Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PSIKOLOGI KESEHATAN DAN GANGGUAN MENTAL


Makalah ini disusun untuk memenuhi
Tugas Ujian Akhis Semester Psikologi kesehatan mental dan gangguan mental
Dosen Pengampu : Uswah Wardiana, M.Si

Disusun Oleh :
Nama : Safira Indryani
NIM : 126308211063

KELAS 5-B

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SAYYID ALI RAHMATULLAH TULUNGAGUNG

2023
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT
yang mana sudah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya. Sholawat serta salam semoga tetap
tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah dalam rangka menambah pengetahuan bagi penulis dan pembaca serta
memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Kesehatan Mental & Gangguan Mental. Ucapan terima
kasih kami sampaikan kepada :

1. Prof. Dr. H. Abd. Aziz, M.Pd.I, selaku rektor UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung
yang sudah memberikan kesempatan kepada kami menuntut ilmu di Universitas islam ini.
2. Uswah Wardiana M, Si, selaku dosen pengampu mata kuliah Modifikasi Perilaku yang
sudah mengajar dan memberikan pengarahan kepada kami.
3. Teman-teman Psikologi Islam 5B yang dengan senang hati sudah memberikan dukungan
kepada penulis untuk menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan makalah jauh dari kata sempurna. Mohon
untuk kritik dan saran dari pembaca sangat diperlukan untuk megembangkan makalah ini dan
menutupi kekurangannya. Semoga makalah ini dapat membantu proses pembelajaran pada mata
kuliah Psikologi Kesehatan Mental & Gangguan Mental dan dapat memberikan manfaat
terhadap pembaca.

Tulungagung, 30 November 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................

DAFTAR ISI......................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................

A. Latar Belakang ........................................................................................................


B. Rumusan Masalah....................................................................................................
C. Tujuan .....................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................................

A. Respon ....................................................................................................................
1. Pengertian Respon ............................................................................................
2. Respon Terkondisi.............................................................................................
3. Menghilangkan Respon Terkondisi...................................................................
4. Pengalaman – Penglaman Traumatis.................................................................
5. Meneruskan Respon Terkondisi........................................................................
6. Insight (pemahaman).........................................................................................
7. Belajar Uji Coba ...............................................................................................

BAB III PENUTUP.............................................................................................................

A. Kesimpulan .............................................................................................................
B. Saran........................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Respon adalah tindakan yang penuh arti dari individu sepanjang tindakan itu
memiliki makna subjektif bagi dirinya dan diarahkan pada orang lain. Tindakan sosial
yang dimaksud dapat berupa tindakan yang bersifat membatin atau bersifat subjektif yang
mungkin terjadi karena terpengaruh dari situasi atau juga dapat merupakan tindakan
pengulangan dengan sengaja sebagai akibat dari pengaruh situasi serupa.
Respon merupakan reaksi, artinya penerimaan atau penolakan, serta sikap acuh
tak acuh terhadap apa yang disampaikan oleh komunikator dalam pesannya. Respon
dapat dibedakan menjadi opini (pendapat) dan sikap, dimana pendapat atau opini adalah
jawaban terbuka (overt response) terhadap suatu persoalan yang dinyatakan dengan kata-
kata yang diucapkan atau tertulis. Sedangkan sikap merupakan reaksi yang tertutup
(convert response) yang bersifat emosional dan pribadi, merupakan tendensi untuk
memberikan reaksi yang sangat positif atau negatif terhadap orang-orang, obyek, atau
situasi tertentu.
Seorang individu tidak terbentuk begitu saja dengan kepribadian tertentu sebagai
pembawaannya semenjak lahir. Kehidupan manusia terbentuk dengan proses yang
bertahap. Berbagai proses bertahap itulah yang akan membentuk dan mempengaruhi
kepribadian individu. Menurut Dollard dan Miller sebagai tokoh teori Behaviorisitik
menyatakan bahwa dalam perkembangan kepribadian individu sewaktu lahir dan sampai
pada saat tertentu bayi hanya dilengkapi dengan sejumlah perilaku yang terbatas.
Meskipun Dolard dan Miller menyatakan bahwa bayi mempunyai kapasitas bawaan
namun kapasitasnya sangat terbatas dan hanya akan muncul sebagai respon pada
stimulus-stimulus tertentu. Contohnya bayi yang akan menangis ketika merasa kelaparan
adalah suatu respon dan “rasa lapar” adalah stimulus. Selain itu menurut Dollar dan
Miller ada aspek lain dalam perkembangan kepribadian yaitu proses belajar. Unsur
penting selain stimulus dan respon sebagai pembentuk kepribadian adalah penguatan
(reinforcement) yang mana dalam hal penerapannya tidak terlalu berbeda dengan konsep
stimulus respon.

1
Berdasarkan pemaparan di atas, maka makalah ini memberikan informasi penting
untuk memahami mengenai respon dalam sebuah dinamika kepribadian.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari respon?
2. Apa yang terjadi dalam respon terkondisi?
3. Bagaimana cara menghilangkan respon terkondisi?
4. Apa pengertian dari pengalaman traumatis?
5. Apa yang terjadi dalam meneruskan respon terkondisi?
6. Apa definisi dari insight?
7. Apa yang terjadi dalam belajar uji coba?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari respon.
2. Untuk mengetahui terjadinya respon terkondisi.
3. Untuk mengetahui cara menghilangkan respon terkondisi.
4. Untuk mengetahui pengertian dari pengalaman traumatis.
5. Untuk mengetahui terjadinya dalam meneruskan respon terkondisi.
6. Untuk mengetahui definisi dari insight.
7. Untuk mengetahui terjadinya belajar uji coba.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Respon
1. Pengertian Respon
Respon berasal dari kata response yang berarti jawaban, balasan, atau tanggapan
(reaction). Dalam kamus besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa respon adalah
tanggapan, reaksi dan jawaban terhadap suatu gejala atau peristiwa yang terjadi.
Sedangkan menurut kamus lengkap Psikologi disebutkan bahwa respon adalah
sebarang proses otot atau kelenjar yang dimunculkan oleh suatu perangsang, atau
berarti satu jawaban, khususnya satu jawaban bagi pertanyaan tes atau satu kuesioner,
atau bisa juga berarti sebarang tingkah laku, baik yang jelas kelihatan atau yang
lahiriah maupun yang tersembunyi atau tersamar.
Menurut Soerjono Soekanto menyebut kata respon dengan kata response yaitu
perilaku yang merupakan konsekuensi dari perilaku sebelumnya. Ia mendefinisikan
respon seperti dalam kutipan berikut ini: “interaksi dengan perorangan atau kelompok
masyarakat, terlihat dari adanya aksi dan reaksi serta mengandung rangsangat dan
respons.
Menurut Khusniati Rofiah dalam bukunya Dakwah Jamaah Tabligh menyebutkan
bahwa respon adalah istilah yang digunakan oleh psikologi untuk menamakan reaksi
terhadap rangsang yang diterima oleh panca indera. Respon biasanya diwujudkan
dalam bentuk perilaku yang dimunculkan setelah dilakukan perangsangan. Sedangkan
menurut Abu Ahmadi mengartikan respon sebagai proses pengamatan yang sudah
berhenti dan menimbulkan kesan kesan.

Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan respon adalah reaksi, jawaban, atau
tanggapan yang bersifat terbuka dan cenderung datang lebih cepat dan langsung
terhadap suatu gejala atau peristiwa yang terjadi. Respon itu terbentuk dari proses
rangsangat atau pemberian sebab akibat dari proses rangsangat tersebut.

3
2. Respon Terkondisi
Konsep respons terkondisi berasal dari pengondisian klasik . Ivan Pavlov
menemukan pengondisian klasik saat mempelajari respons air liur anjing. Pavlov
memperhatikan bahwa meskipun anjing secara alami mengeluarkan air liur ketika
makanan ada di mulutnya, mereka mengeluarkan air liur saat melihat
makanan. Beberapa anjing bahkan mengeluarkan air liur ketika mendengar langkah
kaki orang yang memberi mereka makanan berjalan di aula. Pengamatan ini memberi
kesan kepada Pavlov bahwa respons air liur alami telah digeneralisasikan pada
stimulus yang awalnya netral. Tetapi juga kepada stimulus-stimulus substitusi, seperti
kehadiran orang yang memberi Makanan kepadanya atau bunyi langkah-langkah kaki
yang mendekatinya. Sebagai hasil dari observasinya, Pavlov mengadakan percobaan
yang terkenal dengan sebutan pengondisian.

Anjing yang sudah biasa dipakai sebagai subjek percobaan dipasangi dengan
perlengkapan pada meja. Sebuah bel kemudian dibunyikan, dan setelah berbunyi
selama beberapa detik, makanan diletakkan pada mulut anjing itu. Prosedur ini
diulang beberapa kali. Akhirnya, suatu respons terkondisi bisa terbentuk, yakni anjing
itu mengadakan respons dengan mengeluarkan air liur terhadap bunyi bel itu. Suatu
stimulus yang secara biologis tidak adekuat telah menghasilkan respons serupa yang
secara khas merupakan hasil dari stimulus yang secara biologis adekuat.

Bahwa pengondisian itu terjadi pada manusia merupakan hal yang biasa dan dapat
diamati. Kita sering mengalami mulut kita penuh air liur waktu menunggu makanan
yang enak. Bayi belajar mengadakan respons pada waktu ia melihat sebuah botol
karena dalam pikirannya botol itu ada hubungannya dengan susu. Banyak respons
emosional dapat juga dijelaskan dengan pengondisian, terutama kalau respons itu
dipelajari selama masa bayi atau awal masa kanak-kanak.

4
3. Menghilangkan Respon Terkondisi
Dalam respons terkondisi dapat juga dihilangkan dengan mengulang stimulus
buatan tanpa memberikan hadiah bagi respons tersebut. Pavlov berpendapat bahwa
jika seekor binatang yang telah dikondisikan untuk memberikan respons terhadap
bunyi bel dengan air liur yang mengalir diberikan serangkaian pengalaman di mana
tidak disuguhkan makanan setelah bunyi bel, maka setelah beberapa percobaan ia
berhenti memberikan respons air liur anjing itu.
4. Pengalaman – Pengalaman Traumatis
pengalaman traumatis adalah guncangan emosional yang sekurangkurangnya
untuk sementara waktu mengacaukan pengendalian normal diri individu. Dikatakan
guncangan karena sumber-sumber yang terdapat dalam individu tidak adekuat untuk
menghadapi situasi dengan berhasil. Trauma-trauma rupanya lebih banyak dialami
pada masa kanak-kanak daripada ketika masa dewasa karena anak, khususnya bayi,
hanya memiliki sedikit kesempatan untuk mempelajari lingkungannya dalam
menahan
guncangan itu. Apa yang telah dipelajari dalam situasi-situasi masa lampau memiliki
pengaruh yang kuat terhadap penyesuaian diri yang dilakukan pada situasi sekarang.

Seseorang yang telah mengalami trauma, yang diberinya respons dengan


kecemasan yang luar biasa dan kemudian ditambah lagi dengan disorganisasi
emosional, mungkin menjadi bingung dalam mengalami penyebab-penyebab aktual
dari pengaruh-pengaruh itu. Stimulus-stimulus yang berasosiasi menjadi stimulus-
stimulus terkondisi, dan dengan demikian cukup berpotensi untuk membangkitkan
kecemasan atau bahkan respons ketakutan. Misalnya, seorang anak kecil yang pemah
digigit seekor anjing mungkin tidak hanya memberi respons dengan ketakutan untuk
beberapa hari kemudian terhadap kehadiran seekor anjing, tetapi juga mungkin
memberikan respons dengan cara yang sama terhadap kehadiran seekor kucing.
Karena bagaimanapun juga, kucing itu berbulu, berkaki empat, dan berekor. Anak itu

5
— yang tidak memiliki sumber belajar yang adekuat — tidak dapat membedakan
antara kedua binatang itu.

5. Meneruskan Respon Terkondisi


Suatu respons terkondisi diperkuat dengan perkuatan (reinforcement) dan
diperlemah (walaupun tidak dimusnahkan) dengan tidak diberi perkuatan. Dalam
Proposisi sentral dari teori reinforcement tersebut adalah bahwa individu akan
cenderung menampilkan perilaku tertentu jika hal itu diikuti secara langsung oleh
peristiwa yang menyenangkan, atau akan hilang jika diikuti dengan hal-hal yang tidak
disukai. Atau sebuah perilaku akan diulangi jika menyenangkan dan tidak akan
diulangi jika menghasilkan seseatu yang tidak menyenangkan. Pandangan
Reinforcement ini menyatakan bahwa perilaku sangat ditentukan oleh peristiwa
eksternal, bukan dari faktor internal. Kemudian konsep sentral dari Reinforcement
theory mengacu pada peristiwa atau sesuatu yang dapat diobservasi. Segala hal yang
dapat merubah atau mengganti perilaku disebut dengan stimulus. Perubahan perilaku
yang disebabkan oleh adanya stimulus dinamakan respon. Reinforcement (perkuatan)
adalah segala akibat yang menyenangkan yang dihasilkan dari sebuah respon,
Reinforcement akan memperkuat respon (perilaku yang menyenangkan akan
cenderung diulang). Dalam respon terkondisi ini entah bentuk adaptif maupun
maladaptif dan jika respo tersebut di teruskan maka respone tersebut mengandung
tujuan tertentu bagi individu. Mengingat perasaan aman sebagai kebutuhan dasar,
maka tidak mengherankan jika individu harus mengadakan respons terhadap suatu
situasi yang telah dikondisikan kepadanya sebagai ancaman dengan usaha melarikan
diri. Apabila dengan belajar yang baru ia melihat situasi itu tidak lagi mengancam,
maka respons yang lama diganti. Kebanyakan orang dewasa telah mengatasi
ketakutan masa kanak-kanaknya karena telah memperoleh informasi baru. Mereka
dapat menggantikan respons-respons sebelumnya itu dengan cara-cara respons yang
baru karena respons-respons sebelumnya tidak diperlukan lagi atau tidak dapat
digunakan untuk memenuhi kebutuhan. Sebaliknya, beberapa orang masih tetap

6
meneruskan respons-respons yang terkondisi dan maladaptif karena respons-respons
ini tetap merupakan cara untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan.
6. Insight (Pemahaman)
Para psikolog Gestalt mendefmisikan insight sebagai persepsi tentang suatu arti
secara tiba-tiba tanpa ada kaitannya dengan pengalaman sebelumnya. Persepsi
tentang arti seperti itu mengakibatkan tingkah laku yang tepat. Ini adalah pandangan
yang ekstrem mengenai arti dari insight. Tetapi tampaknya insight adalah akibat dari
pengalaman-pengalaman yang dikumpulkan sedikit demi sedikit dalam situasi-situasi
sebelumnya dan dari latar belakang langsung tingkah laku coba-coba. Pada manusia,
kebanyakan belajar coba-coba ini yang menghasilkan insight bersifat verbal.
Insight adalah melihat hubungan-hubungan baru, mengatur kembali faktor-faktor
yang terus-menerus ada ke dalam suatu pola yang baru. Kecepatan untuk mencapai
insight berbeda-beda tergantung pada kesulitan masalah. Semakin sulit masalah,
semakin lama juga waktu yang dibutuhkan untuk mencapai insight. Tingkat kesulitan
dari masalah tersebut langsung berhubungan dengan kemampuan-kemampuan orang
yang memecahkan masalah itu. Dalam psikoterapi sangat ditekankan pentingnya
memperoleh insight. Mungkin fungsi yang sangat penting dari terapis ialah
membantu pasiennya untuk melihat masalah yang sebenamya. Orang yang tidak
mampu menyesuaikan diri cenderung memusatkan perhatiannya pada frustrasi
tertentu yang sedang dialaminya. Jika ia berhasil mengintegrasikan situasinya
sekarang dengan tujuan-tujuan dan dengan pengalaman-pengalamannya pada masa
lampau, maka hal-hal yang kecil sekarang yang tadinya kelihatan begitu besar akan
menjadi bagian yang sangat kecil dalam pola keseluruhan.
Perkembangan insight berkaitan erat dengan hadiah dan hukuman. Apabila
tingkah laku yang disebabkan oleh insight memberikan hadiah bagi orang yang
bertingkah laku, maka ia akan meneruskan tingkah laku itu. Tentu saja insight itu bisa
salah, tetapi tingkah laku yang disebabkan oleh insight yang salah dan kelihatan
maladaptif bagi orang yang mengamatinya, mungkin dirasa adaptif bagi orang yang
bertingkah laku itu sendiri.
7. Belajar Uji Coba

7
Dalam belajar uji coba (trial and error learning), orang yang belajar berusaha
melakukan berbagai gerakan, rupanya secara serampangan dan tidak mengenai
hubungan antara gerakan-gerakan itu dengan hasil-hasil yang ingin dicapai. Dalam
belajar coba-coba seperti dalam insight, tingkat kesulitan dari masalah bagi subjek
yang memecahkannya adalah penting. Apabila masalahnya sangat sederhana, langkah
pertama mungkin merupakan respons yang tepat. Misalnya, seorang dewasa yang
diberi teka-teki yang berlaku untuk anak kecil mungkin akan segera menemukan
jawabannya dengan hanya sekali coba. Tetapi jika ia diberi teka-teki yang sangat
rumit, maka ia pasti akan membuat banyak langkah yang salah sebelum akhimya
menemukan jawaban yang tepat. Dalam situasi-situasi yang mengandung arti pribadi
dan teratama dalam situasi-situasi di mana konflik-konflik adalah kuat dan tegangan
emosi hebat, hampir pasti ia akan mencoba berbagai cara pemecahan berturut-turut.

8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Respon adalah reaksi, jawaban, atau tanggapan yang bersifat terbuka dan
cenderung datang lebih cepat dan langsung terhadap suatu gejala atau peristiwa yang
terjadi. Respon itu terbentuk dari proses rangsangat atau pemberian sebab akibat dari
proses rangsangat tersebut Konsep respons terkondisi berasal dari pengondisian
klasik . Ivan Pavlov menemukan pengondisian klasik saat mempelajari respons air liur
anjing. Dalam respons terkondisi dapat juga dihilangkan dengan mengulang stimulus
buatan tanpa memberikan hadiah bagi respons tersebut. pengalaman traumatis adalah
guncangan emosional yang sekurangkurangnya untuk sementara waktu mengacaukan
pengendalian normal diri individu. Dikatakan guncangan karena sumber-sumber yang
terdapat dalam individu tidak adekuat untuk menghadapi situasi dengan berhasil. Suatu
respons terkondisi diperkuat dengan perkuatan (reinforcement) dan diperlemah
(walaupun tidak dimusnahkan) dengan tidak diberi perkuatan. Dalam Proposisi sentral
dari teori reinforcement tersebut adalah bahwa individu akan cenderung menampilkan
perilaku tertentu jika hal itu diikuti secara langsung oleh peristiwa yang menyenangkan,
atau akan hilang jika diikuti dengan hal-hal yang tidak disukai Insight adalah melihat
hubungan-hubungan baru, mengatur kembali faktor-faktor yang terus-menerus ada ke
dalam suatu pola yang baru. Kecepatan untuk mencapai insight berbeda-beda tergantung
pada kesulitan masalah. Semakin sulit masalah, semakin lama juga waktu yang
dibutuhkan untuk mencapai insight. Dalam belajar uji coba (trial and error learning),
orang yang belajar berusaha melakukan berbagai gerakan, rupanya secara serampangan
dan tidak mengenai hubungan antara gerakan-gerakan itu dengan hasil-hasil yang ingin
dicapai.

9
B. Saran
Sebagai penulis yang menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah ini akan
tetapi pada kenyataanya masih banyak kekurangan kekurangan yang perlu diperbaiki. Hal
ini dikarenakan kurangnya pengetahuan penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangaun sangat penulis harapkan sebagai bahan evaluasi kedepannya.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi A. (2010). Psikologi Umum. Jakarta: PT. Asdi Mahasatya.

Chaplin, J.P. (2006). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Depdiknas. (2012). Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa. Jakarta: PT. Gramedia

Pustaka Utama

Nirmala, A.T dan Pratama, A. A. (2006). Kamus Lengkap Bahasa Indonesia.

Surabaya: Prima Media.

Rofiah, K. (2010). Dakwah Jamaah Tabligh. Ponorogo: STAIN Ponorogo Press.

Yustinus Semiun, O. F. M. (2006). Kesehatan Mental 1. Kanisius.

10

Anda mungkin juga menyukai