Anda di halaman 1dari 26

Nama : Erika Nur Rahmawati

Jurusan : HTN 4C

NIM : 12103173067

Matakuliah : Hukum dan HAM

1. Analisis peristiwa demonstrasi yang berujung kerusuhan di depan kantor Bawaslu pada
tanggal 21-22 Mei 2019
a. Apakah ada HAM yang terlindungi? Jika ada, apa saja? Berikan argumentasi atas
pendapat Anda!
b. Apakah ada HAM yang terlanggar? Jika ada, apa saja? Berikan argumentasi atas
pendapat Anda!
c. Jika Anda polisi atau TNI, apa sikap dan perlakuan Anda kepada para demonstran
dan perusuh?
d. Jika Anda demonstran, apa harapan Anda kepada apparat?
e. Sertakan link berita yang Anda baca sebagai referensi.

Jawab :

a. Ada, yaitu hak untuk bebas mengeluarkan pendapat dan hak untuk hidup yang
diatur dalam pasal 27 sampai 34 UUD 1945.
Sebanyak 108 purnawirawan TNI-Polri yang mendukung Prabowo Subianto-
Sandiaga Uno yang tergabung dalam Front Kedaulatan Bangsa menyatakan akan
mengikuti demonstrasi ini di Komisi Pemilihan Umum. Mereka membantah turun
ke jalan karena diperintah oleh Prabowo Subianto.
Hingga 21 Mei, Kepolisian Republik Indonesia (Polri) mencatat lebih dari 1.300
orang yang datang dari berbagai provinsi di Indonesia yang akan mengikuti
demonstrasi ini. Mengantisipasi banyaknya peserta yang turun ke jalan mengikuti
demonstrasi ini, lalu lintas Jalan M. H. Thamrin ditutup baik dari arah Jalan
Sudirman ke Monumen Nasional maupun sebaliknya. Kepolisian Daerah
Metropolitan Jakarta Raya (Polda Metro Jaya) sudah mempersiapkan rekayasa lalu
lintas untuk mengantisipasi terjadinya penumpukan peserta yang lebih besar
dibanding pada 21 Mei. Sejumlah koridor bus Transjakarta juga turut dialihkan
untuk menghindari jalan yang ditutup itu. Dalam menghadapi peserta demonstrasi,
Polri akan mengedepankan negosiasi dalam pengamanan demonstrasi ini.
Menurut saya masyarakat yang mengikuti demonstrasi di depan bawaslu pada
saat itu sudah mendapatkan hak nya dalam menyampaikan pendapat karena dari
pihak pemerintah membolehkan masyarakat yang ingin mengeluarkan pendapatnya
untuk menyampaikan segala keluh kesah dan kritik didepan gedung Bawaslu dan
dijaga oleh pihak kepolisian dan TNI selaku aparatur keamanan Negara untuk
menjaga ketertiban demonstrasi agar tidak terjadi kerusuhan.
Dan pada saat terjadi demonstrasi ada seorang demonstran yang terlibat
kericuhan di depan gedung bawaslu dan mengalami luka-luka akibat kericuhan
tersebut. Maka dari itu ada hak yang terlindungi yaitu hak untuk hidup karena
masyarakat tersebut memiliki hak untuk mendapatkan pertolongan. Agar tidak
memakan korban jiwa, pihak kepolisian langsung membawa demonstran yang
mengalami luka-luka ke rumah sakit.
b. Ada, LBH Jakarta menemukan adanya indikasi kesalahan penanganan
demonstrasi, sementara Amnesty International Indonesia mengungkapkan adanya
indikasi pelanggaran HAM yang terjadi setelah demonstrasi 22 Mei.
Selain diduga melakukan perlakuan keji terhadap peserta aksi, menurut Direktur
LBH Jakarta Arif Maulana, aparat kepolisian dituding "tidak proporsional dan
tidak cermat" dalam menangani aksi demonstrasi yang mengakibatkan kekerasan
terhadap petugas medis dan beberapa jurnalis. "Termasuk kita melihat juga
tindakan kekerasan yang dilakukan aparat kepolisian kepada massa, terutama
massa aksi, memang terjadi," ujar Arif kepada BBC Indonesia.
Dalam vidio yang sempat viral akhir pekan lalu, terlihat ada seorang remaja
yang diseret di depan sebuah halaman masjid oleh aparat kepolisian. Aksi
penganiayaan yang dilakukan aparat kepolisian tidak dapat dibenarkan.
Berdasarkan penemuan awal koalisi masyarakat sipil, penganiayaan tidak hanya
dialami oleh satu orang saja melainkan juga perusuh dan provokator aksi yang lain.
Menurut saya apa yang dilakukan oleh aparatur kepolisian merupakan suatu
pelanggaran HAM karena kepolisian semestinya merespon hal-hal yang dilakukan
oleh demostran dengan kaidah-kaidah hukum yang berlaku di Indonesia dan hak
asasi manusia juga. Tetapi ketika kita baca lagi apa yang dialami aparatur
kepolisian yang berjaga disana mengalami situasi yang sulit karena terdapat juga
penyerangan sekelompok orang terhadap asrama kepolisian.
c. Pasti sikap polri dan TNI akan mengayomi masyarakat. Tetapi apabila demonstran
tidak mematuhi koredur hukum maka pihak kepolisian dapat mengingatkan para
demonstran dengan cara yang sesuai dengan etika dan norma. Proses penyampaian
pendapat tidak boleh disertai dengan pemaksaan kehendak, karena dapat
mencederai nilai0nilai demokrasi yang seutuhnya.
d. Sebagai aparat kepolisian dan TNI sudah seharusnya melindungi rakyatnya. Untuk
menyelesaikan sebuah masalah alangkah baiknya bukan dengan jalur kekerasan,
dan setiap langkah apa yang di ambil kepolisian harus sesuai dengan koredur
hukum dan tidak melanggar hak asasi manusia.
e. https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-48412490
https://news.detik.com/berita/d-4559420/terluka-seorang-demonstran-di-depan-
bawaslu-diantar-polisi-ke-rs
https://m.katadata.co.id/berita/2019/05/22/aksi-demonstrasi-di-bawaslu-berujung-
rusuh-di-beberapa-titik-jakarta
https://id.wikipedia.org/wiki/Demonstrasi_dan_kerusuhan_Mei_2019_di_Jakarta
2. Bacalah artikel sebanyak-banyaknya tentang Perang Bosnia dan Serbia pada tahun 1992-
1995. Sebutkan pelanggaran HAM berat yang terjadi dalam peristiwa tersebut! Apa
argumentasi Anda untuk mengkategorikan pelanggaran HAM tersebut? Gunakan
dokumen HAM internasional sebagai rujukan. Bagaimana penegakan HAM yang telah
dilakukan terhadap para pelanggar HAM berat tersebut? Sertakan foto dan link berita yang
Anda baca!

Jawab :

a. Perang Bosnia
1) Adanya pembunuhan masal warga muslim Bosnia
2) Pembantaian ribuan warga muslim Bosnia

Dapat dikategorikans sebagai HAM berat karena dalam perang Bosnia terdapat
pembantaian serta pembunuhan ribuan warga muslim. Sedangkan didalam UU HAM
seperti Statuta Roma Mahkamah Pidana Internasional terlah dituliskan bahwa perbuatan
tersebut merupakan pelanggaran HAM.

Dalam Pasal 5 Kejahatan yang Termasuk dalam Jurisdiksi Mahkamah :


1. Jurisdiksi Mahkamah terbatas pada kejahatan paling serius yang menyangkut
masyarakat internasional secara keseluruhan. Mahkamah mempunyai jurisdiksi
sesuai dengan Statuta berkenaan dengan kejahatan-kejahatan berikut:
a) Kejahatan genosida
b) Kejahatan terhadap kemanusiaan
c) Kejahatan perang
d) Kejahatan agresi
2. Mahkamah melaksanakan jurisdiksi atas kejahatan agresi setelah suatu ketentuan
disahkan sesuai dengan pasal 121 dan 123 yang mendefinisikan kejahatan dan
menetapkan kondisi-kondisi di mana Mahkamah menjalankan jurisdiksi berkenaan
dengan kejahatan ini. Ketentuan semacam itu haruslah sesuai dengan ketentuan-
ketentuan terkait dari Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Pasal 6 Genosida

Untuk keperluan Statuta ini, “genosida” berarti setiap perbuatan berikut ini yang
dilakukan dengan tujuan untuk menghancurkan, seluruhnya atau untuk sebagian, suatu
kelompok nasional, etnis, ras atau keagamaan, seperti misalnya:

a) Membunuh anggota kelompok tersebut


b) Menimbulkan luka fisik atau mental yang serius terhadap para anggota kelompok
tersebut
c) Secara sengaja menimbulkan kondisi kehidupan atas kelompok tersebut yang
diperhitungkan akan menyebabkan kehancuran fisik secara keseluruhan atau untuk
sebagian
d) Memaksakan tindakan-tindakan yang dimaksud untuk mencegah kelahiran dalam
kelompok tersebut
e) Memindahkan secara paksa anak-anak dari kelompok itu kepada kelompok lain.

Komunitas Internasional banyak membantu mengakhiri konflik yang terjadi di


Bosnia. Pengiriman pasukan perdamaian yang dilakukan oleh Perserikatan Bangsa-
Bangsa, NATO dan juga Upaya perundingan yang diprakarsai oleh Uni Eropa dan
juga Amerika Serikat. Perserikatan Bangsa-bangsa pada tahun 1992 Perserikatan
Bangsa-Bangsa membentuk UNPROFOR ( United Nation Protection Force) yaitu
pasukan perdamaian yang ditugaskan untuk menjaga perdamaian di negara-negara
pecahan Yugoslavia. Termasuk Bosnia. UNPROFOR ini terdiri dari negara-negara
anggota PBB yang mengirimkan pasukan perdamaiannya guna menjaga perdamaian
di Bosnia. Pasukan perdamain ini terdiri dari negara Amerika Serikat, Jerman, Inggris,
Prancis dan Indonesia tergabung dalam UNPROFOR ini. Sekitar 17.000 pasukan
UNPROFOR tercatat dalam misi perdamaian di Yugoslavia termasuk Bosnia.
Indonesia juga tercatat membantu menjaga perdamaian di Bosnia dengan
mengirimkan pasukan Garuda 14 yang terdiri dari 25 anggota yang ditugaskan untuk
menjaga perdamaian di Bosnia dan juga memberikan bantuan medis dan obat-obatan.

Selain itu juga Perserikatan Bangsa-Bangsa menyerukan kepada Serbia untuk


menarik pasukannya dari wilayah Bosnia dan meminta dilakukannya perundingan
untuk mengakhiri konflik tersebut. Perserikatan Bangsa-Bangsa juga mengirimkan
utusannya sebagai mediasi guna mencari penyelesaian konflik antara Serbia dan
Bosnia. Perserikatan Bangsa-bangsa mengutus Lewis Mckeujic selaku kepala staf
UNPROFOR. Lewat letnan Mckeujic ini terjadi perundingan antara Serbia dan Bosnia
untuk membahas mengenai penyelesaian perang di kawasan tersebut. Perundingan ini
dilaksanakan di Sarajevo tahun 1992. Dalam perundingan ini tidak tercapai
kesepakatan antara kedua belah pihak dikarenakan pihak Bosnia meninggalkan
perundingan karena terjadi ledakan bom di Sarajevo yang banyak menewaskan warga
etnis Bosnia.

Uni Eropa juga ikut berpartisipasi dalam proses perdamaian yang terjadi di
Bosnia. Masyarakat Uni Eropa mencoba mengajak kedua belah pihak yang bertikai
untuk mau melakukan perundingan guna menyelesaikan konflik tersebut. Masyarakat
Uni Eropa menjadi mediator perundingan antara Serbia dan juga Bosnia dalam
perundingan Lissabon yang dilaksanankan pada tahun 1992 guna mencari solusi
kedua belah pihak dalam menyelesaikan konflik tersebut. Dalam perjanjian ini kedua
belah pihak sepakat menjadikan Bosnia sebagai negara Federasi yang terdiri dari tiga
etnis dan memiliki wilayah masing-masing dari etnis tersebut. Yaitu, etnis Muslim
Bosnia, etnis Serbia, dan etnis Kroat Kroasia. Namun perjanjian ini juga belum
mampu menghentikan kekerasan yang terjadi di Bosnia. Karena ledakan yang terjadi
di Sarajevo tersebut menyebabkan pihak Bosnia masih merasa terancam walaupun
telah terjadi kesepakatan.

NATO sebagai sebuah pakta keamanan atlantik juga turut berpartisipasi dalam
menjaga perdamaian di kawasan Bosnia dan mengupayakan tercapainya perdamaian
di wilayah tersebut.Sekitar 35.000 pasukan NATO berada di wilayah-wilayah bekas
negara Federasi Yugoslavia, termasuk Bosnia. NATO jualah akhirnya yang memaksa
Serbia untuk melakukan perundingan perdamaian pada tahun 1995 dengan melakukan
penyerangan terhadap negara Serbia. Hal ini dilakukan karena upaya-upaya
perdamaian yang telah dilakukan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Uni Eropa
serta negara-negara lainnya belum mampu mengatasi krisis yang terjadi di Bosnia.\

Beberapa perundingan yang diupayakan oleh PBB, Uni Eropa Maupun negara-
negara lain :

1. Perundingan Sarajevo. Pada tanggal 17 Maret 1992 dilaksanakan pertemuan


yang kelima kalinya antara tokoh-tokoh etnis Bosnia Herzegovina (Muslim,
Kroasia dan Serbia) yang disponsori oleh Masyarakat Eropa dibawah diplomat
Portugal, Hose Cutleri, yang menyarankan adanya kantonisasi. Bosnia
Herzegovina akan menjadi negara yang terdiri dari 3 unit etnik dan tetap
berada didalam batas wilayah yang ada sekarang. Usul ditolak oleh Presiden
Bosnia Herzegovina, Alija Izetbegovic yang mengakibatkan tidak tercapainya
kesepakatan dalam perundingan tersebut.
2. Pada tanggal 5 Nopember 1992, dilaksanakan perundingan diantara ketiga
kelompok pihak yang bertikai di Jenewa untuk menyusun Undang-Undang
Republik Bosnia Herzegovina. Pihak Muslim Bosnia Herzegovina mendesak
diberlakukannya regionalisasi Bosnia Herzegovina tanpa berdasarkan etnis
tetapi berdasarkan prinsip geografis. Pihak Serbia Bosnia Herzegovina yang
didukung oleh Kroasia Bosnia Herzegovina mendesak konsep pembagian
wilayah Bosnia Herzegovina berdasarkan 3etnis.
3. Pada tanggal 3 dan 4 Januari 1993, para wakil dari 3 pihak yang bertikai di
Bosnia Herzegovina mengadakan perundingan paripurna untuk yang pertama
kalinya di Jenewa. Ketua Bersama Konperensi, Lord Owen dan Vance
mengusulkan suatu peta yang membagi Bosnia Herzegovina terdiri atas 10
propinsi dimana masing-masing mempunyai wewenang yang luas
dibandingkan dengan pemerintah pusat. Bosnia Herzegovina akan merupakan
negara desentralisasi dengan pemerintahan yang kuat di 10 provinsi yang
bukan berdasarkan etnis akan tetapi berdasarkan prinsip geografis, historis dan
komunikasi.
4. Pada tanggal 25 - 26 Mei 1994, wakil pihak-pihak yang bertikai di wilayah
Bosnia Herzegovina (Muslim Bosnia Herzegovina, Serbia Bosnia Herzegovina
dan Kroasia Bosnia Herzegovina) beserta "Kontak Group" internasional
masalah Bosnia Herzegovina (wakil negara AS, Russia dan EU) mengadakan
perundingan di Talloires (Perancis) guna mencari upaya penyelesaian krisis
yang terjadi di wilayah Bosnia Herzegovina. Perundingan yang berlangsung
selama 2 hari tersebut memfokuskan pembicaraan tentang implementasi
keputusan yang dibuat dalam pertemuan tingkat Menteri dari negara AS,
Russia dan kelompok EU pada tanggal 13 Mei 1994 di Jenewa yaitu negara
Federasi Muslim - Kroasia Bosnia Herzegovina dimasa yang akan datang akan
memiliki wilayah 51% dan Faksi Serbia Bosnia Herzegovina 49%. Tidak
terdapat hasil yang konkrit dari pertemuan tersebut namun disepakati
perundingan akan dilanjutkan kembali.
5. Pada tanggal 21 Juli 1994 wakil dari pihak-pihak yang bertikai di Bosnia
Herzegovina beserta anggota Kontak Group mengadakan pertemuan di Jenewa
guna membicarakan pengakhiran krisis di Bosnia Herzegovina. Dalam
pertemuan tersebut pihak-pihak yang bertikai menyampaikan jawabannya atas
proposal pembagian wilayah Bosnia Herzegovina yang telah disampaikan 2
minggu sebelumnya. Pihak Muslim Bosnia Herzegovina dan Kroasia Bosnia
Herzegovina menerima proposal Kontak Group tersebut. Dilain pihak wakil
Serbia Bosnia Herzegovina menyampaikan jawabannya kepada Kontak Group
melalui suatu amplop yang disegel yang inti jawabannya mengatakan bahwa
Majelis Serbia Bosnia Herzegovina tidak dalam posisi untuk dapat
memutuskan mengenai peace plan Kontak Group tersebut karena proposal
Kontak Group dinilai tidak jelas. Dalam jawaban Serbia Bosnia Herzegovina
tersebut mempermasalahkan persetujuan-persetujuan konstitusional,
persetujuan penghentian permusuhan, masalah kota Sarajevo, masalah akses
Serbia Bosnia Herzegovina ke Laut Adriatik, persetujuan implementasi peace
plan dan masalah-masalah pencabutan sanksi-sanksi terhadap penduduk Serbia.
Jawaban Serbia Bosnia Herzegovina tersebut oleh Kontak Group (kecuali
Russia) merupakan penolakan karena tidak memberikan suatu jawaban. Dan
perjanjian inipun mengalami kegagalan.
Akhirnya pada bulan November tahun 1995 Serbia dan Bosnia kembali berunding
dan melakukan perjanjian di Dayton Amerika Serikat. Perjanjian ini merupakan
puncak dari semua perjanjian yang telah diupayakan PBB, Uni Eropa maupun negara-
negara lainnya.Perjanjian Dayton adalah nama perjanjian untukmenghentikan perang
di Bosnia yang sudah berlangsung selama tiga tahun terakhir. Perjanjian ini disetujui
di Pangkalan Udara Wright-Patterson di Dayton, Ohio.

Pertemuan tersebut berlangsung sejak 1 November hingga 2 November 1995.


Peserta utamanya adalah presiden Serbia, Slobodan Milošević, presiden Kroasia,
Franjo Tuđman, presiden Bosnia, Alija Izetbegović, kepala negosiator Amerika,
Richard Holbrooke dan Jenderal Wesley Clark.Persetujuannya ditanda tangani di
Paris, Perancis pada 14 Desember. Pembagian politik Bosnia-Herzegovina saat ini
dan struktur pemerintahannya merupakan hasil persetujuan dari Perjanjian Dayton.

Hasil perundingan Dayton berisi antara lain sebagai berikut :

a) Bosnia Herzegovina tetap sebagai negara tunggal secara internasional


b) Ibukota Sarajevo tetap bersatu di bawah federasi muslim Bosnia
c) Penjahat perang seperti yang telah ditetapkan mahkamah internasional tidak
boleh memegang jabatan.
d) Pengungsi berhak kembali ke tempatnya
e) Pelaksanaan pemilu menunggu perjanjian Paris

LINK BERITA :
https://www.kompasiana.com/noorkholis_ridho/550122fb813311fb16fa8372/konflik-
antara-bosnia-dan-serbia-pada-tahun-1991
https://id.wikipedia.org/wiki/Perang_Bosnia
https://khazanah.republika.co.id/berita/duniaislam/islam-digest/pnhhmx458/
latarterjadinya-perangbosnia-1
https://www.kompasiana.com/noorkholis_ridho/550122fb813311fb16fa8372/konflik-
antara-bosnia-dan-serbiapada-tahun-1991
3. - Jagal: The Act of Kiling
Jagal – The Act of Killing
Dengan memanfaatkan operasi militer G30S sebagai dalih, Jederal Soeharto
menggulingkan Presiden Soekarno. Pendukung Soekarno, anggota partai komunis,
serikat buruh dan tani, serta cendekiawan dan orang Tionghoa, dituduh terlibat G30S.
Dalam satu tahun, dengan bantuan negara Barat, lebih dari satu juta orang “komunis”
dibantai.
Tentara merekrut paramiliter dan preman untuk melaksanakan pembunuhan. Sejak saat
itu mereka berkuasa dan menindas lawan-lawannya. Para pembunuh dengan bangga
menceritakan tragedi saat itu. Para pembunuh dengan merasa tidak bersalah
mempraktekkan bagaimana mereka menghabisi nyawa PKI. Bahkan para pembunuh pada
saat ini masih berkuasa di dalam pemerintahan. Dengan leluasa menduduki kursi
pemerintahan dengan tidak merasa berdosa menceritakan pembunuhan tersebut.
Peristiwa Gerakan 30 September adalah upaya untuk menyelamatkan pemerintahan
Soekarno dengan menagkap dan menculik jenderal-jenderal angkatan darat. Soeharto
yang pada saat itu menjabat sebagai Pangkopkamtib (Panglima Komando Pemulihan
Keamanan dan Ketertiban) menyatakan bahwa partai komunis merupakan partai yang
bertanggung jawab atas kematian tujuh jenderal yang tewas pada saat itu. Kemudian,
gerakan penumpasan PKI merupakan sebuah kampanye yang paling berdarah pada saat
itu. Dimana banyak anggota dan para simpatisme partai komunis dipenjara, disiksa,
bahkan ada juga yang dibunuh tapa adanya pengadilan.
Pada film jagal tersebut dapat kita lihat bahwa pembunuhan dilakukan dengan sangat
memberutal. Tidak seperti para pelaku genosida Nazi maupun Rwada, pelaku genosida
G30S tidak pernah sekalipun dipaksa oleh sejarah untuk mengakui bahwa mereka telah
ikut serta dalam pembantaian PKI pada saat itu. Tokoh pelaku pembantaian PKI di kota
Medan Sumatra Utara merupakan seorang preman bioskop yang biasa mencatut karcis
bioskop di daerah kota Medan pada tahun 1960-an.
Dan pada tahun 1965, tentara merekrut mereka untuk membentuk pasukan pembunuh
untuk membantai habis anggota komunis dengan pertimbangan bahwa mereka telah
terbukti mempunyai kemampuan melakukan kekerasan, mereka sangat membenci
komunis karena telah memboikot penayangan bioskop dari Amerika yang pada saat itu
membuat para preman tersebut memiliki pendapatan minim dari dampat boikotan
tersebut.
Saat militer merencanakan pembantaian fisik terhadap PKI, mereka bersandar dari
bantuan para preman tersebut dan dari berbagai para parlemen kota. Mereka merupakan
para pimpinan lokal dari geng politik paramiliter yang disebut dengan pemuda pancasila.
Dibutuhkan banyak upaya untuk memahami dampak pembantaian massal pada 1965
terhadap kesadaran generasi bangsa pada saat ini. Rakyat indonesia dengan sengaja di
beri doktrin rezim Soeharto dan para jenderalnya melalui propaganda yang dilakukan
rezim Soeharto tersebut secara terus menerus.
Secara hukum apa yang dilakukan Indonesia pada saat itu sudah melanggar Hak Asasi
Manusia. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 pasal 7,8, dan 9 tentang
Hak Asasi Manusia genosida. Setiap perbuatan yang di lakukan dengan maksud untuk
menghancurkan atau memusnahkan seluruh kelompok, entis, agama, dan ras merupakan
sebuah perbuatan genosida.
Film Jagal telah memberikan sumbangan besar terhadap pengembalian kebenaran sejarah
yang di tutup-tutupi oleh rezim Soeharto yang telah membantai habis para anggota
komunis demi melancarkan suatu ambisi perebutan kekuasaan menggulingkan presiden
Soekarno. PKI dan kader-kadernya secara politisi dilucuti secara besar-besaran terhadap
preman yang menghancurkannya.

- Senyap
Senyap – The Look of Silence

“Pada tahun 1965 Jenderal Soeharto dengan memanfaatkan operasi militer G30S sebagai
dalih untuk menggulingkan Presiden Soekarno. Pendukung Soekarno, anggota partai
komunis, serikat buruh dan tani, serta para cendekiawan yang memihak Soekarno dituduh
terlibat dalam G30S. Sehingga dalam satu tahun, lebih dari satu juta “komunis” itu
dibantai dan para pembantai masih berkuasa hingga saat ini.”

Awal melihat film ini saya pribadi sangat miris. Betapa kejamnya pembantaian saat itu
sehingga ada ribuan jiwa melayang. Perbuatan menghilangkan nyawa dengan cara
pembantaian secara besar-besaran di Indonesia sangatlah menyalahi aturan HAM.
Mereka yang hidup pada masa Orde Baru hampir dipastikan mengetahui dengan film
penghianatan G30S/PKI. Isi dari film ini yaitu tentang pembantaian enam jenderal. Yang
di duga melakukan pembantaian jenderal tersebut merupakan pihak PKI. Namun
kebenarannya belum juga terungkap hingga saat ini.

Dari film dokumenter senyap dapat membuka kebenaran sejarah. Yang mana sejarah
tentang pembantaian PKI masih juga memojokkan bahwa semua yang bersalah
merupakan anggota PKI. Sehingga, ketika pembantaian PKI berlangsung banyak
masyarakat pada saat itu secara membabi buta membantai semua orang yang terlibat
dengan PKI.

Banyak pembantaian secara tak manusiawi yang mana mengatasnamakan bahwa


pembantaian tersebut merupakan suatu Bela Negara. Karena pembantaian pada saat itu
yang mengomando langsung dari pemerintahan dan yang mengkoordinir merupakan
masyarakat yang terpilih. Mereka yang membantai pun secara terang-terangan mengakui
dan merasa tidak bersalah telah melenyapkan nyawa orang-orang yang menurut saya
tidak bersalah.

Sesuai dengan Statuta Roma Mahkamah Pidana Internasional pasal 6 tentang genosida
yang berisi : setiap perbuatan yang dilakukan dengan tujuan untuk menghancurkan,
seluruhnya atau untuk sebagian suatu kelompok nasional, etnis, ras, atau agama, seperti
misalnya :

a) Membunuh anggota kelompok tersebut.

b) Menimbulkan lika fisik atau mental yang serius terhadap para anggota kelompok.

c) Secara sengaja menimbulkan kondisi kehidupan atas kelompok tersebut yang


diperhitungkan akan menyebabkan kehancuran fisik secara keseluruhan atau untuk
sebagian.
d) Memaksakan tindakan-tindakan yang dimaksud untuk mencegah kelahiran dalam
kelompok tersebut.

e) Memindahkan secara paksa anak-anak dari kelompok itu kepada kelompok lain.

Dari isi Statuta Roma Mahkamah Pidana Internasional maka tindakan yang dilakukan
pemerintah tidak sesuai dengan isi tersebut. Dan pemerintah telah melakukan genosida
besar-besaran pada saat itu. Miris memang ketika mengingat kembali apa yang terjadi
pada kejadian saat itu. Ada keluarga korban yang mencari pencerahan siapa yang telah
membunuh keluarganya. Dan pelaku genosida dengan bangga nya mengatakan telah
membunuh keluarga tersebut pada saat itu dan mereka merasa tidak bertanggung jawab
atas kematian banyak korban pembantaian G30S.

Lalu siapa yang harus bertanggung jawab? Apakah para keluarga korban tidak diberi
keadilan oleh pemerintah? Pasti banyak yang bertanya-tanya atas ketegasan pemerintah
saat ini. Memang sulit sekali mendapat keadilan bagi keluarga korban yang kehilangan
anggota keluarganya yang di bantai oleh para pesuruh pemerintah yang mereka sebut
sebagai Bela Negara. Karena Komunis dianggap partai yang telah melenceng dengan
pancasila, dianggap sebagai partai yang tidak memiliki agama sehingga harus diperangi
dan di musnahkan. Padahal anggota komunis di Indonesia pada saat itu memiliki agama
dan hanya sebagai korban propaganda untuk menggulingkan pemerintahan Presiden
Soekarno agar Jenderal Soeharto pada saat itu dapat duduk sebagai pengganti Presiden
Indonesia.

keadilan memang tidak akan berpihak pada keluarga eks Komunis tetapi dengan adanya
film dokumenter tersebut kita dapat melihat bahwa sejarah telah salah menuliskan bahwa
komunis merupakan partai yang kejam, bahkan korban pembantaian tersebut yang pantas
mendapatkan keadilan seadil-adilnya dari pemerintah. Semoga bermanfaat.

- Jamila dan sang Presiden

Film yang di adaptasi dari drama panggung Pelacur dan Sang Presiden karya Ratna
Sarumpaet mengisahkan tentang seorang perempuan bernama Jamila, seorang pelacur
yang sejak kecil telah menjadi korban human trafficking. Cerita bergulir maju-
mundur,Jamila kecil hampir dijual oleh Ayahnya sendiri kepada mucikari,beruntung sang
Ibu berhasil menyelamatkan anaknya dan kemudian menitipkannya dirumah Ibu
Wardiman, salah satu keluarga terhormat diJakarta. Disana, Jamila mulai hidup
berkecukupan, dapat menikmati sekolah, belajar mengaji, dan tekun sholat. Sayangnya
setelah dewasa keindahan tubuh Jamila membuat dua orang laki-laki dari keluarga
Wardiman tergiur.

Tanpa sepengetahuan Ibu Wardiman, Jamila di gilir setiap malam oleh kedua lelaki
tersebut hingga akhirnya berujung pada pembunuhan kedua lelaki itu oleh Jamila yang
merasa sudah tidak tahan dengan perlakuan tersebut, Jamila akhirnya kabur melarikan
diri. Dalam pelariannya,Jamila dikira sebagai salah satu PSK diskotik yang di lewatinya,
kemudian sampai cukup besar Ia di rawat oleh Susi seorang PSK yang baik hati. Demi
adiknya yang bernama Fatimah, Jamila rela bekerja. Tapi sayangnya disaat itulah Jamila
akhirnya benar-benar terjerumus pada praktek prostitusi.

Kisah pun berlanjut pada perdagangan anak, sang adik juga terjerat dalam sindikat
prostitusi anak di Kalimantan. Dalam perjalanannya mencari ketentraman hidup dan cinta
kasih, Jamila pun menemukan seseorang pria baik hati yang bisa menjaganya, dia adalah
seorang menteri bernama Nurdin. Jamila merasa sangat dihargai dan dicintai selama
bersama Nurdin. Hingga suatu ketika masalah status pun menjadi impian Jamila, namun
hal itu tidak dapat terjadi karena sang menteri telah membuat Jamila kecewa. Hingga
akhirnya terjadi pertengkaran antara Jamila dan Nurdin yang berujung dengan kematian
Nurdin. Kasus pembunuhan yang menimpa Nurdin menjadi berita yang sangat
kontroversial, di tambah lagi dengan sikap Jamila yang menolak untuk mengajukan grasi
kepada Presiden. Seorang penulis bernama Ibrahim yang mencintai Jamila berjuang
untuk membelanya dengan mengirimkan pengacara untuknya, tapi sayangnya sela lusa
jadi tolak. Kehadiran Ketua Golongan Fanatik menekan pemerintah untuk mengganjar
Jamila dengan hukuman mati.Jamila akhirnya dijebloskan kedalam penjara khusus
perempuan. Penjara tersebut dikepalai oleh Ibu Ria, seorang sipir yang dikenal sangat
tegas dan di takuti. Saat didalam penjara, Jamila mendapatkan perlakuan yang kasar dari
Ibu Ria. Bentuk pelanggaran HAM yang terjadi dalam Film Jamila dan Sang Presiden
Dalam film ini terdapat beberapa bentuk pelanggaran HAM yang terjadi, diantaranya
masalah perdagangan manusia(Human Trafficking), kekerasan terhadap wanita hingga
posi si wanita yang menjadi barang komoditas (Woman Abuse).

Pelanggaran ini merupakan masalah sosial yang sampai sekarang masih jadi tantangan
terberat bangsa Indonesia untuk menyelesaikannya. Keadilan yang seharusnya di
dapatkan Jamila kecil sama sekali tidak Ia dapatkan, Jamila kecil selayaknya
mendapatkan pendidikan yang layak sebagai Hak-nya, tetapi yang Ia dapatkan justru
perlakuan tidak berkeprimanusiaan dari orang-orang terdekatnya, termasuk Ayahnya
yang berniat menjualnya kepada mucikari. Kemudian kasus yang menimpa adik Jamila
yang terjerat praktek prostitusi, Fatimah yang masih di bawah umur harus bernasib tragis
terjebak dalam rumah bordil di kalimantan. Selain itu, pelanggaran HAM lainnya juga
terjadi pada saat Jamila di penjara, perlakuan kasar seorang sipir terhadap dirinya.

Tapi dalam kasus Jamila, Ia merasa dirinya sudah terlampau teraniaya hingga merasa
bahwa Hak dirinya sebagai warga negara yang baik sudah tidak di milikinya, apalagi
setelah serentetan pembunuhan yang Ia lakukan, mulai dari pembunuhan terhadap dua
pria keluarga Wardiman, pembunuhan Nurdin Sang Menteri yang sebenarnya tidak
disengaja, hingga pembunuhan laki-laki yang menyengsarakan adiknya di rumah bordil
kalimantan. Dalam kasus seperti ini sebenarnya posisi Jamila adalah seorang korban,
tetapi dalam pandangan masyarakat kebanyakan, Jamila dilihat sebagai seorang pelacur
biasa yang melakukan pembunuhan secara sengaja. memang seharusnya Jamila bisa
mengajukan Hak Grasinya terhadap Presiden namun sayang nya keidealisannya terhadap
pemahaman oknum pemerintahan yang pernah membuatnya kecewa membuat Ia juga
enggan meminta perpanjangan masa tahanannya,kekecewaan tidak ingin Ia rasakan untuk
kedua kalinya, keputusan terhadap hukuman mati tetap ia jalani. Baginya hak-nya untuk
hidup bahagia, aman, dan tentram sudah tak bisa lagi Ia dapatkan. Mengharapkan grasi
dari Presiden pun takakan menolongnya untuk hidup dengan hak yang layak. Kisah
hidupnya yang di warnai oleh kasus Human Trafficking dan Woman Abuse serta bayang
bayang kelam praktek prostitusi yang terjadi dalam negerinya membuat Ia merasa putus
asa. Jamila merasa hukuman mati sudah pantas untuk dirinya.

4. HAM yang belum tuntas :


1) 13 Aktivis yang Hilang Secara Misterius
Tahun 1998 lalu, 13 orang aktivis diculik paksa oleh militer dan tidak ada yang tahu
dimana keberadaannya hingga kini. Sebenarnya ada 24 orang yang diculik, tapi 9
orang diantaranya bebas, dan 1 orang lainnya ditemukan tewas tiga hari kemudian di
Magetan dengan luka tembak di kepala.
Sebanyak 11 anggota Kopassus memang diadili secara militer untuk kasus ini, namun
beberapa orang menganggap proses peradilan tersebut hanya rekayasa hukum saja
untuk memutus pertanggungjawaban Letjen Prabowo Subianto yang saat itu dianggap
paling bertanggung jawab atas kejadian ini. Meski proses peradilan telah usai dengan
11 anggota Kopassus yang mendapatkan hukuman, nasib 13 aktivis tersebut tetap
tidak diketahui.
2) Peristiwa Pembunuhan Massal 1965
Pada 2012, Komnas HAM menyatakan menemukan ada pelanggaran HAM berat
pasca-peristiwa Gerakan 30 September 1965. Sejumlah kasus yang ditemukan antara
lain penganiayaan, pemerkosaan, pembunuhan, penghilangan paksa hingga
perbudakan. Kasusnya macet di Kejaksaan Agung. Korban mencapai 1,5 juta orang
yang sebagian besar anggota PKI atau ormas yang berafiliasi dengannya.
3) Peristiwa Talangsari-Lampung 1989
Pada Maret 2005, Komnas HAM membentuk Komisi Penyelidik Pelanggaran HAM
untuk melakukan penyelidikan terhadap kasus ini. Pada 19 Mei 2005 tim
menyimpulkan adanya unsur pelanggaran HAM berat. Berkas hasil penyelidikan
diserahkan Komnas HAM ke Jaksa Agung (2006) untuk ditindaklanjuti, namun macet
di Kejaksaan. Korban mencapai 803 orang.

4) Marsinah, Buruh Pabrik yang Dibunuh


Marsinah adalah seorang buruh pabrik PT Catur Putra Surya (CPS) yang ditemukan
tewas terbunuh pada 8 Mei 1993. Hal tersebut bermula ketika karyawan pabrik
menuntut kenaikan upah agar sesuai dengan himbauan Gubernur Jawa Timur. 13
orang buruh yang dianggap menghasut segera dibawa ke Kodim Sidoarjo. Marsinah
sempat mengunjungi rekan-rekannya, tapi pada pukul 10 malam ia menghilang.
Mayatnya baru ditemukan 3 hari kemudian.
Hasil otopsi menunjukkan bahwa ia mendapatkan penganiayaan berat. 8 orang
petinggi CPS diam-diam langsung ditangkap tanpa prosedur resmi. Mereka juga
mengalami siksaan fisik dan mental saat diinterogasi dan dipaksa mengaku menggelar
rapat untuk membunuh Marsinah. Di pengadilan, Yudi Susanto selaku pemilik PT
CPS mendapat hukuman 17 tahun penjara sementara stafnya 12 tahun penjara. Namun
setelah melakukan kasasi, mereka semua dibebaskan dari segala dakwaan. Hingga
kini Marsinah belum mendapatkan keadilan karena tidak ada seorangpun yang
ditangkap untuk mempertanggungjawabkan kematiannya.
Untuk mendorong penyelesaian kasus pelanggaran HAM berat di masa lalu, yaitu
dapat melalui mekanisme yudusial atau proses pengadilan. Seperti contoh kasus
marsinah, Pasalnya saat ini belum ada mekanisme non-yudisial yang dapat digunakan
untuk menuntaskan kasus pelanggaran HAM masa lalu. Seperti diketahui, Mahkamah
Konstitusi (MK) telah membatalkan Undang-Undang tentang Komisi Kebenaran dan
Rekonsiliasi (KKR). Maka dari itu jalan satu-satunya yaitu melakukan mekanisme
yudisial. Sebab dengan penuntasan kasus melalui pengadilan, pemerintah dapat
memberikan kepastian hukum kepada korban maupun keluarganya.
Sebagaimana diatur dalam pasal 10-33 pengadilan HAM. Dan ketentuan pidana
telah di atur secara tegas didalam pasal 36-42 UU pengadilan HAM, dengan
ketentuan pidana minimal 5 tahun dan maksimal dengan pidana hukuman mati atau
pidana seumur hidup. Berarti dapat kita simpulkan bahwa kasus pelanggaran HAM
dapat kita atasi dengan diadakannya komisi kebenaran dan rekonsiliasi (KKR).

5. NAMA : ERIKA NUR RAHMAWATI


KELAS : HTN-4C
MATKUL : HUKUM DAN HAM

"PENGARUH BILL OF RIGHTS TERHADAP HAM DI INDONESIA"

Negara Indonesia merupakan negara hukum, yang mana terdapat undang-undang


tentang Hak Asasi Manusia didalamnya. Hak asasi manusia merupakan hak kodrat
yang melekat secara alamiah pada manusia dan bersumber langsung dari tuhan.
Dengan demikian sifatnya tidak bisa dikurangi atau dihilangkan. Hak asasi manusia
ini merupakan anugerah tuhan sehingga penghormatan atasnya adalah sebuah
kewajiban.

Dalam menggunakan Hak Asasi Manusia (HAM) kita wajib untuk memperhatikan,
menghormati, dan menghargai hak asasi yang juga dimiliki oleh orang lain. Paham
HAM (Hak Asasi Manusia) pertama kali dicetuskan di Inggris. Tetapi warga negara
inggris sering keliru menganggap Magna Charta (1215) merupakan cikal bakal
kebebasan warga negara Inggris. Padahal piagam tersebut hanyalah sebuah
kompromi pembagian kekuasaan antara raja Jhon dan para bangsawan di dalamnya.
Cikal bakal kebebasan negara Inggris menurut para sejarawan partai Whig di Inggris
yaitu adanya persetujuan Bill of Right yang mana merupakan undang-undang yang
di cetuskan pada tahun 1689 dan diterima oleh parlemen Inggris, yang isinya
mengatur tentang :

1) Kebebasan dalam memilih anggota parlemen.


2) Kebebasan warga negara untuk berbicara dan mengeluarkan suatu pendapat.
3) Pajak, Undang-undang dan pembentukan tentara harus seizin parlemen.
4) Hak warga negara untuk memeluk agama menurut kepercayaan masing-masing.
5) Parlemen berhak untuk mengubah keputusan seorang raja.

Bill of Right di negara Amerika adalah sebuah deklarasi hak-hak dan nama untuk
sepuluh amandemen konstitusi di Amerika. Dan dibuat untuk melindungi hak-hak
asli warga negara IAmerika dari kebebasan dan harta benda. Pada tahun 1789 James
Madison memperkenalkan Bill of Right pada saat kongres di Amerika sebagai
serangkaian pasal Legislatif. Kemudian di adopsi Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
Amerika, selanjutnya diajukan secara resmi melalui resolusi secara bersama dan
berlaku sebagai amandemen secara konstitusional.

Pada tanggal 6 Januari 1941 terdapat amanat dari presiden Franklin D. Roselvelt
perihal ucapannya didepan kongres Amerika Serikat tentang empat kebebasan
sebagai berikut :

1) Kebebasan berbicara dan melahirkan pikiran.


2) Kebebasan memilih agama sesuai dengan keyakinan dan kepercayaan masing-
masing.
3) Kebebasan dari rasa takut.
4) Kebebasan dari kekurangan dan kelaparan.

Yang dimaksud kebebasan-kebebasan tersebut merupakan suatu kebalikan dari


kekejaman dan penindasana melawan fasisme dibawah totalitarisme hitler (Jerman),
Jepang, dan Italia. Kebebasan-kebebasan tersebut juga merupakan hak bagi umat
manusia untuk mencapai perdamaian dan kemerdekaan yang abadi.

Bill of right juga terdapat dalam pengalaman hak asasi manusia di Prancis, yang
mana revolisi Prancis banyak kemiripan dengan Amerika Serikat dalam
memperjuangkan hak-haknya. Tetapi ada satu hal yang menjadi perbedaan dari
perjuangan hak asasi manusia di Prancis yaitu revolusioner Prancis berjuang
melawan sistem pemerimtahan yang absolut dan sudah tua. Dan rakyat Prancis
beranggapan bahwa semua harus sama dimata hukum. Seperti halnya konsep teoritis
Amerika bahwa kedaulatan suatu negara terdapat ditangan rakyat. Maka dari itu
Prancis beranggapan bahwa pemerintahan itu harus oleh rakyat dan untuk rakyat.

Prinsip-prinsip yang ditetapkan dalam deklarasi pemerintahan Prancis ini maka


menjadi nilai konstitusi dalam hukum Prancis saat ini. Dan mungkin saja digunakan
untuk menentang perundang-undangan dan kegiatan pemerintahan lainnya. Itu
semua merupakan hak kebebasan, hak milik, hak keamanan, dan hak perjuangan
melawa. Penjajah.

Adapun kelima belas isi deklarasi Prancis yaitu sebagai beikut :

1) Manusia di lahirkan merdeka dan tetap merdeka.


2) Manusia memiliki hak yang sama.
3) Manusia merdeka berbuat sesuatu tanpa merugikan pihak yang lain.
4) Warga negara memiliki hak yang sama serta memiliki pekerjaan umum.
5) Manusia tidak boleh dituduh dan dj tanggap apabila tidak melanggar undang-
undang yang berlaku.
6) Manusia mempunyai kemerdekaan beragama dan kepercayaan.
7) Manusia merdeka mengeluarkan pikiran.
8) Adanya hak hidup dan mencari nafkah.
9) Adanya kemerdekaan lalu lintas.
10) Adanya kemerdekaan berserikat dan berkumpul.
11) Adanya kemerdekaan surat kabar.
12) Adanya kemerdekaan rumah tangga.
13) Adanya kemerdekaan hak miik.
14) Adanya kemrdekaan bekerja, berdagang dan melaksanakan kerajinan.
15) Adanya kemerdekaan bersaru dan berapat.

Adapun contoh kekinian yang relefan di Indonesia yaitu adanya undang-undang


ITE. Berdasarkan laporan tahun 2016 “we are socio” dari total 262 juta penduduk di
Indonesia, ada sebanyak 132,7 juta pendudukan adalah pengguna internet dan 106
juta penduduk merupakan pengguna sosial media aktif. Keberadaan media sosial
menjadi alat baru untuk kebebasan berpendapat penduduk Indonesia. Maka dari itu,
pemerintah Indonesia dengan tegas mengubah undang-undang No.11 Tahun 2008
tentang Infornasi dan transaksi elektronik menjadi Undang-undang ITE No.19 tahun
2016 karena tingginya pengguna media sosial di Indonesia dan banyaknya laporan
polisi terkait dengan pelanggaran undang-undang tersebut.

Pada tahun 2014 tercatat ada 20 kasus kemudian pada tahun berikutnya 2015 terjadi
pelonjakan laporan tercatat menjadi 35 laporan. Dan pada tahun 2016 terjadi
lonjakan tajam sebanyak 177 laporan. Dari angka tersebut laporan atas pelanggaran
pasal 27 ayat 3 Undang-undang ITE tentang pencemaran nama baik merupakan
laporan rating pertama dengan laporan sebanyak 141 laporan. Kenudian disusul
dengan pelanggaran pasal 28 ayat 2 Undang-undang ITE tentang ujaran kebencian
terdapat 23 laporan.

Seperti halnya Bill of right terdapat kebebasan berbicara dan menyampaikan


pendapat merupakan hak warga negara untuk menyampaikan aspirasi tersebut.
Tetapi harus sesuai dengan undang-undang yang berlaku di masing-masing negara
untuk menyampaikan pendapat dengan baik dan tidak berbau SARA. Maka dari itu
di Indonesia berlaku undang-undang tentang ITE agar rakyat Indonesia dapat
menyampaikan pendapat dengan baik dan bijak.

NAMA : ERIKA NUR RAHMAWATI

JURUSAN : HTN – 4C

MATKUL : HUKUM DAN HAM

NIM : 12103173067

Pada dasarnya berbicara merupakan kegiatan sehari-hari yang biasa dilakukan oleh
sebagian manusia, entah itu berbicara dengan teman, keluarga, maupun tetangga.
Namun apa jadinya apabila kita berbicara di depan umum untuk mengekspresikan
pendapat kita sendiri? Pasti sebagian orang akan merasakan grogi, jantung berdegup
dengan keras, dan bahkan ingin memendam dalam-dalam pendapat yang ingin
diutarakan tersebut.

Padahal setiap warga negara Indonesia memiliki hak untuk berbicara. Seperti yang
diutarakan dalam UUD 1945 pasal 28E ayat 3 yang menyatakan bahwa “ Setiap
orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat ”
dan undang-undang Nomor 9 tahun 1998 tentang kemerdekaan berpendapat di muka
umum dengan jelas menyebutkan, warga negara yang menyampaikan pendapat di
muka umum berhak untuk mengeluarkan pikiran secara bebas dan memperoleh
perlindungan hukum.

Kebebasan dalam mengeluarkan pendapat merupakan Hak Asasi Manusia yang


sering sekali kita langgar. Secara tidak sadar kita pernah melakukannya, contoh kecil
ketika ada teman yang bercerita tentang dirinya kepada teman-temannya pasti ada
yang menyela omongannya tersebut. Berbicara di depan umum bukan merupakan
hal yang gampang. Pernah suatu ketika ada teman saya yang dikenal sangat pendiam
sebut saja si A. Dan pada saat itu si A menyampaikan pendapat kepada si B ketika
diskusi di suatu forum. Si B merasa pendapat si A kurang tepat dan menyela
pendapat si A sehingga si A tidak dapat menyampaikan pendapat secara tuntas. Itu
sudah merupakan melanggar hak untuk berbicara di depan umum.

Dan setelah kejadian itu si A merasa bahwa tidak ada gunanya ia menyampaikan
pendapat. Padahal menyampaikan pendapat itu sangat penting guna mengoreksi apa
yang salah di dalam diri kita maupun di dalam diri pemerintahan. Tetapi banyak
masyarakat yang memilih bungkam dari pada mengekspresikan pendapat masing-
masing. Seperti pada era orde baru, pada saat itu mengemukakan pendapat kepada
pemerintahan merupakan hal yang sangat menakutkan bagi rakyat Indonesia.
Padahal sudah tercantum UUD 1945 pasal 28E ayat 3 tentang kebebasan dalam
mengeluarkan pendapat.

Pada saat itu banyak mahasiswa yang diciduk oleh pemerintah karena mengeluarkan
pendapat di tempat umum guna kesejahteraan masyarakat. Banyak terjadi
ketimpangan HAM di mana-mana. Tetapi ketika lengsernya orde baru muncullah
pembaharuan hukum seperti undang-undang Nomor 9 tahun 1998 tentang kebebasan
dalam berpendapat di muka umum.
Hingga saat ini kebebasan berpendapat di muka umum tetap berlaku di Indonesia.
Ada satu contoh kasus lagi yang di alami oleh teman saya ketika melakukan
musyawarah. Pada saat itu teman saya mengikuti musyawarah di pondok. Ketika
ketua musyawarah memberikan suatu solusi, banyak sekali yang menyanggah
bahkan merasa bahwa pendapat masing-masing orang tersebut yang paling benar.
Hingga ketua musyawarah memutuskan hasil mufakat pada musyawarah tersebut.

Menurut saya boleh mengutarakan pendapat, tetapi kita juga harus mengerti
bagaimana berpendapat dengan baik dan benar. Bukan dengan membenarkan
pendapat sendiri tetapi juga mendengarkan pendapat orang lain itu juga sangat
penting karena kita merupakan makhluk sosial yang selalu membutuhkan satu sama
lain

Apalah guna berpendapat apabila pendapat tersebut hanya sebagai eksistensi semata.
Jangan hanya pintar dalam mengoreksi orang lain maupun pemerintah kalau dirimu
dikomentari pun masih belum bisa menerimanya. Banyak memang bentuk
menyampaikan pendapat pada saat ini, seperti menyampaikan pendapat di dalam
sosial media.

Pada saat ini sosial media memiliki peranan penting dalam berpendapat setiap
individu. Seiring berkembangnya zaman maka tempat untuk berpendapat pun juga
semakin luas. Bukan hanya secara lisan mengutarakan di depan umum dengan
diskusi, musyawarah dan lain-lain tetapi dapat juga mengutarakan pendapat di sosial
media. Sehingga pemerintahan Indonesia mengatur dalam UU Nomor 11 tahun 2008
tentang penggunaan internet. Tetapi masih banyak kasus bullying yang terus
meningkat setiap tahunnya.

Setiap manusia pasti memiliki opini mereka masing-masing, mulai dari hal-hal kecil
sampai ke hal-hal besar yang dapat menimbulkan berbagai permasalahan. Manusia
sebagai makhluk sosial akan berusaha mencari orang-orang yang sama sepertinya.
Orang-orang yang beropini sama biasanya akan memiliki hubungan yang baik, akan
tetapi akan mudah timbul perdebatan jika memiliki perbedaan pendapat. Pada
dasarnya, manusia memiliki keinginan dalam dirinya untuk mendapat pengakuan
dan ingin merasa benar. Oleh karena itulah, manusia akan berusaha
mempertahankan pendapatnya dan kadang kala tidak mau menerima kenyataan
bahwa mungkin saja pendapat orang lain itu lebih benar.
Sebagai manusia yang memiliki hati nurani, kita sebaiknya dapat memberikan
pendapat, kritik, dan saran yang membangun, bukannya dengan menyampaikan
komentar-komentar atau pendapat yang penuh kebencian dan kata-kata tidak pantas.
Apalagi sudah ada pasal 27 ayat 3 Nomor 11 tentang ITE.

Maka dari itu pintar-pintarlah dalam berkomentar, jangan suka membully seseorang
apabila dirimu di komentari pun masih enggan untuk mendengarkan. Semoga
bermanfaat.

NAMA : ERIKA NUR RAHMAWATI

NIM : 12103173067

JURUSAN : HTN 4 C

MATKUL : HUKUM DAN HAM

"PERATURAN DAERAH SYARIAH"

Belakangan ini, perda syariah kembali menjadi perbincangan hangat di kalangan


politikus Indonesia, termasuk para pakar hukum. Tetapi para pakar budaya belum
sempat ambil bagian. Padahal, setiap perda erat kaitannya dengan budaya setempat.

Perda adalah salah satu bentuk peraturan perundang-undangan yang dibuat bersama-
sama antara Gubernur dengan DPR provinsi, atau antara Bupati atau Walikota
dengan DPR kabupaten atau kota. Kebijakan tentang perda syariah muncul sebagai
bagian dari aspirasi atas pentingnya prinsip kebijakan atas otonomi daerah.

Kebijakan atas pentingnya otonomi daerah mengacu pada dua hal penting yaitu yang
pertama tentang respons atas watak sentralistik rezim Soeharto selama 30-an tahun
dan yang kedua mengamanatkan bahwa Indonesia itu beragam. Satu kebijakan
belum tentu tepat diimplementasikan terhadap semua daerah. Perbedaan agama,
bahasa, kultural dan lain-lain harus menjadi pertimbangan termasuk dari sisi
ekonomi.
Secara formal, di Indonesia hanya dikenal sebagai Peraturan Daerah Provinsi atau
Perda Kabupaten atau Kota yang disebut dalam Pasal 7 ayat (1) Undang-undang
No.12 Tahun 2011 tentang pembentukan perundang-undangan. Dapat di simpulkan
bahwa perda syariah secara formal tentu tidak ada. Namun secara substansial
keberadaannya tentu tidak dapat dihindari.

Menurut saya di lihat dari sisi HAM (Hak Asasi Manusia) pembentukan perda
syariah merupakan bentuk produk perundang-undang daerah yang baik apabila tidak
menentang isi UUD 1945 dan pancasila. Tetapi banyak juga yang merasa kaum
minoritas di dalam suatu daerah kurang setuju dengan adanya perda syariah. Karena
menurut mereka, perda syariah hanya dapat mendeskriminasi kaum minoritas di
suatu daerah tertentu yang menggunakan perda syariah.

NAMA : ERIKA NUR RAHMAWATI

NIM : 1210317067

MATKUL : HUKUM DAN HAM

PERLINDUNGAN TERHADAP KELOMPOK RENTAN DI INDONESIA

Era reformasi memiliki cita-cita untuk menciptakan demokrasi di seluruh aspek


kehidupan, tegaknya kedaulatan hukum dan penghormatan terhadap hak-hak asasi
manusia tanpa diskriminasi, namun kenyataannya kebebasan di era reformasi justru
memunculkan tindak kekerasan dan diskriminasi terhadap kelompok minoritas dan
rentan. Sebagian warga negara Indonesia yang tergolong dalam kelompok minoritas
dan rentan ternyata belum mendapat perhatian yang serius dari pemerintah. Oleh
sebab itu perlu diteliti perlindungan hukum apa saja yang telah diberikan oleh
Negara terhadap kelompok minoritas di Indonesia.

Pemerintah saat ini sudah melakukan berbagai upaya untuk melakukan perlindungan
hukum terhadap kelompok minoritas dan rentan. Hal tersebut bisa dilihat dari
berbagai kebijakan yang diberlakukan. Perlindungan hukum terhadap hak asasi
kelompok minoritas di Indonesia diatur dalam Pasal 28 D dan Pasal 28 I Undang-
Undang Dasar 1945, serta tercantum juga di Pasal 3 ayat (3) Undang-Undang
Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM. Sedangkan Pasal 27 Kovenan Internasional
Hak-Hak Sipil dan Politik (International Covenant and Political Rights) yang telah
diratifikasi dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2005 mengatur bahwa
kelompok minoritas tersebut harus diakui berbagai haknya. Salah satu permasalahan
dalam penyelenggaraan hak-hak minoritas di Indonesia adalah lemahnya penegakan
hukum dan pembangunan yang berkeadilan serta perlakuan diskriminatif lainnya
yang masih sering terjadi kepada mereka. Sudah sepatutnya pemerintah
mengedepankan pendekatan berbasis HAM (rights based approach) dalam seluruh
proses pembangunan program dan kebijakan yang disusun sesuai dengan upaya
perlindungan serta pemenuhan hak-hak kelompok minoritas.

Pada dasarnya pengertian mengenai kelompok rentan tidak dijelaskan secara rinci.
Hanya saja dalam UU Nomor 39 Tahun 1999 pasal 5 ayat 3 dijelaskan bahwa setiap
orang yang termasuk kelompok masyarakat yang rentan berhak memperoleh
perlakuan dan perlindungan lebih berkenaan dengan kekhususannya. Kelompok
masyarakat yang rentan adalah orang lanjut usia, anak-anak, fakir miskin, wanita
hamil, dan penyandang cacat. Sedangkan menurut Human Rights Reference yang
dikutip oleh Iskandar Husein disebutkan bahwa yang tergolong ke dalam Kelompok
Rentan adalah:

1) Refugees (pengungsi).
2) Internally Displaced Persons (IDPs) adalah orang-orang yang terlantar atau
pengungsi.
3) National Minorities (kelompok minoritas).
4) Migrant Workers (pekerja migrant).
5) Indigenous Peoples (orang pribumi atau penduduk asli dari tempat
pemukimannya).
6) Children (anak).
7) Women (Perempuan).

Meski reformasi membawa banyak perubahan dari sisi kebebasan berpendapat,


namun saat ini masih banyak ditemui praktik diskriminasi yang dialami oleh
perempuan. Perempuan yang memiliki karakter fisik yang berbeda dengan laki-
laki juga seringkali kurang mendapatkan fasilitas infrastruktur yang layak.
Semisal, toilet umum yang kurang tertutup rapat, sanitasinya buruk, tak ada
tempat sampah bahkan pengelolaan sampah yang mumpuni padahal perempuan
butuh sanitasi lebih dari laki-laki khususnya di saat menstruasi atau nifas.

Pernahkah juga Anda terpikir seorang ibu yang menggendong bayinya dan harus
membuang air kecil dengan toilet seadanya, sempit, tak ada tempat untuk
meletakkan bayi sementara? Apakah ia harus menahan kemihnya hanya karena
fasilitas untuknya tidak tersedia? Belum lagi penyandang cacat yang
menggunakan kursi roda, apakah selalu ada toilet khusus bagi mereka? Ya,
infrastruktur yang sudah ada saat ini masih belum sepenuhnya menjamin rasa
aman dan nyaman bagi perempuan, anak -anak dan kaum disabilitas.

Di Indonesia, satu dari tiga perempuan mengalami kekerasan fisik dan seksual
yang sebagian kasusnya terjadi di infrastruktur publik. Meskipun pemerintah
melalui kementerian PUPR sudah berusaha memahami kebutuhan pembangunan
infrastruktur yang bagi semua kalangan tetapi faktanya masih banyak
infrastruktur publik belum memenuhi syarat keamanan dan kenyamanan bagi
perempuan dan kaum yang rentan. Pemerintah saat ini sudah membangun banyak
infrastruktur yang aman dana ramah bagi kebutuhan perempuan dan anak
perempuan tetapi belum semua sudut kota maupun daerah lainnya merasakannya.

Tapi satu hal penting yang saya tangkap selain pentingnya infrastruktur yang
dibangun yaitu mental positif mau memelihara fasilitas, disiplin dalam
pemanfaatan infrastruktur dan rasa toleransi agar semua pihak dapat menikmati
manfaat secara adil. Yang terpenting, semoga kasus kekerasan terhadap
perempuan dan anak perempuan dapat ditekan jumlahnya.

Anda mungkin juga menyukai