aspek, yaitu fisik, intelektual atau kognitif, emosi, sosial, moral/spiritual, dan identitas
diri (Lewis & Garnic, 2002; McLean & Syed, 2015; Sigelman & Rider, 2008).
Hal penting dari Dewasa secara fisik adalah mampu menyalurkan dorongan seksual
ke arah yang positif, sehat, dan tepat. Kesehatan diperoleh bila ada keseimbangan
antara kerja dan olahraga serta istirahat yang cukup. Ternyata banyak orang yang
menderita penyakit tertentu karena memiliki pola hidup yang salah. Misalnya,
penyakit diabetes melitus tipe 2, yaitu yang diderita ketika seseorang sudah berusia
dewasa. Penyebabnya antara lain karena yang bersangkutan memiliki pola makan
yang salah, terlalu banyak memakan yang manis-manis dan unsur lainnya yang
mengandung glukosa, kurang gerak, selain memiliki riwayat penyakit diabetes di
dalam keluarga.
Dewasa secara emosional dapat diperoleh bila sejak kecil seorang anak diberikan
kesempatan menyatakan emosinya, tidak memendam sendiri apa yang ia rasakan,
apalagi bila perasaan itu negatif, seperti sedih, takut, atau khawatir. Peran orang tua
penting agar anak dapat merasakan bahwa ia dikasihi, dilindungi, dan dihargai
sehingga dapat tumbuh menjadi pribadi yang percaya diri.
Hal penting lainnya dalam dewasa secara sosial adalah mengambil peran positif
untuk memberi sumbangsih berarti bagi lingkungannya. Tidak ada orang yang bisa
hidup sendirian; ia selalu membutuhkan keberadaan orang lain dan mengambil
bagian untuk saling berbagi.
5. Dewasa secara moral
Dewasa secara moral atau spiritual adalah kemampuan menjalin hubungan dengan
Tuhan dan sesama, menggunakan standar nilai yang berlaku universal dan
konsisten.
Dengan modal kedekatan hubungan dengan Tuhan ini, ia memiliki idealisme atau
cita-cita luhur untuk memberikan sumbangsih positif bagi kehidupan masyarakat
yang lebih baik, terutama mereka yang hidup dalam keadaan kurang
menguntungkan, misalnya karena miskin, terbatasnya akses untuk mendapatkan air
yang cukup agar bisa hidup bersih, terbatasnya akses untuk mendapatkan
pendidikan, dan sebagainya.
Harus diakui bahwa orang tua lebih sering memberikan komentar negatif daripada
komentar positif terhadap anak. Bila demikian halnya, sulit bagi anak untuk
menemukan apa kekuatan yang dimilikinya. Orang yang menyadari keberadaan
dirinya juga diharapkan bertanggung jawab untuk konsekuensi dari tindakan atau
perbuatannya, dan tidak malah berbalik menyalahkan orang lain.