Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN PENDAHULUAN

POST PARTUM SPONTAN

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Keperawatan Maternitas
Dosen Koordinator : Monna Maharani H, M.Kep., Ns., Sp.Kep.Mat
Dosen Pembimbing : Murtiningsih, S.Kp., M.Kep., Sp.Mat

Disusun Oleh :
Delia Ananda Putri
2350321133

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI
2023
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Konsep Teori
1. Pengertian Post Partum
Postpartum adalah waktu penyembuhan dan perubahan ke waktu
kembali pada keadaan tidak hamil, serta penyesuaian terhadap hadirnya
anggota keluarga baru (Mitayani, 2011). Menurut Departemen
Kesehatan RI dalam Padila (2014), masa postpartum adalah masa
sudahnya persalinan terhitung mulai saat selesai persalinan sampai
pulihnya kembali alat kandungan ke keadaan sebelum hamil dan
lamanya masa postpartum kurang lebih selama 6 minggu. Postpartum
adalah masa setelah persalinan selesai sampai 6 minggu atau 42 hari.
Setelah masa nifas, organ reproduksi secara perlahan akan mengalami
perubahan seperti sebelum hamil. Selama masa nifas perlu mendapat
perhatian lebih dikarenakan angka kematian ibu 60% terjadi pada masa
nifas. Dalam Angka Kematian Ibu (AKI) ada beberapa penyebab yang
mengakibatkan banyaknya wanita meninggal, salah satunya
penyebabnya yaitu kurangnya perhatian pada wanita postpartum
(Maritalia, 2012).
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa,
postpartum adalah masa sesudah persalinan yang dimana merupakan
proses penyembuhan organ reproduksi kembali pada keadaan sebelum
hamil dengan waktu kuranb lebih selama 6 minggu atau 42 hari, serta
terdapat masa penyesuaian terhadap hadirnya anggota keluarga baru.

2. Pengertian Post Partum Spontan Normal


Menurut Mochtar (1998) dalam Taufiqy (2014) postpartum
spontan adalah proses lahirnya bayi letak belakang kepala dengan
tenaga ibu sendiri tanpa bantuan.

3. Periode Post Partum


Menurut Nengah & Surinati (2013) periode postpartum dibagi menjadi
3 periode, yaitu :
a. Periode Immidiate Postpartum
Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam,
pada masa ini sering terdapat banyak masalah, misalnya
perdarahan karena atonia uteri.
b. Periode Early Postpartum
Periode ini terjadi pada waktu 24 jam – 1 minggu, pada fase
postpartum ini perlu dilakukan pengkajian untuk memastikan
apakah involusi uteri dalam keadaan normal, tidak ada pendarahan,
lokhea tidak berbau busuk, tidak demam, ibu cukup mendapatkan
makanan dan cairan, serta ibu dapat menyusui dengan baik.
c. Periode Late Postpartum
Periode ini terjadi pada waktu 1 minggu – 5 minggu, pada
periode ini yang perlu dilakukan adalah tetap melakukan perawatan
dan pemeriksaan sehari-hari serta konseling KB.

4. Adaptasi Fisiologis dan Psikologis Ibu Postpartum


a. Adaptasi Fisiologis
Pada ibu postpartum dapat terjadi adaptasi fisiologis diantaranya:
1) Perubahan Uterus
Setelah bayi dilahirkan, uterus yang selama melahirkan
mengalami kontraksi dan akan menjadi keras, sehingga dapat
menutup pembuluh darah besar yang muara pada bekas
implantasi plasenta. Otot rahim terdiri dari tiga lapisan otot yang
membentuk anyaman sehingga pembuluh darah dapat tertutup
sempurna, dengan demikan terhindar dari pendarahan
postpartum.
Pada involusi uteri, jaringan ikat dan jaringan otot
mengalami proses proteolitik, berangsur-ansur akan mengecil
sehingga pada akhir kala nifas besarnya seperti semula dengan
berat 30 gram. Proses proteolitik adalah proses pemecahan
protein yang akan di keluarkan melalui urin. Dengan
penimbunan air saat hamil akan terjadi pengeluaran urin setelah
persalinan, sehingga hasil pemecahan protein dapat dikeluarkan.
Involusi terjadi karena masing-masing sel menjadi lebih
kecil, karena cytoplasma yang berlebihan dibuang. Involusi
disebabkan oleh proses autolysis, yang, mana zat protein
dinding rahim dipecah, diabsorpsi dan kemudian dibuang
melalui BAK.
Pelepasan plasenta dan selaput janin dari dinding rahim
terjadi pada stratum spongiosum bagian atas. Setelah 2-3 hari
tampak bahwa lapisan atas dari stratum spongiosum yang
tinggal menjadi nekrotis, sedangkan lapisan yang bawahnya
yang berhubungan dengan lapisan otot terpilihara dengan baik.
Bagian yang nekrotis dikeluarkan dengan lochea, sedangakan
lapisan yang tetap sehat menghasilkan endometrium yang baru.
Epitel baru terjadi dengan poliferasi sel-sel kelenjar, sedangkan
stroma baru dibentuk dari jaringan ikat diantara kelenjer-
kelenjar. Epitelisasi siapdari 10 hari, kecuali pada tempat
plasenta dimana epitelisasi memakan waktu tiga minggu.
2) Lokhea
Lokhea adalah cairan sekret yang berasal dari cavum uteri
dan vagina selama masa nifas. Lokhea terbagi menjadi 4 jenis
yaitu:

a) Lokhea Rubra : berwarna merah karena berisi darah segar


dan sisa-sisa selaput ketuban, inilah lokhea yang akan keluar
selama 2 sampai 3 hari postpartum.
b) Lokhea Sanguilenta : berwarna merah kuning berisi darah
dan lendir yang keluar pada hari ke-3 sampai ke-7 pasca
persalinan.
c) Lokhea Serosa : berbentuk serum dan berwarna merah
jambu kemudian menjadi kuning, cairan tidak berdarah lagi
pada hari ke-7 sampai hari ke-14 pasca persalinan.
d) Lokhea Alba : dimulai dari hari ke-14 kemudian makin lama
makin sedikit hingga sama sekali berhenti sampai satu dua
minggu berikutnya, bentuknya seperti cairan putih berbentuk
krim serta terdiri atas leukosit dan sel-sel desi dua (Nengah
& Surinati, 2013).
3) Perubahan Segmen Bawah
Ototnya tidak terlalu banyak sehingga tetap merupakan sub
organ pasif, kontraksi dan retraksi otot uterus mengembalikan
segmen bawah rahim menjadi isthmus (Sumiaty, 2011).
4) Perubahan Serviks
Setelah 18 jam pascapartum, serviks memendek dan
konsistensinya menjadi lebih padat dan kembali ke bentuk
semula, ektoserviks terlihat memar dan ada sedikit laserasi kecil,
muara serviks, yang berdilatasi 10 cm sewaktu melahirkan,
menutup secara bertahap, muara serviks eksterna tidak akan
berbentuk lingkaran seperti sebelum melahirkan, tetapi terlihat
memanjang seperti celah.
5) Perubahan Vagina dan Perineum
Vagina yang semula sangat teregang akan kembali segera
bertahap ke ukuran sebelum hamil, 6-8 minggu setelah bayi
lahir. Setelah persalinan perineum menjadi kendur karena
teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju, pulihnya
otot perineum terjadi sekitar 5-6 minggu postpartum (Sumiaty,
2011).
6) Perubahan Vesika Urinaria
Dapat mengalami gangguan fungsi akibat persalinan yang
lama atau akibat katererisasi sebelumnya, dapat terjadi
disuria/distensi yang memerlukan penanganan lebih lanjut,
distensi kandung kemih secara adekuat, tonus kandung kemih
biasanya akan pulih kembali dalam 5-7 hari setelah bayi lahir
(Sumiaty, 2011).
7) Perubahan Dasar Panggul
Dasar panggul akan mengalami pengenduran dan
memerlukan waktu untuk kembali normal, kendurnya dasar
panggul disebabkan episiotomi yang tidak dijahit dengan baik,
persalinan yang lama atau bayi besar (Sumiaty, 2011).

8) Perubahan Sistem Pencernaan


Selama persalinan, motilitas dan absorpsi saluran cerna
menurun dan waktu pengosongan lambung menjadi lambat,
wanita seringkali merasa mual dan memuntahkan makanan yang
belum di cerna setelah bersalin, mual dan sendawa juga terjadi
sebagai respons refleks terhadap dilatasi serviks lengkap. Ibu
dapat mengalami diare pada awal persalinan.
9) Perubahan Sistem Perkemihan
Pelvis ginjal dan ureter yang teregang dan berdilatasi
selama kehamilan kembali normal pada akhir minggu ke-4
setelah melahirkan. Diuresis yang normal dimulai segera setelah
bersalin sampai hari ke-5 setelah persalinan, jumlah urin yang
keluar dapat melebihi 3000 ml/harinya, kandung kemih pada
puerperium mempunyai kapasitas yang meningkat secara relatif.
Ureter dan pelvis renalis yang mengalami distensi akan kembali
normal pada 2-8 minggu setelah persalinan.
10) Perubahan Sistem Muskuloskeletal
Stabilisasi sendi lengkap pada minggu ke-6 sampai ke-8
setelah wanita melahirkan. Akan tetapi, walaupun sendi kembali
ke keadaan normal sebelum hamil kaki wanita tidak mengalami
perubahan setelah melahirkan, ligamen, fasia, dan diafragma
pelvis yang meregang pada waktu persalinan, setelah bayi lahir
berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali (Mansyur,
2014)
11) Perubahan Sistem Endokrin
Sistem endokrin aktif selama persalinan. Awitan persalinan
dapat diakibatkan oleh penurunan kadar progesteron dan
peningkatan kadar esterogen, prostaglandin, dan oksitosin,
metabolisme meningkat dan kadar glukosa darah menurun
akibat proses persalinan.

12) Perubahan Dinding Abdomen


Dinding abdomen pulih sebagian dari peregangan yang
berlebihan, tetapi tetap lunak dan kendur selama beberapa
waktu. Kulit akhirnya kembali elastis. Striae menjadi samar
karena penampakannya berwarna perak. Tonus otot dinding
abdomen kembali dan secara bertahap kembali ke kondisi
semula (Reeder, 2011).
13) Perubahan Payudara
Hingga hari ketiga pascapartum, efek prolaktin pada
payudara mulai bisa dirasakan pembuluh darah payudara
menjadi bengkak terisi darah, sehingga timbul rasa hangat,
bengkak, dan rasa sakit. Oksitosin merangsang refleks
mengalirkan sehingga menyebabkan ejeksi ASI melalui sinus
aktiferus payudara ke duktus yang terdapat pada putting, ketika
ASI dialirkan karena hisapan bayi, sel-sel ini terangsang untuk
menghasilkan ASI lebih banyak.

14) Perubahan Hormon


Kadar esterogen dan progesteron menurun secara mencolok
setelah plasenta keluar seperti saat pra-hamil. Selama kehamilan
pembentukan gonodotrofin tertekan. Kadar FSH putih, ke
konsentrasi pra hamil dalam 3 minggu setelah persalinan, tetapi
pemulihan sekresi LH memelukan waktu lebih lama, bergantung
pada lama laktasi, kadar oksitosin dan prolaktin juga bergantung
pada kinerja laktasi (Sumiaty, 2011).
15) Perubahan Tanda-Tanda Vital
a) Suhu Tubuh
Pada 24 jam setelah melahirkan suhu badan akan
naik sedikit (37,5-38,0 celcius) sebagai dampak dari kerja
keras waktu melahirkan, kehilangan cairan yang berlebihan,
dan kelelahan.

b) Nadi
Sehabis melahirkan biasanya denyut nadi akan lebih
cepat dari denyut nadi normal orang dewasa
(60-80x/menit).
c) Tekanan Darah
Tekanan darah biasanya tidak berubah,
kemungkinan bila tekanan darah tinggi atau rendah karena
terjadi kelainan seperti perdarahan dan pre eklampsia.
d) Pernafasan
Frekuensi pernafasan normal orang dewasa adalah
16-24 kali per menit, pada ibu postpartum umumnya
pernafasan lambat atau normal, apabila pernafasan pada
masa postpartum menjadi lebih cepat, kemungkinan ada
tanda-tanda syok
16) Perubahan Sistem Kardiovaskuler
Ketika sudah proses kelahiran, terjadi peningkatan
resistensi yang nyata pada pembuluh darah perifer akibat
pembuangan sirkulasi uteroplasenta yang bertekanan rendah,
kerja jantung dan volume plasma secara berangsur-angsur
kembali normal selama 2 minggu masa nifas.
17) Peribahan Sistem Gastrointestinal
Tonus dan motilitas gastrointestinal menurun selama
periode pascapartum. Tonus abdomen yang lembek disertai
penurunan motilitas dapat menimbulkan distensi gas 2 sampai 3
hari setelah melahirkan (Sumiaty, 2011).
b. Adaptasi Psikologis
Perubahan psikologis pada ibu postpartum berlangsung ada 3 masa
diantaranya:
1) Masa taking in
Masa ini terjadi 1-3 hari pasca persalinan, pada masa ini ibu
bersikap pasif, segala energinya difokuskan pada kekhawatiran
badannya.

2) Masa taking hold


Masa ini berlangsung 3-10 hari pasca persalinan, pada
masa ini ibu khawatir akan kemampuannya dalam merawat
bayi.
3) Masa letting go
Pada masa ini yang berlangsung setelah 10 hari melahirkan,
pada masa ini ibu menerima tanggung jawan akan peran
barunya, yakni sebagai istri dan sebagai seorang ibu.

5. Kebutuhan Ibu Post Partum


a. Nutrisi dan Cairan
Pada masa postpartum masalah diet perlu mendapat perhatian
serius, karena dengan nutrisi yang baik dapat mempercepat
penyembuhan ibu dan sangat mempengaruhi susunan air susu. Diet
yang diberikan harus bermutu, bergizi tinggi, cukup kalori, tinggi
protein, dan banyak mengandung cairan.
b. Ambulasi
Ambulasi dini (early ambulation) ialah kebijaksanaan agar secepat
mungkin bidan membimbing ibu postpartum bangun dari tempat
tidurnya dan membimbing ibu secepat mungkin untuk berjalan.
Sekarang tidak perlu lagi menahan ibu postpartum telentang ditempat
tidurnya selama 7-14 hari setelah melahirkan. Ibu postpartum sudah
diperbolehkan bangun dari tempat tidur dalam waktu 24-48 jam
postpartum. Keuntungan early ambulation adalah sebagai berikut yaitu
Ibu merasa lebih sehat dan kuat dengan early ambulation, faal usus dan
kandung kemih lebih baik, early ambulation memungkinkan kita
mengajarkan ibu cara merawat anaknya selama ibu masih dirumah
sakit.
c. Eliminasi
1) Buang Air Kecil
Ibu diminta untuk buang air kecil (miksi) 6 jam postpartum.
Jika dalam 8 jam postpartum belum dapat berkemih atau sekali
berkemih belum melebihi 100 cc, maka dilakukan kateterisasi.
Akan tetapi, kalau ternyata kandung kemih penuh, tidak perlu
menunggu 8 jam untuk kateterisasi. Berikut ini sebab- sebab
terjadinya kesulitan berkemih (retensio urine) pada ibu postpartum
yaitu berkurangnya tekanan intra abdominal, otot-otot perut masih
lemah, edema pada uretra, dinding kandung kemih belum sensitif.
2) Buang Air Besar
Buang air besar pada ibu postpartum biasanya tertunda
selama 2-3 hari, karena enema persalinan, diit cairan, obat-obatan
analgetik,dan perineum yang sangat sakit. Bila lebih dari 3 hari
belum bisa buang air besar bisa diberikan obat laksantia. Ambulasi
secara dini dan teratur akan membantu dalam regulasi buang air
besar, asupan cairan yang adekuat dan diit tinggi serat sangat
dianjurkan.
d. Personal Hygiene
Pada masa postpartum, seorang ibu sangat rentan terhadap infeksi.
Oleh karena itu, kebersihan diri sangat penting untuk mencegah
terjadinya infeksi, kebersihan tubuh, pakaian, tempat tidur dan
lingkungan sangat penting untuk tetap dijaga.
e. Istirahat dan Tidur
Hal-hal yang bisa dilakukan pada ibu untuk memenuhi kebutuhan
istirahat dan tidur adalah sebagai berikut yaitu anjurkan ibu agar
istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan. Sarankan
ibu untuk kembali pada kegiatan-kegiatan rumah tangga secara
perlahan-lahan, serta untuk tidur siang atau beristirahat selagi bayi
tidur. Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal
yaitu mengurangi jumlah ASI yang diproduksi, memperlambat proses
involusi uterus dan memperbanyak perdarahan, menyebabkan depresi
dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri.
f. Aktivitas Seksual
Aktivitas seksual yang dapat dilakukan oleh ibu masa nifas harus
memenuhi syarat yaitu secara fisik aman untuk memulai hubungan
suami istri begitu darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan
satu dua jarinya ke dalam vagina tanpa rasa nyeri, maka ibu aman
untuk memulai malakukan hubungan suami istri kapan saja ibu siap.
Banyak budaya yang mempunyai tradisi menunda hubungan suami
istri sampai masa waktu tertentu, misalnya setelah 40 hari atau 6
minggu setelah persalinan.

6. Etiologi Post Partum Spontan


Penyebab persalinan belum pasti diketahui, namun ada beberapa teori
yang menghubungkan dengan faktor hormonal, struktur rahim, sirkulasi
rahim, pengaruh tekanan pada saraf dan nutrisi (Hafifah, 2011).
a. Teori Penurunan Hormon
1-2 minggu sebelum partus mulai, terjadi penurunan hormone
progesterone dan estrogen. Fungsi progesteron sebagai penenang otot-
otot polos rahim dan akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah
sehingga timbul his bila progesteron turun.
b. Teori Plasenta Menjadi Tua
Turunnya kadar hormone estrogen dan progesteron menyebabkan
kekejangan pembuluh darah yang menimbulkan kontraksi rahim.
c. Teori Distensi Rahim
Rahim yang menjadi besar dan merenggang menyebabkan iskemik
otot-otot rahim sehingga mengganggu sirkulasi utero plasenta.
d. Teori Iritasi Mekanik
Di belakang servik terlihat ganglion servikale (fleksus
franterrhauss). Bila ganglion ini digeser dan di tekan misalnya oleh
kepala janin akan timbul kontraksi uterus.

e. Induksi Partus
Dapat pula ditimbulkan dengan jalan gagang laminaria yang
dimasukan dalam kanalis servikalis dengan tujuan merangsang pleksus
frankenhauser, amniotomi pemecahan ketuban), oksitosin drip yaitu
pemberian oksitosin menurut tetesan perinfus.

7. Patofisiologi Post Partum Spontan


Pada kasus postpartum spontan akan terjadi perubahan fisiologis
dan psikologis, pada perubahan fisiologis terjadi proses involusi
menyebabkan terjadi peningkatan kadar ocytosis, peningkatan kontraks
uterus sehingga muncul masalah keperawatan nyeri akut, dan perubahan
pada vagina dan perinium terjadi ruptur jaringan terjadi trauma mekanis,
personal hygine yang kurang baik, pembuluh darah rusak menyebabkan
genetalia menjadi kotor dan terjadi juga perdarahan sehingga muncul
masalah keperawatan resiko infeksi, perubahan laktasi akan muncul
struktur dan karakter payudara. Laktasi di pengaruhi oleh hormon estrogen
dan peningkatan prolaktin, sehingga terjadi pembentukan ASI, tetapi
terkadang terjadi juga aliran darah dipayudara berurai dari uterus
(involusi) dan retensi darah di pembuluh payudara maka akan terjadi
bengkak dan penyempitan pada duktus intiverus. Sehingga ASI tidak
keluar dan muncul masalah keperawatan menyusui tidak efektif. Pada
perubahan psikologis akan muncul taking in (ketergantungan), taking hold
(ketergantungan kemandirian ), leting go (kemandirian). Pada perubahan
taking in pasien akan membutuhkan perlindungan dan pelayanan, ibu akan
cenderung berfokus pada diri sendiri dan lemas, sehingga muncul masalah
keperawatan gangguan pola tidur, taking hold pasien akan belajar
mengenai perawatan diri dan bayi, akan cenderung utuh informasi karena
mengalami perubahan kondisi tubuh sehingga muncul masalah
keperawatan kurang pengetahuan, leting go ibu akan mulai mengalami
perubahan peran sehingga akan muncul masalah keperawatan resiko
perubahan peran menjadi orang tua.
8. Pathway

POST PARTUM

Adaptasi Post Partum Anastesi Metode Operasi Wanita


(MOW)

Psikologis Fisiologis Bed Rest


Insisi
Laktasi Involusi
Penurunan
Peristaltik
Taking In Taking Hold Letting Go Resiko
Pelepasan Nyeri Akut Infeksi
Prolaktin Desi Dua
Meningkat Obstipasi

Belajar Kondisi Kontraksi


Mengenal Gangguan
Tubuh Meningkat
Perawatan Produksi Konstipasi Pola Tidur
Mengalami
Diri Bayi ASI
Perubahan
Menurun
Lokhea

Butuh Menyusui Tidak


Defisit Efektif Ketidaknyamanan
Informasi
Pengetahuan pasca partum
Meningkat
9. Tanda dan Gejala
Menurut Masriroh (2013) tanda dan gejala masa postpartum adalah
sebagai berikut:
a. Organ-organ reproduksi kembali normal pada posisi sebelum
kehamilan
b. Perubahan-perubahan psikologis lain yang terjadi selama kehamilan
berbalik (kerumitan)
c. Masa menyusui anak dimulai
d. Penyembuhan ibu dari stress kehamilan dan persalinan di asumsikan
sebagai tanggung jawab untuk menjaga dan mengasuh bayinya.

10. Klasifikasi
Klasifikasi masa nifas menurut Anggraini (2010), tahap masa nifas
di bagi menjadi 3, yaitu sebagai berikut:
a. Purperium Dini
Waktu 0-24 jam postpartum, purperium dini yaitu kepulihan
dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan, dianggap
telah bersih dan boleh melakukan hubungan suami istri apabila setelah
40 hari.
b. Purperium Intermedial
Waktu 1-7 hari postpartum, purperium intermedial yaitu kepulihan
menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6 minggu.
c. Remote Purperium
Waktu 1-6 minggu postpartum adalah waktu yang diperlukan
untuk pulih dan sehat sempurna terutam bila selama hamil dan waktu
persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk pulih sempurna bisa
berminggu-minggu, bulanan bahkan hingga tahunan (Yetti
Anggraini,2010).
11. Luka Perineum
Luka perineum atau robekan jalan lahir merupakan perlukaan yang terjadi
pada jalan lahir saat atau setelah terjadinya persalinan yang biasanya
ditandai oleh pendarahan pada jalan lahir. Perlukaan jalan lahir karena
persalinan dapat mengenai vulva, vagina dan uterus. Luka perineum atau
robekan jalan lahir terjadi pada hampir semua persalinan pertama dan
tidak jarang juga pada persalinan berikutnya. Robekan perineum
umumnya terjadi di garis tengah dan bisa menjadi luas apabila kepala janin
lahir terlalu cepat, sudut arkus pubis lebih kecil dari pada biasa, kepala
janin melewati pintu panggul bawah dengan ukuran yang lebih besar dari
pada sirkumferensia suboksipito bregmatika.

12. Perawatan Luka Perineum


Perawatan kebersihan pada daerah kelamin bagi ibu bersalin secara normal
lebih kompleks dari pada bersalin secara operasi karena pada umumnya
ibu bersalin normal akan mempunyai luka episiotomi pada daerah
perineum. Bidan mengajarkan kepada ibu bersalin bagaimana
membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air. Bidan mengajari
untuk membersihkan daerah disekitar vulva terlebih dahulu dari depan ke
belakang. Selanjutnya membersihkan daerah sekitar anus, sarankan kepada
ibu untuk mencuci tangan menggunakan sabunsebelum dan sesudah
membersihkan daerah kelaminnya. Bagi ibu yang melahirkan yang
mempunyai luka episiotomi sarankan untuk tidak menyentuh luka. Berikut
tips untuk merawat perineum ibu melahirkan normal :
a. Ganti pembalut setiap 3-4 jam sekali atau apabila pembalut sudah
penuh, agar tidak tercemar bakteri
b. Lepas pembalut dengan hati-hati dari arah depan ke belakang untuk
mencegah pindahnya bakteri dari anus ke vagina
c. Bilas perineum dengan larutan antiseptik sehabis buang air kecil atau
saat ganti pembalut. Keringak dengan handuk ditepuk-tepuk dengan
lembut
d. Jangan pegang area perineum sampai pulih
e. Jangan duduk terlalu lama untuk menghindari tekanan lama ke
perineum. Sarankan ibu bersalin untuk duduk diatas bantal untuk
mendukung otot-otot di sekitar perineum dan berbaring miring saat
tidur
f. Rasa gatal menunjukan luka perineum hampir sembuh. Ibu dapat
meredakan gatal dengan mandi berendam air hangat atau kompres
panas
g. Sarankan untuk melakukan latihan senam kegel untuk merangsang
peredaran darah di perineum, agar cepat sembuh.

13. Proses Penyembuhan Luka Perineum


Penyembuhan luka terdiri dari 3 fase :
a. Fase Inflamasi
Merupakan fase pertama penyembuhan luka yang berlangsung
segera setelah terjadinya luka sampai 4-6 hari berikutnya. Tujuan fase
ini adalah mencapai hemostatis, melepaskan jaringan mati, dan
mencegah infeksi invasif.
b. Fase Proliferasi
Fase Proliferasi yang dimulai dari hari ke 4 sampai 14-21 hari
setelah terjadinya luka. Tujuan fase ini adalah pembentukan jaringan
granulasi, penyusun kapiler baru, dan penutupan luka. Sesuai dengan
namanya fase ini ditandai oleh Proliferasi jaringan (jaringan
granulasi), angiogenesis, dan epitelialisasi.
c. Fase Maturasi
Fase Maturasi berlangsung selama 6 bulan sampai 1 tahun. Tujuan
fase ini adalah mencapai kekuatan pertautan jaringan (tensile strength)
yang makin kuat hingga mencapai maksimum yaitu sekitar 80%
kekuatan pertautan jaringan kulit normal. Fase ini ditandai dengan
penyesuaian kembali (remodelling) simpanan kolagen dan kontraksi
parut.

14. Penatalaksanaan
Menurut Masriroh (2013) penatalaksanan yang diperlukan untuk klien
dengan postpartum adalah sebagai berikut:
a. Memperhatikan kondisi fisik ibu dan bayi.
b. Mendorong penggunaan metode-metode yang tepat dalam memberikan
makanan pada bayi dan mempromosikan perkembangan hubungan baik
antara ibu dan anak.
c. Mendukung dan memperkuat kepercayaan diri si ibu dan
memungkinkannya mengisi peran barunya sebagai seorang ibu, baik
dengan orang, keluarga baru, maupun budaya tertentu.

15. Pemeriksaan Penunjang


Menurut Nurarif & Kusuma (2015) pemeriksaan penunjang pada klien
postpartum normal adalah berikut:
a. Pemantauan janin terhadap kesehatan janin
b. Pemantauan EKG
c. JDL dengan diferensial
d. Pemeriksaan hemoglobin, hematokrit, elektrolit
e. Golongan darah
f. Urinalisis
g. Ultrasonogafi

16. Komplikasi
Komplikasi persalinan normal semua wanita hamil beresiko
komplikasi obstetrik.
Berikut komplikasi yang mungkin terjadi pada persalinan normal:
a. Perdarahan postpartum
Perdarahan postpartum adalah perdarahan lebih dari 500 cc yang
terjadi setelah bayi lahir pervaginam atau lebih dari 1.000 mL setelah
persalinan abdominal, perdarahan post partum dibagi menjadi :
1) Perdarahan postpartum dini (early postpartum hemorrhage),
merupakan perdarahan yang terjadi dalam 24 jam pertama setelah
kala III.
2) Perdarahan pada masa nifas (late postpartum hemorrhage),
merupakan perdarahan yang terjadi pada masa nifas (puerperium)
tidak termasuk 24 jam pertama setelah kala III (Oktarina M, 2016).
3) Atonia uteri, merupakan kegagalan serabut–serabut otot
miometrium uterus untuk berkontraksi dan memendek. Hal ini
merupakan penyebab perdarahan postpartum yang paling penting
dan bisa terjadi segera setelah bayi lahir hingga 4 jam setelah
persalinan, atonia uteri dapat menyebabkan perdarahan hebatdan
dapat mengarah pada terjadinya syok hipovolemik (Oktarina M,
2016).
4) Retensio plasenta, merupakan tertahannya atau belum lahirnya
plasenta hingga atau lebih dari 30 menit setelah bayi lahir. Hampir
sebagian besar gangguan pelepasan plasenta disebabkan oleh
gangguan kontraksi uterus. Retensio plasenta terdiri dari beberapa
jenis yaitu
5) Plasenta adhesive adalah implantasi yang kuat dari jonjot korion
plasenta sehingga menyebabkan kegagalan mekanisme separasi
fisiologis
6) Plasenta akreta adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga
mencapai sebagian lapisan miometrium.
7) Plasenta inkreta adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga
mencapai/melewati lapisan miometrium.
8) Plasenta pekreta adalah implantasi jonjot korion plasenta yang
menembus lapisan miometrium hingga mencapai lapisan serosa
dinding uterus.
9) Plasenta inkarserata adalah tertahannya plasenta di dalam kavum
uteri, disebabkan oleh kontriksi ostium uteri (Oktarina M, 2016).
b. Laserasi jalan lahir ruptura perineum dan robekan dinding vagina
tingkat perlukaan perineum dapat dibagi dalam :
1) Derajat pertama : laserasi mengenai mukosa dan kulit perineum,
tidak perlu dijahit.
2) Derajat kedua : laserasi mengenai mukosa vagina, kulit dan
jaringan perineum (perlu dijahit).
3) Derajat ketiga : laserasi mengenai mukosa vagina, kulit, jaringan
perineum dan spinkter ani.
4) Derajat empat : laserasi mengenai mukosa vagina, kulit, jaringan
perineum dan spinkter ani yang meluas hingga ke rektum, rujuk
segera (Oktarina, 2016).

B. Konsep Asuhan Keperawatan Postpartum Spontan


1. Pengkajian
a. Pengumpulan data
1) Identitas Klien
Meliputi nama, umur, pendidikan, suku/ bangsa, pekerjaan,
agama, alamat, status perkawinan, nomor medical record,
diagnosa medis, tanggal masuk, dan tanggal dikaji (Nugroho et
al, 2014)
2) Identitas Penanggung Jawab
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan,
alamat serta hubungan dengan klien

2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Untuk mengetahui penyakit yang di derita ibu, yang timbul pada
masa nifas, dibagi menjadi 2 yaitu:
1) Keluhan Utama Saat Masuk
Meliputi keluhan yang ibu alami berhubungan dengan masa
nifas seperti mulas pada janin, adanya sakit pada jalan lahir,
rasa lelah, dan keluhan lain yang terjadi (Ambarwati &
Wulandari, 2010).

2) Keluhan Utama Saat Dikaji


Meliputi keluhan atau yang berhubungan dengan gangguan
atau penyakit saat ini dan keluhan yang dirasakan setelah klien
melahirkan.
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Meliputi data yang diperlukan untuk mengetahui
kemungkinan adanya riwayat atau penyakit akut, kronis seperti,
jantung, hipertensi, asma yang dapat mempengaruhi pada masa
nifas ibu (Ambarwati & Wulandari 2010).
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan
adanya pengaruh penyakit keluarga terhadap gangguan kesehatan
klien dan bayinya, yaitu apabila ada penyakit keluarga yang
menyertainya (Ambarawati & Wulandari 2010).

3. Riwayat Ginekologi dan Obsetri


a. Riwayat Ginekologi
Riwayat ginekologi pada klien postpartum spontan yaitu ;
1) Riwayat Mensturasi
Meliputi umur menarche pertama kali, lama haid, jumlah
darah yang keluar, siklus haid, masalah selama haid, HPHT,
perkiraan tanggal partus (Nugroho et al, 2014).
2) Riwayat Perkawinan
Meliputi usia ayah dan ibu menikah, berapa kali menikah,
lama pernikahan, status menikah sah atau tidak dan jumlah
anak (Nugroho et al, 2014).
3) Riwayat Keluarga Berencana
Kaji pengetahuan klien dan pasangannya tentang
kontrasepsi, jenis kontrasepsi yang pernah digunakan, keluhan
yang dirasakan ketika menggunakan kontrasepsi, kebutuhan
kontrasepsi yang akan datang atau rencana penambahan
anggota keluarga dimasa mendatang (Ambarwati & Wulandari
2010).
b. Riwayat Obsetri
1) Riwayat kehamilan, persalinan, nifas dahulu
Berapa kali ibu hamil, apakah pernah abortus, jumlah anak,
cara persalinan yang lalu, penolong persalinan, keadaan nifas
yang lalu (Ambarwati & Wulandari 2010).
2) Riwayat Kehamilan Sekarang
Usia kehamilan, keluhan selama hamil, imunisasi TT,
perubahan berat badan selama hamil, tempat pemeriksaan
kehamilan dan keterangan berapa kali ibu memeriksa
kehamilannya (Ambarwati & Wulandari 2010).
3) Riwayat Persalinan Sekarang
Tanggal persalinan, jenis persalinan, jenis kelamin anak,
keadaan bayi meliputi panjang badan, berat badan, dan
penolong persalinan (Ambarwati & Wulandari 2010).
4) Riwayat Nifas Sekarang
Adanya jumlah lochea, kontraksi uterus, konsistensi uterus,
dan tinggi fundus (Ambarwati & Wulandari 2010).

4. Pola Aktivitas Sehari-Hari


Pengkajian pada pola aktivitas sehari-hari klien menurut
(Ambarwati & Wulandari 2010);
a. Nutrisi
Menggambarkan tentang pola makan dan minum yang
meliputi nafsu makan, frekuensi, banyak, jenis makanan dan juga
pantangan makanan.
b. Eliminasi
Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan buang
air besar dan kebiasaan buang air kecil, meliputi frekuensi, jumlah,
konsistensi, warna dan bau, apakah terjadi diuresis setelah
melahirkan, apakah terjadi retensi urine karena takut luka
episiotomy, apakah perlu bantuan dan kebiasaan penggunaan toilet.

c. Istirahat Tidur
Menggambarkan pola istirahat dan tidur klien, berapa jam
klien tidur, kebiasaan sebelum tidur misalnya membaca, kebiasaan
tidur siang, penggunaan waktu luang.
d. Personal Hygiene
Dikaji untuk mengetahui apakah ibu selalu menjaga
kebersihan tubuh terutama pada daerah genetalia, karena pada
masa nifas masih mengeluarkan lokhea.
e. Aktivitas
Pada pola ini dkaji pengaruh aktivitas terhadap
kesehatannya. Apakah ibu melakukan ambulansi, seberapa sering,
apakah kesulitan, dengan bantuan atau sendiri.

5. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada klien meliputi:
a. Pemeriksaan Umum
Mengenai pemeriksaan keadaan umum, kesadaran dan
kesehatan ibu, untuk mengetahui kondisi ibu nifas secara umum
(Pitriani & Andriyani 2014).
b. Pemeriksaan TTV
Mengenai pemeriksaan tekanan darah, nadi, suhu dan
pernafasan, berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas. Untuk
mengetahui adanya suatu keadaan yang abnormal pada ibu nifas
(Pitriani & Andriyani 2014).
c. Pemeriksaan Head To Toe
Menurut Aspiani (2017) pemeriksaan fisik head to toe yang
dilakukan pada ibu masa postpartum yaitu:
1) Kepala
Mengkaji bentuk kepala simetris atau tidak, kulit kepala
kotor atau berketombe, rambut apakah tampak lusuh atau
kusut, apakah ada laserasi/ luka dan apakah ada nyeri tekan.

2) Wajah
Mengkaji bentuk wajah simetris atau tidak, warna kulit
apakah pucat atau tidak, adanya edema atau tidak, apakah ada
nyeri tekan.
3) Mata
Mengkaji bentuk mata simetris atau tidak, ada tidaknya
gerak mata, konjungtiva anemis atau tidak, dan mengkaji
bentuk bola mata.
4) Hidung
Mengkaji bentuk hidung simetris atau tidak, ada atau
tidaknya septuminasi, adanya polip atau tidak dan bagaimana
kebersihannya.
5) Telinga
Mengkaji bentuk telinga simetris atau tidak, apakah ada
kelainan anatomi pada telinga, kebersihan dan apakah ada
kelainan fungsi pendengaran.
6) Mulut
Mengkaji bentuk bibir simetris atau tidak, kelembaban,
jumlah gigi lengkap atau tidak, ada tidaknya peradangan pada
gusi atau karies pada gigi, kebersihan gigi, kebersihan lidah
dan kebersihan mulut.
7) Leher
Mengkaji ada tidaknya pembesaran kelenjar tiroid dan vena
jugularis.
8) Thorax
Mengkaji apakah bentuk nya simetris atau tidak,
pergerakan otot dada saat bernafas, ada tidaknya suara ronchi,
dan bunyi jantung.
9) Payudara
Mengkaji bentuk payudara simetris atau tidak, ada tidak
nya pembesaran pada payudara, apakah puting susu menonjol
atau tidak, hiperpigmentasi aerola, kebersihan putting susu, ada
tidaknya colostrum, da nada tidaknya nyeri tekan pada
payudara.
10) Abdomen
Mengkaji ada tidaknya distensi abdomen, tinggi fundus
uterus, konsistensi serta kontraksi uterus, bagaimana dengan
bising usus dan apakah ada nyeri tekan.
11) Genetalia & Anus
Mengkaji pengeluaran lokhea (jumlah, warna, bau dan
konsistensi), adakah edema pada vulva, ada tidaknya hemoroid,
serta mengkaji perineum dengan tanda-tanda “REEDA“
Rednes/kemerahan, Echymosis/perdarahan bawa kulit,
Edeme/bengkak, Discharge/perubahan lokhea,
Approximation/pertautan jaringan.
12) Ekstremitas
Mengkaji bentuk ekstremitas atas dan bawah simetris atau
tidak, bagaimana pergerakannya, ada tidaknya edema, ada
tidaknya sianosis, ada tidaknya varises dan reflek patella.
6. Data Psikologis
Pada hari pertama sampai hari ke dua klien berada pada fase taking
in, dimana klien terfokus pada dirinya sendiri sehingga cenderung
pasif terhadap lingkungannya. Pada hari ketiga sampai sepuluh setelah
melahirkan ibu akan merasa khawatir akan ketidakmampuannya dan
tanggung jawab terhadap bayinya, fase ini disebut fase taking hold.
Setelah masalah khawatir terlewati ibu akan mengalami fase letting go
dimana ibu menerima tanggung jawab akan peran barunya, fase ini
berlangsung 10 hari setelah melahirkan (Yanti & Sundawati 2011).

7. Data Sosial
Mengkaji hubungan dan pola interaksi klien dengan keluarga,
perawat dan lingkungan sekitarnya.

8. Kebutuhan Bounding Attachment


Mengkaji interaksi emosi sensorik fisik antara ibu dan bayi segera
setelah lahir.

9. Pemenuhan Seksual
Mengkaji kebutuhan klien terhadap pemenuhan seksual pada masa
kehamilan sampai masa postpartum.

10. Data Spiritual


Mengkaji kebiasaan ibadah klien, dan mengetahui apakah adanya
adat istiadat dari suatu daerah yang dianut oleh ibu nifas dan keluarga
mengenai perawatan masa nifas yang berpengaruh negative/ buruk
pada kesehatan ibu dan bayi (Pitriani & Andriyani 2014).

11. Pengetahuan Tentang Perawatan Diri


Mengkaji pengetahuan tentang perawatan diri ibu untuk
mengetahui seberapa jauh pengetahuan ibu tentang perawatan setelah
melahirkan (Pitriani & Andriyani 2014).

12. Data Penunjang


Menurut Bobak (2005) dalam Wahyuningsih (2019), data
penunjang pada ibu postpartum berupa pemeriksaan hemoglobin dan
hematokrit serta pemeriksaan urinalis (kultur urine, darah, vaginal, dan
lokhea).
13. Analisa Data

N
O DATA ETIOLOGI MASALAH

1. Ds: Post partum Ketidaknyamanan


1. Mengeluh tidak nyaman pasca partum
Do: Adaptasi post partum
1. Tampak meringis Fisiologi
2. Terdapat kontraksi uterus
3. Luka episiotomy Involusi uteri
4. Payudara bengkak
Kontraksi peningkat

Lochea

Ketidaknyamanan
pasca partum
2. DS : Postpartum normal Defisit Pengetahuan
1. Menanyakan masalah yang
dihadapi Perubahan psikologis

Taking hold
(Ketergantungan
DO : kemandirian)
1. Menunjukkan perilaku tidak
sesuai anjuran Kondisi tubuh mengalami
2. Menunjukkan persepsi yang perubahan
keliru terhadap masalah
3. Menjalani pemeriksaan yang Belajar mengenai
tidak tepat perawatan diri dan bayi
4. Menunjukkann perilaku
berlebihan (mis, apatis, Butuh informasi
bermusuhan, agitasi, histeria)
Defisit Pengetahuan

3. DS : Post partum Normal Menyusui Tidak


1. Kelelahan maternal Efektif
2. Kecemasan meternal Perubahan fisiologi

Laktasi
DO :
1. Bayi tidak mampu melekat Struktur dan karakte
pada payudara ibu payudara ibu
2. ASI tidak menetes/memancar
3. BAK bayi kurang dari 8 kali Hormone esteroge
dalam 24 jam
4. Nyeri dan/atau mengalami Prolactin meningkat
terus menerus setelah minggu
kedua Pembentukan ASI
5. Intake bayi tidak adekuat
6. Bayi menghisap tidak terus Penyempitan pada ductus
menerus intiverus
7. Bayi menangis saat disusui
8. Bayi rewel dan menangis ASI tidak keluar
terus dalam jam-jam pertama
setelah menyusui Menyusui tidak efektif
9. Menolak untuk menghisap
14. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul menurut Tim Pokja (PPNI, 2017)
adalah sebagai berikut:
a. Ketidaknyamanan pasca partum (D.0075) b.d involusi uterus, proses
pengembalian ukuran Rahim ke ukuran semula
b. Defisit Pengetahuan (D.0111) b.d ketidaktahuan menemukan sumber
informasi d.d menanyakan informasi yang dihadapi
c. Menyusui Tidak Efektif (D.0029) b.d ketidakadekuatan suplay asi d.d
intake bayi tidak adekuat

15. Rencana Asuhan Keperawatan

DIAGNOSA PERENCANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN


N
KEPERAWATA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
O
N
1. Ketidaknyamanan Setalah dilakukan Perawatan Observasi
pasca partum tindakan Kenyamanan 1. Agar
(D.0075) b.d keperawatan (I.08254) mengetahui
involusi uterus, diharapkan masalah Observasi tingkat
proses tentang 1. Identifikasi keparahan
pengembalian ketidaknyamanan gejaala yang pasien
ukuran Rahim ke pasca partum dapat tidak 2. Untuk
ukuran semula teratasi dengan menyenangka mengetahui
kriteria hasil: n seberapa jauh
1. Kontraksi uterus 2. Identifikasi klien
menurun pemahaman mengetahui
2. Payudara bengkak tentang kondisi, situasi
menurun kondisi, situasi dan
3. Tekanan darah dan perasaannya
menurun perasaannya Terapeutik
4. Frekuensi nadi Terapeutik 1. Agar klien
menurun 1. Berikan posisi merasa nyaman
yang nyaman 2. Agar mengurasi
2. Berikan rasa
kompres tidaknyaman
hangat dan 3. Agar klien
dingin merasa nyaman
3. Ciptakan Edukasi
lingkungan 1. Agar klien
yang nyaman merasa nyaman
Edukasi dan relaks
1. Ajarkan 2. Agar klien
Teknik merasa nyaman
relaksasi
2. Ajarkan
Latihan
pernapasan
Kolaborasi
-
2. Defisit Setalah dilakukan Promosi kesiapan Observasi
a. Agar sesuai
Pengetahuan tindakan penerimaan
kebutuan klien
(D.0111) b.d keperawatan informasi b. Agar pasien
dapat
ketidaktahuan diharapkan masalah (I.12470)
memahami
menemukan tentang Observasi: informasi yang
akan di
sumber informasi pengetahuan dapat a. Identifikasi
sampaikan
d.d menanyakan teratasi dengan informasi yang c. Untuk
mengetahui
informasi yang ekspektasi tingkat akan
sejauhmana
dihadapi pengetahuan disampaikan klien
mengetahu
meningkat dan b. Identifikasi
tentang
kriteria hasil: kesiapan dan kondisinya
1. Perilaku sesuai kemampuan Terapeutik
a. Agar pasien
anjuran menerima
mampu
verbalisasi informasi memahami
informasi yang
minat dalam c. Identifikasi
akan
belajar cukup pemahaman disampaikan
b. Agar klien
meningkat tentang kondisi
mampu
2. Kemampuan saat ini mengambil
keputusan
menjelaskan Terapeutik:
c. Agar informasi
tentang suatu a. Lakukan mudah untuk di
pahami
topik meningkat penguatan
Edukasi
3. Kemampuan potensi pasien a. Agar
memudahkan
menggambarka dan keluarga
dalam
n pengalaman untuk menerima memberikan
informasi
sebelumnya informasi
b. Agar keluarga
yang sesuai b. Libatkan untuk memahami juga
kondisi klien
dengan topik pengambilan
dan informsinya
cukup keputusan
meningkat dalam untuk
4. Perilaku sesuai menerima
dengan informasi
pengetahuan c. Fasilitasi akses
pelayanan saat
dibutuhkan
Edukasi:
a. Berikan
informasi
berupa alur,
leafleat, atau
gambar untuk
memudahkan
pasien
mendapatkan
informasi
kesehatan.
b. Anjurkan
keluarga
mendampingi
pasien
Kolaborasi:
-
3. Menyusui Tidak Setelah dilakukan Edukasi menyusui Observasi
a. Agar
Efektif (D.0029) tindakan asuhan (1.12393)
mengetahui
b.d keperawatan selama Observasi: kondisi
kesiapan pasien
ketidakadekuatan … diharapkan a. Identifikasi
dalam
suplay asi d.d status menyusui kesiapan dan menerima
informasi
intake bayi tidak membaik dengan kemampuan
b. Agar
adekuat kriteria hasil: menerima mengatahui
keinginan klien
a. Perlekatan bayi informasi
menyusui
pada payudara b. Identifikasi Terapeutik
a. Agar
ibu meningkat tujuan atau
mempermudah
b. Kemampuan ibu keinginan dalam
penyampaian
memposisikan menyusui
informasi
bayi dengan Terapeutik: b. Agar klien siap
menerima
benar a. Sediakan materi
informasi
meningkat dan media c. Agar klien
dapat
c. Miksi bayi lebih pendidikan
mengkonfirmas
dari 8 kali/24 kesehatan i ulang hal yang
kurang di
jam b. Jadwalkan
pahami
d. Berat badan pendidikan d. Agar klien tidak
merasa cemas
bayi kesehatan
e. Agar klien tidak
e. Tetesan sesuai mersa sendiri
dan merasa
pancaran ASI kesepakatan
mendapatkan
meningkat c. Berikan dukungan
Edukasi
f. Suplai ASI kesempatan
a. Agar klien
adekuat untuk bertanya mengetahuai
cara menyusui
meningkat d. Dukung ibu
yang benar
g. Kepercayaan meningkatkan b. Agar klien
paham tentang
diri ibu kepercayaan
manafaat
meningkat diri dalam menyusui
c. Agar klien
menyusui
dapat menyusui
e. Libatkan system dengan posisi
benar
pendukung :
d. Agar klien
suami, keluarga, mampu
menjaga
tenaga
kebersihan
kesehatan dan payudara
e. Agar asi keluar
masyarakat
banyak
Edukasi:
a. Berikan
konseling
menyusui
b. Jelaskan
manfaat
menyusui bagi
ibu dan bayi
c. Ajarkan 4 posisi
menyusui dan
perlekatan
(lacth on)
dengan benar
d. Ajarkan
perawatan
payudara
antepartum
dengan
mengkompres
dengan kapas
yang telah
diberikan
minyak kelapa
e. Ajarkan
perawatan
payudara
postpartum
(misal.
memerah ASI,
pijat payudara,
pijat oksitosin)
Kolaborasi:
-
DAFTAR PUSTAKA

Mansyur, N. 2014. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Malang : Selaksa
Medika.
Maritalia, Dewi. 2012. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar
Mitayani. (2011). Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika
Masriroh, Siti. (2013). Keperawatan Obstetri. Jakarta : EGC.

Nengah, & Surinati. (2013). Pengaruh Pemberian Kompres Panas Terhadap


Intensitas Nyeri Pembengkakan Payudara Pada Ibu Post Partum di
Wilayah Kerja Puskesmas Pembantu Dauh Puri.
Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan
Oktarina, M. 2016. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru
Lahir. Yogyakarta : Deepublish

Padila. (2014). Buku Ajar Keperawatan Maternitas.Yogyakarta ; Nuha Medika.


PPNI DPD SDKI Pokja Tim, 2018. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Edisi 1 : Jakarta : DPP PPNI

PPNI DPD SIKI Pokja Tim, 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Edisi 1 : Jakarta : DPP PPNI

PPNI DPD SLKI Pokja Tim, 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Edisi 1 : Jakarta : DPP PPNI

Reeder, dkk. 2011. Keperawatan Maternitas Kesehatan Wanta, Bayi Dan


Keluarga. Edisi 8. Jakarta: EGC.
Sumiaty, S. (2011). Biologi Reproduksi Untuk Kebidanan. Jakarta: Trans Info
Media.
Taufiqy M, Rohmani Afiana & Berliana Optic Ardha. (2014). Faktor yang
Mempengaruhi Cara Persalinan di RSUD Tugurejo Semarang. Jurnal
Kedokteran Muhammadiyah Semarang.
Walyani. (2015). Asuhan Kebidanan pada Kehamilan. Yogyakarta: Pustaka Baru.

Anda mungkin juga menyukai