Anda di halaman 1dari 6

MINORITAS YANG TERTINDAS

Beberapa minggu ini kaum Muslimah India di Negara Bagian Karnataka


mengalami pelarangan berjilbab di semua lingkungan pendidikan, sekolah maupun
kampus. Baik tenaga pengajar perempuan maupun pelajar dan mahasiswi dipaksa
melepas jilbab mereka saat memasuki lingkungan sekolah/kampus. Pelarangan ini
disebut-sebut merupakan instruksi langsung dari Kementerian Pendidikan India.

Para Muslimah berjilbab di Karnataka bukan saja dilarang memasuki


sekolah/kampus. Mereka juga mengalami berbagai pelecehan dan intimidasi oleh
warga Hindu. Sejumlah pemberitaan dan video yang beredar memperlihatkan berbagai
persekusi yang dilakukan warga Hindu terhadap kaum Muslimah yang bertahan
dengan busana islami mereka (kaffah edisi 232).

Dikarnakan Rencana pemerintah India menjadikan nilai-nilai kehinduan


(Hindutva) sebagai ideologi negara dinilai hanya mementingkan golongannya saja.
Hindutva adalah ideologi ekstremis yang menginginkan India hanya menjadi milik
Hindu saja secara homogen. Ideologi Hindutva kian mengakar seiring menguatnya
organisasi-organisasi sayap kanan seperti Rashtriya Swayamsevak Sangh, Bharatiya
Janata (partai politik yang menaungi Narendra Modi), Vishwa Hindu Parishad
(organisasi propagandis Hindutva) dan Bajrang Dal (sayap paramiliter Vishwa Hindu
Parishad).

Ideologi berbahaya ini naik ke panggung kekuasaan melalui pesta demokrasi,


karena partai Hindu Bharatiya Janata (BJP) yang dipimpin oleh Perdana Menteri
Narendra Modi memenangkan pemilu terbesar di dunia pada tahun 2014. Isu Hindutva
yang terus-menerus diasah BJP secara agresif selama ini telah memberinya kesuksesan
elektoral.

semenjak Partai BJP berkuasa di bawah Modi, mereka berhasil melakukan


transformasi cepat pada India. Negara besar di semenanjung India itu berubah menjadi
salah satu tempat paling berbahaya di dunia bagi umat Islam. Semenjak itu, penderitaan
200 juta umat Muslim di India semakin lengkap, mereka diserang secara struktural
maupun kultural, baik konflik vertikal maupun horizontal. Isunya luas dari mulai
pelarangan hijab (wilayah Karnataka dan Uttar Pradesh), pengusiran dan perampasan
tanah (wilayah Assam), hingga yang paling tua dan menjadi simbol konflik adalah
blokade dan pendudukan di Kashmir, tokoh-tokoh Hindu secara kultural melakukan
berbagai provokasi terbuka untuk menyalakan kekerasan terhadap Muslim.

Pemerintah Karnataka, India di hadapan pengadilan tinggi mengatakan


mengenakan jilbab bukanlah praktik keagamaan yang penting dalam Islam. Menurut
pemerintah Karnataka, melarang pemakaian jilbab tidak melanggar jaminan
konstitusional kebebasan beragama.

Pernyataan itu untuk membela perintah terkait larangan jilbab di ruang


kelas. "Kami telah mengambil sikap bahwa mengenakan jilbab bukanlah bagian
penting agama Islam," ujar Advokat Jenderal Karnataka Prabhuling Navadgi kepada
pengadilan yang terdiri dari Ketua Hakim Ritu Raj Awasthi, Hakim JM Khazi, dan
Hakim Krishna M Dixit seperti dikutip dari NDTV, (republika.co.id)

Pengacara pemerintah negara bagian ini menambahkan tidak ada yang


melanggar hukum tentang perintah 5 Februari 2022 yang melarang pakaian yang
mengganggu kesetaraan, integritas, dan ketertiban umum. India mengalami
peningkatan protes tandingan atas larangan jilbab di banyak sekolah dan perguruan
tinggi di negara bagian itu. "Tidak masalah jilbab dalam aturan pemerintah. Perintah
pemerintah sifatnya tidak berbahaya. Itu tidak mempengaruhi hak-hak pemohon,"
katanya seraya menambahkan perguruan tinggi dapat memutuskan apakah mereka
ingin mengizinkan jilbab dalam kelas.
Meski menjadi agama terbesar kedua setelah Hindu, Muslim di India telah
menjadi salah satu kelompok minoritas yang tertindas terbesar di dunia Muslim
membentuk hampir 15 persen dari populasi atau lebih dari 200 juta orang dari 1,39
miliar orang India. Meski menjadi agama terbesar kedua setelah Hindu, Muslim
di India telah menjadi salah satu kelompok minoritas yang tertindas terbesar di dunia.
Perdana Menteri India Narendra Modi yang beragama Hindu telah menargetkan
Muslim dalam peraturan yang dia buat, mulai dari yang berujung pada hukuman
penjara hingga deportasi. Sejak partai politik Modi, Partai Bharatiya Janata,
memenangkan mayoritas besar dalam pemilihan parlemen pada Mei 2019, penargetan
itu semakin memburuk.

Pada Desember 2019 India mengeluarkan undang-undang kewarganegaraan


yang konon dibuat untuk memberikan kewarganegaraan kepada minoritas yang
dianiaya dari negara tetangga. RUU Amandemen Kewarganegaraan (CAB) yang
memperbarui Undang-Undang Kewarganegaraan 1955 menyediakan rute yang
dipercepat bagi warga negara untuk berbagai kelompok agama, termasuk Hindu,
Kristen, dan Buddha. Namun, Muslim tidak termasuk dalam RUU tersebut yang
memicu kemarahan dan protes yang terkadang disertai kekerasan selama berbulan-
bulan.(republika, 2021)

- UMMAT TANPA PELINDUNG

Sesungguhnya negara mempunyai peran utama dalam melindungi kaum


minoritas dan orang yang lemah. Karena negara mampu melakukan perlindungan
hakiki dengan seperangkat aturannya. Kaum muslimin di dalam Islam harus
dimuliakan dan dijaga martabat dan kehormatannya. Islam mengharamkan segala
bentuk kekerasan dan penindasan termasuk pelecehan yang di alami saudari kita di
india bagian Karnataka.

Kapabilitas sistem Islam dalam melindungi perempuan dari pelecehan dan


kekerasan dapat dilihat dari rekam sejarah peradaban Islam. Pada tahun 837 M, Al-
Mu’tashim Billah menyahut seruan seorang budak muslimah dari Bani Hasyim yang
sedang berbelanja di pasar yang meminta pertolongan karena diganggu dan
dilecehkan oleh orang Romawi. Kainnya dikaitkan ke paku sehingga ketika berdiri,
terlihatlah sebagian auratnya.

Wanita itu lalu berteriak memanggil nama Khalifah Al-Mu’tashim Billah, “di mana
kau Mutashim… tolonglah aku!” Setelah mendapat laporan mengenai pelecehan ini,
maka sang Khalifah pun menurunkan puluhan ribu pasukan untuk menyerbu kota
Ammuriah (Turki). Seseorang meriwayatkan bahwa panjangnya barisan tentara ini
tidak putus dari gerbang istana khalifah di kota Baghdad hingga kota Ammuriah
(Turki), karena besarnya pasukan (Tawati 2021).

Pasca Khilafah Turki Utsmani berakhir, yang diruntuhkan oleh konspirasi Barat
, kondisi umat Islam mengalami degradasi hingga hari ini. Umat terpuruk di segala
bidang, termasuk bidang ekonomi, sosial, kesehatan, hukum dan keadilan, termasuk
keamanan. Ironis, kita melihat begitu mandulnya negara dalam menjaga kehormatan,
darah, harta dan, jiwa umat Islam. Inilah gerbang malapetaka bagi umat islam. Berbagai
penjajahan fisik dan pemikiran kini mendera dalam kehidupan umat manusia.
Umat Islam saat ini menjadi ‘santapan’ kaum kafir penjajah. Mereka
mendapatkan tindakan diskriminatif hanya karena sebagai kaum minoritas. Tindakan
refresif yang mendera umat islam, tidak hanya terjadi india saja namun belahan dunia
laiinya, utamanya di negeri-negeri Islam yang terpecah-pecah menjadi negara-negara
kecil. Kita bisa melihat tidak hanya di india, Suriah, Palestina, Rohingya, Uighyur dan
sebagainya, ini menjadi bukti bahwa saat ini umat Islam masih mengalami penderitaan.
Tidak ada pembelaan yang ditunjukan untuk melindungi mereka, baik dari
penguasanya sendiri maupun tentara-tentara Muslim Lainnya. Menyadari kondisi ini,
kita dapat menyimpulkan umat saat ini, bukan lagi umat yang terbaik. Namun menjadi
umat yang terbelakang, tertindas, terjajah, dan terpuruk. Hal ini harus menjadi
perhatian penting bagi seluruh umat Islam.

Pasca Runtuhnya Khilafah, permasalahan terus saja mengampiri umat Islam.


Harus ada langkah aktif yang wajib diambil untuk kembali memperjuangkan predikat
“umat terbaik”. Predikat ini adalah predikat yang tercantum dalam Alquran serta
balasan atas janji Allah SWT dan kabar gembira dari Rasulullah SAW terhadap
umatnya.(Septiani, 2019)

Apa yang di alami oleh saudara saudara kita yang ada di india selama ini tidak
lain adalah tidak adanya penjaga dan pelindung bagi umat islam yang menjamin
kesejahteraan dan perlindungan baginya seharusnya ini menjadi peringatan keras bagi
kita ummat islam sedunia bahwasanya ummat ini butuh perisai yang melindungi
ummatnya termasuk muslimin di india. Kaum Muslim sedunia harus memiliki institusi
sendiri yang bersifat global dan memiliki kekuatan besar untuk melindungi dan
membela kaum Muslim/Muslimah di seluruh dinia yang tertindas. institusi global itu
tidak lain adalah Khilafah Islam. Nabi Muhammad saw, telah mengingatkan kita
betapa urgen keberadaan Khalifah/Imam sebagai perisai bagi umat. Beliau bersabda:
Sungguh Imam (Khalifah) itu (laksana) perisai; orang-orang akan berperang di
belakang dia (mendukung) dan berlindung (dari musuh) dengan (kekuasaan)-nya (HR
al-Bukhari, Muslim, an-Nasa’i, Abu Dawud dan Ahmad).
Imam an-Nawawi dalam Syarh Shahîh Muslim berkomentar, “(Imam/Khalifah
itu perisai), yakni seperti as-sitr (pelindung), karena Imam (Khalifah)
menghalangi/mencegah musuh dari mencelakai kaum Muslim; mencegah manusia satu
sama lain saling mencelakai, memelihara kemurnian ajaran Islam; manusia berlindung
di belakang dia dan tunduk di bawah kekuasaannya.” (An-Nawawi, Syarh an-Nawawi
‘ala Muslim, 4/134, Maktabah Syamilah di kutip dari kaffah edisi 232 hal 3 ).

Maka dari itu seruan bagi ummat islam sedunia Harus terus memperjuangkan
perisai ummat yaitu Khilafah untuk memberantas penindasan di muka bumi, karena
tanpa perisai itu ummat tidak bisa menyelesaikan persoalanya dan tak bisa bangkit.
Tewati, 2021 "Islam Solusi Hakiki Melindungi Perempuan dan Anak dari
Kekerasan Seksual" https://prianganpos.com/opini/794/islam-solusi-hakiki-
melindungi-perempuan-dan-anak-dari-kekerasan-seksual.html Di akses tanggal 17
Februari 2022
Septiani, Risma, 2019 "Umat tanpa Perisai"
https://www.portalsultra.com/umat-islam-tanpa-perisai/ Di akses tanggal 17 Februari
2022
Hafil, Muhammad, 2021 “Muslim india salah satu minoritas yang tertindasdi
dunia” https://www.republika.co.id/berita/qnvnav430/muslim-india-salah-satu-
minoritas-tertindas-di-dunia Di akses tanggal 17 Februari 2022

Nursalikah, Ani, 2022, “Pemerintah Karnataka India: Jilbab Bukan Praktik


Penting dalam Islam” https://www.republika.co.id/berita/r7k4v0366/pemerintah-
karnataka-india-jilbab-bukan-praktik-penting-dalam-islam Di akses tanggal 28
Februari 2022

Bulletin dakwah kaffah, edisi 232 selamatkan Muslimah india.

Mu’it Achmad 2022, “Jadikan Hindutva sebagai Ideologi Predator Negara,


IMuNe: Inilah Wajah Asli Demokrasi” https://mediaumat.id/jadikan-hindutva-
sebagai-ideologi-predator-negara-imune-inilah-wajah-asli-demokrasi/ Di akses
tanggal 28 Februari 2022

Anda mungkin juga menyukai