Anda di halaman 1dari 2

Dikutip dari New York Times, Thomas L Friedman dalam The World is Flat membagi

globalisasi ke dalam tahapan, yaitu globalisasi 1.0, globalisasi 2.0, dan globalisasi 3.0. Nah,
sekarang ini kita telah memasuki era globalisasi 3.0 alias era digital, di mana kehidupan kita
dikelilingi oleh teknologi digital. Dengan kata lain, semua manusia saling terhubung dengan
adanya teknologi sehingga membuat semua serba mudah dan tidak ada batasannya. Dunia
digital berkembang begitu cepat dan meluas ke berbagai sektor kehidupan manusia, baik dari
sektor ekonomi, sektor transportasi, sektor sosial, bahkan sektor wisata. Oleh karena itu,
digitalisasi diperlukan.
Digitalisasi secara sederhana adalah proses konversi dari analog ke digital. Seiring
berjalannya waktu, tanpa kita sadari banyak hal di sekeliling kita yang perlahan berubah.
Dalam hal ini berubah semakin mengandalkan teknologi digital. Salah satu contohnya, yakni
interaksi antara satu manusia dengan lainnya dari yang bertatap muka sekarang dapat hanya
melalui gadget. Pertemuan pun bisa dilaksanakan secara daring. Menjadi warga digital
membuat kita akan semakin sering berinteraksi dalam jejaring sosial, seperti Instagram,
Twitter, TikTok, dan lain sebagainya. Tentu, sebagai insan terpelajar, kita perlu menunjukkan
perilaku yang bertanggung jawab dalam berinteraksi di dunia maya, tidak asal menggunakan
media sosial.
Perilaku kita sebagai warga digital tidak terlepas dari konsep kewarganegaraan digital atau
digital citizenship. Apa itu kewarganegaraan digital? Kewarganegaraan digital merupakan
konsep yang membuat setiap warga digital menggunakan teknologi dengan baik dan
bertanggung jawab seperti halnya di kehidupan nyata. Terdapat prinsip-prinsip yang harus
dibangun dalam kewarganegaraan digital, antara lain menghormati diri dan menghormati
orang lain, mendidik diri dan mendidik orang lain, serta melindungi diri dan melindungi
orang lain.
Tentu saja, untuk mencapai prinsip di atas kita perlu memiliki core yang baik, konsep yang
benar, serta pemikiran yang luas. Sebagai pelajar Pancasila, kita merupakan pemuda
Indonesia yang memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai
Pancasila. Sehubungan dengan digital citizenship, kita perlu memiliki aspek dan elemen
penting, yaitu digital access, digital commerce, digital communication, digital literacy, digital
law, digital right & responsibilities, digital health & wellness, digital security, serta digital
etiquette. Ketika kita memiliki aspek ini dan dengan menanamkan nilai-nilai Pancasila, maka
secara otomatis kita akan menjadi warga digital yang memiliki profil pelajar Pancasila.
Pada implementasinya, kita dalam menggunakan media sosial harus memperhatikan konsep
THINK. Misalnya dalam hal berkomentar. True, dalam berkomentar kita harus memikirkan
apakah yang akan kita lontarkan itu benar? Helpful, apakah itu bermanfaat? Inspiring, apakah
itu menginspirasi? Necessary, apakah itu penting? Kind, dan apakah itu baik bagi sesama?
Sejatinya, a good digital citizen selalu memegang etika bermedia sosial yang baik dan benar.
Dengan kita memahami digital citizenship, menanamkan profil pelajar Pancasila, dan selalu
memperhatikan konsep THINK dalam bermedia sosial, maka kita telah memanfaatkan
teknologi digital dengan benar.

Anda mungkin juga menyukai