Anda di halaman 1dari 7

Nama : Nadiya Syafia Shani

NIM : 20619305
Review Jurnal Valuasi Tanah

I. Pendahuluan
Perhatian akan valuasi biodiversitas dan ekosistem meningkat sejak istilah ecosystem
service mulai dipopulerkan karena adanya Millennium Ecosystem Assessment pada tahun
2005 (Atkinson, Bateman, & Mourato, 2012). Banyak hal yang bisa divaluasi dari mulai
komoditas yang ada pada suatu ekosistem hingga komponen abiotik dalam ekosistem
tersebut seperti tanah, air, maupun udara. Salah satu komponen abiotik yang oerlu divaluasi
adalah tanah.
Beberapa penelitian menunjukan bahwa tanah utamanya pada lahan pertanian banyak
yang menjadi hot spot dalam pemberian layanan ekosistem (Berkel & Verburg, 2014). Tanah
merupakan salah satu sumber daya alam yang berada dibawah tekanan yang kian meningkat
yang disebabkan oleh aktivitas manusia (Jonsson, Nikolaidis, & Davidsdottir, 2016).
Gambaran dari framework layanan ekosistem yang diberikan tanah dapat dilihat pada gambar
1. Tanah menyediakan berbagai macam kebermanfaatan bagi manusia sendiri. Namun begitu
tanah kurang dihargai atas nilai-nilai yang diberikannya, sehingga tidak terlalu
diperhitungkan juga oleh para pengambil keputusan.

Gambar 1. Framework Layanan Ekologis Tanah


sumber: Jonsson et al., 2016
II. Perbandingan Metode dalam Menentukan Nilai Biodiversitas
1. Valuation of Soil Ecosystem Services (2016)
Jon Orvar Jonsson; Nikolaos P. Nikolaidis; Brynhildur Davidsdottir
Beberapa hal yang dijadikan dasar valuasi tanah pada jurnal ini adalah:
a. Kadar Karbon, Nitrogen, dan Fosfor
Perhitungan kadar C, N, dan P menjadi penting karena dapat mengestimasi dinamika
pertumbuhan vegetasi serta sekuestrasi karbon dan nitrogen pada infrastruktur
ekologis. Unsur karbon diukur dengan menggunakan model CAST (Soil Carbon,
Aggregation, and Structure Turnover). Model ini mengukur makroagregat yang
terbentuk diantara zat-zat organik dan diikuti oleh pembentukan makroagregat itu
sendiri. Hal ini berarti ditinjau juga dinamika perubahan tanahnya yitu agregasi dan
disagregasi. Disamping itu, unsur N dan P diukur dengan model simplified
mechanistic N and P. Perhitungan carbon pool ROTH-C diadaptasi untuk
mensimulasikan pool bahan organik lainnya terutama N, dan P menggunakan
stoikiometri rasio C: N: P.
b. Kemampuan Tanah Menyaring Air
Faktor kemampuan tanah dalam menyaring air merupakan hal yang penting untuk
diukur karena berkaitan dengan fungsi tanah dalam menyaring air dan perubahan air
dalam infrastruktur ekologis. Kemampuan penyaringan tanah diukur menggunakan
model BRNS yang mengukur efek dari saturasi air yang beragam berdasarkan waktu
dan juga pertukaran kesetimbangan dengan zat-zat berbentuk gas. Selain itu diukur
juga ion-ion yang dihasilkan dalam pelapukan batuan yang mungin terbawa air dan
tersaring oleh tanah seperti Ca2+, Na+, K+, Mg2+, Al3+, H4SiO4, and PO43+.
c. Dinamika Tumbuhan
Kondisi dinamika tumbuhan juga menjadi penting karena tumbuhan memiliki peran
penting dalam fiksasi karbon. Selain itu keberadaan tumbuhan juga dapat
memengaruhi biodiversitas lain disekitarnya. Poin dinamika tumbuhan diukur
berdasarkan model prinsip teori produksi ekologi dan dengan memprediksi dinamika
dari variabel kunci seperti produksi C dan N, nutrisi, dan serapan air. Selain itu
diukur juga fluks eksudat akar dihitung untuk digunakan dalam komponen pelapukan
pada model transport 1D. Selain itu dihitung juga aliran air, temperatur tanah, dan
transportasi zat terlarut dengan menggunakan model ICZ. Model ICZ dapat
mensimulasikan persediaan tanah dan fluks tanah yang berguna untuk menghitung
nilai fungsi tanah.
d. Kemampuan Tanah Menyaring Zat Terlarut
Tanah memiliki kemampuan untuk mengontrol kualitas air dengan cara menyerap,
mempertahankan, dan mengubah zat terlarut dalam air. Salah satu zat terlarut yang
dapat di kontrol juga adalah kontaminan, sehingga tanah akan mencegah kontaminan
tersebut larut di badan air. Kontaminan yang serring dijadikan sorotan adalah nitrat.
Perhitungan kemampuan tanah dalam menyaring nitrat diukur menggunakan skala
tepi air dalam format tabular dan spasial (ArcGIS).
e. Tanah sebagai Regulator Iklim
Tanah memiliki peran dalam regulasi suhu dan curah hujan melalui sekuestrasi C dan
N yang ada dalam gas-gas rumah kaca. Emisi karbon dioksida juga berkaitan dengan
tanah dimana tanah bisa menyerapnya dan karbon tanah berperan juga dalam
kestabilan dan fertilitas tanah itu sendiri. Kemampuan regulasi iklim oleh tanah
diukur dengan metric kgCO2/ha.waktu yang merupakan satuan dari perhitungan laju
mineralisasi karbon tanah. Data dari laju mineralisasi ini kemudian diterjemahkan ke
dalam valuasi ekonomi menggunakan metode avoided cost. Nilai yang dihasilkan
merepresentasikan potensi valuasi dari keuntungan yang bisa didapatkan dari
pengimplementasian intervensi pada manajemen tanah dalam rangka mengurangi laju
mineralisasi karbon.
f. Produksi Biomassa
Tanah menyediakan nutrisi, air, dan lingkungan fisik bagi produksi biomassa
terrestrial seperti hasil panen dan hasil ternak. Metric yang digunakan untuk
pengukuran ini adalah kg/ha.tahun, yang menunjukan biomassa dari hasil panen dan
ternak yang diproduksi sepanjang tahun. Selain itu biomassa juga dipetakan
persebarannya. Pemetaan ini akan berguna untuk menunjukan dasar valuasi ekonomi.
Data terkait produksi biomassa diukur dalam kg/biomassa per tipe produksi yang
dibuat dalam format skala tabular dan spasial (ArcGIS) yang kemudian diterjemahkan
ke valuasi ekonomi. Metode ekonomi yang digunakan untuk mengonversi nilai
produksi biomassa ke nilai ekonomi adalah dengan menggunakan harga produsen.
2. A Soil Change-Based Methodology for The Quantification and Valuation of Ecosystem
Services from Agro-Ecosystem: A Case Study of Pastoral Agriculture in New Zealand
(2014) - E. Dominati, A. Mackay, S. Green, M. Patterson
Nilai tanah hanya dapat dinilai ketika tanah dilihat dari sudut pandang penggunaannya.
Sebenarnya ada banyak layanan ekosistem yang tanah berikan bagi kehidupan seperti
yang tertera pada gambar berikut.

Gambar 2. Layanan Ekosistem Tanah


sumber: (Dominati, Mackay, Green, & Patterson, 2014)
Penelitian ini mengukur valuasi tanah di hamparan padangrumput New Zealand.
Hanya dua jenis layanan ekologis yaitu provisioning service dan regulating service di
lahan padang rumput produktif ini. Cultural service tidak turut dihitung karena memiliki
cara perhitungan yang berbeda dengan dua lainnya. Dari kedunya, perhitungan ekonomi
selanjutnya yang dilakukan adalah dengan teknik valuasi ekonomi neoklasikal. Di dalam
teknik ini termasuk perhitungan terkait teknik harga pasar, perubahan produktivitas,
pengeluaran defensif, biaya penggantian dan biaya penyediaan.
a. Valuasi Layanan Penyediaan
Hasil padang rumput berkelanjutan yang bermodal dari tanah (kg materi
kering/ha/tahun) di konversi menjadi padatan susu menggunakan faktor konversi (15
kg materi kering/kg padatan susu) lalu selanjutnya divaluasi dengan harga padatan
susu di wilayah penelitian, New Zealand (NZ$6.87/kg padatan susu).
b. Valuasi Layanan Regulasi
1) Mitigasi banjir divaluasi menggunakan biaya asosiasi dengan bangunan
bendungan air di lahan peternakan untuk mensubstitusi ketahanan air dalam
tanah.
2) Penyaringan unsur N dan P divaluasi menggunakan biaya dari biaya teknik
mitigasi untuk membatasi kehilangan dua nutrient ini
3) Penyaringan kontaminan divaluasi menggunakan biaya membangun lahan basah
artifisial untuk mendekontaminasi air mengalir sebelum sampai ke badan air.
4) Daur ulang limbah divaluasi dengan biaya pembangunan kolam treatment limbah
agar nutrisi dari limbah organik bisa kembali ke lahan padang rumput.
5) Valuasi simpanan karbon dan regulasi gas rumah kaca di dalam tanah dihitung
menggunakan harga pasaran unsur C (NZ$13/tCO2).
6) Regulasi populasi hama dan penyakit hanya sebagai tervaluasi menggunakan
metode biaya penyediaan, dengan membatasi analisisnya hanya terhadap dua
hama padang rumpur yang utama.

3. Classification and Valuation of Soil Ecosystem Services (2016) – Jon Orvar H Jonsson,
Brynhildur Davidsdottir.
Pendekatan berbasis preferensi digunakan untuk valuasi tanah. Valuasi dengan
pendekatan ini selalu berdasarkan nilai antroposentrik atau nilai untuk manusia. secara
umum terdapat dua kategori valuasi yaitu use dan non-use dengan pembagian lebih rinci
ditunjukan pada diagram berikut.
Gambar 3. Total valuasi ekonomi
Sumber: (Jonsson & Davidsdottir, Classification and Valuation of Soil Ecosystem, 2016)

Tanah memberikan layanan dpada beberapa kategori seperti dalam fungsi


pendukung, layanan regulasi, layanan pengadaan, dan layanan budaya. Pada masing-
masing kategori, metode yang digunakannya beragam dan hasil valuasi (dalam dollar)nya
pun beragam. Diantaranya menggunakan metode menghitung biaya penggantian,
meninjau harga pasar, meninjau harga hedonis, biaya dihindari, biaya pengadaan,
eksperimen pilihan, biaya kerusakan, perpindahan manfaat, pengeluaran defensif, valuasi
kontingen, modeling pilihan, harga produsen, dan jugafaktor nilai bersih,.
Daftar Pustaka

Atkinson, G., Bateman, I., & Mourato, S. (2012). Recent Advances in The Valuation of Ecosystem Services
and Biodiversity. Oxford Review of Economic Policy, 22-47.

Berkel, D. B., & Verburg, P. H. (2014). Spatial Quantification and Valuation of Cultural Ecosystem Services
in An Agricultural Landscape. Ecological Indicators, 163-174.

Dominati, E., Mackay, A., Green, S., & Patterson, M. (2014). 2. A Soil Change-Based Methodology for The
Quantification and Valuation of Ecosystem Services from Agro-Ecosystem: A Case Study of
Pastoral Agriculture in New Zealand . Ecological Economics, 119-129.

Jonsson, J. O., & Davidsdottir, B. (2016). Classification and Valuation of Soil Ecosystem. Agricultural
Systems, 24-38.

Jonsson, J. O., Nikolaidis, N. P., & Davidsdottir, B. (2016). Valuation of Soil Ecosystem Services. Advances
in Agronomy, 356-383.

Anda mungkin juga menyukai