Anda di halaman 1dari 1

Langit yang Terluka

Langit sore itu terluka oleh warna merah senja yang mencakar langit, meninggalkan
goresan-goresan indah di balik awan. Di tepi kota kecil, terdapat sebuah perpustakaan
kecil yang terkenal dengan keheningan dan keajaiban kata-kata yang tertuang di setiap
halamannya.

Sari, seorang gadis remaja yang gemar membaca, duduk di sudut perpustakaan dengan
buku favoritnya. Matahari sudah mulai merunduk, memberikan nuansa emas pada
sekelilingnya. Namun, pikirannya tidak sepenuhnya tercurahkan pada halaman buku di
hadapannya. Ada sesuatu yang mengganggunya.

Di sudut perpustakaan, Sari melihat seorang laki-laki tua yang duduk sendirian di kursi
kayu tua. Wajahnya tercermin kesedihan yang mendalam, dan pandangan matanya
merayap di atas halaman buku yang terbuka di hadapannya. Sari merasa tertarik untuk
menghampirinya.

"Dik, apa yang sedang kamu baca?" tanya Sari sambil tersenyum ramah.

Laki-laki tua itu, bernama Pak Agus, menoleh dan menyambut senyum Sari. "Oh, ini hanya
sebuah buku tentang kenangan," jawabnya lembut.

Sari duduk di sebelah Pak Agus, dan mereka mulai berbincang. Pak Agus membagikan
kisah tentang masa kecilnya yang penuh warna di kota ini. Ceritanya membawa Sari ke
dunia di mana langit senja tak pernah kehilangan keajaibannya.

Saat langit semakin merah, Sari dan Pak Agus menyadari bahwa mereka telah berbagi
lebih dari sekedar cerita. Mereka telah menemukan teman sejati di antara halaman-
halaman cerita hidup. Dalam keheningan perpustakaan yang damai, mereka merasakan
kekuatan kata-kata untuk menyembuhkan luka di hati dan membuat langit, meskipun
terluka, tetap indah.

Ketika Sari meninggalkan perpustakaan, langit senja memberikan sentuhan akhir pada hari
itu. Sari tersenyum melihat langit yang terluka, karena kini dia tahu, bahkan luka pun bisa
menjadi bagian dari keindahan yang abadi.

Anda mungkin juga menyukai