Anda di halaman 1dari 42

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori

1. Konsep Hipertensi

a. Definisi

Tekanan darah mengacu pada fenomena fisiologis

dimana sistem peredaran darah memberikan kekuatan atau

tekanan pada dinding pembuluh darah utama dalam tubuh

manusia, khususnya arteri. Hipertensi mengacu pada keadaan

medis yang diperlihatkan melalui tingkat tekanan darah tinggi

yang melampaui kisaran normal yang ditetapkan (WHO,

2021).

Hipertensi sebagai sebuah peningkatan bagi tekanan

darah di dalam arteri, dimana hipertensi inipun bisa menjadi

masalah kesehatan utama setiap negara yang jika tidak di atasi

akan dapat menjadikan munculnya penyakit jantung dan stroke

otak yang mematikan, hal ini ditandai dengan tekanan darah

sistolik mengalami peningkatan yaitu diatas 140 mmHg dan

tekanan darah diastoliknya juga mengalami peningkatan diatas

90 mmHg . Hipertensi mengacu pada kondisi di mana tekanan

darah atau detak jantung melebihi tingkat normal sebagai


akibat dari penyempitan arteri atau kondisi patologis lainnya

(Kemenkes RI, 2021).

Hipertensi, atau darah tinggi, ialah istilah yang terdiri dari

dua komponen: "hiper", yang menunjukkan kelebihan, dan

"ketegangan", yang mengacu pada tekanan atau ketegangan.

Hipertensi adalah kondisi patologis yang mempengaruhi sistem

peredaran darah dan kardiovaskular, ditandai dengan peningkatan

tekanan darah di luar kisaran normal yang ditetapkan (Hastuti,

2022).

b. Etiologi Hipertensi

Menurut (Prasetya, 2021) Etiologi Hipertensi dibagi atas 2

yakni :

1) Hipertensi primer (esensial). Etiologi hipertensi esensial tetap

sulit dipahami; namun, diyakini bahwa kombinasi faktor genetik

dan lingkungan berkontribusi terhadap peningkatan sensitivitas

sistem saraf simpatis terhadap sistem renin-angiotensin-

aldosteron, serta peningkatan sensitivitas garam dalam regulasi

tekanan darah. Dalam hubungannya dengan faktor genetik,

berbagai faktor yang mempengaruhi meliputi konsumsi garam,

obesitas, pilihan gaya hidup, konsumsi alkohol, dan merokok.

2) Hipertensi sekunder muncul selaku akibat dari kondisi komorbid

atau pemberian obat-obatan tertentu. Hipertensi bisa terjadi baik

dengan langsung dan tidak langsung. Langkah awal dalam


mengelola hipertensi sekunder melibatkan penghentian

penggunaan obat-obatan ini atau mengatasi komorbiditas yang

terjadi bersamaan.

c. Faktor Resiko

Faktor resiko hipertensi dikelompokkan atas 2 yakni factor

resiko yang tidak dapat dirubah dan faktor resiko yang bisa dirubah

(Ernawati et al., 2021) , yaitu:

1) Faktor resiko yang tidak bisa dirubah yaitu :

a. Umur

Pengaruh usia terhadap perkembangan hipertensi ialah

factor risiko yang tidak bisa dirubah. Biasanya, ada korelasi

positif antara usia lanjut dan kemungkinan mengembangkan

hipertensi. Fenomena ini muncul akibat perubahan arsitektur

pembuluh darah yang ditandai dengan penyempitan lumen

dan penebalan dinding pembuluh darah.

Berbagai penelitian telah menunjukkan

kecenderungan laki-laki berusia 45 tahun ke atas untuk

menunjukkan kerentanan yang tinggi terhadap tekanan

darah tinggi, sementara perempuan dominan menunjukkan

kenaikan tekanan darah setelah mencapai usia 55 tahun.

b. Jenis kelamin

Jenis kelamin dianggap sebagai faktor risiko hipertensi

yang tidak bisa dirubah. Pada konteks khusus ini, diamati


bahwa laki-laki menunjukkan prevalensi hipertensi yang

lebih tinggi dibandingkan perempuan. Fenomena ini terjadi

karena anggapan yang mendasari bahwa laki-laki dominan

menjalani gaya hidup yang kurang sehat dibandingkan

dengan perempuan.

c. Keturunan

Keturunan atau genetika ialah factor risiko yang tidak

bisa dirubah bagi diganosa hipertensi. Individu yang

memiliki predisposisi keluarga terhadap hipertensi memiliki

kemungkinan lebih besar untuk mengembangkan kondisi

medis ini.

2) Faktor resiko yang bisa dirubah yakni :

a. Obesitas

Obesitas dikaitkan dengan pengendapan jaringan

adiposa di dalam tubuh. Akumulasi jaringan adiposa yang

berkepanjangan di didalam pembuluh darah dapat

menjadikan munculnya vasokonstriksi, yang mengakibatkan

naiknya tekanan darah di dalam pembuluh darah.

b. Merokok

Rokok yang mengandung nikotin memiliki kemampuan

untuk memicu pelepasan kadar katekolamin yang

meningkat, yang mengakibatkan peningkatan detak jantung.

c. Konsumsi garam berlebih


Mengonsumsi garam yang berlebihan yang dapat

membuat tubuh menahan cairan yang membuat kenaikan

pada tekanan darah.

d. Kurang aktifitas fisik

Kurangnya aktifitas fisik dapat menyebabkan tekanan

darah naik. Melaksanakan kegiatan fisik bisa mengontrol

tekanan darah tinggi tetapi tidak dianjurkan melakukan

olahraga berat.

e. Konsumsi alkohol

Mengonsumsi alkohol berlebih akan menyebabkan

volume sel darah merah meningkat sehingga terjani

peningkatan volume darah hal inipun menjadikan kenaikan

tekanan dalam pembuluh darah. Konsumsi alkohol secara

teratur, yang mengandung etanol, dapat berdampak buruk

bagi kesehatan seseorang. Konsumsi alkohol dapat

menyebabkan peningkatan keasaman dan viskositas darah.

Konsumsi alkohol yang berkepanjangan telah dikaitkan

dengan peningkatan kadar kortisol dalam aliran darah, yang

berpotensi menyebabkan peningkatan tekanan darah. Untuk

mengurangi kemungkinan peningkatan tekanan darah,

disarankan untuk membatasi konsumsi alkohol maksimal

20-30 gram etanol per hari untuk pria, sementara 10-20gr

dalam sehari bagi wanita.


f. Stres

Stres juga bisa menjadikan kenaikan tekanan darah

karena sekarang ini terjadinya ketegangan pada tubuh

sehingga menyebabkan peningkatan tekana darah.

d. Patofisiologi

Hipertensi esensial ditandai oleh interaksi yang kompleks dari

faktor genetik dan lingkungan, yang saling berhubungan melalui

berbagai mediator neurohormonal. Hipertensi biasanya muncul

karena peningkatan resistensi perifer maupun kenaikan volume

darah. Faktor genetik yang berkontribusi terhadap hipertensi primer,

yang diestimasikan memiliki komponen herediter terhitung 30% -

40% kasus, mencakup berbagai gen seperti reseptor angiotensin II,

gen angiotensinogen dan renin, serta gen sintase dan reseptor nitrat

oksida endotel. gen protein kinase (Sulenthia, 2020).

Teori saat ini yang berkaitan dengan hipertensi primer

mencakup berbagai faktor. Salah satu faktor tersebut melibatkan

fungsi tambahan dari sistem saraf simpatik (SNS), yang

bermanifestasi sebagai respon menyimpang terhadap stimulasi saraf

simpatik dan perubahan genetik pada reseptor. Selain itu, kadar

katekolamin serum yang persisten berkontribusi pada kondisi ini.

Faktor lain melibatkan kenaikan kegiatan sistem renin-angiotensin-

aldosteron (RAA), yang dengan langsung menginduksi

vasokonstriksi. Selain itu, aktivitas RAA mengintensifkan fungsi


SNS dan mengurangi kadar zat vasodilator seperti prostaglandin dan

oksida nitrat. Sistem RAA juga berperan dalam remodeling arteri,

yang mengacu pada modifikasi struktural pada dinding pembuluh

darah. Selain itu, memberikan efek merugikan pada berbagai organ,

termasuk jantung (hipertrofi), pembuluh darah, dan ginjal. Efek ini

dimediasi oleh gangguan transportasi garam dan air, serta gangguan

aktivitas peptida seperti brain natriuretic peptide (ANF) dan

adrenomedullin. Selain itu, asupan makanan rendah kalsium,

magnesium, dan kalium telah dikaitkan dengan hipertensi primer.

Hipertensi, kondisi umum di antara individu dengan diabetes,

ditandai dengan interaksi yang rumit antara resistensi insulin dan

fungsi endotel. Selain itu, perlu dicatat bahwa resistensi insulin

diamati pada sebagian besar pasien hipertensi yang tidak

menunjukkan manifestasi klinis diabetes. Insulin telah ditemukan

terkait dengan penurunan pelepasan oksida nitrat dan vasodilator

lainnya oleh sel endotel, sehingga berdampak pada fungsi ginjal

(Sulenthia, 2020).

e. Manifestasi Klinis

Menurut (Sultan, 2022) Gejala yang terkait dengan hipertensi

dapat menunjukkan variasi yang cukup besar, dengan individu

tertentu tetap asimtomatik. Biasanya, individu yang menderita

hipertensi umumnya menunjukkan berbagai gejala, diantaranya.

1) Sakit kepala
2) Rasa pegal pada tengkuk

3) Perasaan misalnya berputar sampai terasa ingin jatuh (vertigo)

4) Detak jantung berdebar kencang

5) Telinga berdenging (tinnitus)

Terdapat pula tanda-tanda klinis yang muncul sesudah

seseorang menghadapi hipertensi, diantaranya:

1) Terjadinya sakit kepala, sering disertai gejala seperti mual dan

muntah, dapat dikaitkan dengan kenaikan tekanan darah

intrakranial.

2) Gangguan penglihatan akibat cedera retina

3) Kerusakan sistem saraf pusat yang menyebabkan ayunan atau

gerakan atipikal.

4) Nokturia akibat kenaikna aliran darah ginjal dan filtrasi.

5) Kenaikan tekanan kapiler menyebabkan terjadinya edema

dependen dan pembengkakan.

Sementara mengacu pada (Hidayah et al., 2022) gejala yang

dimiliki bagi penderita hipertensi diibedakan atas empat kelompok,

diantaranya:

1) Permasalahan muculoskeletal (53%), mencakup myalgia, nyeri

punggung dan nyeri pada lutut.

2) Permasalahan gastrointestinal (12%), mencakup kembung,

mual dan gangguan pencernaan (dyspepsia).

3) Keluhan di kepala (25%), mencakup sakit kepala/pusing.


4) Lain-lain (9%), mencakup gejala yang tidak tergolong kedalam

tiga bagian diatas.

f. Klasifikasi Hipertensi

Tabel 2.1
Klasifikasi Hipertensi menurut (Manarang, 2022).

Kategori Tekanan Darah Tekanan Darah

Sistolik Diastolik

Optimal <120 <80

Normal 120-129 80-84

Normal-Tinggi 130-139 85-89

Hipertensi Derajat 1 140-159 90-99

Hipertensi Derajat 2 160-179 100-109

Hipertensi Derajat 3 >180 >110

Hipertensi Sistolik >140 <90

Terisolasi

Sumber : 2020 ESC/ESH Hypertensiom Guidenlines

g. Komplikasi

Menurut (Sulenthia, 2020) Hipertensi jika tidak disembuhkan

atau dikontrol makan akan berdampak buruk bagi kesehatan dan

terjadi komplikasi berbahaya. Komplikasi yang dapat terjadi seperti :

1) Gagal Jantung

Gagal jantung adalah keadaan patologis yang ditandai

dengan ketidakmampuan jantung untuk mengedarkan darah


secara efektif untuk memenuhi kebutuhan fisiologis tubuh

secara memadai. Hipertensi memiliki potensi untuk

mempengaruhi kesehatan jantung sebagai akibat dari

peningkatan tekanan darah, yang menyebabkan peningkatan

tekanan pada dinding arteri. Paparan yang terlalu lama terhadap

kondisi ini dapat mengakibatkan kerusakan endotel, sehingga

berpotensi memicu perkembangan aterosklerosis.

2) Stroke

Stroke, atau disebut sebagai CVA (Kecelakaan

Serebrovaskular) dan Serangan Otak, adalah kondisi medis

yang diakui. Stroke, yang didefinisikan sebagai kejadian

serebrovaskular akibat gangguan tiba-tiba aliran darah ke otak,

dapat bermanifestasi secara tiba-tiba karena berbagai faktor

pencetus. Terjadinya tekanan tinggi pada otak dapat

menyebabkan perdarahan hal inilah yang menjadi pemicu

terjadinya stroke. Lemahnya pembuluh darah menyebabkan

pembuluh darah mudah pecah karena adanya tekanan di

pembuluh darah sehingga oksigen dan nutrisi untuk sel-sel otal

berkurang dan mengakibatkan kematian pada sel otak.

3) Kerusakan ginjal

Fenomena vasokonstriksi ginjal dan nefropati hipertensi

dapat menghambat efisiensi filtrasi ginjal, mengakibatkan


penurunan klirens cairan dan selanjutnya reabsorpsi produk

limbah ke dalam aliran darah.

4) Kerusakan penglihatan

Hipertensi berpotensi menyebabkan gangguan

penglihatan, mengakibatkan penglihatan kabur dan potensi

kebutaan, biasanya dikaitkan dengan pecahnya pembuluh darah

mata. Hipertensi memiliki potensi untuk menginduksi

penyimpangan okular, seperti retinopati hipertensi. Retinopati

hipertensi adalah kondisi neuro-oftalmik yang ditandai dengan

perubahan vaskular retina akibat perubahan vaskular hipertensi.

k. Penatalaksanaan

Mengacu kepada (Hastuti, 2021) Penatalaksanaan hipertensi

terbagi atas dua bagian yakni:

1) Terapi Farmakologis

Beberapa jenis terapi farmakologis pada hipertensi diantaranya :

a. Diuretik

Diuretik umumnya diberikan sebagai intervensi

farmakologis awal untuk pengelolaan hipertensi. Diuretik

memfasilitasi pembuangan garam dan air oleh ginjal,

sehingga mengurangi volume cairan secara keseluruhan

dalam tubuh. Diuretik berpotensi mengurangi beban kerja

jantung dengan menurunkan daya pompa dan menginduksi

vasodilatasi pada pembuluh darah. Diuretik memfasilitasi


respons fisiologis yang cepat dalam tubuh untuk melindungi

dari kehilangan air dan garam yang berlebihan, sehingga

mengurangi potensi bahaya. Setelah penggunaan diuretik

dalam waktu singkat, tubuh mencapai keadaan seimbang

dimana tubuh mengalami sedikit kehilangan air dan garam.

Penipisan volume cairan menyebabkan ekskresi kalium

melalui urin, mendorong pemberian diuretik secara

bersamaan bersamaan dengan suplementasi kalium atau

obat hemat kalium. Pemanfaatan diuretik telah

menunjukkan kemanjuran yang signifikan dalam

pengobatan hipertensi pada orang lanjut usia, serta pada

pasien dengan obesitas, gagal jantung, atau penyakit ginjal

kronis.

b. Beta-blockers

Beta-blocker, juga dikenal sebagai agen penghambat

beta-adrenergik, adalah agen farmakologis yang digunakan

untuk mengatur tekanan darah. Mereka mencapai ini

dengan menghalangi aktivitas jantung, sehingga

mengurangi beban kerjanya, dan dengan meningkatkan

vasodilatasi, yang memperlebar pembuluh darah. Efek

gabungan ini mencegah ketegangan berlebihan pada jantung

dan mengakibatkan penurunan tekanan darah. Agen farmasi

khusus ini memiliki kapasitas untuk mengelola berbagai


kondisi medis secara efektif, termasuk hipertensi,

glaukoma, migrain, aritmia, gagal jantung kongestif, angina

pektoris, infark miokard, gangguan kecemasan, dan

hipertiroidisme. Pemberian beta-blocker untuk individu

dengan asma dikontraindikasikan karena potensi mereka

untuk menginduksi episode asma yang parah. Efek samping

yang terkait dengan beta-blocker mencakup gejala seperti

kelelahan, ekstremitas dingin, pusing, dan kelemahan. Efek

samping yang jarang diamati meliputi gangguan

pernapasan, insomnia, penurunan libido, dan bradikardia.

c. ACE Inhibitor

Angiotensin-converting enzyme (ACE) berfungsi

sebagai inhibitor untuk kelas obat-obatan yang memainkan

peran penting dalam pengelolaan hipertensi dengan

menghambat fungsi sistem renin-angiotensin. Penghambat

enzim pengubah angiotensin (ACE) tidak menimbulkan

perubahan pada denyut jantung atau fungsi jantung. Namun,

mereka memfasilitasi peningkatan kinerja jantung dengan

melebarkan pembuluh darah, sehingga mengurangi tekanan

darah.

d. Angiotensin II Reseptor Blockers (ARBs)

Angiotensin receptor blockers (ARBs) berfungsi

dengan menghambat aksi angiotensin II, hormon yang


menginduksi vasokonstriksi, melalui blokade reseptor

angiotensin II. Mekanisme aksi ini memungkinkan ARB

melindungi pembuluh darah dari efek merugikan

angiotensin II. Biasanya, profesional medis meresepkan

obat ini untuk tujuan mencegah, mengobati, atau

mengurangi gejala yang berhubungan dengan hipertensi,

insufisiensi jantung, nefropati diabetik, dan penyakit ginjal

kronis. Efek samping yang sering diamati dialami oleh

individu yang menggunakan angiotensin receptor blockers

(ARBs) meliputi gejala seperti sakit kepala, pusing, hidung

tersumbat, rasa tidak nyaman di punggung dan kaki, serta

diare. Penghambat reseptor angiotensin dikontraindikasikan

pada wanita hamil atau mereka yang berniat untuk hamil

karena potensinya untuk menyebabkan malformasi

kongenital.

e. Calcium Channel Blockers (CCBs)

Antagonis kalsium, juga dikenal sebagai CCB, adalah

agen farmasi yang membantu pencegahan vasokonstriksi

melalui menghambat masuknya ion kalsium kedalam sel

otot polos miokard dan pembuluh darah. Mekanisme aksi

ini menginduksi relaksasi pembuluh darah, yang selanjutnya

menyebabkan penurunan tekanan darah.

f. Clonidine
Clonidine, diklasifikasikan sebagai antagonis sentral,

adalah agen farmasi yang digunakan untuk pengobatan

hipertensi. Mekanisme kerjanya melibatkan penargetan

pusat pengaturan sistem saraf pusat yang terletak di otak.

Clonidine memberikan efek hipotensi dengan menginduksi

vasodilatasi arteri di berbagai daerah sistemik. Biasanya,

praktisi medis memberikan obat khusus ini untuk tujuan

mengelola hipertensi, mengurangi episode kecemasan, dan

membantu penghentian ketergantungan alkohol dan zat.

g. Vasodilator

Vasodilator adalah agen farmakologis yang digunakan

dalam pengobatan hipertensi, karena memberikan efek

terapeutiknya dengan menginduksi pelebaran pembuluh

darah. Vasodilator mengerahkan efeknya dengan secara

langsung menargetkan sel otot polos yang ada di dinding

arteri, mendorong relaksasi sel-sel ini dan menghambat

penyempitan dinding arteri. Kemudahan aliran darah

melalui sistem arteri menyebabkan penurunan beban kerja

jantung, sehingga mengakibatkan penurunan tekanan darah.

2) Terapi Non Farmakologis

Penatalaksanaan non farmakologis bagi penderita hipertensi

mencakup:
a. Teknik relaksasi pernapasan dalam adalah metode yang

digunakan untuk menginduksi keadaan relaksasi melalui pola

pernapasan yang terkontrol dan disengaja. Teknik ini

bertujuan untuk menginduksi keadaan relaksasi dan

ketenangan pada pasien, yang berpotensi menghasilkan

penurunan tingkat tekanan darah.

b. Salah satu manfaat berjemur adalah potensi untuk

meningkatkan sirkulasi darah melalui proses yang disebut

terapi matahari. Paparan sinar matahari telah ditemukan

memiliki efek menstabilkan denyut nadi, tekanan darah, dan

fungsi arteri.

c. Terapi Bekam merupakan sebuah metode dengan

mengeluarkan darah hasil metabolisme atau darah yang

terkontaminasi racun dan oksidan dari tubuh lewat

permukaan kulit yang berguna dalam melencarkan

peredarahan darah.

Berdasarkan penatalaksanaan tersebut di atas, peneliti

mengusulkan bahwa individu dengan hipertensi harus

mempertimbangkan untuk menggabungkan terapi non-

farmakologis selain pengobatan sebagai bagian dari rejimen

pengobatan mereka.

2. Konsep Bekam

a. Definisi Bekam
Dalam istilah bahasa, bekam berarti menghisap. Bekam

merupakan sebuah metode dengan mengeluarkan darah hasil

metabolisme atau darah yang terkontaminasi racun dan oksidan

dari tubuh lewat permukaan kulit. Cara ini dianggap lebih aman

dibandingkan dengan cara pemberian obat antioksidan atau obat

kimia lainnya. Bekam basah dianggap lebih efektif untuk

berbagai penyakit, terutama penyakit yang berkaitan dengan

gangguan pada pembuluh darah. Berbeda dengan bekam kering

yang mungkin hanya menyembuhkan penyakit ringan, bekam

basah dapat membantu mengatasi penyakit yang lebih parah,

akut, kronis atau degeneratif, seperti hipertensi (Widada et al.,

2022).

Bekam adalah satu teknik pengobatan menggunakan sarana

gelas, tabung, atau bambu yang prosesnya diawali dengan

melakukan pengekopan (membuat tekanan negatif dalam gelas,

tabung, atau bambu) pada titik bekam, sehingga menimbulkan

bendungan lokal di permukaan kulit. Pada teknik bekam basah,

setelah terjadi bendungan lokal, prosesnya dilanjutkan dengan

penyayatan permukaan kulit memakai pisau bedah atau

penusukan jarum bekam agar darah kotor bisa dikeluarkan.

(Yasin, 2022).

b. Manfaat Bekam
Manfaat bekam pada hipertensi merupakan sebuah proses

menurunkan sistem saraf simpatis dan membantu pengontrolan

kadar hormon aldosteron di sistem saraf. Kemudian, hal tersebut

merangsang sekresi enzim yang bertindak sebagai sistem

angiotensin renin yang dapat menurunkan volume darah, dan

mengeluarkan oksida nitrat yang berperan dalam vasodilatasi

pembuluh darah sehingga penurunan tekanan darah dapat

terjadi. Selain itu, sifat terapi preventif dari kejadian hipertensi

sangatlah kuat sehingga sangat dianjurkan sebagai sebuah terapi

komplementer dari pencegahan dan pengobatan hipertensi

(Rahman et al.,2022).

c. Keberhasilan dari terapi bekam

Berdasarkan analisis penelitian (Siti fatimah, 2022)

didapatkan bahwa terapi bekam paling efektif dan memiliki efek

positif pada penurunan tekanan darah tinggi, dilakukan pada

titik tengkuk frekuensi 2 kali pemberian bekam dengan waktu

pembekaman di berikan selama 2 minggu dengan dilakukan

relaksasi setelah dilakukan terapi bekam. Untuk itu diharapkan

penderita hipertensi dapat mengontrol tekanan darahnya dengan

terapi bekam secara rutin selain itu bekam sangat berpengaruh

dalam menyeimbangkan secara alamiah jika ada tekanan darah

yang meningkat dengan memilih titik yang tepat maka bekam

bisa membantu dalam penanganan penyakit hipertensi.


d. Teknik bekam

Tabel 2.1 SOP Terapi Bekam

SOP Terapi Bekam

Pengertian Bekam merupakan metode pengobatan dengan

cara mengeluarkan darah yang terkontaminasi

toksi atau oksidan dari dalam tubuh melalui

permukaan kulit ari.

Tujuan Untuk mengeluarkan oksidan dari dalam

tubuh sehingga penyumbatan aliran darah ke

organ - organ tertentu dalam tubuh dapat

diatasi,sehingga fungsi - fungsi fisiologis

tubuh kembali normal.

Indikasi Untuk melancarkan peredaran darah.

Kontra Indikasi Orang yang dalam kondisi lemah.

Peralatan a. Set kop tabung bekam

b. Jarum

c. Lancet pen

d. Sarung tangan
e. Mangkok/cawan

f. Kassa

g. Tissue

h. Alkohol

i. Minyak zaitun

j. Tempat sampah

Tahap pra 1.Siapkan alat dan bahan

interaksi
2. Beri salam dan perkenalkan diri

3. Pastikan identitas klien

4. Kaji kondisi klien

5. Jaga privasi klien

6. Jelaskan maksud dan tujuan

7.Berikan kesempatan klien untuk bertanya

Tahap Kerja 1. Beritahu pasien bahwa tindakan akan segera

dimulai

2. Beritahu pasien agar membuka baju

3. Atur posisi pasien agar tengkurap.

Periksa kelengkapan alat-alat yang digunakan


4. Gunakan handscoon

5. Pilih kop bekam yang tepat sesuai postur

tubuh

6. Membersihkan kop dengan alkohol

7. Membersihkan area yang akan dibekam

terutama bagian leher

8. Berikan minyak zaitun pada daerah

yang akan di bekam

9. Lakukan bekam pada titik kahil

10. Tutup dengan kop kemudian kemudian

dipompa lakukan penarikan selama tiga

kali dan biarkan kop menempel selama

5-7 menit

11. Lepaskan pengekopan dan lakukan

massage untuk mempercepat

penyembuhan lebam akibat bekam

kering

12. Cuci kop dengan alkohol


Terminasi 1. Beritahu klien bahwa tindakan sudah

selesai

2. Bereskan alat bekam dan minyak zaitun

3. Rapikan pakaian klien dan kembalikan

ke posisi yang nyaman

4. Cuci tangan

Evaluasi 1. Evaluasi respon klien

2. Lakukan kontrak untuk terapi

selanjutnya

3. Akhiri pertemuan dengan baik

Sumber: (Tika dwi,2022)

3. Pengaruh Terapi Bekam Terhadap Tekanan Darah Pada

Pasien Hipertensi

Hipertensi sebagai sebuah peningkatan bagi tekanan darah di

dalam arteri, dimana hipertensi inipun bisa menjadi masalah

kesehatan utama setiap negara yang jika tidak di atasi akan dapat

menjadikan munculnya penyakit jantung dan stroke otak yang

mematikan,hal ini ditandai dengan tekanan darah sistolik mengalami

peningkatan yaitu diatas 140 mmHg dan tekanan darah diastoliknya

juga mengalami peningkatan diatas 90 mmHg . Hipertensi mengacu


pada kondisi di mana tekanan darah atau detak jantung melebihi

tingkat normal sebagai akibat dari penyempitan arteri atau kondisi

patologis lainnya (Kemenkes RI, 2021).

Salah satu penatalksanaan Hipertensi adalah dengan terapi Non

farmakologi yaitu dengan terapi bekam. Bekam adalah satu teknik

pengobatan menggunakan sarana gelas, tabung, atau bambu yang

prosesnya diawali dengan melakukan pengekopan (membuat

tekanan negatif dalam gelas, tabung, atau bambu) pada titik bekam,

sehingga menimbulkan bendungan lokal di permukaan kulit. Pada

teknik bekam basah, setelah terjadi bendungan lokal, prosesnya

dilanjutkan dengan penyayatan permukaan kulit memakai pisau

bedah atau penusukan jarum bekam agar darah kotor bisa

dikeluarkan. (Yasin, 2022).

Penelitian yang di lakukan oleh (Eldessa Vava Rilla, 2022) yang

berjudul ” Pengaruh Terapi Bekam Terhadap Tekanan Darah Pada

Pasien Hipertensi ” Hasil Penelitian menunjukan bahwa ada

pengaruh terapi bekam terhadap tekanan darah pada pasien

hipertensi di Pusat terapi bekam LPK Lentera Jagat secara statistik

signifikan (p = 0,000 < 0,05). Penelitian ini mendapatkan hasil

bahwasannya terapi bekam yang diberikan kepada pasien hipertensi

mengalami adanya perubahan yaitu penurunan tekanan darah pada

sistol dan diastol. Bekam bisa dijadikan pengobatan alternatif bagi


masyarakat yang memiliki penyakit hipertensi untuk menggunakan

pengobatan terapi bekam dengan rutin.

B. Kerangka Teori

Berdasarkan landasan Teori dari Bab II, Dapat Disusun Kerangka Teori

sebagai b erikut :
HIPERTENSI

Faktor Pencetus Hipertensi: Tanda dan Gejala:

a. Umur a. Sakit kepala/migrain

b. Genetik b. Tekanan darah lebih dari 140/90


mmHg
c. Obesitas
c. Rasa berat di tengkuk
d. Merokok
d. Lemah dan lelah
e. Psikososial dan stres
e. Mata berkunang - kunang
Klasifikasi hipertensi
a. Normal (< 120 - <80)
b. Hipertensi (130-139) - (85-89)

c. V

Penatalaksanaan Medis

Farmakologi: Nonfarmakologi:
a. Diuretik a. Teknik relaksasi nafas
dalam
b. Beta-blockes
b. Berjemur
c. ACE inhibitor
c. Terapi bekam

Terapi Bekam

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan turunan dari kerangka teori yang telah

disusun sebelumnya dalam tinjauan pustaka. Kerangka konsep

merupakan visualisasi hubungan antara berbagai variabel, yang

dirumuskan oleh peneliti setelah membaca berbagai teori yang ada dan
kemudian menyusun teorinya sendiri yang digunakannya sebagai

landasan untuk penelitiannya. Pengertian lainnya tentang kerangka

konsep penelitian yaitu kerangka hubungan antara konsep – konsep yang

diukur atau diamati melalui penelitian yang dilakukan. Diagram dalam

kerangka konsep harus menunjukkan hubungan antara variabel-variabel

yang diteliti. Kerangka yang baik dapat memberikan informasi yang jelas

kepada peneliti dalam memilih desain penelitian (Kurniati, 2022).

Penyebab hipertensi Tanda dan gejala hipertensi :

1. Keturunan 1. Sakit kepala

2. Usia 2. Bising di telinga

3. Garam 3. Jantung terasa berdebar

4. Kolestrol 4. Kabur pada penglihatan

5. Obesitas 5. Mimisan

6. Stress
7. Rokok
Hipertensi
8. Kafein
9. Alkohol
10. Kurang olahraga Tekanan darah

Tekanan darah dikatakan tinggi saat


berada pada rentang 130-139/85-89
MmHg, sedangkan hipertensi Cara mengatasi
derajat 1 berada pada rentang 140-
159/90-99 MmHg, hipertensi derajat
2 berada pada rentang 160-179/100-
109 MmHg, dan hipertensi derajat 3
pada rentang ≥180/ ≥110 MmHg
Terapi non farmakologis :
1. Hidroterapi garam serai
Terapi farmakologis : 2. Bekam

Obat – obatan 3. Akupuntur


4. Akupresure

Keterangan :
Hidroterapi garam serai
: variabel yang diteliti

: variable yang tidak diteliti

: alur fikir

Skema 3.1 Kerangka Konsep Pengaruh Pemberian Hidroterapi Modifikasi

Terhadap Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi

Sumber : (Djafar & Musakkar, 2021) dan (Salma,2020)

B. Desain Penelitian

Rancangan penelitian adalah suatu tahap awal yang digunakan

untuk melakukan penelitian yang memberikan arah terhadap

jalannya penelitian (Siswara, 2020) rancangan penelitian merupakan

suatu strategi untuk mencapai tujuan penelitian yang telah ditetapkan

dan berperan sebagai pedoman atau penuntun dalam proses

penelitian.
Penelitian ini menggunakan desain penelitian pra-experimental.

Adapun jenis rancangan yang akan digunakan yaitu one group pre-

test and pos-test dengan metode purposive sampling. Penelitian ini

tidak melibatkan kelompok perbandingan (kontrol) tapi hanya

kelompok perlakuan. Pada kelompok perlakuan sebelumnya akan di

observasi awal pre-test setelah itu akan di observasi yang terakhir

post-test yang memungkinkan dapat menguji perubahan yang terjadi

setelah adanya perlakuan.

Tabel 3.1 Rancangan Penelitian Pengaruh Terapi bekam

terhadap tekanan darah pada pasien hipertensi di desa panji dusun

kembang sari wilayah kerja puskesmas sukasada 1.

Subjek Pra Perlakuan Pasca-tes

K O I OI

Waktu 1 Waktu 2 Waktu 3


Keterangan :

K : Subjek (Penderita Hipertensi di Desa Panji Dusun Kembang

Sari)

O : Observasi (Jumlah yang di berikan terapi bekam)

I : Intervensi (Terapi Bekam)

OI : Observasi (Penurunan tekanan darah setelah diberi terapi bekam)

C. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah suatu jawaban sementara dari rumusan masalah

yang ada pada sebuah penelitian (Siswara, 2020). Hipotesis dapat

dirumuskan pada penelitian ini diantaranya:

1. Hipotesis Alternatif (Ha)

Hipotesis alternatif (Ha) merupakan hipotesis penelitian,

hipotesis ini menyatakan adanya suatu pengaruh dan perbedaan

dari dua variabel yang akan diteliti.


Ha: Terdapat Pengaruh terapi bekam terhadap tekanan darah pada

pasien dengan hipertensi di desa panji dusun kembang sari wilayah

kerja puskesmas sukasada 1.

2. Hipotesis Nol (Ho)

Hipotesis Nol (Ho) merupakan hipotesis yang digunakan

untuk pengukuran statistik dan interpretasi hasil statistik.

hipotesis nol kompleks dan bersifat sebab akibat.

Ho: Tidak terdapat adanya Pengaruh terapi bekam terhadap

tekanan darah pada pasien dengan hipertensi di desa panji dusun

kembang sari wilayah kerja puskesmas sukasada 1.

3. Definisi Operasional

Definisi operasional variabel penelitian adalah suatu atribut

atau sifat atau nilai dari obyek atau kegiatan yang memiliki

variasi tertentu yang telah ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Tabel: 3.2 Definisi Operasional Pengaruh Terapi bekam

terhadap tekanan darah pada pasien hipertensi di desa panji

dusun kembang sari wilayah kerja puskesmas sukasada 1.

No Variabel Definisi Definisi Cara Hasil Ukur Skala

konsepsual Operasional ukur Ukur


1. Bebas : Variable yang Dilakukan 2 SOP - -
penurunan dapat kali
tekanan dijelaskan pemberian
Terapi
darah pada secara relevan bekam
Bekam
pasien dalam dengan
waktu
hipertensi penelitian ini
pembekama
adalah metode
n di berikan
merangsang
selama 2
sekresi enzim minggu
yang
bertindak
sebagai sistem
angiotensin
renin yang
dapat
menurunkan
volume darah,
dan
mengeluarkan
oksida nitrat
yang berperan
dalam
vasodilatasi
pembuluh
darah
sehingga
penurunan
tekanan darah
dapat terjadi.

2. Bebas : Bekam adalah Dilakukan Kop Tujuh titik Rasio


Dukungan satu teknik saat pre test
bekam standar yang
Terikat : pengobatan dan post test
terletak di
Terapi menggunakan pada pasien
bekam sarana gelas, penderita daerah
tabung, atau hipertensi
punggung
bambu yang yaitu satu titik
prosesnya
di daerah
diawali
tengkuk,
dengan
melakukan kedua bahu,
pengekopan
dua titik pada
(membuat
punggung
tekanan
negatif dalam bagian kanan
gelas, tabung,
dan kiri (pada
atau bambu)
posisi ginjal),
pada titik
bekam, dan dua titik
sehingga
pada
menimbulkan
punggung
bendungan
lokal di bagian bawah.
permukaan
kulit.
33

D. Populasi dan Sampel

1.Populasi

Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas

objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,

2021) Populasi dalam penelitian ini adalah penderita

Hipertensi di Desa Panji Dusun Kembang Sari Wilayah

Kerja Puskesmas Sukasada I Sebanyak 35 orang.

2. Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi yang menjadi

sumber

data dalam penelitian, dimana populasi merupakan bagian

dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi

(Sugiyono, 2018). Agar karakteristik sampel tidak

menyimpang dari populasinya, maka pengambilan sampel

perlu ditentukan kriteria inklusi dan ekslusi:

a) Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi merupakan kriteria dimana subjek

penelitian mewakili sampel penelitian yang memenuhi

syarat sebagai sampel (Notoatmodjo, 2020). Meliputi:


34

1) Pasien penderita Hipertensi

2) Pasien Yang berusia diatas 45 Tahun

3) Pasien yang bersedia menjadi responden penelitian

b) Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi adalah ciri-ciri anggota populasi

yang tidak dapat diambil sebagai sampel (Notoadmodjo,

2020).

1) Pasien dengan kondisi sangat lemah

2) Pasien yang tidak mampu berkomunikasi dengan baik

3) Pasien yang memiliki penyakit komplikasi

E. Tempat Penelitian

Penelitian ini di lakukan di Desa Panji Dusun Kembang

Sari Wilayah Kerja Puskesmas Sukasada I yang berlokasi di

Sukasada, Kabupaten Buleleng. Adapun yang menjadi dasar

pada penelitian ini untuk memilih di Penelitian ini di lakukan di

Desa Panji Dusun Kembang sari Wilayah Kerja Puskesmas

Sukasada I yaitu karena di tempat penelitian tersebut terdapat

banyak sampel untuk di teliti.


35

F. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 1 bulan ( 5 April – 5 Mei

2024)

G. Etika Penelitian

Etika berasal dari bahasa Yunani ethos, yang berarti

kebiasaan dan peraturan perilaku yang berlaku dalam masyarakat.

Etika membantu peneliti dalam melihat secara kritis moralitas dari

sisi subjek penelitian. Etika juga membantu untuk merumuskan

pedoman etis yang lebih kuat dan norma- norma yang

dibutuhkan (Imas Masturoh, 2020).

1. Informed Consent (Lembar Persetujuan)

Formulir informed consent mencakup penjelasan

penelitian dilakukan, tujuan penelitian, metode penelitian,

manfaat yang dicapai responden dan risiko yang mungkin

terjadi. pernyataan lembaran Persetujuan jelas dan mudah

dipahami, sehingga responden mengetahui bagaimana

penelitian ini dilakukan. Bagi responden yang bersedia,

selanjutnya diarahkan untuk mengisi dan menandatangani

lembar persetujuan secara sukarela (Hidayat, 2019).


36

2. Confidentiality (Kerahasiaan)

Peneliti menjamin kerahasiaan responden dan hak asasi

untuk informasi yang didapatkan. Peneliti merahasiakan

berbagai informasi yang menyangkut privasi responden,

identitas responden dengan menggunakan kode dan hanya

peneliti yang tahu tentang kode tersebut.

3. Beneficence (Asas Kemanfaatan)

Dalam penelitian ini peneliti berusaha untuk dapat

menghasilkan manfaat yang sebesar-besarnya dan mengurangi

kerugian atau risiko bagi subjek penelitian. Contohnya dalam

penelit ian ini, peneliti ingin memberikan terapi bekam

untuk menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi.

4. Justice (Keadilan)

Subjek harus diperlakukan secara adil baik itu sebelum

memberikan perlakuan ataupun sesudah pemberian

perlakuan tanpa adanya deskriminasi pada pada subjek

(Sugiyono, 2019). Dalam penelitian ini komunikasi yang

digunakan oleh peneliti adalah komunikasi terapeutik guna

menjaga hubungan yang baik dengan responden.


37

H. Alat Pengumpulan Data

Instrumen Penelitian adalah alat yang digunakan untuk

mengukur nilai variabel yang diteliti. Alat ukur dalam

penelitian ini adalah Standar Operasional Prosedur (SOP) terapi

bekam.

1. Variabel Bebas ( Independent)

Alat ukur yang digunakan pada penelitian ini berupa

Standar Operasional Prosedur atau SOP. Penatalaksanaan

yaitu dengan cara pemberian terapi bekam.

2. Variabel Terikat ( Dependent)

Pada penelitian ini menggunakan alat kop bekam

untuk mengeluarkan darah, dan lembar observasi untuk

mencatat hasil pre dan post intervensi.

I. Prosedur Pengumpulan Data

Mengumpulkan data adalah mencari, mencatat,dan

mengumpulkan semua fakta secara obyektif sesuai dengan hasil

pengamatan dan wawancara di lapangan. Ini termasuk pencatatan

data dan berbagai jenis data yang ditemukan di lapangan

(Sugiyono, 2020).
38

Prosedur pengumpulan data yang dilakukan secara langsung

oleh peneliti dalam penelitian ini yaitu:

1. Tahap Persiapan

a. Mengajukan permohonan izin ke pihak kampus STIKES

Buleleng untuk melakukan studi pendahuluan.

b. Peneliti meminta izin kepada kepala Puskesmas

Sukasada I .

c. Peneliti mempersiapkan materi dan konsep yang akan

mendukung penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan

1) Melaksanakan izin mengumpulkan data dan kajian

studi yang ditandingkan oleh ketua STIKES Buleleng.

Izin tersebut ditunjukan kepada Kepala Puskesmas

Sukasada I.

2) Pengkaji menetapkan informan sejalan pada kriteria

insklusi dan kriteria eksklusi.

3) Informan menandatangani informed consent selaku

persetujuan responden menyetujui dijadikan subyek

penelitian.

4) Pelaksanaan terapi bekam dilakukan 2 kali pemberian

bekam selama 2 minggu dengan menggunakan satu

kelompok, yaitu kelompok intervensi .


39

5) Melakukan pretest yaitu yakni sehari sebelum

diberikan intervensi terapi bekam untuk mengukur

penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi.

J. Pengolahan Data

Pengolahan data merupakan waktu yang digunakan untuk

menggambarkan perubahan bentuk data menjadi informasi yang

memiliki kegunaan (Notoatmodjo, 2021). Langkah-langkah

pengolahan data meliputi editing, coding, processing, cleaning,

dan tabulating.

1. Editing

Editing adalah memeriksa daftar pertanyaan yang telah

di serahkan oleh pengumpul data. Pada tahap ini, langkah

penelitian adalah editing yakni mengembalikan kuesioner

kepada responden jika ada pertanyaan dalam kuesioner

tersebut yang masih kosong atau tidak diisi.

2. Coding

Coding dilakukan untuk mengubah huruf menjadi

angka atau bilangan, hal ini bertujuan agar saat melakukan

tabulating dan analisa data menjadi mudah.

3. Processing
40

Processing adalah memasukan data dari setiap

responden yang telah diberikan kode ke dalam program

komputer untuk dilakukan pengolahan.

4. Cleaning

Merupakan pengecekan data yang telah di entry guna

melihat adanya kemungkinan kesalahan dalam

memasukkan data.

5. Tabulating

Tabulating adalah membuat tabel-tabel data, sesuai

dengan tujuan penelitian atau yang diinginkan oleh

peneliti, Setelah seluruh data dikumpulkan,di periksa

kelengkapannya, dimasukan dalam distribusi frekuensi,

yaitu melalui pengelompokan data menjadi kelompok

dalam suatu format yang di sebut tabel frekuensi. Hasil

penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel distribusi

frekuensi serta diberi interprestasi data tersebut

berdasarkan variabel yang diteliti.

K. Analisis Data

Analisis data adalah kegiatan yang dilakukan setelah data

terkumpul dari seluruh responden atau sumber data lainnya.


41

Jenis analisa data yang digunakan dalam penelitian ini antara

lain:

1. Analisis Univariat

Analisis univariat digunakan untuk mendeskripsikan

atau menggambarkan data yang telah terkumpul

sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan

yang berlaku untuk umum atau generalisasi (Sugiyono,

2020).

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat adalah analisis yang digunakan

terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau

berkorelasi (Notoatmodjo, 2021). Analisis bivariet

digunakan untuk menguji dua variable. Uji yang digunakan

adalah Dependent sample T-Test atau sering diistilahkan

dengan Paired Sample T-Test, Merupakan jenis uji statistik

yang memiliki tujuan yaitu membandingkan rata-rata dua

grup yang saling berpasangan.


42

Anda mungkin juga menyukai