Oleh :
Nurcahaya Ramadhani
NPM.3031910046
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
JUDUL..................................................................................................................i
KATA PENGANTAR ........................................................................................ii
DAFTAR ISI .......................................................................................iii
1. BAB I PENDAHULUAN
1.1...................................................................................................................Latar
Belakang .................................................................................................1
1.2...................................................................................................................Rumusan
Masalah....................................................................................................2
1.3...................................................................................................................Tujuan
Masalah....................................................................................................2
iii
2.9...................................................................................................................Elemen -
Elemen Penilaian Kinerja Karyawan.......................................................12
2.10. Kesalahan Dalam Penilaian Kinerja Karyawan.................................14
2.11. Startegi MSDM dalam keberhasilan Kinerja Karyawan....................16
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................19
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
yang menyebabkan ketidaktepatan penilaian kinerja diantaranya adalah
ketidakjelasan makna kinerja yang diimplementasikan, ketidapahaman pegawai
mengenai kinerja yang diharapkan, ketidakakuratan instrumen penilaian kinerja,
dan ketidakpedulian pimpinan organisasi dalam pengelolaan kinerja.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
tugas-tugas itu harus dilakukan secara efektif dan efisien untuk membantu
organisasi mencapai tujuannya. Supaya bisa efektif dan efisien, tugas-
tugas itu harus dilakukan oleh orang atau pelaksana yang tepat, yang
memiliki kemampuan sesuai dengan beban tugas yang harus dilaksanakan,
sehingga para pelaksana memiliki dorongan atau motivasi yang tinggi
untuk menjalankannya. Selain dipengaruhi oleh adanya kesesuaian dengan
kemampuan, juga harus sesuai dengan ganjaran yang diterima, dan tidak
ada hambatan-hambatan yang serius dalam pelaksanaan pekerjaan dan
lain-lain.
4
manajer), yang dianggap menunjang unjuk kerjanya, yang digunakan
sebagai bahan pertimbangan untuk pengambilan keputusan tentang
tindakan-tindakan terhadap bidang ketenagakerjaan.
5
2.4. Manfaat Penilaian Kinerja Karyawan
Manfaat dari dilakukannya penilaian kinerja karyawan ialah
sebagai berikut:
6
karyawan menyelesaikan suatu pekerjaan yang menjadi tanggung
jawabnya.
5. Pengetahuan Teknis Seputar Pekerjaan
Apakah karyawan memiliki pengetahuan teknis tentang pekerjaan
yang menjadi tugasnya, karena hal ini juga berkaitan dengan mutu
pekerjaan dan kecepatan karyawan menyelesaikan pekerjaan yang
menjadi tanggung jawabnya.
6. Self Confifence
Seberapa jauh karyawan memiliki ketergantungan terhadap karyawan
lain dalam menyelesaikan pekerjaannya, karena hal ini berkaitan
dengan kemandirian (self confidence) seseorang dalam melaksanakan
pekerjaan.
7. Kemampuan Menyesuaikan Diri
Apakah karyawan memiliki kebijakan (judgment) yang bersifat
naluriah yang dimiliki oleh seseorang karyawan yang mempengaruhi
kinerjanya, karena dia mempunyai kemampuan menyesuaikan dan
menilai tugasnya dalam menunjang visi dan misi perusahaan.
8. Komunikasi Antar Karyawan
Kemampuan berkomunikasi karyawan, baik terhadap sesama rekan
maupun kepada atasannya.
9. Kerjasama Tim
Kemampuan karyawan dalam bekerja sama dengan karyawan lain.
Hal ini sangat berperan dalam menentukan kinerja karyawan tersebut.
10. Kemampuan Menyampaikan Ide
Kehadiran dalam mengikuti rapat ( Meeting ) yang disertai dengan
kemampuan menyampaikan gagasan atau pendapat kepada orang lain,
Tentunya hal ini akan mempunyai nilai tersendiri dalam penilaian
kinerja seorang karyawan.
11. Kemampuan Mengatur Pekerjaan
Kemampuan karyawan dalam mengatur pekerjaan yang menjadi
tanggung jawabnya termasuk membuat jadwal kerja.Secara umum hal
ini mempengaruhi kinerja seorang karyawan.
7
12. Kepemimpinan
Kepemimpinan menjadi faktor yang harus dinilai dalam kinerja
terutama bagi karyawan yang berbakat “memimpin” sekaligus
memobilisasi dan memotivasi teman-temannya untuk bekerja lebih
baik.
13. Kemampuan Mengembangkan Diri
Apakah seorang karyawan memiliki minat untuk memperbaiki
kemampuan diri sendiri yang menjadi faktor lain menilai kinerja
seorang karyawan.
14. Disiplin Ilmu
Faktor kesesuaian antara disiplin ilmu yang dimiliki karyawan dengan
penempatan pada bidang kerja.
8
standar kinerja harus ditulis secara spesifik dan mudah dipahami,
realistis dan terukur.
3. Sistem Penilaian Kinerja
Secara umum, ada 4 (empat) sistem atau metode penilaian kinerja
karyawan.Pertama yaitu Behaviour Appraisal System atau penilaian
kinerja yang didasarkan atas penilaian tingkah laku.Kedua,
Personel/Performer Appraisal System atau penilaian kinerja yang
didasarkan atas ciri dan sifat individu karyawan.Ketiga, Result
Oriented Appraisal System atau penilaian kinerja berdasarkan hasil
kerja. Keempat, Contingency Appraisal System atau penilaian kinerja
atas dasar kombinasi beberapa unsur : ciri, sifat, tingkah laku, dan
hasil kerja. Contoh penilaian kinerja karyawan sebenarnya mudah
ditemukan pada perusahaan yang sudah settle secara manajemen dan
setiap perusahaan memiliki metode penilaian kinerja tersendiri.
9
akar permasalahan jika karyawan tersebut tidak bekerja secara
maksimal.
3. Kebiasaan Buruk Karyawan
Kebiasaan yang buruk dapat mempengaruhi kinerja dan performa
karyawan. Misalnya saja bergosip di kantor, istirahat semaunya,
mengganggu rekan kerja hingga menggunakan fasilitas kantor untuk
keperluan pribadi.
Untuk menghindari kebiasaan buruk itu, Anda harus menetapkan
peraturan dan batasan dengan tegas. Terapkan peraturan dan budaya
perusahaan kepada semua karyawan tanpa terkecuali, termasuk sanksi
yang akan didapat apabila terjadi pelanggaran.
4. Sikap Karyawan
Sikap (attitude) yang buruk akan tercermin dalam pekerjaan yang
dilakukan karyawan, termasuk tidak patuh pada atasan. Hal ini
menunjukkan bahwa karyawan tersebut bukanlah orang yang bisa
membantu perusahaan mencapai tujuan.
Karyawan dengan sikap yang buruk cenderung mengabaikan
kebijakan perusahaan dan tidak menunjukkan rasa hormat kepada
atasan ataupun rekan kerja mereka.
5. Penampilan Karyawan
Umumnya setiap perusahaan memiliki standar masing-masing
mengenai dress code yang sesuai.Walaupun terdengar sepele, namun
sebenarnya hal ini bisa dijadikan acuan sebagai salah satu metode
penilaian karyawan di perusahaan Anda.
Perhatikan bagaimana penampilan karyawan Anda ketika datang ke
kantor. Jika mereka saja tidak peduli dengan citra perusahaan dengan
mengenakan pakaian yang tidak pantas atau berantakan, bagaimana
mereka bisa memenuhi ekspektasi Anda dalam mencapai tujuan?
6. Survei dari Klien
Kinerja karyawan yang buruk pada akhirnya akan terlihat pada hasil
layanan kepada klien. Survei klien bisa dengan cepat membantu Anda
10
mengidentifikasi masalah sekaligus menilai performa karyawan
mengingat klien pasti mengatakan pendapat mereka dengan jujur.
7. Pemeriksaan Dadakan
Walaupun biasanya perusahaan mengadakan pemeriksaan secara
terjadwal, tidak ada salahnya jika Anda menerapkan hal yang berbeda.
Coba untuk berani melakukan review atau pemeriksaan dadakan
terhadap standar kualitas. Cara ini berguna untuk mengetahui dengan
pasti seperti apa pekerjaan yang sedang dilakukan oleh karyawan.
11
karyawan yang asal – asalan, bertindak semaunya, bahkan
membangkang.
3. Kualitas Pekerjaan
Dalam menyelesaikan tanggung jawab yang telah diberikan, tak hanya
kecepatan tetapi tentunya kualitas pekerjaan dari karyawan pun butuh
dipertimbangkan.
Penilaian atas hasil pekerjaan ini diperlukan agar standar mutu
perusahaan tetap terjaga.Ini juga untuk mengetahui apakah karyawan
paham soal standar yang disyaratkan tersebut atau tidak.
Segi kualitas pekerjaan mereka harus tetap stabil dan kalau bisa
semakin baik setiap harinya.Dari sini pula dapat dinilai niat dan
kemauan para karyawan dalam berkontribusi untuk kemajuan
perusahaan.
4. Kecepatan Menyelesaikan Pekerjaan
Setelah tadi ada kualitas pekerjaan, kecepatan dalam menyelesaikan
pekerjaan pun termasuk parameter yang diperhitungkan dalam
penilaian kinerja karyawan.
Namun demikian, kecepatan dalam bekerja bukan berarti hasil
pekerjaannya ngasal.Tetap harus mengikuti standar dan punya kualitas
terbaik dengan tingkat produktivitas yang tinggi.
Dengan begitu, walaupun ditempa deadline padat sekalipun mereka
akan bisa menyelesaikannya sebaik mungkin. Selain pekerjaan
regular, load pekerjaan dadakan pasti akan menyulitkan mereka yang
tidak terbiasa bekerja dengan cepat.
Untuk mengantisipasi hal tersebut, parameter ini perlu untuk juga
menjadi evaluasi dalam penilaian kinerja karyawan.Kalau tidak
terbiasa tanggap, semua pekerjaan yang ada bisa menumpuk dan
malah keteteran.Pengetahuan Seputar Pekerjaan
12
Standar yang dibuat tentu saja harus berhubungan dengan jenis
pekerjaan yang akan diukur dan hasil yang diharapkan akan terlihat
dengan adanya penilaian kinerja ini.
2. Kriteria Manajemen Kinerja (Criteria for Managerial Performance)
Kriteria penilaian kinerja dapat dilihat melalui beberapa dimensi, yaitu
kegunaan fungsional (functional utility), keabsahan (validity),
empiris (empirical base), sensitivitas (sensitivity), pengembangan
sistematis (systematic development), dan kelayakan hukum (legal
appropriateness).
3. Pengukuran Kinerja (Performance Measures)
Pengukuran kinerja dapat dilakukan dengan menggunakan sistem
penilaian (rating) yang relevan. Rating tersebut harus mudah
digunakan sesuai dengan yang akan diukur, dan mencerminkan hal-
hal yang memang menentukan kinerja Werther dan Davis (1996:346).
Pengukuran kinerja juga berarti membandingkan antara standar yang
telah ditetapkan dengan kinerja sebenarnya yang terjadi.Pengukuran
kinerja dapat bersifat subyektif atau obyektif. Obyektif berarti
pengukuran kinerja dapat juga diterima, diukur oleh pihak lain selain
yang melakukan penilaian dan bersifat kuantitatif. Sedangkan
pengukuran yang bersifat subyektif berarti pengukuran yang
berdasarkan pendapat pribadi atau standar pribadi orang yang
melakukan penilaian dan sulit untuk diverifikasi oleh orang lain.
4. Analisa Data Pengukuran
Setelah menetapkan standar pengukuran, kemudian mulailah
dikumpulkan data-data yang diperlukan.Data-data dapat dikumpulkan
dengan melakukan wawancara, survei langsung, atau meneliti catatan
pekerjaan dan lain sebagainya.Data-data tersebut dikumpulkan dan
dianalisa apakah ada perbedaan antara standar kinerja dengan kinerja
aktual.
5. Tantangan dalam Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja harus bebas dari diskriminasi. Apapun bentuk atau
metode penilaian yang dilakukan oleh pihak manajemen harus adil,
13
realistis, valid, dan relevan dengan jenis pekerjaan yang akan dinilai
karena penilaian kinerja ini tidak hanya berkaitan dengan masalah
prestasi semata, namun juga menyangkut masalah gaji, hubungan
kerja, promosi/demosi, dan penempatan pegawai.
14
Efek halo (halo effect) adalah suatu kesalahan dilakukan manajer
karena menggunakan hanya satu faktor mewakili faktor lain dalam
mengambil keputusan utuk menentukan kinerja seseorang. Sebagai
contoh, seorang karywan memiliki kesetiaan yang tinggi, manajer
memberikan penilaian tinggi tanpa memerhatikan factor lain. Suatu
kemungkinan terjadi seorang karyawan baik dalam kesetiaan tetapi
belum tentu baik pada factor lain, seperti kuantitas dan kualitas hasil
pekerjaannya. Memang, jarang sekali seorang karyawan baik atau
buruk dalam semua faktor pekerjaannya. Tetapi, seorang karyawan
baik atau buruk pada suatu factor tertentu perlu pertimbangan atas
factor lain sebelum memutusan dalam penilaian kinerja..
3. Terpaku pada prestasi terbaru
Efek halo (halo effect) adalah suatu kesalahan dilakukan manajer
karena menggunakan hanya satu faktor mewakili faktor lain dalam
mengambil keputusan utuk menentukan kinerja seseorang. Sebagai
contoh, seorang karywan memiliki kesetiaan yang tinggi, manajer
memberikan penilaian tinggi tanpa memerhatikan factor lain. Suatu
kemungkinan terjadi seorang karyawan baik dalam kesetiaan tetapi
belum tentu baik pada factor lain, seperti kuantitas dan kualitas hasil
pekerjaannya. Memang, jarang sekali seorang karyawan baik atau
buruk dalam semua factor pekerjaannya. Tetapi, seorang karyawan
baik atau buruk pada suatu factor tertentu perlu pertimbangan atas
factor lain sebelum memutusan dalam penilaian
kinerja.Cara mengatasi kesalahan penilaian.
Efek halo (halo effect) adalah suatu kesalahan dilakukan manajer
karena menggunakan hanya satu faktor mewakili faktor lain dalam
mengambil keputusan utuk menentukan kinerja seseorang. Sebagai
contoh, seorang karywan memiliki kesetiaan yang tinggi, manajer
memberikan penilaian tinggi tanpa memerhatikan factor lain. Suatu
kemungkinan terjadi seorang karyawan baik dalam kesetiaan tetapi
belum tentu baik pada factor lain, seperti kuantitas dan kualitas hasil
pekerjaannya. Memang, jarang sekali seorang karyawan baik atau
15
buruk dalam semua factor pekerjaannya. Tetapi, seorang karyawan
baik atau buruk pada suatu factor tertentu perlu pertimbangan atas
factor lain sebelum memutusan dalam penilaian kinerja.
16
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Manajemen sumber daya manusia dapat didefinisikan pula sebagai
suatu pengelolaan dan pendayagunaan sumber daya yang ada pada
individu (pegawai). Pengelolaan dan pendayagunaan tersebut
dikembangkan secara maksimal di dalam dunia kerja untuk mencapai
tujuan organisasi dan pengembangan individu pegawai.
Kinerja karyawan perlu adanya penilaian dengan maksud untuk
memberikan satu peluang yang baik kepada karyawan atas rencana karier
mereka dilihat dari kekuatan dan kelemahan, sehingga perusahaan dapat
menetapkan pemberian gaji, memberikan promosi, dan dapat melihat
perilaku karyawan
Perusahaan dapat dikatakan berhasil dalam manajemen kinerja apabila memenuhi
kriteria berikut ini:
1. Proses dari manajemen kinerja dapat dimungkinkan penggunaannya untuk
memodifikasi dari tujuan perusahaan berdasarkan pengalaman dan
pengetahuan dari masing-masing individu yang diperoleh.
2. Proses dari manajemen kinerja mampu untuk disesuaikan dengan jenis
pekerjaan yang sesungguhnya pada perusahaan serta bagaimana kinerja itu
pada pengelolaan umumnya.
3. Dapat memberikan hasil nilai tambah, baik pada jangka pendek ataupun
panjang yang berupa pengembangan.
4. Dalam prosesnya, manajemen kinerja ini dapat bekerja secara jujur dan
adil, bahkan mampu berjalan secara transparan.
5. Memperhatikan usul dari masingmasing stakeholder mengenai skema
yang berjalan seberapa baik serta mengambil suatu tindakan menurut
kebutuhan agar memperbaiki proses-proses yang berjalan.
17
3.2 Saran
Demikian makalah ini dibuat, diharapkan bagi para pembaca dapat memberikan kritikan
saran agar makalah ini menjadi jauh lebih baik kedepannya
18
DAFTAR PUSTAKA
19