Anda di halaman 1dari 26

KATA PENGANTAR

Segenap puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah
memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penuntun ini dapat tersusun.

Penuntun ini disusun dalam rangka memenuhi kebutuhan praktikum dan untuk
memahani koleksi serangga sebagai penunjang pengetahuan bagi mahasiswa yang
mengikuti mata kuliah Entomologi di Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian
Universitas Siliwangi.

Penyusun tekankan pada mahasiswa, bahwa penuntun ini bukanlah satu-satunya


pustaka untuk mempelajari dari koleksi serangga, maka diharapkan mahasiswa
mempelajari dari sumber pustaka lainnya.

Dalam kesempatan ini, penyusun menyampaikan terima kasih kepada semua


pihak yang telah membantu hingga tersusunnya tulisan ini. Mudah-mudahan tulisan
yang sederhana dan singkat ini bermanfaat bagi yang memerlukannya.

Tasikmalay,Februari 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ………………………………………………….…. i
DAFTAR ISI …………………………………………………………….… ii
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………… iv
BAB I. PENDAHULUAN ……………………………………………. I - 1

BAB II. PENANGKAPAN SERANGGA


2.1. Faktor Yang Mempengaruhi Penangkapan Serangga II - 1
2.1.1. Iklim ……………………………………………….II - 1
2.1.2. Cuaca ……………………………………….…… II - 1
2.1.3. Waktu periodik ……………………………….… II - 1
2.1.4. Makanan dan tempat hidup ………………………. II - 2
2.2. Perlengkapan untuk menangkap serangga ...………….. II - 2
2.2.1. Jaring serangga ……………………………….… II - 3
2.2.1.1. Jaring Serangga Udara …………………. II - 3
2.2.1.2. Jaring Serangga Darat ……………………II - 4
2.2.1.3. Jaring Serangga Akuatik ……………........II - 5
2.2.2. Botol Racun ………………………………….…… .II - 5
2.2.3. Amplop ……………………………………….…......II - 7
2.2.4. Aspirator ……………………………………….…….II - 8
2.2.5. Beating umbrella/payung penadah ……………..........II - 8
2.2.6. Perangkap (Trap) ………………………………….. II - 9
2.2.7. Pinset, forcep dan kuas ……………………………. II - 10

BAB III.CARA MENANGKAP DAN MEMINDAHKAN SERANGGA


DARI JARING ……………………………………………….. III - 1
BAB IV. CARA MEMBUNUH SERANGGA
4.1. Dengan pemanasan ………………………………………. IV - 1
4.2. Dengan botol racun ………………………………..…….. IV - 1
4.3. Dengan suntikan …………………………………………. IV - 1
4.4. Menggunakan alkohol …………………………………… IV - 2
BAB V. RELAKSASI/PELEMASAN SERANGGA YANG KAKU …… V - 1

BAB VI. PENGHILANGAN JARINGAN LEMAK …………………… …. VI - 1

BAB VII. PEMELIHARAAN WARNA ………………………………….. . VII- 1

BAB VIII. PENGAWETAN SERANGGA


8.1. Koleksi Basah ……………………………………………. VIII- 1
8.2. Koleksi Kering …………………………………………… VIII- 1

DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1. Jaring serangga udara …………………………………..…. II - 3
Gambar 2.2. Konstruksi dan pola jaring serangga darat …...……….….…. II - 4
Gambat 2.3. Tipe-tipe botol racun ………………………………………..... II - 6
Gambar 2.4. Pembuatan amplop dan cara melipat kertas ………………… II - 7
Gambar 2.5. Aspirator ……………………………………………………..... II - 8
Gambar 2.6. Beating Umbrella ……………………………………………… II - 9
Gambar 2.7. Beberapa tipe perangkap serangga ……………………………. II - 10
I.PENDAHULUAN

Serangga merupakan golongan hewan yang jumlahnya paling banyak


dibandingkan golongan hewan lainnya yang hidup di permukaan bumi, baik dalam
jumlah spesies maupun dalam jumlah individunya. Keistimewaan ini merupakan
salah satu dari beberapa ciri khas yang dimiliki serangga, meliputi: kemampuan
adaptasi dan keperidian yang tinggi, daya memencar, berubah bentuk dalam tiap
stadia siklus hidupnya serta mengkonsumsi makanan dalam jumlah kecil dalam satu
siklus hidupnya.

Koleksi dan pengawetan serangga pada penuntun ini lebih ditunjukkan untuk
keperluan ilmiah, walaupun dalam beberapa hal dapat dipergunakan untuk keperluan
lainnya. Penuntun Koleksi serangga ini dapat dimanfaatkan dan menjadi salah satu
bahan rujukan dalam penelitian taksonomi. Dalam pelaksanaan koleksi ini, untuk
setiap spesies yang diamati diperlukan dalam jumlah banyak, terutama untuk
determinasi dan identifikasi spesies. Pengenalan serangga hingga spesies ini penting
sebagai dasar pengetahuan penunjang ilmu lainnya.

Dalam pengumpulan serangga harus diketahui niche dari serangga agar kita
dapat lebih mudah menangkap serangga tersebut. Waktu yang tepat untuk
pengumpulan serangga adalah pada musim panas atau kemarau.

Sebagian besar biosfer bumi didiami oleh serangga, baik di darat, laut maupun
udara. Banyak diantaranya yang menjadi hama, tetapi tidak sedikit pula yang
menguntungkan manusia. Spesies serangga yang hidup di daratan lebih banyak
dibandingkan dengan spesies serangga yang hidup di lautan. Di antara beberapa yang
dapat hidup di laut adalah beberapa Diptera dari Famili Chironomidae dan genus
Halobates dari Ordo Hemiptera.
Serangga akuatik yang hidup di air tawar ditemukan dalam kolam-kolam rawa,
danau atau daerah aliran sungai yang penuh dengan vegetasi. Serangga akuatik ini
dapat menetap di permukaan, melayang di dalam air, merayap di dasar air, melekat di
bebatuan, di bawah lumut, pasir atau sampah-sampah organik.
Serangga terestrial atau daratan dijumpai tersebar mulai dari daerah kutub
hingga daerah tropis, dari lembah hingga pantai. Serangga dapat dijumpai pula dalam
jaring tanaman, dari daun hingga akar tanaman yang paling dalam.
Kadang kala kita perlu memelihara atau mengembangbiakan serangga yang
diperoleh agar kita dapat mengkoleksi dan mempelajari tiap stadium serangga yang
hendak diidentifikasi.
II.PENANGKAPAN SERANGGA

2.1. Faktor Yang Mempengaruhi Penangkapan Serangga


2.1.1. Iklim
Serangga yang hidup didaerah tropis dapat dijumpai sepanjang hari, terutama
pada awal musim kemarau. Pada daerah sub tropis, waktu yang terbaik untuk
mengumpulkan serangga adalah pada siang hari, terutama pada musim panas, semi
dan musim gugur. Pada musim dingin, serangga mengalami hibernasi (diapause pada
musim dingin). Pengumpulan serangga sepanjang tahun dapat memberikan hasil yang
lebih baik ditinjau baik dari jumlah maupun varietas spesiesnya.

I.1.2. Cuaca
Serangga merupakan hewan yang berdarah dingin, temperatur tubuhnya
menyesuaikan diri dengan temperatur udara di sekelilingnya. Pada temperatur udara
50 0C serangga tidak aktif. Serangga aktif terbang pada temperatur 21 0C – 36 0C, bila
temperatur lebih tinggi bagi serangga akan mencari tempat berlindung di bawah
permukaan atau tempat-tempat teduh dan dingin. Tetapi sebagian diantaranya dapat
bertahan pada temperatur tinggi.

Fluktuasi temperatur udara dan turunnya hujan akan mempengaruhi aktivitas


serangga. Pada situasi dan kondisi tersebut serangga sukar diperoleh untuk dikoleksi.

2.1.3. Waktu Periodik


Kebanyakan serangga aktif pada siang hari (bersifat diurnal), tetapi ada pula
yang aktif sore hari sampai matahari terbenam (bersifat crepus cular), sedang sisanya
aktif pada malam hari (nocturnal). Dengan mengetahui sifat-sifat serangga, maka
dapat diperoleh gambaran dan penentuan waktu yang tepat untuk menangkap/mencari
dan mengoleksi serangga yang dimaksud.
2.1.4. Makanan dan Tempat Hidup
Habitat (tempat hidup) serangga merupakan sumber ditemukannya serangga.
Serangga dapat hidup dan mencari makan di setiap bagian tanaman baik di atas
permukaan tanah maupun di bawahnya. Serangga dapat pula hidup pada kotoran,
sampah dan tanaman mati ataupun pada beberapa macam jamur. Dapat pula hidup
pada yang sering mereka gunakan sebagai tempat berlindung atau rumah serangga.
Serangga lainnya memilih bangunan atau gedung, perabot rumah, karpet, baju, buku
dan makanan kering sebagai habitatnya.

Koleksi stadia serangga (larva, nimfa, pupa, kokon dan imago) dapat diperoleh
dari hasil rearing (pemeliharaan) biasanya lebih baik dan lebih utuh dari pada yang
diperoleh/ditangkap dari lapang terutama pada golongan serangga yang mudah rusak
seperti kupu-kupu atau ngengat.

2.2 Perlengkapan Untuk Menangkap Serangga.


Perlengkapan yang perlu dibawa pada saat mencari dan menangkap serangga
di lapang, antara lain :
1. Jaring serangga
2. Tempat penyimpanan kertas tissue
3. Amplop atau kertas untuk membuat amplop
4. Pinset, forcep dan kuas
5. Loop/hand lens
6. Botol racun

Untuk menangkap serangga tertentu, perlu ditambahkan alat-alat lain, yakni:


1. Aspirator
2. “Beating umbrella” / payung penadah
3. Ayakan penyaring
4. Perangkap serangga
5. Separator
6. Perlengkapan serangga akuatik

2.2.1. Jaring Serangga


Jaring serangga terdiri dari 3 (tiga) jenis, yaitu :
2.2.1.1. Jaring Serangga Udara (Acrial net / butterfly net)
2.2.1.2. Jaring Serangga Darat (Sweaping net / beating net)
2.2.1.3. Jaring Serangga Akuatik (Aquatic net)

2.2.1.1. Jaring Serangga Udara (Acrial net / butterfly net)


Jaring serangga tersebut digunakan untuk menangkap serangga yang sedang
terbang atau istirahat di puncak daun, khususnya pada kupu-kupu, ngengat, skipper,
belalang, lalat, kumbang, capung dan lain-lain.

Jaring tersebut berbentuk kerucut dengan ukuran panjang 2 (dua) kali garis
tengah bingkai jaring. Bahan-bahan yang diperlukan dalam pembuatan jaring dapat
dilihat pada gambar 2.1.

A. A. Panjang simpai kawat yang


merupakan jaring adalah + 100 cm.
30 cm kawat 0,6 – 0,8 mm pangkal kawat
dibengkokkan untuk dikaitkan pada
6 cm 10 cm jaring.

B. Tangkai pegangan dengan panjang +


1.25 m. pada ujung tangkai dibuat
parit untuk menempelkan pangkal

C. kawat/bingkai jaring.
D : Jaring yang sudah jadi
Kain belacu
Dijepi, dibuat

a lubang utk bingkai

b dijahit
kain kassa

dijahit

2.2.1.2. Jaring Serangga Darat ( Sweaping net / beating net )


Jaring tersebut lebih cocok digunakan untuk menangkap nimfa, larva atau
serangga dewasa yang sedang istirahat atau makan pada semak-semak atau pada
tanaman yang rendah. Konstruksi dan pola jaring tersebut dapat dilihat pada gambar
2.2.
a. Konstruksi Jaring b. Pola Jaring

30

45

Gambar 2.2. Konstruksi dan pola jaring serangga darat

Bentuk jaring terestrial ini bentuknya kerucut dan tersusun dobel (2 jaring). Jaring
bagian luar hampir sama dengan jaring serangga udara, hanya ukuran panjangnya
antara 45 – 60 cm. Jaring bagian dalam panjang 30 cm dengan ujung tumpul dan
terbuka. Diameter jaring + 30 cm dengan tangkai pegangan 75 cm.
Jaring serangga darat ini menggunakan bahan yang lebih kuat dan kasar
dibanding jaring kupu-kupu. Bahannya bisa menggunakan kain bola atau driil, karena
material yang masuk ke dalam jaring selain serangga juga tercampur daun atau
ranting yang terbawa pada saat mengayun jaring.

2.2.1.3. Jaring Serangga Akuatik (Aquatic net)


Jaring serangga air yang banyak digunakan adalah tipe jaring yang dangkal
dengan tangkai pegangan yang panjang. Diameter jaring 25 cm terbuat dari bahan
belacu yang tahan sobekan. Tangkai pegangan kira-kira 1,5 – 2,1 m. Jaring tersebut
dirancang sedemikian rupa sehingga cocok untuk menangkap serangga air di tempat
terbuka atau penuh dengan vegetasi di dalam lumpur, dan pasir di dasar sungai atau
kolam.

2.1.2. Botol Racun


Serangga hasil tangkapan harus dimatikan secepat mungkin, untuk menghindari
kerusakan specimen yang akan diawetkan. Untuk keperluan itu, biasanya digunakan
botol racun bermulut lebar yang tutupnya dapat diputar. Botol racun diberi label
“Racun” yang ditempel pada dinding botol.

Ukuran botol yang digunakan bermacam-macam, sesuai dengan ukuran


serangga yang akan diawetkan, dapat pula berdasarkan kelincahan dari serangga
botol racun yang besar dapat digunakan untuk membunuh serangga ukuran besar
seperti kupu-kupu, ngengat, capung atau kumbang berukuran besar. Untuk serangga
yang lebih kecil, dapat digunakan botol racun yang lebih kecil.

Bahan racun yang banyak disukai kolektor adalah racun sianid, karena daya
bunuhnya paling efektif. Racun sianid ini berasal dari krsital potasium sianid, sodium
sianid atau kalsium sianid. Senyawa tersebut sangat beracun dan berbahaya bagi
hewan vertebrata termasuk manusia. Bahan lain yang dapat digunakan sebagai bahan
pembusuk adalah etyl asetat, karbon tetra chlorida, karbon bisulfid, paradicachlorida
bensol, chloroform, ethol dan lain-lain. Karbon tetra chlorida dan chloroform
beracun dan harus dihindari dari isapan uapnya.

Dalam pembuatan botol racun, diperlukan bahan lain yang dapat mengabsorbsi
bahan racun, misalnya kapas, kemudian ditutup kertas karbon yang berlubang-lubang.
Pada gambar 2.3 di bawah ini diperlihatkan beberapa tipe botol racun dengan
menggunakan racun sianid, chloroform, etil asetat dan karbon tetra chlorida.

sumbat
sumbat
Racun tabung reaksi
Tabung gelas
kecil
gips
tabung
Kertas karton gabus gelas
Kristal
kalsium etil
chloroform asetat kapas
Kapas sianida
sumbat

tabung
Racun potongan gelas
kertas

gips
Kertas karton

gips
serbuk gergaji Kassa

Kristal Sodium atau Kapas dengan karbon tetrakhlorida


Potasium sianid

Gambar 2.3. Tipe-tipe botol racun


Dalam upaya efisiensi botol racun, perlu dihindarkan dari pemanasan cahaya
matahari langsung atau berlebihan. Selain itu, botol racun jangan dibiarkan terbuka
dalam waktu yang lama untuk mempertahankan daya bunuhnya. Botol racun yang
digunakan untuk membunuh ngengat dan kupu-kupu sebaiknya tidak digunakan
untuk membunuh serangga lain, karena kotoran bekas sisik ngengat dan kupu-kupu
yang ada pada botol racun tersebut dapat mengotori serangga lain.

2.1.3. Amplop
Penggunaan amplop merupakan cara untuk mengurangi ruang/tempat
penyimpanan serangga berukuran besar dengan sayap besar yang memerlukan tempat
cukup besar untuk penyimpanannya. Selain amplop, dapat pula digunakan kertas,
kertas kaca atau plastik.
Kegunaan amplop ini hanya untuk sementara waktu pada saat specimen
dibawa di lapangan sebelum diawetkan. Dengan menggunakan amplop, serangga
dapar terhindar dari kerusakan dan terpelihara kebersihannya. Sebelum disimpan
dalam amplop, kupu atau capung dilipat sayapnya ke arah punggung. Amplop berisi
specimen tersebut, kemudian dimasukkan dan disusun rapi dalam kotak amplop yang
terbuat dari kalung tipis yang di bagian dalamnya diolesi dengan kertas tissue.
Pembuatan amplop dan cara melipat kertas ditunjukkan pada gambar 2.4.

2.2.4. Aspirator
Aspirator digunakan untuk menangkap serangga berukuran kecil, terutama jika
diinginkan kolektor dalam keadaan hidup. Tipe aspirator yang paling sederhana
ditunjukkan dalam gambar 2.5 di bawah ini. Untuk menghindari pecahnya tabung
aspirator di perjalanan, dapat dipakai tabung plastic bekas tempat/wadah film.

Kain kassa

Gambar 2.5. Aspirator


2.2.5. Beating Umbrella/Payung Penadah
Banyak serangga yang terdapat pada vegetasi berpura-pura mati waktu
dijaring hingga jatuh ke tanah. Untuk menangkap serangga tersebut juga untuk
serangga dewasa yang tidak aktif terbang, larva, nimfa yang sedang istirahat atau
makan daun-daunan pada cabang tanaman yang rendah atau pada semak-semak dapat
digunakan penadah berbentuk payung. Dalam aplikasinya penadah ini digantungkan
di bawah pohon, kemudian pohon digoyangkan dan dipukul dengan tongkat maka
serangga yang ada pada pohon akan berjatuhan ke bawah dan tertampung di atas
payung tersebut.

Penadah dapat menggunakan kerangka payung dari aluminium dan kain


belacu berwarna putih.

siku
Tangkai pegangan

Kain putih

Gambar 2.6. Beating Umbrella

2.2.6. Perangkap (Trap)


Suatu cara untuk membuat serangga tertarik dan terkumpul pada suatu tempat
tertentu dapat digunakan perangkap yang di dalamnya berisi bahan pemikat dan
bentuk alat perangkap yang digunakan disesuaikan dengan tipe serangga yang akan
ditangkap.
Untuk serangga yang tertarik dengan bau/bahan busuk dapat digunakan
binatang mati atau daging busuk. Bangkai ketam dapat digunakan untuk memikat
walangsangit. Umpan lain seperti buah-buahan, gula atau feromon yang khusus untuk
serangga tertentu dapat pula digunakan khusus untuk serangga yang tertarik sinar
lampu sering digunakan light trap (perangkap cahaya), terutama ini dimaksudkan
untuk mengamati populasi serangga.
Atap transparan

tutup

wadah terbuat
dari kaleng Lampu merkuri

umpan

larutan
pengawet

a. Pitfall trap
Lubang
corong

Bahan racun
b. Light trap

Gambar 2.7. Beberapa Tipe Perangkap Serangga

2.2.7. Pinset, Forcep dan Kuas


Untuk memindahkan serangga berukuran besar dapat digunakan pinset atau
forcep, sedangkan untuk memindahkan serangga kecil, dapat menggunakan kuas.
Ukuran dan bentuk alat-alat tersebut tergantung pada jenis dan ukuran serangga yang
akan dipindahkan.
III. CARA MENANGKAP DAN MEMINDAHKAN SERANGGA
DARI JARING
Penangkapan serangga dilakukan dengan mengayunkan jaring serangga
berulang-ulang agar menghasilkan lebih dari satu serangga. Apabila diinginkan dalam
keadaan hidup, serangga dalam jaring dapat dipegang dengan tangan dengan melipat
jaring terlebih dahulu. Tetapi serangga yang berukuran kecil dan bergerak lincah
biasanya mudah rusak bila dipegang. Maka dipindahkan serangga tersebut dapat
dilakukan dengan cara :
1. Memasukkan wadah atau botol ke dalam jaring dan memindahkan serangga
langsung ke dalam tempat tertentu.
2. Menggunakan aspirator.

Untuk keperluan koleksi, serangga yang ditangkap perlu dibunuh dengan botol
racun. Berikut ini akan dijelaskan beberapa cara pemindahan serangga dari jaring ke
dalam botol racun, sesuai dengan tipe serangganya :

1. Untuk serangga yang tidak berbahaya dan tidak terlalu aktif, sebuah botol/toples
dimasukkan ke dalam jaring yang berisi serangga, setelah serangga pindah ke
dalam botol racun sampai pingsan.
2. Untuk serangga aktif dan berbahaya/dapat menyengat bila dipegang, sesudah
serangga tertangkap di dalam kemudian digiring ke dasar jaring. Dengan melipat
jaring kemudian serangga bersama jaring dimasukkan ke dalam botol racun
sampai serangga tersebut pingsan. Serangga yang sudah pingsan dapat
dimasukkan ke dalam botol racun.
3. Untuk serangga yang mempunyai integumen kuat atau serangga dapat menyengat,
serangga dijepit dengan pencepit kemudian dimasukkan ke dalam botol racun dan
setelah pingsan diambil dengan jari tangan
4. Untuk serangga berukuran kecil, serangga diambil dari jaring dengan aspirator,
kemudian dipindahkan ke dalam botol yang ditutup dengan kain kasa (ada lubang
untuk udara). Serangga bersama botol dimasukkan ke dalam botol racun sampai
serangga di dalamnya pingsan, kemudian dipindahkan ke botol lain.
5. Bagi serangga besar bersayap lebar seperti ngengat, kupu dan capung yang ada
dalam lipatan jaring, dijepit ibu jari dan telunjuk pada bagian lateral toraks
serangga. Dengan menjepit toraks aktivitas otot-otot berpengaruh sayap terhenti
dan serangga menjadi lemah sehingga mudah dimasukkan dalam botol racun,
terhindar dari kibasan sayap pada saat dimasukkan ke dalam botol racun.
IV. CARA MEMBUNUH SERANGGA
4.1. Dengan Pemanasan
Pemanasan mendekati 100 0C merupakan cara yang efektif khususnya untuk
serangga kecil dan lincah. Caranya, serangga dimasukkan ke dalam botol kecil atau
tabung reaksi yang kering, lalu disumbat dengan gabus atau kertas tissue bertali.
Sumbat kertas tersebut dimasukkan ke dalam tabung untuk membatasi gerak serangga
di dasar tabung. Selama 20 detik atau lebih tabung tersebut dimasukkan ke dalam air
panas (100 0C) hingga setengah bagian tabung terendam air.

4.2. Dengan Botol Racun


Ditinjau dari kepraktisan dan efisien, membunuh serangga dengan botol racun,
terutama racun sianid pada prakteknya sering digunakan. Selain racun sianid, bahan
racun yang dipakai antara lain : etil asetat, paradikhlor benzene, khloroform, karbon
tetrakhlorida dan eter.

Setelah mati di dalam botol racun, segera dikeluarkan dari dalam botol racun.
Serangga yang dibiarkan lama dalam botol racun sianid akan membusuk dan berubah
warnanya.

4.3. Dengan Suntikan


Cara ini ditunjukkan untuk serangga berukuran besar dengan menggunakan
suntikan larutan yang mengandung bahan racun. Biasanya digunakan jarum
hipodermis dan kemudian disuntikkan beberapa tetes racun ke dalam serangga yang
masih hidup. Bahan racun yang digunakan antara lain : karbon tetra khlorida, etil
asetat, ether dan alkohol. Lokasi penyuntikan yang paling baik adalah di bagian
toraks, tetapi jika integumennya keras, dapat dilakukan pada segmen (ruas) pertama
abdomen.
4.4. Menggunakan Alkohol
Serangga dimasukkan langsung ke dalam 80 % etil alkohol atau isopropil
alkohol dan dibiarkan sampai serangga siap untuk dikoleksi. Cara ini tidak dapat
dilakukan pada ngengat dan kupu.
V. RELAKSASI / PELEMASAN SERANGGA YANG KAKU

Serangga yang dibiarkan atau disimpan selama 24 jam dalam


botol/kotak/amplop akan menjadi kering dan kaku, sehingga bagian-bagian tubuhnya
rapuh dan mudah patah. Sebelum serangga ditusuk dengan jarum khususnya jika
sayap akan dibentangkan, serangga tersebut harus dilemahkan dahulu.

Untuk melemaskan anggota tubuhnya, serangga dimasukkan ke dalam tempat


khusus/toples bermulut lebar yang kedap udara. Dasar botol/toples diberi kapas basah
atau serbuk gergaji atau pasir yang di atasnya dilapisi kertas atau karton. Botol
disterilkan dengan menyiram sedikit tetesan “carbolic acid” atau, 0,001 “copper
chlorida” di atas permukaan kertas/karbon. Serangga dimasukkan ke dalam
botol/toples, botol ditutup rapat dan dibiarkan selama 12 hingga 14 jam sampai
specimen cukup lemas dan embelannya mudah digerakkan.
VI. PENGHILANGAN JARINGAN LEMAK

Serangga yang termasuk dalam ordo Coleoptera, khususnya family Carabidae,


Coccinellidae dan Scarabidae, sebelum ditusuk jarum perlu dikeluarkan jaringan
lemak internalnya. Lemak dan debu yang menempel pada tubuh kumbang dapat
dibersihkan dengan menggunakan kuas yang dicelupkan ke dalam larutan ether,
terutama pada embelan dan kelamin. Perendaman kumbang ke dalam larutan ether
menyebabkan lemak terlarut dan ooze keluar, sehingga larutan akan berubah menjadi
berwarna kuning sampai lemak itu habis. Waktu perendaman 1 sampai 7 hari,
tergantung isi lemak dan ukuran serangga.

Koleksi kering kumbang dewasa yang sudah dihilangkan lemaknya akan


menjadi sangat kering dan embelan menjadi kuat, dapat digerakkan tanpa kerusakan.

Selain ether dapat pula digunakan larutan lain, diantaranya diethil karbonat,
khloroform, xilol, benzol atau letra khlorida. Diethyl karbonat dianggap larutan yang
paling efisien karena tidak mudah menguap dibandingkan ether, sehingga mudah
ditangani.
VII. PEMELIHARAAN WARNA
Warna indah serangga dapat dipelihara dengan cara yang sesuai dengan tipe
dan jenis warna serangga. Warna ngengat dan kupu dapat dipertahankan jika
specimen disimpan ditempat gelap atau dikeringkan dengan sinar buatan dan tidak
terkena langsung sinar matahari. Wereng, tongeret dan orthoptera lainnya, warnanya
diawetkan dengan menempelkan specimen yang baru terbunuh ke dalam larutan 5 – 7
% formalin untuk beberapa hari. Setelah diangkat dari formalin, serangga dapat
ditusuk dengan segera. Formalin digunakan untuk membunuh mikro organisme dan
melindungi komposisi jaringan yang mempunyai warna hijau.

Untuk memelihara warna merah, kuning dan coklat dilakukan dengan memakai
larutan 10 % formalin yang dilarutkan dalam alkohol. Alkohol dan formalin yang
mengandung “copper sulfate” atau “copper chlorida” dapat digunakan pula sebagai
pengawet warna hijau dengan merendam dalam larutan tersebut selama 48 jam atau
lebih.
VIII. PENGAWETAN SERANGGA

Serangga yang sudah dibunuh dapat diawetkan dengan cara koleksi basah dan
koleksi kering.

8.1. Koleksi Basah

Koleksi basah adalah cara pengawetan serangga dengan menggunakan larutan.


Biasanya specimen yang diawetkan dalam larutan hanya bersifat sementara terutama
pada saat penangkapan serangga di lapang, sebab kolektor lebih menyukai koleksi
basah dibandingkan dengan penyimpanan specimen pada amplop atau kotak amplop.

Serangga yang biasa diawetkan dalam larutan adalah specimen serangga


bertubuh lunak seperti larva, nimfa, pupa, tungau dan beberapa serangga berukuran
kecil yang segera diawetkan dalam slide preparat seperti thrips kutu daun dan
colembola.

Larutan yang umum dipakai untuk pengawetan adalah 70 – 80 % etil alcohol


atau isopropil alkohol.

8.2. Koleksi Kering

Bahan dan alat yang dipergunakan dalam serangga koleksi kering diantaranya
jarum anti karat, jarum mikro, karbon berbentuk segi tiga, jarum pentul, pinning
blocks, papan perentang sayap, kotak pengering dan kotak penyimpanan.
DAFTAR PUSTAKA

Barnas Djaelani, 1986. Koleksi sertangga, Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi


Tasikmalaya, 26 halaman.

Borror. D. J. ; B. M. Delong and C. A. Triplehorn. 1976. An Introduction to the study


of Insect, 4 th.ed. Holt Rinehart and Wiston Sidney. 852 p.

Endang Sri Ratna, 1984. Penuntun Praktikum Koleksi Serangga. Jurusan Ilmu Hama
dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, IPB. Bogor.

Kalshoven, L. G. E. 1981. The Pests of Crops in Indonesia. Rev. & trans by Van Der
Laan & G. H. L. Rothschild. PT Ichtiar Baru – Van Hoeve.Jakarta. 701 hlm

Oman, P. W. and A. D. Chusman. 1964. Collection and Preservation of Insect. USDA


Mescellannesus Publication no. 601. Washington D. C. 42 p.
PENUNTUN PRAKTIKUM

KOLEKSI SERANGGA

Disusun oleh :

Elya Hartini, Ir.MT.

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SILIWANGI
TASIKMALAYA
2023

Anda mungkin juga menyukai