Anda di halaman 1dari 24

INFORMASI UMUM

A. Identitas modul
1 Nama Penyusun : SRI SUBEKTI,S.Pd
2 Institusi : SMA Negeri 1 Kemusu
3 Tahun : 2022
4 Jenjang Sekolah : SMA Negeri 1 Kemusu
5 Kelas : X
6 Alokasi Waktu : 2 JP
Peserta didik sudah mengenal beberapa bahan kimia dalam
B Kompetensi awal :
kehidupan sehari hari

C Profil Pelajar Pancasila Bertakwa kepada Tuhan YME (Peserta didik memiliki rasa
a untuk tetap menjaga lingkungan dan memahami
keterhubungan ekosistem bumi)

: Kreatif ( Peserta didik memiliki keluwesan berpikir dalam


b
mencari alternatif solusi permasalahan)

Mandiri ( Peserta didik dapat menunjukkan inisiatif dan


c
bekerja secara mandiri

D Sarana dan Prasarana HP / Komputer / Laptop


:
Jaringan internet, Buku Paket Peserta Didik, Alat Tulis dan Bahan
Ajar

E Target Peserta Didik Peserta didik regular / tipikal : umum, tidak ada kesulitan
a
dalam mencerna dan memahami materi ajar.

Peserta didik dengan kesulitan belajar: memiliki gaya belajar


yang terbatas hanya satu gaya misalnya dengan audio.
b Memiliki kesulitan dengan bahasa dan pemahaman materi
: ajar, kurang percaya diri, kesulitan berkonsentrasi jangka
panjang, dsb.

Peserta didik dengan pencapaian tinggi: mencerna dan


memahami dengan cepat, mampu mencapai keterampilan
c
berfikir aras tinggi (HOTS), dan memiliki keterampilan
memimpin.

Model Pembelajaran yang


F : Discovery Learning dengan moda luring
digunakan

KOMPONEN INTI
A Tujuan pembelajaran : Peserta didik mampu menjelaskan konsep kimia dalam kehidupan
sehari-hari dan menerapkan konsep kimia serta menganalisis
suatu kasus yang berhubungan dengan pengelolaan lingkungan

Pertemuan :
Peserta didik dapat menjelaskan dengan bahasa sendiri
6
pengertian dan pentingnya kimia hijau dengan menganalisis
artikel pencemaran limbah nikel di Morowali, Sulawesi
Tengah

B Pemahaman Bermakna : Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta didik mengetahui


pengertian kimia hijau dan pentingnya kimia hijau dalam
membantu melestarikan lingkungan ; mengetahui proses kimia
serta reaksi kimia yang terjadi di lingkungan sekitar
C Pertanyaan Pemantik : 1 Bagaimana cara melestarikan lingkungan melalui proses
kimia dalam kehidupan sehari-hari ?
D Persiapan Pembelajaran 1 Memperhatikan lingkungan kelas dalam keadaan bersih dan
rapi
2 Mengkondisikan peserta didik
3 Persiapan modul ajar/rancangan kegiatan belajar
Pertemuan 1 : Menjelaskan konsep kimia yang terjadi dalam
E Kegiatan Pembelajaran
kehidupan sehari-hari
Tahapan Kegiatan Waktu
1. Guru memberi salam dan menyapa peserta didik
PENDAHULUAN

2. Peserta didik dan guru berdoa untuk memulai pelajaran


3. Guru mengecek kehadiran peserta didik
4. Guru melakukan Apersepsi : masih ingatkah kalian mengenai 10 Menit
pencemaran yang terjadi pada lingkungan ? Bagaimana cara
mengatasi pencemaran yang terjadi pada lingkungan ?

STIMULUS / PEMBERIAN RANGSANGAN


Guru meminta peserta didik mengamati video yang ditampilkan tentang
dampak pencemaran limbah nikel di Morowali, Sulawesi Tengah (Link
video:
https://id-
id.facebook.com/jatamsulteng.official/videos/989548301622585/
IDENTIFIKASI MASALAH
Guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengidentifikasi
KEGIATAN INTI

sebanyak mungkin pertanyaan. Misalnya : 70


1. Apakah yang timbul dalam benak kalian setelah mencermativideo Menit
tersebut?
2. Apakah yang kalian rasakan jika berada pada lingkungan yang
terkena dampak pencemaran limbah nikel di Morowali, Sulawesi
Tengah?
3. Bagaimana mengkaitkan proses kimia yang terjadi dengan upaya
pelestarian lingkungan?

PENGUMPULAN DATA DAN PENGOLAHAN DATA


1. Guru dapat membagi peserta didik menjadi 6 kelompok yang
maksimal terdiri 5 orang menyesuaikan jumlah peserta didik.
2. Guru membagikan LKPD dan peserta didik membaca petunjuk,
mengamati LKPD
3. Peserta didik dalam kelompok mencermati gambar peristiwa
dampak pencemaran limbah nikel di Morowali, Sulawesi Tengah
yang terdapat pada awal pertemuan, lalu melihat dampak yang
ditimbulkan oleh fenomena tersebut.
4. Peserta didik memperhatikan dan mengamati penjelasan yang
diberikan guru terkait dengan pentingnya kimia hijau.
5. Guru memotivasi peserta didik dalam kelompok atau individual
untuk menuliskan dan menanyakan permasalahan yang belum
dipahami dari masalah yang disajikan dalam LKPD serta guru
mempersilahkan peserta didik dalam kelompok lain atau secara
individual untuk memberikan tanggapan, bila diperlukan guru
memberikan bantuan komentar secara klasikal.
6. Beberapa perwakilan kelompok atau secara individual menyajikan
secara tertulis dan lisan hasil pembelajaran atau apa yang telah
dipelajari pada tingkat kelas atau tingkat kelompok mulai dari apa
yang telah dipahami berkaitan dengan permasahan kehidupan
sehari-hari berdasarkan hasil diskusi dan pengamatan.
7. Peserta didik yang lain dan guru memberikan tanggapan dan
menganalisis hasil presentasi meliputi tanya jawab untuk
mengkonfirmasi, memberikan tambahan informasi, melengkapi
informasi ataupun tanggapan lainnya.

PEMBUKTIAN / VERIFIKASI
Peserta didik membuktikan hasil pekerjaannya dengan membaca
literatur dan mencocokan jawabannya.

PENARIKAN KESIMPULAN
Peserta didik melakukan refleksi, resume dan membuat kesimpulan
secara lengkap, komprehensif dan dibantu guru dari materi yang terkait
kimia hijau.
1. Guru dan peserta didik merangkum bersama
PENUTUP

2. Guru mengingatkan tentang materi untuk pertemuan berikutnya 10 Menit


3. Guru dan peserta didik mengucapkan salam dan berdoa penutup
E Assesmen

NO Penilaian deskripsi keterangan

1 Asesmen diaognostik non kognitif, non lisan Lampiran 1


kognitif)

2 Asesmen formatif (Sikap) Observasi Lampiran 2

3 Asesmen Sumatif (Pengetahuan) Tertulis Pilihan Ganda Lampiran 3

F Pengayaan dan
remedial

NO Penilaian deskripsi keterangan


untuk peserta didik yang telah mencapai
1 Pengayaan Lampiran 4
tujuanpembelajaran.

2 Remedial untuk peserta didik yang belum Lampiran 4


mencapai tujuanpembelajaran

Refleksi Peserta Didik dan Guru


Refleksi bagi peserta didik

1. Dari proses belajar hari ini, hal yang saya pahami adalah
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………..
2. Dari proses belajar hari ini, hal yang belum saya pahami adalah/saya ingin mengetahui lebih
dalam tentang
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………..
3. Dari proses belajar hari ini, hal yang akan saya lakukan dalam kehidupan sehari-hari
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………..

Refleksi bagi guru:

1. Apakah materi pembelajaran sudah sesuai dengan tujuan pembelajaran?


………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………..………………………………………………………………………………………
2. Apakah alokasi waktu pembelajaransudah sesuai dengan yang direncanakan?
………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………..………………………………………………………………………………………
3. Apakah pembelajaran dengan menggunakan model Discovery Learning dapat diterapkan
pada pembelajaran hari ini?
………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………..………………………………………………………………………………………
LAMPIRAN
A Lembar Kerja Peserta Didik : Lampiran 5
Bahan Bacaan Guru dan
B Peserta Didik : Lampiran 6
C Glosarium Ekologi: Cabang ilmu biologi yang mempelajari interaksi antara
makhluk hidup dengan makhluk hidup laindan juga dengan
lingkungan sekitarnya.
Lumpur : Campuran cair atau semicair antara air dan tanah
: Toksik : Bahan kimia berbahaya
D Daftar Pustaka Anwar, Muslih. ( 2015). Kimia Hijau / Green Chemistry . [ Online].
Diakses : http://bptba.lipi.go.id/bptba3.1/?lang=id&u=blog-
single&p=343

Tjahjadarmawan, E. dkk. (2021). Ilmu Pengetahuan Alam SMA


Kelas X. Jakarta : Pusat Kurikulum dan Perbukuan Badan
Penelitian dan Pengembangan dan Perbukuan Kementerian
Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.

https://youtu.be/zBMW2Z-ZjcE
https://www.youtube.com/watc h?v=38phz7Wnitc

https://id-
id.facebook.com/jatamsulteng.official/videos/989548301622585/

Mengetahui, Kemusu, 10 Juni 2022


Kepala SMA Negeri 1 Kemusu Guru Mata Pelajaran

Muh Zuhri, S.Pd., M.Pd. Sri Subekti,S.Pd


NIP 197207081998011001 NIP 197605252014062003
LAMPIRAN 1
ASESMEN DIAGNOSTIK

ASESMEN NON-KOGNITIF ASESMEN KOGNITIF


1. Apa kabar semuanya pada hari ini? 1. Jelaskan pengertian dari hakekat ilmu kimia!
2. Apa saja yang kamu lakukan sebelum 2. Bahan kimia apa saja yang ada di sekitarmu!
belajar di pagi ini ?
3. Apa harapan kalian setelah mengikuti
pembelajaran ini nanti ?

LAMPIRAN 2

ASESMEN FORMATIF

A. PENILAIAN RANAH SIKAP


1) LEMBAR OBSERVASI
No Aspek yang dinilai Teknik penilaian Waktu penilaian Instrument
1 Kreatif Pengamatan Proses dan tugas Lembar observasi
2 Kerja sama Pengamatan Proses dan tugas Lembar observasi
3 Mandiri Pengamatan Tugas Lembar observasi
4 Bernalar Kritis Pengamatan Proses Lembar observasi

Aspek Sikap yang dinilai


Jumlah Skor Kode
No. Nama Peserta Didik Kerja Bernalar
Kreatif Mandiri Skor Sikap Nilai
sama Kritis
1
2
3
2). RUBRIK PENILAIAN SIKAP

ASPEK INDIKATOR NILAI


Peserta didik memiliki rasa ingin tahu 25
Peserta didik tertarik dalam mengerjalan tugas 25
Kreatif
Peserta didik berani dalam mengambil resiko 25
Peserta didik tidak mudah putus asa 25
TOTAL 100
Peserta didik terlibat aktif dalam bekerja kelompok 25
Peserta didik bersedia melaksanakan tugas sesuai kesepakatan 25
Kerja sama Peserta didik bersedia membantu temannya dalam satu
25
kelompok yang mengalami kesulitan
Peserta didik menghargai hasil kerja anggota kelompok 25
TOTAL 100
Peserta didik mampu memecahkan masalah 25
Peserta didik tidak lari atau menghindari masalah 25
Mandiri
Peserta didik mampu mengambil keputusan 25
Peserta didik bertanggung jawab 25
Pesertadidik mampu merumuskanpokok-pokok permasalahan 25
Peserta didik mampu mengungkap fakta yang dibutuhkan
25
dalam menyelesaikan suatu masalah
Bernalar
Peserta didik mampu memilih argumen logis, relevan, dan
Kritis 25
Akurat
Peserta didik dapat mempertimbangkan kredibilitas
25
(kepercayaan) sumber informasi yang diperoleh.
TOTAL 100
SKOR TOTAL 400
3. LEMBAR PENILAIAN DIRI

4. LEMBAR PENILAIAN TEMAN SEBAYA


Penilaian ini dilakukan dengan meminta peserta didik untuk menilai temannya sendiri. Sama halnya
dengan penilaian hendaknya guru telah menjelaskan maksud dan tujuan penilaian, membuat kriteria
penilaian, dan juga menentukan format penilaiannya.

Nama teman yang diamati :

Pengamat :
Jumlah Skor Kode
No Pernyataan Ya Tidak
Skor Nilai
Sikap
1 Mau menerima pendapat teman.
100
2 Memberikan solusi terhadap
100
permasalahan.
350 87,5 SB
3 Memaksakan pendapat sendiri
50
kepada anggota kelompok.
4 Marah saat diberi kritik. 100
LAMPIRAN 3
3. Kajian Wood Mackenzie 2020 memperkirakan, jumlah kendaraan listrik akan
mencapai 323 juta pada 2040 atau naik 35 kali lipat dari saat ini. Saat sama
teknologi baterai beralih ke teknologi yang memerlukan lebih banyak nikel.

Kebutuhan nikel tumbuh bersama pasar kendaraan listrik. Rencana pemerintah


mengembangkan industri kendaraan listrik tak lepas dari masalah lingkungan
hidup.

Logam berat apa yangterdapat pada kendaraan listrik?


a. Seng (Zn)
b. Nikel (Ni )
c. Timbal (Pb)
d. Raksa (Hg)

4. Pada peristiwa menipisnya lapisan ozon, jenis refrigen bahanperusak ozon


(BPO) apa yang terlepas ke atmosfer?
a. O2
b. CO2
c. HCFC
d. NO2
5. Menurut Anastas & Warner hal yang penting dalam green chemistry,kecuali…
a. Mencegah terjadinya limbah di tempat pertama
b. Menggunakan pereaksi dan pelarut yang aman
c. Melakukan perubahan reaksi secara selektif dan efisien
d. Menggunakan produk dan reaksi kimia yang tidak perlu
KUNCI JAWABAN:
1. A
2. B
3. B
4. C
5. D
LAMPIRAN 4
LAMPIRAN 5

LEMBAR KEJA PESERTA DIDIK (LKPD 1)

Aktivitas
A) STIMULUS
Amatilah gambar tampilan tepian pantai kala ada tambang nikel.

Sumber: Foto: Jatam Sulteng/ Mongabay Indonesia

WALHI region Sulawesi merilis laporan akhir tahun 2021 pada Senin (27/12/2021) yang
menyoroti dampak industri tambang nikel di empat provinsi yaitu Sulawesi Selatan,
Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Utara.

Laporan itu menyebutkan bahwa ambisi pemerintah menjadikan Indonesia sebagai


produsen baterai terbesar di dunia mendorong ekspansi pertambangan nikel sebagai salah
satu bahan baterai di Sulawesi. Sunardi Katili, Direktur Eksekutif Daerah WALHI
Sulawesi Tengah, menjelaskan bahwa Indonesia kini telah menjadi pemasok bahan baku
dalam industri global, tapi tidak memperhatikan lingkungan dan kesejahteraan
masyarakat.

“Di Sulteng, pengolahan nikel dari kawasan industri Indonesia Morowali Industrial Park
(IMIP) berdampak pada pencemaran ekosistem laut akibat pembuangan limbah tailing
yaitu rusaknya terumbu karang dan berimbas terhadap kehidupan nelayan di pesisir. Ini
akibat dari sedimentasi yang terbawa air hujan mempengaruhi ekosistem mangrove yang
selama ini digunakan sebagai wilayah penangkaran kepiting sejak bertahun-tahun”,
tutupnya.

IMIP merupakan kawasan industri pengolahan nikel atau smelter yang dibangun oleh PT.
Sulawesi Mining Investment (SMI) yang merupakan perusahaan gabungan (joint venture)
dari salah satu perusahaan nikel terbesar yang beroperasi di Kecamatan Bahodopi,
Morowali, Sulteng yaitu PT. Bintang Delapan Mineral (BDM) dengan perusahaan BUMN
raksasa dari China yakni Dingxin Group dengan kepemilikan saham terbesar dimiliki oleh
Dingxin Group yaitu 55 % dan sisanya 45 % dimiliki oleh BDM.

Tahun 2013 infrastruktur pabrik pengolahan nikel PT. SMI mulai dibangun. Setelah
melewati tahap konstruksi cepat, kawasan industri IMIP seluas 2.0000 hektar mulai
beroperasi sejak 2015. Dan saat ini
Dampak lainnya adalah kerusakan hutan mangrove sehingga berimplikasi terhadap
kehilangan salah satu sumber mata pencaharian warga Desa Laroenai yang dulunya
memanfaatkan lokasi hutan mangrove tersebut sebagai tempat budidaya kepiting.

B. IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarkan gambar dan wacana mengenai Penambangan Nikel dan dampaknya bagi
lingkungan ., tuliskan beberapa pertanyaan yang akan dibahas bersama pada kolom di
bawah ini
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………
C. PENGUMPULAN DATA
Tuliskan jawaban pertanyaan yang telah dibuat pada kolomdi bawah ini
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………

……………………………………………………………………………………………
………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
D. PEMBAHASAN
……………………………………………………………………………………………
Tuliskan jawaban pertanyaan yang telah dibuat pada kolomdi bawah ini
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………

……………………………………………………………………………………………
………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………
Menyoal Pengembangan Baterai Nikel bagi Lingkungan Hidup dan Sosial

oleh Della Syahni [Jakarta] di 17 December 2020

Awal November lalu, Arifin Tasrif, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral meluncurkan
operasional Stasiun Penukaran Baterai Kendaraan Listrik Umum (SPBKLU) di tiga tempat: Kantor
PLN UP3 Cikokol, Alfamart Gandaria Kebayoran Baru dan Kantor Dirjen Ketenagalistrikan di
Kuningan, Jakarta Selatan.

Arifin mengatakan, SPBKLU ini dapat jadi solusi percepatan terbentuknya ekosistem kendaraan
bermotor listrik berbasis baterai.

“Kami berharap mekanisme SPBKLU ini dapat dikembangkan lebih luas lagi sesuai dengan
roadmap yang sudah direncanakan, hingga memberikan manfaat bagi masyarakat luas,” katanya.

Rida Mulyana, Dirjen Ketenagalistrikan KESDM, mengatakan, saat ini ada sembilan titik SPBKLU
di Jakarta, Tangerang dan Tangerang Selatan. Sesuai roadmap SPBKLU, kata Rida, pada 2025
ditargetkan tersedia 10.000 ribu SPBKLU dan 15.625 pada 2030.

Hal ini, katanya, merupakan komitmen KESDM dalam mendukung program percepatan
kendaraan bermotor listrik berbasis baterai untuk transportasi jalan sesuai Perpres No 55/2019.

Sedot Banyak Nikel

Kajian Wood Mackenzie 2020 memperkirakan, jumlah kendaraan listrik akan mencapai 323 juta
pada 2040 atau naik 35 kali lipat dari saat ini. Saat sama teknologi baterai beralih ke teknologi
yang memerlukan lebih banyak nikel. Menurut International Energy Agency, pada 2019 terjual
65 kiloton nikel untuk baterai dan diprediksi meningkat hingga 925 kiloton pada 2025.

“Kebutuhan nikel tumbuh bersama pasar kendaraan listrik. Namun, rencana pemerintah untuk
mengembangkan industri kendaraan listrik tak lepas dari masalah lingkungan,” kata Pius Ginting,
Koordinator Perkumpulan Aksi Ekologi dan Emansipasi Rakyat (AEER) dalam sebuah diskusi
daring baru-baru ini.
Pelabuhan perusahaan nikel. Tampak tongkang dengan nikel mentah. Foto: Eko Rusdianto/
Mongabay Indonesia

Indonesia, katanya, memiliki cadangan nikel terbesar di dunia mayoritas tersebar di Sulawesi
Tengah, Sulawesi Tenggara dan Maluku Utara. Nikel Indonesia, kata Pius, berjenis laterit yang
lebih sulit diolah jadi nikel baterai. Karena itu digunakan teknologi hidrometalurgi high pressure
acid leaching (HPAL) untuk memproduksi nikel baterai dari bijih laterit. HPAL menghasilkan
limbah olahan berbentuk lumpur (tailing).

Di Indonesia, ada tiga proyek HPAL dibangun di Morowali, Sulawesi Tengah dan Obi, Maluku
Utara. PT QMB dan PT Huayue, perusahaan asal Tiongkok akan beroperasi di Indonesia Morowali
Industrial Park (IMIP) pada 2021. Sementara PT Halmahera Persda Lygend milik Harita Group
dan Zhejiang Lygend beroperasi akhir tahun ini di Obi. Smelter HPAL juga akan dibangun di
Indonesia Weda Bay Industrial Park (IWIP) yang dicanangkan menjadi sentra produksi baterai
kendaraan listrik. Masalahnya, kata Pius, proyek HPAL di Morowali dan Obi ini hendak
membuang tailing ke laut dalam dengan alasan aktivitas seismik dan curah hujan tinggi. Sebanyak
25,6 juta ton tailing direncanakan buang ke laut Morowali oleh empat lini HPAL di kedalaman
250 meter. Keadaan ini akan jadi salah satu praktik pembuangan tailing terbesar di dunia.

Di Obi, tailing yang akan dibuang ke laut mencapai 6 juta ton pertahun pada kedalaman 230
meter. Pius menegaskan, aktivitas ini berbahaya. Kandungan logam dan sisa pengolahan dalam
tailing berpotensi masuk ke rantai makanan, terakumulasi dan mengancam manusia. Fungsi
ekosistem laut juga terancam, termasuk mangrove yang mampu menyimpan karbon 1.023 ton
CO2 per hektar.

“Pembuangan tailing ke laut juga tak bebas risiko gempa,” katanya.

Pembuangan tailing ke laut sudah dilarang di Kanada dan Amerika Serikat, serta ditentang oleh
51 negara termasuk Tiongkok.
Jumadil, memperlihatkan tali tempat bergantung rumput laut. Kini dia tidak lagi bertani rumput
laut karena lahan terkena pencemaran dari tambang nikel. Foto: Kamarudin/ Mongabay
Indonesia

Energi Batubara

Masalah lain yang jadi sorotan adalah listrik HPAL yang bersumber dari batubara. Di IMIP listrik
dipasok PLTU batubara dengan kapasitas mencapai 2.410 megawatt. Di Obi, bersamaan dengan
konstruksi HPAL, kapasitas PLTU akan ditingkatkan sampai 900 megawatt. IWIP juga akan
didukung PLTU 3×250 megawatt di akhir 2020. Kapasitas terpasang akan ditingkatkan bertahap
hingga 2000 megawatt dengan kebutuhan batubara 248.000 ton per hari atau 8,8 juta ton per
tahun dengan kandungan batubara berkalori 4.200 kkal perkg. Ini tergolong batubara kalori
rendah.

Lantas, apa alternatifnya? Pius mencontohkan, HPAL Taganito di Filipina yang punya
karakteristik geografis serupa, rawan gempa dan curah hujan tinggi, juga daerah badai tropis.
Dengan kapasitas produksi sedang, HPAL Taganito (36 kiloton pertahun) membuang tailing ke
dam sistem downstream, sistem dam yang diyakini paling kokoh. “Pembuangan tailing ke laut
dapat dibaca sebagai usaha perusahaan menekan ongkos operasi dan mengalihkan ongkos
dampak lingkungan pada masyarakat lokal,” katanya.

Untuk itu, katanya, dengan tak mengurangi dukungan terhadap kendaraan listrik namun mesti
merancang eksploitasi nikel terbatas dan memberikan prioritas pada kendaraan publik. Kalau
ekploitasi tidak terlalu masif, kata Pius, dampak lingkungan masih bisa dikelola.

Tekan Emisi?

Sisi lain, eksploitasi nikel juga menimbulkan dampak di lokasi tambang dan praktis memicu krisis
iklim. Menurut Ketua Advokasi Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) Sulteng, Moh. Taufik, lebih
dari 200.000 hektar lahan tambang di Sulawesi Tengah memberi dampak pada masyarakat dan
daya dukung lingkungan hidup. Di wilayah hulu ada lahan masyarakat diterobos industri
tambang. Masyarakat protes karena proses pemberian izin tak melibatkan masyarakat. Dampak
lingkungan serius juga terjadi kala banjir melanda Kecamatan Bahodopi pada 2018.
“Tiga desa terendam banjir,” kata Taufik.

Banjir juga mengakibatkan warga desa kehilangan lahan pertanian, tiga korban jiwa dan
jembatan rusak sekitar Rp150 miliar.

Selain itu, katanya, laut Morowali juga terindikasi tercemar logam berat. Menurut nelayan, kata
Taufik, lumpur yang mencemari laut juga mengakibatkan karang rusak dan ikan hilang.

“Ini semua hanya untuk kebutuhan kendaraan listrik yang kita tau penikmatnya bukan mereka,”
katanya.

Danau Tiu di Morowali Utara, sekitar 600 hektar juga tercemar lumpur akibat aktivitas tambang
nikel yang berdampak pada mata pencaharian warga di tiga desa dan nelayan tradisional.

Eksploitasi nikel di wilayah pesisir Teluk Tomori di Kabupaten Morowali Utara juga
meninggalkan banyak lubang tambang yang tak direklamasi.

Tak hanya wilayah tangkap nelayan, aktivitas tambang nikel juga merusak sumber air bersih
warga setidaknya di dua wilayah di Morowali dan Morowali Utara. Masyarakat, kata Taufik, juga
mengeluhkan dampak debu karena lokasi pabrik smelter nikel berdampingan dengan
pemukiman masyarakat, pakai PLTU sebagai pembangkit listrik.

Taufik juga menyoroti pendapatan daerah yang ‘jauh panggang dari api’. Seperti dikutip dari
Kontan, Gubernur Sulawesi Tengah Longki Djonggala mendesak perusahaan smelter
berkontribusi terhadap pendapatan asli daerah (PAD).

Menurut Longki, pemda tak mendapat dana bagi hasil karena sesuai Peraturan Menteri Keuangan
No 13.2017 produk nickel pig iron (NPI) yang dihasilkan smelter tidak kena tarif.

“Agak absurd ketika pemerintah mengatakan industri kendaraan listrik dan baterai untuk
menekan emisi, tapi di wilayah eksploitasi nikel meninggalkan jejak buruk bagi warga, nelayan,
dan wilayah setempat,” kata Taufik.

Hal serupa terjadi di Halmahera Tengah, Maluku Utara. Indonesia Weda Bay Industrial Park
(IWIP) berencana membangun kawasan terintegrasi mulai dari penambangan nikel hingga
pengolahan baterai litium di atas lahan seluas sekitar 8.000 hektar yang semua merupakan lahan
pertanian.

Munadi Kilkolda, anggota DPRD Halmahera Tengah, penguasaan lahan untuk industri ini secara
paksa.

“Masyarakat tak punya pilihan, lahan dibayar murah,” katanya.

Selain kehilangan lahan pertanian, katanya, tambang di area ini juga menurunkan daya dukung
lingkungan hidup dan terancam risiko bencana skala besar.

Selain krisis air, secara sosial, masyarakat sekitar makin jauh dari kedaulatan pangan.
“Mulai makan, belanja sembako, air bersih semua dibawa dari luar. Semua belanja dari kota.”

Tak hanya itu, wilayah tangkap nelayan juga makin hilang karena ada area yang semula wilayah
pencarian nelayan beralih menjadi wilayah industri yang melarang nelayan menangkap ikan di
sekitar kawasan IWIP.

Kampung-kampung dan jalan masyarakat, setelah menjadi konsesi perusahaan, dipagar dan
akses masyarakat mencari kayu bakar seringkali terhambat.

Agnes Megawati, dari Departemen Media dan Komunikasi Eksternal PT IWIP mengatakan, saat
ini proyek Weda Bay masih fase pertama sebatas produksi ferro nickel.

Di pabrik smelter, kata Agnes, dilakukan pengolahan bijih nikel dengan menggunakan teknologi
blast furnace (RKEF) yang menghasilkan produk akhir berupa ferro nickel.

Limbahnya, kata Agnes, dapat diolah jadi bahan baku untuk pengecoran jalan. “Jadi belum sampai
di produksi bahan baku baterai listrik,” katanya.

Kemungkinan, katanya, di fase ketiga baru mulai untuk produksi baterai listrik. Bahan baku
baterai listrik itu adalah nickel sulfide , dengan pengolahan bijih nickel pakai teknologi HPAL.

Untuk penyerapan tenaga kerja, kata Agnes, saat ini sudah ada sekitar 8.000 tenaga kerja baik
dari lokal Maluku Utara maupun dari beberapa provinsi di Indonesia.

Begini tampilan tepian pantai kala ada tambang nikel. Foto: Jatam Sulteng/ Mongabay Indonesia
Desa Mandiodo, Kecamatan Molawe, Konawe Utara, dilihat dari pegunungan. Di lokasi itu
merupakan wilayah tambang, jika hujan datang air bercampur ore nikel merembes hingga ke
Pesisir Pantai Mandiodo. Foto: Kamarudin/ Mongabay Indonesia

Proses penambangan di PT Vale. Foto: Eko Rusdianto/Mongabay Indonesia

Kemudian dampak yang lain dari aktivitas tambang nikel di Sulawesi Selatan adalah pencemaran
sungai dan laut. Potret pencemaran sungai dan laut tersebut terjadi di area tambang milik PT
Citra Lampia Mandiri. Penebangan hutan dan penambangan nikel telah membuat Sungai Laoili,
Pongkeru hingga Sungai Malili tercemar. Warnanya berubah menjadi coklat pekat, dan
berlumpur.

Terkait berbagai situasi tersebut, WALHI Region Sulawesi mengajukan sejumlah tuntutan ke
pemerintah, yaitu moratorium tambang nikel di Sulawesi, tinjau ulang izin-izin tambang Nikel di
Sulawesi, selamatkan hutan tropis Sulawesi dan selamatkan rakyat dan perempuan Sulawesi.

Anda mungkin juga menyukai