Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN AUDIT SISTEM

MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

TINGKAT PENCAPAIAN :

Nomor :

PERUSAHAAN PERDAGANGAN OTOMOTIF


PT. MENARA TINGGI


PT. JATIM ASSPEK NUSANTARA

DISTRIBUSI LAPORAN :

1. Persahaan Perdagangan Otomotif PT. MENARA TINGGI


2. KEMENAKERTRANS – Jakarta
3. DISNAKERTRANS - setempat
4. PT. JATIM ASSPEK NUSANTARA - Surabaya

1
DAFTAR ISI:

RINGKASAN Halaman

1. Perusahaan yang diaudit

2. Pelaksanaan audit

3. Tujuan audit

4. Lingkup audit

5. Team auditor

6. Wakil perusahaan yang diaudit

7. Daftar temuan ketidak sesuaian

8. Kesimpulan

9. Tindak lanjut

10. Hasil audit

2
No. Laporan Halaman 2
Laporan audit SMK3
Tgl. Laporan 15 Nopember 2011 PT. MENARA TINGGI Distribusi 1 dan 2

No.Pekerjaan Auditor : Koordinator :


RINGKASAN Eddy Ridwan Achmad
Norman

1. PERUSAHAAN YANG DIAUDIT


Nama perusahaan : PT.MENARA TINGGI, Jalan Jend. Gatot Subroto No.12 Jakarta Selatan
Jenis industri : Jasa Perdagangan Otomotif

2. LINGKUP AUDIT
Audit Sistem Manjemen Keselamatn dan Kesehatan kerja di perusahaan perdagangan otomotif
(show`room dan fasilitas workshop) PT. MENARA TINGGI yang meliputi:
a. Fasilitas perkantoran;
b. Show room;
c. Workshop;
d. Gudang spare part.

3. PELAKSANAAN AUDIT
Tanggal : 10 Nopemer 2011
Tempat : Jakarta Selatan

4. TUJUAN AUDIT
Untuk mengukur pencapaian penerapan dan kinerja K3 PT. MENARA TINGGI sesuai dengan Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja berdasarkan ketentuan-ketentuan hukum yang berlaku di
Indoenesia.

5. TIM AUDITOR
Tim auditor pelaksaan audit di PT. MENARA TINGGI terdiri dari :
1. Ridwan Achmad - Ketua
2. Eddy - Anggota
3. Norman - Anggota

No. Laporan Laporan audit SMK3 Halaman

3
Tgl. Laporan PT. MENARA TINGGI Distribusi

No.Pekerjaan Auditor :
RINGKASAN

6. GAMBARAN UMUM TEMPAT KERJA


Perusahaan otimotif PT. MENARA TINGGI adalah sebuah perusahaan penanaman modal asing (PMA) yang
merupakan usaha patungan perusahaan swasta Jepang dengan perusahaan swasta Indonesia yang beroperasi
dalam pembuatan/perakitan mobil dan pembuatan suku cadang kendaraan seperti pendingin udara, busi, radiator,
filter oli/udara, dan lain sebagainya. Didirikan pada tanggal – bulan – tahun ---- dengan modal awal Rp ---------- dan
memiliki 2 buah pabrik di Jalan Jenderal Gatot Subroto No. 21 Jakarta Selatan dengan luas area pabrik 37.888 m2
dan di Jalan Raya Cakung Kav. No. 12 Jakarta Utara dengan luas area 40.444 m2.

Jumlah tenaga kerja di pabrik Jalan Gatot Subroto No.21 Jakarta Selatan sebanyak 1.652 orang, sedangkan pabrik di
Jalan Raya Cakung Kav No.12 Jakata Utara mempunyai tenaga kerja berjumlah 1.700 orang.

PT. MENARA TINGGI merupakan pabrik otomitif pertama yang didirikan di Indonesia yang diawali di Jalan raya
Cakung Jakarta Timur, dan 10 tahun kemudian didirikan perluasan pabriknya yang berada di Jalan Jenderal Gatot
Subroto Jakarta Selatan.

Salah satu falsafah PT. MENARA TINGGI adalah komitmen terhadap pelestarian lingkungan dan kesejahteraan
pekerja. Di pabrik dibangun fasilitas pengolahan limbah dan mengedepankan keselamatan kerja dan kualitas
produksi untuk kepuasan konsumen.

STRUKTUR ORGANISASI K3 DI TEMPAT KERJA

WAKIL PERUSAHAAN YANG DIAUDIT


1. Mr. M. Tanaka, Board of Director
2. Bp. Wira Tanjung, Board of Director
3. Bp. Eko Wibowo, SHE Department
4. Bp. Arief R, SHE Department
5. Bp. Agung Laksono, Marketing Department
6. Bp. Markus Dimana, Maintenance Department
7. Bp. Tri Cahyono, Workshop Division
8. Bp. M o m o, Storage Division
9. Bp. Zamroni, anggota P2K3
10. Ibu Syamilah, anggota P2K3
11. Ibu Riena Harun, Quality Department
12. Bp. Djunaedi, Finance Department
13. Bp. Satiro, Costumer Service Devision
14. Ibu Winda M, Planning Division
15. Bp. Agus Teguh, Administration Division

4
7. JADWAL AUDIT

No. Tgl. KEGIATAN WAKTU URAIAN PENGHUBUNG


1 01/11/2011 Pertemuan awal 09.3o-10.oo 16. Pembukaan oleh Bp. Wira Bp.
Tanjung, Board of Director
17. Dilanjutan dengan penjelasan
dari Bp. Arief R, SHE Department
tentang pelaksanaan K3 pada
umumnya dan penerapan SMK3
khususnya.
Pencarian bukti 10.oo-12.oo Melakukan tinjauan dokumen dan Bp.
obyektif wawancara dengan: Ketua P2K3
 Anggota P2K3
 Ahli K3
 Auditor internal
istirahat 12.oo-13.oo
Pencarian bukti 13.oo-16.oo Melanjutan tinjauan dokumen dan Bp.
obyektif wawancara dengan beberapa Ketua P2K3
pimpinan unit produksi yang akan
dilakukan peninjauan lapangan, al:
 Bagian radiator
 Busi (spark plug)
 Filter
 Washer tank
 Reserve tank
 Pressing
 Painting
 workshop
2 02/11/2011 Pencarian bukti 09.oo-12.oo Melakukan tinjauan dokumen, Bp.
obyektif wawancara dan tinjauan lapangan Manajer unit ybs.
kebagian/unit produksi:
 Bagian radiator
 Busi (spark plug)
 Filter
 Washer tank
 Reserve tank
Istirahat 12.oo-13.oo
Pencarian bukti 13.oo-16.oo Melanjutkan tinjauan dokumen, Bp.
obyektif wawancara dan tinjauan lapangan Manajer unit ybs.
kebagian/unit produksi:
 Pressing
 Painting
 Workshop

Melakukan wawancara dengan Bp.


bagian HRD dan training Manajer HRD
department
3 03/11/2011 Pencarian bukti 09.oo-12.oo Melanjutkan melakukan Bp.
obyektif wawancara dengan bagian Manajer SHE
manajemen lainnya dan SHE dept.
Istirahat 12.oo-13.oo

5
Pertemuan 13.oo-15.oo Tim audior melakukan diskusi hasil ATL
auditor temuan audit
Pertemuan akhir 15.oo-16.oo Auditor menyampaikan hasil audit Bp. Arief R, SHE
Department

LAPORAN PERTEMUAN AWAL


Pertemuan awal dilaksanakan pada pukul 09.oo WIB. Pertemuan awal dihadiri oleh Tim Auditor yang akan
melaksanakan audit dan beberapa personil dari PT. MENARA TINGGI yang mewakili perusahaan. Pertemuan awal
diselenggarakan di ruang pertemuan/sidang PT. MENARA TINGGI yang berada di kompleks perkantoran
perusahaan.
Pertemuan awal dimulai dengan pembuakaan oleh Bp. Wira Tanjung, Board of Director yang mewakili perusahaan
dan dilanjutkan dengan penjelasan tentang pelaksanaan K3 pada umumnya dan penerapan SMK3 pada khususnya
oleh Bp. Arief R, Manajer SHE Department.
Selanjutnya Bp. Ridwan Achmad selaku Ketua Tim Auditor memperkenalkan diri dan memperkenalkan anggota Tim
auditnya yang akan melaksanakan audit.
Ketua Tim audit memberikan penjelasan tentang:
 Tugas Tim audit
 Tujuannya
 Sasaran audit yang dilaksanakan
 Difinisi dan ruang lingkup audit
 Dan teknis dari pelaksanaan audit
Pertemuan awal ditutup pada pukul 10.oo WIB dan seterusnya dilakukan dengan tinjauan dokumen yang telah
dipersiapkan oleh perusahaan guna persiapan tinjuan lapangan untuk dilakukan audit kesesuaian.

LAPORAN PERTEMUAN AKHIR


Pertemuan akhir dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 3 bulan Maret tahun 2011. Pertemuan akhir dimulai pada
pukul 15.oo WIB dan berakhir pada pukul 16.oo WIB. Dalam pertemuan akhir dihadiri oleh seluruh aggota Tim
Auditor dan perwakilan dari perusahaan PT. MENARA TINGGI.
Pertemuan akhir dibuka oleh Bp. Ridwan Achmad, Ketua Tim Auditor/ATL yang menyampaikan kembali tentang
difinisi, tujuan, ruag lingkup. Pelaksanaan teknis audit dan kegiatan setelah audit SMK3. Ketua Tim Auditor
menyampaikan hasil temuan audit kepada peserta pertemuan khususnya yang mewakili dari perusahaan. Setelah
Tim Auditor menyampaikan hasil temuan audit, peserta pertemuan/wakil dari perusahaan menyampaikan
beberapa tanggapan sehubungan dengan hasil temuan audit.
Tanggapan terdiri dari klarifikasi dari hasil temuan dan permintaan penjelasan terhadap statement hasil audit yang
tertulis dalam laporan, dan yang kedua berkaitan dengan substansi temuan tekait dengan penerapan kedaluwarsa
bahan kimia serta pemeriksaan kesehatan yang dilakukan berdasarkan identifikasi resiko bahaya.
Ketua Tim Auditor memberikan tanggapan dan penjelasan atas beberapa pertanyaan peserta temuan.

Pertemuan akhir ditutup pada pukul 16.oo WIB

8. DAFTAR KRITERIA AUDIT DAN PEMENUHANNYA

PEMENUHANNYA
No. TIDAK KETIDAK SESUAIAN
No. KRITERIA
Kriteria BERLAKU KESESUAIAN MAJOR Minor
(M) (m)
1 PEMBANGUNAN DAN PEMELIHARAAN KOMITMEN
1.1 Kebijakan K3
1 1.1.1 Tardapat Kebijakan K3 yang tertulis, bertanggal dan
secara jelas menyatakan tujuan-tujuan K3 dan komitmen
perusahaan dalam memperbaiki kinerja K3
2 1.1.2 Kebijakan disusun oleh pengusaha dan/atau pengurus
setelah melalui proses konsultasi dengan wakil tenaga
kerja

6
3 1.1.3 Perusahaan mengkomunikasikan kebijakan K3 kepada
seluruh tenaga kerja, tamu, kotraktor, pelanggan dan
pemasok dengan tata cara yang tepat
4 1.1.4 Kebijakan khusus dibuat untuk masalah K3 yang bersifat
khusus
5 1.1.5 Kebijakan K3 dan kebijakan khusus lainnya ditinjau ulang
secara berkala untuk menjamin bahwa kebijakan tsb
mencerminkan perubahan yang terjadi dalam perusahaan
dan dalam peraturan
1.2 Tanggung Jawab dan Wewenang Untuk Bertindak
6 1.2.1 Tanggung jawab dan wewenang untuk mengambil
tindakan dan melaporkan kepada semua personil yang
terkait dengan perusahaan yang telah ditetapkan telah
disebar luaskan dan didokumentasikan
7 1.2.2 Penunjukan penanggungjawab K3 harus sesuai dengan
peraturan
8 1.2.3 Pimpinan unit kerja dalam suatu perusahaan bertanggung
jawab atas kinerja K3 pada unit kerjanya
9 1.2.4 Perusahaan mendapatkan saran-saran dari ahli bidang K3
yang berasal dari dalam maupun luar perusahaan
10 1.2.5 Petugas yang bertanggung jawab menangani keadaan
darurat telah ditetapkan dan mendapatkan pelatihan
11 1.2.6 Perusahaan mendapatkan saran-sarn dari para ahli di
bidang K3 yang berasal dari dalam dan/atau luar
perusahaan
12 1.2.6 Kinerja K3 termuat dalam laporan tahunan perusahaan
atau laporan lain yang setingkat
1.3 Tinjauan dan Eavaluasi
13 1.3.1 Tinjauan terhadap penerapan SMK3 meliputi kebijakan,
perencanaan, pelaksanaan, pemanatauan dan evaluasi
telah dilakukan, dicatat dan didokumentasikan
14 1.3.2 Hasil tinjauan dimasukkan dalam pernecanaan tindakan
manajemen
15 1.3.3 Pengurus harus meninjau ulang pelaksanaan SMK3 secara
berkala untuk menilai kesesuaian dan efektivitas SMK3
1.4 Keterlibatan dan Konsultasi Dengan Karyawan
16 1.4.1 Keterlibatan karyawan dan penjadualan konsultasi dengan
wakil perusahaan didokumentasikan da disebarluaskan
keseluruh tenaga kerja
17 1.4.2 Terdapat prosedur yang memudahkan konsultasi
mengenai perubahan-perubahan yang mempunyai
implikasi terhadap K3
18 1.4.3 Perusahaan telah membentuk P2K3 sesuai dengan
perauturan
19 1.4.4 Ketua P2K3 adalah pimpinan puncak atau pengurus
20 1.4.5 Sekretaris P2K3 adalah ahli K3 sesuai dengan peraturan
21 1.4.6 P2K3 menitikberatkan kegiatan pada pengembangan
kebijakan dan prosedur untuk mengendalikan risiko
22 1.4.7 Susunan pengurus P2K3 didokumentasikan dan
diinformasikan kepada tenaga kerja
23 1.4.8 P2K3 mengadakan pertemuan secara teratur dan hasilnya
disebarluaskan di tempat kerja
24 1.4.9 P2K3 melaporkan kegiatan nya secara teratur sesuai
dengan peraturan
25 1.4.10 Dibentuk kelompok-kelompok kerja dan dipilih wakil-wakil
tenaga kerja yang ditunjuk sebagai penanggung jawab
atas K3 di tempat kerjanya dan kepadanya diberika
pelatihan yang sesuai dengan peraturan
26 1.4.11 Susunan kelompok-kelompok kerja yang telah terbentuk
didokumentasikan dan diinformasikan kepada teaga kerja
2 PEMBUATAN DAN PEMDOKUMENTASIAN RENCANA K3
2.1 Rencana Strategi K3

7
27 2.1.1 Terdapat prosedur terdokumentasi untuk identifikasi
potensi bahaya, penilaian, dan pengedalian risiko K3
28 2.1.2 Identifikasi potensi bahaya, penilaian, dan pengendalian
risiko K3 sebagai rencana strategi K3 dilakukan oleh
petugas yang berkompeten
29 2.1.3 Rencanaan strategi K3 sekurang-kurangnya berdasarkan
tinjauan awal, identifikasi bahaya, penilaian, pngendalian
risiko, dan peraturan serta informasi K3 lain baik dari
dalam maupun luar perusahaan
30 2.1.4 Rencana strategi K3 yang teah ditetapkan digunakan
untuk mengendalikan risiko K3 dengan menetapkan
tujuan dan sasaran yang dapat diukur dan menjadi
prioritas serta menyediakan sumber daya
31 2.1.5 Rencana kerja dan rencana khusus yang berkaitan dengan
produk, proses, proyek atau tempat kerja tertentu telah
dibuat dengan menetapkan tujuan dan sasaran yang
dapat diukur, menetapkan waktu pencapaian dan
menyediakan sumber daya
32 2.1.6 Rencana K3 diselaraskan dengan rencana sistem
manajemen perusahaan
2.2 Manual SMK3
33 2.2.1 Manual SMK3 meliputi kebijakan, tujuan, rencana, dan
prosedur K3, instruksi kerja, formulir, caatan dan
tanggung jawab serta wewenang tanggung jawa K3 untuk
semua tingkatan dalam perusahaan
34 2.2.2 Terdapat manual khusus yang berkaitan dengan produk,
proses, atau tempat kerja tertentu
35 2.2.3 Manual SMK3 mudah didapat oleh semua personil dalam
perusahaan sesuai kebutuhan
2.3 Peraturan dan Persyaratan Lain dibidang K3
36 2.3.1 Terdapat prosedur yang terdokumentasi untuk
mengdentifikasi, memperoleh, memelihara dan
memahami peraturan , standar, pedoman teknis, dan
persyaratan lain yang relevan dibidang K3 untuk seluruh
tenaga kerja di perusahaan
37 2.3.2 Penanggung jawab untuk memelihara dan
mendistribusikan informasi terbaru mengenai peraturan ,
standar, pedoman teknis, dan persyarata lain telah
ditetapkan
38 2.3.3 Persyaratan pada perauran , standar, pedoman teknis, da
persayarat lain yang relevan dibidang K3 dimasukkan pada
prosedur-prosedur dan petunjuk-petunjuk kerja
39 2.3.4 Perubahan pada peraturan , standar, pedoman teknis, dan
persayaratan lain yang relevan dibidang K3 digunakan
untuk peninjauan prosedur-prosedur dan petunjuk-
petunjuk kerja
2.4 Informasi K3
40 2.4.1 Iinformasi yng dibutuhan mengenai kegiatan K3
disebarluaskan secara sistimatis kepada seluruh tenaga
kerja, tamu, konstraktor, pelanggan, dan pemasik
3 PENEGNDALIAN PERANCANGAN DAN KONTRAK
3.1 Pengendalian Perancangan
41 3.1.1 Prosedur yang terdokumentasi mempertimbangkan
identifikasi potensi bahaya, penilaian, dan pengenadilian
resiko yang dilakukan pada tahap perancangan dan
modifikasi
42 3.1.2 Prosedur, instruksi kerja dalam penggunaan produk,
pengoperasian mesin dan peralatan, instalasi, pesawata
atau proses serta informasi lainnya yang berkaiatan
dengan K3 telah dikembangkan selama perancangan
dan/atau modifikasi
43 3.1.3 Petugas yang kompeten melakukan verifikasi bahwa

8
perancangan dan/atau modifikasi memenuhi persyaratan
K3 yang ditetapkan sebelum penggunaan hasil rancangan
44 3.1.4 Semua perubahan dan modifikasi perancangan yang
mempunyai implikasi terhadap K3 diidentifikasi,
didokumentasikan, dan ditinjau ulang dan disetujui oleh
petugas yang berwenang sebelum pelaksanaan
3.2 Peninjauan Ulang Kontrak
45 3.2.1 Prosedur yang terdokumentasi harus mampu
mengidentifikasi bahaya dan menilai risiko K3 bagi tenaga
kerja, lingkungan dan masyarakat,dimana prosedur
tersebut digunakan pada saat memasok barang dan jasa
dalam suatu kontrak
46 3.2.2 Identifikasi bahaya dan penilaian resiko dilakukan pada
tinjauan kontrak oleh petugas yang berkompeten
47 3.2.3 Kontrak ditinjau ulang untuk menjamin bahwa pemasok
dapat memenuhi persyaratan K3 bagi pelanggan
48 3.2.4 Catatan tinjauan kontrak dipelihara dan
didokumentasikan
4 PENGENDALIAN DOKUMEN
4.1 Persetujuan, Pengeluaran dan Pengendalia Dokumen
49 4.1.1 Dokumen K3 mempunyai identifikasi status, wewenang,
tanggal pengeluaran dan tangggal modifikasi
50 4.1.2 Penerima distribusi dokumen tercantum dalam dokumen
tersebut
51 4.1.3 Dokumen K3 edisi terbaru disimpan secara sistimatis pada
tempat yang ditentukan
52 4.1.4 Dokumen usang segera disingkirkan dari penggunaannya
sedangkan dokumen usang untuk keperluan tertentu
diberi tanda khusus
4.2 Perubahan dan Modifikasi Dokumen
53 4.2.1 Terdapat sistem untuk membuat, menyetujui perubahan
terhadap dokumen K3
54 4.2.2 Dalam hal terjadi perubahan diberikan alasan terjadinya
perubahan dan tertera dalam dokumen atau lampirannya
dan menginformasikan keoada pihak terkait
55 4.2.3 Terdapat prosedur pengendalian dokumen atau daftar
seluruh yang mencantumkan status dari setiap dokumen
tersebut, dalam upaya mencegah penggunaan dokumen
yang usang
5 PEMBELIAN DAN PENGENDALIAN PRODUK
5.1 Spesifikasi Dari Pembelian Barang dan Jasa
56 5.1.1 Terdapat prosedur yang terdokumentasi yang dapat
menjamin spefikasi teknik dan informasi lainnya yang
relevan dengan K3 telah diperiksa sebelum keputusan
untuk membeli
57 5.1.2 Spesifikasi pembelian untuk setiap sarana produksi, zat
kima atau jasa harus dilengkapi spesifikasi yang sesuai
dengan persyaratan peraturan dan stadar K3
58 5.1.3 Konsultasi dengan tenaga kerja yang kompeten pada saat
keputusan pembelian, dilakukan untuk menetapkan
persyaratan k3 yang dicantumkan dalam spesifikasi
pembelian dan diinformasikan kepada tenaga kerja yang
menggunakannya
59 5.1.4 Kebutuhan pelatihan, pasokan APD, dan perubahan
terhadap prosedur kerja harus dipertimbangkan sebelum
pembelian dan penggunaannya
60 5.1.5 Persyaratan K3 dievaluasi dan menjadi pertimbangan
dalam seleksi pembelian
5.2 Sistem Verifikasi Barang dan Jasa Yang Telah Dibeli
61 5.2.1 Barang dan jasa yang dibeli diperiksa kesesuaiannya
dengan spesifikasi pembelian
5.3 Pengendalian Barang dan Jasa yang Dipasok Pelanggan

9
62 5.3.1 Barang dan jasa yang dipasok pelanggan, sebelum
digunakan terlebih dahulu diidentifikasikan potensi
bahaya dan dinilai risikonya dan catatan tersebut
dipelihara untuk memeriksa prosedur
5.4 Kemampuan Telusur Produk
63 5.4.1 Semua produk yang digunakan dalam proses produksi
dapat diidentifikasi di seluruh tahapan produksi dan
instalasi, jika terdapat potensi masalah K3n
64 5.4.2 Terdapat prosedur yang terdokumentasi untuk
penulusuran produk yang telah terjual, jika terdapat
potensi masalah K3 di dalam penggnaannya
6 KEAMANAN BEKERJA BERDASARKAN SMK3
6.1 Sistem Kerja
65 6.1.1 Petugas yang berkompeten telah mengidentifikasikan
bahaya yang potensial dan telah menilai risiko – risiko
yang timbul dari suatu proses kerja
66 6.1.2 Apabila upaya pengendalian risiko diperlukan maka upaya
tersebut ditetapkan melalui tingkat pengendalian
67 6.1.3 Terdapat prosedur atau petunjuk kerja yang
terdokumentasi untuk menegndalikan risiko yang
teridentifikasi dan dibuat atas dasar masukan dari
personil yang kompeten serta tenaga kerja yang terkait
dan disahkan oleh orang yang berwenang di perusahaan
68 6.1.4 Kepatuhan terhadap peraturan , standar serta pedoman
teknis yang rlevan diperhatikn pada saat mengembangkan
atau melakukan modifikasi atau petunjuk kerja
69 6.1.5 Terdapat sistm ijin kerja untuk tugas yang berisiko tinggi
70 6.1.6 APD disediakan sesuai kebutuhan dan digunakan secara
benar serta selalu dipelihara dalam kondisi yang layak
pakai
71 6.1.7 APD yang digunakan dipastikan telah dinyatakan layak
pakai sesuai dengan standar dan/atau peraturan yang
berlaku
72 6.1.8 Upaya pengendalian risiko dievaluasi secara berkala
apabila terjadi ketidak sesuaian atau perubahan pada
proses kerja
6.2 Pengawasan
73 6.2.1 Dilakukan pengawasan untuk menjamin bahwa setiap
pekerjaan dilaksanakan dengan aman dan mengikuti
setiap prosedur dan petunjuk kerja yang telah ditentukan.
74 6.2.2 Setiap orang diawasi sesuai dengan tingkat kemampuan
dan tingkat risiko tugas
75 6.2.3 Pengawas atau penyelia ikut serta dalam identifikasi
bahaya dan membuat upaya pengendalian
76 6.2.4 Pengawas/penyelia diikutsertakan dalam melakukan
penyelidikan dan pembuatan laporan terhadap terjadinya
kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta wajib
menyerahkan laporan dan saran – saran kepada
pengusaha atau pengurus
77 6.2.5 Pengawas/peyelia ikut serta dalam proses konsultasi
6.3 Seleksi dan Penempatan Personil
78 6.3.1 Persyaratan tugas tertentu termasuk persyaratan
kesehatan diidentifikasi dan dipakai untuk menyeleksi dan
penempatan tenaga kerja
79 6.3.2 Penugasan pekerjaan harus berdasarkan pada
kemampuan dan ketrampilan srta kewenangan yang
dimiliki
6.4 Araa Terbatas
80 6.4.1 Pengusaha atau pengurus melakukan penilaian risiko
lingkungan kerja untuk mengetahui daerah-daerah yang
memerlukan pembatasan ijin masuk
81 6.4.2 Terdapat pengendalian atas daerah/tempat dengan

10
pembatasan ijin masuk
82 6.4.3 Tersedianya fasilitas dan layanan di tempat kerja sesuai
dengan standar dan pedoman teknis
83 6.4.4 Rambu-rambu K3 harus dipasang sesuai dengan standar
dan pedoman teknis
6.5 Pemeliharaan, Perbaikan dan Perubahan Sarana
Produksi
84 6.5.1 Penjadwalan pemeriksaan dan pemeliharaan sarana
produksi serta peralatan mencakup verifikasi alat-alat
pengaman dan persyaratan yang ditetapkan oleh
peraturan , standar dan pedoman teknis yang relevan
85 6.5.2 Semua catatan yang memuat data secara rinci dari
kegiatan pemeriksaan, pemeliharaan, perbaikan dan
perubahan yang dilakukan atas sarana dan peralatan
produksi harus disimpan dan dipelihara
86 6.5.3 Sarana dan perlatan produksi memiliki sertifikat yang
masih berlaku seusia dengan persyaratan peraturan dan
standar
87 6.5.4 Pemeriksaan, pemeliharan, perawatan, perbaikan dan
setiap perubahan dilakukan petugas yang berkompeten
dan berwenang
88 6.5.5 Terdapat prosedur untuk menjamin bahwa jika terjadi
perubahan terhadap sarana dan peralatan produksi,
perubahan tersebut harus sesusi dengan persyaratan
peraturan peraturan perundang-undangan yang berlaku
89 6.5.6 Terdapat prosedur permintaan pemeliharaan saran dan
peralata produksi dengan kondisi K3 yang tidak
memenuhi persyaratan dan perlu segera diperbaiki
90 6.5.7 Terdapat sistem untuk penandaan (tag-out) bagi
peralatan yang sudah tidak aman lagi untuk digunakan
atau sudah tidak digunakan
91 6.5.8 Apabila diperlukan dilakukan penerapan sistem
penguncian pengoperasian (lock out sistem) untuk
mencegah agar sarana produksi tidak dihidupkan sebelum
saatnya
92 6.5.9 Terdapat prosedur yang dapat menjamin keselamatan
dan kesehatan kerja atau orang lain yang berada didekat
saran dan peralatan produksi pada saat proses
pemeriksaan, pemeliharaan, perbaikan dan perubahan
93 6.5.10 Terdapat penanggung jawab untuk menyetujui bahwa
sarana dan peralatan peroduksi telah aman digunakan
setelah proses pemeliharaan, perawatan, perbaikan atau
perubahan
6.6 Pelayanan
94 6.6.1 Apabila perusahaan dikontrak untuk menyediakan
pelayanan yang tunduk pada standar dan peraturan
peraturan perundang-undangan mengenai K3, maka perlu
disusun prosedur untuk menjamin bahwa pelayanan
memenuhi persyaratan
95 6.6.2 Apabila perusahaan diberi pelayanan melalui kontrak, dan
pelayanan tunduk pada standar dan peraturan
perundang-undangan mengenai K3, maka perlu disusun
prosedur untuk menjamin bahwa pelayanan memenuhi
persyaratan
6.7 Kesiapan Untuk Menangani Keadaan Darurat
96 6.7.1 Keadaan darurat yang potensial di dalam dan/atau di luar
tempat kerja telah diidentifikasi dan prosedur keadaan
darurat telah didokumentasikan dan diinformasikan agar
diketahui oleh seluruh orang yang ada di tempat kerja
97 6.7.2 Penyediaan alat/sarana dan prosedur keadaan darurat
berdasarkan hasil identifikasi dan diuji serta ditinjau
secara rutin oleh petugas yang kompeten dan berwenang

11
98 6.7.3 Tenaga kerja mendapatkan instruksi dan pelatihan
mengenai prosedur keadaan darurat yang sesuai dengan
tingkat risiko
99 6.7.4 Petugas penanganan keadaan darurat ditetapkan dan
diberikan pelatihan khusus serta diinformasikan kepada
seluruh orang yang ada di tempat kerja
100 6.7.5 Instruksi/prosedur keadaan darurat dan hubungan
keadaan darurat diperlihatkan secara jelas dan menyolok
serta diketahui oleh seluruh tenaga kerja di perusahaan
101 6.7.6 Peralatan, dan sistem tanda bahaya keadaan darurat
disediakan, diperiksa, diuji dan dipelihara secara berkala
sesuai dengan peraturan perundang-undangan, standar
dan pedoman teknis yang relevan
102 6.7.7 Jenis, jumlah, penempatan dan kemudahan untuk
mendapatkan alat keadaan darurat telah sesuai dengan
peraturan perundang-undangan atau standar dan dinilai
oleh petugas yang kompeten dan berwenang
6.8 Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan
103 6.8.1 Perusahaan telah mengevaluasi alat P3K dan menjamin
bahwa sistem P3K yang ada memenuhi peraturan
perundang-undangan, standar dan pedoman teknis
104 6.8.2 Petugas P3K telah dilatih dan ditunjuk sesuai dengan
peraturan perundang-undangan
6.9 Rencana dan Pemulihan Keadaan Darurat
105 6.9.1 Prosedur untuk pemulihan kondisi tenaga kerja maupun
sarana dan peralatan produksi yang mengalami kerusakan
telah ditetapkan dan dapat diterapkan sesegera mungkin
setelah terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja
7 STANDARD PEMANTAUAN
7.1 Pemeriksaan Bahaya
106 7.1.1 Pemeriksaan/inspeksi terhadap tempat kerja dan cara
kerja dilaksanakan secara teratur
107 7.1.2 Pemeriksaan/inspeksi dilaksanakan oleh petugas`yang
kompeten dan berwenang yang telah memperoleh
pelatihan mengenai identifikasi bahaya
108 7.1.3 Pemeriksaan/inspeksi mencari masukan dari tenaga kerja
yang melakukan tugas di tempat yang diperiksa
109 7.1.4 Daftar periksa (check list) tempat kerja telah disusun
untuk digunakan pada saat inspeksi
110 7.1.5 Laporan pemeriksaan/inspeksi berisi rekomendasi untuk
tindakan perbaikan dan diajukan kepada pengurus dan
P2K3 sesuai dengan kebutuhan
111 7.1.6 Pegusaha atau pengurus telah menetapkan penanggung
jawab untuk pelaksanaan ytindakan perbaikan dari hasil
laporan pemeriksaan/inspeksi
112 7.1.7 Tindakan perbaikan dari hasil laporan
pemeriksaan/inspeksi dipantau untuk menentukan
efektifitasnya
7.2 Pemantauan/Pengukuran Lingkungan Kerja
113 7.2.1 Pemantauan/pengukuran lingkungan kerja dilaksanakan
secara teratur dan hasilnya didokumentasikan, dipelihara
dan digunakan untuk penilaian dan penendalian risiko
114 7.2.2 Pemantauan/pengukuran lingkungan kerja meliputi faktor
fisik, kimia, biologis, radiasi dan psikologis
115 7.2.3 Pemantauan/pengukuran lingkungan kerja dilakukan oleh
petugas atau pihak yang berkompeten dan berwenang
dar dalam dan/atau luar perusahaan.
7.3 Peralatan Pemeriksaan/Inspeksi, Pengukuran dan
Pengujian
116 7.3.1 Terdapat prosedur yang terdokumentasi mengenai
identifikasi, kalibrasi, pemeliharaan dan penyimpanan
untuk alat pemeriksaan, ukur dan uji mengenai K3

12
117 7.3.2 Alat dipelihara dan dikalibrasi oleh petugas atau pihak
yang kompeten dan berwenang dari dalam dan/atau luar
perusahaan
7.4 Pemantauan Kesehatan
118 7.4.1 Dilakukan pemantauan kesehatan tenaga kerja yang
bekerja pada tempat kerja yang mangandung bahaya
tinggi sesuai dengan dengan peraturan perundang-
undangan,
119 7.4.2 Pengusaha atau pengurus telah melaksanakan identifikasi
keadaan dimana pemeriksaan kesehatan tenaga kerja
perlu dilakukan dan telah melaksanakan sistem untuk
membantu pemeriksaan ini
120 7.4.3 Pemeriksaan kesehatan tenaga kerja dilakukan oleh
dokter pemeriksa yang ditunjuk sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku
121 7.4.4 Perusahaan menyediakan pelayanan kesehatan kerja
sesuai dengan peraturan perundang-undangan
122 7.4.5 Catatan menganai pemantauan kesehatan tenaga kerja
dibuat sesuai dengan peraturan perundang-undangan
8 PELAPORAN DAN PERBAIKAN KEKURANGAN
8.1 Pelaporan Bahaya
123 8.1.1 Terdapat prosedur pelaporan bahaya yang berhubungan
dengan K3 dan prosedur ini diketahui oleh tenaga kerja
8.2 Pelaporan Kecelakaan
124 8.2.1 Terdapat prosedur terdokumentasi yang menjamin bahwa
semua kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja, kebakaran
atau peledakan serta kejadian berbahaya lainnya di
tempat kerja dicatat dan dilaporkan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan
8.3 Pemeriksaan dan Pengkajian Kecelakaan
125 8.3.1 Tempat kerja/perusahaan mempunyai prosedur
pemeriksaan dan pengkajian kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja
126 8.3.2 Pemeriksaan dan pengkajian kecelakaan kerja dilakukan
oleh petugas atau ahli K3 yang telah ditunjuk sesuai
peraturan perundang-undangan atau pihak lain yang
berkompeten dan berwenang
127 8.3.3 Laporan pemeriksaan dan pengkajian berisi tentang sebab
dan akibat serta rkomendasi/saran dan jadwal waktu
pelaksanaan usaha perbaikan
128 8.3.4 Penanggung jawab untuk melaksanakan tindakan
perbaikan atas laporan pemeriksaan dan pengkajian telah
ditetapkan
129 8.3.5 Tindakan perbaikan diinformasikan kepada tenaga kerja
yang bekerja di tempat terjadinya kecelakaan
130 8.3.6 Pelaksanaan tindakan perbaikan dipantau,
didokumentasikan dan atau diinformasikan ke seluruh
tenaga kerja
8.4 Penanganan Masalah
131 8.4.1 Terdapat prosedur untuk menangani masalah K3 yan
timbul dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku
9 PENGELOLAAN MATERIAL DAN PERPINDAHANNYA
9.1 Penanganan Secara Manual dan Mekanis
132 9.1.1 Terdapat prosedur untuk identifikasi potensi bahaya dan
menilai risiko yang berhubungan dengan penanganan
secara manual dan mekanis
133 9.1.2 Identifikasi dan penilaian risiko dilaksanakan oleh petugas
yang berkompeten dan berwenang
134 9.1.3 Pengusaha atau pengurus menerapkan dan meninjau
ulang cara pengendalian risiko yang berhubungan dengan
penanganan secara manual dan mekanis

13
135 9.1.4 Terdapat prosedur untuk penanganan bahan meliputi
metode pencegahan terhadap kerusakan, tumpahan
dan/atau kebocoran
9.2 Sistem Pengangkuran, Penyimpanan dan Pembuangan
136 9.2.1 Terdapat prosedur yang menjamin bahwa bahan
disimpanan dan dipindahankan dengan cara yang aman
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku
137 9.2.2 Terdapat prosedur yang menjelaskan persyaratan
pengendalian bahan yang dapat rusak atau kadaluarsa
138 9.2.3 Terdapat prosedur yang menjamin bahwa bahan dibuang
dengan cara yang aman sesuai dengan peraturan
perundang-undangan
9.3 Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya (BKB)
139 9.3.1 Perusahaan telah mendokumentasikan dan menerapkan
prosedur mengenai penyimpanan, penanganan dan
pemindahan BKB sesuai dengan persyaratan peraturan
perundang-undangan, standar dan pedoman teknis yang
relevan
140 9.3.2 Terdapat Lembar Data Keselamatan BKB (material safety
data sheets) meliputi keterangan menganai keselamatan
bahan sebagaimana diatur pada peraturan perundang-
undangan dan dengan mudah da[at diperoleh
141 9.3.3 Terdapat sistim untuk mengidentifikasi dan pemberian
label pada bahan kimia berbahaya
142 9.3.4 Rambu peringatan bahaya terpampang sesuai dengan
persyaratan peraturan perundang-undangan dan/atau
standard yang relevan
143 9.3.5 Penanganan BKB dilakukan oleh petugas yang kompeten
dan berwenang
10 PENGUMPULAN DAN PENGGUNAAN DATA
10.1 Catatan K3
144 10.1.1 Pengusaha atau pengurus telah mendokumentasikan dan
menerapkan prosedur pelaksanaan identifikasi,
pengumpulan, pengarsipan, pemeliharaan, penyimpanan
dan penggantian catatan K3
145 10.1.2 Peraturan perundang-undangan, standar dan pedoman
teknis yang relevan dipelihara pada tempat yang mudah
didapat
146 10.1.3 Terdapat prosedur yang menentukan persyaratan untuk
menjaga kerahasiaan catatan
147 10.1.4 Catatan kompensasi kecelakaan kerja dan catatan
rahabilitasi kesehatan tenaga kerja dipelihara
10.2 Data dan Laporan K3
148 10.2.1 Data K3 yang terbaru dikumpulkan dan dianalisa
149 10.2.2 Laporan rutin kinerja K3 dibuat dan disebarluaskan di
dalam tempat kerja
11 PEMERIKSAAN SMK3
11.1 Audit Internal SMK3
150 11.1.1 Audit internal SMK3 yang terjadwal diaksanakan untuk
memeriksa kesesuaian kegiatan perencanaan dan untuk
menentukan efektifitas kegiatan tsb
151 11.1.2 Audit internal SMK3 dilakukan oleh petugas yang
independen, kompeten dan berwenang
152 11.1.3 Laporan audit didistribusi kan kepada pengusaha atau
penurus dan petugas lain yang berkepentingan dan
dipantau untuk menjamin dilakukan tindakan perbaikan
12 PENGEMBANGAN KETRAMPILAN DAN KEMAMPUAN
12.1 Strategi Pelatihan
153 12.1.1 Analisa kebutuhan pelatihan K3 sesuai persyaratan
peraturan perundang-undangan telah dilakukan
154 12.1.2 Rencana pelatihan K3 bagi semua tingkatan telah disusun

14
155 12.1.3 Jenis pelatihan K3 yang harus dilakukan harus disesuaikan
dengan kebutuhan untuk pengendalian potensi bahaya
156 12.1.4 Pelatihan dilakukan oleh orang atau badan yang
berkompeten dan berwenang seusi peraturan perundang-
undangan
157 12.1.5 Terdapat fasilitas dan sumber daya memadai untuk
pelaksanaan pelatihan yang efektif
158 12.1.6 Pengusaha atau pengurus mendokumentsikan dan
menyimpan catatan seluruh pelatihan
159 12.1.7 Program pelatihan ditinjau secara teratur untuk menjamin
agar tetap relevan dan efektif
12.2 Pelatihan Bagi Manajemen dan Penyelia
160 12.2.1 Anggota manajemen eksekutif dan pengurus berperan
serta dalam pelatihan yang mencakup penjelasan tentang
kewajiban hukum dan prinsip-prinsip serta pelaksanaan
K3
161 12.2.2 Manajer dan penyelia menerima pelatihan yang sesuai
dengan peran dan tanggung jawab mereka
12.3 Pelatihan Bagi Tenaga Kerja
162 12.3.1 Pelatihan diberikan kepada semua tenaga kerja termasuk
tenaga kerja baru dan yang dipindahkan agar mereka
dapat melaksanakan tugasnya secara aman
163 12.3.2 Pelatihan dibrikan kepada tenaga kerja apabila di tempat
kerjanya terjadi perubahan serana dprduksi atau proses
164 12.3.3 Pengusaha ata pengurus memberikan pelatihan
penyegaran kepada semua tenaga kerja
12.4 Pelatihan Pengenalan dan Pelatihan Untuk Pengunjung
dan Kontraktor
165 12.4.1 Terdapat prosedur yang menetapkan persyaratan untuk
memberikan taklimat (briefing) kepada pengunjung dan
mitra kerja guna menjamin K3
12.5 Pelatihan Keahlian Khusus
166 12.5.1 Perusahaan memunyai sistem untuk manjamin kepatuhan
terhadap persyaratan lisensi atau kualifikasi sesuai
dengan peraturan perundang-undangan untuk
melaksanakn tugas khusus, melaksanakan pekerjaan atau
megoperasikan peralatan

9. PENJELASAN TENTANG KRITERIA TIDAK BERLAKU

10. URAIAN TEMUAN KETIDAK SESUAIAN

No. Kriteria Kriteria Bukti obyektif Kategori


1.2.5 Petugas yang bertanggung jawab menangani Tidak semua departemen memiliki Minor
keadaan darurat mendapatkan latihan dan petugas penanganan keadaan darurat.
diberi tanda pengenal agar diketahui oleh Tidak semua petugas penanganan
seluruh orang yang ada di perusahaan. keadaan darurat memiliki tanda pengenal.
5.1.1 Terdapat prosedur yang terdokumentasi Prosedur penunjukan subkontraktor tidak Minor
yang dapat menjamin bahwa spesifikassi dapat menjamin bahwa aspek K3
teknik da informasi lain yang relevan dengan memberikan masukan yang signifikan
K3 telah diperiksa sebelum keputusan untuk dalam pembuatan keputusan penunjukan
membeli. sub-kontraktor
5.1.3 Konsultasi dengan tenaga kerja yang Pfrosedur pembelian bahan kimia idak Minor
potensial berpengaruh pada saat keputusan memuat aktivitas konsultasi dengan

15
pembelian dilakukan apabila persyaratan K3 tenaga kerjayang berpengaruh pada saat
dicantumkan dalam spseifikasi pembelian. keputusan pembeloian dilakukan.
5.1.4 Kebutuhan pelatihan, pasokan alat Perusahaan tidak memliki prosedur atau Minor
pelindung diri (APD), dan perubahan tata cara yang memastikan kebutuhan
terhadap prosedur kerja perlu pelatihan dan peninjauan ulang K3 untuk
dipertimbangkan sebelum pembelian, serta pembelian bahan kimia
ditinjau ulang sebelum pembelian dan
pemakaian sarana produksi dan bahan
kimia
6.1.2 Apabila upaya pengendalian resiko Belum dilakukan pemastian terhadap
diperlukan, maka upaya tersebut ditetapkan pengendalian resiko permasalahan
melalui tingkat pengendalian kesehatan yang timbul yang didapat dari
hasil identifikasi bahaya dan penilaian
resiko (IBPR/HIRA) berjalan efektif
6.1.3 Terdapat prosedur kerja yang Belum diterapkan sistem “ijin kerja” untuk Minor
didokumentasikan dan jika diperlukan pekerjaan beresiko tinggi yang dilakukan
diterapkan suatu sistem “ijin kerja” untuk oleh pekerja perusahaan
tugas-tugas yang beresiko tinggi
6.1.8 APD yang digunakan dipastikan telah Belum terdapat sistem yang menjamin Minor
dinyatakan laik pakai sesuai dengan standar APD yang digunakan laik pakai sesuai
dan atau peraturan perundangan yang dengan standar dan atau peraturan
berlaku perundanngan yang beralaku
6.1.9 Upaya pengendalian resiko ditinjau ulang Belum dilakukan peninjauan ulang Minor
apabila terjadi perubahan pada proses kerja terhadap pngendalian resiko untuk
mengetahui efektifitasnya
6.2.4 Pegawas`diikutsertakan dalam pelaporan Perusahaan belum melakukan pelaporan Minor
dan penyelidikan penyakit akibat kerja (PAK) dan penyelidikan PAK
dan kecelakaan, dan wajib menyerahkan
laporan dan saran-saran kepada pengurus
6.5.3 Saran produksi yang tedaftar harus memiliki Belum semua sarana produksi memiliki Minor
sertifikat yang masih berlaku sertifikat yang masih berlaku (instalasi
listrik, masin press)
6.7.6 Alat dan sistem tanda bahaya keadaan Belum dilakukan pemeriksaan, pengujian Minor
darurat diperiksa, diuji dan dipelihara secara dan pemeliharaan terhadap instalasi
berkala alarm kebakaran (fire alarm)
6.7.7 Kesesuaian, penempatan dan kemudahan Belum dilakukan penempatan emergency Minor
untuk mendapatkan alat keadaan darurat shower di sekitar tempat penyimpanan
telah dinilai oleh petugas yang berkompeten bahan kimia
APAR di gudang distribusi hanya terdapat
di pintu keluar/masuk
7.4.1 Sesuai dengan peraturan perundangan, Perusahaan belum melakukan Minor
kesehatan tenaga kerja yang bekerja pada pemantauan kesehatan yang sesuai
tempat kerja yang mengandung bahaya dengan potensi bahaya yang dialami
harus dipantau tenaga kerja
7.4.2 Perusahaan teah mengidentifikasi keadaan Belum dilakukan identifikasi terhadap Minor
dimana pemeriksaan kesehatan perlu kebutuhan pemeriksaan kesehatan yang
dilakukan dan telah melaksanakan sistem sesuai dengan resiko bahaya yang
untuk membantu pemeriksaan ini terpapar di tempat kerja
7.4.4 Perusahaan menyediakan pelayanan Perusahaan telah melakukan pemeriksaan Minor
kesehatan kerja sesuai peraturan kesehatan berkala, tetapi tidak melakukan
perundangan yang berlaku pemeriksaan kesehatan khusus sesuai
dengan potensi bahaya di tempat kerja
8.2.2 Kecelakaan dan PAK dilaporkan Perusahaan belum melakukan pelaporan Minor
sebagaimana ditetapkan oleh peraturan PAK kepada lembaga yang berwenang
perundangan yang berlaku
8.3.1 Perusahaan memunyai prosedur Perusahaan belum memiliki prosedur Minor

16
penyelidikan kecelakaan dan PAK yang penyelidikan PAK
dilaporkan
9.1.4 Prosedur untuk penanganan bahan meliputi Prosedur penanganan bahan belum Minor
metode penceghan terhadap kerusakan, mencakup kelengkapan peralatan untuk
tumphan dan kebocoran penanganan tumpahan dan kebocoran
bahan kimia
9.2.2 Terdapat prosedur yang menjelaskan Tidak terdapat prosedur yang memastikan Minor
persyaratan pengendalian bahan yang dapat waktu kedaluwarsa bahan kimia
rusak atau kedaluwarsa
12.5.1 Perusahaan mempunyai sistem untuk Tidak semua opretor forklift memiliki Minor
menjamin kepatuhan terhadap persyaratan Surat Ijin Operator (SIO) yang dikeluarkan
lisensi atau kualifikasi sesuai dengan oleh Kemenakertrans
peraturan perundangan untuk
melaksanakan pekerjaan, atau
mengoperasikan peralatan

URAIAN KETIDAK SESUAIAN

Kriteria 1.2.5
Petugas yang bertanggung jawab menangani keadaan darurat mendapatkan latihan dan diberi tanda
pengenal agar diketahui oleh seluruh orang yang berada di perusahaan.

Uraian ketidak sesuaian.


Di department Spark plug tidak terdapat anggota tim penagnan keadaan darurat yang memiliki tanda
pengenal dan di department Horn pada saat dilakukan audit tidak terdapat tim penanganan keadaan darurat,
adapun tim yang ada masuk (bertugas) pada shift malam.

Kriteria 5.1.1
Terdapat prosedur yang terdokumentasi yang dapat menjamin bahwa spesifikasi teknik dan informasi lain
yang relevan dengan K3 telah diperiksa sebelum keputusan untuk membeli.

Uraian ketidak sesuaian


Pertimbangan memilih sub-kontraktor terdiri dari tiga aspek, purchase/PPC, engineering dan QA. Unsur K3
masuk kedalam aspek QA melalui kriteria “safety oriented”, tetapi kriteria safety oriented tidak memiliki
penjelasan yang lebih detail dan jelas terhadap aspek K3 yang dinilai. Penilaian safety oriented tidak cukup
signifikan dalam menentukan sub-kontraktor yang dipilih.

Kriteria 5.1.3
Konsultasi dengan tenaga kerja yang potensial berpengaruh pada saat keputusan pembelian dilakukan
apabila persyaratan K3 dicantumkan dalam spesifikasi pembelian.

Uraian ketidak sesuaian


Dalam prosedur pemesanan dan pengiriman bahan kimia, tidak terdapat aktivitas konsultasi denga tenaga
kerja yang bertugas menerima pengiriman bahan tersebut dengan pertimbangan bahwa bahan kimia yang
dipesan memilki potensi bahaya bagi tenaga kerja.

Kriteria 5.1.4
Kebutuhan pelatihan, pasokan alat pelindung diri (APD), dan perubahan terhadap prosedur kerja perlu
dipertimbangkan sebelum pembelian, serta ditinjau ulang sebelum pembelian dan pemakaian sarana
produksi dan bahan kimia.

Uraian ketidak sesuaian

17
Perusahaan tidak memilki prosedur yang memastikan kebutuhan pelatihan dan peninjauan ulang terhadap
aspek K3 untuk pembelian.

Kriteria 6.1.2
Apabila upaya pengendalian risio diperlukan maka upaya tersebut ditetapkan melalui tingkat pengendalian.

Uraian ketidak sesuaian


Perusahaan telah melaksanakan pengendalian risiko berdasarkan hasil Identifikasi Bahaya dan Penilaian
Risiko (IBPR)/HIRA yang dilakukan, tetapi belum dilakukan pengendalian sesuai dengan tingkat pengendalian
risiko. Hal ini didapat pada pengendalian risiko dengan menggunakan ear plug terhadap masalah kesehatan
kerja seperti kebisingan (berdasarka pengukuran yang dilakukan oleh lembaga Hiperkes tercatat antara 82
dbA – 112 dbA)untuk bagian department radiator dan press. Seharusnya pengendalian dilakukan dari
sumber kebisingan sehingga dapat menurunkan tingkat kebisingan yang diterima operator.

Kriteria 6.1.3
Terdapat prosedur kerja yang didokumentasikan dan jika diperlukan diterapkan sauatu sistem “ijin kerja”
untuk tugas-tugas yang berisiko tinggi.

Uraian ketidak sesuaian


Perusahaan telah memiliki prosedur ijin kerja untuk pekerjaan berisiko tinggi , seperti pekerjaan di ketinggian
dan di dalam ruangan tertutup, tetapi prosedur tersebut belum diterapkan untuk pekerja yang melakukan
pekerjaan dimaksud. Berdasarkan data laporan kecelakaan pernah terjadi kecelakaan terhadap pekerja
maintenance yang sedang melakukan perbaikan atap pabrik. Pekerja maintenance tersebut belum meiliki ijin
kerja khusus untuk melakukan pekerjaan tersebut, dan dari hasil interview dan penjelasan dari HSE
committee didapatkan kesimpulan bahwa ijin kerja khusus tidak diterapkan kepada pekerja internal
perusahaan karena hanya diberlakukan kepada pekerja kontraktor

Kriteria 6.1.8
APD yang diperginakan dipastikan telah dinyatakan laik pakai sesuai dengan standar dan atau peraturan
perundangan yang berlaku.

Uraian ketidak sesuaian


APD yang digunakan sulit untuk dinilai dapat menjamin laik pakainya, penilaian ini didukung dengan tidak
terdapat sistem yang mengatur pengadaan dan masa penggantian APD jika tidak laik pakai untuk
dipergunakan.

Kriteria 6.1.9
Upaya pengendalian risiko ditinjau ulang apabila terjadi perubahan pada proses kerja

Uraian ketidak sesuaian


Perusahaan telah melaksanakan pengendalian risiko berdasarkan hasil Identifikasi Bahaya dan Penilaian
Risiko (IBPR)/HIRA yang dilakukan, tetapi belum dilakukan peninjauan ulang efektifitas pengendalian risiko
tersebut terhadap operator yang melaksanakannya. Hal ini didapat pada pengendalian risiko dengan
menggunakan ear plug terhadap maslah kesehatan kerja seperti kebisingan (berdasarka pengukuran yang
dilakukan oleh lembaga Hiperkes tercatat antara 82 dbA – 112 dbA)untuk bagian department radiator dan
press. Berdasarkan data pemeriksaan kesehatan di department HRD belum dilakukan pemeriksaan
audiometric untuk memastikan efektifitas penggunaan ear plug oleh operator di bagian tersebut diatas.

Perusahaan belum melakukan peninjauan ulang terhadap efektifitas penggunaan APD seperti masker, sarung
tangan pada pekerjaan penanganan bahan kimia di bagian plating department spark plug dan mixing room.
Berdasarkan hasil audit, operator belum memakai sarung tangan yang dapat melindungi keseluruhan lengan
dan apron untuk melindungi seluruh bagian badan dari percikan bahan kimia yang bersifat iritan dan korosif.

18
Kriteria 6.2.4
Pengawas diikut sertakan dalam pelaporan dan penyelidikan penyakit akibat kerja (PAK) dan kecelakaan, dan
wajib menyerakan laporan dan saran-saran kepada pengurus.

Uraian ketidak sesuaian


Perusahaan telah melakukan pemeriksaan kesehatan berkala kepada seluruh tenaga kerja, tetapi perusahaan
belum melakukan pelaporan dan penyelidikan PAK yang dialami pekerja kepada instansi berwenang
(Disnaker setempat)

Kriteria 6.5.3
Sarana produksi yang terdaftar harus memiliki sertifikat yang masih berlaku.

Uraian ketidak sesusaian


Sudah dilakukan pemeriksaan dan pengujian untuk mendapatkan pengesahan penggunaan peralatan
produksi seperti compressor dan botol baja (tabung) LPG, tetapi untuk pemeriksaan dan pengujian serta
pengesahan belum dilakukan terhadap instalasi yang memiloki risiko bahaya tinggi seperti mesin-mesin
produksi, instalasi listrik, mesin press/stamping,

Kriteria 6.7.6
Belum semua peralatan dan tanda bahaya diperiksa dan diuji secara berkala, seperti bell alarm di pintu
keluar/masuk di department filter dala kondisi rusak dan tidak memilki status tidak dapat dioperasikan.

Pompa hidrant dan instalasinya belum diperiksa dan diuji untuk mengetahui kehandalan operasional
peralatan tersebut secara berkala.

Pakaian pemadam kebakaran dan penanganan banjir yang disimpan di dalam lemari tidak memilki catatan
(record) pemeriksaan dan pemeliharaan, serta tidak dalam kondisi terkunci.

Kriteria 6.7.7
Kesesuaian, penempatan dan kemudahan untuk mendapatkan alat darurat telah dinilai oleh petugas yang
kompeten.

Uraian ketidak sesuaian


Belum semua tempat penyimpanan dan penggunaan bahan kimia dilengkapi dengan instalasi air bersih yang
mudah digunakan untuk penanggulangan apabila terjadi percikan bahan kimia yang mengenai operator,
seperti penggunaan emergency shower. Tempat-tempat yang dilengkapi dengan instalasi air bersih yang
mudah digunakan apabila dalam keadaa emergensi adalah ruangan plating, department spark plug, gudang
distribusi B3 dan washing tricho. Selain itu emergency shower yang terdapat di tempat penyimpanan B3
department radiator belum dalam posisi yang mudah dijangkau karena tertutup oleh temoat penyimpanan
(drum) bahan B3.

Gudang distribusi belum memiliki jumlah APAR yang memadai, APAR yang ada hanya ditempatkan di pintu
keluar/masuk gudang.

Gudang distribusi yang menyimpan pembungkus material dengan sifat mudah terbakar seperti kardus dan
kayu belum dilengkapi dengan alat deteksi keadaan darurat seperti deteksi kebakaran, mengingat gudang
distribusi pada malam hari dikunci dan tidak dapat dimasuki oleh orang lain.

Kriteria 7.4.1
Sesuai dengan peraturan perundangan, kesehatan tenaga kerja yang bekerja pada tempat kerja yang
mengandung bahaya harus dipantau

19
Uraian ketidak sesuaian
Perusahaan belum melakukan pemeriksaan kesehatan khusus berupa pemeriksaan kondisi pendengaran
terutama untuk pekerja yang bekerja di bagian radiator dan mesin press/stamping yang memiliki kondisi
tempat kerja dengan nilai kebisingan diatas NAB.

Kriteria 7.4.2
Perusahaan telah mengidentifikasi keadaan dimana pemeriksaan kesehatan perlu dilakukan dan telah
melaksanakan sistem untuk membantu pemeriksaan ini.

Uraian ketidak sesuaian


Perusahaan sudah memiliki program pemeriksaan kesehatan tenaga kerja pra-rekruitmen dan pemeriksaan
kesehatan berkala, tetapi dalam program pemeriksaan kesehatan tersebut belum dilakukan identifkasi
perluya pemeriksaan kondisi pendengaran terhadap operator yang belerja di bagian radiator dan mesin
press/stamping.

Kriteria 7.4.4
Perusahaan menyediakan pelayanan kesehatan kerja sesuai peraturanan oerundangan yang berlaku.
Uraian ketidak sesuaian
Perusahaan telah memiliki program pemeriksaan kesehatan sebelum kerja dan pemeriksaan kesehata
berkala, tetapi belum memasukkan pemeriksaan kesehatan khusus sesuai dengan potensi bahaya pekerjaan
yang dilakukan seperti pemeriksaan uji kemampuan pendengaran untuk pekerja di bagian radiator dan mesin
press/stamping dan pemeriksaan kesehatan khusus terhadap kontaminasi dengan bahan kimia di bagian
platting-department spark plug.

Kriteria 8.2.2
Kecelakaan dan penayit akibat kerja dilaporkan sebagaimana ditetapkan oleh peraturan perundangan yang
berlaku.

Uraian ketidak sesuaian


Perusahaan telah melakukan pelaporan kecelakaan akibat kerja, tetapi belum melakukan pelaporan atas
kasus-kasus penyakit akibat kerja kepada instansi yang berwenang (Disnaker setempat) sesuai denga
Per.Menaker No.Per-01/MEN/1981 tentang Kewajiban Melapor Penyakit Akibat Kerja.

Kriteria 8.3.1
Perusahaan mempunyai prosedur penyelidikan kecelakaan dan penyakit akibat kerja dilaporkan.

Uraian ketidak sesuaian


Perusahaan telah memiliki prosedur penyelidikan kecelakaan dan PAK, tetapi belu memiliki prosedur
penyelidikan PAK.

Kriteria 9.1.4
Prosedur untuk penanganan bahan meliputi metode pencegahan terhadap kerusakan, tumpahan dan
kebocoran.

Uraian ketidak sesuaian


Perusahaan belum memiliki program monitoring terhadap peralatan penanganan tumpahan dan kebocoran
bahan kimia. Di gudang distribusi B3 tidak terdapat serbuk gergaji yang dipersiapkan untuk penanganan
tumpahan bahan kimia.

Kriteria 9.2.2

20
Terdapat prosedur yang menjelaskan persyaratan pengendalian bahan yang dapat rusak atau kedaluwarsa.

Uraian ketidak sesuaian


Tidak ditemukan aktivitas untuk identifikasi terhadap pengendalian waktu kedaluwarsa terhadap bahan
kimia yang digunakan dalam aktifitas kerja.

Kriteria 12.5.1
Perusahaan mempunyai sistem untuk menjamin kepatuhan terhadap persyaratan lisensi atau kualifikasi
sesuai dengan peraturan perundangan untuk melaksanakan tugas khusus, melaksanakan pekerjaan atau
mengoperasikan peralatan.

Uraian ketidak sesuaian


Belum semua operator di perusahaan memiliki Surat Ijin Operator (SIO) dari instasi yang berwenang
(Kemenakertrans) selaku lembaga yang berwenang berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku.
Jumlah operator yang memiliki SIO yang dikeluarkan Kemenakertrans hanya berjumlah 2 orang, selebihnya
belum memiliki

11. TINDAK LANJUT


Perlu diadakan perbaikan atas ketidak sesuaian terhadap kriteria audit berikut:
Minor : 20 kriteria
Major : 0 krieria
Sebagaimana dimaksud pada Daftar Temuan Ketidak Sesuaian pada butir 7 diatas

No. Laporan Halaman


Laporan audit SMK3
Tgl. Laporan PT. MENARA TINGGI Distribusi

No.Pekerjaan Auditor :
LAPORAN UTAMA

12. HASIL AUDIT


Perusahaan PT. MENARA TINGGI telah menerapakan sistem manajemen K3 sesuai dengan Peraturan
Menteri Tanaga Kerja RI No.PER.05/MEN/1996 tentang Sistem manajemen K3.
Kesimpulan umum penerapan SMK3 di PT. MENARA TINGGI sebagai berikut:
1) Pembangunan dan Pemeliharaan Komitmen

21
Secara umum Pengurus/DIRUT PT. MENARA TINGGI telah menunjukan komitmen yang kuat
terhadap pemerpanan SMK3 ditandai dengan adanya Kebijakan K3 yang ditanda tangani pimpinan
tertinggi perusahaan dan dukungan dana dan sumber daya untuk penerapan SMK3. Selain itu
komitmen dan dukungan pekerja dalam penerapan SMK3 sangat menunjang dalam penerapan
SMK3

2) Strategi Pendokumentasian
PT. MENARA TINGGI telah melakukan identifikasi potensi bahaya dan resiko, dan telah membuat
perancangan strategi K3 berdasarkan identifikasi bahaya tersebut.
Perusahaan juga telah membuat Manual SMK3 sebagai acuan kebijaka dalam pelaksaan program K3,
dan telah didistribusikan kepada setiap departeman.

3) Peninjauan Ulang Perancangan (Desain) dan Kontrak


Perusahaan telah memilki prosedur untuk desain produk dan melakukan identifikasi terhadap aspek
keselamatan dalam proses desain di perusahaan.
Yang perlu diperhatikan adalah:
 Belum terdapat prosedur yang menjamin dilakukannya penilaian aspek keselamatan
dalam perancangan dan perancangan ulang lay-out perusahaan.

4) Pengendalian Dokumen
Secara umum perusahaan telah memiliki dan menerpakan sistem pengendalian dokumen K3 yang
mengacu kepada sistem pengendalian dokumen QS 9000

5) Pembelian
Perusahaan telah memasukkan aspek K3 ke dalam prosedur pembelian bahan baku material
Yang perlu diperhatikan adalah:
 Aspek K3 dalam prosedur pembelian masih bersifat umum, sehingga prosedur tersebut
belum dapat menjamin proses pembelian dilakukan tanpa membahayakan keselamatan
dan kesehatan, termasuk memastikan pekerja yang melakukan aktivitas pemesanan dan
pengiriman bahan kimia telah telah diikutkan dalam proses konsultasi dan pelatihan
mengenai aspek K3.

6) Keamanan Bekerja Berdasarkan Sistem Manajamen K3


Perusahaan telah menyusun prosedur dan instruksi kerja berdasarkan identifikasi potensi bahaya.
Yang perlu diperhatikan adalah:
 Pengendalian resiko belum berdasarkan tingkat pengendalian
 Penagadaan APD tidak diatur dalam prosedur, sehingga sulit menjamin pengadaan dan
penggantian APD sesuai dengan kelayakan dan kelaikannya
 Pengawas di tempat kerja belum diikutsertakan dalam pelaporan dan penyelidikan PAK
 Alat dan sistem penanganan keadaan darurat perlu dipastikan berada di tempatnya dan
berfungsi dengan baik

7) Standar Pemantauan
Perusahaan telah melakukan monitoring lingkungan kerja secara berkala sebagai pemenuhan persyaratan
keselamatan dan kesehatan kerja sesuai dengan Undang-undang Keselamatan Kerja No.1 Tahun 1970 jo.
Peraturan Menteri Perburuhan No.7 tahun 1964 jo.Kep.Menaker No. Kep-51/MEN/1999 jo. Kep.Menaker
No.Kep-187/MEN/1999 jo. SE Menaker No.SE-01/MEN/1997 melalui pengukuran langsung dengan
menggunakan peralatan dan oleh perusahaan jasa K3 (pihak ketiga sesui dengan Per.Menaker No.Per-
04/MEN/1998 jo. Per.Menaker No.Per-02/MEN/1992).
Yang masih perlu diperhatikan adalah:
 Belum terdapat pemastian dilakukan kalibrasi secara berkala terhadap perlatan
ukur yang digunakan pihak ketiga serta jadwal kalibrasi dan terkini yang dimilki

22
oleh pihak ketiga karena tidak dilampirkan dokumen pendukungnya dalam laporan
pihak ketiga kepada perusahaan.
 Belum terdapat memantauan kesehatan terhadap pekerja sesuai dengan potensi
bahaya yang dihadapi dalam melakukan pekerjaan.
 Belum terdapat identifikasi secara sistimatis terhadap laporan kesehatan berkala
ker pekerja untuk menemukan potensi penyait akibat Kerja (PAK)
 Belum terdapat pemeriksaan khusus terhadap pekerja yang bekerja pada bagian
pengecatan (painting section) dan bagian mesin pres (moulding form press) yang
mempunyai indikasi kebisingan diatas 85 dBS)

8) Pelaporan dan Perbaikan Kekurangan


Perusahaan telah memiliki prosedur yan g menjamin setiap khasus kecelakaa dan PAK dilaporkan kepada
pimpinan perusahaan.
Perusahaan juga telah melaporkan aktivitas K3 dan kasus-kasus kecelakaan beserta hasil investigasinya secara
rutin kepada pimpinan perusahaan dan tiap unit kerja, serta secara rutin telah melaporkan kegiatan P2K3 dan
investigasi kecelakaan kepada Kantor Dinas Tenaga Kerja setempat.
Yang masib perlu menjadi perhatian adalah sebagai berikut:
 Belum terdapat pelaksanaan kegiatan pencatatan dan penyelidikan PAK dan
pelaporan PAK kepada Kantor Disnaker setempat.

9) Pengelolaan Material dan Perpindahannya


Perusahaan telah memilki prosedur dalam melakukan penanganan material secara manual dan mekanis.
Yang masih peri mendapatkan perhatian adalah sbb:
 Belum terdapat prosedur penanganan bahan kimia yang tumpah atau bocor
 Belum dipasang rambu-rambu tanda bahaya khususnya untuk karateristik bahan
kimia di bagian radiator dan sparkplug yang sesuai dangan standar label (labeling
standard harmonies)
 Belum terdapat prosedur yang mengidentifkasi waktu kadaluwarsa bahan kimia.

10) Pengumpulan dan Pengolahan Data


Perusahaan telah memiliki prosedur untuk mengidentifikasi, mengumpulkan, mengarsipkan, memelihara dan
menyimpan catatan K3. Prosedur tersebut juga telah dilaksanakan dengan konsisten.

11) Audit Sistem Manajemen K3


Perusahaan telah melakukan kegiatan audit internal SMK3 yang dilakukan oleh petugas yang kompeten dan
telah dilatih untuk tugas tersebut.

12) Pegembangan Keterampilan dan Kemampuan


Perusahaan telah malaksanakan kegiatan pelatihan sesuai dngan kebutuhan operasional di tempat kerja.
Kebutuhan pelatihan atas pelatihan K3 juga telah diidentifikasi dan telah dijalankan sesuai dengan rencana
pelatihan tahunan.
Yang masih perlu mendapat perhatian adalah sebagai berikut:
 Masih belum ada peran serta anggota manajemen eksekutif dalam pelatihan untuk
penjelasan tentang kewajiban hukum dan prinsip-prinsip K3 yang terkait dengan
Visi dan Misi perusahaan.
 Belum terdapat program pelatihan bagi manajer dan supervisor tentang K3

Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang diterapkan oleh PT. MENARA TINGGI pada tempat
kerjanya di Jalan Jenderal Gatot Subroto No.21 Jakarta Selatan telah memenuhi 88 % dari kriteria audit SMK3
untuk tingkat lanjutan sesuai lampiran II Pp No.50 Tahaun 2012. Untuk selanjutnya PT. MENARA TINGGI yang
berlokasi seperti disebutkan diatas direkomendasikan untuk mendapatkan sertifikat dan bendera emas.

13. DATA PENDUKUNG LAPORAN AUDIT

23
Audit Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) serta Laporan Hasil Audit ini
dilakukan dan dibuat sesuai dan berdasarkan kompetensi dengan menjunjung etika profesi yang
berlandasakan kejujuran dan independen.

Jakarta, ………………………………

Manajer Audit

24

Anda mungkin juga menyukai