Anda di halaman 1dari 19

Jurnal Elkatarie

Jurnal Ilmu Pendidikan dan Sosial


Vol. 3, No. 2, ( 2020 ) : Oktober, 420-438

Menelisik Konsep Pendidikan Jerman dan Australia


sebagai Benchmarking Pendidikan di Indonesia

Suyadi1
STAI An-Najah Indonesia Mandiri Sidoarjo
suyadisurabaya@gmail.com

Abstrak
Banyak faktor yang mempengaruhi pendidikan, tentu saja
sangat dimungkinkan jika terjadi perbedaan kualitas baik
antar institusi bahkan anatar negara. Perbedaan inilah yang
memicu peneliti untuk melakukan penelitian sekaligus
mengkomparasi perbedaan-perbedaan yang ada melalui
beberapa faktor yang mempengaruhinya. Metode yang
dilakukan adalah studi kepustakaan dari berbagai sumber,
baik yang bersifat online maupun offline. Tujuan akhir dari
komparasi ini adalah untuk menganalisis peluang sistem
pendidikan yang ada di dua negara tersebut bisa diadopsi
dalam sistem pendidikan di Indonesia. Jerman dan Australia
dikenal sebagai negara yang adaptif dalam perbedaan
pemikiran terutama penerapan kebijakan pendidikannya.
Peneliti sengaja memilih negara Jerman dan Australia sebagai
pembanding karena kedua negara tersebut memiliki sistem
pendidikan yang layak untuk dikembangkan di Indonesia.

Kata Kunci: Kualitas, Penelitian, Adaptif

1
Suyadi STAI An-Najah Indonesia Mandiri Sidoarjo

420
Suyadi
Pendahuluan terjadi berabad-abad lamanya tanpa ada
Kemajuan pola pikir suatu bangsa kemajuan secara signifikan.
dapat diukur melalui seberapa kuat Perubahan secara besar-besaran atas
negara yang bersangkutan memandang penentuan kebijakan pendidikan terjadi
urgensi pendidikan sebagai tolak ukur ketika banyak negara yang
kemajuan sistem pendidikan suatu memerdekakan diri dan berpindah
negara, tentu saja dikaitkan dengan keyakinan dari kristen Katolik menjadi
keunikan dan tata nilai dari masing- kristen Protestan sekaligus sarana untuk
masing negara yang bersangkutan2 mereformasi dominasi gereja yang
Secara umum dapat dikatakan bahwa mencengkeram kehidupan dunia
perbedaan hasil yang diperoleh, pendidikan saat itu. Jerman adalah salah
dipengaruhi oleh perbedaan budaya, satu negara yang mengawali proses
sosial serta ekonomi masyarakat di perubahan kebijakan sistem pendidikan
berbagai belahan dunia, tidak terkecuali Nasionalnya dan hasil yang dicapai
faktor politiknya. Faktor-faktor itulah sangat memuaskan sehingga diikuti oleh
yang menjadi daya pikat para peneliti negara-negara lainnya semisal Australia,
untuk melakukan studi dalam rangka dll3 Kesuksesan Jerman dalam
memenuhi tingginya aspirasi masyarakat mereformasi sistem pendidikan
terhadap program pendidikan. Hasrat nasionalnya telah menginspirasi banyak
untuk melakukan studi komparasi dari negara untuk melakukan perubahan yang
berbagai bidang penelitian ditengarahi sama yaitu meninggalkan otorisasi/
menjadi ciri khas kemajuan pendidikan dominasi gereja dalam mengatur sistem
di masa yang akan datang. dan arah kebijakan pendidikan.
Studi komparasi dimulai dari dunia Pengembangan sistem pendidik-
barat yang tentu saja sangat berbeda annyang digagas oleh para penggiat
dengan kondisi saat ini, pemicunya pendidikan tidak lepas dari peran
adalah adanya “pertarungan” dengan teknologi dan ilmu pengetahuan
pihak gereja yang sangat dominan saat sehingga mereka memiliki kebebasan
itu. Inisiasi dilakukan untuk untuk mengaktualisasi diri dan terbebas
membongkar dominasi dan otorisasi dari sudut pandang sempit dalam
gereja dalam mengatur dan menentukan memahami pendidikan. Hasilnya, bahwa
arah/kebijakan pendidikan yang telah pendidikan tidak bisa hanya dilihat dari

3 Don Adams, Educational Pattern In Contemporary

2 Agustiar Syahnur, Comparison of the 15 Countries Societie, In Thut (Eds) Yogyakarata : Pustaka Pelajar
Education System, (Bandung:, 2001) 2005)

Jurnal Elkatarie
Jurnal Ilmu Pendidikan dan Sosial Vol. 3, No. 2,( 2020 ):

421
Suyadi
satu sudut atau dimensi apalagi hanya Keunggulan sistem pendidikan di
fokus pada satu pemikiran saja Jerman dan Autralia dipilih karena layak
sebagaimana yang pernah dilakukan oleh untuk diadopsi di Indonesia. Sistem
para pendahulu, tetapi telah muncul pendidikan Jerman sukses meraih
kesadaran bahwa pendidikan adalah tujuannya, “hanya” sekitar 25 tahun
salah satu subyek yang harus setelah menelan kekalahan dalam Perang
dikembangkan melalui berbagai dimensi Dunia II.
pemikiran. Lompatan sejarah telah mereka
Saat ini, benchmarking, menjadi salah torehkan terutama di bidang kedokteran,
satu pilihan alternatif pengembangan sastra dan teknologi, bahkan keunggulan
sistem pendidikan untuk menghindari mereka di bidang seni mampu
resiko stagnasi yang disebabkan oleh menghilangkan traumatik masyarakatnya
egosentris pengelola pendidikan. akibat kekejian peperangan di masa lalu.
Kuatnya resistensi yang ada seringkali Politik & Sistem Pendidikan di
menjadi penghambat kemajuan dan Jerman
perkembangan pendidikan suatu negara. Kehancuran akibat kekalahan dalam
Studi komparasi telah membuka mata perang dunia yang dialaminya selama dua
hati seseorang untuk tidak menjadi kali berturut-turut telah menyadarkan
“katak dalam tempurung” yang merasa sebagian besar masyarakatnya untuk
cukup baik tanpa pernah tahu bahwa di mengubah paradigma dalam
sekelilingnya telah terjadi perubahan membangun sistem pendidikannya,
yang sangat signifikan. supaya terhindar dari kesalahan yang
Penulis berupaya untuk melakukan sama dengan cara memisahkannya dari
analisis terhadap konsep pendidikan di kekuatan politik dan tidak
Jerman dan Australia untuk melihat menyerahkannya hanya pada satu
seberapa besar peluang yang bisa kekuatan lembaga atau perorangan.
dimanfaatkan untuk dikembangkan Dominasi kekuatan Hitler yang tidak
dalam sistem pendidikan Indonesia, terbendung telah menjerumuskan
tentu saja disesuaikan dengan beberapa Jerman ke jurang kehancuran terutama
faktor dan kondisi yang ada di sistem pendidikan Nasionalnya.5 Fokus
Indonesia.4 perubahan diarahkan pada penguatan
rasa percaya diri sebagai negara yang

4 John Francis Cramer dan george


Stephenson Browne Contemporary Education, (new 5 Robert F. Lawson, In Comparative
york, Harcourt Brace, 1956) Education Revieww

Jurnal Elkatarie
Jurnal Ilmu Pendidikan dan Sosial Vol. 3, No. 2,( 2020 ):

422
Suyadi
maju dan berdaulat. Kondisi internal Urutan pendidikan di Jerrman dimulai
negara yang menjadikan mereka menjadi dari umur 3 s.d 6 tahun yang disebut
dua negara yang “terpisahkan” menjadi dengan Kindergarten (Taman Kanak-
pemicu terjadinya isu persatuan terutama Kanak), fase ini disebut dengan
dalam budaya dan pendidikan yang lebih Vorschulische Einrichtungen, artinya masa
mandiri dan saling menguatkan. persiapan sebelum sekolah yang
Keberhasilan Jerman dalam sesungguhnya. Kesuksesan Jerman
mengembangan sistem pendidikannya dalam mengelola pendidikan di tingkat
dimulai sejak abad ke 17 dan ditandai awal ini, menjadi rujukan banyak negara,
dengan diserahkannya kewajiban bahkan sebagai bentuk penghormatan,
mengatur pendidikan kepada Negara para pengadopsi tetap menggunakan
sebagai penanggung jawab utama, yang nama asli dari sekolah tersebut.7
pada mulanya menjadi perebutan antara Tahapan berikutnya adalah
negara, gereja bahkan negara bagian, Grundschule, yaitu pendidikan dasar yang
masing-masing menganggap memiliki dimulai umur 7 s.d 10 tahun, di
otorisasi untuk mengembangkan dan Indonesia biasa disebut dengan SD
mengatur secara mandiri.6 (Sekolah Dasar), setelah melalui tahapan
Penunjukan negara menjadi otorisasi ini, para siswa diberi kesempatan untuk
pengembangn pendidikan, melahirkan melanjutkan ke jenjang berikutnya
suatu peraturan yang memberikan melalui 4 pilihan jenis sekolah, yaitu :
kebebasan kepada masyarakatnya untuk Hauptschule. Realschule, Gesamtschule,
8
memilih dan menentukan sekolah yang Gymnasium
diinginkan, jenis pekerjaan yang sesuai Sebelum mengikuti 4 jenis sekolah di
dengan keahliannya dan pendidikan atas, para siswa harus mengikuti masa
kejuruan yang sesuai dengan bakat dan orientasi untuk mengetahui bakat dan
minatnya. Secara umum, kewenangan minat sekaligus sebagai bahan dasar
pendidikan menjadi tanggung jawab pemetaan kemampuan dari masing-
negara bagian dan federasi, porsi negara masing siswa. Hauptschule dan Realschule
bagian terletak pada pengembangan TK diutamakan bagi para siswa yang ingin
pendidikan umum dan sekolah kejuruan langsung bekerja setelah menyelesaikan
Struktur Pendidikan sekolahnya. Tentu saja setelah melalui
7 J.T Fery, System of Education of Federal

Republik of Germany, ( New York: Pergamon Press,


1985)
6 Agustinur Syahnur, Perbandingan Sistem 8 Frackman, Higher Education Policy in

Pendidikann Germany (Paris: Pergamon Press, 1993)

Jurnal Elkatarie
Jurnal Ilmu Pendidikan dan Sosial Vol. 3, No. 2,( 2020 ):

423
Suyadi
pendidikan di Berufsfachscchule / yang akan diteliti setelah melewati
Facchoberschule. tahapan Anerkennung9
Adapun Gymnasium diperuntukkan Di Jerman ada dua model pendidikan,
para siswa yang berkeinginan untuk studi yaitu Fachhochschuule (FH) dan Universiität
lanjut ke jenjang berikutnya (universitas) Perbedaannya adalah, FH lebih
melalui jalur lain, disamping itu ada jalan menekankan pada bidang aplikasi, jadi
lain, yaitu melalui praktek kerja beberapa lebih banyak praktek daripada teori,
tahun tertentu bagi mereka yang tidak mirip seperti poltek yang ada di
terburu-buru memasuki dunia Indonesia, konsekwensinya, belajar di
perkuliahan. jalur FH tidak bisa tembus hingga gelar
Kesetaran gelar yang diperoleh di doktor, karena diorientasikan bagi para
Jerman dan Indonesia hanya pada nama mahasiswa yang ingin segera terjun ke
tetapi beda pada tingkatannya, kualifikasi dunia industri secara langsung. Jalur lain
diploma di Jerman setara dengan Master yang bisa ditempuh adalah
(S2) bahkan bisa langsung mengikuti Musikhochschule (bagi mereka yang
program doktoral (Ph.D), tentu saja berminat menggeluti bidang musik),
gelar tersebut tidak berlaku di sistem Pedagoogische Hochsschule (dunia
pendidikan Indonesia. Ijazah Sarjana di pendidikan & keguruan) dan
Indonesia diakui sederajat Vordiplommdi Kunsthochschulee (bagi mereka yang tertarik
Jerman, namun juga bisa berbeda sesuai di bidang seni).
dari Aneerkennung der Studienleeistungen Konsep Perguruan Tinggi di Jerman
Ada tiga tahapan yang bisa dilalui sangat berbeda dengan di Indonesia
oleh pelajar Indonesia yang bergelar S1 terutama terkait dengan sistem waktu
jika ingin melanjutkan studinya di perkuliahan, baik waktu kuliah yang
jerman, pertama melalui jalur diajarkan per semesternya maupun
Studienleistungen Kedua melalui jalur urutan dan jenis mata kuliahnya, sistem
Studienleiistungen ketiga melalui jalur tersebut, secara tidak langsung
Studienleeistungen. Kemudahan bagi pelajar mengajarkan kemandirian kepada
S1 Indonesia yang ingin segera langsung masing-masing mahasiswa untuk
mendapat promosi (S3) di Jerman bisa mengatur, menentukan dan mengelola
dilakukan jika ada kesesuaian antara sendiri kapan dan jenis mata kuliah yang
bidang studi yang diminati dengan objek akan dipelajari, termasuk menentukan
9 U. Teichler and B. Kehm, System of higher

Education of Federal Republik of Germany (Oxford:


Pergamon Press,

Jurnal Elkatarie
Jurnal Ilmu Pendidikan dan Sosial Vol. 3, No. 2,( 2020 ):

424
Suyadi
sendiri kapan waktu seminar dan ujian lainnya, ada yang bersifat remedial dalam
yang akan dilaksanakannya. waktu yang berdekatan tapi tidak jarang
Plus minus konsep di atas berpulang harus mengulang di tahun berikutnya.
pada masing-masing mahasiswa, ada Dua pilihan pendidikan yang banyak
yang merasa mendapat manfaat atas disukai para mahasiswa adalah
kebebasan waktu yang ditentukan, Fachchochschule dan Universitas tentu saja
namun tidak sedikit mahasiswa disesuaikan dengan kemampuan masing-
Indonesia yang “terjerumus” karena masing mahasiswa, bagi yang ingin
keasyikan melakukan pekerjaan berkarir di bidang industri atau ingin
sampingan lainnya dan terlena atas segera bekerja, maka FH adalah
“kelonggaran” waktu yang telah pilihannya, tapi bagi yang ingin
ditentukan. menekuni dunia riset dan pengembangan
Kemandirian dan kemampuan dalam di bidang akademik, maka universitas
mengelola waktu menjadi total priority adalah pilihan yang tepat.
bagi setiap mahsiswa jika tidak ingin Semestinya konsep di atas bisa
gagal dalam menempuh studinya di diadopsi dan dikembangkan di
Jerman, tidak jarang perkuliahan Indonesia, tentu saja dengan mengubah
dilakukan dalam suatu auditorium besar beberapa regulasi dan kebijakan yang
yang diikuti oleh banyak mahasiswa ( sudah ditetapkan sebelumnya, sebab
sekitar 500 s.d 600 mahasiswa) tentu saja pada dasarnya antara Jerman dan
kondisi ini menuntut lebih banyak Indonesia memiliki peluang dan potensi
konsentrasi, apalagi perkuliahan yang yang sama. Bagi mahasiswa yang
disajikan lebih banyak menggunakan menghendaki freedom dipersilahkan
bahasa Jerman, tetapi di beberapa masuk melalui jalur Univeritas, tapi bagi
kampus ada juga yang menjadikan mahasiswa yang menghendaki “arahan”
bahasa Inggris sebagai pengantar silahkan masuk melalui jalur
perkuliahan. Ada tiga macam Fachhochschuleesupaya bisa segera
perkuliahan, pertama perkuliahan memasuki dunia usaha. Saat ini, ada
Vorlessung, kedua Fokus Grup Discission beberapa Fachhochschule yang juga
(seminar) ketiga latihan & ujian (Ubung) menawarkan “International Master”
Biasanya ujian dipandu oleh sang menggunakan program berbahasa
professor baik ujian tulis maupun lisan, Inggris dalam perkuliahannya.
bentuk assesmennya juga berbeda-beda Education Management Of Germany
antara satu professor dengan professor

Jurnal Elkatarie
Jurnal Ilmu Pendidikan dan Sosial Vol. 3, No. 2,( 2020 ):

425
Suyadi
Kebijakan penting yang dilakukan Jerman bersifat gratis (tidak memungut
oleh pemerintah Jerman adalah biaya pendidikan kepada para
memberikan otorisasi penuh kepada mahasiswanya), kecuali biaya hidup yang
negara bagian untuk mengatur dan harus disiapkan oleh masing-masing
mengelola kebijakan dan sistem mahasiswa, biasanya untuk transportasi,
pendidikan yang ada untuk konsumsi dan akomodasi selama
dikembangkan demi kemajuan menempuh pendidikan di Jerman.
Pendidikan Nasional, kewenangan Biasanya mahasiswa hanya perlu
tersebut di atas diatur melalui membayar uang yang disebut
kesepakatan lembaga legislasi di tingkat “Sozialgebührenn”.11 Yaitu fasilitas
negara bagian. pembayaran dengan harga di bawah
Pada awalnya, masing-masing negara standar ala mahasiswa
bagian memiliki konsep yang berbeda, Education Evaluation
terutama dalam menentukan batas dan Pemerintah Jerman lebih
masa waktu pendidikannya, kondisi menekankan penugasan dalam bentuk
inilah yang mendorong munculnya penelitian untuk mengukur hasil evaluasi
standarisasi yang diberlakukan secara belajar daripada mengadakan Ujian
nasional dan mengalihkan sebagian Nasional dalam bentuk soal pilihan
kebijakan dan kewenangan negara bagian ganda secara sistemik sebagaimana yang
kepada federasi10 Terkait alokasi diberlakukan di Indonesia.
penganggaran dana pendidikan, Kalaupun ada, dikhususkan untuk
pemerintah Jerman telah memutuskan beberapa kasus tertentu, misalnya
untuk membaginya menjadi bagian keperluan menganaalisis “dyslexia”
belanja negara bagian untuk biaya (kesulitan belajar karena kondisi tertentu
personal dan partisipasi dari masyarakat pada otak), itupun bukan dimaksudkan
untuk keperluan infrastruktur. melakukan penilaian hanya untuk
Adapun pemerintah federal keperluan diagnosa dan identifikasi saja.
bertanggung jawab di bidang perluasan Untuk mengetahui kemajuan hasil
dan pengembangan institusi baik sarana, belajar siswa, pemerintah Jerman
proses pendidikan maupun hal-hal lain memberikan kewenangan mutlak kepada
yang terkait riset dan penelitian, itu para tenaga pengajar untuk melakukan
berarti bahwa institusi pendidikan di penilaian pada masing-masing siswa

10 Agustiar Syhanur, Perbandingan Sistem 11 W.B. Elley, how in the World do Student Read,

Pendidikan IEA Study of Reading Literacy

Jurnal Elkatarie
Jurnal Ilmu Pendidikan dan Sosial Vol. 3, No. 2,( 2020 ):

426
Suyadi
12
selama proses pembelajaran berlangsung masyarakatnya , pertama ontology yang
dan hasilnya dilaporkan dalam bentuk berkaitan dengan hakekat dan realitas,
laporan tertulis terutama untuk sekolah kedua epistemology yang berkaitan dengan
tingkat dasar. Bobot penilaian tertinggi hakikat ilmu pengetahuan, ketiga axiology
diberikan kepada para siswa yang yang berkaitan dengan tata nilai
memiliki partisipasi aktif selama proses kehidupan.
pembelajaran berlangsung, ditambah lagi Konsep pendidikan yang diusung
dengan penugasan di luar kelas. Jerman pada awal mula kekuasaan Hitler
Objektivitas penilaian guru terhadap adalah Fascist Rationalization guna
hasil belajar masing-masing siswa mencetak manusia unggul di segala
menjadi suatu keniscayaan, dikarenakan bidang (mampu menguasai berbagai
adanya variasi prosedur penilaian serta bidang pengetahuan), baik keilmuan,
jenis tugas yang diberikan, bahkan di olahraga maupun seni. Bersatunya
beberapa negara bagian, diperlukan kode Jerman Barat dan Jerman Timur serta
tertentu untuk memastikan bahwa hasil kekalahan telak Jerman dalam perang
belajar yang dilaporkan sesuai dengan dunia II telah menyadarkan mereka
kemampuan siswa yang sesungguhnya. untuk mengubah filosofi pendidikannya
Sertifikat tamat belajar dikeluarkan dengan tidak lagi menjadikan persatuan
dan disahkan oleh pejabat di tingkat Einheiit dan pembagian kekuasaan tidak
negara bagian setelah menyelesaikan hanya bertumpu pada satu orang die
pendidikan di Hauptschule dan Macht verteiilen, sebagai modal
Realschuleeguna memantau standar kebangkitan atas kehancuran negara dan
minimal hasil proses belajar, mental masyarakatnya.
prosedurnya bisa berbeda antar negara Ideologi Nazi yang telah mereka
bagian, adapun tugas untuk memenuhi yakini waktu itu, ternyata tidak mampu
hasil ujian akhir di Gymnasiium menjadi memberdayakan Jerman, oleh karena itu
kewenangan pejabat setempat. mereka segera beralih kepada filsafat
Philosophical Basis and Education Eksistensialisme yang menitikberatkan
System Policy pada kemampuan diri sendiri, filsafaat
Ada tiga bidang filsafat yang progresivisme dan filsafat critical pedagogy
mempengaruhi penyusunan kurikulum untuk menilai suatu kebenaran, ketiga
pendidikan suatu negara, kesemuanya
merupakan gambaran filosofi
12 Chaedar Alwasilah, Filsafat bahasa dan

Pendidikan, (Bandung : Rosda Karya, 2008)

Jurnal Elkatarie
Jurnal Ilmu Pendidikan dan Sosial Vol. 3, No. 2,( 2020 ):

427
Suyadi
filsafat di atas sangat mempengaruhi antara pemerintahan negara bagian
perjalanan konsep Pendidikan Jerman. maupun federasi (sharing oriented). Ketiga,
Munculnya beragam konsep filosofi melibatkan peran aktif masyarakat, ke
pendidikan yang ada di Jerman empat, penyatuan Jerman Barat dan
disebabkan karena negera tersebut Jerman Timur telah membuka mata hati
menganut sistem federasi yang mereka bahwa ada ketimpangan yang
memberikan kekuasaan kepada masing- cukup besar di berbagai bidang terutama
masing negara bagian untuk menentukan di wilayah Jerman Timur, untuk itu
sendiri sistem dan filosofi pemerintah melakukan gerak cepat
pendidikannya, sehingga lama masa untuk menyeimbangkannya dengan cara
pendidikan di masing-masing negera juga memberikan alokasi anggaran secara
sangat dimungkinkan berbeda. Pada proporsional. Pemerataan kualitas
akhirnya perubahan landasan filsafat pendidikan di setiap wilayah merupakan
pendidikan inilah yang menjadi acuan kebijakan yang dinilai akurat untuk
baik oleh pemerintahan negara bagian menghilangkan retensi dan potensi
maupun pemerintahan federasi terutama masalah di masa yang akan datang. Ke
di bidang pendidikan. lima, menentukan kualifikasi keahlian
Berikut ini adalah beberapa kebijakan tenaga pengajar (Guru), bahwa menjadi
khas sistem pendidikan Jerman, Pertama, guru di Jerman bukan sekedar pekerjaan
pendidikan merupakan modal utama sampingan, sebab relevansi keahlian
suatu negara untuk membangun suatu dalam mengajar bidang studi menjadi
peradaban dari keterpurukan ekonomi perhatian serius pemerintah, karena itu
maupun ideologi untuk itu pemerintah proses seleksi menjadi guru di Jerman
Jerman memastikan bahwa setiap warga sama sulitnya seperti menjadi dokter,
negara berhak dan memiliki akses yang konsekwensinya, pemerintah menjamin
sama atas pendidikan yang layak untuk kesejahteraan guru terutama di bidang
mendukung kebijakan tersebut, finansialnya, oleh karena itu tidak
pemerintah Jerman membebaskan biaya terbayangkan ada guru yang “nyambi”
pendidikannya mulai Kindergarten sampai melakukan pekerjaan lain, sebagaimana
Perguruan Tinggi. Kedua, kewenangan yang terjadi pada sebagian guru di
mutlak dalam mengelola sistem Indonesia.a.13
pendidikan tidak hanya bertumpu pada Kajian Filosofi Jerman vs Indonesia
salah satu pemerintahan saja (monopoli), 13 Cecep Wahyu Hoerudin, Makalah Studi

akan tetapi berbagi peran dan tugas Penelitian manca Negara Jerman dan Indonesia, Universitas
Pendidikan Bandung, 2009

Jurnal Elkatarie
Jurnal Ilmu Pendidikan dan Sosial Vol. 3, No. 2,( 2020 ):

428
Suyadi
Secara filosofi, konsep sistem Sudah seharusnya Indonesia belajar
pendidikan yang dibangun antara Jerman banyak dari Jerman, mulai dari konsep
dan Indonesia memiliki kemiripan, pemerataan pendidikan, pengeloaan
terutama di bidang sejarah, keduanya anggaran, penanganan kualitas guru dan
memiliki masa lalu yang hampir sama, yang paling penting adalah
Jerman berusaha bangkit setelah menumbuhkan kesadaran kepada para
mengalami kekalahan dalam PD-II pemangku kebijakan bahwa betapa
sedangkan Indonesia berusaha bangkit pentingnya merencanakan dan mengatur
setelah mengalami masa penjajahan yang pendidikan ke arah yang lebih baik.
cukup lama, sehingga keduanya memiliki Kabar baiknya, telah muncul
keinginan yang sama untuk “keluar” dari kesadaran untuk mengejar ketertinggalan
keterpurukan dan menjadi negara yang menuju Indonesia yang lebih baik, hal ini
berdaulat14 ditandai dengan penambahan anggaran
Disamping persamaan, tentu saja ada dana pendidikan, pembangunan sarana
perbedaannya terutama konsep dan prasarana pendidikan hingga
sentralisasi dan desentralisasi pendidikan, pelosok negeri, pembebasan biaya
di jerman sudah tuntas baik di tingkat pendidikan hingga jenjang sekolah
negara bagian maupun federasi, lanjutan, sertifikasi guru dan dosen yang
sementara di Indonesia, masih menjadi kesemuanya itu menjadi “starting point”
bahan diskusi dan perdebatan karena menuju Indonesia lebih maju.
masih belum menemukan kata sepakat Sistem & Tujuan Pendidikan di
baik masyarakat maupun pemerintah Autralia
Sistem Perguruan Tinggi di Jerman Standarisasi pendidikan di Australia
menerapkan “kebebasan” dalam telah mendapat pengakuan secara
mengatur masa studi dan jenis mata internastional, terlebih sumbangsihnya
kuliah yang diminati, untuk mendorong dalam membebaskan masyarakatnya
kemandirian dalam belajar, sementara di untuk melek huruf hingga 99%. Konsep
Indonesia, hal tersebut belum bisa pendidikannya dibangun untuk
diwujudkan, sebab masa studi dan jenis mengembangkan ketrampilan dan rasa
mata kuliah yang diajarkan sudah percaya diri para siswanya, karenanya
ditentukan. tidak heran jika para lulusannya unggul

14 Chaedar Al wasilah, Filsafat Bahasa, bandung

Rosda Karya, 2008

Jurnal Elkatarie
Jurnal Ilmu Pendidikan dan Sosial Vol. 3, No. 2,( 2020 ):

429
Suyadi
di berbagai bidang terutama bidang sedangkan sektor pendidikan teknik dan
penelitian, inovasi dan teknik.15 pendidikan lanjutan lainnya lebih
Pengakuan tingkat internasional juga menekankan perhatian pada pendidikan
diberikan kepada Australia atas kejuruan.
keberhasilannya dalam menyelenggara- Secara teknis pemerintah federal tidak
kan pendidikan dan pelatihan bahasa terlibat langsung dalam pengelolaan
Inggris bagi pelajar manca negara baik pendidikan kecuali sebatas tujuan umum
yang diselenggarakan di Australia yang disahkan dalam peraturan dan
maupun di luar negeri, tidak kurang dari perundang-undangan, namun demikian
400 ribu pelajar dari 200 negara telah bertanggung jawab penuh atas
menikmati manfaat dari program ketersediaan dana pendidikan dan
tersebut.16 kelangsungan proses pendidikannya.
Tujuan umum pendidikan di Australia Structure and Type of Education in
disusun berdasarkan “kompromi” dari Australia
berbagai komponen, mulai negara Australia telah menentukan 5 jenjang
bagian, lembaga-lembaga pendidikan pendidikan yang dimulai dari Primary
yang ditunjuk pemerintah, hingga pihak School, setingkat TK s.d SD kelas 6,
akademisi dll yang diorientasikan pada Secondary or High School, setingkat kelas
pengembangan pelayanan baik 7/8 s.d 10, Senior High School, setingkat
kebutuhan individu maupun masyarakat. kelas 11 s.d 12, selanjutnya University,
Di level sekolah, penekanannya pada yaitu perguruan tinggi, pilihan berikutnya
pengembangan potensi siswa, sedangkan adalah Vocational Education and Training,
level pendidikan tinggi, diarahkan untuk untuk memudahkan, bisa dilihat bagan
pemenuhan di bidang ekonomi dan dibawah ini
kebutuhan masyarakat pada umumnya.17 Struktur & Jenis Pendidikan
di Australia
Masing-masing perguruan tinggi di
Vocational
Australia berbagi peran dalam
Primary Secondary or senior high
Education University
School High School school
and Training

mengembangkan program yang ada, TK s.d kls 6


Kls 7/8 s.d
kls 11 s.d 12
Perguruan
kls 10 Tinggi

pihak universitas lebih mengutamakan


pengembangan ilmu pengetahuan, Gambar 1
Struktur & jenis Pendidikan di
15 L Ingvarson and Chadbourne, Valuing Teacher
Australia.18
Work nen Driection in Teacher Appraisal (Melbourne, CER)
16 D. Cruz J. and P. Langford, Issues in

Australian Education (Melbourne longman Chesire)


17

http://www.scribd.com/doc/8583903/Sistem- 18Education Attace; Embassy of Republic

Pendidikan-Australia, hlm. 4 of Indonesia-Canberra, Sistem Pendidikan Australia,

Jurnal Elkatarie
Jurnal Ilmu Pendidikan dan Sosial Vol. 3, No. 2,( 2020 ):

430
Suyadi
Pendidikan di Australia dimulai sejak atau institusi keagamaan lain termasuk
anak berusia 4.5 th s.d 5,5 tahuan hingga Islam.
usia 15 atau 16 tahun, disesuaikan Secara umum sekolah-sekolah swasta
dengan kebijakan di masing-masing di Australia memiliki kebebasan dalam
negara bagian, orang tua diwajibkan ikut menentukan kurikulum yang digunakan,
serta dalam pengawasan pendidikan walaupun sebagian besar juga mengacu
putra-putrinya jika tidak ingin dikenakan pada ketentuan yang telah diputuskan
sanksi atau denda. Pada tingkat senior oleh pemerintah sebagaimana yang telah
secondary school masing-masing siswa diterapkan oleh sekolah-sekolah negeri.
diperkenankan untuk memilih hampir
Sekolah di Australia
semua mata pelajaran yang
diinginkannya, sedangkan level
public schools private schools
berikutnya high school masing-masing
siswa diberikan kebebasan untuk sekolah yang
dikelola dependent schools independent schools
pemerintah
memilih semua mata pelajaran yang
diminati termasuk bidang kejuruan berafiliasi
pada agama
Tidak
berafiliasi
tertentu pada agama
“hospitality, tourism, woodworking, metal
working”. Setifikat kelulusan di akhir kelas Gambar 2
Model Sekolah di Australia
12 (Year 12 certificate) diberikan kepada
siswa yang dilengkapi dengan transkrip
Manajemen Pendidikan
dari masing-masing nilai pelajaran yang
Konstitusi Australia memberikan
didapat melalui nilai tugas dan nilai hasil
amanah kepada negara bagian untuk
ujian dari masing-masing negara bagian
bertanggung jawab atas pengelolaan
dan diberikan di akhir tahun di kelas 12.
pendidikanm mulai dari pra sekolah
Selanjutnya nilai tersebut biasanya
hingga pendidikan menengah yang
digunakan untuk masuk ke Perguruan
dikomandani oleh seorang menteri
Tinggi tanpa tes lagi. Ada dua macam
pendidikan. Langkah kongkrit
sekolah di Australia, pertama public schools
berikutnya, departemen pendidikan
yaitu sekolah yang dikelola oleh
melakukan open recrutmen guru dan
pemerintah baik kurikulum maupun
karyawan, menyediakan anggaran yang
operasional pembiayaannya dan private
dibutuhkan serta menyiapkan sarana &
schools sekolah-yang dikelola pihak
prasarana khususnya bagi sekolah-
swasta, umumnya dilakukan pihak gereja
sekolah pemerintah

Jurnal Elkatarie
Jurnal Ilmu Pendidikan dan Sosial Vol. 3, No. 2,( 2020 ):

431
Suyadi
Pada sektor pendidikan dasar dan Secara politik, pejabat kementerian di
TAFE Technical and Further Education tingkat Commonwealth bertanggung
terutama menyediakan berbagai macam jawab kepada Parlemen Commonwealth
program studi pendidikan tinggi setelah mendapat masukan dari para
kejuruan, sebagian besar program menteri pendidikan di tingkat negara
kualifikasi di bawah National Training bagian berdasarkan kewenangan the
System, Australian Qualifications Australiien Education Council (AEC).
Framework dan juga Australian Quality Sebagai lembaga yang bertanggung jawab
Training Framework terdapat perbedaan atau beberapa kebijakan pendidikan di
tugas antara negara bagian yang satu Australia.
dengan negara bagian lainnya, di Tidak kalah dengan sekolah yang
sebagian negara bagian, tugas di atas berlabel pemerintah, sekolah swasta di
menjadi tanggung jawab utama, Australia juga yang sangat berperan aktif
sementara di sebagaian negara bagaian dalam memajukan pendidikan warganya,
lainnya hanya sebatas koordinator tidak kurang 34% dari jumlah penduduk
penyelenggara. Konsep dasarnya adalah Australia bersekolah di sekolah swasta
pengadministrasian yang terpisah dari dan angka tersebut terus meningkat
pendidikan dasar, oleh karena itu, di semenjak tahun 2000 an, perkembangan
sebagian negara bagian dibentuk tersebut tidak terlepas dari dominasi
koordinator yang bertugas memberikan dewan gereja terutama katolik Roma
masukan kepada menteri Pendidikan yang menampung hampir 80% siswa,
terutama yang berkaitan dengan regulasi secara administrasi pemerintah tidak ikut
dan skala prioritas di bidang pendidikan. campur dalam pengelolaan sekolah-
Beberapa tahun berikutnya, Common sekolah swasta di Australia.
wealth juga melakukan distribusi Pendanaan di perguruan tinggi
pendanaan pendidikan khusus melalui ataupun CAE (salah satu lembaga
Komisi Sekolah Commonwealth otonom yang didirikan berdasarkan
(Commonwealth Schools Commission, undang-undang) ditanggung langsung
disingkat CSC) dan melalui Komisi oleh Commonwealth dan dikelola
Pendidikan Tinggi Commonwealth melalui CTEC (Commonwealth Tertiary
(Commonwealth Tertiary Education Education Council) melalui badan
Commission), disingkat CTEC.19 koordinasi yang dibentuk di masing-
masing negara bagain melalui
19Agustiar Syahnur, Perbandingan Sistem
Pendidikan...hlm. 61

Jurnal Elkatarie
Jurnal Ilmu Pendidikan dan Sosial Vol. 3, No. 2,( 2020 ):

432
Suyadi
perencanaan dan pengkajian yang Pemerintah Commonwealth juga
dikonsultasikan dengan CTEC. membentuk tim Pusat Pengembang
Kurikulum dan Metodologi Kurikulum (Curriculum Development Centre,
Pengajaran / CDC) yang betugas melakukan
Sejak tahun 2000 an, pemerintah koordinasi dan deseminasi sekaligus
Australia telah mendelegasikan menyiapkan kurikulum dan buku ajar,
kewenangan penyusunan kurikulum dibantu oleh seksi kurikulum,
kepada masing-masing sekolah, dengan departemen pendidikan, Dewan
hasil yang berbeda antara sekolah yang Penelitian Pendidikan Australia(ACER,),
satu dengan lainnya, karena itu ada itu berarti bahwa pengembangan
beberapa negara bagian yang melakukan kurikulum di Australia melibatkan semua
sentralisasi namun masih tetap pihak yang berkepentingan berdasarkan
memberikan kewenangan pada masing- “Curriculum Framework”..20 dan links across
masing sekolah disesuaikan dengan the curriculum 21
kebutuhan dan tuntunan lokal, dan pada Tabel 1.Kerangka Kerja Kurikulum
Australia
sebagian negara bagian lainnya para
Kerangka Kerja Kurikulum Australia
penanggung jawab pendidikan hanya
Latar 1. Keragaman Budaya
menyusun kerangka besar dan 2. Perubahan Struktur
Belakang
diserahkan kepada masing-masing Keluarga
3. Laju Perubahan
sekolah untuk dijabarkan sesuai Teknologi Yang Cepat
kebutuhan terutama pada tingkatan the 4. Masalah Lingkungan
Global,
Australiann Capitall Territoryy(ACT) dan 5. Perubahan Sifat
the Northernn Territory, khusus untuk Kondisi Sosial,
6. Perubahan Di
sekolah menengah, terutama kelas akhir, Tempat Kerja,
kurikulum diatur dan ditentukan secara 7. Saling
Ketergantungan
sentralistik untuk kepentingan ujian Dalam Ekonomi
eksternal Global,
7. Standar Hidup Yang
Komisi kurikulum dalam departemen Tidak Pasti
pendidikan bertanggung jawab untuk Karakteristik 1. Mengejar
Pengetahuan Dan
menyusun kurikulum di masing-masing Komitmen Untuk
bidang yang nantinya akan dipakai oleh Mencapai Potensi,
2. Penerimaan Diri
sekolah pemerintah maupun sekolah-
20 Autralian Bureu of Statistic, Shools, Australia
sekolah swasta berdasarkan teritori
1993, (Camberra: ABS, 1993), hal. 8
21 D’ Cruz J and P. Langford (Eds.), Issues in
masing-masing.
Australian..., hlm. 88

Jurnal Elkatarie
Jurnal Ilmu Pendidikan dan Sosial Vol. 3, No. 2,( 2020 ):

433
Suyadi
Dan Rasa Hormat understand, memahami,
Terhadap Diri interpret, justify and menafsirkan,
Sendiri, make patterns; membenarkan dan
3. Rasa Hormat Dan membuat pola
Kepedulian Students visualize Siswa
Terhadap Orang consequences, think memvisualisasikan
Lain Dan Hak- laterally, recognize konsekuensi, berpikir
Hak Mereka, opportunities and lateral, mengenali
4. Tanggung Jawab potential and are peluang dan potensi
Sosial Dan ready to test choices; dan siap untuk
Kewarganegaraan, menguji pilihan
5. Tanggung Jawab
Lingkungan Students understand Siswa memahami dan
and appreciate the menghargai dunia
physical, biological, fisik, biologis, dan
Tabel 2.Links Across The Curriculum and technological teknologi serta
Students use Siswa menggunakan world and have the memiliki pengetahuan
language to bahasa untuk knowledge and dan keterampilan
understand, develop memahami, skills and values to serta nilai-nilai untuk
and communicate mengembangkan, dan make related membuat keputusan
ideas and mengomunikasikan decisions; terkait
information and to ide dan informasi dan
interact with others; untuk berinteraksi Students understand Siswa memahami
dengan orang lain their cultural, konteks budaya,
geographical and geografis dan sejarah
Students choose, Siswa memilih, historical context mereka dan memiliki
integrate and apply mengintegrasikan dan and have the pengetahuan,
numerical and menerapkan konsep knowledge, skills keterampilan, dan
spatial concepts and dan teknik numerik and values needed nilai-nilai yang
techniques; dan spasial for active diperlukan untuk
participation in life partisipasi aktif dalam
Students recognize Siswa mengenali in Australia; kehidupan di
when and what kapan dan informasi Australia
information is apa yang dibutuhkan, Students interact Siswa berinteraksi
needed, find and menemukan dan with other people dengan orang dan
obtain it from memperolehnya dari and cultures other budaya lain selain diri
various sources and berbagai sumber dan than themselves and mereka sendiri dan
evaluate, use, and mengevaluasi, are equipped to diperlengkapi untuk
share it with others; menggunakan, dan contribute to the berkontribusi pada
membagikannya global community; komunitas global
kepada orang lain; Students participate Siswa berpartisipasi
in their own creative dalam kegiatan kreatif
Students choose, use, Siswa memilih, activities and mereka sendiri dan
and adapt menggunakan, dan understand and memahami serta
technology; mengadaptasi engage with other terlibat dengan seni,
teknologi people's art, culture budaya, dan
and intellectuals; intelektual orang lain
Students describe Siswa menjelaskan Students value and Siswa menghargai dan
and reason about dan alasan tentang apply practices that menerapkan praktik
patterns, structures pola, struktur dan encourage personal yang mendorong
and relationships to hubungan untuk growth and well- pertumbuhan dan

Jurnal Elkatarie
Jurnal Ilmu Pendidikan dan Sosial Vol. 3, No. 2,( 2020 ):

434
Suyadi
being; kesejahteraan pribadi terakreditasi (ACT dan negara bagian
Students are self- Siswa memotivasi diri Queensland), berhak mengadakan ujian
motivated and dan percaya diri
confident in their dalam pendekatan internal sebagai pengganti external
approach to learning mereka untuk belajar evaluation dan berhak memberikan
and able to work dan mampu bekerja
individually and secara individu dan sertifikat kapada siswa kelas akhir tentu
collaboratively; kolaboratif saja disertai dengan kriteria tertentu
Students recognize Siswa mengakui
that everyone has the bahwa setiap orang sebagai syarat masuk ke perguruan
right to feel valued memiliki hak untuk tinggi. Adapun untuk bisa masuk ke
and safe, and, in merasa dihargai dan
this case, aman, dan, dalam hal TAFE (Technical and Further Education)
understand their ini, memahami hak dimungkinkan setelah menamat kan
rights and dan kewajiban
obligations to be mereka untuk pendidikan selama 10 tahun dengan
responsible for bertanggung jawab syarat hasilnya harus memuaskan atau
behaving atas perilaku
bisa jadi lulus secara otomatis
Konsep Evaluasi berdasarkan usia.
Australia menerapkan konsep extensive Perbedaan Sistem Pendidikan
external evaluation selama bertahun-tahun Australia & Indonesia
dalam menentukan kualifikasi dan Indonesia dan Australia adalah dua
pemberian sertifikat kepada para siswa, negara yang sama-2 menerapkan wajar
belakangan kebijakan tersebut diubah (wajib belajar), bedanya hanya pada
dan diganti dengan kenaikan kelas atas waktu yang dibutuhkan, Australia
dasar umur pada level primary and membutuhkan waktu sekitar 10 tahun,
secondary school. Secara umum sekolah sedangkan di Indonesia hanya 9 tahun,
bertanggung jawab mengadakan ujian di ke depan akan ditingkatkan menjadi 12
masing-masing level kecuali tahun.
Hampir pada semua level, sekolah Lama masa studi di Australia untuk
punya tanggung jawab melakukan ujian level pendidikan dasar dan menengah
di setiap level /tahun, sekaligus berbeda di masing-masing negara bagian,
pemberian sertifikat yang diterimakan berdasarkan otorisasi yang diberikan
pada akhir tahun pendidikan ke-10 oleh pemerintah pusat, sedangkan di
berdasarkan penilaian internal kecuali Indonesia, lama studinya sama, mulai di
pada final level of secondary school karena tingkat kota/kabupaten hingga propinsi.
mengunakan extensive external evaluation, Indikator kesamaan model
maka sertifikat akan diberikan pada pendidikan di Australia dan Indonesia
tahun ke 12. Bagi sekolah yang sudah bisa dilihat dari banyaknya mahasiswa

Jurnal Elkatarie
Jurnal Ilmu Pendidikan dan Sosial Vol. 3, No. 2,( 2020 ):

435
Suyadi
Indonesia yang belajar di beberapa diserahkan pada masing-masing menteri
universitas di Australia, bahkan ada negara bagian.
beberapa paket bantuan yang diberikan Otorisasi di bidang pendanaan juga
oleh pemerintah Australia demi berakibat pada kebijakan penyusunan
kemajuan pendidikan di Indonesia dan kurikulumnya, di Indonesia disusun dan
secara geografis sebenarnya Indonesia dirancang dari pemerintah pusat,
dan Australia bertetangga. pemerintah daerah hanya mengikuti arah
Pengaruh Konsep Pendidikan kebijakan yang sudah ditentukan,
Jerman dan Australia sedangkan Jerman dan Australia,
Konsep penjenjangan yang dilakukan memberi kesempatan kepada pihak
baik Jerman, Australia maupun sekolah dan negara bagian untuk ikut
Indonesia memiliki banyak kesamaan, serta tentu saja berkompromi dengan
bedanya, mereka melakukannya secara pemerintahan pusat.
desentralisasi dengan memberikan Adapun tentang evaluasi
kewenangan kepada masing-masing pembelajaran, di Indonesia lebih
negara bagian, sedangkan di Indonesia terencana dan terukur jika dibandingkan
dilakukan secara sentralistik (terpusat), dengan Jerman dan Australia yang hanya
walaupun tetap mempertimbang-kan mengandalkan penilaian eksternal.
peranan daerah, hanya saja kebijakan Berdasarkan perbandingan sistem
pemerintah tetap lebih dominan melalui pendidikan dari kedua negara tersebut di
menteri pendidikan dan kebudayaan, hal atas, Jerman dan Australia memiliki
ini mirip seperti yang dilakukan di banyak kemiripan dengan Indonesia,
Jerman dengan memberikan kewenangan bahkan Indonesia mempunyai Undang-
kepada menteri Pendidikan dan undang Dasar 1945 pasal 34 ayat 2 dan 4
berkoordinsi dengan menteri di negara dan UU No. 20 tahun 2003 yang
bagian. mengatur tentang pendidikan gratis
Perbedaan lainnya terkait pendanaan sebagaimana yang juga dilakukan oleh
pendidikan, di Indonesia dilakukan oleh Jerman dan Australia, hanya saja beda
pemerintah pusat dan didukung oleh dalam pelaksanaan dan realisasinya.
pemerintah daerah, sedangkan di Jerman Pelajaran penting dari sistem
ditanggung oleh pemerintah dan pendidikan di Jerman dan Australaia
partisipasi masyarakat, adapun di adalah, keterlaksanaan kebijakan
Australia, kewenangan pendanaan pemerintah di bidang pemerataan
pendidikan, kualitas pendidikan yang

Jurnal Elkatarie
Jurnal Ilmu Pendidikan dan Sosial Vol. 3, No. 2,( 2020 ):

436
Suyadi
merata, alokasi anggaran yang terjangkau pola pendidikan yang dikembangkan
sesuai dengan kebutuhan masing-masing Jerman dan Australia dan
wilayah dan yang paling penting adalah keberhasilannya yang telah diakui dunia,
kemudian akses pendidikan bagi semua selayaknya menjadi pemicu bagi
masyarakat, bandingkan dengan Indonesia melakukan benchmark untuk
Indonesia yang masih belum sepenuhnya dikembangkan di Indonesia, tentu saja
mampu memberikan kemudahan dan disesuaikan dengan beberapa kondisi
pemerataan akses pendidikan, terutama dan situasi yang ada.
di daerah pedalaman terpencil, termasuk Masing-masing warga negara memilik
pengaturan alokasi anggaran pendidikan hak yang sama untuk menikmati
yang terkadang tidak tepat sasaran. pendidikan sebagaimana yang telah
Tingginya animo masyarakat diamanahkan oleh undang-undang
Indonesia untuk melanjutkan studi ke merupakan “pintu masuk”
Jerman atau Australia dikarenakan pengembangan peningkatan kualitas
beberapa, diantaranya adalah : 1. pendidikan di Indonesia sebagaimana
Memiliki kompetensi di bidang teknologi yang telah dilakukan oleh dua negara
dan ekonomi; 2. Memiliki kualitas sebelumnya , Jerman dan Australia.
research , dan 3. Gratis dikarenakan Langkah kongkrit yang bisa dilakukan
sistem social democrat yang menjamin pemerintah adalah penetapan alokasi
semua warganya memperoleh jaminan anggaran pendidikan sesuai dengan
pendidikan dan penghidupan yang layak. peruntukannya, salah satu penyebab
Starting point yang bisa dilakukan keberhasilan sistem pendidikan Jeman
adalah melakukan comparasi atas dan Australia adalah kemampuan kedua
kelebihan dan kekurangan sistem negara tersebut dalam mengalokasikan
pendidikan di negara lain, sambil anggaran pendidikannya sesuai dengan
melakukan pembenahan step by step atas sasaran yang dimaksud.
beberapa kekurangan yang kita miliki.
Simpulan
Salah satu langkah positif yang bisa
dilakukan Indonesia adalah melakukan
studi komparasi terhadap negara-negara
maju terutama terkait sistem dan pola
pendidikan warganya mulai tingkat dasar
hingga perguruan tingginya. Sistem dan

Jurnal Elkatarie
Jurnal Ilmu Pendidikan dan Sosial Vol. 3, No. 2,( 2020 ):

437
Daftar Pustaka
Agustiar Syahnur, Perbandingan Sistem Pendidikan 15 Negara, Bandung: Lubuk Agung,
2001
Artikel "Tujuan pemerataan pendidikan Indonesia 'moderat', laporan UNESCO
menunjukkan". The Jakarta Post edisi Sabtu 12 Juni 2008
A. Margrith Lin-Huber, Kulturspezifischer Spracherwerb, Bern: Verlag Hans Huber, 1998
Biro Statistik Autralian, Schools; Australia 1993, Camberra: ABS,
Chaedar Alwasilah, Filsafat Bahasa dan Pendidikan, Bandung: Rosda Karya, 2008
Cecep Wahyu Hoerudin, dkk, Makalah Studi Pendidikan Negara Jerman dan Indonesia,
Universitas Pendidikan Bandung, 2009
Don Adams, Pola Pendidikan Dalam Masyarakat Kontemporer, di. Thut (Eds.), Polapola
Pendidikan dalam Masyarakat Kontemporer, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005
D ’Cruz J dan P. Langford (Eds.), Masalah dalam Pendidikan Australia, (Melbourne:
Longman Cheshire,
Frackman, dkk, Kebijakan Pendidikan Tinggi di Jerman: Dalam Goedegebuure, Leo et al
(Eds), Kebijakan Pendidikan Tinggi: Perspektif Komparatif Internasional, Paris:
Pergamon Press,
H. Mohle, Republik Demokratik Jerman: Sistem Pendidikan, B. R. Clarke dan Neave,
(Eds), The Encyclopedia of Higher Education, Vol. 1, Oxford: Pergamon Press,
John Francis Cramer dan George Stephenson Browne, Pendidikan Kontemporer, New
York: Harcourt Brace, 1956
J. T. Fey, Sistem Pendidikan Republik Federal Jerman. F. Husen dan Postlethwaite (Eds),
Ensiklopedia Pendidikan Internasional. New York:Pergamon Press,
L. Ingvarson dan Chadbourne, (Eds.), Menilai Pekerjaan Guru: Arahan Baru dalam
Apparaisal Guru, Melbourne: ACER,
Robert F. Lawson, Pendidikan Rekonstruksi: Sekolah dan Universitas Jerman Timur setelah
Unifikasi oleh Rosalin M. O Princhard, (Resensi Buku), Dalam Tinjauan Pendidikan
Komparatif, Vol. 44 No. 1, Februari, 2000
U. Teichler dan B. Kehm, Sistem Pendidikan Tinggi Republik Federal Jerman Clarke, B. R.,
dan Neave, G. (Eds), The Encyclopedia of Higher Education, Vol. 1 (Oxford:
Pergamon Press
W.B Elley, Studi IEA Membaca Literasi, Den Haag: Asosiasi Internasional untuk Evaluasi
Pencapaian Pendidikan

438

Anda mungkin juga menyukai