Anda di halaman 1dari 22

Rasio Likuiditas Rumus 2014 2015 2016 2017 2018

Current Ratio Aktiva Lancar 143% 109% 1391% 109% 110%


Hutang Lancar
Acid Test Ratio Aktiva Lancar - 97% 74% 1349% 72% 72%
Persediaan
Hutang Lancar
Cash Ratio Kas + Setara Kas 13% 5% 37% 23% 18%
Hutang Lancar
Rata-Rata Piutang Piutang Usaha + 216.055.143.891 125.926.106.095 141.830.262.697 144.343.000.000 173.723.500.000
Piutang Lain-lain
2
Perputaran Piutang Penjualan 12 17 17 17 18
Rata-Rata Piutang
Periode rata-rata 360 31 21 21 21 20
Pengumpulan Piutang Perputaran
Rata-Rata Persediaan Persediaan 557.327.627.156 373.941.409.810 446.440.485.002 394.641.000.000 396.783.000.000
1
Perputaran Persediaan Harga Pokok 3,82 5,16 4,45 5,58 6,59
Rata-Rata
Persediaan
Periode rata-rata 360 94,30 69,79 80,95 64,47 54,60
Persediaan tersimpan di Perputaran
gudang
Perputaran Modal Kerja Penjualan 5 21 0 26 29
Modal Kerja rata-
rata

Nama : Ainur Romzi

No./kelas : 04 / D4 Keuangan
Rasio Solvabilitas Rumus 2014 2015 2016 2017 2018
Ratio Modal dengan Aktiva Modal Sendiri 46% 33% 45% 35% 38%
Total Aktiva
Ratio Modal dengan Aktiva Tetap Modal Sendiri 119% 67% 107% 74% 81%
Aktiva Tetap
Ratio Aktiva Tetap dengan Hutang Aktiva Tetap 348% 236% 306% 285% 345%
Jangka Panjang Hutang Jangka Panjang
Nilai Buku Saham Biasa Hak Saham Biasa Rp 32 Rp 32 Rp 43 Rp 43 Rp 43
Saham yang beredar
Ratio Hutang Jangka Panjang Hutang Jangka Panjang 24,14% 63,47% 30,54% 47,46% 35,70%
dengan Modal Sendiri Modal Sendiri
Ratio antara Hutang dengan Hutang Lancar + Hutang 117,6% 206,0% 124,6% 183,0% 160,3%
Modal Sendiri Jangka Panjang
Modal Sendiri
Ratio antara Hutang dengan Hutang Lancar + Hutang 54,1% 67,3% 55,5% 64,7% 61,6%
Aktiva Jangka Panjang
Jumlah Aktiva
Rasio Rentabilitas Rumus 2014 2015 2016 2017 2018
1. Rasio Laba Usaha dengan Laba Usaha 0,11% 12,9% 2,1% 6,5% 5,9%
Aktiva Usaha Aktiva Usaha
2. Perputaran Aktiva Usaha Penjualan 0,89 0,94 0,95 1,09 1,43
Aktiva Usaha
3. Gross Margin Ratio Laba Kotor 15,1% 8,7% 18,2% 10,1% 16,2%
Penjualan
4. Operating Margin Ratio Laba Usaha 0,1% 13,7% 2,2% 6,0% 4,1%
Penjualan
5. Net Margin Ratio Laba Bersih - Pajak 1,0% 21,0% 0,4% 9,7% 1,1%
Penjualan
6. Operating Ratio Harga Pokok + Biaya 100,1% 113,7% 97,8% 106,0% 95,9%
Operasi
Penjualan
7. Rate of ROI Laba Bersih (sblm Pajak) 0,9% 19,7% 0,3% 10,6% 1,6%
Jumlah Aktiva Usaha
8. Net Rate of ROI Laba Bersih (sesudah 0,7% 16,1% 0,5% 15,7% 1,2%
Pajak)
Jumlah Aktiva Usaha
9. Rentabilitas Modal Sendiri Laba Bersih (sesudah 1,4% 49,3% 1,1% 44,3% 3,1%
Pajak)
Modal Sendiri
10. Laba per Lembar Saham Biasa Laba Saham Biasa Rp 1 Rp 1 Rp 1 Rp 1 Rp 1
Saham biasa yang
beredar

RESIKO LIQUIDITAS

Analisis ratio 2014:


Current ratio: >100% tepatnya diangka 143% menunjukan bahwa perusahaan mempunyai kelebihan aset lancar dengan demikian perusahaan dalam kondisi
sehat untuk membayar hutangnya

Acid test ratio: 97% masih cukup tinggi jadi perusahaan mampu untuk mengembalikan kewajiban dan tidak perlu mengkhawatirkan persediaan

Cash ratio: 13% dirasa cukup rendah tentunya perusahaan membayar hutang dengan kas sangat kecil

Perputaran piutang: 12x menunjukkan bahwa perusahaan mengalami over investment dan penagihan yang dilakukan kurang cepat dilakukan

Periode rata-rata pengumpulan piutang: +-setengah dari 60hari yaitu 31hari jadi perusahaan masih baik untuk menagih piutangnya

Perputaran persediaan: mengalami turnover sebanyak 3,81/4hari tergolong cepat dari barang jadi sampai terjual

Perputaran modal kerja: cukup rendah guna untuk jumlah modal pinjaman guna menutupi biaya aset perusahaan yang besar

Kesimpulan: current ratio yang diperlihatkan perusahaan dalam kondisi


sehat tetapi cash rationya belum bisa menutupi hutang dengan dibantu kas
dengan dana yang minimum. Lalu turnover dari barang digudang sampai
terjual tergolong cepat yaitu 4hari. Perusahaan juga mengalami over
investment dikarenakan penagihannya kurang cepat. Dengan perputara n
modal kerja yang cukup rendah maka perusahaan cukup banyak dalam
meminjam untuk membiayai aset.

Analisis ratio 2015:


Current ratio: >100% tepatnya diangka 109% tapi sudah mau mendekati angka 100 tetapi perusahaan masih mempunyai kelebihan aset lancar dengan
demikian perusahaan dalam kondisi sehat untuk membayar hutangnya

Acid test ratio: 74% masih cukup tinggi jadi perusahaan mampu untuk mengembalikan kewajiban dan tidak perlu mengkhawatirkan persediaan

Cash ratio: 5% dirasa sangat rendah tentunya perusahaan membayar hutang dengan kas sangat kecil

Perputaran piutang: 17x menunjukkan bahwa perusahaan mengalami over investment dan penagihan yang dilakukan kurang cepat dilakukan

Periode rata-rata pengumpulan piutang: 21hari jadi perusahaan cukup baik untuk menagih piutangnya

Perputaran persediaan: mengalami turnover sebanyak 5hari tergolong cepat dari barang jadi sampai terjual

Perputaran modal kerja: normal untuk jumlah modal pinjaman guna dimana tidak terlalu kurang dan terlalu mencukupi untuk menutupi biaya aset
perusahaan yang besar

Kesimpulan: current ratio yang diperlihatkan perusahaan dalam kondisi sehat


walapun hampir mendekati 100% tetapi cash rationya belum bisa menutupi
hutang dengan dibantu kas dengan dana yang minimum. Lalu turnover dari
barang digudang sampai terjual tergolong cepat yaitu 5hari. Perusahaan juga
mengalami over investment dikarenakan penagihannya kurang cepat. Dengan
perputaran modal kerja yang normal maka perusahaan mempunyai dana
yang pas dalam meminjam untuk membiayai aset.

Analisis ratio 2016:


Current ratio: >100% tepatnya diangka 1391% meningkat drastis dari tahun sebelumnya maka perusahaan masih mempunyai kelebihan aset lancar dengan
demikian perusahaan dalam kondisi sehat untuk membayar hutangnya

Acid test ratio: 134% cukup tinggi jadi perusahaan mampu untuk mengembalikan kewajiban dan tidak perlu mengkhawatirkan persediaan

Cash ratio: 47% dirasa rendah tentunya perusahaan membayar hutang dengan kas sangat kecil

Perputaran piutang: 17x sama dengan tahun sebelumnya menunjukkan bahwa perusahaan mengalami over investment dan penagihan yang dilakukan
kurang cepat dilakukan

Periode rata-rata pengumpulan piutang: 21hari sama dengan tahun sebelumnya jadi perusahaan cukup baik untuk menagih piutangnya

Perputaran persediaan: mengalami turnover sebanyak 4hari tergolong cepat dari barang jadi sampai terjual

Perputaran modal kerja: sangat buruk hal ini tentunya perusahaan memilih pinjaman yang dananya relatif besar untuk membiayai aset perusahaan

Kesimpulan: current ratio yang diperlihatkan perusahaan dalam kondisi sangat


sehat tetapi cash rationya belum bisa menutupi hutang dengan dibantu kas
dengan dana yang minimum. Lalu turnover dari barang digudang sampai
terjual tergolong cepat yaitu 4hari. Perusahaan juga mengalami over
investment dikarenakan penagihannya kurang cepat. Dengan perputaran
modal kerja sangat buruk maka perusahaan tidak mempunyai dana hal
tersebut harus sepenuhnya dialihkan ke pinjaman untuk membiayai aset
perusahaan

Analisis ratio 2017:


Current ratio: >100% tepatnya diangka 109% tapi sudah mau mendekati angka 100 tetapi perusahaan masih mempunyai kelebihan aset lancar dengan
demikian perusahaan dalam kondisi sehat untuk membayar hutangnya

Acid test ratio: 72% cukup tinggi jadi perusahaan mampu untuk mengembalikan kewajiban dan tidak perlu mengkhawatirkan persediaan

Cash ratio: 23% dirasa cukup rendah tentunya perusahaan membayar hutang dengan kas sangat kecil

Perputaran piutang: 17x sama dengan tahun sebelumnya menunjukkan bahwa perusahaan mengalami over investment dan penagihan yang dilakukan
kurang cepat dilakukan

Periode rata-rata pengumpulan piutang: 21hari sama dengan tahun sebelumnya jadi perusahaan cukup baik untuk menagih piutangnya

Perputaran persediaan: mengalami turnover sebanyak 6hari tergolong cepat dari barang jadi sampai terjual

Perputaran modal kerja: cukup rendah guna untuk jumlah modal pinjaman guna menutupi biaya aset perusahaan yang besar

Kesimpulan: current ratio yang diperlihatkan perusahaan dalam kondisi sehat


walapun hampir mendekati 100% tetapi cash rationya belum bisa menutupi
hutang dengan dibantu kas dengan dana yang minimum. Lalu turnover dari
barang digudang sampai terjual tergolong cepat yaitu 6hari. Perusahaan juga
mengalami over investment dikarenakan penagihannya kurang cepat. Dengan
perputaran modal kerja yang normal maka perusahaan mempunyai dana
yang pas dalam meminjam untuk membiayai aset.

Analisis ratio 2018:


Current ratio: >100% tepatnya diangka 110% tapi sudah mau mendekati angka 100 tetapi perusahaan masih mempunyai kelebihan aset lancar dengan
demikian perusahaan dalam kondisi sehat untuk membayar hutangnya

Acid test ratio: 72% cukup tinggi jadi perusahaan mampu untuk mengembalikan kewajiban dan tidak perlu mengkhawatirkan persediaan

Cash ratio: 18% dirasa cukup rendah tentunya perusahaan membayar hutang dengan kas sangat kecil

Perputaran piutang: 18x sama dengan tahun sebelumnya menunjukkan bahwa perusahaan mengalami over investment dan penagihan yang dilakukan
kurang cepat dilakukan

Periode rata-rata pengumpulan piutang: 20hari sama dengan tahun sebelumnya jadi perusahaan cukup baik untuk menagih piutangnya

Perputaran persediaan: mengalami turnover sebanyak 7 hari tergolong cepat dari barang jadi sampai terjual

Perputaran modal kerja: rendah guna untuk jumlah modal pinjaman guna menutupi biaya aset perusahaan yang besar

Kesimpulan: current ratio yang diperlihatkan perusahaan dalam kondisi sehat


walapun hampir mendekati 100% tetapi cash rationya belum bisa menutupi
hutang dengan dibantu kas dengan dana yang minimum. Lalu turnover dari
barang digudang sampai terjual tergolong cepat yaitu 7hari. Perusahaan juga
mengalami over investment dikarenakan penagihannya kurang cepat. Dengan
perputaran modal kerja yang normal maka perusahaan mempunyai dana
yang pas dalam meminjam untuk membiayai aset.
ANALISIS SELAMA 5 TAHUN PADA RASIO LIKUIDITAS

Selama 5 tahun perusahaan mampu memenuhi kewajibannya, namun yang hanya dapat ditutupi dengan kas hanya sedikit, namun perusahaan masih
belum bisa mengendalikan penagihan piutang yang cukup lama. Terlihat pada 2014 penagihan piutangnya cukup lama, tapi pada 2015 berhasil ditekan akan
tetapi current rationya turun cukup drastis bersamaan dengan cash rasio dll. tidak hanya itu, akibatnya, perputaran barang digudang juga semakin menjadi
lama. Terus berlanjut pada tahun 2016, akan tetapi pada tahun ini current rasio berlonjak meningkat cukup drastis bersamaan dengan rasio lainnya,
hebatnya pada tahun ini perputaran barang dagang di gudangnya menjadi 0, dimana sangat cepat. Walau terlihat sangat bagus, tapi kelonjakan yang cukup
drastis seperti ini perlu ditindak lebih lanjut dan masih tergolong tidak sehat. Sedangkan untuk 2017 perusahaan mengalami penurunan rasio likuiditas
lainnya tapi tetap berhasil menekan piutang untuk stabil, namun akibatnya perputaran barang dagang menjadi cukup lama yaitu 26 hari. Pada akhirnya, di
tahun 2018 perusahaan mulai stabil karena peningkatan maupun penurunnya hanya sedikit sekali dibandingkan tahun sebelumnya.
RESIKO SOLVABILITAS

Analisis ratio 2014

Ratio modal dengan aktiva: 46% maka perusahaan masih banyak menggunakan pinjaman

Ratio modal dengan aktiva tetap : >100% pada angka 119% maka perusahaan menggunakan modal sendiri dan menunjukan aktiva dibiayai dari pemilik
perusahaan

Ratio aktiva tetap dengan hutang jangka panjang: sangat besar, maka perusahaan memiliki kreditur yang terjamin

Nilai buku saham biasa: nominal Rp 32 perusahaan cukup stabil untuk mengendalikan harga saham

Ratio hutang jangka panjang dengan modal sendiri: 24,14% digunakan dari modal yang dimiliki perusahaan lalu sisanya dari modal perusahaan untuk
dijadikan jaminan

Ratio hutang dengan modal sendiri: 117,6% sangat tinggi maka perusahaan menggunakan hutangnya untuk biaya aktivitas/operasional perusahaan

Ratio hutang dengan aktiva: 54,1% perusahaan kondisi solvable karena hutang yang kecil

Kesimpulan: perusahaan masih menggunakan modal pinjaman


untuk menutupi operasional perusahaan. Tetapi perusahaan
memiliki kreditur untuk hutang jangka panjangnya. Perusahaan
juga tetap solvable karena hutang yang kecil
Analisis ratio 2015

Ratio modal dengan aktiva: 33% maka perusahaan masih banyak menggunakan pinjaman

Ratio modal dengan aktiva tetap : 67% maka perusahaan menggunakan banyak menggunakan dari pinjaman

Ratio aktiva tetap dengan hutang jangka panjang: sangat besar, maka perusahaan memiliki kreditur yang terjamin

Nilai buku saham biasa: nominal Rp 32 perusahaan cukup stabil untuk mengendalikan harga saham

Ratio hutang jangka panjang dengan modal sendiri: 63,47% digunakan dari modal yang dimiliki perusahaan lalu sisanya dari modal perusahaan untuk
dijadikan jaminan

Ratio hutang dengan modal sendiri: 206% sangat tinggi maka perusahaan menggunakan hutangnya untuk biaya aktivitas/operasional perusahaan

Ratio hutang dengan aktiva: 67,3% perusahaan kondisi solvable karena hutang yang kecil

Kesimpulan: perusahaan masih menggunakan modal pinjaman


untuk menutupi operasional perusahaan. Tetapi perusahaan
memiliki kreditur untuk hutang jangka panjangnya. Perusahaan
juga tetap solvable karena hutang yang kecil
Analisis ratio 2016

Ratio modal dengan aktiva: 45% maka perusahaan masih banyak menggunakan pinjaman

Ratio modal dengan aktiva tetap : >100% pada angka 107% maka perusahaan menggunakan modal sendiri dan menunjukan aktiva dibiayai dari pemilik
perusahaan

Ratio aktiva tetap dengan hutang jangka panjang: sangat besar, maka perusahaan memiliki kreditur yang terjamin

Nilai buku saham biasa: nominal Rp 43 perusahaan cukup stabil untuk mengendalikan harga saham

Ratio hutang jangka panjang dengan modal sendiri: 30,54% digunakan dari modal yang dimiliki perusahaan lalu sisanya dari modal perusahaan untuk
dijadikan jaminan

Ratio hutang dengan modal sendiri: 124,6% sangat tinggi maka perusahaan menggunakan hutangnya untuk biaya aktivitas/operasional perusahaan

Ratio hutang dengan aktiva: 55,5% perusahaan kondisi solvable karena hutang yang kecil

Kesimpulan: perusahaan masih menggunakan modal pinjaman


untuk menutupi operasional perusahaan. Tetapi perusahaan
memiliki kreditur untuk hutang jangka panjangnya. Perusahaan
juga tetap solvable karena hutang yang kecil
Analisis ratio 2017

Ratio modal dengan aktiva: 35% maka perusahaan masih banyak menggunakan pinjaman

Ratio modal dengan aktiva tetap : 74% maka perusahaan menggunakan banyak menggunakan dari pinjaman

Ratio aktiva tetap dengan hutang jangka panjang: sangat besar, maka perusahaan memiliki kreditur yang terjamin

Nilai buku saham biasa: nominal Rp 43 perusahaan cukup stabil untuk mengendalikan harga saham

Ratio hutang jangka panjang dengan modal sendiri: 47,46% digunakan dari modal yang dimiliki perusahaan lalu sisanya dari modal perusahaan untuk
dijadikan jaminan

Ratio hutang dengan modal sendiri: 183% sangat tinggi maka perusahaan menggunakan hutangnya untuk biaya aktivitas/operasional perusahaan

Ratio hutang dengan aktiva: 64,7% perusahaan kondisi solvable karena hutang yang kecil

Kesimpulan: perusahaan masih menggunakan modal pinjaman


untuk menutupi operasional perusahaan. Tetapi perusahaan
memiliki kreditur untuk hutang jangka panjangnya. Perusahaan
juga tetap solvable karena hutang yang kecil
Analisis ratio 2018

Ratio modal dengan aktiva: 38% maka perusahaan masih banyak menggunakan pinjaman

Ratio modal dengan aktiva tetap : 81% maka perusahaan menggunakan banyak menggunakan dari pinjaman

Ratio aktiva tetap dengan hutang jangka panjang: sangat besar, maka perusahaan memiliki kreditur yang terjamin

Nilai buku saham biasa: nominal Rp 43 perusahaan cukup stabil untuk mengendalikan harga saham

Ratio hutang jangka panjang dengan modal sendiri: 35,70% digunakan dari modal yang dimiliki perusahaan lalu sisanya dari modal perusahaan untuk
dijadikan jaminan

Ratio hutang dengan modal sendiri: 160,3% sangat tinggi maka perusahaan menggunakan hutangnya untuk biaya aktivitas/operasional perusahaan

Ratio hutang dengan aktiva: 61,6% perusahaan kondisi solvable karena hutang yang kecil

Kesimpulan: perusahaan masih menggunakan modal pinjaman


untuk menutupi operasional perusahaan. Tetapi perusahaan
memiliki kreditur untuk hutang jangka panjangnya. Perusahaan
juga tetap solvable karena hutang yang kecil
ANALISIS 5 TAHUNAN RASIO SOLVABILITAS

Selama 5 tahun, perusahaan masih cenderung menggunakan modal berupa utang pinjaman daripada modal sendiri. Terlihat bahwa perusahaan masih
belum stabil dalam mengatur utangnya. Awalnya pada tahun 2014 penggunaan utang cukup tinggi, namun kemudian berkurang pada tahun 2015.
Sedangkan pada tahun 2016 kembali meningkat cukup banyak, bahkan nilai buku saham juga meningkat guna memperoleh modal lebih banyak. Namun
ditahun 2017 kembali turun cukup drastis tetap nilai buku saham tidak berubah. Sedangkan pada tahun 2018 sudah mulai stabil ditandai dengan terjadinya
penurun yang cukup sedikit
RASIO RENTABILITAS

2014

 rasio laba usaha dengan aktiva usaha : 0,11%, perusahaan tidak efektif dalam penggunaan modal walaupun laba yang diperoleh sangat kecil
 perputaran aktiva usaha : 0,89x ; 0,89x maka perusahaan tidak efisien dalam menggunakan aktiva,
 gross margin rasio :15,1%, sangat rendah, maka perusahaan dapat dikatakan tidak efisien untuk dapat mengendalikan biaya produksi
dan harga pokok penjualannya,
 operating margin rasio: 0,1% sangat rendah, maka perusahaan tidak mampu menekan biaya dan beban dengan baik
 Net margin rasio : tetap 1% sangat rendah, maka perusahaan tidak mampu mengendalikan biaya
 Operating rasio : tetap 100%, sangat tinggi karena perusahaan tidak mampu menekan biaya operasi
 Rate of ROI : 0% dan sangat rendah, maka perusahaan tidak dapat menggunakan aktiva dengan baik
 Net rate of ROI : 0% sangat rendah, maka perusahaan tidak dapat menggunakan aktiva dengan baik
 Rentabilitas modal sendiri : 1,4% sangat rendah, maka kondisi perusahaan sangat tidak baik karena tidak mampu memanfaatkan modal
sendiri untuk memperoleh laba
 Laba per saham : Rp 1 sangat rendah, dan akan mengakibatkan para investor tidak tertarik untuk berinvestasi karena kemungkinan tidak
dibagikan deviden. Sehingga dapat mempengaruhi ekuitas perusahaan menjadi semakin kecil

Perusahaan tidak mampu mengendalikan biaya dan tidak


efektif dalam menggunakan modal ataupun aktiva yang
ada
2015

 rasio laba usaha dengan aktiva usaha : naik menjadi 12,9%, perusahaan semakin efektif dalam penggunaan modal walaupun laba yang
diperoleh sangat kecil
 perputaran aktiva usaha : naik menjadi 0,94 ; 0,94x maka perusahaan tidak efisien dalam menggunakan aktiva,
 gross margin rasio : turun menjadi 8,7%, maka perusahaan dapat dikatakan semakin tidak efisien untuk dapat mengendalikan biaya
produksi dan harga pokok penjualannya,
 operating margin rasio: naik menjadi 13,7%, maka perusahaan semakin mampu menekan biaya dan beban dengan baik
 Net margin rasio : naik menjadi21% maka perusahaan semakin mampu mengendalikan biaya
 Operating rasio : naik menjadi 113%, sangat tinggi karena perusahaan tidak mampu menekan biaya operasi
 Rate of ROI : naik menjadi 19% maka perusahaan semakin dapat menggunakan aktiva dengan baik
 Net rate of ROI : naik menjadi 16% maka perusahaan semakin dapat menggunakan aktiva dengan baik
 Rentabilitas modal sendiri : naik menjadi 49%, maka kondisi perusahaan sangat baik karena mampu memanfaatkan modal sendiri untuk
memperoleh laba
 Laba per saham : Rp 1 sangat rendah, dan akan mengakibatkan para investor tidak tertarik untuk berinvestasi karena kemungkinan tidak
dibagikan deviden. Sehingga dapat mempengaruhi ekuitas perusahaan menjadi semakin kecil

Perusahaan mulai mampu mengendalikan biaya dan


memanfaatkan modal namun masih belum bisa menekan
biaya produksi
2016

 rasio laba usaha dengan aktiva usaha : turun menjadi 2,1%, perusahaan semakin tidak efektif dalam penggunaan modal walaupun laba yang
diperoleh sangat kecil
 perputaran aktiva usaha : naik menjadi 0,95 ; 0,95x maka perusahaan tidak efisien dalam menggunakan aktiva,
 gross margin rasio : naik menjadi 18,7%, maka perusahaan dapat dikatakan semakin efisien untuk dapat mengendalikan biaya produksi
dan harga pokok penjualannya,
 operating margin rasio: turun menjadi 2,2%, maka perusahaan semakin tidak mampu menekan biaya dan beban dengan baik
 Net margin rasio : turun menjadi 0,4% maka perusahaan semakin tidak mampu mengendalikan biaya
 Operating rasio : turun menjadi 98%, perusahaan semakin mampu menekan biaya operasi
 Rate of ROI : turun menjadi 0,3% maka perusahaan semakin tidak dapat menggunakan aktiva dengan baik
 Net rate of ROI : turun menjadi 0,5% maka perusahaan semakin tidak dapat menggunakan aktiva dengan baik
 Rentabilitas modal sendiri : turun menjadi 1,1%, maka kondisi perusahaan sangat tidak baik karena tidak mampu memanfaatkan modal
sendiri untuk memperoleh laba
 Laba per saham : Rp 1 sangat rendah, dan akan mengakibatkan para investor tidak tertarik untuk berinvestasi karena kemungkinan tidak
dibagikan deviden. Sehingga dapat mempengaruhi ekuitas perusahaan menjadi semakin kecil

Perusahaan tidak mampu mengendalikan biaya dan tidak


dapat memanfaatkan modal maupun aktiva namun telah
bisa menekan biaya produksi
2017

 rasio laba usaha dengan aktiva usaha : turun menjadi 6,5%, perusahaan semakin tidak efektif dalam penggunaan modal
 perputaran aktiva usaha : naik menjadi 1,09; 1,09 x maka perusahaan tidak efisien dalam menggunakan aktiva,
 gross margin rasio : turun menjadi 10,1%, maka perusahaan dapat dikatakan semakin tidak efisien untuk dapat mengendalikan biaya
produksi dan harga pokok penjualannya,
 operating margin rasio: naik menjadi 6%, maka perusahaan semakin mampu menekan biaya dan beban dengan baik
 Net margin rasio : naik menjadi 9,7% maka perusahaan semakin mampu mengendalikan biaya
 Operating rasio : naik menjadi 106%, perusahaan tidak mampu menekan biaya operasi
 Rate of ROI : naik menjadi 10,6% maka perusahaan semakin dapat menggunakan aktiva dengan baik
 Net rate of ROI : naik menjadi 15,7% maka perusahaan semakin dapat menggunakan aktiva dengan baik
 Rentabilitas modal sendiri : naik menjadi 43%, maka kondisi perusahaan sangat baik karena mampu memanfaatkan modal sendiri untuk
memperoleh laba
 Laba per saham : Rp 1 sangat rendah, dan akan mengakibatkan para investor tidak tertarik untuk berinvestasi karena kemungkinan tidak
dibagikan deviden. Sehingga dapat mempengaruhi ekuitas perusahaan menjadi semakin kecil

Perusahaan mulai mampu mengendalikan biaya dan


memanfaatkan modal namun masih belum bisa menekan
biaya produksi sehingga berada dikondisi yang baik
2018

 rasio laba usaha dengan aktiva usaha : turun menjadi 5,9%, perusahaan semakin tidak efektif dalam penggunaan modal
 perputaran aktiva usaha : naik menjadi 1,43; 1,43 x maka perusahaan semakin efisien dalam menggunakan aktiva,
 gross margin rasio : naik menjadi 16,2%, maka perusahaan dapat dikatakan semakin efisien untuk dapat mengendalikan biaya produksi
dan harga pokok penjualannya,
 operating margin rasio: turun menjadi 4%, maka perusahaan semakin tidak mampu menekan biaya dan beban dengan baik
 Net margin rasio : turun menjadi 1% maka perusahaan semakin tidak mampu mengendalikan biaya
 Operating rasio : turun menjadi 97%, perusahaan mampu menekan biaya operasi
 Rate of ROI : turun menjadi 1,6% maka perusahaan semakin tidak dapat menggunakan aktiva dengan baik
 Net rate of ROI : turun menjadi 1,2% maka perusahaan semakin tidak dapat menggunakan aktiva dengan baik
 Rentabilitas modal sendiri : turun menjadi 3,1%, maka kondisi perusahaan sangat tidak baik karena tidak mampu memanfaatkan modal
sendiri untuk memperoleh laba
 Laba per saham : Rp 1 sangat rendah, dan akan mengakibatkan para investor tidak tertarik untuk berinvestasi karena kemungkinan tidak
dibagikan deviden. Sehingga dapat mempengaruhi ekuitas perusahaan menjadi semakin kecil

Perusahaan mulai semakin tidak mampu mengendalikan


biaya dan tidak dapat memanfaatkan modal dan aktiva
namun masih bisa menekan biaya produksi
ANALISA 5 TAHUNAN RASIO RENTABILITAS

Selama 5 tahun, perusahaan masih belum mampu mengendalikan dan menekan biaya serta memanfaatkan modal yang ada. Terlihat bahwa pada tahun
2015 perusahaan mengalami perkembangan yang cukup tinggi untuk mengendalikan biaya dan pemanfaatan modal, namun akibatnya perusahaan tidak
dapat menekan biaya produksi sehingga cukup meningkat sangat tinggi. Kemudian pada tahun 2016nya, perusahaan kembali terjadi penurunan yang cukup
drastis pula. Sedangkan pada 2017 perusahaan mengalami peningkatan kembali yang cukup drastis namun masih tetap belum dapat mengendalikan biaya
produksi. Hingga akhirnya, tahun 2018 perusahaan mulai stabil hanya terjadi sedikit penurunan.

Anda mungkin juga menyukai