INTRANATAL
INTRANATAL
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Keperawatan Maternitas
Dosen Koordinator : Monna Maharani H, M.Kep., Ns., Sp.Kep.Mat
Dosen Pembimbing : Murtiningsih, S.Kp., M.Kep., Sp.Mat
Disusun Oleh :
Delia Ananda Putri
2350321133
b) Nadi
Sehabis melahirkan biasanya denyut nadi akan lebih
cepat dari denyut nadi normal orang dewasa
(60-80x/menit).
c) Tekanan Darah
Tekanan darah biasanya tidak berubah,
kemungkinan bila tekanan darah tinggi atau rendah karena
terjadi kelainan seperti perdarahan dan pre eklampsia.
d) Pernafasan
Frekuensi pernafasan normal orang dewasa adalah
16-24 kali per menit, pada ibu postpartum umumnya
pernafasan lambat atau normal, apabila pernafasan pada
masa postpartum menjadi lebih cepat, kemungkinan ada
tanda-tanda syok
16) Perubahan Sistem Kardiovaskuler
Ketika sudah proses kelahiran, terjadi peningkatan
resistensi yang nyata pada pembuluh darah perifer akibat
pembuangan sirkulasi uteroplasenta yang bertekanan rendah,
kerja jantung dan volume plasma secara berangsur-angsur
kembali normal selama 2 minggu masa nifas.
17) Peribahan Sistem Gastrointestinal
Tonus dan motilitas gastrointestinal menurun selama
periode pascapartum. Tonus abdomen yang lembek disertai
penurunan motilitas dapat menimbulkan distensi gas 2 sampai 3
hari setelah melahirkan (Sumiaty, 2011).
b. Adaptasi Psikologis
Perubahan psikologis pada ibu postpartum berlangsung ada 3 masa
diantaranya:
1) Masa taking in
Masa ini terjadi 1-3 hari pasca persalinan, pada masa ini ibu
bersikap pasif, segala energinya difokuskan pada kekhawatiran
badannya.
e. Induksi Partus
Dapat pula ditimbulkan dengan jalan gagang laminaria yang
dimasukan dalam kanalis servikalis dengan tujuan merangsang pleksus
frankenhauser, amniotomi pemecahan ketuban), oksitosin drip yaitu
pemberian oksitosin menurut tetesan perinfus.
POST PARTUM
10. Klasifikasi
Klasifikasi masa nifas menurut Anggraini (2010), tahap masa nifas
di bagi menjadi 3, yaitu sebagai berikut:
a. Purperium Dini
Waktu 0-24 jam postpartum, purperium dini yaitu kepulihan
dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan, dianggap
telah bersih dan boleh melakukan hubungan suami istri apabila setelah
40 hari.
b. Purperium Intermedial
Waktu 1-7 hari postpartum, purperium intermedial yaitu kepulihan
menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6 minggu.
c. Remote Purperium
Waktu 1-6 minggu postpartum adalah waktu yang diperlukan
untuk pulih dan sehat sempurna terutam bila selama hamil dan waktu
persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk pulih sempurna bisa
berminggu-minggu, bulanan bahkan hingga tahunan (Yetti
Anggraini,2010).
11. Luka Perineum
Luka perineum atau robekan jalan lahir merupakan perlukaan yang terjadi
pada jalan lahir saat atau setelah terjadinya persalinan yang biasanya
ditandai oleh pendarahan pada jalan lahir. Perlukaan jalan lahir karena
persalinan dapat mengenai vulva, vagina dan uterus. Luka perineum atau
robekan jalan lahir terjadi pada hampir semua persalinan pertama dan
tidak jarang juga pada persalinan berikutnya. Robekan perineum
umumnya terjadi di garis tengah dan bisa menjadi luas apabila kepala janin
lahir terlalu cepat, sudut arkus pubis lebih kecil dari pada biasa, kepala
janin melewati pintu panggul bawah dengan ukuran yang lebih besar dari
pada sirkumferensia suboksipito bregmatika.
14. Penatalaksanaan
Menurut Masriroh (2013) penatalaksanan yang diperlukan untuk klien
dengan postpartum adalah sebagai berikut:
a. Memperhatikan kondisi fisik ibu dan bayi.
b. Mendorong penggunaan metode-metode yang tepat dalam memberikan
makanan pada bayi dan mempromosikan perkembangan hubungan baik
antara ibu dan anak.
c. Mendukung dan memperkuat kepercayaan diri si ibu dan
memungkinkannya mengisi peran barunya sebagai seorang ibu, baik
dengan orang, keluarga baru, maupun budaya tertentu.
16. Komplikasi
Komplikasi persalinan normal semua wanita hamil beresiko
komplikasi obstetrik.
Berikut komplikasi yang mungkin terjadi pada persalinan normal:
a. Perdarahan postpartum
Perdarahan postpartum adalah perdarahan lebih dari 500 cc yang
terjadi setelah bayi lahir pervaginam atau lebih dari 1.000 mL setelah
persalinan abdominal, perdarahan post partum dibagi menjadi :
1) Perdarahan postpartum dini (early postpartum hemorrhage),
merupakan perdarahan yang terjadi dalam 24 jam pertama setelah
kala III.
2) Perdarahan pada masa nifas (late postpartum hemorrhage),
merupakan perdarahan yang terjadi pada masa nifas (puerperium)
tidak termasuk 24 jam pertama setelah kala III (Oktarina M, 2016).
3) Atonia uteri, merupakan kegagalan serabut–serabut otot
miometrium uterus untuk berkontraksi dan memendek. Hal ini
merupakan penyebab perdarahan postpartum yang paling penting
dan bisa terjadi segera setelah bayi lahir hingga 4 jam setelah
persalinan, atonia uteri dapat menyebabkan perdarahan hebatdan
dapat mengarah pada terjadinya syok hipovolemik (Oktarina M,
2016).
4) Retensio plasenta, merupakan tertahannya atau belum lahirnya
plasenta hingga atau lebih dari 30 menit setelah bayi lahir. Hampir
sebagian besar gangguan pelepasan plasenta disebabkan oleh
gangguan kontraksi uterus. Retensio plasenta terdiri dari beberapa
jenis yaitu
5) Plasenta adhesive adalah implantasi yang kuat dari jonjot korion
plasenta sehingga menyebabkan kegagalan mekanisme separasi
fisiologis
6) Plasenta akreta adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga
mencapai sebagian lapisan miometrium.
7) Plasenta inkreta adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga
mencapai/melewati lapisan miometrium.
8) Plasenta pekreta adalah implantasi jonjot korion plasenta yang
menembus lapisan miometrium hingga mencapai lapisan serosa
dinding uterus.
9) Plasenta inkarserata adalah tertahannya plasenta di dalam kavum
uteri, disebabkan oleh kontriksi ostium uteri (Oktarina M, 2016).
b. Laserasi jalan lahir ruptura perineum dan robekan dinding vagina
tingkat perlukaan perineum dapat dibagi dalam :
1) Derajat pertama : laserasi mengenai mukosa dan kulit perineum,
tidak perlu dijahit.
2) Derajat kedua : laserasi mengenai mukosa vagina, kulit dan
jaringan perineum (perlu dijahit).
3) Derajat ketiga : laserasi mengenai mukosa vagina, kulit, jaringan
perineum dan spinkter ani.
4) Derajat empat : laserasi mengenai mukosa vagina, kulit, jaringan
perineum dan spinkter ani yang meluas hingga ke rektum, rujuk
segera (Oktarina, 2016).
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Untuk mengetahui penyakit yang di derita ibu, yang timbul pada
masa nifas, dibagi menjadi 2 yaitu:
1) Keluhan Utama Saat Masuk
Meliputi keluhan yang ibu alami berhubungan dengan masa
nifas seperti mulas pada janin, adanya sakit pada jalan lahir,
rasa lelah, dan keluhan lain yang terjadi (Ambarwati &
Wulandari, 2010).
c. Istirahat Tidur
Menggambarkan pola istirahat dan tidur klien, berapa jam
klien tidur, kebiasaan sebelum tidur misalnya membaca, kebiasaan
tidur siang, penggunaan waktu luang.
d. Personal Hygiene
Dikaji untuk mengetahui apakah ibu selalu menjaga
kebersihan tubuh terutama pada daerah genetalia, karena pada
masa nifas masih mengeluarkan lokhea.
e. Aktivitas
Pada pola ini dkaji pengaruh aktivitas terhadap
kesehatannya. Apakah ibu melakukan ambulansi, seberapa sering,
apakah kesulitan, dengan bantuan atau sendiri.
5. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada klien meliputi:
a. Pemeriksaan Umum
Mengenai pemeriksaan keadaan umum, kesadaran dan
kesehatan ibu, untuk mengetahui kondisi ibu nifas secara umum
(Pitriani & Andriyani 2014).
b. Pemeriksaan TTV
Mengenai pemeriksaan tekanan darah, nadi, suhu dan
pernafasan, berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas. Untuk
mengetahui adanya suatu keadaan yang abnormal pada ibu nifas
(Pitriani & Andriyani 2014).
c. Pemeriksaan Head To Toe
Menurut Aspiani (2017) pemeriksaan fisik head to toe yang
dilakukan pada ibu masa postpartum yaitu:
1) Kepala
Mengkaji bentuk kepala simetris atau tidak, kulit kepala
kotor atau berketombe, rambut apakah tampak lusuh atau
kusut, apakah ada laserasi/ luka dan apakah ada nyeri tekan.
2) Wajah
Mengkaji bentuk wajah simetris atau tidak, warna kulit
apakah pucat atau tidak, adanya edema atau tidak, apakah ada
nyeri tekan.
3) Mata
Mengkaji bentuk mata simetris atau tidak, ada tidaknya
gerak mata, konjungtiva anemis atau tidak, dan mengkaji
bentuk bola mata.
4) Hidung
Mengkaji bentuk hidung simetris atau tidak, ada atau
tidaknya septuminasi, adanya polip atau tidak dan bagaimana
kebersihannya.
5) Telinga
Mengkaji bentuk telinga simetris atau tidak, apakah ada
kelainan anatomi pada telinga, kebersihan dan apakah ada
kelainan fungsi pendengaran.
6) Mulut
Mengkaji bentuk bibir simetris atau tidak, kelembaban,
jumlah gigi lengkap atau tidak, ada tidaknya peradangan pada
gusi atau karies pada gigi, kebersihan gigi, kebersihan lidah
dan kebersihan mulut.
7) Leher
Mengkaji ada tidaknya pembesaran kelenjar tiroid dan vena
jugularis.
8) Thorax
Mengkaji apakah bentuk nya simetris atau tidak,
pergerakan otot dada saat bernafas, ada tidaknya suara ronchi,
dan bunyi jantung.
9) Payudara
Mengkaji bentuk payudara simetris atau tidak, ada tidak
nya pembesaran pada payudara, apakah puting susu menonjol
atau tidak, hiperpigmentasi aerola, kebersihan putting susu, ada
tidaknya colostrum, da nada tidaknya nyeri tekan pada
payudara.
10) Abdomen
Mengkaji ada tidaknya distensi abdomen, tinggi fundus
uterus, konsistensi serta kontraksi uterus, bagaimana dengan
bising usus dan apakah ada nyeri tekan.
11) Genetalia & Anus
Mengkaji pengeluaran lokhea (jumlah, warna, bau dan
konsistensi), adakah edema pada vulva, ada tidaknya hemoroid,
serta mengkaji perineum dengan tanda-tanda “REEDA“
Rednes/kemerahan, Echymosis/perdarahan bawa kulit,
Edeme/bengkak, Discharge/perubahan lokhea,
Approximation/pertautan jaringan.
12) Ekstremitas
Mengkaji bentuk ekstremitas atas dan bawah simetris atau
tidak, bagaimana pergerakannya, ada tidaknya edema, ada
tidaknya sianosis, ada tidaknya varises dan reflek patella.
6. Data Psikologis
Pada hari pertama sampai hari ke dua klien berada pada fase taking
in, dimana klien terfokus pada dirinya sendiri sehingga cenderung
pasif terhadap lingkungannya. Pada hari ketiga sampai sepuluh setelah
melahirkan ibu akan merasa khawatir akan ketidakmampuannya dan
tanggung jawab terhadap bayinya, fase ini disebut fase taking hold.
Setelah masalah khawatir terlewati ibu akan mengalami fase letting go
dimana ibu menerima tanggung jawab akan peran barunya, fase ini
berlangsung 10 hari setelah melahirkan (Yanti & Sundawati 2011).
7. Data Sosial
Mengkaji hubungan dan pola interaksi klien dengan keluarga,
perawat dan lingkungan sekitarnya.
9. Pemenuhan Seksual
Mengkaji kebutuhan klien terhadap pemenuhan seksual pada masa
kehamilan sampai masa postpartum.
N
O DATA ETIOLOGI MASALAH
Lochea
Ketidaknyamanan
pasca partum
2. DS : Postpartum normal Defisit Pengetahuan
1. Menanyakan masalah yang
dihadapi Perubahan psikologis
Taking hold
(Ketergantungan
DO : kemandirian)
1. Menunjukkan perilaku tidak
sesuai anjuran Kondisi tubuh mengalami
2. Menunjukkan persepsi yang perubahan
keliru terhadap masalah
3. Menjalani pemeriksaan yang Belajar mengenai
tidak tepat perawatan diri dan bayi
4. Menunjukkann perilaku
berlebihan (mis, apatis, Butuh informasi
bermusuhan, agitasi, histeria)
Defisit Pengetahuan
Laktasi
DO :
1. Bayi tidak mampu melekat Struktur dan karakte
pada payudara ibu payudara ibu
2. ASI tidak menetes/memancar
3. BAK bayi kurang dari 8 kali Hormone esteroge
dalam 24 jam
4. Nyeri dan/atau mengalami Prolactin meningkat
terus menerus setelah minggu
kedua Pembentukan ASI
5. Intake bayi tidak adekuat
6. Bayi menghisap tidak terus Penyempitan pada ductus
menerus intiverus
7. Bayi menangis saat disusui
8. Bayi rewel dan menangis ASI tidak keluar
terus dalam jam-jam pertama
setelah menyusui Menyusui tidak efektif
9. Menolak untuk menghisap
14. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul menurut Tim Pokja (PPNI, 2017)
adalah sebagai berikut:
a. Ketidaknyamanan pasca partum (D.0075) b.d involusi uterus, proses
pengembalian ukuran Rahim ke ukuran semula
b. Defisit Pengetahuan (D.0111) b.d ketidaktahuan menemukan sumber
informasi d.d menanyakan informasi yang dihadapi
c. Menyusui Tidak Efektif (D.0029) b.d ketidakadekuatan suplay asi d.d
intake bayi tidak adekuat
Mansyur, N. 2014. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Malang : Selaksa
Medika.
Maritalia, Dewi. 2012. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar
Mitayani. (2011). Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika
Masriroh, Siti. (2013). Keperawatan Obstetri. Jakarta : EGC.
PPNI DPD SIKI Pokja Tim, 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Edisi 1 : Jakarta : DPP PPNI
PPNI DPD SLKI Pokja Tim, 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Edisi 1 : Jakarta : DPP PPNI