Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN HASIL PENGAMATAN

TENTANG PRILAKU PERANGKAT DESA


Desa Binjai, Kecamatan Seruway, Kabupaten Aceh Tamiang, Provinsi aceh

Oleh:
Dhiya Atha PratamaYuke Aulia

20050302608

Teknik Industri

Pendidikan Pancasila

TA: 2020/2021

UNIVERSITAS NEGERI SAMUDRA


KATA PENGANTAR
Bismillahirramanirrahim

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan hidayahlah kita
masih diberi kesehatan dan kesempatan sehingga dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan
tepat waktu, dengan judul “Prilaku Perangkat Desa”. Dan tak lupa pula kita kirimkan salam dan
shalawat kepada nabi besar Muhammad SAW.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan kesalahan, oleh
karena itu kami mengharapkan saran dan kritik, demi perbaikan dan kesempurnaan makalah
selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami semua.

LangsaAceh Tamiang, 276


Desember 2020

Dhiya Atha Pratama

200503026Yuke Aulia
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………………………………………

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………….

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………

BAB 1 PENDAHULUAN

1. Latar belakang…………………………………………………………………………….
2. Rumusan masalah…………………………………………………………………………
3. Tujuan penelitian………………………………………………………………………….

BAB 2 PEMBAHASAN

1. Definisi kinerja………………………………………………………………
2. Indikator Kinerja……………………………………………………………
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja……………………………...
4. Penyelenggaraan Pemerintah Desa………………………………………...
5. Hasil dan pembahasan………………………………………………………
6. Faktor-faktor penghambat kinerja………………………………………...
BAB 3 PENUTUP

1. Kesimpulan…………………………………………………………………..
2. Saran………………………………………………………………………….
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan


Daerah, menerangkan bahwa Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang
memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus Urusan
Pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat,
hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem
pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Untuk dapat mengemban
amanat Undang-undang penyelenggaraan pemerintahan daerah tersebut, maka
pemerintah membutuhkan dukungan dari aparatur pemerintah yang tangguh,
professional, dan mampu berbuat local serta bersaing secara global. Dengan
demikian pemerintah daerah sebagai pelaksana amanat untuk mempercepat
terwujudnya kesejahteraan masyarakat desa harus memiliki kemampuan mengelola
sumber daya manusia yang tersedia di daerahnya masing-masing.

Berkaitan dengan ketentuan tersebut, ini mengisyaratkan bahwa dalam


melaksanakan urusan rumah tangga desa, melakukan pembinaan, pembangunan
masyarakat, dan membina perekonomian desa harus dapat dijalankan oleh aparatur
desa karena masyarakat desa telah berkembang dengan berbagai kegiatan yang
semakin membutuhkan aparatur pemerintah yang profesional. Seiring dengan
perkembangan masyarakat tersebut, kebutuhan akan pelayanan yang semakin
kompleks serta pelayanan yang semakin baik, cepat, dan tepat sangat diperlukan
oleh masyarakat. Aparatur yang berada ditengah-tengah masyarakat tersebut harus
mampu memberikan pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Dalam
menjalankan tugasnya, aparatur merupakan subsistem dari penyelenggaraan
pemerintahan yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus rumah
tangganya sendiri secara berdaya dan berhasil guna sesuai dengan perkembangan
pemerintahan.
Di sisi lain para perangkat desa sering kali dikontruksikan sebagai pamong
desa yang diharapkan dapat menjadi pengayom masyarakat. Namun masih ada
pengelolaan pemerintah desa dalam konteks ini yang masih lemah dalam
akuntabilitas dan transparasi pemerintah desa. Hal yang paling mencolok
dikalangan pemerintah desa adalah adanya fenomena bahwa seorang sekretaris
desa (Sekdes) di isi dari pegawai negeri sipil (PNS) yang memenuhi persyaratan.
Selain itu adanya batasan SMA atau sederajat bagi seorang aparat juga masih
menjadi masalah yang sering diperdebatkan.

Sering dengan perubahan kelembagaan di desa maka mau tidak mau


mendorong sumber daya manusia (aparat) desa untuk bekerja sesuai dengan target
yang hendak dicapai. Untuk itu aparat desa harus dapat bekerja secara maksimal.
Sumber daya manusia tidak lagi dipandang sebagai salah satu faktor produksi
sebagaimana pendapat manajemen kuno, yang memperlakukan manusia seperti
halnya mesin. Tetapi sekarang ini aparat desa betul-betul sebagai Human Capital
yang sangat berperan sesuai dengan pandangan manajemen modern. Perbedaan
pandangan itu membawa indikasi pada perlakuan atas sumber daya manusia.
Dalam pandangan yang pertama sumber daya manusia dikelola sejajar dengan
manajemen produksi. Keuangan dan pemasaran yang tentunya tidak sesuai dengan
harkat martabat manusia. Karena manusia bukan sekedar sumber melainkan
pelaksanaan yang menjalankan lembaga atau motor pengarah organisasi.

Masyarakat secara umum masih sering mengeluhkan para aparatur


pemerintah desa yang kurang pengertian pada kebutuhan warga. Untuk
memperoleh pelayanan yang sederhana saja masyarakat sering dihadapkan pada
kesulitan, misalnya prosedur yang berbelit-belit. Aparat pemerintah desa kurang
merasa terpanggil untuk meningkatkan efisiensi dan memperbaiki prosedur kerja.

1.2 Rumusan Masalah

 Bagaimana kinerja perangkat desa dalam penyelenggaraan pemerintahan


desa di Desa Binjai?
 Bagaimana kedisiplinan perangkat desa dalam menjalankan tugasnya?

1.3 Tujuan Penelitian

 Menganalisis kinerja peramgkat desa dalam penyelenggaraan pemerintahan


desa di Desa Binjai.

 2. Menganalisis kedisiplinan perangkat desa dalam menjalankan tugasnya.

BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Definisi kinerja

Kinerja organisasi adalah efektivitas organisasi secara menyeluruh untuk


memenuhi kebutuhan yang ditetapkan dari setiap kelompok yang berkenaan
melalui usaha-usaha yang sistemik dan meningkatkan kemampuan organisasi
secara terus menerus mencapai kebutuhannya secara efektif.

Penilaian prestasi kerja merupakan usaha yang dilakukan pimpinan untuk


menilai hasil kerja bawahannya. Penilaian kinerja adalah suatu sistem yang
digunakan untuk menilai dan mengetahui apakah seseorang pegawai telah
melaksanakan pekerjaannya dalam suatu organisasi melalui instrumen penilaian
kinerja. Pada hakikatnya, penilaian kinerja merupakan suatu evaluasi terhadap
penampilan kerja individu (personel) dengan membanding-kan standar baku
penampilan. Pengertian penilaian kinerja pegawai berdasarkan Peraturan
Pemerintah.

Menurut Siagian (1999) dalam (Keban, 2014) bahwa sistem penilaian


kinerja yang baik akan sangat bermanfaat untuk berbagai kepentingan, seperti
mendorong peningkatan prestasi kerja, bahan pengambilan keputusan dalam
pemberian imbalan, kepentingan mutasi pegawai, penyusunan program pendidikan
dan pelatihan, dan membantu pegawai dalam menentukan rencana kariernya.

2.2 Indikator Kinerja

Menurut (Budiman, 2020) indikator untuk kinerja aparat secara individu ada
enam, yaitu :

1) Kualitas, merupakan kualitas kerja diukur dari persepsi karyawan terhadap


kualitas pekerjaan yang dihasilkan serta kesempurnaan tugas terhadap
keterampilan dan kemampuan karyawan
7. Kuantitas, merupakan jumlah yang dihasilkan dinyatakan dalam istilah
seperti jumlah unit, jumlah siklus aktivitas yang diselesaikan.
8. Ketepatan waktu, merupakan tingkat aktivitas diselesaikan pada awal waktu
yang dinyatakan, dilihat dari sudut koordinasi dengan hasil output serta
memaksimalkan waktu yang tersedia untuk aktivitas lain.
9. Efektivitas, merupakan tingkat penggunaan sumber daya organisasi (tenaga,
uang, teknologi, bahan baku) dimaksimalkan dengan maksud menaikkan
hasil dari setiap unit dalam penggunaan sumber daya.
10.Kemandirian, merupakan tingkat seorang karyawan yang nantinya dapat
menjalankan fungsi kerjanya dengan bekerjasama, disiplin, inisiatif dan
kreativitas.
11.Komitmen kerja, merupakan tanggung

2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja

Menurut saya permasalahan kinerja karyawan maka tidak terlepas dari berbagai
macam faktor yang menyerta

a.Faktor kemampuan (ability)

Secara psikologis kemampuan (ability) pegawai terdiri dari kemampuan potensi


(IQ) dan kemampuan reality (knowledge dan skill) artinya pegawai yang memiliki
IQ di atas rata-rata (110-120) dengan pendidikan yang memadai untuk jabatannya
dan terampil dalam mengerjakan pekerjaaan sehari-hari, maka akan lebih mudah
mencapai kinerja yang diharapakan. Oleh karena itu pegawai perlu ditempatkan
pada pekerjaan yang sesuai dengan keahliannya.

b. Faktor Motivasi

Motivasi terbentuk sikap (attitude) seorang pegawai dalam menghadapi situasi


(situation) kerja. Motivasi merupakan kondisi yang menggerakkan diri pegawai
yang terarah untuk mencapai tujuan kerja.

2.4Penyelenggaraan Pemerintah Desa

Berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 6 Tahun 2014 Pasal 23 dan Pasal 24


tentang Desa menjelaskan bahwa Pemerintahan Desa diselenggarakan oleh
Pemerintah Desa. Dan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa berdasarkan asas-asas:
a. kepastian hukum;

b. tertib penyelenggaraan pemerintahan;

c. tertib kepentingan umum;

d. keterbukaan;

e. proporsionalitas;

f. profesionalitas;

g. akuntabilitas;

h. efisiensi dan efektivitas;

i. kearifan lokal

j. keberagaman;dan

k. partisipatif.

Dalam menyelenggarakan pemerintahan, Pemerintah menggunakan asas


desentralisasi, tugas pembantuan, dan dekonsentrasi sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Serta dalam menye-lenggarakan pemerintahan daerah,
pemerintah daerah menggunakan asas otonomi dan tugas pembantuan. Pemerintah
Desa adalah Kepala Desa atau yang disebut dengan nama lain dibantu perangkat
Desa sebagai unsur penyelenggara pemerintahan Desa.

2.5 HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil pengamatan maka dapat disimpulkan bahwa “Kinerja


Perangkat Desa Dalam Penyelenggaraan Pemerintah Desa Binjai Kecamatan
Seruway Kabupaten Aceh Tamiang sudah baik. Hal ini di lihat dari indikator
Kinerja perangkat desa dalam penyelenggaraan pemerintah dilihat dari indikator
kualitas.
Kinerja perangkat desa dalam penyelenggaraan pemerintah dilihat dari indikator kualitas

Kualitas pekerjaan ini berkaitan dengan mutu yang dihasilkan oleh para
Perangkat desa dari suatu pekerjaan dalam organisasi, selain itu kualitas juga bisa
diartikan dengan melihat penyelesaian pekerjaan secara keseluruhan.
Dari hasil pengamatan maka dapat disimpulkan bahwa perangkat desa dalam
meningkatkan kinerja di lihat dari segi kualitas sudah baik. Hal ini di lihat dari cara
mereka melayani masyarakatnya. Kualitas adalah kualitas kerja yang di ukur dari
persepsi karyawan terhadap kualitas pekerjaan yang dihasilkan serta kesempurnaan
tugas terhadap keterampilan dan kemampuan karyawan.
Kinerja perangkat desa dalam penyelenggaraan pemerintah dilihat dari indikator
kuantitas

Kuantitas ialah suatu aspek yang menggambarkan tingkat kesesuaian antara


jumlah yang dihasilkan, diberikan, atau diselesaikan dalam suatu tugas pokok
seorang pegawai dengan target yang telah disepakati dalam tugas pokok.

Dari hasil pengamatan maka dapat disimpulkan bahwa Kaur Pemerintahan


dalam meningkatkan kinerja di lihat dari segi kuantitas sudah baik. Hal ini di lihat
dari jumlah pelayanan surat-surat yang dilakukan untuk penyelenggaraan
pemerintahan di desa.
Kinerja perangkat desa dalam penyelenggaraan pemerintah dilihat dari indikator
ketetapan wakttu

Ketepatan waktu berhubungan dengan waktu penyelesaian tugas (pekerjaan)


sesuai dengan waktu yang diinginkan.

Dari hasil pengamatan maka dapat disimpulkan bahwa Kaur Pemerintahan


dalam meningkatkan kinerja di lihat dari segi ketepatan waktu sudah baik. Hal ini
di lihat dari ketepatan pelayanan yang sesuai target dengan yang diharapkan.
Kinerja perangkat desa dalam penyelenggaraan pemerintah dilihat dari indikator
efektivitas.

Aspek efektivitas merupakan aspek yang berpengaruh dalam kinerja


pegawai.

Dari hasil pengamatan maka dapat disimpulkan bahwa Kaur Pemerintahan


dalam meningkatkan kinerja di lihat dari segi efektivitas masih kurang baik. Hal ini
di lihat dari penggunaan sumber daya yang belum maksimal contohnya
penggunaan komputer yang belum handal.
Kinerja perangkat desa dalam penyelenggaraan pemerintah dilihat dari indikator
kemandirian.

Kemandirrian merupakan tingkat kemahiran seorang pegawai dalam


menjalankan tugasnya sendiri.

Dari hasil pengamatan maka dapat disimpulkan bahwa kaur pemerintahan


dalam meningkatkan kinerja dilihat dari segi kemandirian sangat tidak baik. Hal ini
dilihat dari pekerjaan kaur pemerintahan yang masih bergantung dengan aparat
atau staf lain belum ada inisiatif dari dalam diri tersebut.
Kinerja perangkat desa dalam penyelenggaraan pemerintah dilihat dari indikator
komitmen kerja

Komitmen kerja merupakan kemampuan mengutamakan pekerjaan kantor


dari pada kepentingan diri sendiri.

Dari hasil pengamatan maka dapat disimpulkan bahwa kaur pemerintahan


dalam meningkatkan kinerja dilihat dari segi komitmen kerja sudah baik. Hal ini
dilihat dari tanggung jawab terhadap tugas serta kantor.

2.6 Faktor-faktor penghambat kinerja

Berdasarkan hasil pengamatan maka terdapat faktor-faktor yang menjadi


penghambat “Kinerja Aparat Desa Dalam Penyelenggaraan Pemerintah Desa
Binjai Kecamatan Seruway Kabupaten Aceh Tsmisng(Studi Pada Kaur
Pemerintahan) yaitu :

1. Faktor Kemampuan (ability)

Secara psikologis kemampuan (ability) pegawai terdiri dari kemampuan


potensi (IQ) dan kemampuan reality (knowledge dan skill) artinya pegawai yang
memiliki IQ di atas rata-rata (110-120) dengan pendidikan yang memadai untuk
jabatannya dan terampil dalam mengerjakan pekerjaan sehari-hari, maka akan
lebih mudah mencapai kinerja yang diharapkan. Oleh karena itu pegawai perlu
ditempatkan pada pekerjaan yang sesuai dengan keahliannya.

Dari hasil pengamatan dengan semua informan maka dapat disimpulkan


bahwa Kaur Pemerintahan masih memiliki faktor penghambat dalam kinerjanya
dari segi kemampuan yang masih rendah. Hal ini terlihat dari kemampuan mereka
dalam komputer yang masih belum handal.

2. Faktor Motivasi

Motivasi terbentuk sikap (attitude) seorang pegawai dalam menghadapi


situasi (situation) kerja. Motivasi merupakan kondisi yang menggerakkan diri
pegawai yang terarah untuk mencapai tujuan kerja.

Dari hasil pengamatan denganmaka dapat disimpulkan bahwa Kaur


Pemerintahan masih memiliki faktor penghambat dalam kinerjanya dari segi
motivasi yang masih rendah. Hal ini terlihat dari kurangnya inisiatif dalam
mencapai tujuan pekerjaan di kantor.

BAB 3
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN

Adapun hasil pembahasan yang

dilakukan oleh peneliti maka dapat ditarik

kesimpulan, yakni :

1. Kinerja Aparat Desa Dalam Penyelenggaraan Pemerintah Desa Binjai


Kecamatan Seruway Kabupaten Aceh Tamiang(Studi Pada Kaur Pemerintahan)
dapat dikatakan berjalan dengan baik.

2. Faktor yang menghambat kinerja yaitu kurangnya kemampuan dalam


mengoperasikan komputer serta kurangnya motivasi dari diri aparat untuk
mencapai tujuan kerja.

3.2 Saran

Berdasarkan dengan hasil pengamatan di atas, maka penulis ingin


memberikan saran kepada Kepala Desa, Aparat Kantor Desa Binjai Kecamatan
Seruway Kabupaten Aceh tamiang. Adapun saran penulis sebagai berikut :
1. Untuk pelaksanaan pelayanan dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan
desa, Kepala Desa beserta Aparat Desa perlu melakukan fungsi kerja dan tugasnya
secara maksimal agar lebih baik lagi dalam melayani masyarakatnya.

2. Perlu adanya pembelajaran atau kursus untuk Aparat Desa yang belum mahir
menggunakan komputer.

Anda mungkin juga menyukai