Penuntun Praktikum Entomologi
Penuntun Praktikum Entomologi
Segenap puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah
memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penuntun ini dapat tersusun.
Penuntun ini disusun dalam rangka memenuhi kebutuhan praktikum dan untuk
memahani koleksi serangga sebagai penunjang pengetahuan bagi mahasiswa yang
mengikuti mata kuliah Entomologi di Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian
Universitas Siliwangi.
Tasikmalay,Februari 2023
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ………………………………………………….…. i
DAFTAR ISI …………………………………………………………….… ii
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………… iv
BAB I. PENDAHULUAN ……………………………………………. I - 1
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Jaring serangga udara …………………………………..…. II - 3
Gambar 2.2. Konstruksi dan pola jaring serangga darat …...……….….…. II - 4
Gambat 2.3. Tipe-tipe botol racun ………………………………………..... II - 6
Gambar 2.4. Pembuatan amplop dan cara melipat kertas ………………… II - 7
Gambar 2.5. Aspirator ……………………………………………………..... II - 8
Gambar 2.6. Beating Umbrella ……………………………………………… II - 9
Gambar 2.7. Beberapa tipe perangkap serangga ……………………………. II - 10
I.PENDAHULUAN
Koleksi dan pengawetan serangga pada penuntun ini lebih ditunjukkan untuk
keperluan ilmiah, walaupun dalam beberapa hal dapat dipergunakan untuk keperluan
lainnya. Penuntun Koleksi serangga ini dapat dimanfaatkan dan menjadi salah satu
bahan rujukan dalam penelitian taksonomi. Dalam pelaksanaan koleksi ini, untuk
setiap spesies yang diamati diperlukan dalam jumlah banyak, terutama untuk
determinasi dan identifikasi spesies. Pengenalan serangga hingga spesies ini penting
sebagai dasar pengetahuan penunjang ilmu lainnya.
Dalam pengumpulan serangga harus diketahui niche dari serangga agar kita
dapat lebih mudah menangkap serangga tersebut. Waktu yang tepat untuk
pengumpulan serangga adalah pada musim panas atau kemarau.
Sebagian besar biosfer bumi didiami oleh serangga, baik di darat, laut maupun
udara. Banyak diantaranya yang menjadi hama, tetapi tidak sedikit pula yang
menguntungkan manusia. Spesies serangga yang hidup di daratan lebih banyak
dibandingkan dengan spesies serangga yang hidup di lautan. Di antara beberapa yang
dapat hidup di laut adalah beberapa Diptera dari Famili Chironomidae dan genus
Halobates dari Ordo Hemiptera.
Serangga akuatik yang hidup di air tawar ditemukan dalam kolam-kolam rawa,
danau atau daerah aliran sungai yang penuh dengan vegetasi. Serangga akuatik ini
dapat menetap di permukaan, melayang di dalam air, merayap di dasar air, melekat di
bebatuan, di bawah lumut, pasir atau sampah-sampah organik.
Serangga terestrial atau daratan dijumpai tersebar mulai dari daerah kutub
hingga daerah tropis, dari lembah hingga pantai. Serangga dapat dijumpai pula dalam
jaring tanaman, dari daun hingga akar tanaman yang paling dalam.
Kadang kala kita perlu memelihara atau mengembangbiakan serangga yang
diperoleh agar kita dapat mengkoleksi dan mempelajari tiap stadium serangga yang
hendak diidentifikasi.
II.PENANGKAPAN SERANGGA
I.1.2. Cuaca
Serangga merupakan hewan yang berdarah dingin, temperatur tubuhnya
menyesuaikan diri dengan temperatur udara di sekelilingnya. Pada temperatur udara
50 0C serangga tidak aktif. Serangga aktif terbang pada temperatur 21 0C – 36 0C, bila
temperatur lebih tinggi bagi serangga akan mencari tempat berlindung di bawah
permukaan atau tempat-tempat teduh dan dingin. Tetapi sebagian diantaranya dapat
bertahan pada temperatur tinggi.
Koleksi stadia serangga (larva, nimfa, pupa, kokon dan imago) dapat diperoleh
dari hasil rearing (pemeliharaan) biasanya lebih baik dan lebih utuh dari pada yang
diperoleh/ditangkap dari lapang terutama pada golongan serangga yang mudah rusak
seperti kupu-kupu atau ngengat.
Jaring tersebut berbentuk kerucut dengan ukuran panjang 2 (dua) kali garis
tengah bingkai jaring. Bahan-bahan yang diperlukan dalam pembuatan jaring dapat
dilihat pada gambar 2.1.
C. kawat/bingkai jaring.
D : Jaring yang sudah jadi
Kain belacu
Dijepi, dibuat
b dijahit
kain kassa
dijahit
30
45
Bentuk jaring terestrial ini bentuknya kerucut dan tersusun dobel (2 jaring). Jaring
bagian luar hampir sama dengan jaring serangga udara, hanya ukuran panjangnya
antara 45 – 60 cm. Jaring bagian dalam panjang 30 cm dengan ujung tumpul dan
terbuka. Diameter jaring + 30 cm dengan tangkai pegangan 75 cm.
Jaring serangga darat ini menggunakan bahan yang lebih kuat dan kasar
dibanding jaring kupu-kupu. Bahannya bisa menggunakan kain bola atau driil, karena
material yang masuk ke dalam jaring selain serangga juga tercampur daun atau
ranting yang terbawa pada saat mengayun jaring.
Bahan racun yang banyak disukai kolektor adalah racun sianid, karena daya
bunuhnya paling efektif. Racun sianid ini berasal dari krsital potasium sianid, sodium
sianid atau kalsium sianid. Senyawa tersebut sangat beracun dan berbahaya bagi
hewan vertebrata termasuk manusia. Bahan lain yang dapat digunakan sebagai bahan
pembusuk adalah etyl asetat, karbon tetra chlorida, karbon bisulfid, paradicachlorida
bensol, chloroform, ethol dan lain-lain. Karbon tetra chlorida dan chloroform
beracun dan harus dihindari dari isapan uapnya.
Dalam pembuatan botol racun, diperlukan bahan lain yang dapat mengabsorbsi
bahan racun, misalnya kapas, kemudian ditutup kertas karbon yang berlubang-lubang.
Pada gambar 2.3 di bawah ini diperlihatkan beberapa tipe botol racun dengan
menggunakan racun sianid, chloroform, etil asetat dan karbon tetra chlorida.
sumbat
sumbat
Racun tabung reaksi
Tabung gelas
kecil
gips
tabung
Kertas karton gabus gelas
Kristal
kalsium etil
chloroform asetat kapas
Kapas sianida
sumbat
tabung
Racun potongan gelas
kertas
gips
Kertas karton
gips
serbuk gergaji Kassa
2.1.3. Amplop
Penggunaan amplop merupakan cara untuk mengurangi ruang/tempat
penyimpanan serangga berukuran besar dengan sayap besar yang memerlukan tempat
cukup besar untuk penyimpanannya. Selain amplop, dapat pula digunakan kertas,
kertas kaca atau plastik.
Kegunaan amplop ini hanya untuk sementara waktu pada saat specimen
dibawa di lapangan sebelum diawetkan. Dengan menggunakan amplop, serangga
dapar terhindar dari kerusakan dan terpelihara kebersihannya. Sebelum disimpan
dalam amplop, kupu atau capung dilipat sayapnya ke arah punggung. Amplop berisi
specimen tersebut, kemudian dimasukkan dan disusun rapi dalam kotak amplop yang
terbuat dari kalung tipis yang di bagian dalamnya diolesi dengan kertas tissue.
Pembuatan amplop dan cara melipat kertas ditunjukkan pada gambar 2.4.
2.2.4. Aspirator
Aspirator digunakan untuk menangkap serangga berukuran kecil, terutama jika
diinginkan kolektor dalam keadaan hidup. Tipe aspirator yang paling sederhana
ditunjukkan dalam gambar 2.5 di bawah ini. Untuk menghindari pecahnya tabung
aspirator di perjalanan, dapat dipakai tabung plastic bekas tempat/wadah film.
Kain kassa
siku
Tangkai pegangan
Kain putih
tutup
wadah terbuat
dari kaleng Lampu merkuri
umpan
larutan
pengawet
a. Pitfall trap
Lubang
corong
Bahan racun
b. Light trap
Untuk keperluan koleksi, serangga yang ditangkap perlu dibunuh dengan botol
racun. Berikut ini akan dijelaskan beberapa cara pemindahan serangga dari jaring ke
dalam botol racun, sesuai dengan tipe serangganya :
1. Untuk serangga yang tidak berbahaya dan tidak terlalu aktif, sebuah botol/toples
dimasukkan ke dalam jaring yang berisi serangga, setelah serangga pindah ke
dalam botol racun sampai pingsan.
2. Untuk serangga aktif dan berbahaya/dapat menyengat bila dipegang, sesudah
serangga tertangkap di dalam kemudian digiring ke dasar jaring. Dengan melipat
jaring kemudian serangga bersama jaring dimasukkan ke dalam botol racun
sampai serangga tersebut pingsan. Serangga yang sudah pingsan dapat
dimasukkan ke dalam botol racun.
3. Untuk serangga yang mempunyai integumen kuat atau serangga dapat menyengat,
serangga dijepit dengan pencepit kemudian dimasukkan ke dalam botol racun dan
setelah pingsan diambil dengan jari tangan
4. Untuk serangga berukuran kecil, serangga diambil dari jaring dengan aspirator,
kemudian dipindahkan ke dalam botol yang ditutup dengan kain kasa (ada lubang
untuk udara). Serangga bersama botol dimasukkan ke dalam botol racun sampai
serangga di dalamnya pingsan, kemudian dipindahkan ke botol lain.
5. Bagi serangga besar bersayap lebar seperti ngengat, kupu dan capung yang ada
dalam lipatan jaring, dijepit ibu jari dan telunjuk pada bagian lateral toraks
serangga. Dengan menjepit toraks aktivitas otot-otot berpengaruh sayap terhenti
dan serangga menjadi lemah sehingga mudah dimasukkan dalam botol racun,
terhindar dari kibasan sayap pada saat dimasukkan ke dalam botol racun.
IV. CARA MEMBUNUH SERANGGA
4.1. Dengan Pemanasan
Pemanasan mendekati 100 0C merupakan cara yang efektif khususnya untuk
serangga kecil dan lincah. Caranya, serangga dimasukkan ke dalam botol kecil atau
tabung reaksi yang kering, lalu disumbat dengan gabus atau kertas tissue bertali.
Sumbat kertas tersebut dimasukkan ke dalam tabung untuk membatasi gerak serangga
di dasar tabung. Selama 20 detik atau lebih tabung tersebut dimasukkan ke dalam air
panas (100 0C) hingga setengah bagian tabung terendam air.
Setelah mati di dalam botol racun, segera dikeluarkan dari dalam botol racun.
Serangga yang dibiarkan lama dalam botol racun sianid akan membusuk dan berubah
warnanya.
Selain ether dapat pula digunakan larutan lain, diantaranya diethil karbonat,
khloroform, xilol, benzol atau letra khlorida. Diethyl karbonat dianggap larutan yang
paling efisien karena tidak mudah menguap dibandingkan ether, sehingga mudah
ditangani.
VII. PEMELIHARAAN WARNA
Warna indah serangga dapat dipelihara dengan cara yang sesuai dengan tipe
dan jenis warna serangga. Warna ngengat dan kupu dapat dipertahankan jika
specimen disimpan ditempat gelap atau dikeringkan dengan sinar buatan dan tidak
terkena langsung sinar matahari. Wereng, tongeret dan orthoptera lainnya, warnanya
diawetkan dengan menempelkan specimen yang baru terbunuh ke dalam larutan 5 – 7
% formalin untuk beberapa hari. Setelah diangkat dari formalin, serangga dapat
ditusuk dengan segera. Formalin digunakan untuk membunuh mikro organisme dan
melindungi komposisi jaringan yang mempunyai warna hijau.
Untuk memelihara warna merah, kuning dan coklat dilakukan dengan memakai
larutan 10 % formalin yang dilarutkan dalam alkohol. Alkohol dan formalin yang
mengandung “copper sulfate” atau “copper chlorida” dapat digunakan pula sebagai
pengawet warna hijau dengan merendam dalam larutan tersebut selama 48 jam atau
lebih.
VIII. PENGAWETAN SERANGGA
Serangga yang sudah dibunuh dapat diawetkan dengan cara koleksi basah dan
koleksi kering.
Bahan dan alat yang dipergunakan dalam serangga koleksi kering diantaranya
jarum anti karat, jarum mikro, karbon berbentuk segi tiga, jarum pentul, pinning
blocks, papan perentang sayap, kotak pengering dan kotak penyimpanan.
DAFTAR PUSTAKA
Endang Sri Ratna, 1984. Penuntun Praktikum Koleksi Serangga. Jurusan Ilmu Hama
dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, IPB. Bogor.
Kalshoven, L. G. E. 1981. The Pests of Crops in Indonesia. Rev. & trans by Van Der
Laan & G. H. L. Rothschild. PT Ichtiar Baru – Van Hoeve.Jakarta. 701 hlm
KOLEKSI SERANGGA
Disusun oleh :
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SILIWANGI
TASIKMALAYA
2023