Pesantren Quro ( Masjid Agung sekarang ) pada tahun
1418 M.
Prabu Angga Larang, Raja Pajajaran, tetap melarang Syeh
Hasanudin yang sekarang sudah terkenal dengan nama Syeh Quro. Maka
diutusnya putra mahkota Prabu Pamanah Rasa untuk menutup Pesantren
Quro.
Setelah sampai di Pesantren Quro, Raden Pamanah Rasa tertarik
oleh alunan Ayat Suci Al Qur’an yang dibacakan oleh Nyi Subang Larang.
Niat untuk menutup Pesantren Quro diurungkan, kemudian Prabu Pamanah
Rasa melamar Nyi Subang Larang.
Lamaran diterima dengan syarat : mas kawin harus Bintang Saketi
(Bintang Kerti) simbol tasbeh, yang berarti Prabu Pamanah Rasa harus
masuk Islam. Syarat kedua, salah satu keturunan dari anak yang dilahirkan
harus menjadi Raja Pajajaran.
1
Syarat diterima, maka pernikahanpun dilaksanakan di Pesantren
Syeh Quro atau Masjid Agung sekarang, dengan Syeh Quro sebagai
Penghulunya (pada waktu itu Nyi Subang Larang berusia 14 tahun).
Setelah menjadi Raja Pajajaran, Pamanah Rasa bergelar Prabu Siliwangi.
Dari perkawinan ini dikaruniai tiga orang anak, yaitu : Raden
Walangsungsang, Nyi Mas Rara Santang dan Raden Kean Santang. Raden
Walangsungsang putra Raja Pajajaran yang menguasai Cirebon bergelar
Cakra Ningrat atau Cakra Buana.
Pada waktu Raden Walangsungsang dan Nyi Mas Rara Santang
menunaikan Ibadah Haji ke Mekah, Nyi Mas Rara Santang dipersunting
bangsawan Mekah Syeh Syarif Abdillah. Nyi Mas Rara Santang setelah
menikah namanya diganti Syarifah Mudaim, dikaruniai dua orang putra
yaitu Syarif Hidayatullah dan Syarif Narullah.
Pada tahun 1475 M, Syarifah Mudaim dan putranya Syarif
Hidayatullah kembali ke Pulau Jawa ( Cirebon ). Karena Pangeran Cakra
Buana telah sepuh, pemerintahan diserahkan kepada Syarif Hidayatullah
dengan gelar Sunan Gunung Jati.
Catatan :
1. Masjid Agung Karawang didirikan sekitar tahun 1418 M. oleh
Syeh Quro.
2. Masjid Agung Cirebon didirikan sekitar tahun 1475 M. oleh
Sunan Gunung Jati.
3. Masjid Agung Demak didirikan sekitar tahun 1477 M. oleh
Sunan Kali Jogo.
4. Dari ketiga jenis Masjid di atas mempunyai ciri tersendiri, yaitu :
Bentuk bangunan joglo – bertiang utama empat ( Soko
Guru ).
Bentuk atap limas bersusun tiga, melambangkan; Iman,
Islam, Ikhsan.
2
HUMAS DKMA KARAWANG

SKEMA / SILSILAH RINGKAS BUKU


SEJARAH DAN PERANAN MASJID AGUNG KARAWANG
DALAM PEMBINAAN UMAT YANG BERIMAN DAN BERTAQWA

PRABU WASTUKENCANA

SYEKH HASANUDIN
SYEKH QURO

PRABU ANGGA KI GEDENG TAPA

RADEN PAMANAH RASA


PRABU SILIWANGI
 NYI SUBANG LARANG

RADEN WALANGSUNGSANG
1 RADEN WALANGSUNGSANG 3
CAKRA BUANA/CAKRA NINGRAT RADEN
CAKRA BUANA/CAKRA NINGRAT

2 NYI MAS RARA SANTANG


 SYARIF
SYARIFAH MUDA’IM

SYARIF HIDAYATULLAH SY. NURULLOH

SULTAN

SYEKH YUSUP

MASJID AGUNG KARAWANG


TEMPAT PERNIKAHAN MURID SYEKH QURO
NYI MAS SUBANG LARANG DENGAN
RADEN PAMANAH RASA YANG BERGELAR
PRABU SILIWANGI RAJA PAJAJARAN
3

HUMAS DKMA KARAWANG


HUMAS DKMA KARAWANG

MASJID AGUNG BARU

ATAP LIMASAN BERSUSUN TIGA, MELAMBANGKAN ;


IMAN
ISLAM
IHSAN
SATU MENARA DIBANGUN TAHUN 2005 M
OLEH BUPATI KARAWANG H.ACHMAD DADANG
DIRESMIKAN OLEH DRS. H. DADANG S. MUCHTAR
TAHUN 2006
4
MASJID AGUNG BARU

Masjid Agung Baru Tampak Depan

Masjid Agung Baru Samping Kanan

5
Masjid Agung Baru Samping Kiri

PERLENGKAPAN DALAM
MASJID AGUNG KARAWANG

Mihrab, Mimbar dan Jam Duduk yang digunakan sekarang

HUMAS DKMA KARAWANG

6
DATA MASJID AGUNG KARAWANG

 Terletak di atas tanah luas 2.817 m2.


Alamat : Jl. Alun-alun Barat No. 1 Karawang.

 Ukuran bangunan 35 m x 35 m, berlantai dua.

 Model bangunan “ Joglo”, Kubah baja, limasan tiga susun.


Empat tiang utama, 58 tiang pendukung beton bertulang besi/baja, genting
bermis, lantai keramik.

 Bagian depan dan mimbar dinding berlapis marmer, kerangka kusen, jendela
dan pintu dari alumunium, kaca riben tebal 10 mm.

 Biaya pemugaran tahun 1990 + 1 milyar terdiri dari :


BANPRES Rp. 30.000.000,-
APBD I – II Rp. 120.000.000,-
Sisanya dari swadaya masyarakat dan dari sponsor perusahaan, antara lain :
1. PT. BINTANG PUSPITA DWI KARYA
2. PT. ARGO PANTES
3. PT. ASTAKONA MEGAHTAMA
4. PT. BESTLAND PERTIWI

 Lain-lain.
Satu bangunan tempat MCK dan tempat wudu ukuran 8 m x 7 m. Penyediaan
air bersih dan PAM dan dua unit sumur pompa (Jetpam) dengan 2
penampungan, disalurkan melalui pipa dengan kran untuk keperluan cuci –
wudu.

 Masjid Agung mulai dipugar tanggal 1 Juni 1990 dipimpin oleh Bupati
Karawang H. Sumarno Suradi.

 Peresmian Masjid Agung Baru, 28 Januari tahun 1994 oleh Gubernur Jawa
Barat R. Nuriana.
Peresmian menara setinggi + 35 m, Agustus tahun 2006.

7
HUMAS DKMA KARAWANG

SILSILAH SYEH HASANUDDIN


( SYEH QURO - KARAWANG )
SYEH JALALUDIN
( MEKAH )

SYEH JAMALUDIN
( MEKAH )

SYEH YUSUF SIDIK


( CAMPA )

* SYEH HASANUDDIN * RATNA SONDARI


SYEH QURO
( KARAWANG )

SYEH BANTONG * SIU TE YO SYEH AHMAD


TAN GO WAT

PRABU KERTABUMI * SIU BAN CI NYI MAS KEDATON

JIN BUN / PRABA MUSANUDIN


ABDUL FATAH
( RAJA DEMAK PERTAMA )

Ketarangan :
 Syeh Jalaludin, keturunan Sayidina Husen bin Sayidina Ali .R.A.
 Syeh Bantong, putra Syeh Hasanuddin yang dibawa dari Campa.
 Ratna Sondari, Putri Ki Gedeng Karawang.
 Jin Bun, nama yang diberikan oleh kakeknya Tan Go Wat.
 Prabu Kertabumi, Raja Majapahit.
 Praba, nama yang diberikan oleh Prabu Kertabumi.
 Jin Bun / Praba berguru kepada Sunan Ampel – diberi nama Abdul
Fatah – Raden Fatah.
 Syeh Ahmad, Penghulu / Naib pertama di Karawang.
 Musanudin menjadi Lebai di Cirebon memimpin Tajug Sang
Ciptarasa.
8
Dirangkum dari SEJ. MA dan SEJ. JABAR

MASJID AGUNG
SEBELUM DIPUGAR

MASJID AGUNG LAMA TAMPAK DARI BELAKANG


DIBANGUN OLEH SYEH QURO TAHUN 1418 M
DIREHABILITASI OLEH ADIPATI SINGAPERBANGSA
TAHUN 1633 M

MASJID AGUNG BANGUNAN BAGIAN DEPAN


DARI MASJID LAMA DIBANGUN OLEH UMAT ISLAM
DIPIMPIN OLEH BUPATI KARAWANG
R. TOHIR MANGKUDIDJOJO TAHUN 1954 M
9

MASJID AGUNG KARAWANG


SEBELUM DIPUGAR TAHUN 1990
DILIHAT DARI SEBELAH SELATAN

A D

Keterangan :
A. Bangunan lama yang didirikan oleh Syeh Quro, yang diperbaiki oleh
Raden Muhammad Soleh Bupati Karawang ke V periode tahun 1752 – 1786 M,
ukuran bangunan 15 m x 15 m.

B. Bangunan yang dibuat tahun 1954 oleh Bupati R. Tohir


Mangkudidjojo dan masyarakat, ukuran bangunan 20 m x 13 m

C. Bangunan tambahan yang dibuat tahun 1968, ukuran 22 m x 12 m.

D. Makam Raden Muhammad Soleh Bupati Karawang ke V periode


tahun 1752 – 1786 M dengan gelar Panatayuda IV (Dalem Balon atau Dalem
Serambi).

10
Photo repro diambil dari : Sejarah Karawang oleh R.H. Cecep Supriadi

PELABUHAN KARAWANG

Kapal dagang yang dapat mengarungi laut yang luas dan ganas,
dengan gelombang dan angin topan kencang di Laut Cina Selatan, tidak
mungkin kapal yang kecil, pastilah kapal itu kapal layar yang besar,
berlayar dari Campa ke Pulau Jawa pada abad ke XV.
Syeh Hasanudin ( Syeh Quro ) beserta Santri-santrinya termasuk Nyi
Subang Larang, dengan dua kapal dagang mendarat di Pelabuhan
Karawang tahun 1418 M. dengan izin penguasa setempat mendirikan
bangunan + 100 M dari pelabuhan tempat kapal berlabuh. Bangunan ini
kemudian terkenal Pesantren Quro ( Masjid Agung sekarang ).
Kalau kita telusuri Sungai Citarum mulai dari hilir menuju hulu,
terdapat nama-nama tempat yang didahului dengan teluk, seperti :
 Teluk Naga
 Teluk Buyung
 Teluk Kamulu
 Teluk Bango
 Teluk Ampel
 Teluk Mungkal
 Teluk Jambe
Teluk adalah laut yang menjorok ke darat, apakah mungkin tempat-tempat
tersebut di atas letaknya di tepi laut, perlu bukti-bukti untuk itu. Yang
dapat kita buktikan sekarang banyak penggalian pasir yang jauh dari aliran
Sungai Citarum, seperti di Kecamatan Teluk Jambe atau daerah Pebayuran

11
Kabupaten Bekasi. Tentu dapat kita bayangkan lebar dan dalamnya Sungai
Citarum pada waktu dulu.

Bukti-bukti yang menguatkan dugaan bahwa Pelabuhan Karawang


tepatnya di Kampung Bunut Kelurahan Karawang Kulon, ditemukan kapak
batu neolit, beberapa keping uang VOC dari tembaga dan uang Gulden
dari perak, pecahan-pecahan keramik dan kuburan tua yang disebut
Makam Embah Dalem tidak terawat, hanya ada tanda pohon kiserut di
belakang rumah penduduk. Jaman dahulu di daerah ramai atau kota
diperintah oleh Dalem sebagai Wakil Raja.
Pada perjalanan kedua Syeh Hasanudin dari Malaka ke Pulau Jawa
langsung mendekati pusat Kerajaan Pajajaran yang sebelumnya tahun
1404 M. mendarat di Cirebon dan menyebarkan Agama Islam dilarang
oleh Prabu Angga Larang Raja Pajajaran.
Demikian pula di Karawang larangan itu tetap berlaku dengan
diutusnya Putra Mahkota Raden Pamanah Rasa ( Prabu Siliwangi ) untuk
membubarkan Pesantren Quro, tetapi tidak berhasil Karena Raden
Pamanah Rasa menikah dengan Nyi Subang Larang.
Dari versi lain Babad Tanah Sunda/Babad Cirebon bahwa cucu Prabu
Siliwangi, Syeh Syarif Hidayatulloh tahun 1482 M. akan meng- Islamkan
kembali seluruh wilayah Pajajaran.
Atas hasutan Ki Buyut Talibarat, Prabu Siliwangi tidak usah takluk
kepada sang cucu Syarif Hidayatulloh lebih baik “ Ngahyang “
(menghilang/Istana Kerajaan Pajajaran berubah menjadi hutan belukar),
Sang Prabu gaib, rakyat yang belum mau menganut Agama Islam turut
serta. Kerajaan Pajajaran burak pada tahun 1482 M.
Setelah Pajajaran Pimpinan Sri Baduga runtuh, masih memerintah
raja-raja selanjutnya walau pengaruhnya kecil yaitu Raja Surawisesa,
Dewata Buana, Ratu Sakti, Nilakendra, raja terakhir Raga Mulya Surya
12
Kancana yang diserang Bupati Banten Maulana Yusuf. Pajajaran sirna ing
bumi 8 Mei 1579.
HUMAS DKMA KARAWANG

PENINGGALAN SEJARAH
PELABUHAN KARAWANG

KAPAK BATU NEOLIT

UANG LOGAM VOC DARI TEMBAGA DAN


UANG GULDEN DARI PERAK
KUBURAN EMBAH DALEM

13
PELABUHAN KARAWANG ABAD VIII - XVI

Cikao

Pataruman

Keterangan :
1. Masjid Agung 5. Pohon Beringin
2. Pelabuhan Bunut 6. Pasar
3. Pelabuhan Nagasari 7. Kampung Poponcol

14
PENYEBARAN AGAMA ISLAM
OLEH SYEH QURO KE CIREBON / KARAWANG
PADA ABAD KE XV
4.

Campa
Gudang Garam

15
Malaka
HUMAS DKMA KARAWANG

Cirebon
Karawang

HUMAS DKMA KARAWANG


MAKAM KERAMAT
Sebelum Masjid Agung dipugar tahun 1993, ada dua makam yang sering diziarahi
oleh para peziarah, yaitu makam Raden Mochamad Sholeh Bupati Karawang ke V
periode tahun 1752 – 1786 M dengan gelar Panatayuda IV letaknya sebelah selatan
Masjid Agung. Satu makam, sebelah barat di belakang Masjid adalah makam Syeh
Abdurahman. Kini setelah makam para Bupati Karawang dialihkan ke “Manggung”
Ciparage, tinggal makam Syeh Abdurahman yang banyak dikunjungi para peziarah.
Terutama pada malam Selasa dan malam Jum’at, lebih utama malam Jum’at Kliwon.

Makam Syeh Abdurahman

Keistimewaan makam Syeh Abdurahman dari makam lain yang ada di sekitarnya :
 Panjangnya sepanjang Paimbaran Masjid Agung
lama ( + 2,5 meter ).
 Nisannya satu batu berbentuk bulat.
Kini makam Syeh Abdurahman telah diperbaiki, tidak tampak mencolok dari makam-
makam lainnya dengan ciri batu nisan bulat.
Siapakah Syeh Abdurahman ?
Mengapa dimakamkan di Paimbaran Masjid Agung ?
Syeh Abdurahman adalah putra Syeh Datuk Kahfi Pimpinan Pondok Quro Amparan
Jati Cirebon. Adalah wajar bila Pondok Quro yang pertama di Jawa Barat oleh Syeh
Syarif Hidayatullah diserahlanjutkan kepada Syeh Abdurahman (lihat hubungannya
pada silsilah). Pondok Quro yang ketiga, Pondok Quro Sidapura di daerah Kuningan

16
dipimpin oleh Syeh Bayanullah dan Syeh Bantong (putra Syah Quro Karawang). Hanya
Allah yang tahu.
( dari Buku “SEJARAH JAWA BARAT”, oleh Drs. Yosep Iskandar )
HUMAS DKMA KARAWANG

HUBUNGAN SILSILAH SYEH ABDURAHMAN DENGAN


SYARIF HIDAYAT (SUSUHUNAN JATI CIREBON)

Amir Abdullah Khanudin


( Keturunan Nabi Muhammad SAW generasi ke-17 )

Ahmad Shah Jalaluddin Abdul Qadir Qaelani

Jamaluddin al Husain Maulana Isa


(Kamboja) (Malaka)

Ali Nurul Alim Datuk Ahmad Datuk Soleh

Abdullah Halimah x Datuk Kahfi ABDUL JALIL


(SYEH SITI JENAR)

SYARIF HIDAYAT x Fatimah SYEH ABDURAHMAN

Jayakelana Bratakelana Syeh Muhammad


( Pangeran Palakaran )

SETIASIH
x PANGERAN SANTRI
( PUCUKUMUM
SUMEDANG )

PANGERAN ANGKAWIJAYA
( GEUSAN ULUN )

17
Keterangan :
Pangeran Santri Bupati Sumedang pertama yang memeluk Islam
( diambil dari : buku “SEJARAH JAWA BARAT”, Drs. Yosep Iskandar )
HUMAS DKMA KARAWANG

BENDA-BENDA
PENINGGALAN MASJID AGUNG LAMA

Potongan balok Tiang Utama (empat tiang) yang masih utuh

Kayu balok bagian atap Masjid Agung Lama


dan kayu lain bagian dinding masjid

18
Batu Umpak dan Cungkup serta Bendera dari seng yang terletak
di puncak Masjid Agung Lama

BENDA-BENDA
PENINGGALAN MASJID AGUNG LAMA

Jam Duduk yang dibeli setelah terbentuknya kepengurusan


DKM pertama Tahun 1967

19
Podium

HUMAS DKMA KARAWANG

CATATAN TAMBAHAN

1. BRATA LAGAWA, salah seorang Putra SANG BUNISORA


bergelar HAJI PURWA GALUH, Haji pertama di Jawa Barat.

2. Nama-nama lain dari WALANG SUNGSANG. SYEH DATUK


KAHFI memberi nama julukan KI SAMADULLAH. KI
SAMADULLAH terpilih menjadi PANGRAKSA BUMI di Cirebon
Girang, dengan julukan KI CAKRABUMI, kemudian dijuluki pula
PANGERAN CAKRABUANA, setelah menunaikan ibadah haji
WALANG SUNGSANG bernama HAJI ABDULLAH IMAN.

3. HAJI ABDULLAH IMAN mendirikan Keraton PAKUNGWATI,


diambil dari nama putrinya, dari perkawinannya dengan INDANG
GEULIS Putri KI DANUWARSIH.

4. Setelah berdiri Keraton Pakungwati, HAJI ABDULLAH IMAN


membentuk tentara kerajaan, dinobatkan menjadi Raja Daerah dengan
gelar SRI MANGANA.

5. Sampai di sini syarat perkawinan NYI SUBANG LARANG dengan


PRABU SILIWANGI telah terpenuhi dengan tidak dilarangnya
WALANG SUNGSANG menjadi Raja Daerah di Kerajaan Pajajaran.

6. Dan apa yang pernah diucapkan oleh SYEH HASANUDIN (SYEH


QURO) pendiri Masjid Agung Karawang, bahwa dari perkawinan NYI
SUBANG LARANG dengan PRABU SILIWANGI akan ada yang
menjadi Waliyulloh yaitu dari putra LARA SANTANG (SYARIFAH

20
MUDAIM) yang bernama SYARIF HIDAYATULLOH, Wali Songo
termuda (+ 1476 H).

( Diambil dari “Sejarah Jawa Barat” oleh Drs. Yoseph Iskandar )

CATATAN TAMBAHAN
SEJARAH SINGKAT SYEH QURO
PENDIRI MASJID AGUNG KARAWANG

Syeh Hasanudin putra Syeh Yusup Sidik Ulama Besar dari Campa
(sekarang Kamboja) mendarat di Pelabuhan Pura Karawang bersama salah
seorang putranya bernama Syeh Bantong dan para santri-santrinya. Atas
izin Ki Gedeng Karawang, Syeh Hasanudin mendirikan bangunan untuk
tempat tinggal dan tempat mengaji (pesantren) tahun 1418 M.

Berbondong-bondong masyarakat sekitar Karawang memeluk Agama


Islam. Kemudian Syeh Hasanudin terkenal dengan nama Syeh Quro.

Syeh Quro seorang Hafid Al Qur’an yang merdu suaranya, itulah ajaran
yang diterapkan kepada santrinya, membaca Al Qur’an dengan baik dan
benar.

Di antara santri-santrinya Syeh Quro, Nyi Subang Larang putri Ki


Gedeng Tapa dari Cirebon.

Angga Larang Raja Pajajaran merasa tersaingi pengaruhnya, maka


diutusnya Putra Mahkota Raden Pamanah Rasa untuk menutup Pesantren
Quro.

21
Setelah sampai di Pondok Quro, Raden Pamanah Rasa tertarik
mendengar alunan Ayat Suci Al Qur’an yang dibacakan oleh Nyi Subang
Larang.

Dilamarnya Nyi Subang Larang oleh Raden Pamanah Rasa.

Nyi Putri Subang Larang mengajukan dua syarat untuk dapat menjadi
isteri Raden Pamanah Rasa.
Syarat Pertama, memohon Bintang Saketi yang ada di Mekkah,
simbol bahwa Raden Pamanah Rasa harus memeluk Islam.
Syarat Kedua, salah satu keturunannya harus ada yang menjadi Raja.

Syarat diterima, perkawinanpun berlangsung di Pesantren Quro (Masjid


Agung Karawang), Syeh Quro menjadi Penghulunya.

Setelah menjadi Raja, Raden Pamanah Rasa bergelar Prabu Siliwangi.

Dari perkawinan Prabu Siliwangi dengan Nyi Subang Larang dikaruniai


dua orang putra dan seorang putri, yaitu Walangsungsang, Rara Santang
dan Kean Santang.

Setelah menunaikan Ibadah Haji bersama adiknya Rara Santang,


Walangsungsang dipanggil Haji Abdullah Iman, mendirikan Keraton
Pakungwati dan membentuk tentara Kerajaan Cirebon. Haji Abdullah
Iman menjadi Raja Daerah dengan gelar Sri Mangana.

Adapun Rara Santang waktu menunaikan Ibadah Haji ke Mekkah


diperisteri oleh bangsawan Mekkah Syarif Abdillah dikaruniai dua orang

22
putra yaitu Syarif Hidayatulloh dan Syarif Nurulloh, setelah menikah
Rara Santang namanya diganti dengan Hj. Syarifah Mudaim.

Pada tahun 1475 M, Hj. Syarifah Mudaim dan Syarif Hidayatulloh


kembali ke Cirebon dan menyebarkan Agama Islam di Cirebon.

Janji Prabu Siliwangi kepada Rara Santang telah terpenuhi yaitu Haji
Abdullah Iman (Walangsungsang) putranya direstui menjadi Raja
Daerah di Kerajaan Pajajaran.

Dan apa yang pernah dikatakan oleh Syeh Quro bahwa walaupun Agama
Islam dilarang, dari perkawinan Prabu Siliwangi dengan Nyi Subang
Larang kelak akan ada yang menjadi Waliyulloh, yaitu Syeh Syarif
Hidayatulloh, cucunya.

Karena ada larangan dari Raja Pajajaran Angga Larang (waktu itu Prabu
Siliwangi masih Putra Mahkota) Syeh Quro memindahkan kegiatan
dakwahnya ke sebelah utara, yaitu daerah Lemah Abang Wadas, suatu
daerah yang disebut Pulo Kalapa.

Sedangkan para santri-santrinya menyebar ke daerah selatan yaitu daerah


Pangkalan, Loji dan sekitarnya.

Syeh Quro wafat dan dimakamkan di Pulo Kalapa Kecamatan Lemah


Abang Wadas.

Syeh Quro pada waktu kegiatan dakwahnya di Karawang dijodohkan


dengan Ratna Sondari putri Ki Gedeng Karawang, mempunyai putra

23
bernama Syeh Ahmad, Syeh Ahmad menjadi Penguhulu pertama di
Karawang, sedangkan Musanudin cicitnya menjadi Lebei di Cirebon
memimpin Tajug Sang Ciptarasa, sedangkan Syeh Abdurahman putra
Syeh Datuk Kahfi ditugaskan berdakwah di Pondok Quro Karawang,
sampai akhir hayatnya. Dimakamkan di belakang Masjid Agung
Karawang.

Adapun Pondok Quro Amparan Jati di Cirebon dipimpin oleh Syeh


Datuk Kahfi dan Pondok Quro Sidapura di daerah Kuningan dipimpin
oleh Syeh Bantong dan Syeh Bayanulloh.

Demikian cahaya pelita Islam dimulai dari Pondok di Pelabuhan Karawang


telah memancar, menerangi Jawa Barat.

Kita tentunya berharap Pondok Quro yang telah didirikan enam abad yang
lalu mewujudkan Baldah yang Toyibah penuh Magfiroh Allah Subhanahu
Wata’ala, Amin.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

24
DAFTAR KEPUSTAKAAN

 “SEJARAH DAN PERANAN MASJID AGUNG

KARAWANG DALAM PEMBINAAN UMAT YANG BERIMAN

DAN BERTAQWA”

Oleh : H.M. Hidayat, K.H. Abbas Kustana dan Drs. H. Gozali.

 “ENSIKLOPEDI ISLAM UNTUK PELAJAR“

Oleh : PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, cetakan III tahun 2004

 “BABAD TANAH SUNDA - BABAD CIREBON “

Oleh : P.S. Sulendra Ningrat

 “TEMUAN BENDA PURBAKALA KOLEKSI SESEPUH

KAMPUNG BUNUT, H.A. KASTARI“

 “KISAH WALI SONGO”

Oleh : M.B. Rahimsyah. AR. Penerbit Karya Agung Surabaya


 “SEJARAH JAWA BARAT”

Oleh : Drs. Yosep Iskandar

Setting Komputer Khusus Jamaah Masjid Agung


KERJASAMA ULAMA, UMARO
DAN MASYARAKAT
DALAM RANGKA MENYAMBUT
BULAN SUCI RAMADHAN
MARI BERSAMA-SAMA KITA PERANGI
SEGALA BENTUK KEMAKSIATAN

KA. KANTOR DEPAG,


BUPATI KARAWANG DRS.H.DADANG S. MUCHTAR
DAN WAKA POLRES KARAWANG DRS. H. PIA SUPRIADI
DALAM UPACARA PEMUSNAHAN MIRAS DAN NARKOBA
DI DEPAN MASJID AGUNG KARAWANG
TANGGAL 22 SEPTEMBER 2006
LAMPIRAN : KEPUTUSAN BUPATI KARAWANG
Nomor : 451.05/Kep. 469 –Huk/2006
Tanggal : 31 Juli 2006

SUSUNAN PENGURUS DEWAN KESEJAHTERAAN MASJID AGUNG KARAWANG


MASA KHIDMAT 2006 – 2009

A. PELINDUNG : Bupati Karawang

B. PENASEHAT : 1. Kepala Kantor Departemen Agama


Kab. Karawang
2. Ketua Majlis Ulama Indonesia Kab. Karawang
3. Kol. Inf. H.M. Dedi Soeprijadi, S.Ip.
4. H. Nanang Muchlis, SH.
5. H. Tarjun Adul
6. H. Gardjito
7. H. Sudirman

C. PENGURUS HARIAN
1. Ketua : Drs. H. Ma’mun Thoyib, MM.
2. Wakil Ketua I (Bid. Idarah) : H. Edi Junaedi, SE.
3. Wakil Ketua II (Bid. Imarah) : H. Abdul Kosim, Lc.
4. Wakil Ketua III (Bid. Riayah) : H. Anwarudin
5. Sekretaris : H. Muhammad Uyeh
6. Wakil Sekretaris : Drs. Andi Laode
7. Bendahara : H. Nurhasan
8. Wakil Bendahara : H. Toto Zakaria, SE.

D. BADAN PENGAWAS : 1. H. Ganjar Hoetmat


2. H. Udin Syarifudin
3. Drs. H. Kurnia Adam

BUPATI KARAWANG,

DADANG S. MUCHTAR
Lampiran : Surat Keputusan Panitia Pemilihan Pengurus DKM Masjid Agung Karawang
Nomor : ISTIMEWA
Tentang : Susunan Pengurus DKM Masjid Agung Karawang Masa khidmat 2006-2009.

BIDANG-BIDANG
A. BIDANG IDAROH
1. Seksi Perencana : a. Ir. Chaerudin
b. M. Yunus
2. Seksi Dana : a. H. Sahwil Fuad
b. H. Dimyati
3. Seksi Dokumentasi/Humas : a. H. Ujang Mashudi, S.Ag.
b. H. Yaya Supriadi
4. Seksi Perpustakaan : a. Asep Anwar
b. Sastra, S.Pd.

B. BIDANG IMAROH
1. Seksi Ibadah : a. Ust. H. Abad Badrudin
b. Ust. Sobirin
c. H. Moch. Yakub
2. Seksi Pendidikan dan Dakwah : a. Ust. H. Abdul Fattah Memed
b. Ir. Hasiki Akbar
c. Hj. Deti Kurniasih Rahmat
3. Seksi Sosial : a. Tutang Sukendar
b. H. Adih Suryadi
c. Harwoto
4. Seksi Remaja : a. Asep Saepul Makmur
b. Zacky Abdurozak
c. Robby Herdiyansyah, SE.
d. Hj. Nina, SH.
C. BIDANG RIAYAH
1. Seksi Keamanan : a. H. Rosadi
b. Dadang Mulyana
c. Cece Yunus
2. Seksi Pemeliharaan dan Kebersihan : a. H. Rusli Jawana (koordinator)
b. Ahmad Gani
c. Jaja
d. Suswanto
3. Seksi Perlengkapan : a. Drs. Dadeng Moch. Soleh
b. H. Danu
Karawang, 26 Juni 2006
PANITIA PEMILIHAN
PENGURUS DKM MASJID AGUNG KARAWANG

Ketua, Sekretaris,

H.M. DEDI SOEPRIJADI, S.Ip H. MUHAMMAD UYEH


Di susun oleh :
Bidang Idaroh Dewan Kemakmuran
Masjid Agung Karawang

Anda mungkin juga menyukai