Oleh : Harlina
Pelajar : SMAN 2 SIGI
Di tahun 2023 Presiden Joko Widodo mengajak seluruh masyarakat Indonesia untuk menyongsong
harapan menuju negara maju. Panggalan kalimat ini ditulis Jokowi di akun Twitter resminya
@jokowi. Selama tahun 2022 bangsa ini dihujani dengan berbagai bencana. Apa yang patut kita
kenang dari tahun sebelumnya? Kekuatan ekonomi nasional membuat masyarakat Indonesia
mampu melewati pandemi covid-19 dengan baik, Kita dapat mengambil pelajaran, sekaligus
menguatkan dalam melewati masa pandemi, ancaman resesi, perekonomian tumbuh positif,
presidensial G20 berjalan baik, situasi politik, keamanan kondusif, dan pembangunan berjalan sesuai
rencana.
Presiden Jokowi menyadari bahwa di tahun 2022 banyak daerah yang mendapat ujian dari Tuhan
Yang Maha Esa, seperti banjir yang terjadi di Cianjur, hingga gempa bumi yang terjadi di Banten.
Pada tahun 2022 telah terjadi segudang pengalaman yang begitu memprihatinkan, namun Presiden
Jokowi tetap optimistis untuk menghadapi tahun 2023. Untuk melangkah menjadi Indonesia maju
kita harus meninggalkan tahun yang telah berlalu dan menatap tahun yang akan datang. Presiden
Jokowi, mengakui kejadian dan permasalahan di tahun 2022 menjadi pelajaran berharga bagi
Pemerintah, khususnya bagi masyarakat Indonesia untuk terus belajar dalam menghadapi tantangan
di masa akan datang. Sumber: https://m.mediaindonesia.com/humaniora/548159/jokowi-menatap-
2023-dengan-tekad-membawa-indonesia-melangkah-maju
Negara maju adalah negara yang memiliki standar hidup tinggi dengan perekonomian
merata ,penggunaan teknologi tinggi, dan telah berhasil dalam berbagai bidang. Contohnya seperti
Amerika serikat, China, Prancis dll. Lantas mengapa Amerika serikat dikatakan sebagai negara maju
dan Super Power? Alasan yang pertama; karena Amerika memanfaatkan ilmu Pengetahuan sebagai
Landasan dan Pedoman dalam Menjalankan Kehidupan. Kedua Amerika memanfaatkan sumber daya
alam yang tersedia secara maksimal. Ketiga karena sistem perekonomian yang sangat kuat. Keempat
karena banyak negara yang bekerja sama dengan negaranya. Itulah standar untuk menjadi negara
maju di mata dunia.
Sebagaimana dikutip oleh kantor perwakilan dagang Amerika serikat (USTR), negara-negara dengan
pendapatan per kapita melebihi 12.375 USD/tahun diklasifikasikan sebagai negara maju. Namun jika
Indonesia terus memaksakan diri agar pendapatannya sama dengan negara maju, maka yang
didapat bukanlah kemajuan melainkan adalah kemunduran. Mengapa saya mengatakan demikian
karena Pada faktanya pemerintah selalu menaikkan harga barang dengan alih-alih agar dapat
meningkatkan pendapatan ekonomi negara.
Standar Negara Maju
Dalam perubahan status menjadi negara maju, ada beberapa standar yang menjadi pertimbangan AS
saat memutuskan hal tersebut. Dalam pernyataan yang disampaikan USTR, ada berbagai faktor yang
menjadi pertimbangan mengapa negara-negara itu dihapuskan dari daftar, di antaranya yaitu
ambang batas yang ditetapkan Bank Dunia untuk memisahkan negara berpenghasilan tinggi dan
negara berpenghasilan rendah. Selain itu, juga ada pertimbangan faktor pangsa perdagangan global.
Seberapa kuat negara tersebut mempengaruhi perdagangan global. Ada juga pertimbangan
mengenai keanggotaan Uni Eropa (UE), keanggotaan Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan
Ekonomi (OECD), serta keanggotaan G20 (cnbc, 24/2/20).
Namun, menurut Institute for Development of Economics and Finance (Indef) menilai Indonesia
belum pantas. Meskipun Indonesia termasuk dalam anggota G20 dengan pertumbuhan ekonomi
tinggi setelah China dan India. Meskipun pangsa pasar ekspor Indonesia yang di atas 0,5%,
pertumbuhan ekonomi masih mentok 5%. Indonesia ada di urutan 120 dari 200 negara. Bahkan
berdasarkan indikator World Bank, pendapatan per kapita Indonesia yang sebesar US$ 3.840 itu
termasuk kategori kelas menengah-bawah.
Menurut Aviliani Indonesia masih kategori low middle income, dengan penduduk mayoritas di
pertanian. Dengan dominasi angkatan kerja sekitar 30 juta. Sedangkan negara maju ada di industri
dan jasa. Bahkan untuk pangsa ekspor, kontribusinya terhadap Pendapatan Domestik Bruto (PDB)
Indonesia masih kecil yaitu sekitar 20-25% meski pangsa ekspornya sudah di atas 0,5%.
Perubahan status ini juga mempengaruhi laju ekspor Indonesia. Implikasi dari hukum countervailing
duty (CVD) yang sebelumnya mendapatkan keringanan penyediaan subsidi hingga 2% dan
volume standar impor yang diabaikan akan dihapuskan. Dampaknya pihak USTR AS akan melakukan
penyelidikan atas berbagai produk impor Indonesia, serta akan melakukan tindakan balasan yang
akan ditentukan kemudian (Katadata, 27/2/20). Oleh karena itu dapat diprediksi nilai ekspor
Indonesia dapat menurun karena ada kenaikan biaya ekspor.
Bahkan Indonesia akan rentan terkena tuduhan subsidi dari AS. Karena, batasan minimum atau de
minimis toleransi subsidi perdagangan Indonesia lebih rendah dari sebelumnya. Batas minimum nilai
barang impor AS dari negara maju yang dibebaskan dari penyelidikan bea masuk anti subsidi sebesar
1%, lebih kecil dari batas de minimis negera berkembang sebesar 2%.
Belum Independen
Hal yang perlu kita perhatikan di sini mengenai siapa yang memberikan cap negara maju. Meskipun
cap negara maju sudah di tangan, bukan berarti Indonesia merupakan negara yang independen.
Pada kenyataannya berbagai kebijakan masih tetap akan dipengaruhi oleh kepentingan asing dan
asing. Karena yang memberikan label maju adalah AS. Maka, dapat dipastikan tidak ada makan siang
gratis. AS akan melakukan berbagai upaya untuk melanggengkan kekuasaannya. Sehingga, Indonesia
waspada dengan cap ini. Apalagi AS terkenal sebagai negara yang berani menghalalkan berbagai cara
untuk menguasai suatu bangsa. Jika Indonesia ingin menjadi negara yang maju secara hakiki. Berdiri
di kaki sendiri. Ia harus berani memutuskan hubungan dengan asing dan aseng yang berkedudukan
sebagai benalu negeri. Melakukan normalisasi SDA dari asing, keluar dari kerjasama-kerjasama
bilateral maupun multilateral yang jelas merugikan. Memaksimalkan potensi sendiri mulai dari SDA
dan SDM. Hingga mengganti seluruh kebijakan yang berpihak pada asing dan aseng menjadi
kebijakan yang berpihak pada rakyat. Serta memiliki ideologi yang independen di luar pengaruh
asing (AS) maupun aseng.
Pertama peningkatan pendapatan; sebagaimana yang kita ketahui bahwa Indonesia adalah negara
yang kaya akan sumber daya alam seharusnya dengan kekayaan yang kita punya negara mengelola
sendiri sumber daya alamnya agar keuntungan dan kesejahteraan dapat dirasakan oleh masyarakat
dan negara itu sendiri sudah dapat dipastikan jika sumber daya alam dikelola sendiri maka
pendapatan per tahun dan negara Indonesia akan jauh lebih diatas dibandingkan dengan Amerika
serikat karena kenapa sumber daya alam yang ada di Amerika serikat itu jauh lebih kecil
dibandingkan sumber daya alam yang ada di Indonesia jika hal itu yang dilaksanakan apa yang
dilakukan oleh pemerintah maka sudah dipastikan kita bisa menjadi negara maju