Anda di halaman 1dari 44

Laporan Kasus

Tuberculosis
Paru
Disusun Oleh:
Elvira Eldysta - 1102016060

Pembimbing:
dr. Nukeseny, Sp.P

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam


RS TK II. MOH. RIDWAN MEURAKSA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
Periode 5 Juni - 12 Agustus 2023
LAPORAN KASUS
1
IDENTITAS PASIEN

Nama : Jambak Sudarso


Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 51 tahun
Alamat : Bekasi
Agama : Islam
Pekerjaan : TNI
Status Pernikahan : Menikah
Tanggal dan Jam Masuk RS : 29 Mei 2023 Pukul 11.00 WIB
ANAMNESIS

Anamnesis dilakukan secara Autoanamnesis

Keluhan Utama: Batuk ada sejak 1 bulan SMRS dan ada dahak
berwarna coklat tanpa bercak warna merah, BB turun 10 kg dalam
1 bulan SMRS, Sesak Nafas

Keluhan Tambahan: Keringat dingin malam hari sebelum tidur


Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang dengan keluhan sesak nafas sejak 1


bulan SMRS, keluhan lain yang dirasakan seperti batuk berdahak
berwarna kecoklatan tanpa ada bercak merah dan nafsu makan
menurun diikuti berat badan menurun dan keringat dingin di
malam hari.
Pasien mengalami penurunan berat badan sebanyak 10
kg dalam satu bulan terakhir. Hal yang memperberat adalah saat
sedang melakukan aktivitas derajat sedang-berat seperti berlari,
mengangkat barang, dan menaiki tangga. Hal yang memperingan
yaitu saat duduk, tidur, atau tidak beraktivitas.
Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat Hipertensi :+
Riwayat Diabetes Melitus :+
Riwayat Penyakit Jantung : Disangkal
Riwayat Alergi Obat : Disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada Riwayat keluarga yang mengalami penyakit serupa

Riwayat Pengobatan

Pasien meminum obat glimepirid 2 tab dan gliquidone 30 mg tab


Riwayat Pribadi dan Sosial

Pasien bekerja sebagai TNI. Pasien cukup sering


mengkonsumsi makanan berlemak, santan, dan tinggi garam. Pasien
mengaku memiliki kebiasaan merokok sejak usia 20 tahun dan bisa
menghabiskan 1-2 bungkus per hari.
Status Generalis

1. Keadaan umum: Sakit sedang


2. Kesadaran: Komposmentis
3. Tekanan darah:
29 Mei 2023 166/87 mmHg
12 Juni 2023 149/83 mmHg
1. Nadi: 121x/menit
2. Suhu: 36,2 C
3. Pernapasan: 20x/menit
4. Gizi
• BB: 55 Kg
• TB: 163 CM
• IMT: 20,7 (Normal)
Pemeriksaan Fisik

KULIT
● Warna: sawo matang
● Pucat: Tidak Pucat
● Jaringan parut: Tidak ada MATA
● Turgor: Baik, < 2 detik ● Palpebra: Edema -/-, hiperemis -/-
KEPALA ● Konjuntiva: Pucat -/-
● Bentuk: Normocephalous ● Sklera ikterik: -/-
● Rambut dan kulit kepala: Hitam pertumbuhan TELINGA
merata, tidak mudah dicabut, tidak ada ulkus, ● Bentuk daun telinga: Normal
tidak ada jerawat, tidak ada luka ● Pendengaran: Normal
Pemeriksaan Fisik

HIDUNG DAN SINUS PARANASAL


● Napas cuping hidung: -/-
● Nyeri tekan: -/-
● Sekret: -/- LEHER
● Konka: Tidak ada kelainan ● JVP: 5 ± 2 cmH2O
MULUT ● Trakea: Letak di medial, terfiksir
● Bau pernapasan: Tidak ditemukan ● Kelenjar tiroid: Tidak teraba
● Faring: Tidak hiperemis ● Kelenjar lymphonodi: Tidak teraba
● Tonsil: T1/T1, tidak hiperemis pembesaran KGB
● Lidah: Tidak deviasi, lidah dalam batas normal ● Lain-lain: Tidak ada
● Uvula: Letak di medial, tidak hiperemis
Pemeriksaan Fisik

PARU- PARU
● Inspeksi: Simetris, bentuk dada normal, pada JANTUNG
dinding ● Inspeksi : Iktus kordis (-)
dada tidak ditemukan adanya jaringan parut, ● Palpasi: Iktus kordis teraba linea midclavicularis
maupun sinistra ICS
pelebaran vena superfisial, tidak terdapat retraksi VI
otot ● Perkusi
− Batas jantung atas : ICS II linea parasternalissinistra
interkostal. − Batas jantung kanan: ICS V linea parasternalis dextra
● Palpasi : Ekspansi dada kanan dan kiri simetris, − Batas jantung kiri: ICS VI linea midclavicularissinistra
● Perkusi : Perubahan suara dari sonor ke redup ● Auskultasi
pada - Katup Aorta : AII>AI regular, murmur (-), gallop (-)
kedua lapang paru bagian basal. - Katup Pulmonal : PII>PI regular, murmur (-), gallop (-)
● Auskultasi: Suara napas vesikuler pada seluruh - Katup Mitral : MI>MII regular, murmur (-), gallop (-)
lapang - Katup Trikuspid : TI>TII regular, murmur (-) , gallop (-)
paru, whezzing (-), ronkhi (-)
Pemeriksaan Fisik

ABDOMEN
● Inspeksi: Tampak simetris, sikatrik (-), venektasi (-), caput medusae (-), massa (-), striae (-)
● Palpasi: Supel, nyeri tekan epigastrium (-), massa (-) hepatosplenomegali (-), Tes undulasi (-),
renal
ballotement (-)
● Perkusi: Timpani pada seluruh kuadran, tes shifting dullness (-)
● Auskultasi: Bising usus terdengar 5x/menit, normal di semua kuadran
Pemeriksaan Fisik

EKSTREMITAS Pemeriksaan Motorik


● Ekstremitas superior: Akral hangat, sianosis (-),
edema (-), Trofi otot : Normotrofi
CRT <2 detik. Gerakan : Bebas | Bebas
● Ekstremitas inferior: Akral hangat, sianosis (-), Bebas | Bebas
pitting
Kekuatan : 5555 | 5555
edema (+), CRT <2detik.
5555 | 5555
GENITALIA: Tidak dinilai Tonus otot : Normotonus
ANOREKTAL: Tidak dinilai Refleks fisiologis
Refleks biseps : ++/++
Refleks triseps : ++/++
Refleks patella : ++/++
Refleks achilles : ++/++
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Penunjang
Resume

Seorang pasien datang dengan keluhan sesak nafas dan batuk berdahak berwarna
kecoklatan tanpa ada bercak merah disertai nafsu makan dan berat badan menurun
sejak 1 bulan SMRS. Pasien juga memiliki riwayat Diabetes Melitus dan Hipertensi
sejak 2 bulan yang lalu. Pada pemeriksaan fisik didapatkan TD 149/83 mmHg. Pada
pemeriksaan rontgen thorax didapatkan infiltrate di apex paru sampai lapang bawah
paru bilateral dan pemeriksaan TCM didapatkan MTB positif dan rifampicin sensitif

Permasalahan

a. Assessment: Tuberkulosis Paru


b. Plan Terapi: 2HRZSE(E) + 4RH
c. Plan Monitoring: Program Penanggulangan TB Paru dengan
Strategi DOTS
Diagnosis Kerja

Tuberkulosis Paru

Diagnosis Banding

Simple Bronchopneumonia
Rencana Pemeriksaan

1. Foto thorax PA/AP


2. Cek sputum (untuk melihat BTA/Batang Tahan Asam)
3. Kultur sputum

Penatalaksanaan

Medikamentosa
Non Medikamentosa
Rifampisin, INH, Pirazinamid,
Tidak melakukan aktivitas deajat sedang-berat,
Streptomisin, Etambutol, Vitamin B6
perbanyak konsumsi karbohidrat, protein, berhenti
untuk melawan efek samping yang
merokok
ditimbulkan akibat penggunaan INH
Prognosis

Dubia at sanam
Dubia at functionam
Dubia at malam
Dubia at sanatinam
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi

Tuberkolosis adalah suatu penyakit kronik menular yang disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam
sehingga sering dikenal dengan Basil Tahan Asam (BTA). Sebagian besar kuman TB
sering ditemukan menginfeksi parenkim paru dan menyebabkan TB paru, namum bakteri
ini juga memiliki kemampuan menginfeksi organ tubuh lainnya (TB ekstra paru) seperti
pleura, kelenjar limfe, tulang, dan organ ekstra paru lainnya.
Epidemiologi
Berdasarkan data surveilans anti TB resistensi obat

Jumlah multidrug atau rifampisin kasus Tahun 2009, terdapat 148 kasus yang
resisten TB (RR/MDR-TB) di indonesia dicurigai diperiksa dan 66 di antaranya
meningkat dari tahun 2009 ke tahun 2014 dipastikan sebagai TB RR/MDR.

54% berhasil diobati, sedangkan 8%


dinyatakan gagal pengobatan, 16%
meninggal, 15% gagal (gagal follow up/drop Pasien yang memulai
out) dan 7% adalah tidak dievaluasi pengobatan pada tahun 2014

Tahun 2015, hanya 46% kasus 12% meninggal, 39% gagal dan
gagal pengobatan berhasil diobati 3% gagal pengobatan

Tahun 2016 hanya 130.000 dari


490.000 kasus menerima
pengobatan TB MDR.
FAKTOR RESIKO

Terdapat beberapa kelompok orang yang memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami penyakit
TB, kelompok tersebut adalah:
1. Orang dengan HIV positif dan penyakit imunokompromais lain.
2. Orang yang mengonsumsi obat imunosupresan dalam jangka waktu panjang.
3. Perokok
4. Konsumsi alkohol tinggi
5. Anak usia <5 tahun dan lansia
6. Memiliki kontak erat dengan orang dengan penyakit TB aktif yang infeksius.
7. Berada di tempat dengan risiko tinggi terinfeksi tuberkulosis (contoh: lembaga
permasyarakatan, fasilitas perawatan jangka panjang)
8. Petugas kesehatan
ETIOLOGI DAN TRANSISI

Terdapat 5 bakteri yang berkaitan erat dengan infeksi TB: Mycobacterium


tuberculosis, Mycobacterium bovis, Mycobacterium africanum, Mycobacterium
microti and Mycobacterium cannettii. M.tuberculosis (M.TB), hingga saat ini
merupakan bakteri yang paling sering ditemukan, dan menular antar manusia
melalui rute udara.

Ada 3 faktor yang menentukan transmisi M.TB :


1. Jumlah organisme yang keluar ke udara.
2. Konsentrasi organisme dalam udara, ditentukan oleh volume ruang dan
ventilasi.
3. Lama seseorang menghirup udara terkontaminasi.

Sumber KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA.


ETIOLOGI DAN TRANSISI

Satu batuk dapat memproduksi hingga 3,000 percik renik dan satu kali bersin
dapat memproduksi hingga 1 juta percik renik. Sedangkan, dosis yang
diperlukan terjadinya suatu infeksi TB adalah 1 sampai 10 basil. Kasus yang
paling infeksius adalah penularan dari pasien dengan hasil pemeriksaan sputum
positif, dengan hasil 3+ merupakan kasus paling infeksius

Orang dengan kondisi imun buruk lebih rentan mengalami penyakit TB aktif
dibanding orang dengan kondisi sistem imun yang normal. 50- 60% orang
dengan HIV-positif yang terinfeksi TB akan mengalami penyakit TB yang aktif

Sumber KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA.


MANIFESTASI KLINIS
Gejala penyakit TB tergantung pada lokasi lesi, sehingga dapat menunjukkan manifestasi klinis
sebagai berikut:
1. Batuk ≥ 2 minggu
2. Batuk berdahak
3. Batuk berdahak dapat bercampur darah
4. Dapat disertai nyeri dada
5. Sesak napas

Dengan gejala lain meliputi:


1. Malaise
2. Penurunan berat badan
3. Menurunnya nafsu makan
4. Menggigil
5. Demam
6. Berkeringat di malam hari
Klasifikasi
Resistensi Primer : Resistensi yang terjadi pada pasien yang
sebelumnya tidak pernah mendapatkan OAT atau kurang dari 1 bulan.

Resistensi Inisial : Resistensi yang terjadi pada pasien yang tidak tahu
pasti apakah pasien sudah ada riwayat pengobatan OAT sebelumnya
atau belum pernah

Resistensi Sekunder : Resistensi yang terjadi pada pasien yang sudah


ada riwayat pengobatan OAT minimal 1 bulan.
Anamnesis
Fakta Teori

• Batuk berdahak berwarna putih sejak - Batuk dapat bercampur darah atau batuk
10 hari darah, sesak nafas, dan nyeri dada atau
• Batuk bercak darah pleuritic chest pain (bila disertai peradangan
• R. TB tuntas pengobatan tahun 2011 pleura).
- Anoreksia, BB turun, berkeringat malam tanpa
kegiatan fisik, demam meriang, badan lemah
dan malaise.
- Riwayat kontak
- Riwayat pengobatan OAT sebelumnya
- Faktor risiko penurunan daya tahan tubuh
(HIV, DM, dan lain sebagainya)
Pemeriksaan Fisik
Fakta Teori
• bentuk dan gerak simetris • Bila lesi luas : bentuk dada yang tidak
• vocal fremitus ka=ki simetris.
• Sonor (+/+) • Bila lesi luas : fremitus mengeras atau
• Suara nafas vesikuler melemah
• Bila ada kelainan tertentu, dapat terdengar
perubahan suara perkusi seperti hipersonor
pada pneumotoraks, atau pekak pada efusi
pleura.
• Bila lesi luas : Ronki basah kasar terutama
di apeks paru, suara napas melemah atau
mengeras, atau stridor. suara napas
bronkhial/ amforik/ ronkhi basah/ suara
napas melemah di apeks (Burhan E, 2016).
Pemeriksaan Lab dan Penunjang
Fakta Teori
• Tes cepat (rapid test):
TCM menggunakan cara Hain atau
Gene Xpert. Gene Xpert dapat
MTB detected mengidentifikasi kuman
M.tuberculosis dan resistensi
Rif resistant detected rifampisin dari sputum dalam
beberapa jam
• Pemeriksaan dahak
• Pemeriksaan mikroskopis BTA
dengan pewarnaan Ziehl Neelsen.
• Biakan dan uji kepekaan
M.tuberculosis
Fakta Teori

Gambaran radiologi yang dicurigai sebagai lesi


Opasitas di apex pulmo dextra
TB aktif:

• Bayangan berawan/nodular di segmen apikal


dan posterior lobus atas paru dan segmen
superior lobus bawah
• Kavitas, terutama lebih dari satu, dikelilingi
oleh bayangan opak berawan atau nodular
• Bayangan bercak milier
• Efusi pleura unilateral (umumnya) atau
bilateral (jarang)

Gambaran radiologi yang dicurigai sebagai lesi


TB inaktif:
• Fibrotik
• Kalsifikasi
• Schwarte atau penebalan paru.
Tata Laksana
Tata Laksana
Prognosis

Kasus TB RR ini merupakan kasus yang dapat


mengancam nyawa karena dapat menurunkan
fungsi sistem pernapasan. Berdasarkan sebuah
studi, dikatakan bahwa angka kesembuhan tanpa
relaps hanya mencapai 31% (WHO,2014).
PENCEGAHAN

Pengawasan penderita kontak dan lingkungan


1. Penderita menutup mulut sewaktu batuk dan berdahak tidak sembarangan
2. Vaksinasi BCG
3. Penyuluhan tentang penyakit TB
4. Isolasi, pemeriksaan orang-orang yang terinfeksi, pengobatan TBC
5. Desinfeksi, cuci tangan dan tata rumah tangga kebersihan yang ketat, ventilasi dan sinar matahari
6. Imunisasi BCG orang-orang kontak dan terdekat
7. Penyelidikan orang2 kontak. Tuberculin-test bagi seluruh anggota keluarga dengan rontgen positif,
bila negatif, perlu diulang tiap bulan selama 3 bulan
8. Obat anti TBC diminum dengan tekun dan teratur, waktu 6 atau 12 bulan
PENCEGAHAN

Tindakan Pencegahan
1. Status sos-ek rendah berhubungan dengan pendidikan kesehatan.
2. Sarana kedokteran, pemeriksaan penderita, kontak atau suspect
3. Pengobatan preventif dengan INH
4. BCG
5. Memberantas TBC pada pemerah air susu dan tukang potong sapi, dan pasteurisasi air susu sapi.
6. Tindakan mencegah bahaya penyakit paru kronis para pekerja tambang, pekerja semen dsb
7. Pemeriksaan bakteriologis dahak orang dengan gejala tbc
8. Pemeriksaan screening dengan tubercullin test pada kelompok beresiko tinggi, seperti para emigrant,
orang kontak, petugas rumah sakit, petugas/guru sekolah
PENCEGAHAN

1. pengobatan pencegahan dengan INH (PP INH) selama 6 bulan, dgn dosis INH 300 mg/hari selama 6
bulan ditambah B6 dosis 25 mg/hari
2. Dapat juga menggunakan Rifapentine dan INH, seminggu sekali selama 12 minggu (12 dosis) dapat
sebagai alternatif. Dosis yang digunakan adalah INH 15 mg/BB untuk usia >12 tahun dan BB>50 kg
(utk BB 32-50 kg = 750 mg)

Yang memerlukan ?
1. Kontak serumah
2. HIV
3. Orang dengan faktor resiko
Kesimpulan

Rifampisin resistant tuberculosis (RR-TB) adalah kasus tuberkulosis yang


disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis resisten terhadap rifampisin, dengan
atau tanpa obat antituberkulosis (OAT) lini I yang lain. Pada kasus ini penegakan
diagnosis berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang
sudah sesuai. Penatalaksanaan pada pasien ini juga sudah cukup sesuai dengan
kepustakaan.
DAFTAR PUSTAKA
Anggi Atria Sembiring, 2018., KARAKTERISTIK PENDERITA TB MDR (TUBERCULOSIS MULTI DRUG RESISTANCE) DI
RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2016 – 2017. Jurnal Kesmas Sumatera utara.
Biadglegne F, Sack U, Rodloff AC. Multidrug-resistant tuberculosis in Ethiopia: efforts to expand diagnostic services, treatment and
care. Antimicrobial Resistance and Infection Control. 2014; 3(1):1-10.
Burhan, E. 2016. Diagnosis dan Tatalaksana Tuberkulosis. Diagnosis TB, 1–44
Ilmu penyakitt dalam jilid V tahun 2009
Kemenkes RI. 2016. ‘Penatalaksanaan TB’. Jakarta Selatan: Badan penelitian dan pengembangan kesehatan.
Kemenkes RI, Buku Saku TB MDR.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2017) ‘Pengobatan Pasien Tuberkulosis’, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, pp.
1–117. Available at: http://www.ljj-kesehatan.kemkes.go.id/pluginfile.php/4607/coursecat/description/Pengobatan Pasien TB.pdf.
Ministry of Health RI. (2016). Minister of Health Regulation number 67 of 2016 concerning tuberculosis prevention. Jakarta: Ministry
of Health RI.
Ministry of Health RI. (2017). Integrated management of drug resistant TB control (MTPTRO). Retrieved July, 6, 2020 from
https://www.tbindonesia.or.id/page/view/22/t b-mdr
Organization, World Health. Companion handbook to the WHO guidelines for the programmatic management of drug-resistant
tuberculosis. Geneva: World Health Organization 2014, 2014.
Reviono, Kusnanto,Vicky., 2014. Multidrug Resistant Tuberculosis (MDR-TB): Tinjauan Epidemiologi dan Faktor Risiko Efek
Samping Obat Anti Tuberkulosis.,Surakarta, MKB, Volume 46 No. 4, Desember 2014
WHO. (2017). Multidrug-resistance tuberculosis (MDR-TB): 2017 Update. Wold Health Organization. USA. Retrieved October, 3,
2019, from http://apps.who.int/iris/bitstream/10665/1309 18/1/9
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai