Anda di halaman 1dari 1

RUU CIPTA KERJA ATAU CIPTA RESAH?

Zalba Lalana
Sungguh menakjubkan sekali melihat keadaan Indonesia saat ini. Investasi yang berhamburan,
ruang hidup yang dijadikan lahan ekonomi kapital, buruh yang dipekerjakan bak budak, tanah
yang semakin diprivatisasi, dan masih banyak lagi hal menakjubkan di Indonesia. Hal yang
menakjubkan ini bukanlah dalam bentuk positif tentunya, sungguh menggelikan melihat keadaan
saat ini dan yang akan datang penuh akan gelapnya asap yang dihasilkan oleh produksi wacana-
wacana jahat pemerintah. Sepintas, sepertinya rakyat sekali lagi harus banyak-banyak menelan
pil pahit untuk menyelaraskan pahitnya kehidupan yang akan datang. Mungkin saja, keaadaan
Indonesia saat ini dan yang akan datang lebih pahit dan getir daripada obat-obatan yang nantinya
pun akan digoncangkan oleh wacana jahat tersebut.
Dengan munculnya wacana omnibus law belakangan ini sepertinya memberikan perasaan was-
was bagi rakyat di negeri ini. Diskusi-diskusi yang sudah dimulai oleh beberapa organisasi
menjadi pengingat bahwa munculnya omnibus law ini tak lepas daripada permasalahan yang
akan ditimbulkannya. Masalah-masalah tersebut melabrak berbagai sektor seperti perburuhan,
ekologi, investasi, perpajakan, lingkup keluarga, kesehatan, dan lain-lain. Akibatnya, banyak
sekali rakyat yang sampai sekarang kebingungan dampak apa saja yang akan mereka telan jika
rencana yang penulis sebut jahat ini terlaksana. Kemungkinan besar, tatanan ekonomi, sosial,
budaya dan lainnya akan tergoyahkan dengan adanya 79 UU di dalam omnibus law ini, salah
satunya yang paling banyak mendapat sorotan adalah RUU cipta kerja.
RUU cipta kerja terdiri atas beratus pasal, dengan tebal 1000 lebih halaman, sebuah proyek
ambisius era rezim Jokowi saat ini. Melihat banyaknya regulasi yang terdampak, membuat
masalah RKUHP saja tak bisa disejajarkan dengan RUU ini. RUU yang menurut negara akan
menciptakan lapangan pekerjaan dan mulusnya perputaran ekonomi ini tidaklah semulia yang
diucapkan oleh negarawan dan politikus di kursi mereka. Nyatanya, jikalau RUU ini diterbitkan
maka terbentanglah keresahan berkelanjutan atas hajat hidup orang banyak di negara ini, mulai
dari was-was akan pekerjaannya yang tidak tetap, rumahnya yang suatu saat bisa saja digusur,
lahan pertaniannya yang juga suatu saat bisa juga digusur, kewas-was an akan hidupnya di
rumah, dan keresahan lainnya yang belum disebutkan.

Anda mungkin juga menyukai